• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA PENELITIAN YANG TELAH DILAKUKAN DI KABUPATEN BELITUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BEBERAPA PENELITIAN YANG TELAH DILAKUKAN DI KABUPATEN BELITUNG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

No. JUDUL PENELITIAN DI BELITUNG Peneliti ABSTRAK Tahun

1.

2.

Analisis Curah Hujan, Perubahan Tutupan Lahan, dan Penyusunan Kurva IDF untuk Analisis Peluang Banjir: Studi Kasus Das Cerucuk, Pulau Belitung

Pengaruh ENSO dan IOD pada Variabilitas Curah Hujan di DAS Cerucuk, Pulau Belitung

Ida Narulita dan Dyah Marganingrum

Ida Narulita

Saat ini DAS Cerucuk mengalami peningkatan curah hujan harian maksimum dan perubahan tutupan lahan yang signifikan. Hal ini berpengaruh pada sumber daya air, sehingga pengelolaan sumber daya air perlu diatur kembali. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis curah hujan dan perubahan tutupan lahan, serta melakukan pengembangan kurva frekuensi durasi intensitas hujan (IDF) untuk menganalisis potesi banjir di DAS Cerucuk, Pulau Belitung. Data dasar yang digunakan adalah data hujan harian Stasiun Hujan Bulu Tumbang dan Stasiun Pilang, serta data citra satelit landast tahun 1994,2002, dan 2013. Analisis data curah hujan dilakukan dengan metode statistik, sedangkan analisis tutupan lahan menggunakan pengolahan citra satelit digital, serta penyusunan kurva IDF menggunakan metode Monobe. Hasil analisis periode 1994-2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan curah hujan harian maksimum di kedua stasiun serta perubahan tutupan lahan hutan, dan pertanian lahan kering menjadi perkebunan kelapa sawit dan permukiman. Perubahan ini meningkatkan jumlah air larian yang berpotensi meningkatkan banjir. Perubahan lahan yang terjadi selama priode tersebut menyebabkan penambahan volume air limpasan sebesar 6.5% yang mengancam keberadaan infraktruktur sumber daya air. oleh karena itu, evaluasi kurva IDF adalah salah satu hal yang perlu dilakukan agar dampak negatif peningkatan volume limpasan dapat dikurangi. Hal ini merupakan daerah wisata yang mengalamai perkembangan sangat pesat.

Kata kunci: curah hujan, analisis frekuensi durasi intentitas hujan, banjir

Sumberdaya air DAS Cerucuk sangat tergantung pada curah hujan karena geologinya didominasi oleh batuan granit yang kedap air sehingga daya simpan airnya rendah. Saat ini di DAS Cerucuk sedang terjadi peningkatan kebutuhan air karena adanya pertumbuhan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi. Secara umum variabilitas curah hujan di indonesia dipengaruhi oleh system Monsun-Asia dan Monsun-Australia, tetapi curah hujan musiman dan antar musiman dipengaruhi oleh ENSO dan IOD. Makalah ini bertujuan menentukan korelasi antara ENSO dan IOD dengan curah hujan di DAS Cerucuk. Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan Stasiun Buluh Tumbang (1980-2014) dan Pilang (1996-2013), indek bulanan dan

2017

(2)

2 3.

4.

Pendugaan Neraca Air Spasial untuk Evaluasi Ketersediaan Sumberdaya Air Studi Kasus: Daerah Aliran Sungai Cerucuk, Pulau Belitung

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL CURAH HUJAN DI DAS CERUCUK, PULAU BELITUNG

IDA NARULITA

Ida Narulita

tahunan Nino 3.4 dan Dipole Mode tahun 1980-2014. Menggunakan analisis statistic fungsi waktu dan regresi linier

Neraca air spasial DAS Cerucuk, pulau Belitung telah dikembangkan untuk mengevaluasi ketersediaan sumberdaya air dalam rangka pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan. Pendugaan neraca air spasial bulanan dilakukan dengan metoda SCS, distribusi tegangan pori dan perbedaan konduktivitas hidraulik berdasarkan penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG). Data dasar yang digunakan yaitu data curah hujan harian dari 5 (lima) stasiun pencatat hujan yang berasal dari milik BMKG (2 stasiun) dan milik perkebunan kelapa sawit (3 stasiun), data citra satelit Landast 8 tahun 2013, peta tanah dan peta geologi pulau Belitung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa air permukaan dan airtanah dalam relatif sedikit karerna sebagian besar DAS Cerucuk tersusun oleh formasi granit Tanjungpandan yang hampir tidak memiliki kelulusan. Akifer airtanah dalam tidak ditemukan. Total curah hujan yang jatuh di DAS Cerucuk akan lepas melalui evapotranspirasi (36%), menjadi air larian (34%), mengisi air tanah dangkal (28%) dan mengisi air tanah dalam (1,7%). Hasil penerapan model terhadap setiap jenis tutupan lahan memperlihatkan bahwa air hujan yang jatuh pada jenis tutupan lahan hutan, perkebunan dan pertanian lahan kering menghasilkan jumlah imbuhan airtanah dangkal cukup besar, sedangkan untuk lahan basah, pemukiman pada musim kemarau dirasakan adanya periode deficit air. Pengendalian daerah permukiman untuk menjamin kelestarian sumberdaya air.

Kata Kunci: neraca air, spasial, metode SCS ketersediaan sumberdaya air.

Distribusi spasial dan temporal curah hujan dipelajari untuk memberikan informasi dasar dalam pengelolaan sumber daya air DAS Cerucuk. Dengan menggunakan data dari 5 stasiun curah hujan yang tersebar di daerah kajian, distribusi hujan soasial disusun menggunakan metode isohyet dan distribusi temporal dipelajari dengan metoda statistic. Identifikasi Indeks Variabilitas Hujan ditrentukan dan dianalisis dengan metode statistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi curah hujan spasial bulanan dan tahunan di DAS Cerucuk dipengaruhi oleh topografi. Siklus curah hujan menunjukkan

2016

(3)

3 5.

6.

Pemetaan Lahan dan Prospek Kegiatan Budidaya Laut di Pulau Belitung Barat

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Suyarso (Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI) Mardiah (Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN

tipe ekuatorial, dimana puncak curah hujan terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada bulan April dan Desember. Curah hujan rata-rata wilayah bulanan berkisar 160-600 mm, curah hujan tahunan wilayah rat-ratanya berkisar 3320 mm. Variasi temporal curah hujan DAS Cerucuk dipengaruhi oleh angina musim, ITCZ, dan topografi, dan perubahan tutupan lahan. Curah hujan rata-rata tahunan, intensitas hujan harian dan hujan maksimum harian rata-rata di Stasiun Buluh Tumbang menunjukkan kecendrungan turun, sementara di Stasiun Pilang menunjukkan nilai temporal curah hujan, hujan maksimum harian rat-rata dan intesitas hujan harian di kedua stasiun ini berhubungan dengan perubahan tutupan lahan.

Kata Kunci: curah hujan, orografik. Tipe ekuatorial, perubahan tutupan lahan, DAS Cerucuk, Pulau Belitung

Penelitian potensi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas perikanan telah dilakukan selama Oktober 2005 di perairan Pulau Belitung barat. Data yang telah diperoleh diperoleh pada 10 stasiun penelitian terdiri atas data oseanografi dan kualitas perairan. Analisis data menggunakan sitem informasi Geografi berdasar metode interpoloasi dan tumpang-susun. Kisaran nilai suhu, sallnitas, kecepatan arus, kadar oksigen terlarut, keasaman (pH), Kecerahan dan batimetri perairan yang sesuai terhadap perkembangan komoditas budidaya dipergunakan sebagai syarat pembatas dalam analisis. Hasil analisis mengungkap tersediannya 1019 hektar melalui pengembangan budidaya rumput laut.

Kata Kunci : pemetaan lahan, budidaya laut, Belitung Barat.

Penelitian tentang potensi endapan timah sekunder ini berada di daerah kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan hasil analisa data pemboran terdapat satuan batuan dengan itologi Granita dan Aluvial, granit tersebut merupakan granit tanjungpandan dengan umur 208-245 juta tahun, merupakan jenis granit tipe S (Membawa mineral cassiterite), dengan tipe greisen yang banyak mengandung cassiterite primer( priem et al, 1975). Lapisan alluvial yang ada di derah telitian terdiri dari lapisan pasir, lempung dan lumpur. Hasil analisa data pemboran yang di dapat adalah kedalaman bedrock daerah sijuk kisaran

2013

(4)

4 7.

8.

9.

MODEL MICRO-MACRO LINK PENGEMBANGAN KEBJIAKAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN BELITUNG

GEOLOGI LINGKUNGAN DAERAH PULAU BELITUNG, SUMATERA SELATAN.

PROTEKSI DAN GROUNDING SISTEM DI WILAYAH BELITUNG.

M. Nizar Dahlan, B.Wiryawan, B. Murdiyanto, M. S . Baskoro, A Fauzi i.Dandun Marhento. Marsudi (Stasiun Geofisika Tanjungpandan).

20m sampai -40m, dengan kekayaan paling tinggi terdapat di bagian selatan daerah telitian yaitu 0,4-4 kg/m3, mineral cassiterite berasosiasi dengan litologi pasir berukuran pasir halus sampai dengan kerikilan.

Perairan Laut Cina Selatan dengan potensi lestari 1,06 juta ton/tahun dan masih belum menjadikan sektor perikanan sebagai kontributor ekonomi utama di kawasan termasuk di Kabupaten Belitung. Penelitian ini bertujuan merumuskan kebijakan pembangunan perikanan tangkap sehingga menjadi basis ekonomi kabupaten Belitung. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan analisis micro-macro link yang dikembangkan dengan metode sctructural equation modeling (SEM). Hasil analisis menunjukkan pengaruh signifikan terjadi pada usaha perikanan Belitung terhadap wilayah basis(P=0,008), kondisi fiscal terhadap pertumbuhan market output(P=0,002) dan wilayah basis (P=0,005), kebijakan nasional terhadap moneter (P=0,002) dan trade(P=0,007) trade terhadap ekonomi regional

Pulau Belitung termasuk wilayah propinsi sumatera selatan, saat ini pembangunan semakin berkembang dan juga telah menjadi tempat kunjungan wisatawan baik domestic maupun luar negeri. Untuk menunjang perkembangan wilayah, perlu diberikan informasi mengenai kondisi geologi lingkungan yang meliputi bentuk bentang alam, sifat fisik tanah dan bantuan, ketersedian sumber daya geologi, serta potensi terjadi bencana geologi. Hasil analisis geologi linkungan, daerah P. Belitung dapat dibagi menjadi 3 susunan wilayah pengembangan, yaitu satuan wilayah geologi lingkungan I, dapat dikembangkan untuk permukiman, jasa perdagangan, perkantoran dan wisata pantai setempat, factor yang perlu diperhatikan adalah daerah berpotensi banjir dan daerah yang tersusun oleh tanah yang daya dukung buruk. Satuan wialayah geologi lingkungan II, dapat dikembangkan untuk perkebunan, pertanian dan permukiman setempat, serta satuan wilayah geologi lingkungan III, sebaiknya dikembangkan sebagai daerah konservasi. Kepulauan Bangka Belitung khususnya Pulau Belitung dan sekitarnya dikenal sebagai daerah penghasil tambang, (timah, pasir besi, kwarsa, kaolin). intensitas hujan untuk daerah Belitung dan sekitarnya relative tinggi

1997

2010

2015

(5)

5 10.

11.

12.

13.

Potensi dan peluang investasi Kabupaten Belitung.

NILAI EKONOMI TERUMBU KARANG DI KECAMATAN SELAT NASIK KABUPATEN BELITUNG.

KONDISI TERUMBU KARANG DAN BIOTA LAINNYA DI PERAIRAN KECAMTAN SELAT NASIK KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2007 – 2008.

KLASIFIKASI SENTRA INDUSTRI PERIKANAN BERBASIS PELABUHAN PERIKANAN, KASUS DI KABUPATEN BELITUNG.

Badan Koordinasi dan Penanaman Modal Kab. Belitung.

Nurul Dhewani Mirah Sjafrie. (Pusat Penelitian Oceanografi-LIPI). Nurul. D. M. Sjafrie . (Pusat Penelitian Oceanografi-LIPI). Marwan Sukani, dkk.

sepanjang tahun, seperti yang kita pahami bersama bahwa petir/sambaran petir berkaitan dengan curah hujandan kondisi tanah atau struktur tanah daerah setempat. Aktivitas sambaran petir daerah Belitung dan sekitarnya cukup tinggi khusunya pada musim hujan. Dampak sambaran petir menimbulkan korban jiwa. hal ini dapat dicegah dan diminimalisir jika kita mempunyai proyeksi petir dan grounding sistem yang standar.

Peluang pengembangan investasi di Kabupaten Belitung dilihat dari berbagai aspek yaitu tata ruang, pertanian, perikanan, hutan, perkebunan, peternakan, pertambangan dan energy, pariwisata.

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati, bermanfaat tinggi bagimanusia, sehingga dibutuhkan evaluasi terumbu karang. Kegiatan ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi terumbu karang di kecamatan selat nasik.Memanfaat data primer dan sekunder, dng metode wawancara mendalam, study pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi terumbu karang di perairan kecamatan selat Nasik sebesar Rp. 112.624.393/tahun/ha atau senilai 27.387.$ US/tahun/ha. kontribusi terbesar dari nilai bahan bangunan, prosukdi perikanan, habitat ikan dan sebagai pelindung pantai.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kondisi terumbu karang dan biota lainnya di perairan kecamatan selat nasik. Sample diambil pada Bulan Maret 2008 dari 12 stasiun pemantauan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kondisi terumbu karang di perairan selat nasik tahun 2008 masih tergolong baik dan tutupan karang mengalami kenaikan senesar 2,01 % dari tahu 2007. Kelimpahan ikan karang kelompok ikan target jumlahnya meningkat cukup banyak, meskipun kelimpahan kelompok ikan major dan indicator relative sama. Biota bentos yang bernilai ekonomis relative mengalami penurunan jumlah individu.

Klasifikasi pelabuhan perikanan Indonesia yang terdiri atas Pelabuhan Perikanan Samudera, Pelabuhan perikanan Nusantara, Pelabuhan Perikanan

2008

2010

2008

(6)

6 14.

15.

KELIMPAHAN SERTA PREDASI Achanthaster planci DI PERAIRAN TANJUNGKELAYANG KABUPATEN BELITUNG.

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN KARANG DI PERAIRAN BELITUNG BARAT, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.

Anugrah Dwi Fahreza, dkk.(Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro).

Ono Kurnaen Sumadhiharga, dll.

Pantai dan Pusat Pendaratan Ikan. Penelitian ini bertujuan menentukan klasifikasi sentra industry perikanan berbasis pelabuhan perikanan dalam jaringan industry yang efektif dan efisien dilakukan di kabupaten Belitung selama 11 bulan sejak Oktober 2007 sampai Agustus 2008. Metode yang digunakan adalah multy criteria analisis yang dilanjutkan dengan analisis technicque for order preference by similarity to ideal solution. Parameter yang diukur melputi infrastruktur pelabuhan perikanan, kapasitas kapal perikanan, kemandirian factor input, dan produksi.

Pantai Tanjung Kelayang memiliki potensi ekosistem terumbu karang dengan kondisi yang alami. Telah terjadi kerusakan terumbu karang akibat dari berbagai aktivitas, termasuk berkembangnya Achanthaster planci. Penelitian ini bertujuan mengetahui kelimpahan Achanthaster planci pada daerah terumbu karang di perairan tanjung kelayang, serta mengetahu predasi atau pemangsa Achanthaster planci pada karang. Metode yang digunakan survey dengan Line Intersept Transect (LIT) dan kuadrant Transect (ukuran 2,5 x 2,5 cm2). penelitian dilakukan di pulau lengkuas mulai bulan Juni s/d Agustus 2012. Pengamatan dilakukan terhadap penutupan karang hidup pada stasiun I adalah 5228 cm2 dan pada stasiun II adalah 4070 cm2. Predasi yang terjadi pada stasiun II lebih tinggi dari stasiun I dimana tingkat predasi juga dipengaruhi oleh ukuran dari individu yang berbeda pada stasiun I dan II, dengan preferensi utama pemangsa jenis Acropoda.Sp.

Kondisi terumbu karang dan keanekaragaman jenis ikan karang adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut diamati dalam kegiatan penelitian dengan metode LIT disekitar pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu Itam, Pulau Keran, dan Pulau Ake-ake yang berada di kawasan Belitung Barat. Pada penelitian ini secara keseluruhan telah ditentukan sebanyak 1.917 ekor ikan karang. yang terdiri dari 66 jenis berasal dari 18 famili. Jenis-jenis ikan karang ini terdiri dari 42 jenis ikanmajor (ikan hias), 21 jenis ikan target/pangan dan 3 jenis ikan indicator yaitu family Chaetodontieobe. Index kekayaan jenis di Pulau Sekutai 7.530, Pulau Kalimambang 9.129, Pantai Batu Itam 7.798, Pulau Keran 7.509, dan Pulau Ake-ake 5.924, Ikan target terdiri dari satu jenis ekor kuning (caesionidae),

2013

(7)

7 16.

17.

JENIS DAN KELIMPAHAN IKAN PADA KARANG BRANCHING DI PERAIRAN PULAU LENGKUAS KABUPATEN BELITUNG.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI TEKNOLOGI LADA DI KABUPATEN BELITUNG.

Aga yuspriadipura,dkk.

Agus Wahyudi,dkk (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri).

satu jenis kerapu (serranidae), tiga jenis napoleon (labridae), tiga jenis kakap merah (lutjanidae), satu jenis kerisi (nemipteridae), atau satu jenis bibir tebal (haemilidae), empat jenis kakatua (scaridae), empat jenis serak (scolopsidae), dan tiga jenis baronang (siganidae). Sebagian besar kondisi terumbu karang, persentase tutupan karang hidupnya relative rendah (< 75 %), dan sudah berada dalam keadaan rusak. Terdapat satu jenis ikan indicator, yaitu chaetodon octofasciatus yang cukup melimpah serta ditemukan ikan napoleon (cheilinus undulates) yang bernilai tinggi dan dilindungi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan ikan yang terdapat di Karang Branching Pulau Lengkuas Kabupaten Belitung serta mengetahui indeks keanekaragaman dan keseragaman ikan yang terdapat di karang branching. Pulau lengkuas kabupaten Belitung. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2013 di Pulau Lengkuas Kabupaten Belitung. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 17 jenis karang yaitu sigamus gulatus (bsronang), epibulus msidlator (tikus-tikus), scarus rivulatus (kakak tua), hemigymbus malapterus (nori merah), halichoeres hortulanus (piso-piso), caesio cuning (platak),cheilimus fasciatus ( betook biru), pomacentrus coelestis (ekor kuning), heniochus varuis (kepe-kepe monyong), scarus iwulatus (keeling tanduk), celiscus strigatus (betok srigunting), scolopsis margarefiter (kepe-kepe susu), chelmon rostrastus (keling perak), hovaculichthys taeniorys (tanda-tanda), lutjanus fulvilamma (nori monyong), chaetodon kleini (kakak tua merah), paraglyphidodon nogors (kepe-kepe tanduk), Nllai indeks keanekaragaman (H’) ikan karang dilokasi sebesar 2.553 dan nilai indeks keseragaman (e) 0,901. Hal tersebut menunjukkan bahwa di perairan tersebut ada dominasi salah satu species yaitu pomacentrus coelestis.

Produksi lada dikabupaten Belitung masih relative rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha tani lada dan factor-faktor yang mempengaruhi adopsi tekhnologi lada dikabupaten Belitung. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret –Mei 2010 dengan melakukan survey

2017

(8)

8 19.

20.

POTRET SOSIAL EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL CURAH HUJAN DI DAS CERUCUK PULAU BELITUNG.

Badan Pusat Statistik Prov. Kep. Bangka Belitung.

Ida narulita (Pusat Penelitian

geotekhnologi LIPI).

terhadap 114 petani lada yang diplih secara acak. Model persamaan structural digunakan untuk melihat tingkat adopsi berikut factor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa adopsi tekhnologi lada oleh petani sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan petani yang diindikasikan oleh tingkat penghasilan petani (modal), tingkat pengetahuan petani (pendidikan, pelatihan dan aktifitas penyuluhan), serta pengalaman petani dalam mengelola usaha tani lada. Akses petani terhadap tekhnologi dan ketersediaan sarana produksi tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi tekhnologi budidaya lada anjuran. Untuk meningkatkan adopsi tekhnologi diperlukan upaya dari pihak terkait untuk menyediakan media-media informasi mengenai tekhnologi lada dan introduksi benih unggul, pengembangan penakar-penakar benih unggul lada, introduksi tekhnologi pembuatan pupuk organic dan pestisida nabati, penguatan modal petani dan pengembangan kelompok tani.

Menguraikan tampilan data-data kependudukan, kemiskinan, ketenaga kerjaan, kesehatan, keuangan, pariwisata, social, ekonomi, dll.

Distribusi spasial dan temporal curah hujan dipelajari untuk memberikan informasi dasar dalam pengelolaan sumber daya air DAS Cerucuk. Dengan menggunakan data dari 5 stasiun curah hujan yang tersebar di daerah kajian. distribusi hujan spasial disusun menggunakan metode asohyet dan distribusi temporal dipelajari dengan metoda statistika. Identifikasi indeks variabilitas hujan ditentukan dan dianalisis dengan met Buluh Tmoda statistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi curah hujan spasial bulanan dan tahunan di DAS Cerucuk dipengaruhi oleh topografi. Siklus curah hujan menunjukkan tipe equatorial, dimana puncak curah hujan terjadi dua klai dalam satu tahun yaitu bulan April dan Desember. Curah hujan rata-rata wilayah bulanan berkisar 160 mm -600 mm, curah hujan tahunan wilyah rata-rata berkisar 3320 mm, Variasi temporal curah hujan DAS Cerucuk dipengaruhi oleh angin musim, ITCZ, dan topografi, dan perubahan tutupan lahan. Curah hujan rata-rata tahunan, intensitas hujan harian, dan hujan maksimum harian rata-rata di stasiun Buluh Tumbang menunjukkan

2017

(9)

9 21.

22.

ANALISIS CURAH HUJAN, PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN, DAN PENYUSUNAN KURVA IDF UNTUK ANALISIS PELUANG BANJIR : STUDI KASUS DAS CERUCUK PULAU BELITUNG.

PENGARUH ENSO DAN IOD PADA VARIABILITAS CURAH HUJAN DI DAS CERUCUK PULAU BELITUNG.

Ida narulita, dkk (Pusat Penelitian

geotekhnologi LIPI).

Ida narulita (Pusat Penelitian

geotekhnologi LIPI).

kecenderungan turun, sementara di stasiun pilang menunjukkan nilai yang cenderung konstan. Kecenderungan variasi temporal dari curah hujan, hujan maksimum harian rata-rata dan intensitas hujan harian di kedua stasiun ini berhubungan dengan perubahan tutupan lahan.

DAS Cerucuk mengalami peningkatan curah hujan harian dan perubahan tutupan lahan yang signifikan. Hal ini berpengaruh pada sumber daya air, sehingga pengelolaan sumber daya air perlu diatur kembali. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis curah hujan dan perubahan tutupan lahan, serta melakukan pengembangan kurva frekuensi durasi intensitas hujan (IDF) untuk menganalisis potensi banjir di DAS Cerucuk, Pulau Belitung. Data dasar yang digunakana adalah data hujan harian stasiun hujan buluh tumbang dan stasiun pilang, serta data citra satelit landsat tahun 1994, 2002, dan 2013. Analisis data curah hujan dilakukan dengan metode statstik, sedangkan analisis tutupan lahan menggunakan pengolahan citra satelit digital, serta penyusunan kurva IDF mnggunakan metode Mononobe. Hasil analisis periode 1994- 2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan curah hujan harian maksimum di kedua stasiun serta perubahan tutupan lahan hutan, dan pertanian lahan kering menjadi perkebunan kelapa sawit dan permukiman. Perubahan ini meningkatkan jumlah air larian yang berpotensi meningkatkan banjir. Perubahan lahan yang terjadi selama periode tersebut menyebabkan penambahan volume air limpasan sebesar 6,5 % yang mengancam keberadaan infrastruktur sumber daya air.Oleh karena itu evaluasi kurva IDF adalah salah satu hal yang perlu dilakukan agar dampak negative peningkatan volume limpaan dapat dikurangi.

Sumber air DAS Cerucuk sangat tergantung pada curah hujan karena geologinya didominasi oleh batuan granit yang kedap air sehingga daya simpan airnya rendah. Saat ini di DAS Cerucuk sedang terjadi peningkatan kebutuhan air karena adanya pertumbuhan jumlah penduduk dan aktifitas ekonomi. Secara umum variabilitas curah hujan dipengaruhi oleh system monsoon asia dan monsoon Australia, tetapi curah hujan musiman dan antar musiman dipengaruhi oleh ENSO dan IOD. Makalah ini bertujuan menentukan korelasi antara ENSO dan IOD dengan curah hujan di DAS

2017

(10)

10

23. PENDUGAAN NERACA AIR SPASIAL UNTUK EVALUASI KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR. STUDY KASUS : DAS CERUCUK PULAU BELITUNG.

Ida narulita (Pusat Penelitian

geotekhnologi LIPI).

Cerucuk. Data yang digunakan untuk data curah hujan bulanan stasiun Buluh Tumbang (1980-2014) dan Pilang (1996-2013), indeks bulanan dan tahunan nino3.4 dan Dipole Mode tahun 1980-2014. Menggunakan analisis statistic fungsi waktu dan regresi liner. Hasil analisis menunjukkan curah hujan bulanan dan musiman DAS Cerucuk berkorelasi negative kuat sampai sangat kuat dengan fenomena ENSO dan pada bulan Juli – Oktober (musim monsoon kering sampai transisi monsoon basah).Curah hujan bulanan dan musiman das cerucuk berkolerasi negative kuat sampai sangat kuat dengan IOD di bulan Agustus –November (akhir musim munson kering sampai transisi ke munson basah). Korelasi yang kuat antara variabilitas hujan musiman dengan ENSO dan IOD terjadi seiring dengan menguatnya korelasi curah hujan dengan suhu permukaan laut Indonesia.

Neraca air spasial das cerucuk pulau Belitung, telah dikembangkan untuk mengevaluasi ketersediaan sumber daya air dalam rangka pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Pendugaan neraca air spasial bulanan dilakukan dengan metode SCS, distribusi tegangan pori dan perbedaan konduktifitas hidraulik berdasarkan penggunaan sistim informasi geografis (SIG). Data dasar yang digunakan yaitu data curah hujan harian 5 stasiun pencatat hujan yang berasal dari milik BMKG (2 stasiun), dan milik perkebunan kelapa sawit (3 stasiun). data citra satelit landsat 8 tahun 2013, peta tanah dan peta geologi pulau Belitung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa air permukaan dan air tanah dangkal cukup tersedia untuk keseluruhan das cerucuk. Air tanah dangkal tersedia pada setiap bulan sepanjang tahun, bahkan pada bulan agustus ketersediaan air masih cukup banyak. Pengisian air tanah dalam relative sedikit karena sebagian besar das cerucuk tersusun oleh formasi granit tanjungpandan yang hampir memiliki kelulusan. Akifer air tanah dalam tidak ditemukan. Total curah hujan yang jatih di das cerucuk akan lepas melalui evapotranspirasi (36%), menjadi air larian (34 %), mengisi air tanah dangkal (28 %), dan mengisi iar tanah dalam (1,7 %). Hasil penerapan model terhadap setiap jenis tutupan lahan memperlihatkan bahwa air hujan yang jatuh pada jenis tutupan lahan hutan, perkebunan dan pertanian lahan kering menghasilkan jumlah imbuhan ai tanah dangkal cukup besar, sedangkan untuk lahan basah, permukiman dan

(11)

11 24.

25.

PEMETAAN STOK KARBON HUTAN MANGROVE HUTAN KEMASYARAKATAN JURU SEBERANG.

LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH DI PULAU BANGKA DAN BELITUNG INDONESIA DAN KESESUAIANNYA UNTUK KOMODITI PERTANIAN.

Safran Yusri dkk (Yayasan terangi).

Sukarman dan Rahmat Abdul Gani.(Peneliti dibidang pedologi dan penginderaan jauh pada Balai besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian).

kolong area tambang sebagian besar mengalir sebagai air larian. Hal ini menyebabkan didaerah permukiman di musim kemarau dirasakan adanya periode deficit air. Pengendalian daerah permukiman dan pelestarian daerah bervegetasi di selatan das cerucuk sangat diperlukan untuk menjamin kelestarian sumberdaya air.

Hutan kemasyarakatan Juru Seberang (757 Ha) ditetapkan sebagai kawasan lindung, akan tetapi karena intensifnya pertambangan, sebagian besar kawasan hutan tersebut dibuka dan ditambang timahnya. Salah satu indicator target rehabilitasi kawasan tersebut adalah total karbon atas tanah. berbagai penelitian menunjukkan bahwa indeks vegetasi dapat digunakan untuk memperkirakan stok karbon pada kawasan yang luas. Oleh karena itu untuk memperkirakan stok karbon dikawasan juru seberang, digunakan beberapa indeks vegetasi. Bio massa dari beberapa sumber carbon hutan diukur (daun, batang, dahan, dan akar), pada 63 plot pengamatan di Juru Seberang. Citra landsat 8 untuk kawasan juru seberang digunakan. Analisis korelasi digunakan dengan 8 indeks vegetasi yaitu : difference Vegetation indeks, Normalized difference Vegetation indeks, ratio Vegetation indeks, Normalized ratio Vegetation indeks, Transformed Vegetation indeks, dan SAVI. Hasil korelasi menunjukkan nilai stok karbon di Juru Seberang adalah 4704,159 ton dengan RMSE : 5.813 ton/ha, dengan distribusi yang tersebar tidak merata. Kawasan didekat pesisir memiliki stok karbon yang terendah. Pengematan menunjukkan bahwa HKM Juru seberang termasuk hutan yang rusak dan DVI dapat digunakan untuk memperkirakan stok karbon kawasan dan perkembangan rehabilitasi pada biomassa tumbuhan dan karbon.

Penambangan timah di Indonesia pada umumnya dilakukan dengansisitem terbuka dengan mengeruk dan membuka tanah lapisan atas sehingga mempeengaruhi kesesuaian lahan untuk pertanian. Tujuan peneliian ini untuk mempengahuri karakteristik tanah dan biofisik lahan diarea bekas tambang timah di pulau Bangka dan Belitung serta menilai kesesuaiannya untuk tanaman pertanian.Penelitian dilakukan pada bulan Maret sd Mei 2016 dengan metode survey dan pemetaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan bekas tambang dikedua pulau tersebut seluas

2016

(12)

12

26. KESESUAIAN LAHAN AREAL KERJA HUTAN

KEMASYARAKATAN (HKm) UNTUK KONSERVASI MANGROVE : Studi Pada HKm Seberang Bersatu, Kabupaten Belitung (LAND

SUITABILITY FOR MANGROVE CONSERVATION ON

COMMUNITY FOREST WORK AREA: Study on Seberang Bersatu Community Forest, Belitung Regency)

Muhammad Andra Perdana1,a , Boedi Hendrarto2 , Fuad Muhammad3

125.875 ha. Telah terjadi perubahan bentang lahan, yaitu dengan terbentuknya kolong dan timbunan hasil galian. Timbunan galian dibagi menjadi : (1), tanah galian bagian atas (tanah pucuk), merupakan campuran antara horizon A,B dan C tanah asli, (2). Tanah galian bagian bawah berasal dari horizon C tanah asli, (3). Tailing, berupa pasir kuarsa dan sisa pencucian biji timah dan (4). Campuran tailing dan galian bagian bawah. Tailing dicirikan oleh struktur kasar dan kandungan hara yang sangat rendah. Tanah pucuk relative lebih baik dicirikan dengan tekstur sedang sampai agak kasar, dan kandungan C organic serta hara paling tinggi dibandingkan dengan lainnya. Logam berat yang ditemukan adalah Cu, Pb, Cd, Hg. Tanah galian bagian bawah mengandung logam berat paling tinggi, namun kandungan tersebut tergolong sangat rendah dan dalam batas yang aman. Sebagian besar lahan bekas tambang tergolong kelas N.1 (tidak sesuai saat ini) karena lahan sudah mengalami degradasi berat. Masukan yang diberikan harus tinggi, agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh secara optimal.

Areal kerja Hutan Kemasyarakatan Seberang Bersatu adalah salah satu lokasi terakhir yang memiliki ekosistem mangrove di Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung. Mangrove merupakan objek pengelolaan utama yang direfleksikan oleh kelompok dalam rencana kerjanya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu data untuk mendukung usaha pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Seberang Bersatu dalam kaitannya dengan konservasi mangrove. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kesesuaian lahan areal kerja HKm Seberang Bersatu untuk kegiatan konservasi mangrove. Metode penelitian yang digunakan adalah matrik kesesuaian lahan untuk konservasi mangrove (Wardhani, 2014) dengan sebelas parameter meliputi ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, kealamiahan objek, jenis biota, substrat dasar, kemiringan, jarak dari sungai, pasang surut, pH, dan kecepatan arus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter jenis mangrove, jenis biota, substrat dasar, kemiringan, pH, dan kecepatan arus masuk pada kelas S1 (sangat sesuai). Parameter ketebalan mangrove, kealamiahan objek, dan pasang surut masuk pada kelas S2 (sesuai). Parameter kerapatan mangrove dan jarak dari sungai masuk pada kelas S3 (sesuai bersyarat). Secara umum, areal kerja Hutan

(13)

13 27.

28.

Ikan dan produk budaya terkait ikan dalam karya lagu-lagu daerah Belitong.

Fungsi Kelekak dalam layanan Ekologi, social budaya dan ekonomi (Studi kasus di Dusun Aik Gede, Desa Kembiri, Kecamatan Membalong,

Kabupaten Belitung).

Yulian Fakhrullozi

Yasa

Kemasyarakatan Seberang Bersatu sesuai untuk konservasi mangrove.

Lagu daerah merupakan salah satu media informasi tentang alam dan budaya local, namun kajian ilmiah menyeluruh secara ilmiah masih sangat langka. Tujuannya adalah studi awal tentang penggunaan tema ikan dan prosuk budaya terkait ikan dalam kay lagu-lagu daerah belitong. metodenya melalui studi karya literature (publikasi sampai tahun 1989) dan wawancara, masih merupakan kajian destryktif linguistic. Terungkap ada sepuluh karya lagu yang syairnya memakai tema tadi, terbanyak adalah karya Abdul Hadi, baik langsung maupun tidak langsung terkait, tersirat ataupun tersurat. Lagu-agu tersebut selain berfungsi sebagai bentuk hiburan, juga memberi berbagai manfaat lain terkait pendidikan (media pembelajaran), pariwisata, hobi, konservasi, pembangunan dan penelitian khusunya bidang- bidang biologi (stnobiologi), antropologi (budaya), bahasa, lingkungan, pengetahuan dan tekhnologi local.

“Kelekak” merupakan salah satu jenis system agroforestry yang menarik untuk diteliti guna memperoleh informasi dan gambaran yang akurat tentang fungsi system “Kelekak”. Dengan mengetahui dan memahami struktur dan fungsi serta factor-faktor yang mempengaruhi system “Kelekak” , maka akan diperoleh gambaran system “Kelekak” akan memberikan layanan ekologi, social budaya dan ekonomi masyarakat.

Metode penelitian digunakan adalah campuran (Mixed) metode kualitatif dan kuntitatif. Metode tersebut digunakan untuk menganalisis vegetasi dan aspek ekologi, social budaya dan ekonom masyarakat Dusun Aik Gede. Responden masyarakat sebanyak 52 kepala keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di “Kelekak” terdapat 12 (dua belas) jenis dengan 18 (delapan belas) varietas tanaman dan secara vertical yang mendominasi dan komposisi utama tanaman buah-buahan. “Kelekak” mempunyai fungsi ekologi, fungsi social budaya, fungsi ekonomi dan fungsi reaksi. Faktor yang mempengaruhi struktur dan fungsi dari system “Kelekak” yaitu aspek biofisik, aspek social budaya, dan aspek ekonomi. Pengelolaan “Kelekak” oleh masyarakat Dusun Aik Gede, dicerminkan oleh upaya perlindungan terhadap “Kelekak” mereka, dimana perlingungan itu

2007

(14)

14 29.

30.

Keterkaitan kepadatan predator karang bintang laut berduri (Acanthaster planci) terhadap kondisi terumbu karang diperairan Pulau Batu Malang Penyu, Kepulauan Belitung.

Analisis pendapatan nelayan jaring insang tetap dan bubu di Kecamatan Membalong Kabupaten Belitung.

Rizaldy Mauliza, Donny Juliandri Prhadi, Mega Laksmini Syamsudin.

Dwi Siskawati, Achmad Rizal dan Donny Juliandri Prihadi.

dilakukan dalam 3 aspek yaitu aturan adat, organisasi adat, kepemilikan “Kelekak”, organisasi adat menunjukkan peran dari petinggi adat (kelompok “Kelekak”) dan masyarakat dimana setiap komponen organisasi ini berkewajiban melindungi keberadaan “Kelekak” tersebut. Hal-hal inilah yang menyebabkan kelekak masyarakat Dusun Aik Gede masih terpelihara keberadaannya sampai dengan sekarang.

Acanthaster planci atau yang biasa dikenal sebagai Crown of thorns starfish merupakan salah satu jenis binatang laut raksasa dengan jumlah duri yang banyak sekali, merupakan hewan pemakan terumbu karang. Kepadatan populasi Acanthaster planci di daerah terumbu karang akan memberikan dampak negate bagi kehidupan karang. Tujuan peneltian ini untuk mengetahui kondisi terumbu karang, kepadatan Acanthaster planci dan keterkaitan anatara Acanthaster planci dengan terumbu karang. Penelitian ini dilokasi perairan Pulau Batu Malang Penyu kepulauan Belitung. Penilaian kondisi terumbu karang dan kepadatan Acanthaster planci dilakukan dengan metode line intercept transect (LIT) sejauh 50 m pada kedalaman 1- 5 meter.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan pendapatan nelayan jarring insang tetap dan bubu di Kecamatan Membalong Kabupaten Belitung. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dengan tekhnik wawancara. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purpose sampling dengan responden terpilih 14 orang. Jenis dana yang digunakan adalah data primer dari hasil wawancara responden dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan nelayan jaring insang tetap dan bubu dengan kapasitas motor 3 GT berbeda-beda. Nelayan jarring insan tetap memiliki rata-rata pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan bubu yaitu sebesar Rp. 138.375.060 per tahun. Sedangkan nelayan bubu memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp. 92.726.962 per tahun. Adapun hasil analisis BCR (Benafit Cost Rattio) dari usaha penangkapan dengan alat tangkap jarring insang tetap yaitu 1,98 dan alat tangkap bubu sebesar 1,78. Hal tersebut menunjukkan usaha penangkapan dengan kedua alat tangkap tersebut layak dijalankan karena memperoleh nilai BCR lebih dari 1. Secara keseluruhan pendapatan usaha

2007

(15)

15 31.

32.

Studi kelayakan zona inti ekosistem terumbu karang di perairan kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung.

Identifikasi dan Karakterisasi Manggis di Provinsi Bengkulu dan Bangka Belitung.

Miftahudin, Syawaludin

Alisyahbana Harahap, Indah Riyantini, Donny Juliandry Prihadi.

Masyah E, M.Jawal, Hendri, F. Usman.

yang diterima nelayan jarring insang tetap dan nelayan bubu tersebut cukup baik karena dapat menutupi biaya operasionall yang dikeluarkan.

Penelitian ini bertujuana untuk mengkaji kondisi ekosistem terumbu karang di perairan Selat Nasik dan menganalisis kelayakan ekosistem terumbu karang untuk dijadikan zona inti konservasi perairan laut di kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-september 2016 di Pulau Piling dan Pulau Kera Kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pemetaan partisipatif masyarakat dalam penentuan lokasi penelitian serta metode observasi untuk menganalisis kondisi ekosistem terumbu karang. Berdasarkan data peneltian terdapat dua kriteria kesesuaian yakni kriteria sesuai dan sangat sesuai. Pulau Piling memiliki area yang berkatagori sesuai dengan luasan 10,45 Ha serta berkategori sangat sesuai dengan luasan 8.126 Ha. Sementara itu hasil pengamatan di pulau kera memiliki tingkat kesesuaian lebih baik dengan luasan 19.927 Ha area yang berkategori sesuai serta 45,92 Ha sangat sesuai. Luasan area di pulau tersebut direkomendasikan sebagi zona inti ekosistem terumbu karang dalam wilayah koservasi perairan dengan total luas areal rekomendasi di Perrairan Laut Selat Nasik 84,83.

Penelitian dilaksanakan mulai bukan Agustus 2003 sd Agustus 2004 pada sentra produksi manggis Provinsi Bengkulu dan Bangka Belitung. Tujuan dari penelitian ini mengetahui keragaman aksesi manggis di Provinsi Bengkulu dan Bangka Belitung. Penelitian ini dilaksanakan denga metode eksplorasi. Berdasarkan data analisis RAPD menggunakan primer OPH-13 (CACGCCACAC) dan OPN -16 (AAGCGACCTG) dari 8 aksesi diketahui bahwa manggis di provinsi Bengkulu dan Bangka Belitung mempunyai koefisien kesamaan genetic antara0,78 -1,0 dan terbagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok 1 terbagi kedalam 6 aksesi yang terpisah kedalam 2 genetik yang berbeda dengan tingkat kesamaan genetic sekitar 0,90. Kelompok ke 2 terdiri dari 2 kelompok aksesi dengan tingkat kemiripan sebesar 0,87. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kedelapan aksesi contoh tersebut dapat terdiri 4 genotife berbeda (1). 03, BKL- 01 dan BKL – 06 (2).

(16)

16 33.

34.

35.

Keanekaragaman Tanaman Obat di Bukit Batu Malang Lepau Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kelimpahan dan sebaran Horizontal fitoplankton di perairan pantai timur pulau Belitung.

Pemetaan Lahan Kritis Kabupaten Belitung Timur menggunakan system informasi grafis Etyn Yunita, Priyanti,Sekar Melati. Widianingsih, Retno H, Asikin D, dan Sugestiningsih. Badan Informasi Geospasial (BIG) Cibinong Bogor.

08, BLT-12 dan BKL-09, (3) BLT-10 dan (4).BKL-07. Pengelompokan aksesi mencerminkan perbedaan secara morfologi. Hasil analisis ini masih perlu dilanjutkan untuk semua aksesi dengan primer yang berbeda. Informasi hasil penelitian ini memperkuat data tentang adanya keragaman pada manggis.

Indonesia adalah sebuah negara sumber tanaman obat di Asia. Bukit Batu Malang Lepau di Kabupaten Belitung Timur sangat potensial sebagai sumber tanaman obat dikarenakan keragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan mengidentifikasi jumlah tanaman obat yang ada di Bukit Batu Malang Lepau. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya 13 species dari 8 family yang diketahui berkhasiat, dan berpotensi untuk antara lain diare, malaria, hepatitis dan AIDS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetui kelimpahan dan sebaran fitoplankton di perairan pantai timur pulau Belitung. Pengembilan sample fitoplankton pada bulan Oktober 2006 dilakukan mengunakan plankton net Kitahara yang mempunyai ukuran mata jarring 80 Um pada 10 stasiun. Kelimpahan total fitoplankton berkisar antara 16.205 – 54.835 sel/m3. dan fitoplankton dari kelas Bachillariphyceae mendominasi perairan tersebut. Genus yang mendominasi perairan ini dan selalu ada disetiap stasiun adalah Rhizosolenia dengan kelimpahan tertinggi (25.969 se/m3) di statiun 1 yang merupakan stasiun terluar dengan nilai salinitas 32,64 – 32,95 psu. Kelimpahan fitoplankton tertinggi terjadi di stasiun ke 4 dan genus Asterionella mendominasi dengan nilai 28,693 sel/m3.Pola sebaran horizontal dengan konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun ke 4 dengan nilai kelimpahan 50.000 sel/m3.

Pulau Belitung dikenal sebagai pulau Timah, dimana aktifitas penambangan timah telah dimulai sejah tahun 1852, sejak jaman colonial Belanda hingga sekarang. Permasalahan penambangan timah adalah lahan bekas penambangan timah yang banyak di tinggalkan begitu saja sehingga lahan menjadi rusak, terbuka bahkan banyak yang menjadi kolong. Kondisi tersebut merupakan indikasi bahwa lahan kritis telah terjadi diseluruh Pulau Belitung. Tujuan peneltian adalah melakukan inventarisasi laham kritis

2009

2007

(17)

17 36.

37.

Tumbuhan paku berkhasiat obat di Bukit Batu Malang lepau, Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Evaluasi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak(PKPS BBM) Tahun 2005

Di Kepulauan Bangka Belitung

Priyanti, Etyn Yunita, Sekar Melati.

Sunardi

dengan melakukan pemetaan lahan kritis. Sistem informasi geografis telah digunakan untuk mengetahui luas lahan kritis yang ada di Kabupaten Belitung Timur. Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial atas berbagai parameter dengan menggunakan system informasi grafis. Hasil pemetaan lahan kritis Kabupaten Belitung Timur diperoleh bahwa lahan kritis 30.865,75 Ha (12 %), lahan agak kritis 109.862,05 Ha (43 %). Lahan potensial kritis 72.864,58 Ha (28 %) dan lahan tidak kritis 44.271,03 (17 %).

Riset tentang Pteridophyta sebagai tanaman obat di Bukit Batu Malang Lepau. Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Babel. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pteridophyta yang potensial untuk tanaman obat. Untuk mengumpulkan Pteridophyta pada saat survey digunakan metode dan informasi yang didapat dari masyarakat setempat. Hasil peneltian menunjukkan adanya tujuh species obat yang berasal dari jenis Pteridophyta seperti : Gleichenia Linearis (Burm) Clarke, Trichomanes Javanicum BI, Angiopteris Apecta Hoofm, Drynaria Guercifolia J.Sm, D. Sparsisora Moore, Lygodium Circinatum Sw, dan L. Flexuosum (L) Sw. Pteridophyta sangat potensial sebagai tanaman obat untuk penyakit, diare, sakit kepala, pendarahan, demam dan sakit kulit.

This study aims to analyze the level of area development of Perpat Agropolitan Village – District of Belitung-Province of Bangka Belitung based on beef cattle commodity in terms of 5 (five) dimensions agropolitan level of area development,namely: the dimensions of agribusiness,agro=industry,marketing,infrastructure and superstructure.This study use a method of analysis of Multidimensional Scaling (MDS) called Rap-agrop and the result are expressed in index form and the status of sustainability. The result of MDS analysis shows the level of development area of perpat agropolitan village, based on beef cattle farm commodities, was still shows the level of development area of perpat agropolitan village, based on beef cattle farm commodities, was still low, ie: including pre Regions Agropolitan. This region has an index value of Rapagrop dimensional good enough for agribusiness (50,57%), infrastructure (64.49%) and the superstructure (57,23%) while the dimensions of agro-industries (6,52%) and

2009

(18)

18 38.

39.

Analisis Tingkat Perkembangan Kawasan Agropolitan Desa Perpat Kabupaten Belitung Berbasis Komoditas Unggulan Ternak Sapi Potong

APLIKASI GEOMAGNET UNTUK EKSPLORASI BIJIH BESI DI DAERAH KACANG BUTOR, KABUPATEN BELITUNG BARAT

Suyitman1 dan S.H. Sutahjo2

Moh. Zaidan, Wahyu Hidayat, Teguh

Prayogo (Peneliti Pusat Teknologi Sumberdaya

marketing (9,98%) had an index value that is poorly. The key factors that strongly affected the level of development of the region agropolitan Perpat-Belitung, namely: 1) the production of beef cattle and 2) the production of processed meat. To enhance the development of this area is to do a thorough improvement of all attributes that are sensitive, so that all dimensions in the region agropolitan perpat become enhanced and more sustainable.

This study aims to analyze the level of area development of Perpat Agropolitan Village – District of Belitung-Province of Bangka Belitung based on beef cattle commodity in terms of 5 (five) dimensions agropolitan level of area development, namely: the dimensions of agribusiness, agro industry, marketing, infrastructure and superstructure. This study use a method of analysis of Multidimensional Scaling (MDS) called Rap-agrop and the result are expressed in index form and the status of sustainability. The result of MDS analysis shows the level of development area of perpat agropolitan village, based on beef cattle farm commodities, was still shows the level of development area of perpat agropolitan village, based on beef cattle farm commodities, was still low, ie: including pre Regions Agropolitan. This region has an index value of Rapagrop dimensional good enough for agribusiness (50,57%), infrastructure (64.49%) and the superstructure (57,23%) while the dimensions of agro-industries (6,52%) and marketing (9,98%) had an index value that is poorly. The key factors that strongly affected the level of development of the region agropolitan Perpat-Belitung, namely: 1) the production of beef cattle and 2) the production of processed meat. To enhance the development of this area is to do a thorough improvement of all attributes that are sensitive, so that all dimensions in the region agropolitan perpat become enhanced and more sustainable.

Iron ore of commodity of metallic mineral that is located in Belitung Barat, Bangka Belitung Province. Existence of iron ore can be detected by applying a technology of geomagnet exploration using a magnetic characteristic of iron ore at study area. In this paper, it will be discussed about interpretated

(19)

19 40.

41.

MANGROVE DISTRIBUTION, COMPOSITION, AND DIVERSITY :

A STUDY IN SEBERANG BERSATU COMMUNITY FOREST, BELITUNG REGENCY

Local wisdom versus mangrove preservation : Effort to maintain the coast al zone of Belitung from damage.

Mineral- BPPT) Muhammad Andra Perdana,a , Boedi Hendrarto , Fuad Muhammad Robert Siburian

that kacang Botor area has prospect of iron ore (FE) reserve, where contur of magnetic anomaly has a value of about 500 nT. In a ddition, it can be predicted that iron ore at this area point to type of vein with direction of its distribution is west – east. This fact is suitable with commonly linement of iron ore deposit in Belitung island.

Seberang Bersatu Community Forest is the only community forest that has mangrove ecosystem in Belitung Regency, that still has not deeply studied yet. This study, therefore was aimed to determine mangrove distribution, composition, and diversity. Land use and remote sensing data were used to determine mangrove distribution. From 757 hectares of Seberang Bersatu community forest area, mangrove covered 166,59 hectares of its area. Transects with a point centered quarter method along was applied to analyze vegetation. Totally 4 lines and 19 points were applied to collect mangrove types, growth parameters and other related information. It was applied indicators indices, that was important value and Simpson’s diversity. This study found that there were 7 families with 14 species lived in the area. Those family were Avicenniaceae (Avicennia marina), Rhizophoraceae (Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Rhizophora lamarckii, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa), Euphorbiaceae (Excoecaria agallocha), Palmae (Nypa fruticans), Lythraceae (Pemphis acidula), Sonneratiaceae (Sonneratia alba), and Meliaceae (Xylocarpus caseolaris, Xylocarpus granatum, Xylocarpus molluccensis). The density of the mangrove was 529 trees per hectare with R. apiculata as the highest individual density by 223 trees per hectare. R. apiculata was also the most dominant species (38,62 %) and the most frequently found (15/19). In diversity of mangrove, this area was categorized as a low diversity.

This paper aims to explain the local wisdom related to ecologi Belitung people. It has existed from generations to generations, there tree forms of local wisdom related of ecology, namely dukun kampong, kelekak, and hutan larangan. Although they have that local wisdom, the forest area ini Belitong

(20)

20 42.

43.

The Study of Community Readiness of Tanjung Kelayang Coastal Area For The Development of Belitung Tourism.

Perbandingan berbagai indeks vegetasi untuk memperkirakan stok karbon di HKM Juru Seberang. Dida Hernandini Maretta Widyastuti Safran Yusri, Fakhrurrozi (Yayasan Terangi).

remains damage. It indicates that the local wisdom has not been implemented into their life, particulary in relation to the environtmen were their life. However, the reality in the forest it not similar to the mangrove plants. Although the local wisdom does not orient to the sea, the mangrove plant is in the very good conditions.Analysing that case, this paper fucoses on the understanding of Belitung people on mangrove plant on related to their local wisdom.

This study aims to assess the community readiness take on tourism-based development. Identifies the community readiness either as a host or as a tourism business operators. The readiness as a host covered the components of cognitive, affective and conative. Whereas the readiness as a tourism business operators encompasses cognitive competencies, functional and social. The research was conducted in Tanjung Kelayang area which include four villages, namely Keciput, Tanjung Tinggi, Tanjung Binga and Terong. The method used is a qualitative method which is presented by narrative text that is the result of three source data synthesis, ie secondary data, observation and interviews (data triangulation). To strengthen its analysis, it is also presented the excerpts of interviews and statistical data in the form of tables and figures.

HKM Juru Seberang vegetasinya telah rusak akibat dari proses penambangan, sehingga memiliki jumlah stok karbon yang sedikit, Kawasan dekat pantai dan sungai terindikasi paling rusak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DVI memberikan koefisien tertinggi karena model tersebut hanya focus pad biomassa tanah, maka biomassa bawah tanah dan nekromassa belum diketahui. Data tersebut dapat digunakan sebagai data garis dasar untuk pemantauan efektifitas rehabilitasi di HKM Juru Seberang.

2016

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas hipoglikemik ekstrak air daun Angsana terhadap kadar glukosa darah (KGD) dan terhadap histopatologi sel beta pada

dilakukan dengan indikasi medis karena kehamilan akibat incest untuk mencegah adanya kelainan genetik yang timbul pada janin yang akan dilahirkan atau janin

niger, maka cendawan dipindahkan ke dalam media PDA yang telah disiapkan untuk di identifikasi.Biakan induk diperbanyak dengan menumbuhkannya ke dalam media PDA

Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa LKPD biotenologi konvensional Berbasis Ecopreneurship untuk melatihkan berpikir kreatif dan

Penelitian dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tindak lanjut dari suatu daerah atau entitas tersebut atas rekomendasi- rekomendasi hasil pemeriksaan yang

Untuk menjelaskan apa saja program kerja strategis yang akan dilakukan oleh BPFK Makassar dalam rangka upaya mewujudkan target IKU pada setiap tahun, disusunlah Program

tak terlupakan.. Kontribusi Media Pembelajaran, Motivasidan Kondisi Tempat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan