MAKALAH MAKALAH
KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIVE KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIVE ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL CANCER ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL CANCER
OLEH : OLEH : KELOMPOK 1 KELOMPOK 1 Asti Winda Wati Asti Winda Wati
Deswinta Deswinta Elvina delpiantari Elvina delpiantari Ihwayuni Ihwayuni
Khoiromi Putri Sari Khoiromi Putri Sari
Mesa Prayoga Mesa Prayoga
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU PEKANBARU
2018 2018
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah Swt yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Cancer dapat terselesaikan
dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan dunia keperawatan.
Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang mendukung, demi lebih sempurnanya makalah ini. Akhir kata, penulis hanya berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca.
Pekanbaru, 28 November 2018
ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan... 2 BAB II PEMBAHASAN... 3
A. Pengertian Kesehatan Jiwa Masyarakat ... 3
B. Peningkattan Kesehatan Jiwa Masyarakat ... C. Area Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat ... D. Masalah Kesehatan Jiwa Dimasyarakat ... E. Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat ... F. Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat ... G. Proses Keperaatan Kesehatan Jiwa Pada Cmhn ... BAB III PENUTUP... 22
A. Kesimpulan... 22
B. Saran ... 22
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Di Indonesia, sebagian besar penyakit kanker ditemukan pada stadium lanjut, ditambah dengan ditemukannya kasus-kasus yang tidak mendapatkan pengobatan kanker menyebabkan angka harapan hidup yang lebih pendek. Pasien-pasien dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang memerlukan pendekatan terintegrasi berbagai disiplin agar pasien memiliki kualitas hidup yang baik dan pada akhirnya meninggal secara bermartabat. Integrasi perawatan paliatif ke
dalam tata laksana kanker terpadu telah lama dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO, seiring dengan terus meningkatnya jumlah pasien kanker dan angka kematian akibat kanker. Penatalaksanaan kanker telah berkembang dengan pesat. Walaupun demikian, angka kesembuhan dan angka harapan hidup pasien kanker belum seperti yang diharapkan. Sebagian besar pasien kanker akhirnya akan meninggal karena penyakitnya. Pada saat pengobatan kuratif belum mampu memberikan kesembuhan yang diharapakan dan usaha preventif baik primer maupun sekunder belum terlaksana dengan baik sehingga sebagian besar pasien ditemukan dalam stadium lanjut, pelayanan paliatif sudah semestinya menjadi satu satunya layanan fragmatis dan jawaban yang manusiawi bagi mereka yang menderita akibat penyakit- penyakit tersebut di atas.
Sebagai disiplin ilmu kedokteran yang relatif baru, pelayanan paliatif merupakan filosofi dan bentuk layanan kesehatan yang perlu terus dikembangkan, sehingga penatalaksanaan pasien kanker menjadi efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus tentang Perawatan Paliatif Pada Pasien Kanker.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional Klinik Dan Komunitas?
C. Tujuan
2
Untuk mengetahui mengenai Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional Klinik Dan Komunitas
2. Tujuan khusus
a. Untuk menjelaskan tentang Pengertian Kesehatan Jiwa Masyarakat b. Untuk menjelaskan tentang Peningkattan Kesehatan Jiwa
Masyarakat
c. Untuk menjelaskan tentang Area Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat
d. Untuk menjelaskan tentang Masalah Kesehatan Jiwa Dimasyarakat e. Untuk menjelaskan tentang Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat
f. Untuk menjelaskan tentang Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat
g. Untuk menjelaskan tentang Proses Keperaatan Kesehatan Jiwa Pada Cmhn
BAB II PEMBAHASAN
A. INSIDEN DAN PREVALENSI PENYAKIT
Di Indonesia, menurut data Balitbang Kementerian Kesehatan (2013) ada 347.792 orang atau sekitar 1.4‰ (permil) dari jumlah penduduk Indonesia yang menderita kanker. Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi dengan penderita kanker terbanyak yaitu sejumlah 68.638 orang (Data Riset Kesehatan Dasar 2013). Daftar provinsi dengan jumlah penderita terbanyak dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015)
Berdasarkan prevalensinya, Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi terbesar yaitu 4.1‰ (terlihat pada Tabel 1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prevalensi adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah (kbbi.web.id ). Prevalensi dihasilkan dari total jumlah penderita dibagi dengan total penduduk di wilayah tersebut. Satuan prevalensi menggunakan satuan per seribu penduduk atau permil (‰). No Provinsi Prevalensi(‰) 1 D.I. Yogyakarta 4.1 2 Jawa Tengah 2.1 3 Bali 2.0 4 DKI Jakarta 1.9
4
Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu dengan 0.8‰ dan 0.5‰. Setiap tahunnya ada sekitar 15 ribu kasus baru kanker serviks di Indonesia. WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Kanker serviks juga menjadi peringkat pertama pembunuh wanita di Indonesia. Provinsi D.I. Yogyakarta menempati peringkat teratas prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu 2.4‰. Sementara itu dari segi jumlah penderita, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur masih menjadi provinsi teratas dengan jumlah kasus kanker serviks, payudara, dan prostat terbanyak di Indonesia. Penyakit kanker tidak terbatas pada lanjut usia atau dewasa saja, namun menyerang semua umur. Prevalensi penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5.0‰ dan prevalensi terendah pada anak kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun yaitu sebesar 0,1‰ (Data Riset Kesehatan Dasar 2013). Menurut data GLOBOCAN tahun 2008, sebuah badan penelitian kanker internasional dibawah WHO, dikutip dari Global Cancer Statistics (2011), tingkat kejadian kanker di Asia Tenggara adalah yang tertinggi di antara negara-negara di seluruh dunia, dengan Indonesia masuk di peringkat teratas bersama Malaysia dan Singapura. negara-negara di seluruh dunia, dengan Indonesia masuk di peringkat teratas bersama Malaysia dan Singapura.
Sumber: Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition (2015)
Pada Gambar 2 terdapat data yang dikutip dari Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition (2015) mengenai perbandingan survival rates (%) beberapa jenis kanker di Indonesia (sampel Jakarta) dengan beberapa negara asia pada pada penderita di atas umur 15 tahun pada tahun 2005-2009. Banyaknya perusahaan dan pengonsumsi rokok di Indonesia membuat penderita baru kanker paru-paru berpotensi untuk meningkat setiap tahunnya. Tingkat kelangsungan hidup hanya 12% untuk penderita kanker paru-paru di Indonesia. Berada dibawah Korea Selatan dan China dengan 19% dan 18%. Sementara itu survival rates untuk kanker payudara di Indonesia juga lebih rendah dibandingkan Turki, China, dan Korea Selatan.
Tingkat kelangsungan hidup kanker serviks berada pada tingkat menengah yaitu 65%, dibawah Korea Selatan yaitu 77%. Indonesia juga berada pada tingkat rendah untuk survival rates kanker prostat yang hanya 44%. Jauh dibawah Korea Selatan, China, dan Turki yang berkisar antara 60-80%. Walaupun data tersebut hanya data dengan sampel Jakarta, namun dapat menjadi gambaran umum karena tingkat prevalensi Jakarta masuk 5 besar se-Indonesia (Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition ).
Pengobatan penyakit kanker selama ini menggunakan metode pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Alat radioterapi sendiri di Indonesia hanya ada sekitar 28 unit. Sangat jauh dari kondisi idealnya yaitu 1 alat untuk 1 juta penduduk, dengan jumlah penduduk Indonesia yang hampir 250 juta jiwa,
6
setidaknya kita membutuhkan 250 alat radioterapi. Harga 1 alat radioterapi sekitar Rp 15 Milyar, cukup mahal. Penyebarannya pun tidak merata ada di semua pulau di Indonesia. Terbanyak berada di Pulau Jawa dan Sumatera (health.detik.com).
B. Pengertian Pelayanan Paliatif Kanker
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD).
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk memperpanjang serta
memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
C. PATOFISOLOGI KONDISI TERMINAL
Patofisiologi Penyakit Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda dalam hal penyebab dan biologisnya.Setiap organisme, bahkan tumbuhan, bisa terkena kanker.Hampir semua kanker yang dikenal muncul secara bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan sel anak-anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).
Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Kecuali jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan itu akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker dengan berbagai metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa polimerase DNA), penuaan/(senescence), dan lain-lain. Namun, metoda koreksi-kecatatan ini sering kali gagal, terutama di dalam lingkungan yang membuat kecatatan lebih mungkin untuk muncul dan menyebar.Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-bahan yang merusak, disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti hipoksia.Karena itu, kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini perlahan berakumulasi hingga sel
mulai bertindak berkebalikan dengan fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya sendiri (self-amplifying), pada akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai contohnya :
a. Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan sel dan sel anangnya mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.
b. Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa mengirimkan sinyal penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.
c. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel bermigrasi dan dan merusak sel yang lebih sehat.
d. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres, membuat sel rusak bisa membuat sel sehat rusak selamanya.
D. PERAWATAN PALIATIVE YANG SESUAI 1) Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi
8 a. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan
keperawatan . b. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
c. Data biografi /biodata meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
d. Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak,
nyeri.
e. Riwayat kesehatan masa lalu, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
f. Pengkajian fisik meliputi keadaan umum, tingkah laku, BB dan TB, Pengkajian head to toe
g. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
h. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
i. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, personal hygiene, identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual.
j. Biologis
Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisas i,
nyeri. Efek samping dari kemoterapi juga menimbulkan mual, muntah, tidak nafsu makan, cepat lelah dsb. Nyeri juga bisa didapat dari luka operasi.
k. Psiko
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali, ekspresi yang di tunjukan, apakah sedih, depresi, atau marah. Gangguan psikologis juga muncul akibat gejala fisik, progresifitas penyakit, kecacatan yang timbul, perubahan bentuk tubuh, ketergantungan fisik, kegagalan pengobatan, biaya yang harus dibayarkan, komunikasi yang buruk dengan tenaga kesehatan.
l. Sosio m. Kultural
Penyakit kanker juga sering ditemui pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau giz i yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal
hygiene. n. Spiritual
Mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terkahir. Apakah semakin
mendekatkan diri kepada tuhan ataukah semakin memberontak akan keadaanya. Menganggap penyakit akibat hukuman, menyalahkan diri sendiri,nhidup tidak berguna dapat menjadi sumber penderitaan
2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor. b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.
10 3) Perencanaan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan : Nyeri teratasi. Kriteria Hasil :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang 2. Nyeri tekan tidak ada
3. Ekspresi wajah tenang Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran. 2) Beri posisi yang menyenangkan.
3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam. 4) Ukur tanda-tanda vital
5) Penatalaksanaan pemberian analgetik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu. Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
2. Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit. Intervensi :
1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan 3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh. Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
1. Klien tampak tenang
2. Mau berpartisipasi dalam program terapi Intervensi :
2) Diskusikan tanda dan gejala depresi. 3) Diskusikan tanda dan gejala depresi
4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.
Kriteria Hasil :
1. Klien tidak malu dengan keadaan dirinya. 2. Klien dapat menerima efek pembedahan. Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
2) Tinjau ulang efek pembedahan 3) Berikan dukungan emosi klien.
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi. Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda – tanda infeksi.
2. Luka dapat sembuh dengan sempurna. Intervensi :
1. Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
2. Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan. 3. Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
4. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
12
2) Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya
Intervensi :
1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.
2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.
3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil :
1. Nafsu makan meningkat 2. Klien tidak lemah
Intervensi :
1. Kaji pola makan klien
2. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering 3. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi 4. Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau 5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
5. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Kesimpulan Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantanganhidup, dapat menerima orang lainsebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa masyarakat (Community Mental Health) merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
B. Saran
Dengan mempelajari manajemen pelayanan keperawatan jiwa profesional klinik dan komunitas diharapkan mahasiswa mampu mempelajari dengan baik dan benar dan bisa diterapkan dalam praktek keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan