• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PERCOBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PERCOBA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN 5

GRAVIMETRI

Disusun oleh :

Golongan II / Kelompok A

Ahmad Sukardi

(G1F010015)

Bayu Maulana

(G1F010035)

Nur Bakti

(G1F010032)

Gilang S.

(G1F010036)

Iskandar M. Asri (G1F010044)

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

(2)

PERCOBAAN 5

GRAVIMETRI

I. TUJUAN

Menetapkan kadar dengan konsep pemisahan logam-logam secara gravimetri dan menentukan kandungan tembaga di dalam sulfatnya.

II.ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas beaker ( 50mL, 250mL,

1000mL), gelas ukur, gelas arloji, spatula, kertas saring, dan batang pengaduk.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah aquadest, aseton,

CuSO4.5H2O, Zink, HCl encer.

III. DATA PENGAMATAN

DATA PENGAMATAN KELOMPOK 1

Berat Beaker glass 50 mL = 344,451 gram

Berat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4 =36,451 gram

Berat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4 = 34,951 gram

Massa analit dalam beaker glass 250 Ml = (Berat Beaker glass 50 mL + 2 gram

CuSO4) – (Berat Beaker glass 50 mL +

sisa CuSO4)

= 36,451 gram – 344,951 gram = 1,5 gram

Beaker glass 250 mL + endapan (sampel) = 113,425 gram

Berat Kertas saring = 0,701 gram

Berat Kertas saring + endapan sampel = 3,344 gram

Berat sampel = 3,344 gram – 0,701 gram = 2.643 gram

Massa beaker glass tanpa sampel = 108,269 gram

Persentase Cu dalam garam terhidratnya = Massa Endapan Cu

Massa Sampel dengan Perbedaan x 100%

= 2,643

1,5 x 100%

(3)

DATA PENGAMATAN KELOMPOK 2

Berat Beaker glass 100 mL = 47,773 gram

Berat Beaker glass 100 mL + 2 gram CuSO4 =49,779 gram

Berat Beaker glass 100 mL + sisa CuSO4 = 48,268 gram

Massa analit dalam beaker glass 250 mL = (Berat Beaker glass 100 mL + 2 gram

CuSO4) – (Berat Beaker glass 50 mL +

sisa CuSO4)

= 49,779 gram - 48,268 gram

= 1,511 gram

Beaker glass 250 mL + endapan (sampel) = 106,243 gram

Berat Kertas saring = 0,557 gram

Berat Kertas saring + endapan sampel = 2,488 gram

Berat sampel = 2,488 gram - 0,557 gram = 1,931 gram

Massa beaker glass tanpa sampel = 104,270 gram

Persentase Cu dalam garam terhidratnya = Massa Endapan Cu

Massa Sampel dengan Perbedaan x 100%

=

= 127,79 %

DATA PENGAMATAN KELOMPOK 3

Berat Beaker glass 50 mL = 34,45 gram

Berat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4 =36,447 gram

Berat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4 = 34,897 gram

Massa analit dalam beaker glass 250 mL = (Berat Beaker glass 50 mL + 2 gram

CuSO4) – (Berat Beaker glass 50 mL +

sisa CuSO4)

= 36,447 gram - 34,897 gram

= 1,55 gram

Berat Kertas saring = 0,414 gram

Berat Kertas saring + endapan sampel = 2,851 gram

(4)

Persentase Cu dalam garam terhidratnya = Massa Endapan Cu

Massa Sampel dengan Perbedaan x 100%

=

= 157,23 %

DATA PENGAMATAN KELOMPOK 4

Berat Beaker glass 50 mL = 33,259 gram

Berat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4 =35,262 gram

Berat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4 = 33,757 gram

Massa analit dalam beaker glass 250 Ml = (Berat Beaker glass 50 mL + 2 gram

CuSO4) – (Berat Beaker glass 50 mL +

sisa CuSO4)

= 35,262 gram - 33,757 gram

= 1,505 gram

Beaker glass 250 mL + endapan (sampel) = 113,425 gram

Berat Kertas saring = 0,402 gram

Berat Kertas saring + endapan sampel = 2,730 gram

Berat sampel = 2,730 gram - 0,402 gram = 2.328 gram

Massa beaker glass tanpa sampel = 111,072 gram

Persentase Cu dalam garam terhidratnya = Massa Endapan Cu

Massa Sampel dengan Perbedaan x 100%

=

= 154,684 %

PERHITUNGAN STANDAR DEVIASI

𝒙 𝒙̅ 𝒅 [(𝒙̅ − 𝒙)] 𝒅𝟐

176,2 22,225 493,950

127,79 153,975 26,185 685,654

157,23 3,255 10,595

154,68 0,705 0,497

(5)

𝑑 =∑ 𝑑𝑛 = 52,374 = 13,092

1. Tembaga(II) sulfat anhidrat P CuSO4 ; BM 159,60

o Pemerian serbuk putih atau keabuan, bebas dari sedikit warna biru o Kelarutan larut dalam air

o Tembaga(II) sulfat P CuSO4 5H2O; BM 249,68, murni pereaksi

2. Asam sulfat H2SO4 BM 98,67

o Pemerian cairan jernih , seperti minyak,tidak berwarna, bau sangat tajam dan

korosif. Bobot jenis lebih kurang 1,84.

o Kelarutan bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan menimbulkan panas.

3. Zink ; Zn BA 65,38; murni pereaksi. 4. Asam klorida HCl; BM 36,46

o Pemerian cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan

dengan 2bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18. 5. Aqquadest H2O BM 18,02

o Pemerian cairan jernih tidak berwaran ; tidak berbau o pH antara 5,0 7,0

6. Aseton C3H6OH ; BM 58,08

o Pemerian cairan transparan, tidak berwarna, mudah menguap; bau khas. Larutan netral terhadap kertas lakmus

o Kelarutan dapat bercampur dengan air, dengan etanol, dengan eter dan dengan

kloroform.

(Anonim,1995)

Gravimetri adalah metode analisis kuntitatif unsur atau senyawa berdasarkan bobotnya

yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan

dan diakhiri dengan penimbangan. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa

dan berat atom unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara,

seperti : metode pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai

(6)

gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji

dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan. Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut :

a) Pelarutan sampel (untuk sampel padat).

b) Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih

agar semua unsur atau senyawa diendapkan oleh pereaksi (Khopkar,1999).

Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai

berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan

zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau

dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari

faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan

semua (Rivai,1994).

Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti

aA + R → AaRr dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bias

ditimbang setelah pengeringan, atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang

komposisinya diketahui, untuk kemudian ditimbang. Untuk memperoleh keberhasilan

pada analisis secara gravimetri, maka harusmemperhatikan tiga hal berikut :

1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.

2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya.

3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang (Rivai,1994).

Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan

kondisi optimum reaksi pengendapan. Tahap analisa gravimetri paling penting, yaitu:

a) Penyaringan endapan.

b) Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan

larutan tertentu.

c) Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan.

d) Penimbangan endapan.

e) Perhitungan (Rivai,1994).

Metode Dalam Analisis Gravimetri

a. Metode Pengendapan

Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang

(7)

dengan reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu

memiliki kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat

dianalisis dengan cara menimbang. Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih

besar dari pada pori-pori alat penyaring (kertas saring), kemudian endapan tersebut

dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis dengan ion endapan.

Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan

memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100-130

derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius tergantung suhu

dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam

sulfida, pengendapan nikel dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau

logam hidroksida dengan mengatur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara

berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan. Pembentukan

endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi, biasanya

berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat berupa anorganik

maupun organik.

2. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi logam

sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan (Shofian, 2010).

Untuk mendapatkan endapan sesuai dengan yang diinginkan dan hasilnya

bagus, maka perlu ditentukan terlebih dahulu kaadaan optimumnya, maka harus

mengikuti aturan sebagai berikut :

a. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk

memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.

b. Peraksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.

c. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil

pada temperatur tinggi.

d. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan menggunakan

pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.

e. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.

f. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan

pengendapan ulang (Shofian, 2010)

(8)

Dalam proses pengendapan sering terjadi pengotor endapan yang disebabkan oleh

terbentuknya zat lain yang juga membentuk endapan dengan pereaksi yang digunakan,

sehingga diperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang

dimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan. Zat pengotor tersebut

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya adalah:

 Pengendapan bersama (simultaneous precipitation). Kotoran mengendap bersama waktu dengan endapan analit. Contoh: Al(OH) sebagai pengotor

Fe(OH)3.

 Pengendapan susulan (post precipitation).

2. Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak mengendap

melainkan hanya terbawa oleh endapan analit.

 Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila bahan pengotoran dan endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun

bentuk molekul.

 Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu ikut

terbawa sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut dalam

BaSO4 pada kedua jenis pengotoran diatas kotoran tersebar diseluruh kristal.  Kotoran teradsorpsi pada permukaan endapan. Terjadi karena gaya tarik

menarik antara ion yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada permukaan

endapan.

 Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila kristal tumbuh

terlalu cepat dari butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak sempat

dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam Kristal (Salila, 2009).

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi zat pengotor tersebut adalah :

1. Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan yang akan

mengotori.

2. Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang

bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan mengandung zat

itu melebihi konsentrasi larutan jenuh, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

 Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleai dalam hal ini ion-ion dari molekul yang akan diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan beberapa ion

(9)

 Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain

sehingga dari kumpulan hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran

lebih besar.

b. Metode Penguapan

Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang

relatif mudah menguap. Yaitu dengan cara :

 Pemanasan dalam udara atau gas tertentu

 Penambahan pereaksi sehingga mudah menguap (Salila, 2009).

Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben

yang sesuai dan telah diketahui berat tetapnya.Untuk penentuan kadar air suatu kristal

dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa pada suhu

110O- 130O C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah

pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal senyawa tidak terurai oleh

pemanasan. Atau bisa juga menggunakan zat pengering seperti CaCl2 dan Mg(ClO4)2.

Contoh dari metode penguapan ini adalah :

 Penentuan CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan penambahan

HCl berlebih, kemudian dipanaskan, gas CO2 yang sudah terjadi dialirkan dalam

larutan alkali yaitu KOH (25-30%) atau larutan CaOH2 yang telah diketahui

beratnya.

 Penentuan NH3 dalam garam Amonium, yaitu garam ditambahkan larutan alkali

kuat berlebih dan dipanaskan. Gas NH3 yang terjadi dialirkan dalam larutan

standar asam berlebih kemudian kelebihannya dititrir dengan larutan standar basa.

 Penentuan Nitrogen dalam protein, mula-mula senyawa didestruksi dengan

H2SO4 pekat. Hasilnya ditambahkan basa berlebih dan dipanaskan. Selanjutnya

kelebihan asam dititrir dengan larutan standar basa.

 Penentuan unsur Natrium atau Kalium, yaitu larutan itu diuapkan dengan H2SO4

sampai kering. Kemudian sisanya berupa garam sulfat ditimbang. Dan segitulah

berat unsur yang dicari. Unsur-unsur lain yang mengganggu seperti Si, dapat

ditentukan dengan memanaskan cuplikan bersama H2SO4 dan HF dalam krus

platina. Dimana Si berubah menjadi SiF4 yang menguap, sesuai persamaan  SiO2 + 6HF → H2SiF6 + 2H2O

(10)

c. Metode Elektrolisis

Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut

menjadi endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri

dengan arus listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi

reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0. Endapan yang terbentuk

selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga

terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat

diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar

seperti air limbah. Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang

terdapat dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang.

Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsurpelarut, maka metode

gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan

metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair

Prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis

pada elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat

terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.

Kesalahan Dalam Analisis Gravimetri

1. Kesalahan yang sering terjadi pada metode analisis gravimetri adalah pembentukan

endapan, pemurnian (pencucian), pemanasan atau pemijaran dan penimbangan.

2. Pada pembentukan endapan kadang mengandung zat lain yang juga membentuk

endapandengan pereaksi yang digunakan, sehingga diperoleh hasil yang lebih besar dari

yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut

yang digunakan.

3. Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan melakukan pencucian bukan

hanya zat pengotor sajayang larut tetapi juga zat yang dianalisis juga ikut larut,

meskipun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan demikan penggunaan pencuci harus

sedemikan kecil supaya kehilangan zat yang dianalisis masih dapat diabaikan, artinya

masih lebih kecil dari pada sensitivitas timbangan yang digunakan.

4. Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang tidak

(11)

5. Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah tereduksi oleh

karbon bila disaringdengan kertas saring seperti perak klorida, sehingga harus disaring

dengan menggunakan cawan penyaring (berpori) dapat juga terjadi kelebihan pemijaran

sehingga terjadi dekomposisi sehingga komposisi zat tidak tentu.

6. Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan mengalami

penyerapan air atau gaskarbondioksida selama pendinginan sehingga hasil

penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, ini dihindari dengan alat

penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator yang cukup baik selama

pendinginan.

Percobaan ini diawali dengan menimbang 2 gram CuSO4 dan diletakkan dalam gelas

beaker 50 mL, kemudian ditimbang dan dicatat massanya. CuSO4 sebanyak 1,5 gram

dipindahkan ke dalam gelas beaker 250 ml, timbang ulang gelas beaker 50 ml yg berisi sisa

garam tembaga dan dicatat massanya. Massa kedua dikurangkan terhadap massa pertama

maka akan diperoleh massa sampel dalam gelas beaker 250 mL dan dicatat hasil yang

diperoleh.

Tambahkan 50 mL H2SO4 ke dalam gelas beaker 250 mL sambil dipanaskan dan

diaduk sampai CuSO4 larut. Pemanasan bertujuan agar kelarutan meningkat seiring

meningkatnya temperatur. Penambahan H2SO4 secara perlahan pada larutan yang sudah

diencerkan bertujuan untuk mencegah endapan terjadi terlalu cepat. Karena jika endapan

terjadi terlalu cepat menyebabkan endapan yang diperoleh kecil permukaannya. Ini

dikarenakan proses pembentukan inti lebih cepat dibanding laju pertumbuhan inti.

Logan Zn sebanyak 1,2 gram dimasukkan ke dalam larutan, ditutup dengan gelas

arloji dan dibuka tutupnya setiap beberapa saat untuk mengaduk larutan. Penambahan Zn

berfungsi agar semua ion tembaga dalam larutan dapat diubah menjadi logamnya. Karena Zn

merupakan reduktor yang lebih kuat daripada Cu sehingga penambahan Zn dapat

menyebabkan terjadinya reaksi substitusi yang mereduksi Cu menjadi logamnya, sedangkan

Zn akan berikatan dengan ion SO42-.

Apabila larutan tidak berwarna masih melepaskan gas berarti reaksi belum sempurna,

maka ditambahkan 2 mL HCl encer dengan pengadukan dan dipanaskan hingga gasnya habis.

Penambahan larutan HCl pada percobaan ini berfungsi sebagai pelarut sampel.

Logam tembaga yang mengendap dipisahkan dengan cara dekantasi yaitu dengan

memisahkan antara larutan dan endapan yang terbentuk, larutan sisa dibuang dan endapan

(12)

selanjutnya dilakukan pencucian menggunakan 15 mL aseton. Pencucian endapan

dimaksudkan untuk membersihkan endapan dari cairan induknya yang selalu terbawa.

Adanya cairan ini pada pemanasan akan meninggalkan bahan-bahan yang tidak mudah

menguap, karenanya endapan harus dicuci sebersih mungkin. Proses pencucian menggunakan

akuades serta aseton karena tidak melarutkan endapan serta tidak menyebabkan peptisasi dan

sifatnya mudah menguap. Setelah itu dikeringkan aseton sisa dengan evaporasi dengan

bantuan pemanasan dalam gelas beaker 1000 mL (dalam prosedur percobaan evaporasi

seharusnya menggunakan gelas beaker 400 mL) yang berisi air panas serta tambahkan 1 mL

HCl encer untuk mencegah pengendapan air sadah. Dipanaskan hingga kering dan bau aseton

tidak tercium lagi. Didinginkan dan ditimbang bersama beaker gelasnya. Massa gelas beaker

beserta sampel tembaga dicatat dan pindahkan sampel dalam kertas saring dan ditentukan

berat sampel dengan menimbang massa gelas beaker tanpa sampel.

(13)

Hasil percobaan dan perhitungan didapatkan kadar Cu dalam CuSO4 sebesar

153,975% ± 19,92 hasil ini kurang sesuai dengan literatur (Farmakope Indonesia III, 1979)

yang menyebutkan bahwa kadarnya adalah tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari

101,0%. Perbedaan ini disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan

(14)

V. KESIMPULAN

a. Analisis gravimetri merupakan salah satu bentuk analisis kuantitatif yang dilakukan

dengan proses penimbangan. Dalam analisis Gravimetri terdapat tiga metode yang

digunakan yaitu : metode pengendapan, metode penguapan, dan metode elektrolisis

b. Untuk metode pengendapan prinsip kerjanya yaitu senyawa yang akan dianalisis

diendapkan dengan menambahkan pereaksi yang sesuai dan selanjutnya dipisahkan

endapannya dengan cara dekantasi.

c. Hasil yang diperoleh kadar Cu dalam CuSO4 adalah sebesar 153,975% ± 19,92 dan

hasil ini kurang sesuai dengan literature (Farmakope Indonesia III, 1979) yang

menyebutkan bahwa kadarnya adalah tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari

101,0%. Perbedaan ini disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia :

Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia :

Jakarta

Anonim, 2011, Analisis Gravimetri,

http://www.scribd.com/doc/52895684/Analisis-Gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-berupa-penimbangan,

Diakses tanggal 31 Desember 2011

Irawati, 2008, Analisis Gravimetri,

http://www.scribd.com/doc/31589496/Analisis-Gravimetri. 17/06/2008, Diakses tanggal 31 Desember 2011

Salila, Musrin, 2009, Analisis Gravimetri,

http://www.scribd.com/doc/24485076/Analisis-Gravimetri-Oleh-Musrin-Salila.17/05/2008, Diakses tanggal 31 Desember 2011

Siztkreig, 2009, Kimia Makalah Gravimetri,

http://sitzkrieg-awan.blogspot.com/2009/05/kimia-makalah-gravimetri.html, Diakses tanggal 31

Desember 2011

Shofian, 2010, Analisis Gravimetri, http://forum.um.ac.id/index.php?topic=23812.0, Diakses

tanggal 31 Desember 2011

Widiarto, Sonny, 2009, Gravimetri,

http://blog.unila.ac.id/widiarto/files/2009/10/gravimetri1.pdf, Diakses tanggal 31

Desember 2011

X3-PRIMA, 2009, Gravimetri, http://www.x3-prima.com/2009/05/gravimetri.html, Diakses

tanggal 31 Desember 2011

Zulfikar, 2010, Gravimetri,

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/gravimetri/, Diakses tanggal 31 Desember

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di RW 15 Kelurahan Umbulmartani Ngemplak Sleman Yogyakarta

 Menggali informasi dari berbagai sumber tetang tentang perilaku keseimbangan hidup di dunia dan akhirat sesuai hadis riwayat Ibnu Asakir dari Anas, hadis riwayat Muslim dari

Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe STAD yang dipadukan dengan metode mind mapping , teknik ATM, dan pendekatan saintifik yang menuntun peserta

Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta.. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

Manusia merupakan aktor utama penyebab pencemaran udara, penggunaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil, debu dan serbuk sebagai hasil kegiatan industri,

Mengutamaan keadilan dalam berbisnis merupakan nilai yang terdapat dalam tijarah (Al-Baqarah: 282, An-Nisa: 29, an-Nur:37) dimana dijelaskan tentang mekanisme jual

Scanned by CamScanner... Scanned

Dalam proses penentuan wartawan yang akan di berikan bonus, Redaksi Harian Umum Kabar Priangan Tasikmalaya mengalami berbagai kendala yang dihadapi, diantaranya kesulitan dalam