• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP PASIEN TERMINAL.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP PASIEN TERMINAL.docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIVE KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIVE ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL CANCER ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL CANCER

OLEH : OLEH : KELOMPOK 1 KELOMPOK 1 Asti Winda Wati Asti Winda Wati

Deswinta Deswinta Elvina delpiantari Elvina delpiantari Ihwayuni Ihwayuni

Khoiromi Putri Sari Khoiromi Putri Sari

Mesa Prayoga Mesa Prayoga

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU PEKANBARU

2018 2018

(2)

KATA PENGANTAR 

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah Swt yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah berjudul  Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal Cancer  dapat terselesaikan

dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan dunia keperawatan.

Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang mendukung, demi lebih sempurnanya makalah ini. Akhir kata, penulis hanya  berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan menjadi

sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 28 November 2018

(3)

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan... 2 BAB II PEMBAHASAN... 3

A. Pengertian Kesehatan Jiwa Masyarakat ... 3

B. Peningkattan Kesehatan Jiwa Masyarakat ... C. Area Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat ... D. Masalah Kesehatan Jiwa Dimasyarakat ... E. Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat ... F. Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat ... G. Proses Keperaatan Kesehatan Jiwa Pada Cmhn ... BAB III PENUTUP... 22

A. Kesimpulan... 22

B. Saran ... 22

(4)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di Indonesia, sebagian besar penyakit kanker ditemukan pada stadium lanjut, ditambah dengan ditemukannya kasus-kasus yang tidak mendapatkan pengobatan kanker menyebabkan angka harapan hidup yang lebih pendek. Pasien-pasien dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang memerlukan pendekatan terintegrasi berbagai disiplin agar pasien memiliki kualitas hidup yang baik dan  pada akhirnya meninggal secara bermartabat. Integrasi perawatan paliatif ke

dalam tata laksana kanker terpadu telah lama dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO, seiring dengan terus meningkatnya jumlah pasien kanker dan angka kematian akibat kanker. Penatalaksanaan kanker telah berkembang dengan  pesat. Walaupun demikian, angka kesembuhan dan angka harapan hidup pasien kanker belum seperti yang diharapkan. Sebagian besar pasien kanker akhirnya akan meninggal karena penyakitnya. Pada saat pengobatan kuratif belum mampu memberikan kesembuhan yang diharapakan dan usaha preventif baik primer maupun sekunder belum terlaksana dengan baik sehingga sebagian besar pasien ditemukan dalam stadium lanjut, pelayanan paliatif sudah semestinya menjadi satu satunya layanan fragmatis dan jawaban yang manusiawi bagi mereka yang menderita akibat penyakit- penyakit tersebut di atas.

Sebagai disiplin ilmu kedokteran yang relatif baru, pelayanan paliatif merupakan filosofi dan bentuk layanan kesehatan yang perlu terus dikembangkan, sehingga penatalaksanaan pasien kanker menjadi efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus tentang Perawatan Paliatif Pada Pasien Kanker.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional Klinik Dan Komunitas?

C. Tujuan

(5)

2

Untuk mengetahui mengenai Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional Klinik Dan Komunitas

2. Tujuan khusus

a. Untuk menjelaskan tentang Pengertian Kesehatan Jiwa Masyarakat  b. Untuk menjelaskan tentang Peningkattan Kesehatan Jiwa

Masyarakat

c. Untuk menjelaskan tentang Area Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat

d. Untuk menjelaskan tentang Masalah Kesehatan Jiwa Dimasyarakat e. Untuk menjelaskan tentang Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat

f. Untuk menjelaskan tentang Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat

g. Untuk menjelaskan tentang Proses Keperaatan Kesehatan Jiwa Pada Cmhn

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. INSIDEN DAN PREVALENSI PENYAKIT

Di Indonesia, menurut data Balitbang Kementerian Kesehatan (2013) ada 347.792 orang atau sekitar 1.4‰ (permil) dari jumlah penduduk Indonesia yang menderita kanker. Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi dengan penderita kanker terbanyak yaitu sejumlah 68.638 orang (Data Riset Kesehatan Dasar 2013). Daftar provinsi dengan jumlah penderita terbanyak dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015)

Berdasarkan prevalensinya, Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi terbesar yaitu 4.1‰ (terlihat pada Tabel 1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prevalensi adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah (kbbi.web.id ). Prevalensi dihasilkan dari total jumlah penderita dibagi dengan total penduduk di wilayah tersebut. Satuan prevalensi menggunakan satuan per seribu penduduk atau  permil (‰). No Provinsi Prevalensi(‰) 1 D.I. Yogyakarta 4.1 2 Jawa Tengah 2.1 3 Bali 2.0 4 DKI Jakarta 1.9

(7)

4

Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit dengan  prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu dengan 0.8‰ dan 0.5‰. Setiap tahunnya ada sekitar 15 ribu kasus baru kanker serviks di Indonesia. WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Kanker serviks juga menjadi peringkat pertama  pembunuh wanita di Indonesia. Provinsi D.I. Yogyakarta menempati  peringkat teratas prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu 2.4‰. Sementara itu dari segi jumlah penderita, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur masih menjadi provinsi teratas dengan jumlah kasus kanker serviks, payudara, dan  prostat terbanyak di Indonesia. Penyakit kanker tidak terbatas pada lanjut usia atau dewasa saja, namun menyerang semua umur. Prevalensi penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5.0‰ dan prevalensi terendah pada anak kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun yaitu sebesar 0,1‰ (Data Riset Kesehatan Dasar 2013).  Menurut data GLOBOCAN tahun 2008, sebuah badan penelitian kanker internasional dibawah WHO, dikutip dari Global Cancer Statistics (2011), tingkat kejadian kanker di Asia Tenggara adalah yang tertinggi di antara negara-negara di seluruh dunia, dengan Indonesia masuk di peringkat teratas bersama Malaysia dan Singapura. negara-negara di seluruh dunia, dengan Indonesia masuk di  peringkat teratas bersama Malaysia dan Singapura.

(8)

Sumber: Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition (2015)

Pada Gambar 2 terdapat data yang dikutip dari Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition  (2015) mengenai perbandingan  survival rates  (%)  beberapa jenis kanker di Indonesia (sampel Jakarta) dengan beberapa negara asia pada pada penderita di atas umur 15 tahun pada tahun 2005-2009. Banyaknya perusahaan dan pengonsumsi rokok di Indonesia membuat  penderita baru kanker paru-paru berpotensi untuk meningkat setiap tahunnya. Tingkat kelangsungan hidup hanya 12% untuk penderita kanker paru-paru di Indonesia. Berada dibawah Korea Selatan dan China dengan 19% dan 18%. Sementara itu  survival rates  untuk kanker payudara di Indonesia juga lebih rendah dibandingkan Turki, China, dan Korea Selatan.

Tingkat kelangsungan hidup kanker serviks berada pada tingkat menengah yaitu 65%, dibawah Korea Selatan yaitu 77%. Indonesia juga  berada pada tingkat rendah untuk  survival rates  kanker prostat yang hanya 44%. Jauh dibawah Korea Selatan, China, dan Turki yang berkisar antara 60-80%. Walaupun data tersebut hanya data dengan sampel Jakarta, namun dapat menjadi gambaran umum karena tingkat prevalensi Jakarta masuk 5  besar se-Indonesia (Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition ).

Pengobatan penyakit kanker selama ini menggunakan metode pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Alat radioterapi sendiri di Indonesia hanya ada sekitar 28 unit. Sangat jauh dari kondisi idealnya yaitu 1 alat untuk 1 juta  penduduk, dengan jumlah penduduk Indonesia yang hampir 250 juta jiwa,

(9)

6

setidaknya kita membutuhkan 250 alat radioterapi. Harga 1 alat radioterapi sekitar Rp 15 Milyar, cukup mahal. Penyebarannya pun tidak merata ada di semua pulau di Indonesia. Terbanyak berada di Pulau Jawa dan Sumatera (health.detik.com).

B. Pengertian Pelayanan Paliatif Kanker

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD).

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat  paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk memperpanjang serta

memperbaiki kualitas hidup pasien.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami  berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan  paliatif.

C. PATOFISOLOGI KONDISI TERMINAL

Patofisiologi Penyakit Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda dalam hal penyebab dan biologisnya.Setiap organisme, bahkan tumbuhan, bisa terkena kanker.Hampir semua kanker yang dikenal muncul secara bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan sel anak-anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).

(10)

Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Kecuali jika pencegahan dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan itu akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker dengan berbagai metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa polimerase DNA),  penuaan/(senescence), dan lain-lain. Namun, metoda koreksi-kecatatan ini sering kali gagal, terutama di dalam lingkungan yang membuat kecatatan lebih mungkin untuk muncul dan menyebar.Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-bahan yang merusak, disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti hipoksia.Karena itu, kanker adalah penyakit  progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini perlahan berakumulasi hingga sel

mulai bertindak berkebalikan dengan fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya sendiri (self-amplifying), pada akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai contohnya :

a. Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan sel dan sel anangnya mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.

 b. Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa mengirimkan sinyal penyebab-kecacatan kepada sel di sekitarnya.

c. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel bermigrasi dan dan merusak sel yang lebih sehat.

d. Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres, membuat sel rusak bisa membuat sel sehat rusak selamanya.

D. PERAWATAN PALIATIVE YANG SESUAI 1) Pengkajian

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,  pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah  pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi

(11)

8 a. Pengumpulan data

Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan  proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang  bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan

keperawatan .  b. Sumber data

Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan  petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.

c. Data biografi /biodata meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

d. Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan  payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak,

nyeri.

e. Riwayat kesehatan masa lalu, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

f. Pengkajian fisik meliputi keadaan umum, tingkah laku, BB dan TB, Pengkajian head to toe

g. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.

h. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan  pemeriksaan reseptor hormon.

i. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, personal hygiene, identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual.

 j. Biologis

Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,  pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisas i,

(12)

nyeri. Efek samping dari kemoterapi juga menimbulkan mual, muntah, tidak nafsu makan, cepat lelah dsb. Nyeri juga bisa didapat dari luka operasi.

k. Psiko

Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali, ekspresi yang di tunjukan, apakah sedih, depresi, atau marah. Gangguan psikologis juga muncul akibat gejala fisik, progresifitas penyakit, kecacatan yang timbul, perubahan bentuk tubuh, ketergantungan fisik, kegagalan pengobatan, biaya yang harus dibayarkan, komunikasi yang buruk dengan tenaga kesehatan.

l. Sosio m. Kultural

Penyakit kanker juga sering ditemui pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau giz i yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal

hygiene. n. Spiritual

Mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terkahir. Apakah semakin

mendekatkan diri kepada tuhan ataukah semakin memberontak akan keadaanya. Menganggap penyakit akibat hukuman, menyalahkan diri sendiri,nhidup tidak berguna dapat menjadi sumber penderitaan

2) Diagnosa Keperawatan

a.  Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.  b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan  penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.

(13)

10 3) Perencanaan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor

Tujuan : Nyeri teratasi. Kriteria Hasil :

1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang 2.  Nyeri tekan tidak ada

3. Ekspresi wajah tenang Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran. 2) Beri posisi yang menyenangkan.

3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam. 4) Ukur tanda-tanda vital

5) Penatalaksanaan pemberian analgetik

 b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu. Tujuan : Klien dapat beraktivitas

Kriteria Hasil :

1. Klien dapat beraktivitas sehari –  hari.

2. Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit. Intervensi :

1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.

2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan 3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh. Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.

Kriteria Hasil :

1. Klien tampak tenang

2. Mau berpartisipasi dalam program terapi Intervensi :

(14)

2) Diskusikan tanda dan gejala depresi. 3) Diskusikan tanda dan gejala depresi

4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian  prostetik.

d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.

Kriteria Hasil :

1. Klien tidak malu dengan keadaan dirinya. 2. Klien dapat menerima efek pembedahan. Intervensi :

1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap  penyakitnya.

2) Tinjau ulang efek pembedahan 3) Berikan dukungan emosi klien.

4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi. Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :

1. Tidak ada tanda –  tanda infeksi.

2. Luka dapat sembuh dengan sempurna. Intervensi :

1. Kaji adanya tanda –  tanda infeksi.

2. Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan. 3. Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

4. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta

 pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

(15)

12

2) Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan  pengobatannya

Intervensi :

1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.

2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan  pemasukan cairan yang adekuat.

3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang  berat.

4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.

5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur

g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil :

1.  Nafsu makan meningkat 2. Klien tidak lemah

Intervensi :

1. Kaji pola makan klien

2. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering 3. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi 4. Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau 5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien

4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,

(16)

 pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian  bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada  penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya

5. Evaluasi

Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan  pasien ke arah pencapaian hasil.

(17)

14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Kesimpulan Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantanganhidup, dapat menerima orang lainsebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa masyarakat (Community Mental Health) merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.

B. Saran

Dengan mempelajari manajemen pelayanan keperawatan jiwa profesional klinik dan komunitas diharapkan mahasiswa mampu mempelajari dengan baik dan benar dan bisa diterapkan dalam praktek keperawatan.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 .  Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan tahapan kegiatan ini adalah untuk mendorong partisipasi dan aktivitas siswa dalam belajar agar siswa belajar untuk bekerja sama dalam kelompok dan mampu menemukan

O gün Çanakkale müstahkem mevkiî erkâni harbiye reisi olan Selâhaddin Adil Paşa o saatleri şöyle anlatmaktadır: “Dardanos ve Hamidiye arasında bulunan tarassud

Saat pasien masuk ada panduan/pedoman dan bagaimana cara pendaftaran pasien rawat jalan, gelang pasien, rawat inap, penundaan pelayanan pengobatan, pemulangan

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

visual tidak dilakukan berdasarkan standar dan code, maka akan terjadi cacat porositas dan hot tear yang dapat diketahui dari hasil ISI seperti ditunjukkan berturut-turut pada

Berdasarkan jenis penyakitada beberapa cara pengolahan dan penggunaan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat Suku Banggai di Kabupaten Banggai Laut, adapun

penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama pada perawat di bagian yang lain di RSUD Ulin Banjarmasin; dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis

 No.. Rumah Sakit’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo PEMELIHARAAN CENTRIFUGE  No.. Rumah Sakit’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo PEMELIHARAAN MICROPIPET  No..