• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM UJRAH PADA USAHA WARALABA DALAM MENSEJAHTERAKAN KARYAWAN (Studi Objek Pada karyawan Rumah Makan Ayam Geprek dikota Makassar) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SISTEM UJRAH PADA USAHA WARALABA DALAM MENSEJAHTERAKAN KARYAWAN (Studi Objek Pada karyawan Rumah Makan Ayam Geprek dikota Makassar) SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM UJRAH PADA USAHA WARALABA DALAM MENSEJAHTERAKAN KARYAWAN

(Studi Objek Pada karyawan Rumah Makan Ayam Geprek dikota Makassar)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH: NURLINDA

10525027215

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H / 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nurlinda. 10525027215. “Analisis Sistem ujrah Pada Usaha Waralaba Dalam Mensejahterakan Karyawan (Studi Objek Pada karyawan di Rumah Makan Ayam Geprek dikota Makassar).” Dibimbing oleh Muchlis Mappangaja dan Abd. Samad

waralaba merupakan kerjasama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Dalam hal ini penerima waralaba membayarkan sejumlah biaya kepada pemilik usaha sebagai penggantian atas hak pemberi izin yang digunakan. Dengan kata lain waralaba adalah pengaturan bisnis dengan sistem pemberian hak pemakaian nama dagang oleh pewaralaba (franchisor) kepada pihak independen atau terwaralaba untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan standarisasi kesepakatan.

Penelitian ini merupakan penelitian secara langsung, lokasi penelitian pada rumah makan ayam geprek juara dikota Makassar. Penelitian ini mengambil data dengan menyebarkan kuesioner pada 44 responden yang bekerja pada rumah makan ayam geprek tersebut. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Smart PLS.2.0M3. Partial Least Square (PLS).

(7)

ABSTRACT

Nurlinda. 10525027215. "Analysis of the Ujrah System in Franchising in

Employee Welfare (Object Studies on employees at the Geprek Chicken Restaurant in the city of Makassar)." Supervised by Muchlis Mappangaja

and Abd. Samad

Franchising is a cooperation in the business sector with profit sharing in accordance with the agreement. In this case, the franchisee pays a fee to the business owner in exchange for the rights of the licensor used. In other words, franchising is a business arrangement with a system of granting the right to use a trade name by the franchisor to an independent or franchised party to sell products or services in accordance with standardized agreements. This research is a direct research, the research location is in the Geprek Champion Chicken Restaurant in the city of Makassar. This study took data by distributing questionnaires to 44 respondents who worked at the Geprek chicken restaurant. The data analysis method used is quantitative analysis using the Smart PLS.2.0M3 method. Partial Least Square (PLS).

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur senantiasa teriring do’a dalam setiap hela nafas atas kehadirat Allah SWT. Tuhan yang senatiasa melindungi hambanya dan segala Nikmat dan Rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Salawat serta salam tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Para sahabat, dan keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Tiada pencapaian yang sempurna dalam setiap langkah, karena rintangan tak akan meninggalkan harapan dan cita-cita agung. Segalanya penulis lalui dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian proposal. Namun semua tidak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti hanturkan kepada: 1. Kedua orang tua tercinta Ansar dan Hasni, yang senantiasa mendo’akan,

memberi dukungan moril maupun materil selama menempuh pendidikan. Untukmu kedua sosok yang luar biasa dalam hidupku, terimalah persembahan kecilku dari pengorbanan besarmu, iringilah anak mu ini dengan do’a dalam setiap sujud mu.

2. Bapak Pro. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar;

3. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, Dekan Fakultas Agama Islam; 4. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Ketua Prodi Hukum Ekonomi

Syariah, Bapak Hasanuddin, SE. Sy., ME Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama menempuh pendidikan.

(9)

5. Dr.Ir.H.Muchlis Mappangaja,MP (Selaku Pembimbing I) Drs.Abd.Samad T,M.Pd.i(Selaku Pembimbing II) yang telah memberi kritik,saran, dan masukan dalam penulisan proposal ini.

6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Hukum Ekonomi Syariah.

7. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2015 kelas B yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan selama ini.Terkhususnya Asran ,Amelisa, Ayunita, Yang telah membantu dan memberikan semangat setiap harinya dan memberikan semangat dalam menyelesaikan proposal ini, serta mereka yang tidak sempat disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih kepada kalian yang senantiasa selalu bersama selama kurang lebih 4 tahun ini, semoga ini bukan akhir dari hubungan kita.

Makassar, 03 Januari 2020

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ...iv

SURAT PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ...vi

ABSTAC ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...…xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar belakan ... 1 B. Rumusan masalah ... 6 C. Tujuan penelitian ... 6 D. Kegunaan penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 8

A. Konsep waralaba ... 8

B. Konsep upah ... 11

C. Ujrah (upah) ... 17

D. Bentuk kerja (job descripsion) ... 19

E. Upah kerja ... 20

F. Tenaga keterampilan (skill) ... 23

G. Konsep keadilan dalam islam ... 24

H. Makna penggajian yang adil dalam islam ... 27

I. Metode penentuan besar upah yang adil ... 29

J. Sistem Pembayaran Gaji (Upah) yang Adil... 32

K. Bargaining Power yang Adil ... 34

L. Hikmah Pengupahan Yang Adil ... 36

M. Kerangka Pemikiran ... 39

N. Kerangka konseptual... 40

(11)

A. Jenis Penelitan ... 41

B. Lokasi penelitian ... 41

C. Variable penelitian ... 42

D. Definisi oprerasional variabel... 42

E. Populasi dan sampel ... 43

F. Instrument penelitian ... 44

G. Tehnik pengumpulan data ... 44

H. Tehnik analisis data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 48

A. Gambaran umum rumah makan ayam geprek ... 48

B. Pembahasan hasil penelitian ... 54

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Likert ... 46

Tabel 4.1 Ujrah ... 54

Tabel 4.2 Usaha Waralaba ... 55

Tabel 4.3 Kesejahteraan Karyawan... 57

Tabel 4.4 Overview... 61

Tabel 4.5 Redundancy... 61

Tabel 4.6 Choronbachs Alpha... 61

Tabel 4.7 Latent Variable Correlations... 62

Tabel 4.8 R Square... 62

Tabel 4.9 Ave... 62

Tabel 4.10 Communality... 63

Tabel 4.11 Total Effects... 63

(13)

Tabel 4.13 Outer Loadings (Mean, Stdev, T-Values)... 65

Tabel 4.14 Overview... 67

Tabel 4.15 Cross Loading... 67

Tabel 4.16 Latent Variabel Correlations... 68

Tabel 4.17 Total Effects(Mean, Stdev, T-Values)... 69

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... 39

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual... 40

Gambar 4.1 Letak Lokasi... 50

Gambar 4.2 Struktur Organisasi... 51

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya, karena manusia akan selalu berusaha memperoleh harta kekayaan itu salah satunya dengan bekerja. Berkerja merupakan suatu kegiatan terpenting bagi manusia untuk mendapatkan upah yang bisa digunakan untuk memenuhi kebetuhan hidup. Upah merupakan jasa yang adil dan layak diberikan kepada para karyawan atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi.1

Upah sangat dilindungi oleh negara karena upah merupakan hak yang sangat wajib diberikan oleh pengusaha kepada karyawannya setelah mereka menyelesaikan pekerjaan sesuai yang mereka setujui, upah tercantum dalam Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa hak karyawan (buruh) yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

1 Veithzal Rifai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahan Dari Teori Kepraktik, edisi kedua, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 75.

(16)

pengusaha atau pemberi kerja kepada karyawan (buruh) yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau aturan perundang- undangan, termasuk tunjangan bagi karyawan (buruh) dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau yang akan dilakukan. Peraturan yang dibuat oleh pemerintah (hukum positif) ini memiliki tujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat yang menjadi karyawan (buruh) disuatu usaha dimana mereka bekerja.

Dengan adanya Kebijakan tersebut besaran upah disesuaikan dengan standar Upah Minimum Regional (UMR), hidup masyarakat disuatu wilayah dengan melihat komponen-komponen kebutuhan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat dikatakan telah memiliki standar hidup yang layak, kebijakan tersebut tentunya perlu untuk mengetahui kemampuan suatu usaha dalam memberikan upah layak sesuai dengan kebijakan pemerintah.

Besar kecilnya upah yang diterima karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) penawaran dan permintaan tenaga kerja yang mempengaruhi tinggi rendahnya upah.2 2) organisasi serikat pekerja dipengaruhi oleh lemah dan kuatnya organisasi tersebut dalam melakukan tawar-menawar upah. 3) kemampuan untuk membayar, yaitu kemampuan

2 Soedarjadi, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia : Panduan bagi Pengusaha, Pekerja, dan Calon Pekerja, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia 2008), hlm. 73

(17)

perusahaan untuk membayar upah yang diinginkan karyawan. 4) produktifitas, semakin tinggi produktiftas karyawan maka upah cenderung naik. 5) biaya hidup, lingkungan tempat tinggal mempengaruhi biaya hidup sehingga upah yang diminta juga terpengaruh. 6) dan kebijakan pemerintah yaitu peraturan pemeritah dalam menetapkan upah minimum. pekerjaanya dapat dinilai menurut ukuran tertentu. Dari sistem pengupahan yang ada perusahan dapat menggunakan salah satu atau beberapa sistem pengupahan kepada karyawan.

Bagi karyawan pemberian upah merupakan penentu kesejahteraan karyawan, sebab upah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan sosial. Kesejahteraan diartikan perasaan hidup yang setingkat lebih tinggi dari kebahagiaan. Orang merasa bahagia di hidupnya apabila mereka merasa senang, tidak kurang suatu apapun dalam batas yang mungkin dicapainnya, jiwa yang tentram lahir batin, merasakan keadilan dalam hidupnya, mereka terlepas dari kemiskinan yang menyiksa dan bahaya kemiskinan yang mengancam.

Dalam ekonomi Islam sendiri telah dijelaskan mengenai konsep upah. Dalam bahasa arab upah di sebut dengan al-ujrah, dari segi bahasa

(18)

sebagai upah atau ganti suatu perbuatan.3 Tujuan al-ujrah yaitu untuk memberikan keringanan kepada umat dalam pergaulan hidup hal ini dijelaskan dalam hadist Ibnu Majjah yang berbunyi :

ههقهررعر ففججير ننأر لربنقر ههررجنأر ررِيججلرا اُوطهعنأر Artinya : Berilah upah orang yang bekerja sebelum keringatnya

mengering” (HR. Ibnu Majah).

Dalam hadist di atas maka pengusaha harus segera memberikan upah kepada karyawan setelah pekerja selesai atau dengan kesepakatan pemberian upah yang telah disepakati di awal perjanjian kerja agar tidak terjadi kecurangan di kemudian hari. Selain itu pemberian upah harus ditetapkan secara adil dan layak, serta dengan memperhatikan Undang-Undang pemburuhan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus mendapat perhatian dengan sebaik-baiknya supaya upah yang akan diberikan dapat mensejahterakan kehidupan karyawan dan keluarga.

Berdasarkan sudut pandang ekonomi, faktor penentu gaji (upah) yang umumnya dianggap telah mencerminkan keadilan adalah pasar tenaga kerja (market labor). Padahal manusia bukanlah seperti faktor produksi lainnya. Manusia bukanlah benda mati, sehingga ia tidak dapat diperlakukan sama seperti barang modal yang dapat diperjualbelikan begitu saja. Islam dalam hal ini memandang bahwa setiap manusia memiliki

(19)

derajat kemuliaan apapun itu posisi atau jenis profesinya. Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang gigih bekerja untuk kehidupannya di samping memberi manfaat kepada lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah Saw dalam hadisnya bahwa :

سسانِللس ممههعهففنمأف سسانلا رهيمخف Artinya : sebaik baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak

manfaatnya bagi orang lain” (HR. Bukhari dan Muslim).4

Oleh karena itu, penulis kemudian tertarik untuk meneliti bagaimana suatu entitas bisnis syariah dalam menerapkan penggajian karyawan, pegawai atau buruhnya sesuai dengan ajaran Islam, sebab dalam konsep muamalah setiap perusahaan diberikan hak untuk menentukan cara masing-masing dalam menyusun serta mengelola sistem penggajiannya selama hal tersebut tidak melanggar syariat agama.

Berdasarkan gambaran diatas, karena cukup penting maka penulis tertarik untuk meneliti tentang penelitian yang berjudul “ Analisis Sistem ujrah Pada Usaha Waralaba Dalam Mensejahterakan Karyawan (Studi Objek Pada karyawan di Rumah Makan Ayam Geprek di Makassar).

B. Rumusan Masalah

4 Ibnu Majah, Sunan Ibni Majah, (Digital Library,al-Maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Sani,2005) VII/398, hadis nomor 2537.

(20)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah variabel ujrah berpengaruh terhadap variabel kesejahteraan

karyawan?

2. Apakah varibel ujrah berpengaruh terhadap variabel usaha waralaba ? 3. Apakah variabel usaha waralaba berpengaruh terhadap kesejahtraan

karyawan ? C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui variabel ujrah berpengaruh terhadap variabel kesejahteraan karyawan

2. Untuk mengetahui varibel ujrah berpengaruh terhadap variabel usaha waralaba

3. Untuk mengetahui variabel usaha waralaba berpengaruh terhadap kesejahtraan karyawan

D. Kegunaan Penelitian a) Kegunaan Teoretis

Secara teoretis, kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai salah satu bentuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi , terutama yang berkaitan dengan sistem pengupahan syariah pada usaha waralaba .

(21)

akademisi yang ingin mendalami dan melanjutkan penelitian mengenai sistem pengupahan syariah pada usaha waralaba.

b) Kegunaan Praktis

Secara praktis, kegunaan penelitian diharapkan memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang dibawah ini:

1. Entitas, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan atau masukan pada sistem pengupahan syariah yang sesuai sehingga akan lebih baik dimasa mendatang.

2. Masyarakat umum, sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

3. Akademisi, sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian lebih lanjut dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada konsentrasi ilmu hukum ekonomi syariah.

4. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Waralaba

(22)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) waralaba merupakan kerjasama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan

kesepakatan. Dalam hal ini penerima waralaba membayarkan sejumlah biaya kepada pemilik usaha sebagai penggantian atas hak pemberi izin yang

digunakan. Dengan kata lain waralaba adalah pengaturan bisnis dengan sistem pemberian hak pemakaian nama dagang oleh pewaralaba (franchisor) kepada pihak independen atau terwaralaba untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan standarisasi kesepakatan.5

Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, system reservasi, sistem akuntansi, kontrol persediaan, dan kebijakan dagang, dan lain sebagainya.Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia no 42 tahun 2007 tetang waralaba pasal 1 yang berbunyi waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap sistebm bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

5 Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (online). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/).

(23)

Sistem franchise merupakan bentuk khusus dari sistem pemberi izin karena dalam sistem franchise tidak hanya memberikan suatu lisensi untuk memproduksi dan/atau menjalankan suatu produk tertentu saja melainkan juga dikaitkan dengan cara pemasarannya, sedangkan dalam sistem ijin penggunaan merek, teknologi, know how tanpa adanya pengawasan yang terus menerus atas pelaksanaan usaha tersebut.Sistem waralaba ini menawarkan berbagai kemudahan bagi penerima waralaba (franchisee) untuk menjadi pengusaha tanpa harus repot mengurusi bisnisnya sendiri karena didukung sistem operasional oleh pemilik merek atau pemberi waralaba (franchisor). Sistem waralaba ini juga akan mengurangi resiko kegagalan karena telah teruji baik produk maupun sistemnya dan franchisor secara penuh memberikan supportnya. Dapat disimpulkan bahwa usaha waralaba (franchise) merupakan bentuk usaha dengan sistem memberikan hak lisensi atas standar suatu perusahaan. Standar tersebut bisa berupa Standar Oprasional Prosedur, pemasaran, pengolahan, manajemen, maupun produksi. Hak tersebut diberikan kepada penerima waralaba (franchisee) untuk dikelola menjadi usaha sejenis dengan persyaratan franchisee memberikan sejumlah dana kepada franchisor sebagai ganti atas hak lisensi yang digunakan. Dana tersebut digunakan untuk biaya pembukaan awal suatu usaha berdiri. Bisa berupa bahan bahan produksi sampai tempat yang akan digunakan.

(24)

Saat ini banyak sekali usaha waralaba yang berkembang di Indonesia, salah satunya usaha dalam bidang makanan. Makanan menjadi salah upaya manusia untuk bertahan hidup, selama itu pula maka bisnis makanan akan terus bergeliat. Secara khusus memang tidak ada perbedaan peraturan hukum Negara antara waralaba sektor jasa, makanan & minuman, farmasi, pendidikan dll. Namun waralaba dalam sektor makanan ini dinilai menarik karena kebutuhan yang memiliki urgensi tinggi, makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup. Makanan juga salah satu sumber energi untuk setiap makhluk hidup untuk terus bertumbuh dan berkembang.

Adapun komponen dalam bidang usaha waralaba antara lain:

a. Franchise yaitu sistem atau cara – cara yag ada pada bisnis itu sendiri b. Franchisor yaitu pihak yang memiliki sistem atau cara – cara pada usaha

usaha tertentu.

c. Franchisee yaitu pihak yang membeli hak atas franchise yang dimiliki oleh franchisor sehingga memiliki hak untuk menjalankan bisnis sesuai dengan

standar yang ditetapkan oleh franchisor.

B.Konsep Upah 1. Pengertian Upah

(25)

Dalam berbagai literatur telah banyak dijelaskan terkait pengertian gaji dan upah. Definisi upah menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tercantum pada pasal 1 ayat 30 yang berbunyi sebagai berikut.

”Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan”.

Sedangkan pengertian gaji menurut Mulyadi adalah “pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer”6. Selanjutnya, menurut Purwono7 gaji (salary) biasanya dikatakan upah (wages) yang dibayarkan kepada pimpinan, pengawas, dan tata usaha pegawai kantor atau manajer lainnya. Gaji umumnya tingkatnya lebih tinggi dari pada pembayaran kepada pekerja upahan. Upah adalah pembayaran kepada karyawan atau pekerja yang dibayar menurut lamanya jam kerja dan diberikan kepada mereka yang biasanya tidak mempunyai jaminan untuk dipekerjakan secara terus-menerus.

6 Mulyadi, Sistem Akuntansi (Jakarta: Salemba Empat.2008),h.373 7 Purwono, Sistem Personalia (Yogyakarta: Andi Offset.2003),h.2

(26)

Dari beberapa definisi umum di atas, dapat penulis tarik sebuah kesimpulan bahwa keduanya yakni gaji dan upah pada dasarnya merupakan suatu kompensasi dari perusahaan/pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah ditetapkan menurut suatu persetujuan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja.

2. Hubungan Kerja (Kontrak Kerja)

Hubungan konfliktual yang terjadi antara pemberi kerja (musta’jir) dan pekerja (ajiir) merupakan akibat dari cara pandang yang membagi antara pekerja dan pemberi kerja ke dalam dua kelompok yang saling bertolak belakang. Masing-masing memiliki kepentingan yang selalu bertentangan sehingga terjadi pemborosan-pemborosan modal dan ketenagakerjaan.8 Islam dalam persoalan ini meberikan perspektif tersendiri guna menyikapi konflik atau pertentangan yang sering terjadi antara pekerja dan pemberi kerja dengan menghubungkan keduanya dalam jalinan persahabatan dan persaudaraan, dengan cara seperti itu maka dapat mencegah terjadinya benturan dalam kepentingan masing masing.

Al-Qur’an dengan tegas menyerukan kepada seluruh kaum muslimin untuk berbuat baik dan menajalin persaudaraan sesama muslim semata untuk mencari keridhaan Allah SWT, seperti yang terkadung dalam surat al-Hujaraat ayat 10 :

(27)

نومهحفرمته ممكهِللعفلف للف ا اوقهتلاوف ممكهيموفخفأف نفيمبف اوحهِلسصمأففف ةةوفخمإس نفونهمسؤممهلما امفنلإس Terjemahnya :

sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.9

Kemudian kaum muslimin dianjurkan untuk menghilangkan perbedaan dan bersatu dalam persaudaraan Islam, sebagaimana dalam surat al-Imran ayat 103 : ممتهحمبفصصصمأففف ممكهبسوصصِلهقه نفصصيمبف ففللأفصصفف ءءادفصصعمأف ممصصتهنمكه ذمإس ممصصكهيمِلفعف للس ا تفمفعمنس اورهكهذماوف اوقهرلففتف لفوف اعءيمسجف للس ا لسبمحفبس اومهصستفعماوف نهصصصصصييبفيه كفلسذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذذ صصصصصكف اصصصصصهفنممس ممكهذفصصصصصقفنمأففف رساصصصصصنللا نفصصصصصمس ةةرفصصصصصفمحه اففصصصصصشف صصصصصِلفعف ممصصصصصتهنمكهوف اصصصصصنءاوفخمإس هسصصصصصتسمفعمنسبس ذذذ ىذ نفودهتفهمتف ممكهِللعفلف هستسايفآ ممكهلف لله ا Terjemahnya :

dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan jan ganlah kamu bercerai - berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika zaman dahulu (masa jahiliyyah) bermusuh -musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu allah menyelamatkan kamu dari padanya ”.10

Dalam ayat ini Allah menjanjikan rahmat-Nya kepada kaum muslimin jika mereka berlaku satu sama lainnya seperti saudara dan hidup penuh kedamaian tanpa pertentangan dikalangan mereka. Oleh karena itu, demi

9 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, al-hujarat ayat 10

10 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, al-imran ayat 103

(28)

mencapai hubungan kerja yang adil, maka haruslah dipenuhi rukun dan syarat Ijarah dan diperlukan kejelasan dalam kontrak kerja dengan menjelaskan bentuk kerjanya (job description), batas waktunya (timing), besar gaji/upah nya (take home pay) serta berapa besar tenaga/keterampilannya harus dikeluarkan (skill). Bila rukun dan syarat tidak dipenuhi serta keempat hal pokok dalam kontrak kerja ini tidak dijelaskan sebelumnya, maka transaksinya menjadi fasid (rusak). Sebagaimana Nabi Saw bersabda yang apabila salah seorang diantara kalian, mengontrak (tenaga) seseorang pekerja maka hendaknya diberitahu upahnya" (HR. Imam Ad-Daruquthni, dari Ibnu Mas'ud). Upah yang dimaksud dalam hadis ini adalah termasuk kontrak kerja.

3. Rukun dan Syarat Penggajian (Ijarah) a. Gaji (upah) atau Ijarah

merupakan sebuah transaksi atas suatu manfaat. Dalam hal ini, manfaat menjadi obyek manfaat transaksi. Transaksi Ijarah dapat dikatakan sah apabila terpenuhi rukun dan syaratnya. Adapun rukun dan syaratnya yakni sebagai berikut. Rukun Ijarah Rukun dari Ijarah sebagai suatu transaksi adalah akad atau perjanjian kedua belah pihak, yang menunjukkan bahwa transaksi itu telah berjalan secara suka sama suka. Adapun unsur yang terlibat dalam transaksi Ijarah itu adalah

(29)

1. Orang yang menggunakan jasa, baik dalam bentuk tenaga atau

benda yang kemudian memberikan upah atas jasa tenaga atau sewa dari jasa benda yang digunakan, disebut pengguna jasa (mūjir).

2. Orang yang memberikan, baik dengan tenaganya atau dengan alat

yang dimilikinya, yang kemudian menerima upah dari tenaganya atau sewa dari benda yang dimilikinya, disebut pemberi jasa atau (musta’jir).

3. Objek transaksi yaitu jasa, baik dalam bentuk tenaga atau benda

yang digunakan disebut (ma’jur).

4. Imbalan atau jasa yang diberikan disebut upah atau sewa (ujrah

Adapun menurut pendapat jumhur ulama (mayoritas) terkait rukun

Ijarah yakni sebagai berikut.11

‘Aqid (orang yang akad) ‘Aqid adalah orang yang melakukan

perjanjian/transaksi, yaitu orang yang menyewakan (mu’jir) dan orang yang menyewa (musta’jir).

Sigat akad Sigat akad adalah pernyataan yang menunjukkan

kerelaan atau kesepakatan dua pihak yang melakukan kontrak atau transaksi.

Ujrah (upah) Ujrah adalah memberi imbalan sebagai bayaran

kepada seseorang yang telah diperintah untuk mengerjakan 11 Syafe’i, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia.2004),h.125

(30)

sesuatu pekerjaan tertentu dan bayaran itu diberikan menurut perjanjian yang telah disepakati bersama.

2. Syarat Ijarah

Supaya transaksi Ijarah itu bisa dianggap sah, maka ada beberapa syarat yang mengiringi beberapa rukun yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi sebagai berikut.

a. ‘Aqid, Kedua belah pihak yang melakukan akad disyaratkan memiliki

kemampuan, yaitu berakal dan dapat membedakan (baik dan buruk). Para penganut Mazhab Syafi’i dan Hambali menambah syarat lain, yaitu baligh. Sedangkan mazhab Hanafi dan Maliki mengatakan, bahwa orang yang melakukan akad tidak harus mencapai usia baligh, tetapi anak yang telah mumayyiz (mampu membedakan dan memilih) pun boleh melakukan akad Ijarah dengan ketentuan disetujui oleh walinya.12

b. Sigat akad antara mu’jir dan musta’jir, Syarat sah sigat akad dapat

dilakukan secara lisan, tulisan dan isyarat yang jelas dengan tujuan orang yang melakukan perjanjian atau transaksi dapat dimengerti. C.Ujrah (upah)

12 Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (fiqih muamalah) (Jakarta: Raja Grafindo Persada2003).h,231

(31)

Para ulama telah menetapkan syarat upah, yaitu: pertama, berupa harta tetap yang dapat diketahui. Kedua, tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari Ijarah, seperti upah menyewa rumah untuk ditempati dengan menempati rumah tersebut.13 Upah (ujrah) dapat digolongkan menjadi 214 yaitu: Upah yang telah disebutkan (ajr al-musamma), yaitu upah yang telah disebutkan pada awal transaksi, syaratnya adalah ketika disebutkan harus disertai adanya kerelaan (diterima oleh kedua pemakan riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya”, dia berkata, "mereka semua sama" (HR Muslim).

Manfaat, Terdapat enam syarat bagi manfaat/jasa:

1. Manfaat harus mubah, tidak boleh haram, misal: menjadi pegawai pabrik khamr, menjadi PSK, menjadi pegawai bank ribawi dan lain- lain. Dalilnya adalah “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat pemakan riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya”, dia berkata, "mereka semua sama" (HR Muslim).

2. Manfaat harus ma'lum (diketahui dengan jelas), bukan manfaat majhul (tidak jelas). Caranya adalah dengan menentukan dengan jelas yang terkait dengan waktu dan pekerjaan ('amal), misalnya deskripsi pekerjaan,

13 Syafe’i. Op.Cit.,h,129

14 Nurul Huda, . Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2008).h,230

(32)

batas waktu menyelesaikan pekerjaan, dan jam kerja. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam ketentuan kontrak kerja.

3. Manfaat harus dapat diserahterimakan (taslim). Bukan manfaat yang tak dapat diserahterimakan karena adanya kelemahan. Baik kelemahan inderawi, misalnya menyewa satpam yang buta, atau kelemahan syar'i, misalnya memperkerjakan wanita haid untuk membersihkan masjid.

4. Manfaat tidak boleh menghilangkan zat sumber manfaat (ini terkait dengan penyewaan benda). Misalnya tidak boleh menyewakan lilin untuk penerangan atau menyewakan sabun untuk mandi dan sebagainya.

5. Manfaat harus mempunyai nilai (mutaqawwam), yakni memiliki nilai yang layak atau boleh untuk mendapatkan kompensasi. Misalnya tidak boleh menyewakan apel untuk sekedar dicium baunya.

6. Manfaat harus dapat dinikmati oleh majikan (musta'jir). Dengan kata lain manfaat harus dapat diwakilkan, jika tidak dapat diwakilkan, Ijarah tidak sah. Misalkan tidak boleh membayar orang untuk berpuasa, shalat dan lain-lain. Semua manfaat ini hanya dinikmati oleh orang yang disewa (bekerja), tetapi tidak dapat dinikmati oleh yang menyewa/majikan (musta'jir).

D.Bentuk Kerja (Job Description)

Kontrak kerja dalam transaksi Ijarah boleh dilakukan dalam perdagangan, pertanian, industri, pelayanan (jasa), perwakilan dan lain

(33)

sebagainya. Mengontrak suatu pekerjaan, kadang-kadang bisa dilakukan terhadap jenis pekerjaan tertentu, (misalnya mengontrak tukang gali sumur) atau pekerjaan yang di deskripsikan dalam suatu perjanjian, semisal menyewa arsitek untuk membangun suatu bangunan dengan bentuk tertentu.

Menentukan bentuk pekerjaan itu sekaligus menentukan siapa pekerja yang akan mengerjakannya, agar kadar pengorbanan si pekerja bisa diketahui. Misalnya harus seorang Guru SD. Kemudian menentukan dan menjelaskan deskripsi pekerjaannya. Contohnya adalah mengajari anak SD membaca dan menghafal Al-Quran.

Kontrak kerja dalam Islam, sangat memperhatikan sekali masalah waktu. Ini dikarenakan ada akad-akad kerja yang menggunakan waktu dan ada pula yang tidak. Penentuan waktu kerja di sini adalah masa kerja atau kontrak. Dari segi masa kerja yang ditetapkan maka transaksi Ijarah dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yakni15

1. Transaksi yang hanya menyebutkan takaran kerja pekerjaan yang dikontrakan saja tanpa harus menyebutkan masa kerja/kontraknya. Seperti, pekerjaan menjahit pakaian dengan model tertentu sampai selesai. Maka berapapun lamanya, seorang pekerja harus menyelesaikan pakaian tersebut.

2. Transaksi yang hanya menyebutkan masa kerjanya tanpa harus

15 An-Nabhani Taqiyuddin, Sistem Ekonomi Islam (Bogor: Al-Azhar Press 2009).h,132

(34)

menyebutkan takaran kerja. Contohnya, memperbaiki bangunan selama satu bulan. Jika demikian, maka orang tersebut harus memperbaiki bangunan selama satu bulan, baik bangunan tersebut selesai diperbaiki atau belum.

E.Upah Kerja

Disyaratkan dalam setiap transaksi kerja, upah atau honor yang jelas, dengan bukti dan ciri yang bisa menghilangkan ketidakjelasan. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda, yang apabila salah seorang diantara kalian,

mengontrak seorang ajiir (buruh) maka hendaknya dia memberitahu upah (honor)-nya kepada yang bersangkutan" (HR. Imam Ad-Daruquthni, dari Ibnu Mas'ud) dan “Bahwa Rasulullah Saw melarang memperkerjakan seorang pekerja hingga dijelaskan upah kepadanya” (HR Ahmad).

Kompensasi yang berupa honor boleh saja dibayarkan tunai, boleh juga tidak. Honor tersebut juga bisa dalam bentuk harta (uang) atau pun jasa. Sebab apa saja yang bisa dinilai dengan harga, maka boleh juga dijadikan sebagai kompensasi, baik berupa materi maupun jasa, dengan syarat harus jelas. Apabila tidak jelas, maka tidak akan sah transaksi tersebut sah16. Gaji (honor) haruslah jelas sejelas-jelasnya, sehingga bisa menafikan kekaburan dan bisa dipenuhi tanpa ada permusuhan.

Penentuan upah/gaji dalam Islam adalah berdasarkan jasa kerja atau kegunaan/manfaat tenaga seseorang17. Berbeda dengan pandangan kapitalis

16 Ibid.,h.88 17 ibid.,h.137

(35)

dalam menentukan upah, mereka memberikan upah kepada seseorang pekerja dengan menyesuaikannya dengan biaya hidup dalam batas minimum. Mereka akan menambah upah tersebut, apabila beban hidupnya bertambah pada batas yang paling minimum. Sebaliknya mereka akan menguranginya, apabila beban hidupnya berkurang. Oleh karena itu, upah seseorang pekerja ditentukan berdasarkan beban hidupnya, tanpa memperhatikan jasa yang diberikan oleh tenaga seseorang dan masyarakat.

Dalam kondisi apapun, selama perkiraan tersebut tetap mengacu pada sarana-sarana kehidupan paling minim yang dibutuhkan oleh seorang pekerja, maka itu akan mengakibatkan kepemilikan para pekerja tersebut tetap

terbatas, sesuai dengan standar paling minimum yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Pandangan kapitalis tersebut jelas tidak menghargai sama sekali jasa seseorang dan juga profesionalitas

pekerja. Hal ini pun bertentangan dengan tingkat kebutuhan manusia yang berbeda-beda yang ingin dipenuhi, akhirnya pekerja itu yang harus mampu menekan tingkat kebutuhan tersebut. Di dalam Islam jelas akan berbeda penanganannya. Profesionalisme kerja sangatlah dihargai oleh Islam. Sehingga upah seorang pekerja benar-benar didasari pada keahlian dan manfaat yang bisa diberikan oleh si pekerja itu, bukan yang lainnya.

Lebih lanjut, di dalam hadits Rasulullah Saw tentang gaji yang diriwayatkan oleh Mustawrid bin Syadad bahwa Rasulullah Saw bersabda “Tiap yang menjadi pekerja bagi kita, hendaklah ia mencarikan istri (untuknya);

(36)

seorang pembantu bila tidak memilikinya, hendaklah ia mencarikannya untuk pembantunya. Bila ia tidak mempunyai tempat tinggal, hendaklah ia

mencarikan tempat tinggal. Abu Bakar mengatakan: Diberitakan kepadaku bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Siapa yang mengambil sikap selain itu, maka ia adalah seorang yang keterlaluan atau pencuri” (HR. Abu Daud). Hadis ini menegaskan bahwa bahkan menjadi tanggung jawab majikan juga untuk membantu memenuhi kebutuhan papan (tempat tinggal) yang

merupakan kebutuhan azasi serta mencarikan jodoh bagi karyawannya yang masih lajang (sendiri).

F. Tenaga/Keterampilan (Skill)

Akad dalam kontrak kerja terjadi atas manfaat/jasa pekerja yang dihasilkan oleh tenaga yang dicurahkan pekerja tersebut. Walaupun jasa merupakan hasil dari tenaga, tetapi tenaga tidak menjadi pijakan dalam menentukan besaran upah. Sebagai contoh tenaga dosen yang dikerahkahkan dalam mengajar lebih kecil dibandingkan dengan tenaga yang dikerahkan oleh kuli pasar maupun tukang batu. Akan tetapi, nilai manfaat yang diberikan dosen lebih besar dibandingkan manfaat yang diberikan kuli pasar maupun tukang batu tadi. Sehingga wajar jika gaji dosen lebih besar daripada upah kuli pasar ataupun tukang batu. Penentuan besarnya tenaga yang dicurahkan dimaksudkan agar pekerja tidak dibebani dengan pekerjaan yang berada di luar kapasitasnya. Sebagaimana firman-Nya “Allah tidak

(37)

membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS.Al-Baqarah: 286).

... تمبفسفتفكما امف اهفيمِلفعفوف تمبفسفكف امف اهفلف اهفعفسموه للإس اسءفمنف لله ا فهِليكفيه لف Terjemahnya ;

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya18

Rasullah Saw juga bersabda “Janganlah kalian membebani mereka (pembantu) dengan apa yang mereka tidak sanggup Jika kalian membebani mereka dengan apa yang mereka tidak sanggup maka bantulah mereka”.19 Sehingga tidak diperbolehkan untuk menuntut seorang pekerja agar

mencurahkan tenaga, kecuali sesuai dengan kapasitas kemampuannya yang wajar. Karena tenaga tersebut tidak mungkin dibatasi dengan takaran yang baku, maka membatasi jam kerja dalam sehari adalah takaran yang lebih mendekati pembatasan tersebut. Sehingga pembatasan jam kerja sekaligus merupakan tindakan pembatasan tenaga yang harus dikeluarkan oleh seorang pekerja.

G.Konsep Keadilan dalam Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keadilan merupakan kata sifat yang menunjukkan perbuatan, perlakuan adil, tidak berat sebelah, tidak

18 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, al-baqarah ayat 286

(38)

berpihak, berpegang kepada kebenaran, proporsional (KBBI, 1990:6-7). Sedangkan kata keadilan dalam bahasa arab berasal dari kata ‘adala, yang di dalam Al-Qur’an terkadang disebutkan dalam bentuk perintah ataupun dalam bentuk kalimat berita. Kata ‘adl di dalam Al-Qur’an memiliki aspek dan objek yang beragam, begitu pula pelakunya. Keragaman tersebut mengakibatkan keragaman makna ‘adl (keadilan).

Menurut M. Quraish Shihab paling tidak ada empat makna keadilan yakni:

a) ‘adl dalam arti “sama” dan pengertian ini yang paling banyak terdapat di dalam Al-Qur’an, diantaranya pada surah An-Nisa ayat 3 :

ثف لف ثه وف صصنف ثم مف ءساصصسف نيلا نفصصمس ممصصكه لف بفاصصطف اصصمف او حه كس نماصصفف ىذ ىذ مفاصصتف يف لما يصصفس او طهصصسس قم ته صصلل أف ممصصته فمخس نم إسوف او لهو عه تف صصلل أف ذذذذىذنف دم أف كف لسذذذ ذذ مم كه نها مف يمأف تم كف ِلف مف ا مف وم أف ةء دف حسا وف فف او له دس عم تف صصلل أف مم ته فم خس نم إسفف عفابفرهوف Terjemahnya :

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak - budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.20

Dengan begitu, keadilan adalah hak setiap manusia dengan sebab sifatnya sebagai manusia dan sifat ini menjadi dasar keadilan di dalam

20 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, an-nisa ayat 3

(39)

ajaran- ajaran ketuhanan.

b) kata ‘adl dalam arti “seimbang”. Pengertian ini ditemukan di dalam al-Qur’an surah Al-Infitar ayat 7 :

كفلفدفعففف كفاولسففف كفقفِلفخف ِيذسللا Terjemahanya :

Allah yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang”.21

c) kata ‘adl dalam arti ‘‘perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya”. Pengertian inilah yang didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu pada tempatnya” atau “memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat”. Lawan dari pengertian ini adalah “kezaliman”, yakni pelanggaran terhadap hak-hak pihak lain.

d) kata ‘adl yang diartikan dengan “yang dinisbahkan kepada Allah”. ‘Adl di sini berarti “memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan.

Dari berbagai makna adil dan keadilan serta implementasinya di atas, dapat dipahami bahwa keadilan merupakan satu kondisi yang tidak memihak

21 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, al-infitar ayat 7

(40)

pada salah satu pihak atau golongan tertentu. Allah SWT memerintahkan manusia berlaku adil apabila menetapkan hukum di antara manusia, kalau sekiranya seseorang menetapkan hukum di antara mereka yang tidak adil, maka kehidupan masyarakat menjadi pincang, dan akan terjadi diskriminasi.

Jika dikaitkan dengan organisasi, maka keadilan dalam berorganisasi menurut Alimuddin22, apabila semua stakeholder merasakan perlakuan yang adil di antara mereka. Adalah tidak adil apabila ada sekelompok anggota

stakeholder mendapatkan perlakukan khusus dibandingkan dengan anggota

kelompok lainnya. Misalnya, pemilik mendapatkan keuntungan berupa deviden yang jauh lebih besar daripada yang diterima pekerja berupa upah atau gaji.

Oleh karena itu, meski dalam pandangan Islam sangat membolehkan kepemilikan pribadi sebab sesuai dengan naluri alamiah manusia, namun tetap dalam batas-batas yang alami dan wajar. Di sinilah letak makna keadilan hakiki, bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam Islam merupakan regulator utama yang menjadi landasan pokok pada setiap perkara muamalah, termasuk dalam persoalan pembagian harta atau keuntungan. Islam sesungguhnya tidak menghendaki adanya kesenjangan yang lebar antara yang kaya dengan yang miskin. Islam sangat melarang umat-Nya hidup bermewah-mewahan sementara sebagian yang lain hidup dengan

(41)

kekurangan dan kelaparan.

H.Makna Penggajian yang Adil dalam Islam

Penggajian pada umumnya dipandang sebagai suatu perangkat mekanisme untuk mendistribusikan upah kepada pekerja atau karyawan. Sistem ini merupakan suatu perangkat mekanisme yang penting untuk memberikan gaji (upah) karyawan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Islam dalam hal ini mengajarkan kepada umat-Nya untuk senantiasa mengedepankan sikap adil dengan tidak menzalimi pihak manapun, baik itu pemilik usaha (pemberi kerja) atau pekerja itu sendiri apapun agama dan latar belakang lainnya, sebab masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban serta kemampuan yang mesti diganjar secara adil.

Pada dasarnya, sejak awal Islam mengajarkan agar kedua belah pihak diperingatkan untuk bersikap jujur dan adil dalam semua urusan mereka, sehingga tidak terjadi tindakan aniaya terhadap orang lain juga tidak merugikan kepentingannya sendiri. Penganiayaan terhadap para pekerja berarti bahwa mereka tidak dibayar secara adil dan bagian yang sah dari hasil kerjasama sebagai jatah dari hasil kerja mereka tidak mereka peroleh, sedangkan yang dimaksud dengan penganiayaan terhadap majikan yaitu mereka melebihi dari kemampuan mereka.

Oleh karena itu Al-Qur’an memerintahkan al-Baqarah ayat 279 :

(42)

نفو مه ِلف ظم ته لف وف نفو مه ِلس ظمتف Terjemahanya :

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. 23

Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam hal upah tidak selayaknya mengurangi atau mengambil hak-hak orang lain. Kepada majikan untuk membayar pekerja dengan bagian yang seharusnya mereka terima sesuai kerja mereka dan pada saat yang sama dia telah menyelamatkan kepentingannya. Hal ini juga sejalan dengan bunyi ayat pada surat al-Jatsiyah ayat 22 :

نفومهِلفظميه لف ممههوف تمبفسفكف امفبس سةفمنف للكه زفجمتهلسوف قيحفلمابس ضفرملمفاوف تساوفامفسللا للىذ ه ا قفِلفخفوف Terjemahnya :

Dan allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap–tiap diri terhadapapa yang dikerjakanya, dan mereka tak akan dirugikan”. 24

Sehingga hal yang menjadi dimensi penting dalam penggajian yang adil adalah dengan menerapkan prinsip persamaan hak yang adil serta keseimbangan dalam artian bargaining power yang seimbang antara karyawan dan pemilik untuk menghindari adanya sikap saling eksploitasi. I. Metode Penentuan Besaran upah yang Adil

23 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, al-Baqarah ayat 279

24 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya al-Jatsiyah ayat 22

(43)

Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka dapat dijabarkan ke dalam metode penetuan besaran upah yang adil, yakni dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan atau pemilik dan kebutuhan pekerja serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur gaji lainnya. Kebutuhan Dasar Pekerja Sebagai Dasar Penentuan Besaran Gaji yang Adil Berkaitan dengan penentuan gaji ialah setiap pekerja secara alamiah pasti akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya yakni dengan jalan bekerja keras dan setelah itu akan menerima gaji (upah) yang diharapkan dapat menjadi alat pemenuh kebutuhannya.

Menurut Alimuddin, dari berbagai jenis kebutuhan yang ada, kebutuhan dasar adalah yang paling penting karena diperlukan bagi eksistensi dari manusia dalam konteks sosialnya dan hubungannya dengan Penciptanya. Kebutuhan tersebut yakni berupa kebutuhan untuk bekal di dunia yang meliputi kebutuhan makan, air, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, keamanan, dan berumah tangga. Selanjutnya, kebutuhan untuk bekal di akhirat meliputi kebutuhan untuk melaksanakan rukun Islam, yaitu haji dan zakat dan sunnah, yaitu umrah dan qurban.

Dengan merujuk pada jenis kebutuhan di atas, maka dapat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan gaji yang adil. Apabila jenis kebutuhan yang telah diuraikan di atas tidak mampu diterapkan oleh pemilik usaha (pemberi kerja), maka dapat dilakukan pengurangan kualitas kebutuhan dasar pekerja

(44)

yang bersifat profan (dunia) dan kebutuhan bekal di akhirat yang sifatnya

sunnah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Gaji Sebagai Dasar Penentuan Gaji yang Adil Adakalanya perbedaan gaji itu sangat mencolok sekali. Ada yang gajinya hanya cukup untuk hidup, ada yang memungkinkan untuk kehdupan yang menyenangkan. Bahkan, bisa mencapai suatu kehidupan yang sangat mewah. Akan tetapi yang penting untuk dianalisa di sini adalah faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan gaji tersebut. Adapun faktor-faktor yang menjadi sumber dari perbedaan gaji yaitu:

1. Lamanya Pengabdian pekerja terhadap majikannya. 2. Beban pekerjaan (jenis pekerjaan) yang ditanggung. 3. Tinggi rendahnya kebutuhan ekonomi pada saat itu. 4. Jumlah tanggungan (keluarga).

Dengan merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi struktur gaji di atas, maka dapat dilakukan penentuan gaji yang adil. Namun yang menjadi catatan penting dalam hal ini adalah walaupun terdapat perbedaan-perbedaan dalam pemberian upah, namun pekerja yang berada pada tingkat rendah setidaknya mampu menutupi biaya kebutuhannya untuk berpenghidupan layak, sebaliknya pekerja yang memiliki upah tertinggi tidak boleh menuruti keinginannya untuk hidup berlebih-lebihan atau bermewah-mewah. Dengan begitu, perbedaan tingkat upah yang memang niscaya terjadi

(45)

tetap berada pada batas-batas yang wajar yang berkisar 1:10. Tidak seperti yang terjadi pada perusahaan/negara kapitalis yang perbandingannya bisa mencapai 1:200. Sekilas beberapa pertimbangan dalam penentuan besaran gaji yang adil di atas sama dengan konsep penentuan gaji pada paham konvensional, yaitu gaji yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan layak bagi pekerja. Perbedaannya terletak pada makna kebutuhan dan pembagian jenis kebutuhan.

Di samping itu, paham konvensional selalu hanya sekedar mengacu pada peraturan upah minimum yang dikeluarkan oleh pemerintah dan survei di pasar tenaga kerja saja, meskipun oleh Ibnu Taimiyah dalam Islahi25 terkait poin ini juga dibenarkannya untuk menentukan upah dengan standar kebiasaan masyarakat setempat (lazim). Namun lebih dari itu, hal yang terpenting bahwa Islam juga mempertimbangkan kebutuhan dasar pekerja, kemampuan pemilik/perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur gaji seperti yang diuraikan di atas. Sebab dalam penggajian Islam setiap orang memberikan sesuai kemampuannya, dan tiap orang menerima sesuai kebutuhannya. Sehingga setiap orang akan berlaku adil terhadap kemampuan dan kebutuhannya masing-masing.

J. Sistem Pembayaran Gaji (Upah) yang Adil

(46)

Dalam hal pembayaran gaji, Rasulullah pernah bersabda, “Berikanlah gaji orang gajian sebelum kering keringatnya” (HR. Ibnu Majah dan Imam Thabrani). Hadis ini menegaskan bahwa terkait waktu pembayaran gaji, agar sangat diperhatikan. Menurut Al Munawi dalam kitab Faidhul Qodir bahwa yang dimaksud memberikan gaji sebelum keringat si pekerja kering adalah ungkapan untuk menunjukkan diperintahkannya memberikan gaji setelah pekerjaan itu selesai ketika si pekerja meminta walau keringatnya tidak kering atau keringatnya telah kering. Hal ini juga termasuk jika telah ada kesepakatan waktu pemberian gaji antara pemberi kerja dan pekerja, baik itu per bulan, per pekan, per hari dst.

Bagi setiap majikan hendaklah ia tidak mengakhirkan gaji bawahannya dari waktu yang telah dijanjikan, saat pekerjaan itu sempurna atau di akhir pekerjaan sesuai kesepakatan. Jika disepakati, gaji diberikan setiap bulannya, maka wajib diberikan di akhir bulan. Terkait hal ini, Allah Ta’ala berfirman mengenai anak yang disusukan oleh istri yang telah diceraikan, “Kemudian jika mereka menyusukan anak-anakmu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya” (QS. Ath Thalaq: 6) :

تس لفو أه نلصصكه نم إسوف نلصصهسيمِلفعف اوقه ييصصضفتهلس نلههو رلاضفته لفوف ممكهدسجموه نممس ممتهنمكفسف ثهيمحف نممس نلههونهكسسمأف او رهصصمس تف أم وف نل هه رفوصصجه أه نل ههو تهآصصفف مم كه لف نف عم ضفرم أف نم إسفف نلههِلفممحف نفعمضفيف ىذ تل حف نل هسيمِلفعف اوقهفسنمأففف لةممحف رف خم أه هه لف عه ضس رم ته سففف مم ته رم سفا عفتف نم إسوف فةورهعممفبس ممكهنفيمبف ى ذ Terjemahanya :

tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka

(47)

untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah diantara kamu (segala sesuatu) dengan baik, dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.26

Dalam ayat ini dikatakan bahwa pemberian upah itu segera setelah selesainya pekerjaan. Menunda pembayaran gaji pada pegawai padahal mampu termasuk kezholiman. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezholiman” (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan, membebaninya dengan pekerjaan atau menambah waktu kerja (lembur), tapi hanya memberikan gaji pokok saja tanpa membayar pekerjaan tambahan atau waktu lembur dengan memanfaatkan momentum minimnya loWongan pekerjaan dan kelemahan pihak pekerja adalah termasuk kezaliman.

Oleh karena itu Syeikh Qardhawi mengatakan bahwa bekerja yang baik merupakan kewajiban karyawan atas hak upah yang diperolehnya, demikian juga memberi upah merupakan kewajiban perusahaan atas hak hasil kerja karyawan yang diperolehnya. Beberapa uraian di atas telah jelas menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai waktu dan sangat menghargai tenaga seorang karyawan (pekerja)

K.Bargaining Power yang Adil

26 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, Ath Thala ayat 6

(48)

Kemampuan daya tawar yang dimiliki oleh pekerja setidaknya haruslah setara dengan majikan atau pemilik perusahaan, sebab ketidaksetaraan adalah salah satu hal yang menyebabkan pembagian upah yang tidak proporsional. Dalam teori Upah Besi, penerapan sistem upah kodrat menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena posisi kaum buruh dalam posisi yang sulit menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh produsen27. Pekerja yang memiliki posisi tawar rendah terkadang tidak memiliki kuasa dalam memilih, sehingga sepenuhnya akan menggantungkan pengharapan pada keputusan pemilik perusahaan.

Keadaan tersebut hanya menciptakan kedzaliman kepada para pekerja. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Infitar ayat 7

كفلفدفعففف كفاولسففف كفقفِلفخف ِيذسللا Terjemahnya :

Allah yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang”28

Seimbang dalam arti adil tidak melahirkan penindasan terhadap sesama manusia. Terdapat beberapa sarana yang dapat dilakukan oleh pekerja untuk melahirkan bargaining power yang kuat. Di antaranya yakni bekerja sama mendirikan atau bergabung dengan serikat buruh. Bagi pekerja

27 Andri Novius, Fenomena Kesejahteraan Buruh/Karyawan Perusahaan Di

Indonesia 2012)

28 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, Al-Infitar ayat 7

(49)

keputusan mereka bergabung dengan sebuah serikat pekerja disebabkan oleh dua (2) hal yaitu ekonomi dan penghapusan kondisi yang tidak adil. Para pekerja meyakini bahwa serikat pekerja dapat meningkatkan ekonomi atau kesejahteraan mereka dengan melindungi mereka dari perbuatan diskriminatif dan tidak adil oleh manajemen. Namun catatan penting dalam pembentukan serikat buruh ini adalah bila dua hal tersebut yang melatar belakangi pekerja bergabung dengan serikat pekerja tidak terjadi dalam suatu perusahaan maka pekerja tentu merasa tidak perlu membentuk serikat pekerja (Hutama, Tanpa Tahun).

Cara lain yang dapat ditempuh oleh pekerja yakni dengan meningkatkan kapasitas dirinya masing-masing dengan membekali diri dengan kemampuan fisik dan intelektual dalam pekerjaan seperti yang dibutuhkan dalam suatu usaha dengan mengikuti pelatihan-pelatihan atau pendidikan formal dan sebagainya. Dengan begitu, para pekerja tidak terkondisikan sebagai pihak yang lemah, sebab dengan kemampuan yang dimilikinya perusahaan akan berusaha keras untuk bisa merekrutnya sebagai pekerja. Hal ini secara tidak langsung tentu akan mempengaruhi keputusan atau kebijakan perusahaan dalam penentuan upahnya.

L.Hikmah Penggajian yang Adil

(50)

sebab konsep yang berangkat dari apa yang telah ditetapkan Allah swt. maka sudah tentu punya makna dan hikmah. Apalagi jika perintah tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua komponen masyarakat, maka cita-cita besar untuk menciptakan keharmonisan hidup antara sesama umat dan lingkungannya tidak hanya menjadi sebuah konsep atau wacana yang ideal. Tetapi betul-betul akan tercipta masyarakat atau daerah baldatun

thayyibatun wa rabbun qhafur – negeri yang baik, aman, dan sentosa buat

semua penduduknya serta Tuhan melimpahkan anugerah-Nya (QS. as-Saba’ [34]).

نفورهفساكف هسبس ممتهِلمسسرمأه امفبس انلإس اهفوفهرفتممه لفاقف للإس رةيذسنف نممس ةةيفرمقف يفس انفِلمسفرمأف امفوف Terjemahnya :

Dan kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun,melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu dan berkata; “sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikanya”.29

Adapun hikmah penentuan gaji yang adil, yaitu:

29 Departemen agama repoblik indonesia, al-quran dan terjemahnya, as-saba ayatv 34

(51)

1. Hidup Tawaddhu

Hidup dalam kesetaraan akan menghindari pemaksaan kehendak pihak tertentu, khususnya mereka yang hidup bergelimang harta untuk memenuhi keinginannya. Sementara yang lain tidak berdaya dan terpaksa harus memenuhi kemauan mereka guna memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun terkadang bertentangan dengan norma-norma etika dan agama. Mendapatkan gaji (upah) sesuai kebutuhan akan mendorong mereka yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa mendapat bantuan secara langsung30. Di sisi lain juga melindungi pekerja dari suap dan khianat terhadap apa yang berada di bawah tanggung jawabnya.

2. Meningkatkan Martabat Kebiasaan sebagian masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk melakukan perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan yang merendahkan martabat mereka. Meskipun disadari dengan cara ini mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsep gaji berbasis nilai keadilan ini akan berusaha meningkatkan harkat hidup umat manusia dengan gaji yang diperoleh pekerja tidak berlebih tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Akibatnya, masyarakat tidak akan merendahkan martabatnya.

(52)

3. Hidup dalam Persaudaraan (ukhuwah)

Setiap interaksi manusia yang di hiasi dengan semangat persaudaraan (ukhuwah) tanpa memandang latar belakang masing-masing, maka akan menciptakan kedamaian tanpa perselisihan. Seperti yang terjadi antara pemilik usaha/perusahaan dan pekerjanya yang saling bermurah hati dan berlaku adil dalam melaksanakan hak serta kewajibannya masing-masing demi kemashlahatan bersama.

M.Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Al-Qur’an Qs.An-Nahl :96 Qs.Al-imran :103 Qs. Al-Baqarah :286 As-Sunnah HR.Muslim Studi Empirik Menurut Alexander (2006) adalah pebisnis waralabah selalu menggunakan kontrak saat memulai hubungan kerja sama antara pemberi modal dan Studi Teoritik Menurut Mulyadi(2008)Ga ji merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang di lakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan dan manejer. Studi Rumusan Masalah

(53)

N.Kerangka Konseptual Hipotesis Analisis Kuantitatif Analisis kualitatif Skripsi 1. Pengembangan ilmu 2. Manfaat karya ilmiah 3. Motivasi penelitian lanjutan 4. Kesimpulan dan rekomendasi Gambar 2.2 Alamat yang jelas (X6) Memiliki Karyawan yang Kualitas Produk yang terjaga(X4) Pendidikan (Y3) Menabung(Y2) Pendapatan Layak (Y1) Jenis pekerjaan (X3) Usaha tepat waktu

(X1) Kesejahteraan Karyawan Usaha Waralaba Ujrah Adil (X2)

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN A.JenisPenelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses

(55)

pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan hubungan-hubungan kuantitatif.31

B.LokasiPenelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penelitian ini dilakukan pada Rumah Makan Ayam Geprek di kota Makassar. Pemilihan lokasi penelitian di Rumah makan Ayam Geprek ini adalah Usaha ini merupakan salah satu Usaha yang menerapkan Prinsip Waralaba dalam pengelolaan usahanya. Penulis Memilih Usaha Rumah Makan Ayam Geprek tersebut untuk melihat apakah usaha ini telah menerapkan sistem pengupahan yang sesuai dan adil yang dapat mensejahterakan karyawan,dalam konteks ini khususnya pada penggajianya.

C.Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variabel). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Ujrah(β) dan Kesejahteraan Karyawan( ).ɤ

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel

31Muhammad Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h.12

(56)

bebas.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Usaha Waralaba( ).Ϟ

D.Definisi Operasional Variabel

1. Ujrah adalah hak pekerja/buruh yang di terima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang di tetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja,kesepakatan,atau peraturan perundang-undangan,termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.

2. Kesejahteraan Karyawan adalah pemenuhan kebutuhan karyawan oleh perusahaan.Kesejahteraan yang dilaksanakan oleh perusahaan bertujuan untuk memelihara karyawan,baik dari segi rohani maupun jasmani guna mempertahankan kinerja dan sikap kerja yang baik di dalam bekerja.

3. Usaha Waralaba adalah kerja sama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.Dalam hal ini penerima waralaba membayarkan sejumlah biaya kepada pemilik usaha sebagai penggantian atas hak pemberi izin yang digunakan.

(57)

1. Populasi

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.32 Berdasarkan pendapat tersebut popula si dalam penelitian ini adalah Karyawan yang terdapat pada Rumah Makan Ayam Geprek. Dalam penelitian ini, populasi yang dipilih sebanyak 50 orang.

2. Sampel

Adapun sampel yang merupakan bagian dari suatu populasi.33 Maka dari itu sampel dari penelitian ini adalah seluruh Karyawan 47 orang. Pada saat penelitian Berlangsung menggunakan Slovin, sebagai berikut :

Rumus Sloving : n = N (1+ e2 N) Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Tingkat error (5%)

32Sugiyono, Statistika Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.117

33Umar,Husain, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 102

(58)

50 Diketahui : n = 1+(0.05)2(50) =50 1,125 = 44 Orang F. Instrument Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.Data Primer yaitu, data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung objek yang diteliti, yang berupa angket. Sedangkan data Sekunder yaitu, data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu yang dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data statistic maupun dari internet. Selain itu, data juga dapat diperoleh dalam bentuk yang sudah dipublikasikan yang tersedia diperusahaan seperti literature, company profile, jurnal, dan sebagainya. Selanjutnya dalam kegiatan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa alat yang mendukung dalam melakukan penelitian ini, yaitu: handphone, alat tulis, serta kamera. G. Tehnik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat

(59)

digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gajala-gejala alam.Subjek yang diteliti adalah sejumlah Karyawan di Rumah Makan Ayam geprek.

2. Angket/kuisioner

Angket atau kuisioner adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab oleh para responden.34 Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para responden ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel.

Cara pengumpulan data ini dipilih dengan harapan bahwa peneliti, melalui jawaban responden maupun memperoleh informasi yang relavan dengan permasalahan yang dikaji dan mempunyai derajat yang tinggi jumlah pertanyaan yang ada, diambil dari masing-masing indikator variabel, baik indikator independen maupun variabel dependen.

Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar lebih efektif dan efisien menjangkau jumlah sampel dan mudah memberikan penjelasan berkenaan dengan pengisian angket tersebut. Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini menggunakan Skala Likert dengan skor 1-5, jawaban responden berupa pilihan 5 (lima) alternative yang ada yaitu:

Gambar

Table 3.1 Skala  Likert  ALTERNATIF JAWABAN JAWABAN SKOR Sangat Setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Ragu-Ragu (RR) 3 Tidak Setuju (TS) 2
Table 4.2 Usaha Waralaba NO Indikator Pernyataan Responden 5 4 3 2 1 1 X 4 (Kualitas Produk   yang terjaga) 81 49 6 -  -2 X 5 (Memiliki karyawan   yang terampil) 72 56 4 -  -3 X 6   (Alamat   yang jelas) 85 51 2 -
Table 4.3 Kesejahteraan Karyawan
Gambar 4.3 Model Specification
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dapat mengerjakan hal-hal detil Berorientasi terhadap pekerjaannya Ingin melakukan segala sesuatu dengan tepMenyukai hubungan dengan sesama Menilai orang dan tugas secara

• Kemampuan penyaringan yang andal selama masa pakai, bahkan dalam kondisi yang sangat ekstrem: filter bahan bakar Mercedes-Benz memiliki ketahanan terhadap tekanan 5 kali

Proses bekerjanya teknologi Augmented Reality pada sistem aplikasi tersebut yaitu dengan mengaktifkan terlebih dahulu kamera dari android tersebut lalu kamera akan

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Hasil Belajar MYOB ( Mind Your Own Business ) ditinjau dari Pemahaman Pengantar Akuntansi dan Bahasa Inggris pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan

Pra rencana pabrik Vinyl Acetate Monomer dengan proses reaksi ethylene, acetic acid, dan oksigen layak didirikan secara teknis maupun ekonomis berdasarkan perhitungan yang

Berdasarakan hal tersebut di atas, maka penelitian ini akan berusaha menjelaskan cara perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dalam meningkatkan layanan koleksi digital

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa kelompok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap