• Tidak ada hasil yang ditemukan

Insidensi Infestasi Soil Transmitted Helminthes Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 13 Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara Pontianak 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Insidensi Infestasi Soil Transmitted Helminthes Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 13 Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara Pontianak 2010"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

INSIDENSI INFESTASI SOIL TRANSMITTED HELMINTHES PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 13 SIANTAN HILIR

KECAMATAN PONTIANAK UTARA PONTIANAK

2010

SALMAN ALFATH I11107026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

(2)
(3)

iii

INCIDENCE OF SOIL TRANSMITTED HELMINTHES INFESTATION IN SEKOLAH DASAR NEGERI 13 SIANTAN HILIR STUDENTS

NORTH PONTIANAK DISTRICT, PONTIANAK 2010

Salman Alfath1; Agus Fitriangga2; Andriani3

Abstract

Background. Soil Transmitted Helminthes infes tation occurs in all group of age and most prevalent in school age children. SDN 13 Siantan Hilir was an elementary school in the district with the most prevalent helminthes infestation in Pontianak according to data from Pontianak Department of Health year 2007-2009.

Objective. This study was conducted to acquire data of STH infestation incidence in SDN 13 Siantan Hilir in 2010 and its distribution according to gender, age, and species of STH.

Method. This study was a descriptive observational study with cross sectional design. This study was conducted in SDN 13 Siantan Hilir North Pontianak district, Pontianak city from October 1st 2010 until October 20th 2011. Sixty two students grade 1 to 6 were participated in this study. Fecal examination was conducted by using direct wet mount method.

Result. There were 37,84% students infested by STH, among them were 37,84% male students and 28% female students. STH infestation occurred in 22,22% seven years old students, 41,67% eight years old students, 33,33% nine years old students, 22,22% ten years old students, 50% eleven years old students, 50% twelve years old students, and 50% of students more than twelve years old. STH species that caused the infestation were Ascaris lumbricoides (61,90%), Trichuris trichiura (4,77%), hookworm (19,04%), and mixed infestation (14,29%).

Conclusion. The incidence of STH in SDN 13 Siantan Hilir in 2010 is 33,87%. STH infestation in male students more than female students. STH infestation mostly happened in students aged 11 years old and more. STH infestation is mostly caused by Ascaris lumbricoides.

Keyword: Incidence, STH, school age children

1) Medical School, Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura, Pontianak, West Borneo

e- mail: salmanalfathdr@gmail.com

2) Department of Public Health, Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura, Pontianak, West Borneo

3) Department of Biochemistry, Faculty Of Medicine, Universitas Tanjungpura, Pontianak, West Borneo

(4)

iv

INSIDENSI INFESTASI SOIL TRANSMITTED HELMINTHES PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 13 SIANTAN HILIR KECAMATAN PONTIANAK UTARA, PONTIANAK TAHUN 2010

Salman Alfath1; Agus Fitriangga2; Andriani3 Intisari

Latar Belakang. Soil Transmitted Helminthes menginfestasi semua kelompok usia, yang paling banyak terjadi pada kelompok anak usia sekolah. SDN 13 Siantan Hilir merupakan salah satu sekolah dasar di kecamatan dengan angka kejadian kecacingan tertinggi berdasarkan data Dinas Kesehatan Kotamadya Pontianak tahun 2007-2009.

Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi infestasi STH di SDN 13 Siantan Hilir pada tahun 2010 dan distribusinya berdasarkan usia penderita, jenis kelamin penderita, dan spesies STH yang menginfestasi.

Metodologi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 13 Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara, Kotamadya Pontianak dari tanggal 1 Oktober 2010 sampai 20 Oktober 2011. Sebanyak 62 siswa kelas 1 sampai 6 SDN 13 Siantan Hilir berpartisipasi dalam penelitian ini. Pemeriksaan tinja menggunakan metode apusan langsung dari sediaan tinja segar.

Hasil. Terdapat 33,87% siswa SDN 13 Siantan Hilir terinfestasi oleh STH, di mana 37,84% siswa laki-laki dan 28% siswa perempuan. Infestasi STH terjadi pada 22,22% siswa berusia 7 tahun, 41,67% siswa berusia 8 tahun, 33,33% siswa berusia 9 tahun, 22,22% siswa berusia 10 tahun, 50% siswa berusia 11 tahun, 50% siswa berusia 12 tahun, dan 50% siswa berusia > 12 tahun. Spesies STH yang menginfestasi adalah Ascaris lumbricoides (61,90%), Trichuris trichiura (4,77%) cacing tambang (19,04%), dan infestasi campuran (14,29%).

Kesimpulan. Insidensi infestasi STH di SDN 13 Siantan Hilir pada tahun 2010 adalah 33,87%. Infestasi pada siswa laki-laki lebih banyak daripada siswa perempuan. Infestasi STH paling banyak terjadi pada 11 tahun ke atas. Spesies STH yang paling banyak ditemukan adalah Ascaris lumbricoides.

Kata kunci: Insidensi, STH, anak usia sekolah

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat

e-mail: salmanalfathdr@gmail.com

2) Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat

3) Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat

(5)

1 PENDAHULUAN

Infestasi cacing yang tergolong dalam kelompok Soil Transmitted Helminthes (STH) terjadi di seluruh belahan dunia, Diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia terinfestasi oleh satu atau lebih spesies cacing usus.1 Cacing yang tergolong STH dapat menginfestasi manusia pada semua umur. Infestasi STH yang berat terutama mengenai anak-anak. Kejadian tertinggi infestasi STH ditemukan pada kelompok anak usia sekolah.2

Beberapa penelitian mengenai kejadian infestasi STH pada anak usia sekolah yang telah dilakukan baik di Indonesia maupun beberapa negara lainnya menunjukkan bahwa infestasi STH pada anak usia sekolah masih terbilang tinggi. Penelitian di Nigeria menemukan 50% siswa terinfestasi oleh STH,3 sementara angka infestasi lebih tinggi terjadi pada anak usia sekolah dan pra sekolah di Malaysia yaitu pada 100% sampel yang diperiksa.4 Penelitian dengan topic yang sama di Indonesia mendapati angka infestasi STH berkisar antara 9,37%-49,02%.5,6

Spesies STH yang penting di Indonesia adalah Ascaris lumbricoides,

Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale.

Spesies STH ini dapat menimbulkan masalah kesehatan mulai dari gangguan nutrisi sampai kegawatdaruratan.7,8,9,10

Angka kejadian Infestasi Ascaris lumbricoides di Indonesia masih menempati posisi teratas dibandingkan dengan Trichuris trichiura dan cacing tambang, yaitu sebesar 60-90%.11 Prevalensi infestasi Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura umumnya tinggi pada usia anak-anak, sementara prevalensi infestasi cacing tambang meningkat seiring bertambahnya usia.9

Sekolah Dasar Negeri13 Siantan Hilir adalah salah satu sekolah dasar di Kecamatan Pontianak Utara, yang menurut catatan Dinas Kesehatan

(6)

2 Kotamadya Pontianak tahun 2007-2009, merupakan kecamatan dengan angka kecacingan tertinggi se-Kotamadya Pontianak.12

Berdasarkan uraian masalah di atas, peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian gambaran kejadian infestasi STH. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi penanggulangan infestasi STH di Kotamadya Pontianak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 1 oktober 2010 sampai 20 oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 13 Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara, Kotamadya Pontianak.

Subjek penelitian adalah 62 orang siswa SDN 13 Siantan Hilir kelas 1 sampai kelas 6. Subjek Penelitian dipilih secara stratified random sampling

dari sejumlah siswa yang memenuhi kriteria berikut: siswa SDN 13 Siantan Hilir kelas 1 sampai kelas 6 yang aktif mengikuti kegiatan akademik saat penelitian berlangsung dan menyatakan kesediaan tertulis untuk menjadi subjek penelitian.

Pemeriksaan pada spesimen tinja dilakukan dengan metode apusan langsung dari sediaan tinja segar. Pemeriksaan dilakukan secara langsung oleh peneliti di bawah pengawasan dr. M. Ibnu Kahtan selaku pengajar dari departemen parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Sampel Penelitian

Sampel penelitian berjumlah 62 orang. Mayoritas Sampel penelitian berjenis kelamin laki-laki. Sampel penelitian berusia 6 sampai 13 tahun.

(7)

3 Tabel 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah sampel %

Laki-laki 37 59,68

Perempuan 25 40,32

Total 62 100

Tabel 2. Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia

Usia (Tahun) Jumlah Sampel %

6 4 6,46 7 9 14,52 8 12 19,35 9 12 19,35 10 9 14,52 11 8 12,90 12 6 9,68 >12 2 3,22 Total 62 100 Insidensi Infestasi STH

Berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen tinja dari sampel penelitian, didapatkan kejadian infestasi STH sebagai berikut:

Tabel 3. Kasus infestasi STH

Infestasi STH Jumlah Kasus %

Infestasi Positif 21 33,87

Infestasi Negatif 41 66,13

(8)

4 Angka insidensi infestasi STH di SDN 13 Siantan Hilir tahun 2010 ini jauh lebih tinggi daripada target program pemberantasan kecacingan Indonesia, yaitu turunnya prevalensi kecacingan menjadi <10% pada tahun 2010.13

Dibandingkan dengan beberapa penelitian mengenai angka kejadian infestasi STH yang dilaksanakan pada siswa sekolah dasar di daerah lain di Indonesia, nilai ini lebih tinggi daripada penelitian di semarang (20%),6 Jakarta selatan (15,45%), Jakarta barat (33,20%), dan Jakarta timur (9,37%),5 namun lebih rendah daripada penelitian di Jakarta utara (49,02%),5 Lhokseumawe (52,7%),14 dan Kabupaten Samosir (56,40%).15

Kotamadya Pontianak yang merupakan daerah yang terletak pada garis khatulistiwa dengan suhu udara rata-rata pertahun 27,1oC menyediakan kondisi alam yang optimal bagi perkembangan berbagai spesies STH.16 Dari hasil pengamatan di tempat penelitian, tampaknya faktor utama yang berkaitan dengan infestasi Soil Transmitted Helminthes adalah higiene pribadi yang kurang baik, yaitu tidak mencuci tangan sebelum makan yang dapat menyebabkan bentuk infektif Soil Transmitted Helminthes

tertelan bersama makanan dan menimbulkan infestasi parasit ini.

Distribusi infestasi berdasarkan jenis kelamin penderita, usia penderita, dan spesies STH

Dari 21 siswa yang positif terinfestasi Soil Transmitted Helminthes, 14 adalah siswa laki-laki (37,84%) dan 7 orang adalah siswa perempuan (28%). Berdasarkan usia subjek penelitian, jumlah spesimen yang positif mengandung Soil Transmitted Helminthes adalah 2 spesimen pada usia 7 tahun (22,22%), 5 spesimen pada usia 8 tahun (41,67%), 4 spesimen pada usia 9 tahun (33,33%), 2 spesimen pada usia 10 tahun (22,22%), 4 spesimen pada usia 11 tahun (50%), 3 spesimen pada usia 12 tahun (50%), dan 1 spesimen pada usia > 12 tahun (50%). Tidak ditemukan adanya infestasi pada kelompok usia 6 tahun. Spesies STH yang

(9)

5 diperiksa adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang. Dari 21 spesimen tinja yang positif terinfestasi STH, 13 spesimen (61,90%) terinfestasi Ascaris lumbricoides, 4 spesimen (19,04%) terinfestasi cacing tambang, 1 spesimen (4,77%) terinfestasi

Trichuris trichiura, dan 3 spesimen (14,29%) terifestasi oleh lebih dari 1 spesies STH. Infestasi oleh salah satu spesies STH disebut infestasi tunggal (85,71%), sedangkan infestasi oleh lebih dari 1 spesies STH disebut infestasi campuran (14,29%). Dari 3 kasus infestasi campuran, terdapat 1 kasus infestasi campuran Ascaris lumbricoides dengan cacing tambang, 1 kasus infestasi campuran Ascaris lumbricoides dengan

Trichuris trichiura, dan 1 kasus infestasi campuran Ascaris lumbricoides,

Trichuris trichiura, dan cacing tambang.

Tabel 4. Distribusi infestasi STH berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Infestasi STH Total Positif Negatif f % f % f % Laki-laki 14 37,84 23 62,16 37 100 Perempuan 7 28 18 72 25 100

Angka kejadian yang lebih tinggi pada siswa laki-laki mungkin berhubungan dengan aktivitas mereka yang umumnya lebih banyak berada di luar rumah, baik untuk bermain maupun untuk membantu orangtuanya. Hal ini menyebabkan kontak dengan tanah menjadi lebih sering dan dapat meningkatkan risiko infestasi oleh STH.

Dalam sebuah penelitian tentang STH di Bali juga ditemukan bahwa kejadian infestasi STH lebih banyak pada laki-laki (28,7%) daripada wanita (20,3%).17 Sementara itu, zulkifli, et al tidak mendapatkan perbedaan besarnya kasus infestasi Soil Transmitted Helminthes yang signifikan antara kelompok anak laki-laki dan perempuan.18 Penelitian di

(10)

6 Lhokseumawe justru menemukan bahwa infestasi STH lebih banyak terjadi pada wanita (79,2%) daripada laki-laki (28,2%), hal ini disebabkan perbedaan budaya setempat dengan daerah lain di Indonesia, di mana kaum wanita lebih banyak beraktivitas di luar rumah.14

Tabel 5. Distribusi infestasi STH berdasarkan usia

Usia Infestasi STH % Positif Negatif 6 0 4 0 7 2 7 22,22 8 5 7 41,67 9 4 8 33,33 10 2 7 22,22 11 4 4 50 12 3 3 50 >12 1 1 50

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infestasi STH paling banyak terjadi pada usia 11, 12, dan >12 tahun. Yaitu masing-masing sebesar 50%. Pada usia ini umumnya anak-anak lebih dituntut perannya unuk membantu pekerjaan sehari-hari orangtuanya. Bila kegiatan ini banyak dilakukan di luar rumah, maka akan berpotensi meningkatkan risiko masuknya bentuk infektif STH ke dalam tubuh baik melalui kulit yang tidak terlindungi maupun makanan yang tercemar oleh tangan yang kotor.8 Dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Widyana di Bali, didapatkan bahwa kaitan antara usia dengan infestasi STH tergantung pada spesies STH. Infestasi oleh cacing tambang cenderung meningkat seiring bertambahnya usia dan mencapai puncaknya pada usia dewasa (>18 tahun) yaitu sebesar 37,7%, sementara infestasi Ascaris lumbricoides dan

(11)

7 masing-masing sebanyak 77,3% dan 70,7%.17 Dalam penelitian ini, tidak didapatkan pola yang khas berkaitan dengan kejadian infestasi masing-masing spesies STH berdasarkan usia.

Tingginya angka kejadian infestasi pada kelompok usia ini juga mungkin disebabkan tidak meratanya jumlah sampel pada setiap kelompok usia, sehingga dengan jumlah kasus yang sama atau bahkan lebih kecil, dapat menghasilkan persentase kasus yang lebih besar.

Gambar 1. Diagram distribusi infestasi STH menurut spesies cacing

Hasil pemeriksaan tinja menunjukkan bahwa infestasi STH terbanyak pada siswa Sekolah Dasar Negeri 13 Siantan Hilir adalah Ascaris lumbricoides (61,90%), kemudian disusul oleh infestasi cacing tambang (19,04%), dan infestasi Trichuris trichiura (4,77%). Penelitian di SD WGT Taskin di Jakarta juga menemukan bahwa spesies STH yang paling banyak ditemukan pada siswa yang terinfestasi adalah Ascaris lumbricoides, yaitu masing-masing sebanyak 80% (Jakarta Utara), 68,42% (Jakarta Selatan), 74,70% (Jakarta Barat), dan 58,33% (Jakarta Timur).5

Ascaris lumbricoides juga merupakan spesies STH yang terbanyak ditemukan menginfestasi anak sekolah di Kabupaten Samosir (38,60%).15

62% 5%

19%

14%

Ascaris lum bricoides

Trichuris t richiura

cacing t am bang

(12)

8 Sementara di Selangor Malaysia, spesies STH yang paling banyak ditemukan adalah Trichuris trichiura yaitu sebanyak 98,20%.4

Tingginya infestasi oleh Ascaris lumbricoides ini menunjukkan bahwa rute utama infestasi STH pada siswa Sekolah Dasar Negeri 13 Siantan Hilir adalah melalui rute oral. Infestasi lewat rute ini dapat berhubungan dengan kebersihan tangan dan makanan yang dikonsumsi. Bentuk infektif STH dapat terbawa bersama dengan tangan yang kotor, menempel di kuku yang kotor, dan bersama dengan makanan yang terkontaminasi oleh bentuk infektif STH.

Dalam penelitian ini didapatkan infestasi campuran spesies STH sebanyak 3 kasus (14,29%), masing-masing berupa kombinasi infestasi Ascaris lumbricoides dan cacing tambang; Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura; Ascaris lumbricoides, Trichuriss trichiura, dan cacing tambang. Dua dari 3 kasus infestasi campuran menunjukkan adanya infestasi campuran spesies STH yang telur infektifnya masuk melalui rute oral dan spesies yang larvanya masuk dengan menembus kulit. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah yang diteliti faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya infestasi STH bukan hanya berkaitan dengan kontaminasi makanan oleh stadium infektif STH tetapi juga berkaitan dengan penggunaan alas kaki saat beraktivitas di luar rumah. Kondisi infestasi campuran dapat meningkatkan morbiditas yang dialami oleh penderita, tergantung pada keparahan infestasi oleh spesies-spesies STH.4

KESIMPULAN

1. Insidensi infestasi Soil Transmitted Helminthes pada siswa Sekolah Dasar Negeri 13 Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara, Kotamadya Pontianak pada tahun 2010 adalah 338,71 per 1000 siswa.

(13)

9 2. Insidensi infestasi Soil Transmitted Helminthes lebih tinggi pada siswa

laki-laki dibandingkan siswa perempuan.

3. Insidensi infestasi Soil Transmitted Helminthes paling banyak terjadi pada usia 11, 12, dan >12 tahun

4. Insidensi infestasi Soil Transmitted Helminthes terbanyak adalah dari spesies Ascaris lumbricoides, disusul cacing tambang, dan yang paling sedikit adalah dari spesies Trichuris trichiura

SARAN

1. Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran infestasi Soil Transmitted Helminthes di berbagai daerah di Kalimantan Barat dengan jumlah sampel yang lebih besar dan distribusi sampel yang lebih merata serta hubungannya dengan faktor higiene individu

2. Perlu dilaksanakan edukasi tentang bahaya, penularan, pencegahan, dan penanggulangan infestasi Soil Transmitted Helminthes melalui penyuluhan di sekolah yang melibatkan siswa dan orangtua siswa, misalnya dalam kegiatan kenaikan kelas

3. Pihak sekolah perlu menyediakan sarana cuci tangan dan kantin sekolah yang sehat bagi siswa

DAFTAR PUSTAKA

1. Weller, P.F. and Nutman, T.B., 2008, Intestinal Nematodes, Di dalam:

Fauci, A.S., et al, Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition, McGraw Hill, New York.

2. Albonico, M., Allen, H., Chitsulo, L., et al, 2008, Controlling Soil Transmitted Helminthiasis in Pre-School-Age Children through Preventive Chemotherapy, PLoS.Negl. Trop. Dis., 2(3): 1-11.

3. Ekpo, U.F., Odoemene, S.N., Mafiana, C.F., et al, 2008, Helminthiasis

(14)

10

PLoS. Negl. Trop. Dis., 2(1): 1-6.Supali, T., Margono, S.S., Abidin, S.A.N., 2008, Nematoda Usus, Didalam: Sutanto, I., et al, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

4. Al-mekhlafi, MS. H., Azlin, M., Aini, U.N., et al, 2006, Prevalence and

Distribution of Soil-Transmitted Helminthiases Among Orang Asli Children Living in Peripheral Selangor, Malaysia, Southeast Asian J. Trop. Med. Public Health, 37(1): 40-47.

5. Mardiana, Djarismawati, 2008, Prevalensi Cacing Usus pada Murid

Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh di Wilayah DKI Jakarta,

Jurnal Ekologi Kesehatan, 7(2): 769-774.

6. Yulianto, E., 2007, Hubungan Higiene Sanitasi dengan Kejadian

Penyakit Cacingan pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Rowosari 01 Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun Ajaran 2006/2007, Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Semarang, (Skripsi).

7. Margono, S.S., 2003, Important Human Helminthiasis in Indonesia, Di

dalam: Crompton, D.W.T., et al, Controlling Diseases Due to Helminth Infections, World Health Organization, Geneva.

8. Supali, T. dan Margono, S.S., 2008, Epidemiologi Soil Transmitted Helminths, Di dalam: Sutanto, I., et al, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

9. Muller R., Wakelin D., 2002, Worms and Human Disease 2nd Edition,

CABI Publishing, Wallingford.

10. Gaash, B., 2004, Ascaris lumbricoides, Di dalam: Ahmad, M., et al,

Indian Journal of The Practising Doctor, I.J.P.D.,1(3): 6-13.

11. Onggowaluyo, J.S., 2002, Parasitologi Medik I (Helmintologi):

(15)

11

12. Dinas Kesehatan Kotamadya Pontianak, 2010, Laporan Bulanan 1

Tahun 2010, Dinas Kesehatan Kotamadya Pontianak, Pontianak.

13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI), 2006,

Lampiran Keputusan Meteri Kesehatan Nomor: 424/MENKES/SK/VI/2006: Pedoman Pengendalian Cacingan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

14. Jalaluddin, 2009, Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Higiene,

dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan pada Murid Sekolah dasar di Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (Tesis).

15. Ginting, A., 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan (Skripsi).

16. Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, 2011, Data Suhu Bulanan

Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Tahun 2007-2010, Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, Pontianak.

17. Widjana, D.P. and Sutisna, P., 2000, Prevalence of Soil Transmitted

Helminth Infections in rural Population of Bali, Indonesia, STH Infection in Indonesia 31(3):454-459.

18. Zulkifli, A., 2000, The Prevalence of Malnutrition and Geo-helminths

Infections among Primary School Children in Rural Kelantan,

Southeast Asian J Trop Med Public Health, 31:339-345. .

Gambar

Tabel 2. Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia
Tabel 5. Distribusi infestasi STH berdasarkan usia
Gambar 1. Diagram distribusi infestasi STH menurut spesies cacing

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada dasarnya setiap perusahaan ingin mendapatkan laba optimal dalam setiap produksinya, oleh karena itu manajer harus memperhatikan laba dari tiap produksi dengan memperhatikan

Kecamatan : 16.72.05 KECAMATAN DEMPO TENGAH JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KEPALA KELUARGA. TOTAL

Warna sediaan yang diperoleh dari keempat formulasi ialah warna coklat muda dengan bau khas buah Jambu Mete, rasa sepat rasa khas buah Jambu Mete dan memiliki

Sehubungan dengan tugas akhir program studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo, peneliti bermaksud untuk menyusun skripsi dengan judul:

[r]

Pada tugas akhir ini dilakukan perbandingan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku terhadap beban operasional lalu lintas pada ruas jalan Kalianak STA 0+000 – 5+350

Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi, Laba Bersih Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Mendatang. Studi ini meneliti