• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sulh dalam nushuz suami: kajian terhadap tafsir al-munir wahbah zuhaili surat an-nisa [4] : 128-130

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sulh dalam nushuz suami: kajian terhadap tafsir al-munir wahbah zuhaili surat an-nisa [4] : 128-130"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

S{ULH{

DALAM

NUSHU<Z

SUAMI

(KAJIAN TERHADAP

TAFSI<R AL-MUNI<R

WAHBAH

ZUHAILI<

SURAT AN-NISA'[4] :128-130)

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Dalam Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir

Disusun Oleh : AINI LUTHFIYYAH

NIM: E93216100

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2020

(2)
(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul "S{ulh} dalam Nushu>z Suami (Kajian Terhadap Tafsi>r Al-Muni>r

Wahbah Zuhaili> Surat An-Nisa' [4] : 128-130)" yang ditulis oleh Aini Luthfiyyah ini telah disetujui pada tanggal 22 Juli 2020

Surabaya, 22 Juli 2020 Pembimbing I

Dr. Hj. Iffah, M.Ag

NIP. 196907132000032001

Pembimbing II

H. Budi Ichwayudi M.Fil.I

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Aini Luthfiyyah, "S{ulh} dalam Nushu>z Suami (Kajian TerhadapTafsi>r

Al-Muni>r Wahbah Zuhaili> Surat An-Nisa>' [4] : 128-130)"

Penelitian ini didasari dengan banyaknya perselisihan yang terjadi pada zaman sekarang, salah satunya adalah konflik pada hubungan suami dan istri.Perselisihan yang terjadi biasanya ada di awal-awal pernikahan. Salah satunya adalah nushu>z. Nushu>z merupakan salah satu perselisihan yang sering terjadi antara suami istri yang disebabkan oleh beberapa hal. Selain itu nushu>z juga bisa datang dari suami maupun istri. Dan nushu>z yang disebabkan oleh suami itu dikarenakan sang istri sudah tua dan jelek, sudah bosan, atau bahkan terpikat perempuan lain dengan tanda-tanda kemunculan. Tidak memberikan nafkah sebagaimana mestinya, tidak menggauli dengan kasih dan sayang, dan karena jeleknya akhlak sang suami. Dan ketika si istri melihat kemunculan tanda-tanda tersebut secara nyata maka diperbolehkan untuk si istri melakukan S{ulh}. Salah satu mufassir yang membahas mengenai S{ulh} ini adalah Wahbah Zuhaili>> pada tafsirnya yang berjudul

Al-Muni>r dan salah satu ayat terdapat pada surat An-Nisa>’ ayat 128-130. Ada tiga konsep S{ulh} yang telah dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili>> pada tafsirnya

Al-Muni>r. Pertama, si istri boleh menggugurkan setengah haknya yang menjadi kewajiban suaminya. Dengan tujuan mengambil hati sang suami dan suami harus menerimanya. Kedua, melakukan kesepakatan perdamaian antara keduanya dengan cara si istri rela melepaskan sebagian haknya istri pada suami. Karena perdamaian lebih disenangi Allah daripada bercerai. Ketiga, ketika suami istri sudah sulit untuk memperbaiki hubungan merekabahkan sudah tidak bisa dipaksakan untuk kembali. Maka diperbolehkan untuk bercerai bagi keduanya dan Allah akan memberikan kecukupan bagi mereka dengan memberikan pasangan pengganti yang lebih baik lagi dan menentramkan hati.

Penelitian ini termasuk model penelitian kualitatif dengan jenis penelitian

Library research. Dari hasil penelitian bahwa konsep yang telah dikemukakan oleh

Wahbah Zuhaili> ini cocok untuk dijadikan salah satu cara untuk menyelesaikan sengketa yang ada. Karena Wahbah Zuhaili> mentafsirkan ayat ini sesuai dengan kondisi sekarang. Jika, dikaitkan atau disamakan dengan zaman sekarang bisa di sebut seperti proses perceraian dengan melalui perantara pengadilan. Dan sebaiknya dalam sengketa suami istri diusahakan berdamai jika memang masih bisa untuk berdamai. Karena, sesungguhnya bercerai adalah hal yang sangat dimurkai Allah meskipun itu dihalalkan dan berdamai adalah hal sangat lebih baik daripada bercerai.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi MOTTO ... viii PERSEMBAHAN... ix KATA PENGANTAR ... x ABSTRAK ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 5 D. Tujuan Penelitian ... 5 E. Kegunaan Penelitian... 5 F. Kerangka Teoritik ... 6 G. Telaah Pustaka ... 7 H. Metodologi Penelitian ... 9 I. Sistematika Pembahasan ...11

BAB II: TEORI S{ULH{ SECARA UMUM... 13

A. Pengertian S{ulh} ... 13

B. S{ulh} dalam Kajian Tafsir ... 13

C. S{ulh} dalam Kajian Fiqh ... 19

BAB II: WAHBAH ZUHAILI< DAN KITAB TAFSI<R AL-MUNI<R ... 26

A. Biografi Wahbah Zuhaili> ... 26

(8)

C. Profil Tafsi>r al-Muni>r ... 31

1. Metode Tafsi>r al-Muni>r ... 33

2. Corak Tafsi>r al-Muni>r ... 35

3. Ciri Khas Tafsi>r al-Muni>r ... 35

4. Keistimewaan Tafsi>r al-Muni>r ... 36

5. Sistematika Pembahasan Tafsi>r al-Muni>r……….…….……… 37

6. Sumber Penulisan Tafsi>r al-Muni>r …..………..… 38

BAB IV: KONSEP S{ULH{ PADA NUSHU<Z SUAMI DALAM TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA WAHBAH ZUHAILI< ...40

A. Konsep S{ulh} Perspektif Wahbah Zuhaili> ... 40

1. Pengertian S{ulh} ... 40

2. Penafsiran Surat An-Nisa' ayat 128-130 ... 40

3. Fiqh Kehidupan dari Surat An-Nisa' ayat 128-130 dalam Tafsi>r al-Muni>r. ... 48

B. Kontekstualitas S{ulh} dengan Zaman Sekarang ... 54

BAB V: PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

AlquranIdalam bahasa Arab merupakan pusat keimanan kaum Muslim. Kata-katanya dianggap bersifat ilahiah. Percaya pada Alquran sebagai salah satu wahyu Tuhan merupakan perangkat dasar keimanan.1Alquran menempatkan

dirinya sebagaiI disiplin ilmu yang berkembang sangat pesat dan tidak pernah kering, bahkan senantiasa hidup bersama dengan perkembangan teori pengetahuan dari para pengimannya.2

Selain itu Alquran juga berperan sebagai hudan al-linna>s yang di dalamnya terdapat beberapa petunjukI bagi umat yang beriman. Di sisi lain,manusia juga menggunakan Alquran sebagai rujukan untuk mencari keadilan yang ingin di capai, karena setiap umat manusia mempunyai hak untuk menikmati ruang di sekitarnya dengan tidak merugikan orang lain.3 Akan tetapi, adalah hukum alam bagi manusia

jika muncul persoalan merugikan dan dirugikan, sehingga untuk mencapai suatu keadilan diperlukan beberapa solusi, salah satunya yaituS{ulh} atau perdamaian. Ihwal perdamaian ditegaskan disejumlah ayat-ayat Alquran yang di dalamnya termasuk dilakukan berbagai cara pencegahan yang sekiranya terdapat tanda yang akan timbulnya konflik di tengah-tengah masyarakat. Dalam realita masyarakat

1 Ibid., 33.

2 Nur Kholis Setiawan, Alquran Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005), 3. 3 Chafid Wahyudi dan Robbah Munjiddin Ahmada, "Perampasan Ruang Hidup Dalam Makna

(10)

2

peristiwa yang terdapat pada konflik baik yang bersifat vertikal maupun horizontal sering ditemui, hal ini akan berakibat rendah pada tingkat pemahaman mereka tentang bagaimana perlunya membangun sebuah ukhuwah (hubungan), silaturrahmi, dan juga menciptakan suatu perdamaian yang lebih berkesinambungan.4

Mengacu pada pendapat tersebut, maka sangat perlu dijelaskan bagaimana pandangan Alquran mengenaiI hal tersebut khususnya umat Islam agar mampu menjalin kehidupan yang dipenuh dengan perdamaian. Pada konteks ini Alquran menjadi sumber pijakan dalam membangunIsebuah tatanan perilaku dalam masyarakat, agar tercipta sebuah ketenangan yang tanpa adanya perselisihan dan konflik. Jika Alquran dibahas secara teliti pada sejumlah ayat yang membahas mengenai S{ulh} atau perdamaian, maka dapat dipastikan akan menemukan pesan umum bahwa Islam sangat perhatian dengan perdamaian. Selain itu, Alquran juga menegaskan dan menunjukkan bahwa perdamaian itu bukan hanya pada kelompok yang bersengketa namun juga diperuntukkan dalam hal perbaikan-perbaikan yang lain sehingga tidak akan tercipta perselisihan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.5

Banyak tokoh yang ahli dibidang kajian Alquran dan Tafsir yang pemikirannya memiliki ciri khas tertentu yang tampak unik dan menarik.6IPara

tokoh tersebut dalam dunia penafsiran mempunyai pemikiran bermacam-macam ada yang sangat bertolak belakang atau bahkan hampir sama tapi itu bukan tanpa alasan, mereka yang memiliki Ipemikiran berbeda terkadang memang tidak hidup

4 Abdul Wahid Haddade, Konsep Ishlah Dalam Alquran, (Jurnal Tafsere : Vol.4 No 1 2016),13

5 Ibid., 14.

6 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Alquran dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press yogyakarta,

(11)

3

dalam satu masa tapi ada juga mufassir yang hidup dalam satu masa bahkan menjadi teman baik saat menuntut ilmupun tidak selalu sama dalam hal pemikiran penafsiran dalam karya tafsir mereka. Para tokoh yang ahli tersebut telah banyak menafsirkan ayat Alquran salah satunya ayat perihal perdamaian dan pernikahan.I

Pernikahan merupakan salah satu Ibadah muamalah yang sangat dianjurkan oleh Islam.Bahkan dalam Alquran Allah sudah mengklaim rejeki untuk orang yang menikah. Tujuan lain agar dilaksanakannya pernikahan supaya manusia terhindar dari perbuatan zina. Allah pun telah menyediakan kemudahan hidup bagi orang yang menikah dengan tujuan agar mendapat ridho Allah.7

Dalam urusan irumah tangga acap kali terjadi pertikaian dan salah paham antara suami dan istri yang masing-masing mengambil arah yang tidak sama sehingga terdapat akibat yang terjadi yaitu perceraian diantara keduanya.8 Banyak

penyebab terjadinya sengketa antara suami dan istri, salah satunya adalah nushu>z.

Nushu>z yaitu meninggalkan kewajiban bersuami istri, nushu>z bisa datang dari pihak suami maupun istri.

Perselisihan dan salah paham tersebut biasa terjadi di awal-awal tahun pernikahan dan selanjutnya pasca pernikahan.Iperdamian itu berguna untuk menghilangkan pertikaian, menyeragamkan arah pandang dan mendamaikan hubungan antara suami dan istri dapat dilakukan oleh mereka sendiri atau dengan bantuan orang lain dengan cara yang bijak, benar dan adil tanpa memihak salah satu dari mereka.9I

7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an Volume 8,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 535-536

8 Abdul Wahid Haddade, Konsep Ishlah Dalam Alquran, (Jurnal Tafsere : Vol.4 No 1 2016),18

(12)

4

Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk menyelsaikan sengketa yang ada yaitu dengan cara perdamaian (S{ulh}). Banyak sekali mufassir yang membahas bagaimana konsep S{ulh} salah satunya adalah Wahbah al-Zuhaili> dalam kitab tafsirnya yang berjudul Al-Muni>r. Di dalam Alquran ada beberapa surat yang membahas tentang S{ulh} diantaranya pada surat Al-Hujurat ayat 9-10 dan surat

An-Nisa>’ ayat 128-130.I

Berdasarkan penjelasan di atas dibutuhkan penelitian yang lebih khusus tentang konsep dan pemikiran S{ulh} perspektif Wahbah al-Zuhaili> dalam tafsirnya yang berjudul Al-Muni>r dalam bentuk skripsi.

B.Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifkasikan dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut: I

1. Apa yang dimaksud dengan S{ulh}?

2. BagaimanaS{ulh} dalam konteks pernikahan ? 3. Bagaimana konsepS{ulh} dalam Alquran ? 4. BagaimanaS{ulh} perspektif Wahbah al-Zuhaili>?

5. Bagaimana kontekstualitasS{ulh} perspektif Wahbah al-Zuhaili> dalam Tafsir Al-Muni>r ?

6. Bagaimana S{ulh} dalam surat Al-Hujurat ayat 9-10 ? 7. Bagaimana S{ulh} dalam surat An-Nisa’ ayat 128-130 ?

Banyak surat yang membahas mengenai S{ulh} di dalam Alquran. Oleh sebab itu agar pembahasannya cuma fokus pada satu surat yaitu surat An-Nisa' ayat 128-130.

(13)

5

C.Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan agar Ilebih jelas lagi, maka dibutuhkan beberapa permasalahan pokok, yaitu:

1. Bagaimana Konsep S{ulh} Perspektif Wahbah al-Zuhaili>?

2. Bagaimana Kontekstualitas S{ulh} bila Dikaitkan dengan Zaman Sekarang? D.Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini untuk:I

1. Mendeskripsikan konsep S{ulh} Perspektif Wahbah al-ZuhailiI

2. Menganalisis kontekstualitas S{ulh} bila dikaitkan dengan zaman sekarang E.Kegunaan Penelitian

Sebagaimana penelitian pada umumnya, penelitian ini mempunyai manfaat yang secara garis besar terdiri dari dua hal: I

1. Secara teoritisI

Penelitian ini diharapkan mampu memperluas khazanah penafsiran Alquran, khususnya yang berkaitan dengan konsep perdamaian guna untuk mengatasi pertikaian dan salah paham yang terjadi diantara suami dan istri.I

2. Secara praktisI

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tawaran solusi ketika seorang suami istri mengalami pertikain dan salah paham.I

(14)

6

F. Kerangka Teoritik

Kerangka teori ini disusun menjadi dasar berpikir yang bisa memperlihatkan dari sudut mana perkara yang sudah dipilih dan disoroti.10I Dalam

dunia rumah tangga tidak lepas dari suatu pertikaian atau salah paham yang terjadi antara suami dan istri, untuk mengatasi menghilangkan pertikaian dan, menyeragamkan arah pandang, mendamaikan sengketa diantara suami istri bisa dilakukan oleh mereka sendiri atau meminta bantuan orang lain secara benar, bijak, dan adil tidak berpihak kesalah satu pihak yang bersengketa.

Banyak cara yang bisa ditempuh misalnya dengan cara perdamaian. S{ulh} yang dimaksud di sini adalah perdamaian yaitu upaya melaksanakan perbaikan menggunakan perantara ihakim atau juru damai yang adil dan bijaksana untuk menyelesaikan sengketa antara suami istri dengan damai. Dan sebaiknya juru damai itu berasali dari keluarga suami atau istri bukan dari orang lain yang tidak ada hubungan keluarga, karena ditakutkan jika tidak melalui keluarga sendiri akan diadu domba dan sengketa antara suami istri akan lebih memanas bahkan tidak akan ada kata perdamaian diantara mereka.I

Dengan demikian perlu dianalisa bagaimana konsep S{ulh} yang ada dalam Alquran perspektif Wahbah al-Zuhaili> yang hanya difokuskan pada surat An-Nisa' ayat 128-130 sehingga dapat diketahui bagaimana konsep dan cara beliau mengatasi sengketa pada masa hidupnya dan kontekstualitas konsep beliau jika digunakan pada zaman sekarang.

(15)

7

G.Telaah Pustaka

Tinjauan pustaka adalah penjelasan secara terstruktur apa hubungan penelitian yang akan dilakukan sekarang dengan penelitian terdahulu, dengan rujukan buku atau literatur lain guna meyakinkan pembaca bahwa penelitian yang akan dilakukan penting, tidak hanya berbeda dengan penelitian terdahulu tetapi juga penting untuk dilaksanakan. Sejauh ini belum ditemukan penelitian yang membahas secara khusus dan menyeluruh gagasan Wahbah al-Zuhaili> dalam S{ulh} pada Surat An-Nisa' ayat 128-130. Adapun penelitian yang sejenis dengan objek penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Model Penyelesaian Konflik Menggunakan Teori Islah yang ditulis oleh Ramdani Wahyu S, berupa artikel yang dimuat di academia edu. Penelitian ini membahas pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan perselisihan salah satunya dengan menggunakan konsep S{ulh} yang mana didalam Alquran konsep sangat dianjurkan. IKonsep-konsep seperti hakam dan dalam mekanisme tahkim dan S{ulh} atau ishlah (damai), merupakan konsep yang dijelaskan di dalam Alquran sebagai media di dalam Alquran sebagai media di dalam menyelesaikan konflik di luar pengadilan.11I

2. Konsep Al-Ishlah Dalam Alquran yang ditulis oleh Abdul Wahid Haddade berupa artikel dalam Jurnal Tafsere, Vol. 4, No.1, 2016. Penelitian ini membahas secara garis besar term islah dalam Alquran yang mana islah sendiri memiliki

11 Ramdani Wahyu S, "Model Penyelesaian Konflik Menggunakan Teori Islah" Journal of Academia Edu,( t.th), 1.

(16)

8

pengertian dengan berbagai variannya sesuai konteks pembicaraan atau permasalahan yang dibicarakan masing-masing ayat terkait islah.12I

3. Pelaksanaan Sulh Dalam Penyelesaian Sengketa Hadhanah (Studi Kasus Di Mahkamah Syariah Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Malaysia), karya Mohd Norman Shah bin Mohd Yaziz, merupakan skripsi pada Jurusan Konsentrasi Peradilan Agama UIN Syarif Hidyatullah, pada tahun 2008. Penelitian ini membahas ketika ada pasangan yang mempunyai masalah rumah tangga sangat dianjurkan untuk berdamai serta saling toleransi dengan tujuan semua masalah yang ada agar teratasi dengan baik. S{ulh }sendiri disini adalah suatu akad untuk mengakhiri sengketa dengan sukarela melalui ijab dan kabul yang tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak manapun.13I

4. Perdamaian Dalam Kajian Al-Quran (Studi Analisis Terhadap Penafsiran Surat Al-Hujurat Ayat 9-10), karya Malihatul Afifah, berupa skripsi pada Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Ampel, pada tahun 2017. Penelitian ini membahas banyaknya konflik yang sekarang ini telah banyak terjadi, salah satunya adalah toleransi seperti intimidasi, kekerasan dan penyerangan sebuah kelompok terhadap kelompok lain yang masih sangat banyak terjadi di sekitar kita.14I

12 Abdul Wahid Haddade , "Konsep Ishlah Dalam Alquran", Jurnal Tafsere, Vol.4, No 1

(2016),13.

13 Mohd Norman Shah bin Mohd Yaziz, "Pelaksanaan Sulh Dalam Penyelesaian Sengketa

Hadhanah (Studi Kasus Di Mahkamah Syariah Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Malaysia)"

(Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidyatullah, 2008),1.

14 Malihatul Afifah, "Perdamaian Dalam Kajian Al-Quran (Studi Analisis Terhadap Penafsiran

Surat Al-Hujurat Ayat 9-10)" (Skripsi Fakultas Ushuluddin an Filsafat UIN Sunan Ampel, 2017), 1.

(17)

9

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa fokus kajian ini belum ada yang meneliti S{ulh} perspektif Wahbah Zuhaili> dalam kitabnya yang berjudul al-Muni>r.I

H.Metodologi Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian itu selalu membutuhkan suatu metode yang harus dipakai untuk penelitian agar menghasilkan penelitian yang cermat dan jelas serta tertata. Secara detail metode penelitian itu dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Model dan jenis penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam ipenelitian ini adalah model kualitatif. Prosedurpenelitian ini menghasilkan data deskriptif dari beberapa kata-kata tertulis atau ilisan dari suatu objek yang dapat diamati dan diteliti.15

Jenis penelitian yang dipakai ialah kepustakaan (library research), yakni dengan menggunakan buku sebagai sumber data. Dengan mengumpulkan data dan informasi dari data-data yang tertulis baik berupa literatur yang berbahasa Arab maupun bahasa Indonesia yang mempunyai relevansi dengan penelitian.I

2. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsiini adalah dengan metode penelitian deskriptif dan content analysis. Metode deskriptif adalah penelitian yang dapat disajikan dengan apa adanya dengan tanpa memberikan perlakuan secara khusus pada data/peristiwa tersebut.16 Sedangkan content analysis merupakan suatu

15 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metode ke arah Ragam dan Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), 203.

(18)

10

model yang digunakan untuk meneliti dokumentasi data yang berupa teks, gambar, simbol, dan sebagainya.

Metode ini dapat dipakai untuk menganalisa semua bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, dan sebagainya. Maka dengan menggunakan metode ini akan diperoleh suatu pemahaman terhadap berbagai isi pesan secara obyektif, sistematis, dan relevan.17

Analisis ini mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan dalam data ilmiah dengan tujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru dan menyajikan suatu fakta.18

3. Sumber data

Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan tema.ISumber-sumber yang dijadikan informasi terbagi atas dua bagian, sumber primer dan sumber sekunder.I

a. Data primer

Sumber data primer adalah rujukan utama sekaligus fokus objek kajian dalam penelitian ini. Sumber data primer adalah kitab Al-Muni>r karya Wahbah

al-Zuhaili>.

b. Data sekunder

Sedangkan sumber sekunder merupakan data yang dapat dijadikan bahan penunjang dalam pembahasan.ISumber-sumber yang digunakan berupa kitab-kitab

17 Imam Subrayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001)

71.

18 Klaus Krispendoff, Analisis Isi Pengantar Data Teori Metodologi (Jakarta: Rajawali Press,

(19)

11

tafsir lain, buku dan karya-karya ilmiah yang membahas mengenai dasar pemikiran Wahbah al-Zuhaili dalam menafsirkan S{ulh}. Sumber-sumber tersebut yaitu: I

1) Mushaf Alquran

2) Kitab Tafsir al-Wasith karya Wahbah al-Zuhaili

3) Artikel atau literatur-literatur lain yang ada relevansinya dengan penelitian.

4. Tehnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu dengan caramengumpulkan data-data yang terkait dengan tema permasalahan, kemudian mengklasifikasikan sesuai dengan sub bahasan berdasarkan konsep kerangka penulisan yang telah disiapkan sebelumnya.IData-data tersebut diambil dari sumber primer yaitu Tafsir al-Muni>r.I

5. Tehnik analisis data

Pengolahan data dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang digunakan melalui pemaknaan kata atau pesan yang terdapat dalam dokumen.Melihat landasan pemikiran melalui literatur utama (primer).I

I. Sistematika Pembahasan

Supaya pembahasan dalam penulisan skripsi ini lebih teratur dan terstruktur, maka penulis menyusun sistematika pembahasannya sebagai berikut:

Bab Pertama, adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang akan diteliti untuk menjelaskan mengapa penenlitian ini penting untukdilakukan. Selanjutnya dirumuskan dalam pokok masalah (rumusan masalah) yang hendak dipecahkahkan dalam penelitian ini sehingga jelaslah masalah yang akan dijawab, kemudian tujuan penelitian, yakni sebagai jawaban atas pokok

(20)

12

masalah tersebut. Dikemukakan pula manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerang kateori, metode penelitian serta outline penelitian.

Bab kedua, pada bab ini akan dikemukakan penjelasan S{ulh} dalam dua kaidah, yaitu dalam kaidah Fiqh dan dalam kaidah Tafsir.

Dalam Bab ketiga akan diuraikan tentang biografi pengarang, sejarah intelektual, karya- karyanya.I

Dilanjutkan pada bab keempat yang berisi analisis terhadap konsep S{ulh} perspektif Wahbah Zuhaili> pada Al-Quran Surat An-Nisa' ayat 128-130 dalam Tafsir al-Muni>r. Dan kontekstualitasnya terhadap zaman sekarang.

Bab kelima, merupakan penutup dari kajian ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

(21)

BAB II

TEORI

S{ULH}

SECARA UMUM

A.Pengertian S{ulh}

Kata S{ulh} berasal dari masdar lafadz احْلُص – ُحُلْصَي – َحَلَصyang berarti perdamaian atau perbaikan,19 sedangkan menurut istilah S{ulh} yaitu perdamaian antara dua pihak yang berselisih. S{ulh} juga dapat diartikan sebagai perjanjian yang digunakan untuk menghilangkan dendam, persengketaan atau permusuhan. S{ulh} bisa membuat sesuatu menjadi baik dengan menghilangkan perselisihan di antara manusia.Selain itu S{ulh} juga bisa digunakan untuk menghilangkan pertikaian, menyeragamkan arah pandang dan mendamaikan suatu sengketa yang terjadi.

S{ulh} juga merupakan kewajiban umat Islam, baik secara personal maupun secara sosial. Penekanan s}ulh} ini lebih difokuskan pada hubungan antar sesama umat manusia guna untuk memenuhi kewajiban kepada Allah SWT. Ruang lingkup bahasan s}ulh}, sangatlah luas, mencakup aspek-aspek kehidupan manusia baik secara pribadi maupun sosial.20

B.S{ulh} dalam Kajian Tafsir

Sengketa pada dasarnya merupakan gangguan yang terjadi terhadap harmoni kepentingan manusia karena disebabkan adanya kepentingan yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya.Salah satunya adalah sengketa

19 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,

1997), 788-789.

20 Iman Jauhari, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam (Yogyakarta:

(22)

14

pasangan suami dan istri. Dalam Alquran sudah dijelaskan mengenai pertikaian suami istri entah itu dari pihak suami maupun istri atau bisa dikatakan sebagai Nusyuz. Dalam menangani sengketa dalam rumah tangga tersebut salah satunya dengan cara s}ulh}.

S{ulh} adalah memperbaiki, mendamaikan menyelesaikan masalah atau kerusakan. Berupaya menciptakan perdamaian, membawa ketenangan dan kebaikan pada orang yang sedang bersengketa. S{ulh} ialah kewajiban umat Islam, baik secara pribadi maupun sosial. Dan penekanan S{ulh} ini terfokus pada hubungan antar manusia agar selalu hidup berdampingan dengan damai, serta termasuk untuk memenuhi kewajiban kepada Allah Swt.21

Diantara S{ulh} yang diperintah oleh Allah Swt adalah dalam hubungan rumah tangga yang berguna untuk menyelesaikan kemelut dan sengketa yang terjadi (nushu>z). Oleh karena itu jika terjadi suatu sengketa dalam harus segera dilakukan suatu upaya untuk mengatasinya salah satunya dengan cara s}ulh} (perdamaian).

Pertikain dan salah paham antara suami istri yang biasa terjadi di awal-awal pernikahan bahkan pasca pernikahan.22 Salah satu sengketa yang terjadi

adalah nushu>z dan sikap acuh tak acuh yang datang dari pihak suami yang bisa mengancam keamanan dan meghancurkan kehormatan si istri begitu pula dengan keamanan keluarganya.

21 Iman Jauhari, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam (Yogyakarta:

Deepublish, 2017), 59.

(23)

15

Ketika istri takut diperlakukan dengan kasar atau ketika suami bersikap acuh tak acuh terhadap istrinya dan membiarkan istrinya terkatung-katung dan tidak menganggap sebagai istrinya dan tidak pula diceraikan. Dan perbuatan itu yang akan menjurus pada perceraian, meskipun perceraian ini merupakan perbuatan yang halal tapi juga dibenci oleh Allah. Selain nushu>z dan sikap acuh tak acuh penyebab sengketa lainnya adalah sifat kikir23 yang dimiliki suami ataupun istri yang bisa

membuat hancur pernikahannya.24

Selain sengketa yang terjadi juga ketidak adilan suami terhadap istri yang lainnya. Suami yang tidak bisa berlaku adil terhadap para istrinya, yang lebih mementingkan istri yang lebih muda dan mengabaikan yang sudah tua, buruk rupa bahkan sudah tidak bisa memiliki anak lagi atau apapun itu yang membuat suami tidak suka lagi pada si istri. Jika istri bisa bersabar dengan keadaan ini dalam ikatan suami yang sekiranya tidak berbahaya baginya, ia bisa berjanji untuk berdamai untuk mempertahankan ikatannya dengan sang suami.

Setiap manusia tidak akan pernah bisa mewujudkan keadilan sempurna dalam hal apapun secara mutlak. Maka dari itu Allah memberikan keringanan bagi suami untuk secara sempurna dan menuntu suami untuk tetap bersikap adil sebisanya. Untuk hal yang bersifat materi, semacam nafkah, pakaian, tutur kata yang indag mungkin sang suami masih bisa saja mewujudkan keadilan, tapi untuk hal yang bersifat non materi yaitu, cinta, kecondongan pada salah satu istri yang menuju pada kecondongan hati inilah yang sang suami tidak bisa mewujudkan

23 Sikap kikir yang selalu hadir pada diri manusia bahkan tidak akan hilang karena sikap kikir itu

merupakan karakter yang dimiliki oleh setiap manusia yang seakan-akan sikap kikir itu selalu hadir dan tidak pernah pergi sedikitpun dari dirinya.

(24)

16

secara adil. Karena semua hal yang non materi adalah hal yang di luar kemampuan manusia, sehingga manusia tidak di bebankan dengan hal tersebut. Untuk itu Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh pemilik empat kitab sunan,

َّمُهلَّلَا

ُكِلْمَأ َلاَو ُكِلَْتَ اَمْيِف ْ ِنِْذِخ اَؤُ ت َلاَف ُكِلْمَأ اَمْيِف ْيِمْسِق اَذَه

Ya Allah, inilah pembagianku yang aku mampu, karena itu jangan kau hukum aku untuk apa yang Engkau miliki tidak aku miliki.25

Hanya tidak boleh condong ke salah satu istri saja, kalian harus menyenangkan mereka, memperlakukan mereka dengan baik dan memerangi kecondongan yang bisa menghanyutkan yang lainnya, agar dia juga tidak tersakiti.26 Karena kecondongan ini bisa menghalangi hak-hak istri yang lain,

sehingga dia tidak diperlakukan sebagai istri dan tidak pula diceraikan.27 Semua

keadaan yang dialami sang istri tetap dikembalikan kepada si istri, apa yang menjadi maslahat bagi dirinya sendiri. Dan si istri pun diberi kebebasan untuk memikirkan apa yang terbaik baginya.28

Sengketa yang terjadi antara suami istri sebaiknya segera di damaikan karena perdamaian itu lebih baik dari perceraian dan bisa membuat hati yang keras menjadi lembut dan tetap ingin menjalin hubungan kekeluargaan dengan baik. Islam pun tidak pernah menyuruh umatnya untuk tetap pada kelemahan yang dimilikinya.29

25 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith Jilid 1, terj. Muhtadi,dkk (Jakarta: Gema Insani, 2012),

346.

26 Ibid., 347.

27 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Quran, terj. As'ad Yasin (Jakarta: Gema Insani, 2002), 92. 28 Ibid., 92.

(25)

17

Menurut ulama Ma>likiyah, segala bentuk upaya perdamaian itu diperbolehkan, termasuk berdamai dengan cara bersabar. Pandangan moderat juga muncul dari kalangan Sha>fi'iyah, menurut mereka jika terjadi ketegangan antara suami dan istri, jika kesalahan itu muncul dari sang istri maka istri harus bisa melepaskan sebagian haknya, seperti nafkah, sebagai bentuk upaya untuk berdamai. Dan sebaliknya, jika kesalahan itu muncul dari sang suami maka suami bisa memberikan kompensasi tambahan nafkah sebagai tanda permintaan maaf terhadap istrinya.30

Perdamaian ini penting, guna untuk menyeragamkan arah pandang, menghilangkan pertikain, dan mendamaikan antara suami dan istri, melakukan perdamaian itu bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain dengan syarat orang lain itu harus bersikap bijak, benar, adil dan tidak menzalimi salah satu dari mereka serta tidak condong terhadap salah satu dari mereka. Sebab, keadilan adalah kunci sukses untuk menyelesaikan sengketa antara suami istri ini.31

Menurut Rashi>d Rid||{a upaya untuk berdamai selain yang disebutkan dalam ayat di atas, juga bisa dilakukan karena tujuannya adalah mu'a>sharah bil ma'ru>f (pergaulan yang harmonis). Di sisi lain , prinsip hubungan saling menghormati juga harus diperhatikan, demikian juga hak-hak antara suami istri juga perlu dilakukan oleh keduanya. Dan kezaliman adalah perbuatan yang dilarang oleh agama, baik dilakukan oleh suami maupun istri.32

30 Iffah Muzammil, Fiqh Munakahat: Hukum Pernikahan dalam Islam (Tangerang: Tira Smart,

2019), 161.

31 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith Jilid 1, terj. Muhtadi,dkk (Jakarta: Gema Insani, 2012),

345.

32 Iffah Muzammil, Fiqh Munakahat: Hukum Pernikahan dalam Islam (Tangerang: Tira Smart,

(26)

18

Inilah perdamaian yang diisyaratkan oleh Allah kemudian diselesaikan ketetapan ini dengan penjelasan bahwa perdamaian itu lebih baik dari pada perseteruan atau sengketa, tindakan kekerasan, nushu>z, dan talaq.33

Namun, jika hati mereka sudah kering dan sudah tidak bisa menjalin hubungan yang baik, dan di dalam hati mereka sudah tidak ada sesuatu yang bisa menjadikan mereka berjalan lurus. Dan apabila kondisi yang dialami sudah pada keadaan yang mana tidak ada lagi cara untuk mengobati sakit hati mereka serta mendamaikan mereka.

Maka Islam tidak menghukum mereka dengan bertahan pada kebencian dalam hati mereka dan perceraian diperbolehkan. Karena perceraian merupakan hal yang lebih baik daripada tetap bertahan. Dan Islam tidak pernah memberatkan hukum semisal mengikat perkawinan dengan tali. Islam hanya menyentuhmu dengan cinta dan kasih sayang, atau dengan keindahan dan kewajiban. Dan Allah berjanji akan memberikan kecukupan harta masing-masing dengan banyaknya karunia-Nya dengan sesuatu yang ada di sisi-Nya.34 Menurut penulis kitab

Al-Mutghni, apabila keduanya (suami dan istri) telah kembali berdamai, maka si istri berhak mendapatkan haknya lagi, yaitu giliran dan nafkah kembali dari sang suami.35

33 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Quran, terj. As'ad Yasin (Jakarta: Gema Insani, 2002), 91. 34 Ibid., 93.

35 Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah ,Fiqih Wanita: Edisi Lengkap, terj. M.Abdul Ghoffar

(27)

19

C.S{ulh} dalam Kajian Fiqh

Sengketa pada dasarnya merupakan gangguan yang terjadi terhadap harmoni kepentingan manusia karena disebabkan adanya kepentingan yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. S{ulh} secara bahasa adalah memutus perseturuan. Sedangkan secara syara' adalah suatu akad yang memutus perseteruan. Hukum s}ulh} adalah sah jika disertai pengakuan maksudnya pengakuan oleh orang yang dituduh atas tuduhan di dalam masalah yang sudah nampak jelas terjadi.36

S{ulh} merupakan salah satu akad jual beli yang dikalangan masyarakat Arab merupakan sebuah tradisi apalagi jika dalam suatu masyarakat system peradilan belum begitu baik maka penyelesaian suatu perselisihan itu dengan cara

s}ulh}, yang mana cara ini merupakan suatu tatacara terbaik yang bisa ditempuh.37

Istilah s}ulh} dibahas ulama fiqih dalam persoalan transaksi/akad, perkawinan, peperangan, dan pemberontakan.38 Oleh karena itu jika terjadi suatu sengketa harus

segera dilakukan suatu upaya untuk mengatasinya salah satunya dengan cara s}ulh} (perdamaian).

Dilihat dari sejarah masyarakat pra-Islam, sangat nampak bahwa persoalan

s}ulh} telah menjadi alternatif penyelesaian suatu sengketa sebelum datangnya Islam, karena jika dilihat banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa s}ulh} sudah

36 Al-'Allamah Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fathul Qarib 3 Bahasa Jilid 1(Kediri: Zamzam

Sumber Mata Air Ilmu, 2016), 326.

37 Ridwan Nurdin, Fiqh Muamalah: Sejarah, Hukum dan Perkembangannya (Banda

Aceh,Yayasan Pena,2014), 139.

38 Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah Di Lembaga Keuangan dan Bisnis Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2019), 259.

(28)

20

destablished dalam masyarakat Arab pra-Islam. Untuk itu legalitas akad s}ulh} ini ditemukan dalam Alquran dan Hadits. Dalam Alquran ditemukan berbagai istilah yang mengacu kepada penyelesaian konflik seperti qada atau peradilan atau istilah hakam yang sangat identik dengan maksud artbitrase. Untuk itu, konsep dalam Alquran dan Hadits sudah nampak jelas bahwa suatu perselisihan itu harus diselesaikan.39

Dilihat dari segi prosedur penyelesainnya cara ini harus dilakukan secara halal maksudnya tidak boleh ada paksaan dalam melalukan s}ulh} ini atau cara lain yang tidak halal.40 Jadi, melakukan s}ulh} ini harus sama-sama sepakat tanpa adanya suatu paksaan dari salah satu pihak. Karena perdamaian ini adalah misi Islam yang paling penting sehingga ketika perselisihan itu muncul harus segera di selesaikan secara adil.

Secara struktur madzhab, Hanafi memberikan pamahaman terhadap S{ulh} sebagai wakil atau juru damai. Walaupun kasus diselesaikan oleh juru damai, para pihak tidak boleh menarik diri dari apa yang telah diputuskan. Ulama madzhab Maliki berpendapat di mana para pihak tidak boleh menarik diri setelah memilih seorang juru damai. Sedangkan bagi madzhab Syafi'I para pihak boleh saja menarik diri dari keputusan yang telah dibuat. Dalam madhhab Hanbali, keuputusan juru damai adalah sama dengan hakim karena bersifat mengikat bagi mereka yang memilihnya.41

39 Ibid., 140. 40 Ibid., 140. 41 Ibid., 141.

(29)

21

Salah satu contoh kasus sulh dalam kajian fiqih adalah kasus sewa menyewa. Penyewa rumah yang tidak merawat rumah yang disewanya dengan baik sehingga ketika masa sewa berakhir pemilik rumah mendapati rumahnya kotor dan rusak. Untuk menghindari terjadinya suatu pertengkaran penyewa dan pemilik melakukan s}ulh} untuk menyelesaikannya tanpa melalui jalur hukum. Kerusakan rumah diganti atau diperbaiki oleh penyewa rumah atau ia memberikan biaya penggantian atau perbaikan kepada pemilik rumah.42

Ditinjau dari kitab fathul qorib S{ulh} terdiri dari tiga macam, yaitu s}ulh} ibra', s}ulh} mu'awadah dan s}ulh} hathithah.43

a. S{ulh} Ibra

S{ulh} Ibra' adalah hanya mengambil sebagian dari hutang yang berhak ia terima. Tidak boleh dengan arti tidak sah, menggantungkan s}ulh}, maksudnya menggantungkan s}ulh} dengan suatu syarat.

b. S{ulh Mu'awadah

S{ulh Mu'awadah adalah berpindah haknya kepada barang lain. Pada s}ulh}

ini berlaku hukum jual beli, yang mana hukum-hukum jual beli berlaku pada barang yang diakadi s}ulh}. Misalnya, mengembalikan sebuah barang sebab cacat, mencegah tasharruf sebelum diterima barangnya.

42 Iman Jauhari, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam (Yogyakarta:

Deepublish, 2017), 62.

43 Al-'Allamah Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fathul Qarib 3 Bahasa Jilid 1(Kediri: Zamzam

(30)

22

c. S{ulh} Hathithah

S{ulh} Hathithah adalah akad s}ulh} dengan mengambil sebagian barang yang dituntut, maka disebut hibah yang dilakukan pada sebagian hartanya yang tidak diambil. Tidak diperbolehkan bahkan tidak sah jika menggunakan ungkapan menjual pada sebagian hak yang tidak diambil karena seakan-akan menjual barang yang dituntut dengan sebagian barang tersebut.

Rukun akad s}ulh} adalah, menurut madzhab hanafi adalah ijab dan qabul Menurut jumhur ulama rukun s}ulh} itu ada empat, yaitu kedua belah pihak yang melakukan sulh, lafal ijab dan qabul, ada kasus yang dipersengketakan, dan perdamaian yang disepakati kedua belah pihak.44

Bagi kalangan Syafi'iyah, Malikiyah dan Hanabilah bahwa setiap ungkapan dalam s}ulh} harus jelas apakah s}ulh} dalam masalah hibah, jual beli atau sebagainya harus dengan penyataan yang jelas. Baik penyataan tersebut menyangkut hutang atau tanggung jawab dari para pihak yang bersangkutan. Sedangkan bagi pihak Hanafiyah hal tersebut tidak terlalu menjadi pokok karena akad s}ulh} secara tersirat telah menyatakan untuk apa s}ulh} dilakukan.45

Pelaksanakan ijab dan qabul merupakan shigat akad yang dalam s}ulh} ijab qabul tersebut harus jelas karena hal tersebut menandakan para pihak setuju untuk berdamai. Ijab qabul harus dengan pernyataan yang jelas dan dapat dimengerti agar tidak ada unsur penipuan dalam pelaksanaanya.

44 Iman Jauhari, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam (Yogyakarta:

Deepublish, 2017), 63.

45 Ridwan Nurdin, Fiqh Muamalah: Sejarah, Hukum dan Perkembangannya (Banda

(31)

23

Sedangkan syarat bagi para pihak yang melakukan akad s}ulh} adalah kapasitas hukum para pihak, dan para ulama sepakat bahwa akad s}ulh} hanya layak dilakukan oleh pihak yang sempurna ahliyahnya.46 Selain itu syarat yang juga

terkait dengan kedua belah pihak yang melakukan akad s}ulh} adalah orang yang cakap bertindak hukum, jika salah satu pihak adalah anak kecil maka harus diwakilkan oleh orang yang memiliki hak untuk mengelola hartanya, seperti ayah atau kakeknya, selain itu juga sangat disyaratkan perdamaian yang dilakukan oleh anak kecil entah itu sebagai penggugat atau yang tergugat itu membawa mudarat baginya.47

Sedangkan menurut kelompok Hanafiyah syarat utama dilaksanakannya akad s}ulh} adalah berakal karena tidak sah bagi orang gila, anak-anak, pemabuk untuk melakukannya. Dan juga Abu Hanifah orang yang murtad akad s}ulh}nya

mawquf. Sedangkan bagi Imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad s}ulh}nya nafizh. Selain ahliyah para ulama menyebutkan perlunya wilayah (kekuasaan) yang memadai bagi para pihak untuk melakukan akad s}ulh} karena jika belum sempurna ahliyahnya maka dapat mewakilkan kepada orang yang ahliyahnya sudah sempurna. Dan ada hal terpenting dan menjadi kesepakatan dalam akad s}ulh} yaitu dilarangnya akad sulh secara terpaksa.48

Syarat kedua mengenai objek s}ulh} adalah objek itu merupakan suatu harta, baik berupa materi atau uang maupun barang yang bermanfaat, harta yang bernilai

46 Ibid., 141-142.

47 Iman Jauhari, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam (Yogyakarta:

Deepublish, 2017), 63.

48 Ridwan Nurdin, Fiqh Muamalah: Sejarah, Hukum dan Perkembangannya (Banda

(32)

24

bagi umat Islam, dan harta milik orang yang digugat berada di bawah penguasaanya. Syarat ketiga yang terkait dengan persengketaan yang didamaikan adalah persengketaan yang merupakan hak pribadi semata-mata, yang dipersengketaan itu merupakan hak penggugat. Dan yang terakhir syarat tentang ijab qabul adalah bahwa ijab dan qabul harus sejalan.Apabila keduanya tidak sejalan, maka perdamaian itu tidak sah.49

49 Iman Jauhari, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam (Yogyakarta:

(33)

BAB III

WAHBAH

ZUHAILI<

DAN KITAB

TAFSI<R AL-MUNI<R

A.Biografi Wahbah al-Zuhaili>

Wahbah al-Zuhaili> yang mempunyai nama lengkap Wahbah bin Mus}t}afa>

al-Zuh}aili>, putra dari pasangan Mus}t}}}afa> Al-Zuh}aili dan H{a>jjah Fa>timah binti

Mus}t}afa> Sa'a>dah yang mana sang ayah adalah seorang petani yang sederhana dan terkenal keshalihannya. Selain itu ayah beliau juga seorang hafidz Quran dan mencintai As-sunnah. Sedangkan ibunya adalah seorang wanita yang memiliki sifat warak dan teguh dalam menjalankan syari'at agama.Wahbah al-Zuhaili> lahir di Dair 'Atiyah kecamatan Faiha, Propinsi Damaskus, Syria pada tahun1351 H/ 1932 M. selain itu beliau juga termasuk tokoh kebanggan Syria.50

Wahbah al-Zuhaili> merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal pada abad ke-20 M. yang sejajar dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Thahir Ibn Asyur, Said Hawwa, Sayyid Qutb, Muhammad abu Zahrah, Mahmud Syaltut, Ali Muhammad al-Khafif, Abdul Ghani, Abdul Khaliq, dan Muhammad Salam Madkur. Beliau seorang tokoh di dunia pengetahuan yang hampir seluruh waktunya digunakan untuk fokus mengembangkan bidang keilmuan.Selain itu beliau juga terkenal dalam bidang Fiqh dan Tafsir, serta berbagai disiplin ilmu lainnya.51

50 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Alquran (Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri, 2008),

174.

51 Lisa Rahayu, "Makna Qalun Dalam Alquran; Tinjauan Tafsir Tematik Menurut Wahbah Al-Zuhaili" (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim, 2010).18.

(34)

27

Beliau dibesarkan di lingkungan yang bermadzhab hanafi, yang membentuk pemikirannya dalam bidang ilmu Fiqh. Walaupun beliau bermadzhab Hanafi tetapi beliau tidak mengedepankan madzhab yang dianutnya ketika mengembangkan dakwahnya beliau tetap bersikap netral dan senantiasa menghargai pendapat dari madzhab lain. Ini bisa dilihat dari penafsirannya dalam mengupas ayat-ayat tentang Fiqh.52

Pendidikan beliau sudah dimulai ketika iamasih kecil yang dibimbing langsung oleh orang tuanya tentang pendidikan dasar-dasar agama Islam. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya di jenjang formal mulai madrasah

Ibtida>'iyyah sampai ke jenjang berikutnya. Pada tahun 1952 gelar sarjana telah diraihnya di fakultas syariah universitas damaskus dan juga pendidikan islam di Universitas Al-Azhar.53

Pada tahun 1956, beliau berhasil menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Al-Azhar Fakultas Syariah. Beliau memperoleh gelar megister pada tahun 1959 pada bidang Syariah Islam dari Universitas Al-Azhar Kairo, Tahun 1963, beliau mengajar di Universitas Damaskus. Di sana beliau mendalami ilmu fiqih serta ushul fiqih dan mengajarkannya di Fakultas Syariah. Selain itu beliau juga dilantik sebagai guru besar di salah satu universitas di Syria. Beliau juga kerap mengisi seminar dan acara televisi di Damaskus, Emirat Arab, Kuwait, dan Arab Saudi.54

52 Muhammad 'Ali Iya>zi, al-Mufassiru>n H{aya>tuhum wa Manhajuhum (Teheran: Wizarah

al-Tsaqa>fah wa al-Insya' al-Isla>m, 1993), 684.

53 Baihaki, "Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama", Jurnal Analisis, Vol. XVI, No. 1 (2016), 128-129.

(35)

28

Dalam perkembangannya, beliau hadir sebagai salah satu pakar pada perbandingan mazhab (muqa>ranat al-madza>hib). Selain itu, ia juga berperan sebagai salah satu magnum opus-nya al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu>.55Kitab itu merupakan salah satu karya fiqh kontemporer yang popular di masa sekarang.Ia wafat pada malam Sabtu, 8 Agustus 2015 di usia 83 tahun. Dunia Islam pun sangat merasa kehilangan sosok ulama kontemporer panutan.

B.Karya-Karya Wahbah al-Zuhaili>

Wahbah al-Zuhaili> adalah seorang yang sangat produktif dalam hal menulis.Beliau menulis mulai dari artikel, makalah bahkan sampai kitab yang berjumlah 9 dan16 jilid. Kecerdasan beliau pun sudah dibuktikan dengan kesuksesan akademiknya, sehingga banyak lembaga yang dipimpinnya. Selain itu beliau juga memiliki perhatian besar terhadap berbagai disiplin keilmuan.Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kitab yang ditulis oleh Wahbah al-Zuhaili>, meskipun karyanya banyak mengenai Tafsir dan Fiqh. Namun, dalam penyampaian ia memiliki hubungan terhadap paradigma masyarakat dan perkembangan sains.

Artikel dan buku-buku yang telas ditulis oleh beliau berjumlah 133 buku.Bahkan, jika tulisan beliau yang berbentuk risalah dibukukan maka jumlahnya bisa melebihi 500 makalah.56Diantara karya-karya beliau adalah :

1. Atsar al-Harb fi al-Fiqh al-Isla>mi-Dira>sah Muqa>ranah. Da>r al-Fikr, Damaskus, 1963.I

2. al-Wasit fi Ushu>l al-Fiqh, Universitas Damaskus, 1966.I

55 Wahbah az-Zuh}aili>, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu>.(Damaskus: Da>r al-Fikr, 2011), 1 56 Lisa Rahayu, "Makna Qalun Dalam Alquran; Tinjauan Tafsir Tematik Menurut Wahbah Al-Zuhaili" (SkripsiFakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim, 2010), 22.

(36)

29

3. al Fiqh al-Isla>mi fi Uslub al-Jadid, Maktabah al-Hadits, Damaskus, 1967.I 4. Naza>riat al-Darurat al-Syar'iyyah, Maktabah al-Farabi, Damaskus, 1969.I 5. Naza>riat al-Daman, Da>r al-Fikr, Damaskus, 1970.I

6. Al-Usu>l al-'A>mmah li Wahdah al-Din al-Haq, Maktabah al-Abassiyah, Damaskus, 1972.I

7. al-Alaqat al-Dawliah fi al-Isla>m, Muassasah al-Risa>lah, Beirut, 1981.I 8. al-Fiqh al-Isla>m wa Adillatuhu, (8 Jilid), Da>r al-Fikr, Damaskus, 1984.I 9. Ushu>l al-Fiqh al-Isla>mi (2 Jilid), Da>r al-Fikr, Damaskus, 1986.I

10. Juhu>d Taqnin al-Fiqh al-Isla>mi, Muassasah al-Risa>lah, Beirut, 1987.I 11. Fiqh al-Mawa>ris fi al-Shari'ah al-Isla>miah, Da>r al-Fikr, Damaskus, 1987.I 12. al-Wasa>ya> wa al-Waqaf fi al-Fiqh al-Isla>mi, Da>r al-Fikr, Damaskus, 1987.I 13. al-Isla>m Din al-Jiha>d la> al-Udwa>n, Persatuan Dakwah Islam Antar Bangsa,

Tripoli, Libya, 1990.I

14. Tafsir Munir fi Aqidah wa Syari'ah wa Manhaj, (16 Jilid). Da>r al-Fikr, Damaskus, 1991.I

15. al-Qisah al-Qur'a>niyyah Hida>yah wa Baya>n, Da>r Khair, Damaskus, 1992.I 16. al-Qur'a>n al-Karim al-Bunya>tuh al-Tasri'iyyah aw Khasa>isuh al-Hasa>riya, Da>r

al-Fikr, Damaskus, 1993.I

17. al-Ruhsah al-Syari'ah Ahka>muhu wa Dawabituhu, Da>r al-Khair, Damaskus, 1994.I

18. Khasa>is al-Kubra li Hu>quq al-Ihsa>n fi al-Isla>m, Da>r al-Maktabi,Damaskus, 1995.I

(37)

30

19. al-Ulu>m al-Syari'ah Baya>n al-Wahdah wa al-Istiqla>l, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1996.I

20. al-Asas wa al-Masa>dir al-Ijtihad al-Musytarikah Baya>n al-Sunah wa al-Syiah, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1996.I

21. al-Isla>m wa Tahadiyyah al-'Asr, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1996.I

22. Muwaja>hah al-Ghazu al-Taqa>fi al-Sahyuni wa al-Ajnabi, Da>r al-AMktabi, Damaskus, 1996.I

23. Taqlid fi Madhahib Isla>miah inda Sunah wa Syi'ah, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1996.I

24. al-Ijtiha>d al-Fiqhi al-Hadits, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1997.I 25. al-Uru>f wa al-Adah, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1997.I

26. Bay al-Asam, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1997.I

27. Al-Sunnah al-Nabawiyyah, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1998.I 28. Idara>h al-Waqaf al-Kahiri, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1998.I

29. Al-Muja>did Jamaluddin al-Afghani, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1998.I 30. Taghyir al-Ijtiha>d, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 2000.I

31. Tatbiq al-Syari'ah al-Isla>miah, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 2000.I

32. al-Zira>'i fi al-Siya>sah al-Syar'iyyah wa al-Fiqh al-Isla>mi, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 1999.I

33. Tajdid al-Fiqh al-Isla>mi, Da>r al-Fikr, Damaskus, 2000.I 34. al-Taqa>fah wa al-Fikr, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 2000.I

35. al-Qayyim al-Insa>niah fi al-Qur'an al-Karim, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 2000.I 36. Haq al-Hurriah fi al-'Alam, Da>r al-Fikr, Damaskus, 2000.I

(38)

31

37. Manha>j al-Da'wah fi al-Sira>h an-Nabawiyah, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 2000.I 38. Usu>l al-Fiqh al-Hanafi, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 2001.I

39. al-Insa>n fi al-Qur'an, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 2001.I

40. al-Isla>m wa Usu>l al-Hada>rah al-Insa>niah, Da>r al-Maktabi, Damaskus, 2001.I

Selain karya-karya beliau di atas ada beberapa karya beliau dalam bidang tafsir, yaitu Tafsi>r al-Wajiz, Tafsi>r Al-Wasit, dan Tafsi>r Al-Muni>r. Ketiga kitab tersebut memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda. Karena tiga kitab tersebut dalam penulisannya menggunakan corak dan latar belakang yang berbeda. Akan tetapi ketiganya memiliki tujuan yang sama yakn sebagai upaya dalam menjelaskan dan mengungkapkan makna-makna Alquran agar mudah dipahami dan dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

C.Profil Tafsir al-Muni>r

Tafsir Al-Munir adalah salah satu karya Wahbah Zuhaili sebanyak 16 jilid yang penulisannya dilakukan setelah beliau menyelesaikan dua kitab fiqh yaitu

Ushu>l Fiqh Al Isla>mi (2 Jilid) dan al Fiqh al Isla>mi> wa Adillatuhu (8 Jilid), dengan waktu 16 tahun dan barulah beliau menulis kitab Tafsi>r al-Muni>r ini yang pertama kali telah diterbitkan oleh Da>r al-Fikr di Damaskus Syiria dan Da>r al-Fikri Beirut

Libanon.

Tafsi>r al-Muni>r ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di berbagai Negara salah satunya Indonesia yang diterbitkan oleh Gema Insani Jakarta 2013 yang terdiri dari 15 jilid. Karena tafsir ini menjadi perhatian dan dicetak berulang kali, maka dari itu selalu ada perbaikan dari pengarang disetiap revisinya.

(39)

32

Pada cetakan pertama pada tahun 1991 M/1441 H yang ketika itu beliau mencapai puncak karir intelektualnya.57

Tafsi>r al-Muni>r ini lebih lengkap pembahasannya jika dibandingkan dengan dua kitab tafsir lainnya yang ditulis oleh beliau yaitu Tafsi>r al-Waji>z dan

Tafsir al-Wasi>t. Karena Tafsi>r al-Muni>r ini mengkaji ayat-ayatnya secara menyeluruh, lengkap dan mencakup berbagai aspek yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembaca. Karena pada pembahasannya tercantum Qira>'a>t, asba>b

al-Nuzu>l, bala>ghah, I'ra>b, Muna>sabah serta terdapat juga hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.

Selain itu, beliau mengelompokkan antara ma'tsur dan ma'kul untuk riwayat yang digunakan beliau. Sehingga, penjelasan terhadap ayat-ayat ini sesuai dengan penjelasan riwayat yang shahih, serta tidak mengabaikan ilmu-ilmu keislaman seamacam pengungkapan terhadap kemukjizatan ilmiah dan gaya bahasa.58

Tujuan utama penyusunan tafsir ini, seperti yang telah dituliskan Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya adalah:

Untuk mempererat hubungan antara seorang muslim dengan Alquran yang berdasarkan ikatan akademik yang kuat, karena merupakan dasar kehidupan bagi seluruh umat manusia baik yang Islam maupun tidak. Oleh karena itu saya tidak menerangkan hukum-hukum fiqh hanya dalam berbagai permasalahan yang ada dengan pengertian yang sempit, namun saya bermaksud untuk menjelaskan hukum-hukum yang diistinbatkan dari ayat-ayat Alquran dengan makna yang lebih luas dan lebih dalam bukan hanya pemahaman umum mengenai aqidah, akhlaq, manhaj, prilaku, kinstitusi umum, dan faedah-faedah yang diambil dari ayat-ayat Alquran baik secara

57 Wahbah az-Zuh}aili>, Tafsir al-Munir Jilid 1, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema

Insani, 2013), 14-15.

(40)

33

eksplisit maupun yang implisit, baik dalam struktur sosial komunitas maju ataupun berkembang bahkan dalam kehidupan pribadi.59

Muhammad Ali Iyazi menambahkan bahwa tujuan ditulisnya kitab tafsir ini untuk memadukan keorisinilan tafsir klasik dan keindahan tafsir kontemporer, karena wahbah zuhaili berpendapat bahwa banyak orang yang menyudutkan tafsir klasik yang dikatakan tidak bisa bahkan tidak mampu memberikan solusi terhadap problematika kontemporer, sedangkan para mufassir kontemporer banyak sekali yang melakukan penyimpangan interpretasi terhadap ayat Alquran dengan dalih pembaharuan. Maka dari itu, menurut al-Zuhaili> tafsir klasik harus dikemas dengan gaya bahasa kontemporer dan metode yang konsisten sesuai dengan ilmu pengetahuan modern tanpa adanya penyimpangan interpretasi.60

1. Metode Tafsir al-Muni>r

Wahbah Zuhaili> menjelaskan pada muqaddimahnya beberapa pengetahuan penting yang sangat dibutuhkan dan penting dalam penafsiran Alquran, Seperti: a. Pengertian Alquran, cara turunnya Alquran dan pengumpulannyaI

b. Cara penulisannya dan Rasm Usmani>I

c. Menyebutkan sekaligus menjelaskan huruf sab'ah dan qira'ahnyaI

d. Adanya penegasan terhadap Alquran yang benar-benar murni kalam Allah dan disertai dalil yang bisa membuktikan kemukjizatannyaI

e. Keaslian Alquran dalam menggunakan bahasa Arab dan penjelasan tentang penggunaan terjemah ke bahasa lainI

59 Wahbah az-Zuh}aili>, Tafsir al-Munir Jilid 1, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema

Insani, 2013), 11.

60 Muhammad 'Ali Iya>zi, al-Mufassiru>n H{aya>tuhum wa Manhajuhum (Teheran: Wizarah

(41)

34

f. Menyebutkan dan menjelaskan tentang huruf-huruf yang terdapat pada awal surah (huruf Muqat}t}a'ah)I

g. Menjelaskan Ibala>ghah yang ada dalam Alquran, semisal tasybi>h, isti'a>rah,

maja>z, dan kina>yah61

Metode yang digunakan beliau untuk menulis kitab ini dengan metode tafsir tahlili dalam menafsirkan ayat-ayatnya.Namun, ada sebagian kecil juga yang menggunakan metode tafsir maudhu'i. Tapi dalam kitab tafsir ini lebih dominan menggunakan metode tafsir tahlili, karena metode ini yang hampir digunakan oleh Wahbah Zuhaili dalam semua kitab tafsirnya.62

Pada setiap awal surat sebelum memasuki bahasan ayat wahbah zuhaili selalu mendahulukan penjelasan mengenai keutamaan dan kandungan surat tersebut secara global dan beberapa tema yang secara garis terkait dengan surat tersebut. Setiap tema yang dibahas selalu ada aspek bahasa, dengan menjelaskan beberapa istilah yang tertulis dalam sebuah ayat, dengan cara menerangkan beberapa segi bala>ghah dan gramatika bahasanya. Selain itu beliau juga menafsirkan secara detail, memberikan keterangan tambahan dengan menyertakan riwayat-riwayat yang bisa dipertanggung jawabkan, dan bersumber pada kitab-kitab yang sesuai dengan tuntunan syari'ah.63

61 Wahbah az-Zuh}aili>, Tafsir al-Munir Jilid 1, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema

Insani, 2013), 1-2.

62 Baihaki, "Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama", Jurnal Analisis, Vol. XVI, No. 1 (2016), 136.

63 Wahbah az-Zuh}aili>, Tafsir al-Munir Jilid 1, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema

(42)

35

2. Corak Tafsir al-Muni>r

Dilihat dari corak penafsiran yang telah dikemukakan oleh Abd Hayy al-Farmawi dalam kitabnya yang berjudul muqaddimah tafsir maudhu'i, bahwa ada tujuh corak dalam penafsiran, yaitu Tafsir bi al-Ma'tsu>r, Tafsir bi al-Ra'yi, Tafsir

bi al-Shu>fi, Tafsir bi al-Fiqh, Tafsir bi al-Falsafi>, Tafsir bi al-'Ilm, Dan Tafsir adab al-Ijtima'i>.64

Begitu juga dengan Tafsir al-Muni>r yang memiliki corak penafsiran sendiri. Jika dilihat dari manhaj dan metode yang digunakan serta analisa dari penulis lainnya bahwa corak penafsiran Tafsir al-Muni>r ini adalah bercorak adabi

al-Ijtima'i (sosial kemasyarakatan) selain itu ada juga nuansa fiqh karena terdapat penjelasan hukum yang terkandung di dalamnya.

Bahkan, meskipun tafsir ini juga bercorak fiqh tapi dalam penjelasannya menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan yang sedang terjadi pada masyarakat. Sehingga, bisa dikatakan corak penafsiran tafsir al-muni>r ini corak yang ideal karena selaras antara 'adabi> ijtima'i> dan fiqhinya.

3. Ciri Khas Tafsir al-Muni>r

Tafsir al-Muni>r mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kitab tafsir lainnya yang terdapat dalam segi penyampaiannya dan kajiannya yang langsung menggunakan pokok tema bahasan.IMisalnya tentang nushu>z dan keadilan dalam suami istri, maka tema tersebut bisa langsung ditemukan dibeberapa ayat surah an-Nisa'. Selain itu, tafsir ini juga memberikan jalan tengah bagi

(43)

36

permasalahan dan perdebatan yang terjadi di antara para ulama yang berkaitan dengan ayat-ayat ahkam. Serta beliau juga menafsirkan tafsir ini dengan gaya bahasa yang teliti dan sesuai dengan situasi yang saat ini berkembang di masyarakat.

4. Keistimewaan Tafsir al-Muni>r

Setiap tafsir pasti memiliki keistimewaan yang berbeda dari kitab-kitab tafsir lainnya.Seperti halnya dengan tafsir al-munir yang memilki beberapa keistimewaan.Yaitu :

a. Banyak ilmu-ilmu tentang tafsir yang tercakup pada tafsir ini, yaitu qira>'a>tnya,

I'ra>b, bala>ghah, mufrada>t lughawiyyah, asba>bun nuzu>lnya, muna>sabah, dan Qisah serta penjelasan yang tentang hukum fiqh yang terdapat di dalamnya. Hal ini sangat berbeda dengan tafsir lainnya yang hanya melihatkan satu titik fokus ilmu atau bidang tertentu saja tanpa menyertakan ilmu yang lain. Karena dilihat juga dari corak Ikitab tafsir ini yang selaras antara corak adabi al-Ijtima'i. Tafsir ini juga termasuk karya ilmiah yang mempunyai ratusan referensi yang semuanya masyhur dan asli. Selain itu bahasa yang digunakan sangat sederhana namun juga diuraikan secara ilmiah yaitu menitik temukan dengan pengetahuan ketika menjawab terhadap Ipermasalahan terkini. Sehingga keberadaan Alquran benar-benar sangat dirasakan kemukjizatannya dan tidak terkalahkan pada dunia modern.65I

65 Lisa Rahayu, "Makna Qalun Dalam Alquran; Tinjauan Tafsir Tematik Menurut Wahbah Al-Zuhaili" (SkripsiFakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim, 2010), 33-34.

(44)

37

5. Sistematika Pembahasan Tafsir al-Muni>r

Sistematika pembahasan pada tafsir ini sangat lengkap dan snagat khas. Karena pada setiap tema yang dibahas selalu bahkan tidak lepas dari tiga aspek, yaitu:

a. Aspek bahasa, yaitu menjelaskan beberapa istilah yang ada dalam ayat dengan melihat dari segiu Ibalaghah dan gramatika bahasannya.

b. Al-Tafsi>r dan al-Baya>n, yaitu pengertian yang menyeluruh terhadap ayat-ayat, sehingga Ikejelasan yang didapat tentang makna yang terkandung dan keshahihan hadits yang terkait dengannya.

c. Fiqh al-haya>t wa al-ahka>m, yaitu ulasan tentang beberapa kesimpulan yang bisa dipetik dari beberapa ayat yang berhubungan dengan kehidupan nyata manusia.

IDan ketika ada masalah baru dia berusaha untuk menyelesaikannya sesuai dengan hasil ijtihadnya.66

Argument yang dibangun oleh wahbah zuh}aili> selain menggunakan analisis yang biasa dipakai dalam fiqh, terkadang beliau juga memberikan informasi yang sebanding dari setiap madzhab. Selain itu beliau juga netral dalam penggunaan referensi, misal ketika merujuk dari tafsir ahkam Alqura>n karyaal-Jasshas untuk memperoleh pendapat tentang mazhab Hanafi, dan tafsir ahkam Alqura>n karya al-Qurthubi untuk memperoleh pendapat tentang mazhab Maliki.67

Sedangkan langkah sistematika pembahasan pada tafsirnya ini, Wahbah menjelaskan dalam Muqaddimah tafsi>r al-muni>r ini, sebagai berikut:

66 Wahbah az-Zuh}aili>, Tafsir al-Munir Jilid 15, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema

Insani, 2013), 891.

(45)

38

a. Mengelompokkan ayat Alquran yang ingin ditafsirkan dengan urutan mushaf dan disatukan dalam satu judul pembahasan dan diberi judul yang cocok.I

b. Menjelaskan kandungan setiap surat secara umum.I

c. Menjelaskan dan menganalisa segi kebahasaan ayat-ayat yang ingin ditafsirkan.I

d. Menjelaskan penyebab turunnya ayat jika ada dan menjelaskan kisah-kisah yang sahih dan berkaitan dengan ayat yang ingin ditafsirkan.I

e. Menjelaskan ayat-ayat yang ditafsirkan dengan terperinci.I

f. Mengeluarkan hukum-hukum yang berkaitan dengan ayat yang sudah ditafsirkan.I

g. Membahas kebahasaan dan I'rab ayat-ayat yang akan ditafsirkan.68I

6. Sumber Penulisan Tafsir al-Muni>r

Setiap karya yang ada pasti tidak akan pernah lepas dari referensi atau sumber rujukan yang digunakan oleh pengarangnya. Seperti halnya dengan kitab

Tafsi>r al-Muni>r ini yang tak lepas dari kitab-kitab yang menjadi sumber penulisan atau referensinya.

Diantara referensi yang digunakan oleh Wahbah Zuhaili> adalah Tafsi>r

al-Kabi>r karya Fakhruddi>n al-Ra>zi>, Tafsi>r al-Bah}r al-Muhi>t} karya Abu> H}ayya>n

al-Andalu>si>, Ru>h al-Ma'a>ni> karya al-Alu>si yang dirujuk beliau untuk bidang aqidah akhlaq, dan keagungan Allah pada alam semesta. Tafsi>r Kha>zin dan Tafsi>r

al-Bahgawi> yang dirujuk beliau pada bidang kisah-kisah dan sejarah.

68 Wahbah az-Zuh}aili>, Tafsir al-Munir Jilid 1, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema

(46)

39

al-Ja>mi' fi Ah}ka>m Alqura>n karya al-Qurt}hubi>, Ah}ka>m Alqura>n karya Ibn

al-'Arabi>, Ah}ka>m Alqura>n karya al-Jas}s}a>s, Tafsi>r Alqura>n al-'A}zi>m karya Ibn Katsi>r yang dirujuk beliau untuk ilmu-ilmu tentang fiqh. Al-Kassya>f karya

al-Zamakhsya>ri> dirujuk beliau pada bidang kebahasaan. Dan untuk materi qira'at beliau merujuk Tafsi>r al-Nasafi>, serta kitab al-Jawa>hir karya T}ant}a>wi> Jauhari> yang digunakan beliau untuk rujukan pada bidang sains dan teori-teori ilmu alam.69

69 Wahbah az-Zuh}aili>, Tafsir al-Munir Jilid 1, terj. Abdul Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta: Gema

(47)

BAB IV

KONSEP S{ULH{

PADA

NUSHU<Z

SUAMI DALAM

TAFSI<R

AL-MUNI<R

KARYA WAHBAH

ZUHAILI<

A.Konsep S{ulh} Perspektif Wahbah Zuhaili>

1. Pengertian S{ulh}

S{ulh} diartikan sebagai perjanjian yang digunakan untuk menghilangkan dendam, persengketaan atau permusuhan. Selain itu s}ulh} juga diartikan saling memperbaiki, yaitu saling berdamai untuk memperbaiki ketidakadilan yang dilakukan.

Ketika kalian berdamai terhadap masalah kalian dan bertaubat dari ketidakadilan yang kemudian hari membuat kalian takut kepada Allah, maka Allah akan mengampuni perbuatan ketidakadilan kalian di masa lalu terhadap sebagian wanita atau istrinya dan Allah selamanya berkehendak untuk memaafkan orang yang bertaubat dan memberi Rahmat kepada hambanya.70

2. Penafsiran Surat An-Nisa’ ayat 128-130

Dalam syari'at Islam ada beberapa ketetapan hukum yang telah dibuat salah satunya adalah ketetapan hukum yang bersangkutan dengan keadaan pasangan suami istri. Keadaan ketidaksukaan, sifat acuh tak acuh, ketidakadilan bahkan

nushu>z71yang terkadang bisa sampai pada perceraian.72Nushu>z tidak hanya datang

70 Wahbah az-Zuhaili>, Tafsir al-Munir Jilid 3 (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005), 307

71 Nushu>z yaitu meninggalkan kewajiban bersuami istri, nushu>z dari pihak istri yaitu meninggalkan

rumah tanpa seizin suami, sedangkan nushu>z dari pihak suami ialah bersikap keras terhadap istri, tidak mau menggaulinya serta tidak mau memberikan hak istrinya.

72 Ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, terj. M.Abdul Ghoffar (Surabaya: Pustaka Imam Syafi'i,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil simulasi, dapat ditegaskan bahwa rencana evakuasi yang di implementasikan saat terjadi bencana sangat berperan dalam mengurangi jumlah korban selama

Menurut Chafrit Fendeli (1995:58) objek wisata merupakan perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keindahan

Skripsi dengan judul Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Hakim Tentang Tindak Pidana Mencari Keuntungan Dari Perbuatan Cabul (Pengadilan Negeri Mojokerto Nomor

Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dapat menurunkan kadar

Pemikiran Wahbah al-Zuhailiy dari kitab tafsir al-Munir memperlihatkan kajian- kajian khusus dalam segi kebahasaan, cara melihat permasalahan dengan pandangan

1. Tahap kognitif “merupakan tahap awal dalam belajar motorik”dalam tahap ini peserta didik harus memahami bentuk gerakan didalam.. kegiatan yang akan dilakukan,dan mencoba

Berdasarkan hasil uji Mann- Whitney diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna sikap responden kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang ada PIK tetapi

[r]