• Tidak ada hasil yang ditemukan

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

(2)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JANGKIT DALAM CABANG

OLAHRAGA ATLETIK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 KOTA GORONTALO

(Winang Abudi, Suriyadi Datau, Edy Dharma P. Duhe)

winangabudi@yahoo.co.id Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak : Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pelatihan Alternate Leg Bound Terhadap Kemampuan Lompat jangkit Dalam Cabang Olahraga Atletik Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Kota Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Gorontalo Tahun 2014. Populasinya adalah seluruh kelas VII yang berjumlah 104 orang dan sampel siswa 20 orang teknik pengambilan sampel dalam peneliti ini dalam teknik Random (acak). Variabel yang dikaji dalam penelitian ini meliputi 2 variabel

yaitu variable bebas Alternate Leg Bound dan variable terikat

adalah Lompat Jangkit, Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode eksperimen . Dari hasil pengujian Pre-test dan

post-test menunjukan Hasil pengujian di peroleh =25,33,

nilai pada α =0,01 di peroleh harga sebesar 2,539 . dengan

demikian lebih besar dari , Berdasarkan kriteria

pengujian bahwa tolak : jika pada α =0,01, oleh

karena itu hipotesis alternatife atau dapat diterima, sehingga

Kesimpulan dari penelitian ini dinyatakan “Terdapat Pengaruh Alternate Leg Bound Terhadap Kemampuan Lompat jangkit Dalam Cabang Olahraga Atletik Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Kota Gorontalo’’.

Kata kunci : Pelatihan Alternate Leg Bound, Kemampuan Lompat

(3)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada Olimpiade I pada 776 SM. Induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Dalam pengertiannya, atletik meliputi perlombaan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar ( Yusuf Hidayat 2010 : 152)

Istilah atletik yang kita kenal sekarang ini berasal dari beberapa sumber

antara lain bersumber dari bahasa Yunani, yaitu Athlon yang mempunyai

pengertian berlomba atau bertanding (Yoyo Bahagia2011 : 4). Istilah Atletik ini

juga biasa di jumpai dalam berbagai bahasa antara lain dalam bahasa inggris Athletic,dalam bahasa prancis Ateletique, dalam bahasa belanda Atletiek, dalam

bahasa jerman atheletik(Giri Wiarto 2013 : 2 ).

Dari uraian pendapat di atas dapat di simpulkan maka atletik adalah suatu aktivitas jasmani yang di perlombakan dan di permainkan meliputi nomor-nomor jalan, nomor lari, nomor lompat dan nomor lempar yang dapat di lakukan di lapangan dan di lintasan, atletik juga merupakan ibu dari semua cabang olahraga dalam hal ini sama tuaya dengan manusia pertama di dunia, di samping itu unsur-unsur kemampuan dasar fisikpun harus di terapkan dalam cabang olahraga atletik. Hakikat Lompat Jangkit

Lompat jangkit dapat di ikuti oleh putra dan putri tapi lompat jangkit belum di kenal luas oleh masyarakat baik di tingkat sekolah dasar maupun sampai ke perguruan tinggi( Joko Sumpeno 2010 : 44 ).

Lompat jangkit yang disebut juga lompat tiga adalah nomor lompat yang melibatkan tiga gerakan yang dilakukan secara berurutan dan menjadi satu kesatuan. Ketiga gerakan tersebut yaitu jingkat (hop), langkah (step), dan lompat (jump). Akhir gerakan adalah mendarat di kotak berisi pasir seperti pada lompat jauh. Lompat jangkit membutuhkan kecepatan dan kelenturan. Jadi selain seorang sprinter yang handal, atlet lompat jangkit juga harus memiliki kekuatan otot dan kelenturan( Joko Sumpeno 2010 : 44 ).

(4)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

(Muhendri 2012). Lompat jangkit disebut juga lompat-lompat tiga, karena dilakukan dengan tiga lompatan yaitu jingkat (hop), langkah (step), lompat (jump) atau jingkat – langkah – lompat. Lompat jangkit termasuk salah satu nomor lompat di antara nomor-nomor lompat.

Tehnik Lompat Jangkit

Tehnik dalam melompat jangkit hamper sama dengan lompat jauh dan lompat tinggi (Wiarto 2013 : 45 ) yaitu :

1. Awalan

2. Tolakan

a. Tolakan Pada Saat Berjingkat (hop)

b. Tolakan pada saat melangkah (step)

c. Tolakan pada saat melompat (jump)

d. Pendaratan

Sarana Dan Prasarana Lompat Jangkit

Sarana adalah suatu alat yang dapat menunjang suatu kegiatan yang bersifat dapat dipindahkan. Sedangkan Prasarana merupakan alat penunjang suatu kegiatan yang berupa bangunan semi permanen yang bentuknya tidak dapat dipindahkan.

Sarana adalah suatu alat yang dapat menunjang suatu kegiatan yang bersifat dapat dipindahkan. Sedangkan Prasarana merupakan alat penunjang suatu kegiatan yang berupa bangunan semi permanen yang bentuknya tidak dapat dipindahkan.

1) Lintasan lari

Lintasan ini di buat untuk awalan para atlit lompat jauh maupun lompat jangkit yang penjangnya minimal 40 meter dan lebarnya 1,22 meter.

2) Bak lompatan

Bak lompatan atau pendaratan mempunyai lebar 2,75 meter dan panjangnya bila memungkinkan 10 meter.

(5)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

3) Balok tumpuan

Balok tumpuan untuk lompat jauh dan lompat jangkit ini terbuat dari kayu yang kuat yang berbentuk segi empat dengan ukuran sebagai berikut :

o Panjang = 1,21 – 1,22 meter

o Lebar = 20 cm

o Tebal balok tumpuan = 10 cm

o Balok tumpuan ini harus di cat putih.

Pada lompat jangkit balok tumpuan ini di letakkan dengan jarak 11 meter, 13 meter dan 15 meter dari bak pendaratan.

4) Papan plastisin

Papan ini berguna untuk mengetahui sah tidaknya lompatan. Papan ini terbuat dari kayu yang mempunyai ukuran panjang 1,21 – 1,22 meter, lebar 10 cm dan tebalnya 0,7 cm.

Hakikat Alternate Leg Bound

Menurut Carr dalam Johan Cahyo latihan Alternate leg bound adalah suatu

latihan melompat ke depan atau ke atas dengan satu kaki secara bergantian dan berulang-ulang yang berguna untuk meningkatkan tenaga kaki dan keselerasi lari. Alternate leg bound merupakan jenis latihan plyometric. Latihan plyometric berasal dari negara Eropa Timur yang dikenal sebagai latihan meloncat (jumping training). Sebagaimana diketahui bahwa Eropa Timur pada tahun 1970-an merupak1970-an negara y1970-ang mempunyai atlet-atlet luar biasa prestasinya dalam cabang atletik, senam, dan angkat besi (Joha Cahyo 2012 : 18).

Tujuan latihan plaiometri adalah untuk meningkatkan daya ledak otot

tungkai, Sekarag ini plaiometric mengacu pada latihan –latiha yang di tandai

dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis, atau peregangan otot-otot yang terlibat (M. Furqon H. dkk : 2002)

(6)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

Plaiometric adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan power pada berbagai cabang olahraga (Muchsin dalam Artada2011 : 3).

Latihan Alternate leg bound hampir sama dengan latihan double leg bound

untunk mengembangkan power tungkai dan pinggul, dengan mengubah kedua tungkai khususnya kerja flexors dan extensors paha dan pinggul, maka latihan ini di gunakan untuk meningkatkan lari, langkah dan gerakan lari cepat ( M. Fuqron 2002).

Dapat di simpulkan bahwa Pelatihan Alternate leg bound adalah pelatihan

yang dilakukan dengan memulai tolakan tungkai belakang, dilanjutkan dengan menggerakan lutut ke dada dan usahakan loncatan setinggi dan sejauhmungkin sebelum mendarat dengan memebentangkan kaki ke depan dengan cepat, Ulangi rangkaian dengan kaki yang lain saat mendarat.

Kontribusi Alternate Leg Bound Terhadap Lompat Jangkit

Alternate leg bound dalam kemampuan lompat jangkit menurut (Eka pratama2013 : 3) yaitu suatu latihan melompat keatas dan kedepan dengan satu kaki seorang pelompat jangkit harus mempunyai kaki yang kuat, pergelangan kaki yang kuat, lutut yang kuat, dan tungkai yang kuat agar dapat memikul beban yang berat sehingga dalam melakukan lompat jangkit semuanya saling berkaitan untuk mencapai jarak yang maksimal.

Anatomi fungsional bounding meliputi (1) fleksi pana melibatkan otot otot sarforius, illacus, dan gracilis, (2) ekstensi lutut melibatkan otot otot recrus, femaris, festus lateralis, medialis, dan intermedias (kelompok qua) (3) ekstensi paha, melibatkan otot otot gluteus maximus dan minimus (kelompok glureais) (4) fleksi lutut dan kaki melibatkan otot gastrocnemius, dan (5) aduksi (adduction) dan abduksi (abduction) paha melibatkan otot otot gluacals dan adductor longus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis.

(7)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

Pelatihan Alternate leg bound ini melibatkan otot-otot seperti sartorius,

illiacus, gracilis, biceps femoris, semitendinous, semimembranosus, gluteus maximus dan gluteus minimus (Eka Pertama 2013 : 3)

Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada siswa SMP N 10 Kota Gorontalo, perlu adanya telaah secara ilmiah, maka sebagai bagian tanggung jawab pengembangan keterampilan dalam melakukan lompat jangkit menjadi perhatian tersendiri bagi peneliti. Dengan demikian, penulis berinisiatif untuk mengadakan suatu penelitian terkait dengan lompat jangkit dalam cabang olahraga Atletik yang diangkat dalam sebuah judul “Pengaruh Pelatihan Alternate Leg Bound Terhadap Kemampuan Lompat Jangkit Dalam Cabang Olahraga Atletik Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Kota Gorontalo”.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pelatihan Alternate leg bound

Terhadap Kemampuan Lompat Jangkit Dalam Cabang Olahraga Atletik pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Kota Gorontalo.

Metode Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Eksperimen adalah penelitian yang di lakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini

menggunakan “one group pre test” and “post test design”, Desain tersebut dapat

di gambarkan sebagai berikut.

Pre-test Perlakuan Post-test

X1 T X2

Keterangan :

X1 = Tes awal kemampuan lompat jangkit

T = Penerapan latihan Alternate leg bound / perlakuan

(8)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

Hasil

Berdasarkan Rumus hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh pelatihan Alternate Leg Bound terhadap kemampua melakukan lompat

jangkit dan untuk membuktikan hal tersebut, maka dilakukan langkah-langkah pengujian sebagai berikut.

1. Langkah pertama : menentukan hipotesis statistic

a) : = : tidak terdapat pengaruh Pelatihan Alternate

Leg Bound terhadap Kemampuan melakukan lompat jangkit

b) : : terdapat pengaruh Pelatihan Alternate Leg

Bound terhadap Kemampuan melakukan lompat jangkit.

2. Langkah kedua : menentukan kriteria pengujian

a) Terima : jika ≤ pada α = 0,01 ; n -1

b) Tolak : jika ≥ pada α = 0,01 ; n -1

3. Langkah ketiga : menentukan Uji Statistik

Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan,digunakan Rumus Uji t pasangan observasi

Rumus

:

t =

Setelah besaran-besaran statistik di ketahui, maka dapat di lanjutka dengan uji t sebagai berikut :

(9)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

t =

=

=

=

t = 25,33t t hitung

Hasil pengujian di peroleh = 25,33 nilai pada α = 0,01;dk =

n-1 (20-1 =19) di peroleh harga sebesar 2,539 . dengan demikian lebih

besar dari ( = 2,539 ). Berdasarkan kriteria

pengujian bahwa tolak : jika pada α =0,01; n-1, oleh karena

itu hipotesis alternative atau dapat diterima, sehingga dapat dinyatakan

terdapat pengaruh pelatihan Alternate Leg Bound terhadap kemampuan

melakukan lompat jangkit.

Untuk jelasnya hal ini dapat di lihat dalam gambar berikut ini :

Gambar. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis - )

Pembahasan

Lompat jangkit adalah suatu bentuk gerakan lompat yang merupakan rangkaian urutan gerak yang di lakukan dengan berjingkat (hop), melangkah (step), dan melompat (jump), dalam usaha untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya,

0 2,539 25,33

Daerah Penerimaan Ho

EDY.DPD

(10)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

Akhir gerakan adalah mendarat di kotak berisi pasir seperti pada lompat jauh (Giri Wiarto 2013 : 25)

Alternate leg bound dalam kemampuan lompat jangkit menurut (Eka pratama2013 : 3) yaitu suatu latihan melompat keatas dan kedepan dengan satu kaki seorang pelompat jangkit harus mempunyai kaki yang kuat, pergelangan kaki yang kuat, lutut yang kuat, dan tungkai yang kuat agar dapat memikul beban yang berat sehingga dalam melakukan lompat jangkit semuanya saling berkaitan untuk mencapai jarak yang maksimal.

Menurut M. Furqon H. dan Muchsin Doewes bahwa Pengorganisasian

latihan Plaiometric ini mengikuti konsep rangkaian power, sebagaian besar

latihan adalah khusus gerakan tungkai dan pinggul karena kelompok otot ini merupakan pusat power gerakan olahraga dan memiliki keterlibatan utama dengan

semua olahraga, gerakan Pliometric dirancang untuk menggerakan otot pinggul

dan tungkai dan gerakan otot khusus yang dipengaruhi oleh bounding, hopping, jumping, leapping, skipping, dan ricochet.

Anatomi fungsional bounding meliputi (1) fleksi pana melibatkan otot otot sarforius,illacus, dan gracilis,(2) ekstensi lutut melibatkan otot otot recrus,femaris,

festus lateralis,medialis,dan intermedias (kelompok qua) (3) ekstensi

paha,melibatkan otot otot gluteus maximus dan minimus (kelompok glureais)(4) fleksi lutut dan kaki melibatkan otot gastrocnemius,dan (5) aduksi (adduction) dan abduksi (abduction) paha melibatkan otot otot gluacals dan adductor longus, brevis,magnus,minimus,dan hallucis.

Pelatihan Alternate leg bound ini melibatkan otot-otot seperti sartorius,

illiacus, gracilis, biceps femoris, semitendinous, semimembranosus, gluteus maximus dan gluteus minimus (Eka Pertama 2013 : 3)

Hasil hipotesis yang dilakukan menunjukan kesimpulan adanya pengaruh

Pelatihan Alternate leg Bound terhadap kemampuan lompat jangkit.untuk dapat

(11)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

dasarnya yang sangat menentukan yaitu saat melakukan lompatan yang baik. Karena hal ini berdampak pada saat melakukan lompat jangkit.

Berdasarkan hasil experimen yang yang telah di analisis dengan pengujian

statistik, menunjukan bahwa Pelatihan Alternate Leg Bound berpengaruh terhadap

kemampuan melakukan lompat jangkit dalam cabang olahraga Atletik yang signifikan setelah dilakukannya experimen.

Hal ini dapat di lihat pada peningkatan rata-rata kemampuan melakukan

lompat jangkit yaitu sebelum diberikan latihan Alternate Leg Bound sebesar 2,81

dan sesudah di berikan latihan Alternate Leg Bound sebesar 4,45. Dengan

demikian peneliti berasumsi bahwa pemberian latihan Alternate Leg Bound

selama 5 minggu dimana 1 minggu 4 kali dilakukan perlakuan memberikan pengaruh terhadap kemampuan melakukan lompat jangkit dalam cabang olahraga atletik.

Pengaruh yang signifikan ini dapat di buktikan dengan pengujian rata-rata

atau analisis varians bahwa setelah di analisis menunjukan harga = 21,72

dan = 2,539 . dengan demikian lebih besar dari pada

Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh

Pelatihan Alternate Leg Bound terhadap kemampuan lompat jangkit dalam cabang

olahraga atletik pada siswa kelas VII SNP Negeri 10 Kota Gorontalo di tolakdan

menerima hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh Pelatihan Alternate

Leg Bound terhadap Kemampuan Lompat Jangkit Dalam Cabang Olahraga Atletik Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa hipotesis yang menyataka

bahwa “Terdapat Pengaruh Pelatihan Alternate Leg Bound Terhadap Kemampuan

Lompat Jangkit Dalam Cabang Olahraga Atletik Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Kota Gorontalo’’ Dapat di Terima.

(12)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

Kesimpulan

Setelah hasil analisis data pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Terdapat

Pengaruh Pelatihan Alternate Leg Bound Terhadap Kemampuan Lompat Jangkit

Dalam Cabang Olahraga Atletik Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Kota Gorontalo” Dapat diterima .

Bentuk latihan Alternate Leg Bound dapat memberikan kontribusi

kemampuan lompat jangkit. Hal ini dipengaruhi oleh hasil yang dilakukan setelah

eksperimen, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Latihan Alternate Leg Bound

dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan lompat jangkit dalam cabang olahraga atletik.

Hasil pengujian di peroleh = 25,33, nilai pada α =0,01; dk =

n-1 (20-1 =19) di peroleh harga sebesar 2,539 . dengan demikian lebih

besar dari ( = 2,539 ). Berdasarkan kriteria

pengujian bahwa tolak : jika pada α =0,01; n-1 , oleh karena

itu hipotesis alternatife atau dapat diterima , sehingga dapat dinyatakan

terdapat pengaruh pelatihan Alternate Leg Bound terhadap kemampuan

melakukan lompat jangkit . Saran

Dengan hasil pembahasan dan simpulan diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jangkit, sangat tepat digunakan

Pelatihan Alternate Leg Bound diharapkan kepada guru penjaskes maupun

pelatih agar dapat menerapkan bentuk Pelatihan Alternate Leg Bound baik

dalam pembelajaran maupun pada kegiatan latihan diluar jam sekolah.

2. Kepada orang tua siswa agar lebih memberikan motivasi pada anak- anak

(13)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

nomor lompat yaitu lompat jangkit untuk mengembangkan Pelatihan Alternate Leg Bound guna meningkatkan kemampuan lompat jangkit.

3. Bentuk Pelatihan Alternate Leg Bound diharapkan dapat dilakukan oleh

siswa kontinyu walaupun tidak dalam pengawasan guru atau pelatih maupun orang tua siswa diluar jam sekolah. Karena bentuk latihan ini disamping memberikan dampak positif terhadap kemampuan lompat jangkit serta kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang atlit yang berprestasi dalam cabang olahraga atletik nomor lompat jangkit DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.Rineka cipta, Jakarta.

Artada, Juni.2011. pengaruh pelatihan pliometrik alternate leg bound terhadap

daya ledak otot tungkai dan kecepatan .(di akses tggal 28 januari 2014)

Bramistra, lompat jangkit.

http://gustiarab.files.wordpress.com/2012/09/lompat-jangkit-kelas-xii.pdf

Cahyo ,Johan.2012. Pengaruh latihan lompat kijang terhadap kecepatan lari ,(di akses tanggal 28 januari 2014)

Hidayat, Yusup, 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan

SMA/MA/SMK untuk kelas X, Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.

Merta, I wayan. 2013. Pengaruh Pelatihan Lari Kijang Dengan Beban Terhadap Prestasi Lompat Jangkit Ditinjau Dari Power Otot Tungkai (di akses tggal 28 januari 2014)

M. Furqon, 2002. Plaiometrik Untuk Meningkatkan Power. Program studi Ilmu Keolahragaan Program pasca sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta .

(14)

Winang Abudi mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga; Suriyadi Datau, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan Edy Dharma P. Duhe, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo; Iswan Dai, S.Pd guru mata Pelajaran Olahraga SMP Negeri 10 Kota Gorontalo

Muhendri , Awang 2012. Peningkatan Hasil belajar lompat jangkit melalui alat bantu pembelajaran pada siswa kelas XII IPA 2 SMA N 1 Teras Kab. Boyolali tahun ajaran 2012/2013.

Pratama, Eka. 2013. pengaruh pelatihan alternate leg bound dan skipping terhadap peningkatan kelincahan dan daya ledak otot tungkai ( diakses tggal 29 januari 2014)

Rudhie , Rian. 2012. Hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar lompat jangkit siswa siswa SMA N 1 taman.

Sumpeno, Joko. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga , Dan Kesehatanuntuk SMA,MA kelas XII, pusat perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Suratmin. 2012. Pengaruh Metode Pelatihan Pliometrik Terhadap Lompat Jauh.

http://eprints.uns.ac.id/4312/1/162-296-1-SM.pdf

Sutrisno, Budi, 2010 .Pendidikan jasmani Olahraga Dan Kesehatan 2 Untuk SMP/MTS kelas VIII, Kementrian Pendidikan Nasional.

Wiarto,Giri. 2013. Atletik , Graha Ilmu Yoyo, Bahagia. 2011. Pembelajaran Atletik

Depertemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah, direktorat pendidikan luar biasa.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil eksplorasi bakteri Pseudomonas sp. dari tanah beserta akar tanaman padi yang berasal dari daerah Unyur Kecamatan Kota Serang, terdapat 54 isolat bakteri Pseudomonas

Peta atau gambar master plan Kebayoran Baru digunakan untuk mengidentifikasi konsep kawasan tersebut menurut kriteria Howard (1898) yaitu berdasarkan ukuran, struktur, elemen,

Hasil pendaftaran SE2016 menunjukkan bahwa distribusi tenaga kerja menurut kategori lapangan usaha, sejalan dengan jumlah usaha/perusahaan yaitu didominasi oleh lapangan

Analisis yang dilakukan yaitu perhitungan perhitungan produktivitas masing-masing alat berat yang digunakan, dengan menentukan waktu siklus alat, penentuan factor

a) Monitoring dan evaluasi kelompok usaha masyarakat melalui tersusunnya 1 dokumen 10 buku laporan pelaksanaan monitoring dan evaluasi kelompok usaha masyarakat. b)

Pemakaian nPCR telah banyak digunakan dalam mendeteksi herpesvirus diantaranya: pendeteksian agen penyebab MCF pada sampel usapan mukosa hidung (W IYONO et al., 1994; 1995)

Pemberian izin oleh penguasa atau pemerintah terhadap pemohon izin berarti memberikan serta memperkenankan pemohon tersebut dalam melakukan tindakan tertentu. Secara umum

Tidak ada korelasi yang signifikan antara pengetahuan hand hygiene dengan kejadian diare pada anak usia sekolah di SDIT Thariq Bin Ziyad Bekasi tahun 2011 dengan