• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

50

Keaktifan belajar siswa di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti selama dua hari pada tanggal 18 dan 19 Februari 2013 menggunakan lembar wawancara yang dibuat berdasarkan pedoman penyusunan wawancara dan lembar observasi keaktifan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang digunakan guru dalam sehari-hari sering atau sebagian besar dilakukan secara ceramah atau konvensional. Pembelajaran IPA masih teacher center, dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa hanya menerima begitu saja materi yang disampaikan guru kemudian diakhiri evaluasi sehingga dalam pembelajaran siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki. Guru pernah melakukan kegiatan pembelajara IPA dengan bentuk kegiatan kelompok, namun kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan secara bekerjasama tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai dalam kelompok. Guru lebih mendominasi proses belajar mengajar sehingga partisipasi yang berupa keaktifan siswa masih rendah. Keaktifan siswa yang rendah diperoleh dari hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dimana setiap siswa diamati kemudian hasilnya diolah dengan microsoft excel. Untuk mendapatkan hasil dari keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA, hasil observasi setiap anak diolah berdasarkan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga dapat digolongkan menjadi keaktifan belajar kategori rendah (skor 1 – 1,9), sedang (skor 2 - 2,9), dan keaktifan tinggi (skor ≥3). Hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dapat dilihat pada Tabel 13:

(2)

Tabel 13

Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

Pra Siklus No Keaktifan f % 1 Tinggi 14 46,7% 2 Sedang 9 30% 3 Rendah 7 23,3% Jumlah 30 100% Rata-rata 2,6

Dari Tabel 13, dapat diketahui bahwa siswa di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan yang mempunyai keaktifan tinggi adalah 14 siswa dengan persentase 46,7% kemudian siswa kategori keaktifan sedang berjumlah 9 orang dengan persentase 30% dan siswa dengan keaktifan rendah ada 7 orang dengan persentase 23,3%. Rata-rata kelas hanya 2,6. Hal ini berarti siswa yang mempunyai keaktifan tinggi hanya 14 siswa dengan persentase 46,7% lebih rendah dari jumlah keseluruhan siswa di bawah kategori keaktifan tinggi yaitu 16 siswa persentase 53,3%. Selain keaktifan siswa yang masih kurang, hasil belajar siswa juga rendah dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 diperoleh data :

Tabel 14

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 Pra Siklus Keterangan Frekuensi % Tidak Tuntas 17 56,7 % Tuntas 13 43,3 % Jumlah 30 100 Nilai rata-rata 62,8 Niai tertinggi 85 Nilai terendah 40

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa siswa kelas 5 yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, diperoleh data ada 43,3% siswa tuntas yaitu yang nilainya sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan

(3)

Minimal (KKM) dan masih ada 56,7% siswa tidak tuntas yang memperoleh nilai kurang dari KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 65. Dan rata-rata kelas adalah 62,8. Dalam menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) kepala sekolah berpedoman dengan kemampuan siswa yang ada di SD Negeri 3 Nambuhan.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Hasil penelitian pada bagian pelaksanaan penelitian berisi tentang pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

4.2.1 Pelaksanaan Siklus I

Pada bagian pelaksanaan siklus I terdiri dari empat macam sub bab yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16) yang mengemukakan bahwa terdapat empat tahap pelaksanaan penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada bagian pelaksanaan siklus I akan diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai apa yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah perencanaan tindakan akan diuraikan pelaksanakan tindakan dan observasi, kemudian akan diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.

4.2.1.1 Perencanaan Tindakan

Perencanaaan dilaksanakan dari tanggal 21 Februari sampai 24 Maret 2013. Diawali pada tanggal 21 Februari yaitu dilaksanakan persiapan sebelum penelitian dengan berkunjung ke SD Negeri 3 Nambuhan menyerahkan surat perijinan. Pada tanggal 25 Februari 2013 dan 26 Februari 2013 dilaksanakan validasi instrumen di kelas 6 SD Negeri 3 Nambuhan. Soal evaluasi yang digunakan adalah soal pilihan ganda berjumlah 15 soal, tahap pemilihan 15 soal tersebut pertama-tama diawali dengan membaca materi yang akan diajarkan sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tahap kedua adalah membuat kisi-kisi soal, lalu membuat 25 butir soal siklus I dan 25 butir soal siklus II. Langkah ketiga dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada SD Negeri 3 Nambuhan tetapi pada jenjang kelas yang lebih tinggi dari kelas yang akan dikenai tindakan yaitu di kelas 6 SD Negeri

(4)

3 Nambuhan. Setelah mendapatkan soal yang valid kemudian soal tersebut dipilih kembali masing-masing 15 soal siklus I dan 15 soal siklus II. Pemilihan dilakukan dengan cara mencari tingkat kesukaran soal dimana soal yang bagus adalah soal yang memiliki indeks kesukaran antara 0,4 - 0,8. Lembar observasi keaktifan belajar dibuat berdasarkan indikator keaktifan siswa. Sebelum tindakan juga harus menyusun lembar observasi guru keterlaksanaan sintaks Numbered Heads Together berdasarkan sintaks pembelajaran metode Numbered Heads Together.

RPP siklus pertama disusun terdiri dari 3 pertemuan dengan standar kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, kompetensi dasar mendeskripsikan struktur bumi. Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga dilakukan penyampaian materi melalui penerapan metode Numbered Heads Together kemudian pada akhir pembelajaran pertemuan ketiga dilakukan evaluasi. Perencanaan tindakan siklus I yang terdiri dari 3 pertemuan, pada saat tindakan dilakukan dengan cara menghabiskan sintaks metode Numbered Heads Together disetiap pertemuan sehingga melakukan sintaks sebanyak 3 kali pada 1 siklus. Setelah pembuatan RPP, kemudian RPP beserta sintaks dari metode Numbered Heads Together dikonsultasikan pada tanggal 4 dan 5 Maret 2013 kepada guru kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan yang akan mengajar yaitu ibu Sri Sudarwati. RPP mengalami sedikit revisi pada bagian lembar kerja siswa berdasarkan masukan dari guru kelas 5. Selain berkonsultasi RPP, dilakukan pula diskusi dengan guru kelas mengenai sintaks dari metode agar guru kelas matang dalam memahami sintaks dari metode dan benar-benar bisa mewakili tindakan. Guru kelas mudah memahami sintaks setelah diberi penjelasan, karena sintaks dari metode Numbered Heads Together hampir serupa dengan metode diskusi kelompok hanya pada Numbered Heads Together terdapat tahap penomoran siswa dan pemanggilan nomor secara acak.

Persiapan perlengkapan pembelajaran dibuat selama satu minggu meliputi lembar soal untuk diskusi, nomor kepala, alat peraga dan lembar soal evaluasi. Nomor kepala dibuat sebanyak 30 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas 5. Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk seperti mahkota dan diberi nomor 1-5 supaya anak lebih tertarik dengan adanya nomor yang

(5)

dimodifikasi seperti mahkota. Selain menyiapkan nomor, disiapkan pula alat-alat peraga yaitu gambar lapisan bumi, matahari, atmosfer, gambar kerusakan lingkungan dan globe. Alat peraga gambar dibuat sendiri dengan kertas karton besar yang disiapkan sebelum melakukan tindakan, sedangkan globe sudah disediakan oleh sekolah. Melakukan konsultasi tanggal pelaksanaan penelitian kepada pihak sekolah dan guru, dan akhirnya pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Maret 2013, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2013, dan pertemuan ketiga pada tanggal 28 Maret 2013.

4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah tiap pertemuan sama hanya beda pada indikatornya. Pada pertemuan ketiga selain penyampaian materi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Maret 2013 pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan struktur bumi. Pada pertemuan pertama terdapat lima indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu mendeskripsikan proses terbentuknya bumi, menjelaskan bentuk bumi serta buktinya, mengurutkan susunan lapisan bumi, mengidentifikasi tiap lapisan penyusun bumi, dan menyebutkan unsur pembentuk lapisan bumi.

Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa, melakukan apersepsi dengan menunjukkan globe kepada siswa dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memacu siswa untuk aktif berfikir terkait dengan materi dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru menjelaskan langkah metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Guru menjelaskan sekilas tentang teori terbentuknya bumi serta melakukan tanya jawab dengan siswa agar siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok

(6)

dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya tadi maju kemudian menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas, pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.

Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan

Numbered Heads Together. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 27 Maret 2013 dengan menyampaikan tiga indikator yaitu mengurutkan susunan lapisan matahari, menyebutkan manfaat matahari, dan mengidentifikasi tiap lapisan penyusun matahari.

Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa, memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada siswa dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih melakukan

(7)

pembelajaran dengan Numbered Heads Together. Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan matahari. Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah pembelajaran sama dengan pertemuan pertama. Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi. Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan temannya kemudian membuat kesimpulan. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan informasi pada siswa bahwa pada akhir pembelajaran pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi pembelajaran.

Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama. Pertemuan ketiga juga merupakan lanjutan dari pertemuan kedua yaitu

(8)

melanjutkan materi beserta pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari kamis tanggal 28 Maret 2013 dengan menyampaikan tiga indikator yaitu menyebutkan fungsi atmosfer bumi, mengurutkan lapisan atmosfer bumi, dan mengidentifikasi lapisan atmosfer bumi.

Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa, memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan atmosfer bumi. Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas.

(9)

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan reflerksi. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi. Soal evaluasi dikerjakan oleh seluruh siswa yang berjumlah 30 orang. Guru menanyakan kepada siswa tentang kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat duduk siswa supaya siswa tidak terlalu dekat duduknya. Guru menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagi soal evaluasi berserta lembar jawab pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evalusi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

4.2.1.3 Observasi

Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada tiga pertemuan. Hasil observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan keseluruhan sintaks metode ataukah ada yang belum terlaksana. Hasil observasi guru dalam melaksanakan sintaks pada pertemuan pertama diperoleh data bahwa dari kegiatan inti dari 8 sintaks Numbered Heads Together, ada 6 sintaks terlaksana dan 2 sintaks tidak terlaksana, tetapi pada sintaks yang terlaksana tersebut masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang sudah terlaksana adalah guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, dan membimbing siswa menjawab pertanyaan. Sintaks yang belum terlaksana yaitu pada tahap menanggapi jawaban dan membuat kesimpulan. Guru belum memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang disampaikan dan guru belum membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas.

Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan kedua diperoleh data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together terdapat 7 sintaks terlaksana tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang sudah terlaksana adalah guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran

(10)

anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan dan memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban. Pada pertemuan pertama masih terdapat 1 sintaks yang belum terlaksana yaitu pada tahap membuat kesimpulan. Guru belum membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas.

Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan ketiga diperoleh data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah dilaksanakan guru tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan, memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads Together Siklus I dapat dilihat pada Tabel 15:

Tabel 15

Hasil Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads Together Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

Siklus I Kegiatan Mengajar Siklus I Jumlah sintaks yang dilaksanakan Jumlah sintaks yang belum terlaksana Jumlah keseluruhan sintaks Pertemuan Pertama 6 2 8 Pertemuan Kedua 7 1 8 Pertemuan Ketiga 8 0 8

Dari Tabel 15 dapat dilihat keterlaksanaan sintaks Numbered Heads Together pada siklus I dari 8 sintaks Numbered Heads Together diketahui pada pertemuan pertama sintaks yang telah dilaksanakan guru berjumlah 6 dan ada 2 yang tidak terlaksana. Pada pertemuan kedua sintaks yang terlaksana berjumlah 7

(11)

dan yang tidak terlaksana ada 1. Pada petemuan ketiga semua sintaks terlaksana yaitu ada 8.

4.2.1.4 Refleksi

Berdasarkan observasi siklus I pelaksanaan tindakan dengan metode

Numbered Heads Together maka dilakukan refleksi dengan berdiskusi dengan guru kelas, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan proses pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together

diantaranya siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh, materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran daripada sebelum menggunakan Numbered Heads Together. Selain kelebihan masih terdapat beberapa kekurangan selama pembelajaran Siklus I antara lain sebagai berikut :

a) Pada pertemuan pertama dan kedua guru belum melaksanakan sintaks menanggapi jawaban dan membuat kesimpulan, dalam arti guru belum memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang disampaikan dan belum membimbing membuat kesimpulan. Hal ini disebabkan waktu pembelajaran hampir habis karena waktu terbuang pada kegiatan diskusi yang dilakukan siswa. Guru pada awal pembelajaran tidak menyampaikan lamanya waktu siswa untuk berdiskusi, sehingga siswa lama dalam melakukan diskusi.

b) Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga proses pembentukan kelompok menimbulkan sedikit keributan di kelas karena siswa cenderung ingin memilih kelompok sendiri.

c) Pada tahap pemberian nomor berlangsung lama, dikarenakan siswa belum terbiasa untuk belajar membentuk kelompok dengan diberi nomor kepala. d) Pada saat diskusi, kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik

karena masih terdapat anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang cenderung bekerja sendiri.

e) Pada saat pemanggilan nomor ada nomor yang sudah disebut tetapi disebutkan lagi oleh guru karena guru tidak hafal dengan nomor yang telah disebut.

(12)

f) Kegiatan pembimbingan terhadap kelompok selalu dilakukan oleh guru, tetapi banyaknya kelompok dalam kelas menyebabkan pembimbingan kurang merata.

g) Siswa masih malu - malu atau kurang percaya diri ketika mengungkapkan gagasan/soal masalah yang sedang diskusikan karena siswa tidak terbiasa maju menyampaikan jawaban di depan kelas.

Dari kekurangan yang ditemukan pada siklus I, maka dapat diperbaiki pada siklus II. Hal-hal yang dapat dilakukan agar kekurangan pada siklus I tidak terjadi pada siklus II adalah:

a) Guru pada awal pembelajaran menentukan dan menyampaikan lamanya waktu diskusi kelompok sehingga semua sintaks dapat terlaksana.

b) Guru harus bersikap tegas dengan siswa yang memilih anggota kelompok sendiri dan sebaiknya proses pembentukan kelompok dilakukan sebelum pelaksanaan, sehingga tidak menghabiskan waktu lama pada saat pembelajaran.

c) Agar saat pemberian nomor tidak berlangsung lama, guru harus mengelola waktu sebaik mungkin dengan meminta perwakilan kelompok untuk memberikan nomor kepada anggotanya.

d) Guru lebih merata dalam melakukan bimbingan diskusi sehingga apabila ada anggota kelompok siswa yang pasif dan yang cenderung bekerja sendiri dapat diberi pengarahan.

e) Guru mencatat nomor yang telah dipanggil misalnya pada catatan kecil, agar nomor yang tidak disebutkan lagi oleh guru

f) Guru menciptakan suasana yang menyenangkan, guru harus lebih memotivasi siswa untuk aktif dengan pemberian ganjaran jika jawaban siswa benar sehingga siswa tidak malu-malu dalam mengemukakan jawaban.

4.2.2 Pelaksanaan Siklus II

Pada bagian pelaksanaan siklus II terdiri dari empat macam sub bab yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16) bahwa terdapat empat tahap pelaksanaan penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan

(13)

tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada bagian pelaksanaan siklus II akan diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai apa yang akan dilaksanakan sebagai suatu perbaikan dari kekurangan siklus I. Setelah perencanaan tindakan akan diuraikan pelaksanakan tindakan dan observasi, kemudian akan diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.

4.2.2.1 Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan siklus II digunakan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Pada tanggal 30 Maret, dilakukan refleksi dengan berdiskusi bersama guru kelas tentang hal-hal yang harus diperbaiki dan dipersiapkan pada siklus II. Melihat hasil belajar siswa siklus 1 dan hasil observasi keaktifan belajar siklus I yang disesuaikan dengan KKM dan indikator keberhasilan belum mencapai indikator keberhasilan maka dilaksanakan perbaikan di siklus II. RPP siklus kedua yang telah disusun terdiri dari 3 pertemuan dengan standar kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam serta kompetensi dasar mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga dilakukan penyampaian materi melalui penerapan metode Numbered Heads Together kemudian pada akhir pembelajaran pertemuan ketiga dilakukan evaluasi. Persiapan tindakan siklus II yang terdiri dari 3 pertemuan dilakukan dengan cara menghabiskan sintaks metode Numbered Heads Together di setiap pertemuan sehingga melakukan sintaks sebanyak 3 kali pada 1 siklus.

Persiapan perlengkapan pembelajaran meliputi lembar kerja siswa, nomor kepala dan lembar observasi dipersiapkan sebelum melaksanakan siklus II. Nomor kepala dibuat sebanyak 30 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas 5. Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk seperti mahkota dan diberi nomor 1-5 supaya anak lebih tertarik dengan adanya nomor yang dimodifikasi seperti mahkota. Selain menyiapkan nomor disiapkan pula alat-alat peraga untuk siklus II seperti gambar daur air dan gambar kerusakan alam. Alat peraga gambar dibuat sendiri dengan kertas karton besar yang disiapkan sehari sebelum melakukan tindakan. Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan pertama

(14)

dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 April 2013, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 3 April 2013, dan pertemuan ketiga pada tanggal 5 April 2013.

4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah-langkah tiap pertemuan sama hanya beda pada indikatornya. Pada pertemuan ketiga selain penyampaian materi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 April 2013 pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Pada pertemuan pertama terdapat lima indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan pengertian daur air, menyebutkan macam-macam sumber air, menyebutkan contoh sumber air alami dan buatan, mengurutkan proses daur air dan mendeskripsikan proses daur air.

Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa, memberikan apersepsi kepada siswa dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih melakukan pembelajaran dengan Numbered Heads Together. Guru menjelaskan sekilas tentang daur air serta melakukan tanya jawab dengan siswa agar siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam

(15)

melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.

Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan

Numbered Heads Together. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 3 April 2013 dengan menyampaikan satu indikator yaitu memberikan contoh

kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air.

Pada kegiatan awal guru memberikan membuka pelajaran, mempresensi siswa, memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang masih berkaitan dengan daur air. Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah sama dengan pertemuan pertama yaitu pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa

(16)

pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Guru menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan informasi pada siswa bahwa pada akhir pembelajaran pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi pembelajaran.

Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama. Pertemuan ketiga juga merupakan lanjutan dari pertemuan kedua yaitu melanjutkan materi beserta pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 April 2013 dengan menyampaikan 2 indikator yaitu menyebutkan manfaat air bagi kehidupan manusia dengan tepat danmenjelaskan cara menghemat air dengan tepat.

Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa, memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan daur air. Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan

(17)

secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah dibahas.

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa membuat rangkuman dan refleksi, kemudian mengerjakan soal evaluasi. Soal evaluasi dikerjakan oleh seluruh siswa yang berjumlah 30. Guru menanyakan kepada siswa tentang kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat duduk siswa supaya siswa tidak terlalu dekat duduknya. Guru menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagi soal evaluasi berserta lembar jawab pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evalusi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

4.2.2.3 Observasi

Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada tiga pertemuan. Hasil observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan

(18)

keseluruhan sintaks metode atau ada yang belum terlaksana. Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan pertama diperoleh data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah dilaksanakan guru walaupun pelaksanaan kurang sempurna. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan, memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat salah atau kurang terhadap materi yang telah dibahas.

Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan kedua diperoleh data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah dilaksanakan guru walaupun kurang sempurna. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan, memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat salah atau kurang terhadap materi yang telah dibahas.

Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan ketiga diperoleh data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah dilaksanakan guru. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan, memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Keterlaksanaan Sintaks

(19)

Tabel 16

Hasil Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads Together Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

Siklus II Kegiatan Mengajar Siklus I Jumlah sintaks yang dilaksanakan Jumlah sintaks yang belum terlaksana Jumlah keseluruhan sintaks Pertemuan Pertama 8 0 8 Pertemuan Kedua 8 0 8 Pertemuan Ketiga 8 0 8

Dari Tabel 16 dapat dilihat keterlaksanaan sintaks pembelajaran Numbered Heads Together dari 8 sintaks Numbered Heads Together diketahui pada pertemuan pertama semua sintaks telah terlaksana yaitu berjumlah 8. Pada pertemuan kedua semua sintaks juga telah dilaksanakan oleh guru berjumah 8. Pada pertemuan ketiga semua sintaks juga telah dilaksanakan guru berjumlah 8.

4.2.2.4 Refleksi

Berdasarkan observasi siklus II dengan menggunakan metode Numbered Heads Together maka dilakukan refleksi dengan berdiskusi dengan guru kelas, maka dapat disimpulkan selama proses belajar mengajar siklus II guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, meskipun dalam kegiatan ada beberapa aspek yang belum sempurna tetapi jumlah sintaks yang telah dilaksanakan untuk masing-masing pertemuan besar. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa kegiatan pembelajaran tampak lebih hidup dengan adanya interaksi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa, siswa terlihat lebih aktif dalam berkomunikasi ketika diskusi. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4.3 Hasil Penelitian

Pada bagian hasil penelitian, akan diuraikan tentang deskripsi data dan analisis data. Masing-masing akan dijelaskan tentang data siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari data keaktifan belajar serta data hasil belajar.

(20)

4.3.1 Deskripsi Data

Data mentah yang sudah diperoleh diolah dan disajikan pada deskripsi data. Pada sub bab deskripsi data akan diuraikan tentang data siklus I yang terdiri dari data keaktifan dan hasil belajar. Kemudian disajikan juga data siklus II yang mencakup keaktifan dan hasil belajar.

4.3.1.1 Data Siklus I

Hasil dari observasi keaktifan belajar diperoleh dari pengamatan tiap individu, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah dengan microsoft excel. Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA diolah dengan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga didapatkan kategori keaktifan rendah (skor 1 – 1,9) keaktifan sedang (skor 2 - 2,9) dan keaktifan tinggi (skor ≥3). Hasil observasi keaktifan belajar pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 17

Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

Siklus I N o Interval Kategori Keaktifan Pertemuan pertama Pertemuan kedua Pertemuan ketiga f % f % f % 1 Skor ≥3 Tinggi 17 56,7% 19 63,3% 20 66,7% 2 Skor 2 – 2,9 Sedang 8 26,6% 9 30% 9 30% 3 Skor 1 – 1,9 Rendah 5 16,7% 2 6,7% 1 3,3% Jumlah 30 100% 30 100% 30 100% Rata-rata 2,7 2,8 2,8

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 17 orang persentase 56,7% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 8 orang dengan persentase 26,6%, dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 5 orang dengan persentase 16,7% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,7. Pada pertemuan kedua, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 19 orang persentase 63,3% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9 orang dengan persentase 30% dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 2

(21)

orang dengan persentase 6,7% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8. Pada pertemuan ketiga, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 20 orang persentase 66,7% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9 orang dengan persentase 30% dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 1 orang dengan persentase 3,3% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8.

Selain data keaktifan belajar, data hasil belajar siswa yang sudah diolah kemudian disederhanakan dengan menggunakan acuan yang didapat dengan interval sesuai dengan pernyataan Usman dan Akbar (2006:71) yaitu langkah-langkah membuat tabel distribusi frekuensi adalah urutkan data dari yang terkecil ke data terbesar, kemudian menghitung rentang yaitu yaitu data tertinggi dikurang data terendah. Setelah menghitung rentang, menghitung banyak kelas dengan aturan Sturges kemudian menghitung panjang kelas interval. Setelah menghitung panjang kelas interval, langkah selanjutnya adalah menentukan ujung bawah kelas interval pertama. Biasanya diambil data terkecil atau data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang harus didapat, selanjutnya kelas interval pertama dihitung dengan menjumlahkan ujung bawah kelas dengan p dikurangi l demikian seterusnya, nilai f dihitung dan dipindahkan ke tabel distribusi frekuensi. Sesuai dengan rumus maka hasil pengolahan data nilai tes evaluasi tersaji pada Tabel 18 :

Tabel 18

Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

Siklus I No Interval Frekuensi % 1 53 –59 5 16,7% 2 60 - 66 3 10% 3 67 - 73 9 30% 4 74 -80 4 13,3% 5 81 - 87 4 13,3% 6 ≥88 5 16,7% Jumlah 30 100

(22)

Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran diketahui pada skor nilai antara 53 – 59 frekuensinya 5 dengan persentase 16,7% siswa, skor nilai antara 60 – 66 frekuensinya 3 persentase 10%, skor nilai 67 - 73 frekuensinya ada 9 dengan persentase 30%, skor nilai antara 74 - 80 frekuensinya 4 dengan persentase 13,3%, skor 81 - 87 frekuensinya 4 dengan persentase 13,3%, dan skor ≥88 frekuensinya 5 dengan persentase 16,7%.

4.3.1.2 Data Siklus II

Hasil dari observasi keaktifan belajar diperoleh dari pengamatan tiap individu, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah dengan microsoft excel. Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA diolah dengan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga didapatkan kategori keaktifan rendah (skor 1 – 1,9) keaktifan sedang (skor 2 - 2,9) dan keaktifan tinggi (skor ≥3). Hasil observasi keaktifan belajar pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 19

Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

Siklus II

No Interval Keaktifan Pertemuan

pertama Pertemuan kedua Pertemuan ketiga f % f % f % 1 Skor ≥3 Tinggi 21 70% 23 76,7% 24 80% 2 Skor 2 – 2,9 Sedang 9 30% 7 23,3% 6 20% 3 Skor 1 – 1,9 Rendah 0 0% 0 0% 0 0% Jumlah 30 100% 30 100% 30 100% Rata-rata 2,8 2,9 3,1

Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 21 orang persentase 70% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9 orang dengan persentase 30%, dan tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah. Rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8. Pada pertemuan kedua, siswa yang

(23)

kategori keaktifan tinggi frekuensi 23 orang persentase 76,7% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 7 orang dengan persentase 23,3%, dan tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah. Rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,9. Pada pertemuan ketiga, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 24 orang persentase 80% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 6 orang dengan persentase 20% dan tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah. Rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 3,1.

Data siklus II juga diolah sesuai dengan rumus tabel distribusi frekuensi Usman dan Akbar (2006:71). Setelah mendapatkan hasil, maka data dimasukkan ke dalam tabel destribusi frekuensi hasil belajar IPA. Adapun hasil pengolahan data nilai tes evaluasi tersaji pada Tabel 20:

Tabel 20

Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

Siklus II

No Rentang nilai Frekuensi %

1 60 – 66 3 10% 2 67 – 73 6 20% 3 74 – 80 6 20% 4 81 – 87 6 20% 5 88 – 94 8 26,7% 6 ≥95 1 3,3% Jumlah 30 100

Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran diketahui pada skor nilai antara 60 – 66 frekuensinya 3 dengan persentase 10% siswa, skor nilai antara 67 – 73 frekuensinya 6 persentase 20%, skor nilai 74 - 80 frekuensinya ada 6 dengan persentase 20%, skor nilai antara 81 - 87 frekuensinya 6 dengan persentase 20%, skor 88 - 94 frekuensinya 8 dengan persentase 26,7%, dan skor ≥95 frekuensinya 1 dengan persentase 3,3%.

(24)

4.3.2 Analisis Data

Dalam analisis data disajikan analisis hasil penelitian. Dalam sub bab ini akan disajikan analisis ketuntasan hasil belajar dan keaktifan belajar siklus I. Selain diuraikan analisis siklus I diuraikan pula analisis ketuntasan hasil belajar dan keaktifan belajar siklus II. Lalu dilanjutkan dengan analisis deskriptif komparatif keaktifan belajar dan analisis deskriptif komparatif hasil belajar.

4.3.2.1 Analisis Keaktifan Belajar Siklus I

Analisis keaktifan belajar siklus I tersaji pada Tabel 19 dimana digolongkan menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi) dan yang memperoleh skor < 3 (kategori keaktifan belajar sedang dan rendah).

Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 21: Tabel 21

Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 Mata Pelajaran IPA SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 Siklus I

No Keaktifan Belajar Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

f % f % f % 1 Skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi) 17 56,7% 19 63,3% 20 66,7% 2 Skor < 3 (kategori keaktifan sedang dan rendah)

13 43,3% 11 36,7% 10 33,3%

Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

Rata-rata keaktifan belajar seluruh siswa

siklus I

2,7

Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa pada pertemuan pertama siklus I, siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 17 siswa persentase 56,7% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 13 siswa dengan persentase 43,3%. Pada pertemuan kedua siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 19 siswa persentase 63,3% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 11 siswa dengan persentase 36,7%. Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa di atas

(25)

kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 20 siswa persentase 66,7% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 10 siswa dengan persentase 33,3%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan yang ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi sedangkan rata-rata perolehan skor keaktifan belajar pada siklus I menunjukan bahwa 62,2% keaktifan tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil rata-rata pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar siklus I:

Gambar 2. Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siklus I Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa pada siklus I terdapat 62% siswa yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 38% siswa mendapat skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.

4.3.2.2 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Berdasarkan data hasil tes IPA siklus I maka dilakukan analisis dengan membandingkan nilai dengan KKM (65). Siswa yang mendapat nilai di atas KKM atau yang tuntas dijumlahkan begitu juga siswa yang berada di bawah KKM (65). Analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus I tersaji pada Tabel 22:

Skor <3 38% Skor ≥ 3

(26)

Tabel 22

Analisi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

Siklus I Keterangan Siklus I Jumlah siswa % Tidak tuntas 8 26,7% Tuntas 22 73,3% Jumlah 30 100% Rata-rata 73,7 Nilai tertinggi 93 Nilai terendah 53

Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 22 siswa (73,3%) tuntas atau mampu mencapai KKM (65) dan 8 siswa (26,7%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 93 dan nilai terendah 53 dengan nilai rata-rata kelas adalah 73,7. Ketuntasan hasil belajar IPA siklus I kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan dapat dilihat pada Gambar 3:

Gambar 3. Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

73% 27%

(27)

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa setelah penerapan Numbered Heads Together, dari 30 siswa kelas 5 terdapat 73% siswa yang tuntas belajar dan 27% siswa tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA adalah 65.

4.3.2.3 Analisis Keaktifan Belajar Siklus II

Analisis keaktifan belajar siklus II tersaji pada Tabel 21 dimana digolongkan menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi) dan yang memperoleh skor < 3 (kategori keaktifan belajar sedang dan rendah).

Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 23: Tabel 23

Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 Mata Pelajaran IPA SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 Siklus II

No Keaktifan Belajar Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

f % f % f % 1 Skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi) 21 70% 23 76,7% 24 80% 2 Skor < 3 (kategori keaktifan sedang dan rendah)

9 30% 7 23,3% 6 20%

Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

Rata-rata keaktifan belajar seluruh siswa siklus II

2,9

Berdasarkan Tabel 23, diketahui bahwa pada pertemuan pertama siklus I, siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 21 siswa persentase 70% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 9 siswa dengan persentase 30%. Pada pertemuan kedua siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 23 siswa persentase 76,7% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 7 siswa dengan persentase 23,3%. Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 24 siswa persentase 80% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 6 siswa dengan persentase 20%.

(28)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan yang ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi. Rata-rata perolehan skor keaktifan belajar pada siklus I menunjukan bahwa 75,6% keaktifan tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil rata-rata pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar siklus II:

Gambar 4. Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa pada siklus II terdapat 76% siswa yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 24% siswa mendapat skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.

4.3.2.4 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan data hasil tes IPA siklus II dilakukan analisis dengan membandingkan nilai dengan KKM (65). Siswa yang mendapat nilai di atas KKM atau yang tuntas dijumlahkan begitu juga siswa yang berada di bawah KKM (65). Analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus II tersaji pada Tabel 24:

Skor ≥ 3 76% Skor < 3

(29)

Tabel 24

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

Siklus II Keterangan Siklus II Jumlah siswa % Tidak tuntas 3 10% Tuntas 27 90% Jumlah 30 100% Rata-rata 81,7 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 60

Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 27 siswa (90%) mampu mencapai KKM (65) dan 3 siswa (10%) masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah 81,7. Ketuntasan hasil belajar IPA siklus II Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan dapat dilihat pada Gambar 5:

Gambar 5. Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa setelah penerapan Numbered Heads Together, dari 30 siswa kelas 5 terdapat 90% siswa yang tuntas belajar dan 10% tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA di SD Negeri 3 Nambuhan adalah 65.

90% 10%

(30)

4.3.2.5 Analisis Deskriptif Komparatif Keaktifan Belajar

Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keaktifan belajar pada mata pelajaran IPA di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Perbandingan keaktifan siswa disajikan pada Tabel 25:

Tabel 25

Perbandingan Keaktifan Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2

Tahun Pelajaran 2012/2013

Keaktifan Pra siklus Siklus I Siklus II

Tinggi 46,7% 62,2% 75,6%

Sedang 30% 28,9% 24,4%

Rendah 23,3% 8,9% 0%

Dari Tabel 25 yaitu perbandingan keaktifan belajar pra siklus, siklus I dan siklus II maka dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan belajar dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan belajar pra siklus kategori tinggi 46,7%, pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 62,2% dan meningkat di siklus II yaitu 75,6%. Pada keaktifan belajar kategori sedang pra siklus sebesar 30% kemudian menurun di siklus I menjadi 28,9% dan menurun lagi di siklus II menjadi 24,4%. Keaktifan belajar kategori rendah pra siklus sebesar 23,3% kemudian pada siklus I menurun menjadi 8,9% dan pada siklus II sebesar 0%. Bila digambarkan perbandingan keaktifan siswa dapat dilihat pada Gambar 6:

(31)

Gambar 6. Diagram Batang Destribusi Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

Dari Gambar 6 dapat dijelaskan bahwa keaktifan belajar pra siklus sampai dengan siklus II mengalami peningkatan pada kategori keaktifan tinggi. Pada saat pra siklus persentase 46,7% mengalami peningkatan ke siklus I menjadi 62,2% meningkat di siklus II menjadi 75,6%. Sedangkan keaktifan siswa kategori sedang pra siklus persentase 30% menurun ke siklus II menjadi 28,9% kemudian pada siklus II menurun lagi menjadi 24,4%. Pada keaktifan siswa kategori rendah pra siklus adalah 23,3% kemudian pada siklus I menurun menjadi 8,9% dan menurun lagi ke siklus II menjadi 0%.

4.3.2.6 Analisis Deskriptif Komparatif Hasil belajar

Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 5 SD Negeri 03 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Perbandingan hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 26 :

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00%

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

(32)

Tabel 26

Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan pada Semester 2 Tahun Ajaran 2012 / 2013

Ketuntasan

Pra siklus Siklus I Siklus II

f % f % f % Tuntas 13 43,3 % 22 73,3 % 27 90 % Tidak tuntas 17 56,6 % 8 26,7 % 3 10 % Jumlah 30 100% 30 100% 30 100% Nilai tertinggi 90 93 100 Nilai terendah 40 53 60 Rata-rata 62,8 73,7 81,7

Dari Tabel 26 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang tuntas belajar adalah 13 siswa (43,3%), pada siklus I menjadi 22 siswa (73,3%) dan pada siklus II menjadi 27 siswa (90%). Sedangkan siswa yang belum tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 17 siswa (56,6%) belum tuntas, pada siklus I masih 8 siswa (26,7%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 3 siswa (10%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 90, siklus I meningkat menjadi 93 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 100. Nilai terendah pra siklus 40, siklus I menjadi 53 dan siklus II nilai terendah 60. Rata-rata siswa dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari prasiklus 62,8 menjadi 73,7 ke siklus I atau naik sebesar 10,5 dan pada siklus II menjadi 81,73 atau naik sebesar 8. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari prasiklus sampai dengan siklus II disajikan dalam Gambar 7:

(33)

Gambar 7. Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

Dari Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar pra siklus sampai dengan siklus II mengalami peningkatan. Pada saat pra siklus ke siklus I besarnya peningkatan adalah dari 43,3% menjadi 73,3%, dari siklus I ke siklus II adalah dari 73,3% menjadi 90%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus 56,6% belum tuntas, pada siklus I menurun menjadi 26,7% yang belum tuntas dan pada siklus II menurun lagi menjadi 10%.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan pada mata pelajaran IPA, maka dapat diketahui adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Numbered Heads Together. Setelah dilakukan tindakan terkait penerapan metode Numbered Heads Together keaktifan belajar terlihat ada peningkatan. Pada pra siklus sampai dengan siklus II keaktifan belajar mengalami peningkatan dilihat dari persentase keaktifan siswa kategori tinggi. Pada pra siklus keaktifan siswa kategori tinggi mencapai 46,7% siswa kategori keaktifan sedang persentase 30% dan siswa dengan keaktifan rendah persentase 23,3%. Keaktifan siswa

13 22 27 17 8 3 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

(34)

kategori tinggi pra siklus adalah 46,7% kemudian mengalami peningkatan ke siklus I menjadi 62,2%. Pada keaktifan siswa kategori sedang pra siklus sebesar 30% kemudian menurun di siklus I menjadi 28,9%. Keaktifan siswa kategori rendah pra siklus sebesar 23,3% kemudian pada siklus I menurun menjadi 8,9%. Pada siklus I keaktifan siswa kategori tinggi adalah 62,2% lebih rendah dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi. Jadi pada siklus I keaktifan belajar belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran siklus I hal ini dapat disebabkan karena kurangnya penguatan guru sehingga siswa masih malu-malu atau kurang percaya diri ketika mengungkapkan gagasan/soal masalah yang sedang diskusikan. Kurangnya respon dari siswa, terlihat pada saat pembelajaran guru belum sepenuhnya memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang disampaikan, pada saat berdiskusi siswa masih ada yang mendominasi dalam kelompok.

Pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga diberikan tindakan pada siklus II yang menunjukkan hasil peningkatan keaktifan belajar kategori tinggi dari siklus I sebesar 62,2% meningkat 13,4% ke siklus II menjadi 75,6% Pada keaktifan siswa kategori sedang siklus I sebesar 28,9% menurun di siklus II menjadi 24,4%. Keaktifan siswa kategori rendah pada siklus I sebesar 8,9% menurun pada siklus II menjadi 0%. Pada siklus II keaktifan siswa kategori tinggi adalah 75,6% lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi. Jadi pada siklus II keaktifan belajar telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan belajar.

Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan pada mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan Numbered Heads Together. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai siklus I dan siklus II. Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 65) atau dikatakan tuntas adalah 13 siswa (43,3%) kemudian meningkat pada

(35)

siklus I sebesar 9 siswa (30%) sehingga menjadi 22 siswa (73,3%). Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 65) atau dikatakan tidak tuntas adalah 17 siswa (56,6%) kemudian menurun pada siklus I sebesar 9 sehingga menjadi 8 siswa (26,7%). Pada siklus I siswa tuntas belajar adalah 22 siswa (73,3%) lebih rendah dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran siklus I hal ini dapat disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik terutama pada kegiatan diskusi kelompok. Pada siklus I saat diskusi kelompok, kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik karena masih terdapat anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang cenderung bekerja sendiri.

Pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga diberikan tindakan pada siklus II yang menunjukkan peningkatan hasil belajar pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 65) atau dikatakan tuntas adalah 22 siswa (73,3%) kemudian meningkat pada siklus II sebesar 5 siswa (16,7%) sehingga menjadi 27 siswa (90%). Pada siklus I diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 65) atau dikatakan tidak tuntas adalah 8 siswa (26,7%) kemudian menurun pada siklus II sebesar 9 siswa sehingga menjadi 3 siswa (10%). Pada siklus II siswa tuntas belajar adalah 27 siswa (90%) lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi hasil pada siklus II menunjukkan masih terdapat 3 siswa yang tidak tuntas, yaitu Arofah Yuni Ferbriyanti, Fajar Setyawan, dan Lisa Anggraini. Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika pembelajaran maka dapat diketahui bahwa ketiga siswa tersebut dalam pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam menyerap materi dibandingkan dengan teman-temannya, Fajar Setyawan dan Lisa

(36)

adalah siswa yang pendiam dan pasif di kelas 5 sedangkan Arofah adalah siswa yang belum lancar dalam membaca.

Pada siklus II keaktifan belajar telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, artinya melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan belajar dengan dicapainya 75,56% keaktifan siswa kategori tinggi. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Isjoni (2012:16) bahwa dalam proses pembelajaran Numbered Heads Together, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran. Sharan (2012:215) juga menyatakan bahwa individu saling berbagi dalam kelompok, ketika siswa sudah merasa jelas bahwa mereka memiliki tanggung jawab dengan adanya pemanggilan nomor secara acak dalam kelompok, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan bersedia mendengarkan dan berpartisipasi sehingga siswa mau tidak mau harus aktif dalam kelompok. Menurut Zuhdi (2010:65) Numbered Heads Together

memiliki kelebihan diantaranya adalah siswa menjadi siap semua dan siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Kelebihan tersebut terealisasi dari antusiame siswa yang besar saat siswa diminta berfikir bersama, menjawab hasil diskusi setelah guru menyebutkan salah satu nomor secara acak dan respon siswa dalam menanggapi jawaban temannya. Selain itu keaktifan siswa tampak pada saat siswa saling berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa lainnya dalam kegiatan diskusi sebagai upaya agar mereka menjadi siap semua untuk menjawab pertanyaan. Karena kelebihan tersebut terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran maka keaktifan siswa meningkat dan ketuntasan keaktifan siswa tercapai.

Hasil keaktifan belajar kategori tinggi 75,6% yang dicapai pada siklus II tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012), yang menyatakan bahwa dalam penelitian yang dilakukan terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa kelas 4 SD Kepohkencono 01. Hasil penelitian Yuni Winarti menunjukkan bahwa keaktifan belajar pada siklus I hanya mencapai 79% belum mencapai indikator keberhasilan ≥80%. Namun pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 91%. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti mencapai hasil yang berbeda yaitu dalam penelitian ini keaktifan belajar kategori tinggi mencapai

(37)

75,6% sedangkan pada Yuni Winarti adalah 91%. Perbedaan tersebut dapat disebabkan karena setiap SD mempunyai karakteristik siswa yang berbeda-beda sehingga hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan olehYuni Winarti, tetapi pada dasarnya hasil penelitian yang diperoleh adalah sama yaitu dengan penerapan Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan belajar.

Pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan dengan tercapainya 27 siswa tuntas (90%), artinya melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Arends (2008:6) bahwa pembelajaran kooperatif mendukung perkembangan intelegensi interpersonal, interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Ibrahim (2000:28) juga mengemukakan tujuan yang hendak dicapai dalam

Numberd Heads Together salah satunya adalah hasil belajar akademik stuktural. Menurut Zuhdi (2010:65) Numbered Heads Together memiliki kelebihan lain yaitu siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai dan siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Kelebihan tersebut terealisasi dari siswa yang berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa lainnya dalam kegiatan diskusi, pada saat pelaksanaan tindakan semakin terlihat siswa saling mengajari satu sama lain karena setiap siswa merasa harus siap menguasai materi dengan adanya pemanggilan nomor secara acak. Apabila ada anggota yang mengalami kesulitan, siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai sehingga setiap siswa dapat lebih memahami materi. Kelebihan tersebut terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran yang menyebabkan siswa dapat lebih memahami materi sehingga hasil belajar siswa meningkat dan ketuntasan belajar siswa tercapai.

Hasil belajar siklus II siswa yang tuntas adalah 27 siswa (90%), hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rima Chandra (2011) yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan kelas 4 SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran

Gambar

Gambar  2.  Diagram  Lingkaran  Keaktifan  Belajar  Siklus  I  Kelas  5  SD  Negeri  3  Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
Gambar  4.  Diagram  Lingkaran  Keaktifan  Belajar  Siswa  Siklus  II  Kelas  5  SD  Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
Gambar  6.  Diagram  Batang  Destribusi  Frekuensi  Keaktifan  Belajar  Siswa  Pada  Pra  Siklus,  Siklus  I  dan  Siklus  II  Kelas  5  SD  Negeri  3  Nambuhan  Semester  2  Tahun Pelajaran 2012/2013
Gambar 7.  Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Pra Siklus, Siklus I dan  Siklus  II  Kelas  5  SD  Negeri  Nambuhan  03  pada  Semester  2  Tahun  Pelajaran  2012/2013

Referensi

Dokumen terkait

Ki Hajar Dewantara mengatakan setelah mengetahui tentang pokok isinya pengajaran budi pekerti, yaitu segala apa yang mengandung maksud memelihara keinsyafan dan kesadaran

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses, kendala, dan solusi implementasi fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan di

Peranan yang dimainkan pedagang Bugis amat luas: mereka mengumpul barangan dari bahagian timur Nusantara untuk dibawa ke Selat Melaka serta mengedar barangan dari Selat Melaka

Hasil uji Chi-Square dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan jumlah leukosit dalam darah petani penyemprot di

Peneliti menggunakan paradigma interpretif agar peneliti dapat berinteraksi langsung, lebih dekat dengan informan yang akan dijadikan data dalam penelitian, dan dapat

Setelah melakukan diskusi kelompok melalui WAG, siswa dapat bekerjasama dalam menyajikan (C6) konsep-konsep yang saling berkaitan pada teks nonfiksi kedalam tulisan dengan

Dalam penelitian ini hanya akan menggunakan 8 faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pembebasan bersyarat. Hal ini ditempuh karena hanya ada 8 faktor

Kadar debu radioaktif di udara pada ruangan kerja dan laboratorium merupakan daerah aman bagi pekerja radiasi kecuali ruangan gudang Bidang Eksplorasi, ruangan kerja dan