• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

76

LAMPIRAN

IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI

(Studi Kasus Pasar Blauran I UPT A Kota Salatiga)

Transkip wawacara dengan Pak Sudirman, S.E. Kepala UPTD A / Pasar Blauran I

Wawancara I

Tempat : Kantor UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pasar Raya II Waktu : Selasa, 11 Juni 2019, pukul 09.40- 10.30 WIB

P : Bagaimana awal mula atau sejarah dari Pasar Blauran I?

N : Itulah kami kesusahan disitu sebetulnya, seharusnya ada memang historis dari berdirinya pasar tapi memang ditempat sana (pasar blauran I) juga tidak ada, terus kami yang dipasar raya ini tidak ada. Cuma kalau mungkin dibangunnya tahun berapa ada ditembok itu mbak vivi (pe tugas administrasi) tahu, secara formalnya ada disitu.

P : Batu peresmian pak?

N : Oh ya itu. Ada istilah diresmikan pada tanggal ada dicantumkan. Karena saya sendiri juga kurang tahu persis. Kalau di Dinas mungkin ada. Saya menggali informasi histori dari berdirinya pasar saya kesusahan, yaitu kelemahannya. Beberapa regulasi, pergantian. Cuma kalau tahun berdiri ada, tetapi sejarahnya kami blank. Untuk tahu pastinya kita harus cari sesepuh, karena saya juga tidak bisa memastikan dan saya termasuk orang yang belakangan menjabat yang tahu persis, yang awal (menjabat) gitu. Tapi konon ceritanya memang Pasar Blauran itu dahulu bangunan SD. Kemarin saya baru masuk wilayah sini kan yang tadinya 4 UPT menjadi 2 UPT itu kan baru satu tahun berjalan. Terus satu UPT A itu membawahi ex

UPT I, 2 dan 3 kemudian yang UPT B membawahi ex UPT 4. P : UPT 4 itu membawahi pasar saja mana pak?

N : Pasar Rejosari, Pasar Andong, Pasar Jetis, Pasar Banyu Putih, Pasar Cengek dan pasar sayangan. Kalau UPT A membawahi Pasar Raya I dan Raya II, Pasar Ayam, Pasar Ex hasil, Pasar Shoping Tamansari, Pasar Blauran I dan II termasuk disini Los Buah dan Blok C. P : Lalu Pak Dirman sendiri menjabat sebagai kepala sejak kapan?

N : Sejak tahun 2018, aktif mei.

P : Lalu beberapa bulan kemudian, 4 UPT ini digabungkan menjadi 2 UPT… N : mulai bulan april tahun 2018 yang tadinya 4 UPT menjadi 2 UPT,

(2)

77

N : Itu kan karena adanya perwali, berdasarkan perwali. Namun perwalinya tidak ada, saya tidak dikasih.

P : Atau kalau enggak nanti saya lacak lewat web saja pak,

N : Oh nggih, monggo.. ini sambi saya cari yang lainnya omong saja.

P : Oleh karena perwali tersebut akhirnya salatiga membentuk 2 UPT tersbut. Tugas UPT itu apa saja ya pak?

N : Tugas UPT adalah itu melaksanakan sebagian tugas yang ada di Dinas Perdagangan khususnya adalah di Pasar. Spesifiknya pasar dalam hal ini meliputi pemungutan retribusi dan menajemennya tentunya dalam hal ini manjemen pelaporannya. Terus, pengawasan tugas kebersihan dilingkungan pasar dan keamanan.

P : Mengapa UPT yang semula 4 bagian digabungkan menjadi 2 bagian saja? N : Terbitnya perwali

P : Apa dirasa ada beberapa UPT ini tugasnya bisa disatukan seperti itu pak sehingga terjadi penggabungan?

N : Itu karena dasarnya permendagri, dari 4 UPT lalu adanya permendagri, lalu kita diminta untuk mlakukan beberapa kajian otomatis berkaitan dengan beban kerja yang ada di UPT prosedur tata tertib perwali yang mengatur penggabungan 2 UPT.

P : Pasar-pasar yang ada di Salatiga ini tentunya sudah ada golongan pasar. Bagaimana dengan pasar blauran I pak?

N : kelas pasar ya. Berdasarkan Perda. Perda pasar.

Ini Perwali tentang penggabungan UPT yaitu nomor 12 tahun 2018 tentang pembentukan UPTD Pasar pada Dinas Perdagangan, sotknya adalah perwali nomor 39 tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi dan Fungsi Serta Tatakerja Dinas Perdagangan.

Ini..Perwali nomor 38 tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan pasar daerah, perwali tentang e-retribusi Nomor 39 Tahun 2018

P : Oh itu juga yang saya pakai pak, dasar hukumnya..

N : Ini yang buat kan juga Satya Wacana kerjasamanya sebagai payung hukum untuk e-retribusi. Terbitnya baru tahun 2018 Cuma berlakunya e-retirbusi lebih awal, dilaunching pada Februari 2018, Baru satu tahun, namun didalam pelaksanaanya itu kan ada beberapa OPD yang menjadi partner kerja dari BPD yang pemegang kas masuk daerah, terus BKD itu aplikasinya, Bank Jateng itu dulu yang memberikan mensubsidi prasaran berupa kartu juga ada bantuan dari BPD, alat-alatnya juga dari BPD Artinya mesin mpos. Kalau aplikasi BKD aplikasi sudah siap, prasarana diberikan oleh bank jateng kemudian SDM nya dari Disdag. Artinya dengan pelaksanaan e-retribusi memang ada nilai plusnya adalah kita efisien tenaganya, kemudian dari segi pembayaran non tunai itu juga lebih efisien, Cuma kita memang bisa ada kendala, kita harus merubah dan melatih dari mindset para pedagang itu sendiri sebetulnya lebih efisien lebih praktis menggunakan non tunai itu. Ya tujuannya kan kita untuk menghindari isu-isu yang ada, artinya dipasar itu adalah sebagai untuk menghindari suara-suara publik yang negatif.

(3)

78

P : Jadi perkara kelas/golongan pasar tadi berdasarkan perda. Lalu Bagaimana awal terbentuknya gagasan e-retribusi?

N : awalnya diajak studi banding ke daerah Solo, itu dari Bank Jateng, BKD, dan Disdag ke solo kemudian setalah melihat ke sana, dari terkait ini kita termotivasi dengan pelaksanaan yang ada disolo itu. Kan itu bisa berjalan dengan baik benar-benar harus ditunjang yang pertama dari data pedagang pasar itu kalau mau berjalan baik sesuai dengan realita, yang utama adalah data pedagang. Kemudian yang kedua yang jelas itu peralatan. Prasarana karna didalam perjalanannya evaluasi itu, walaupun kecil ada kendala itupun juga dapat bisa diselesaikan lah. Artinya dengan kita komunikasi dengan dibantu BKD, BPD

P : studi banding dilaksanakan pada tahun? Dan hasilnya?

N : 2017 studi banding lalu hasilnya kita dipersiapkan koordinasi dengan Bank Jateng, BKD dan Disdag untuk merencanakan mencoba sebagai percontohan pembayaran non tunai yang dipasar apakah itu bisa. Ternyata ya juga lebih mudah menggunakan, Cuma yang susah merubah

mindset pedagang karna kan harus melaksanakan mengisi Top-Up harus ada saldo itu, itukan kita harus memberikan sosialisasi terhadap pedagang karna itu benar-banar pedagang sendirinya tidak sadar itu susah. Karena ada sebagian pedagang yang maunya ya tunai, kalau itukan mereka pedagang harus aktif membayar di Bank Jateng pada waktu dan saat itu lah. Kalau top up nya kan artinya pengisian saldo setiap bulan tanggal 7, 8 ,9 bisa dilayani di kantor UPT blauran sana. Kemudian, setiap hari senin dan minggu kedua setiap bulan bisa dilayani pada mobil keliling.

P : jadi, setelah melalui beberapa persiapan ini otomatis melalui rapat-rapat ketiga pihak ini lalu hingga akhirnya bisa terlaksana…

N : iya tetapi untuk di Salatiga bukan tak ada yang lain, selai Pasar ada pihak BKD P : jadi pelaksanaan e-retribusi ini terbentuk atau tergerak dari dinas sendiri?

N : ya dari setelah tiga OPD di itu ada studi banding ke Solo, memberanikan diri untuk implementasi e-retribusi.

P : karena saya kira itu seperti ada perintah walikota untuk mengadakan inovasi atau memang ini gerakan dari dinas sendiri?

N : munculnya dari dinas kemudian dari segi manfaat dan hal yang lain P : berarti memang dari dinas sendiri ya pak?

N : Nggih..

P : Lalu bagaimana koordinasi, pak dirman sebagai kepala UPT otomatis bapak membawahi beberapa pasar yang mungkin itu ada beberapa data pedagang yang belum rapi. Tetapi diambil ini pasar blauran I,

N : sebagai contoh pasar blauran 1 dan pasar pagi

(4)

79

N : Kalau kemarin, itu ya diawal satu bulan kemudian kita dievaluasi apa toh plus minusnya dari e-retribusi. Kendalanya ada ndak, nah tetap kendala ada yang top up tidak bisa masuk. Itu kita saling koordinasi bisa lewat face to face artinya kita lngsung ke BKD , jadi saling memberikan informasi langsung. Kamipun otomati melewati petugas penarik mengeluh ini saya langsung arahkan kepada petugas BKD/BPD yang ada. Kemarin ada juga kemarin yang di BPD sebagai coordinator kalau Mbak Asih namanya, kalau yang di BKD Mas Fajar. Yang pegang aplikasi juga yang menjalankan mas fajar.

P : Tetapi aplikasi itu apakah bisa diakses Dinas atau pihak lain pak?

N : Kalau pihak lain saya rasa tidak bisa. Itu hanya tiga pihak saja, BKD, Dinas dan BPD. Karena di UPT pun saya tidak bisa mengakses. Dinas bagian bendaharanya yang pegang.

P : Lalu setelah diberlakukan ada rapat membicarakan kendala seperti itu, hingga lahirnya sudah solusi. Saya pernah magang di dinas juga kan pak, pernah menjadi notulensi waktu rapat e-retribusi juga, nah itu memang ada beberapa masalah. Nah ketika ini saya data ke dinas lagi sebagai maksudnya sedang penelitian itu masalah-masalah kemarin saya magang sudah tidak ada lagi..

N : Inshaallah namanya kendala, sekecil apapun ada, setidaknya sudah berkurang

P : Lalu ketika proses data pedagang sudah siap lalu dicetakkan kartunya oleh Bank Jateng ? N : yang punya materialnya Bank Jateng artinya sponsor

P : Lalu bank jateng memberika kartu tersebut kepada Dinas pak?

N : Dinas memberikan datanya, lalu masuk ke aplikasi dahulu di BKD. Kemudia Bank Jateng yang mencetak kartunya kemudian diberikan kepada Dinas. Lalu Dinas mendistribusikan kartu kepada pedagang.

P : Lalu dari dinas memberikan kepada pedagang?

N : Dinas memberikan kepada pedagang lalu yang top up pedagangnya sendiri. Mungkin ini dari tanggal .., mungkin ada bisa melihat yang top up.

P : sudah pak, saya sudah lihat yang bulan kemarin.. N : alhamdulillah, sudah ada dokumennya

P : iya pak sudah. Sudah dikontak Mbak Vivi. Itu tadi kan koordinasi bapak dengan dinas. Lalu bagaimana dengan UPT sendiri berkoordinasi dengan pedagang ? otomatis kan perlu mempersiapkan pedagang untuk beralih ke e-retribusi

N : Itu kan pedagang, kalau dipasar pagi ada paguyuban pedaganag, kalau dipasar Blauran I sendiri pedagang sendiri yang pegang

P : Karena tidak ada ketua pedagangnya ya pak?

N : iya, pada saat mau ada top up petugas penarik menginformasikan atau mengingatkan itu kan sudah berjalan setiap bulan tanggal sekian sekian, pedagang sudah tahu semua. Apabila tanggal tersebut jatuhnya sabtu atau minggu ya mundur.

(5)

80

N : di pasar blauran I kita sudah sosialisasi sebelum pelaksanaan kalau didalam perjalannanya, apabila mereka ada paguyuban saya lewat paguyuban itu sekedar mengingatkan, setiap bulan kan ada sok pertemuan.

P : Bentuk pemberitahuan kepada pedagang yang akan beralih dari tunai ke e-retribusi bagaimana sosialisasinya pak?

N : Itu diawal, sosialisasi sebelum pelaksanaan bukan saat pelaksanaan. Itu berarti Sekitar tahun 2017 sampai 2017 akhir.

P : Berarti itu pedagang dikumpulkan disuatu tempat ? N : Iya di Dinas.

P : Lalu ada pemberitahuan bahwa akan diganti sistem pembayaran dengan penggunaan kartu N : itu pada pasar blauran maupun pasar pagi. Lewat paguyuban dan pedagang sendiri. Kemarin

pas launching juga ada perwakilan pedagang sama petugas penarik. P : Berarti ada berapa sosialiasi pak sebelum diberlakukan?

N : Kami tidak tahu persis karena pada waktu itu kan UPT belum digabungkan. P : Berarti data-data terkait sosialisasi seperti itu yang menyimpan Dinas ya pak?

N : iya. Itu di dinas yang mengadakan sebagai pelaksana dari dinas. Kalau upt pekerjaannya yaitu memungut retribusi setiap hari laporan ke sana lalu pengendalian, pengawasan kebersihan dan keamanan. Tiap hari ya rutinnya seperti itu. Kalau ada kegiatan istilahnya sosialisasi, tentang pembinaan pedagang itu yang melaksanakan Dinas. Kalau UPT tidak melaksanakan itu.. P : Pastinya lebih dari dua kali sosialisasi ya pak?

N : Iya

P : lalu di pasar blauran kan ada toa, itu biasanya digunakan untuk apa pak?

N : untuk pengumuman – pengumuman itu baik istilahnya formal kepada artinya dari dinas ke publik pedagang maupun untuk pedagang yang mungkin mereka mengalami sesuatu hal. Artinya orang belanja/pengunjung yang merasa kehilangan apa gitu. Kalau seperti lebaran kemarin kita seperti mengingatkan pengunjung untuk sekedar berhati-hati belanja di Pasar. Sifatnya pengumuman-pengumuman

P : Tapi kalau sifatnya pengumuman untuk e-retribusi sendiri pak?

N : Ya ungkin untuk mengingatkan top up, namanya orang ada yang lupa, mungkin unsur sengaja P : Lalu bagaimana UPT memahami e-retribusi dalam artian ketika menghadapi pedagang pasti

kan ada keluhan seperti itu pak?

N : Ya benar. Kalau yang namanya pedagang itu kan macem-macem. Seperti ya, sebelum pelaksanaan e-retribusi mereka (petugas) menarik seperti ngemis-ngemis, kadang datang trus dicuekin, kadang mreka pura-pura tidur, datang ke situ sudah ketemu lalu ijin pamit pergi kemana gitu, ada juga yang pembayaran retribusi sedikit tapi memberikan uang besar sehingga penarik kesusahan memberikan uang kembalian. Dengan adanya e-retribusi otomatis mau tidak

(6)

81

mau kan dari petugas sifatnya hanya mengingatkan untuk top up, kemudian setelah itu penarik hanya melakukan penarikan, meminta kartu dan ditempelkan di alat m-pos dan juga ada struk. apabila mereka tidak bertemu hari itu, maka otomatis akan terakumulasi walaupun mereka tidak berjualan secara otomatis saldonya akan berkurang sesuai dengan berapa hari tidak membayarnya. Kalau sudah e-retribusi kan secara otomatis.

P : Kesan dari petugas penarik memang lebih enak dengan e-retribusi?

N : Lebih enaknya jelas e-retribusi, karena adalah yang pertama menghindari suara sumbang dari publik, kae lho penarik halah paling piro sing disetorke. Kalau sudah e-retribusi kan transparansi daripada anggaran, petugas, dinas, petugas penarik dan mereka pedagang maupun masyarakat secara umum sudah terhindarkan dari isu negatif. Mau tidak mau kan pakai itu, sudah jelas.

P : jadi dari awalnya UPT terbantu dengan non tunai? N : Iya.

P : Lalu Pak Dirman selaku kepala koordinasi dengan petugas-petugas ini bagaimana pak? N : Kalau koordinasinya saya adalah sering, artinya face to face kepada petugas saja. Apakah

didalam pelaksanaan ada kendala, oke kalau lancar ya alhamdulillah. Kalau ada kendala, kendalanya apa, seperti apa lalu saya memberikan arahan, harus seperti apa. Dengan lapor kepada Dinas, paling tidak kalau bisa diselesaikan, apabila tidak saya langsung koordinasi dengan BKD, dinas, bank jateng. Tetapi, sejak 2019 saya belum menemui kendala. Kalau kemarin 2018 masih banyak.

P : Bapak menemui beberapa kendala pada saat 2018 itu, langsung bapak ajukan ke Dinas atau menunggu ada undangan rapat?

N : Kalau kemarin saya tidak menunggu ada evaluasi rapat, tetapi mereka petugas koordinasi langsung dengan saya. Begitu juga dengan evaluasi kadang satu bulan dua bulan saya sampaikan ke rapat tujuannya agar dapat segera mendapatkan solusi karena itu tidak dapat diselesaikan satu pihak. Kalau itu diselesaikan satu pihak di Disdag sendiri ini harus begini, tidak bisa karena pemegang aplikasi dari BKD . kemudian ini, di BKD sudah diperbaiki lalu di Bank Jateng tidak diperbaiki, tidak mungkin akan masuk. Jadi dari ketiga OPD harus sinkron. P : Pernahkah bapak secara langsung melaporkan kendala yang ada misal seperti alat mpos atau

hal lain?

N : Saya lebih langsung koordinasi kepada kepala Dinas, lalu kepala Dinas akan menginstruksikan kepada bidang yang menangani. Yakni bidang pasar menangani.

(7)

82

IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI

(Studi Kasus Pasar Blauran I UPT A Kota Salatiga)

Transkip wawacara dengan Bu Dian Khorina, S.E., M.M. Kepala Bidang Perdagangan

Wawancara II

Tempat : Kantor Dinas Perdagangan

Waktu : Kamis, 13 Juni 2019, pukul 14.10- 14.35 WIB

P : Bagaimana awal mula program e-retribusi ini?

N : Retribusi itu, saya masuk kesini sudah ada cikal bakalnya istilahnya, saya kan masuk kesini baru tahun kemarin (2018) dek. Itu saya masuk sini April, program e-retribusi ini sudah

dilaunching bulan februari 2018 jadi cikal bakalnya dulu itu kan ya namanya banyak hal terkait penarikan e-retribusi secara manual salah satunya untuk menghindari seperti kebocoran, kemudian transparan dari sisi keuangan akuntabilitas kan lebih valid kalau pake e-retribusi dibanding dengan pakai manual kan masih pakai karcis. Wong sekarang jamannya jaman semuanya serba transparan, praktis kita menghindari hal-hal yang berkaitan dengan itu. Kemudian dari sisi e-retribusi itu kita juga bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah-nya kalau disistem yang lama kalau tutup tidak jualan itu kan tidak ditarik retribusi, kalau pakai e-retribusi itu dia mau tutup atau tidak tutup/berjualan tetap bayar karena sistemnya pakai kartu pakai elektronik ya jadi dia sekali nggesek itu yang terhutang kemarin-kemarin belum bayar otomatis saldonya berkurang jadi dari sisi pendapatan kita bisa lebih.

P : Jadi bu.. otomatis sudah ada beberapa rapat, nah rapat disitu bu dian sendiri sudah mengikuti setelah launching ?

N : Iya setelah launching, saya masuk sini kan april. P : Sebelum ibu ada yang memegang bidang pasar ya? N : Ada, sebelum saya kan Pak Danus. Dia KPD disini to..

P : Lalu ketika ibu melanjutkan pada bulan april itu ya bu berarti ada rapat-rapat yang membicarakan tentang e-retribus berkala?

N : Iya ada, kita setiap ada kendala dilaporkan lalu dirapatkan dengan pihak yang terkait, ini satu dari Bank Jateng, kemudian kedua dari Badan keuangan Daerah (BKD) karna kan mereka terkait dengan sistemnya, jadi kan aplikasinya itu dibentuk dari awalnya dari BKD karna dari itu kan menindaklanjuti dari apa, yang sekarang gerakan non tunai itu dan kita Bank nya melewati situ jadi kita kan kartunya, jadi misal ada kendala, kartu tidak bisa digesek karna apa kan harus dicari penyebabnya dari admin di UPT itu bisa langsung ditanyakan Bank

(8)

83

Jateng bisa ditanyakan lalu dikumpulkan kartunya ke kita. Tapi kalau ada kendala yang lebih, lebih istilahnya harus dikoordinasikan dengan pihak terkait ya kita rapatkan.

P : Jadi ketika ibu menjabat sebagai kepala bidang disini meneruskan bulan april memang langsung menghadapi kendala ya bu?

N : Iya, karna kan itu ditransisi dari manual ke kartu itu dilaunching februari saya masuk april itu masih banyak , data ini belum valid, database masih simpang siur kemudian kartunya itu harus sesuai dengan data yang dilapangan sedangkan masih banyak yang belum dapat kartu, masih banyak yang kartunya dobel-dobel istilahnya satu orang punya dua kartu itu masih ada juga tu dari sisi pedagang masih banyak yang belum tahu Top Up , sosialisasinya aja masih kurang. Jadi dari sisi pedagangnya sendiri masih belum merasa wajib Top Up, kesadarannya belum ada. Jadi dia belum sadar kalau kartu itu wajib diisi, kalau tidak diisi nanti pasti akan numpuk-numpuk hutangnya retribusi, nah mereka belum paham. Begitu mereka ngisi 10 ribu ternyata hutangnya 30 ribu, itu kan tidak bisa digesek kartunya karna saldonya tidak ada. Itulah yang memang kendala dilapangan masih banyak yang seperti itu.

P : Berarti yang waktu itu mengikuti waktu itu studi banding ke solo juga Pak Danus?

N : Studi banding ke solo yang waktu awal-awal mungkin iya jamannya Pak Danus ada yang ke solo ada yang ke daerah yang sudah menggunakan e-retribusi.

P : Jadi memang bu dian sendiri belum mengikuti studi banding ke solo?

N : Belum. Tetapi saya dengan temen-temen waktu kita survey, istilahnya kita ada kegiatan berkaitan dengan pembangunan pasar saya ke solo ke jogja itu juga membandingkan penerapan retribusi disana. Di solo sudah pakai retribusi, di jogja juga sudah , jadi saya membandingkan antara Kota Salatiga dengan kota-kota yang lain. Kelemahannya dimana, keunggulannya dimana, jadi kita bisa mencari oh didaerah lain pedagang seperti ini, ada kendala seperti ini bisa nyonto lah istilahnya bisa diwaspadai.

P : Lalu bagaimana dengan koordinasi dengan ibu selaku kepala bidang pasar dengan UPT? N : Dengan UPT terkait e-retribusi, jadi gini memang e-retribusi itu memang jadi salah satu

bukan hanya bidang pasar ya jadi secara terstruktur itu kan pendapatan di sekretariat jadi, cuman kalau ada rapat-rapat terkait dengan retribusi itu kita selalu dilibatkan. Kita koordinasi dengan UPT juga sama mereka sebagai teknis dilapangan kalau saat ada rapat-rapat pasti kita hubungi jadi penarik-penarik pun kita undang, penarik sebagai orang yang menjalankan langsung dengan pedagang mengenai kartunya, penggesekan kartunya itu kan dari UPT P : Lalu sosialisasi dengan pedagang berarti Bu Dian tidak meng-handle hal itu bu?

N : Ya masih. Karna kan masih tahap launching ya waktu itu.. sampai sekarang pun masih. Karna kan e-retribusi baru diterapkan didua pasar nih. Nah untuk kedepannya pasti pasar-pasar ini akan memakai e-eretribusi, justru kita punya kegiatan bernama pembinaan. Jadi, kita disana mengundang pedagang kita sosialisasikan ini lho kendalanya e-retribusi kalo gak di top up kalau gak ngisi kartu pasti akan menumpuk utangnya. Kalau sudah menumpuk utangnya kan mereka kan repot sendiri kan harus begitu lunasi. Kaya tahun kemarin kita adakan kegiatan untuk memberikan semacam penghargaan kepada mereka yang sampai dengan tahun 2018 lunas nah itu kan sosialisasikan, ayo ayo ngisi.. biar retribusinya masuk nanti dapat souvenir.

(9)

84

Souvenirnya masuk, dari kami itu ada payung, ada mangkok, jadi bagi mereka yang lunas ya top up full bisa gesek full kita beri souvenir.

P : Total berarti ada berapa pedagang itu bu yang mendapat souvenir?

N : Kemarin aduh saya lupa, tapi lumayan mbak. Hampir semuanya terus berlomba-lomba untuk mengisi pengen dapat souvenirnya..

P : Jadi cara ini cukup efektif ya bu, untuk meningkatkan antusias dari pedagang. Kalau sosialisasi terkhusus di pasar blauran I bagaimana bu?

N : Terakhir dilakukan sosialisasi ya saat kita memberikan souvenir itu tahun 2018 akhir. Tahun ini kita belum ada lagi sosialisasi terkait e-retribusi.

P : Sosialisasi selama ini tentang apa dan bagaimana ya bu? Seperti ada berapa kali sosialisasi, terkait kendala juga hingga akhirnya pemberian souvenir bu?

N : Kita bentuknya kalau sosialisasi itu tidak bisa dihitung, jadi saat kita sedang pembinaan kita ada apa kendala apa dilapangan, kadang orang-orang ke sini pedagang membawa kartu mengeluh “bu, ini kartu enggak bisa” otomatis kita memberikan solusi ya berarti secara tidak langsung kita memberi sosialisasi. Kalau yang secara resmi ya paling berapa kali.. non formalnya sering mbak, kalau yang resmi beberapa saja. Karna mereka menyampaikan langsung ke UPT, ke penarik. “pak iki opo kok raiso” kadang penarik langsung ke dinas membawa kartu-kartu yang bermaslaah. Trus “oya nanti diperbaiki di bank jateng”. Oh ternyata kartunya rusak, oh ternyata double angka, oh ternyata mesin yang buat nggesek itu, Mpos nya rusak. Atau apa itu…

P : Bu dian selaku kepala Bidang berkoordinasi dengan UPT juga dengan Pak PLT?

N : Ya. Otomatis saya melaporkan apa yang terjadi. Karena beliau juga bertanggunjawab. Beliau juga setiap kali bersosialisasi ya memberikan arahan-arahan, masukan-masukan baik itu saat sosialisasi maupun saat rapat koordinasi dengan pihak terkait.

P : Jadi memang dengan Pak Toro selaku Plt ini bentuknya koordinasi, dan itu dilakukan secara rutin. Lalu misalnya dari dinas sendiri memahami materi e-retribusi ini secara keseluruhan sudah memahami belum? Kendala yang dihadapi sudah ditangani sesuai belum?

N : Sampai dengan sekarang, masalah yang belum diselesaikan dengan Bank Jateng ini karena Bank Jateng sebagai penyedia jasa itu masalah saldo. Jadi saldo yang mengendap, apabila digesek yauda dia hanya mengendap dikartu. Misalkan pedagang mempunyai hutang 40 ribu, dikartu dia cuman punya 20 ribu kalau dia sampai dengan saat digesek tidak bisa memenuhi sejumlah tagihan, yaitu tidak akan bisa tergesek, nah maksud dari kita kenapa tidak bisa untuk menyedot yang 20 ribu dulu kan gitu sampai dengan sekarang Bank Jateng belum bisa mengubah sistemnya. Jadi, sistem yang dipunyai Bank Jateng itu yang aplikasi itu ya bisa digesek sesuai dengan yang dibayarkan. Kadang ada kendala dari pedagang tidak mau Top Up, lha dikartuku aja ada saldo 300 ribu tapi tidak bisa tergesek kok. Sedangkan kewajiban dia harusnya 310 ribu misalkan. Aku ngisi terus tapi raiso kegesek, dia males kan gitu. Padahal sebenernya kalau sistem dirubah, jadi kan saldonya berkurang

P : Jadi Bank Jateng ini sebagai penyedia sarana dalam bentuk alat, kartu dan sebagainya atau yang handle dari sistemnya sendiri bu?

(10)

85

N : Jadi gini, itu kan saling terkait ya. Sistem juga itu dari BKD, Bank Jateng yang membuat aplikasinya nah karna ini kan kartu kita gesek uang kan langsung lari ke sana ke kasnya Bank Jateng. Jadi kan kalau manual kita tarik karcis, pedagang ngasih uang sama penarik dikumpulkan lalu taruh ke bendahara dinas, dari bendahara dinas harus setor ke Bank. Kalau lewat e-retribusi kan tidak, pedagang isi kartu, penarik menggesek kartu tersebut uang kan sudah langsung ke Bank, jadi tidak melalui Pak Bayu selaku bendahara dinas.

P : Jadi dengan e-retribusi juga disetorkan ke BKD secara online?

N : Ya langsung masuk ke Bank Jateng sebagai kasnya daerah atas nama retribusi pelayanan pasar.

P : Selama ini ibu mengalami koordinasi dengan Plt, dengan UPT ada kendala tidak?

N : Kadang kita menyamakan waktunya itu. Karna kan kalau dari Bank Jateng personilnya juga terbatas. Mereka biasanya dari seksi pemasaran, itu kan memang mereka terkendala orang juga sih sedangkan kita mau meng-klik-an tanggalnya harinya, harus sama. Tapi kalau bisa ketemua semua ya gak ada kendala sih.

P : Berarti rapat koordinasi menentukan hari mengklik- semua?

N : Kita via whatsapp aja. BKD kita tanyai mas kita mau ada rapat ada kendala gini gini, kalau klik dan bisa ya langsung

P : Apabila ibu dengan mas fajar bisa langsung melaporkan pada Plt begitu bu?

N : Tergantung juga kadang dari sini adayang gakbisa, kadang dari pihak bank nya yg bgak bisa P : Jadi kendala dari koordinasi ini menyamakan hari untuk bertemu, tapi pernah tidak bu sampai

tertunda berminggu-minggu?

N : Enggak. Kalau memang mau rapat ya rapat aja sih. Paling harinya, minggu ini bisa P : Kalau kendala mengenai orang ini tidak datang bagaimana bu?

N : Ya kan bisa diwakilkan dek, kan nanti kita juga menyampaikan dengan BKD. Ada perwakilan, kan nanti perwakilan juga bisa menyampaikan

P : Tempat rapat selalu dikantor bu?

N : Iya. Tapi pernah kita rapat di bank jateng. Mereka yang mengundang kita, P : Itu kenapa bu?

N : Itu waktu saya ke sana, bersifat informal ya karena memang kebetulan dari BKD koordinasi lagi koordinasi ke bank jateng. Kemudian mereka diskusi, terus merambah ke e-retribusi. Ya sudah kalo begitu mumpung ada teknisi yang datang untuk perbaiki sistem sana, dinas terkait diundang, Cuma calling aku “mbak ini ada teknisi dari semarang bisa gak kesini? Ini mumpung aku kesini” , “yawes aku kesana”

P : Oh sepraktis itu ya bu? Baru satu kali itu bu ? N : Saya ke bank jateng 2 kali.

P : Tapi seringnya emang di ruang rapat? N : Iya seringnya di sini.

P : Jadi kalau koordinasi terkait pedagang kan tentang sosialisasi. Itu biasanya ditempat mana saja ya bu?

(11)

86

N : Disini bisa, kan dari paguyuban ee hampir setiap satu bulan sekali kan ada pertemuan to, mereka sering juga mengundang kita. Dan pas kita dateng ya kita ngomong aja, ada kendala ini

P : Berkumpul dengan pedagang waktu itu dimana ya bu. Ibu diundang paguyuban pasar ? N : Kalo blauran, aku belum pernah dateng jadi perwakilan Pak Wir, Pak Riyanto

P : Kalau koordinasi dengan UPT sendiri ada kendala apa ya bu?

N : Dari adminnya, jadi penarik-penarik itu ini kartunya gini gini bu.. kadang lewat pak kepala atau langsung ke sini (dinas) yawes coba dibawa aja ke bank jateng, atau kalau pas mereka pengisian saldo, skalian titip mbak ini kartunya bermasalah untuk dicekkan sekalian.

(12)

87

IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI (Studi Kasus Pasar Blauran I UPT A Kota Salatiga)

Transkip wawacara dengan Bu Dian Khorina, S.E., M.M. Kepala Bidang Perdagangan

Wawancara III

Tempat : Kantor Dinas Perdagangan

Waktu : Kamis, 27 Juni 2019, pukul 08.00- 08.35 WIB

P : Sumberdaya dalam e-retribusi ini pengertian yang saya punyai ini tentang sumber daya manusianya terkhusus di dinas sendiri, lalu yang kedua tentang finansial atau dana yang ada.

Lalu yang akan saya tanyakan bagian apa saja yang ada di Dinas Perdagangan ini yang terlibat dalam e-retribusi?

N : Kalau dari sumberdaya nya 1. itu yang jelas pelaksana di lapangan yaitu petugas penarik retribusi kalau secara struktural ia dibawahnya UPT Pasar jadi baik di Pasar Blauran I dan pasar pagi itukan merupakan lingkup dari UPT kelas A secara otomatis penarik dari UPT A ada yang ditugasi untuk menarik e-retribusi kemudian secara garis besar kepala UPT itu berhubungan langsung dengan keuangan jadi bendahara ya, selain itu kan bendahara dibawah koordinator sekretariat. Kemudian secara koordinasi juga dengan bidang pasar. Bidang pasar disini juga dimulai dari saya dan staff dibawah saya juga ada kasinya terlibat dalam koordinasi tentang retribusi ini. Jadi intinya yang terlibat langsung dengan e-retribusi itu ada 3, dari bidang pasar, lalu bidang secretariat dan pelaksana itu UPT. P : Berarti kalau UPT itu kan seperti penarik dan Pak Dirman kalau dari bendahara sini hanya

Pak Bayu saja?

N : Pak Bayu kan diatasnya ada subbag keuangannya. juga diatas subbag keuangan kan ada sekretaris jadi kan sekretaris membawahi. Kan di sekretariatan ada sekretaris subbag perencanaan keuangan dan terus ada bendahara penerimaan.

P : Lalu pada bidang pasar ini sendiri bu, ibu sebagai kepala ini. Ada bagian apa saja, staff-staff yang berkoordinasi di bidang pasar?

N : Kalau dibidang kami, ada 2 kasi, kasinya ini Bu Alya Kasi Pengelolaan Pasar Tradisonal kemudian untuk Pak Warnoto Kasi Pemberdayaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. P : Jadi di bidang pasar ini ada berapa staff yang membantu Kasi?

N : Yang menangani langsung.. staff dikami, kalau staff dikami hanya sebatas tidak dilapangannya. Ya koordinasi aja, kalau dibidang pasar kemudia penyusunan kartu e-ret kita terlibat jadi permohonan dari UPT akan memohon, misal minta kartu dari UPT mohon

(13)

88

ke kita diajukan ke secretariat, nah nanti diajukan ke sekretariatmas bayu selalu koordinasi juga dengan staff disini dalam pencetakan kartu karena data kan harus divalidkan harus dicocokkan. Data ada dikami kemudia data dari Pak Bayu dicetakkan.

P : Jadi staff disini juga terlibat? Berarti jumlah staff dibidang pasar ada berapa bu?

N : Iya terlibat, di bidang pasar tidak ada. Gak punya staff, jadi secara struktural jadi Cuma Kabid, Kasi 2 tidak ada staff. Karena status mbak Nana Tenaga Harian Lepas (THL). Jadi kalau secara structural ya kita begitu, karena dulu staffnya hanya mbak alya, mbak alya promosi jadi kasi itu masih menunggu kebijakan untuk pengsisian staff disini. Nah 2 orang itu, mbak Priska dan Mbak sebenernya CPNS bidang meterologi bukan bidang perdagangan baru tapi karena disana sudah banyak staff sementara ditempatkan disini jadi statusnya membantu tugas-tugas sini.

P : Berarti misal saya ingin mendapatkan struktur di bidang pasar ini bu saya meminta ke TU ya?

N : Iya ke TU saja mbak. Ke Pak Ratno Kasubag lalu akan dimintakan ke staffnya.

P : Lalu setiap bagian itu terkhususnya bagian e-retribusi dalam bu dian menilai tentang keahlian dalam menangani e-retribusi itu bagaimana?

N : Jadi gini, jadi 2 Kasi ini memang dua-duanya terlibat kalau dari Kasi Pemberdayaan dan Perizinan mengenai e-ret dia harus mencocokkan dengan datanya dia. Apakah pedagang itu sudah mempunyai izin apakah dia mempunyai persyaratan lengkap itu dia harus validasi kemudian dari pengelola pasar kan tidak hanya mengelola fisiknya saja, namun juga harus mengetahui retribusinya berapa, pemasukannya ke bendahara itu berapa, kemudian apa-apa saja yang dibutuhkan dalam mesinnya itukan termasuk dalam ranahnya pengelolaan pasar.

P : Jadi bu dian sebagai monitoring, pernahkah bu dian merasa ada terkendala dengan mungkin menjadi penghambat ?

N : Iya kalau itu kadang gini seperti Pak War, nyuwun sewu beliau setahun lagi kan sudah purna dan dia agak gaptek. Kalau hp bisa kalau komputer gak bisa. Jadi kendalaku kalau misalkan “ini Pak dicarikan izinnya dari ini”, itu seharusnya kalau dia bisa computer bisa langsung. Kan kita punya sistem Simpasar dan bisa dilihat sudah punya izin belum. “Pak ini kartunya macet ik pie” , “itu punya siapa bu”. Harusnya dia bisa ngecek namun dia tidak bisa. Karena memang tidak ada staff khusus yang operator itu dibidang kami. P : Secara kerucut memang hanya itu saja ya bu. Kalau bu alya tidak apa-apa?

N : Kalau mbak alya sepanjang ini sih gak ada. P : Bagaimana dengan pemahaman mereka bu?

N : Ya karena pak war juga baru ya, dia lebih baru dari saya. Jadi untuk sistemnya e-ret dia belum mendalami.

P : Pak war itu masuk tahun berapa bu? N : Januari kemarin. 2019.

P : Ketika bu dian, misal ada rapat koordinasi ada beberapa hal yang harus dikerjakan. Apakah mereka langsung bisa memahami atau beberapa terkendala?

(14)

89

N : Ada sing mereka langsung mengerti, kadang ada “iki pie iki pie” tetep ada. Jadi tidak

selalu.

P : Tetapi sejauh ini aman-aman saja ya bu? N : Aman sih. Saya masih bisa back up

P : Jadi untuk hal ini bu dian memonitoring saja ya bu. Pada sumberdaya ini juga adakah yang menjamin kewenangan, keputusan yang ibu ambil, pernahkah sampai harus pertanggungjawaban karena sesuatu yang bermasalah?

N : Gak sih. Wajar-wajar saja. Kewenanagan dalam hal sampai tanggungjawab gak ada. Saya pikir biasa-biasa saja.

P : Misal didalam rapat ada keputusan, pernahkan melakukan kesalahan sesuatu sehingga membutuhkan pertanggungjawaban yang rumit.

N : Terkait dengan e-ret, enggak ada yang sampai bikin rumit.

P : Bagaimana tingkat kepatuhan para partner kerja karena didalam kepatuhan itu sendiri informasi yang didapat lalu tingkat kinerja yang mereka lakukan menjadi tolok ukur. Bagaimana tingkat kepatuhan dan kinerja mereka bu?

N : Jadi gini kalau e-retribusi kan lebih ke pelaksana, kalau kita kan cuma koordinasi saja, kalau sepanjang kepatuahnyo mereka jalan patuh aja karna kan enggak karena kita disini ranahnya cuma koordinasi, kalau pelaksanaan di UPT. Kalau kepatuhan mereka menarik ya otomatis setiap hari ya kemudia dari sana kan harus disetorkan disini karena kan mereka harus menyetorkan katakanlah 1x24 jam itu yang manual, sorry. Kalau yang e-ret kan sudah langsung masuk kas daerah secara otomatis, kan Cuma sekedar mendatangi pedagang lalu menarik karena istilahnya langsung ke kas daerah.

P : Selama ini mengenai bentuk partisipasi dari beberapa pihak. Kalau dari BKD aplikasi, kalau banknya kan mengenai kartu. Lalu mengenai dana, bagaimana alurnya bu?

N : Jadi gini, untuk e-retribusi yang dibutuhkan pertama kan aplikasi ya, ada kartu, ada mesinnya

Nah pertama dulu riwayatnya, mengenai aplikasi itu sudah dibangun dari BKD dan Bank Jateng nah itu ada MOUnya antara pemerintah kota dengan Bank Jateng disana salah satunya mereka memberikan kontribusi dari Bank Jateng berupa mesin sejumlah 2. Lalu kartu sejumlah 3000 kartu itu awalnya, selain itu juga sudah ada aplikasi yang dibentuk antara BKD dan Bank Jateng mengenai cetak kartu kemudian simpasarnya kemudian berkembangnya waktu kontribusi dari Dinas Perdagangan didanai dari APBD Kota Salatiga ada pengembangan sistem SIMPASAR (Sistem Manajemen Pasar), itu kita bisa lihat disitu, jadi “nama pedagang A kewajiban dia harus membayar sampai sekian, ada hutang belum membayar sekian”, ada disistem. Itulah kontribusi dari APBD lewat Dinas Perdagangan ya. Kedua pada 2018 kemarinlewat APBD beli mesin sendiri, kita ada mesin 3 kemudian ada kartu juga karna harapnnya kita mengembangkan e-retribusi dipasar-pasar lain untuk 2019 kita sudah punya mesin 3 dan tambahan kartunya. Itu salah satu kontribusi dari APBD ini lewat Dinas Perdagangan

(15)

90

N : Iya sudah. Kalau yang lewat Dinas Perdagangan kan 2018 itukan launchingnya 2017 sedangkan kita beli-beli itukan diperubahan ditahun 2018

P : Berarti APBD itu 2018, atas nama dana apa?

N : Masuknya ke dinas, itu nanti disana belanja modal ya ikutnya asset. Kegiatannya masuk dikami itu pengadaan peralatan, dibawahnya ada belanja peralatan e-retribusi, ada kartu, ada Mpos, ada mesin, sistem itu

P : Dana yang sudah clear ya bu? N : Iya

P : Pernah mengalami mengenai kendala terkait dana?

N : Ya kalau, tahun ini kita mengusulkan untuk menambah pengembangan aplikasi, aplikasi yang ada belum bisa melihat sampai ke laproan keuangan. Kita coba usulkan diperubahan 2019, semoga saja bisa masuk. Itu kendalanya kita butuh pengembangan aplikasi, namun belum ada dukungan dananya. Hari ini nanti kita rapat di Bapelitbang, semoga ada bisa nambah anggarannya.

P : Berarti perwakilan daRI Dinas ibu ya ?

N : Iya. Kita nanti bersama teman-teman harus memperjuangkan, kan hari ini kita DES, usulan Dinas Perdagangan itu untuk ini ini, nanti bapelitbang tim pengkaji, “aku ngusulke in 100 juta”, lalu dijawab “kamu hanya dirasionalisasi 50 juta” kita adu argument, mereka bisa menerima ya bagus, kalau tidak bisa ya di cut atau diparo

P : Jadi setiap kepala bidang yang maju ya bu? N : Iya.

P : Sebelum ke bapelitbang juga sudah ada koordinasi sendiri didalam dinas ya bu?

N : Iya ada, kita kan sudah ada surat-suratnya sebelum mengenai DES kan kita sudah harus ada surat “ini lho butuhnya sekian” mengenai usulan kita sudah buat. Dinas butuhnya sekian, ini nanti kita paparkan baru adu argument. Punyamu usul ini, oh bisa menerima. P : Berarti setiap dinas sudah ada ya bu..

N : Iya. Dinas Perdagangan dapat jatah hari kamis,

P : Selama ini, alurnya memang seperti itu? Mengenai evaluasi juga ada hal serupa bu? N : Iya. Kalau perencanaan. Bapelitbangda, kalau tingkat kota

P : Berarti mengenai e-retribusi ini juga hal serupa ya bu, koordinasi dahulu didalam dinas sendiri lalu diajukan ke bapelitbang dan saatnya rapat nanti diperdebatkan, hingga diputuskan dana sekian.. sekian.. begitu bu?

N : Iya dek, dan itu diusulkan setahun sebelumnya. Sekarang ini nanti bahas tahun 2020 tapi kemarin-kemarin kita sudah buat usulan untuk 2020. Ini kan membahas untuk DES yang benar-benar sekarang. Nanti 2020 sana sudah minta lagi, sudah ada perencanaan “2020 kamu minta mau ngapain?” terus sudah ada usulan untuk kesana, ini nanti dibahas untuk penetapan 2020

(16)

91

N : Tidak. Pak walikota nanti kalau sudah selesai. Kalau kita nanti kan sama bapelit dan teknis-teknisnya. Itukan diawali dari alurnya, asuran bank, tingkat kelurahan, kecamatan, kemudia tingkat kota, itu nanti dinas-dinas juga ada.

P : Kalau UPT pernah mengikuti rapat serupa bu?

N : Kalau UPT karna anggarannya itu ikut di… dia tidak mengelola anggaran ya kalau UPT, ikutnya didinas. Bisa ikut enggak. Cuma ya mendengarkan, terus memberikan informasi, menambahi informasi, menguatkan kita itu gak ada salahnya.

P : Tetapi tetap ada kewenangan untuk berbicara bu?

N : Ya boleh. Misal, saya dari bidang pasar ada kegiatan pengelolan revitalisasi pasar, pasar blauran , saya mau inikan karna sudah kumuh, ini ini… nah kepala UPT saya ajak. Ya bisa menambahkan argument. Ya coba UPT A sebagai pelaksana, ya benar pasar ini sudah kumuh dan ini ini…

Anggaran kan terbatas ya, setiap kota turunnya dibagi-bagi ke dinas, jadi tidak semua diakomodir, kan ada skala prioritas jadi mana yang perlu, mana yang penting, diakomodir. Kalau kita bisa memperjuangkan dan kalau itu benar-benar dibutuhkan ya,

P : Mengenai e-retribusi sendiri pernahkah mengalami perdebatan a lot mengenai dana yang akan diturunkan?

N : Ya debat biasa aja sih. Ya lumrah lah kita. Ya kemarin sempat yang 2019 kemarin kita didrop usulkan berapa, Cuma didrop 20 juta

Ya mungkin pemikiran mereka, pengembagan sistem tidak membutuhkan dana yang banyak.

P : Kalau sistem hanya bisa diakses untuk BKD dan Bank Jateng saja ya bu? N : Kalau simpasar ya cuma terbatas dikami.

P : Kalau aplikasi e-retribusinya hanya BKD dan bank jateng?

N : Untuk e-retribusi hanya bank Jateng dan BKD, saya gak bisa masuk. Saya hanya bisa yang Simpasar.

(17)

92

IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI

(Studi Kasus Pasar Blauran I UPT A Kota Salatiga)

Transkip wawacara dengan Octavia Indra Trisnawati

Admin UPT A Pasar Blauran

Wawancara IV

Tempat : Kantor UPT A Pasar Blauran

Waktu : Jumat, 5 Juli 2019, pukul 08.10- 08.59 WIB

P : Tugas mbak vivi sebagai admin apa saja?

N : Mengenai e-retribusi ya. Nek aku cuma admin, jadi lebih ke aplikasi jadi kalau ada balik nama, pergantian data itu baru aku yang meng-update

P : Ada tugas lain lagi mbak? N : Itu saja dek,

P : kalau misal setelah dari penarik mendapatkan uang retribusi mbak vivi ada tugas lain? N : Enggak dek kan sini udah e-retribusi. Jadi belum menarik retribusi masih free cuma sini

saja.

P : Berarti untuk e-retribusi mbak vivi sebagai admin hanya menangani aplikasi pergantian balik nama saja?

N : Bagian data saja

P : Lalu dulu waktu saya masih magang di Dinas Perdagangan. Mbak vivi pernah bolak-balik ke Bank itu?

N : Itu kan dulu, sekarang Bank nya uda ke sini

P : Jadi tidak ada secara tertulis atau SOP yang dilakukan mbak vivi itu? N : Sekarang aku yang minta Bank ke sini dek setiap bulan. Udah tertib sih

P : Untuk top up nya itu ya mbak. Terus bagaimana koordinasi admin dengan petugas penarik,koordinasi terkait apa saja?

(18)

93

N : Tentang e-retribusi ya. Nek aku ya berjalan apa adanya sih P : Oh, misal tentang rapat begitu mbak?

N : Kemarin kita habis rapat yang dari café ole itu kita kan evaluasi aja. Dari UPT kepala UPT, pihak Bank. Soalnya kan tahun lalu masih banyak yang mengendap

P : Itu kemarin yang data siapa saja mbak? N : Semua pihak. Bank, BKD, Disdag P : Kalau UPT diwakilkan siapa mbak?

N : Aku sama penarik dan kepala, kepala dinas, pak bayu

P : Kalau misalkan dalam e-retribusi ada kendala sesutau gitu ya mbak vivi tau dari penarik gitu, mbak vivi katakan langsung ke dinas atau ke kepala?

N : Aku adanya siapa langsung ngomong. Ya dari kepala UPT dulu. Kalau belum ada solusi kan, aku langsung ke pak bayu

P : Biasanya langsung ke pak dirman ya mbak?

N : Kalau ke bidang pasar aku not responding, makanya aku langsung ke Pak Bayu P : Kalau ke UPT, pernah mengeluhkan kendala apa mbak?

N : Apa yaa, kalau seumpama gak bisa ditarik kemarin, soalnya kan kalo kurang 1 rupiah kan tidak bisa ditarik.

P : Itu yang baru saja terjadi, kalau yang sudah lama terjadi mbak? N : Ya evaluasi.

P : Secara keseluruhan admin yang bertugas sudah mengetahui materi e-retribusi secara mandalam?

N : Ya tahu.

P : Pernahkah mbak ada kendala didalam UPT lalu beberapa minggu atau sampai sekarang kendala tersebut belum ditangani?

N : Ya paling yang pedagang yang malas bayar dek

P : Kemarin, kata bu bidang pada akhir tahun ada pembagian souvenir yang sampai akhir tahun. Itu pihak UPT sebagai apa mbak?

N : Penyedia tempat aja,

P : Jadi menurut mbak Vivi siapa saja yang berperan dalam e-retribusi? N : Dari UPT, kepala UPT , adminnya sama petugas penarik

(19)

94 P : Penarik ada 2 orang ya mbak

N : Iya, pak Suud dan Pak Yono

P : Lalu bagaimana intensitas koordinasi mbak, baik dengan kepala UPT ataupun dengan penarik. Lebih sering mana sih mbak vivi melakukan koordinasi?

N : Petugas penarik, kan yang setiap hari ketemu.

P : Terkait dengan kartu-kartu, tentang hal apa mbak, hanya tentang kendala kartu sajaaaa atau?

N : Kendala kartu, kartu hilang, kartu rusak,

P : Yang waktu itu mbak vivi membantu pak Suud untuk menghitung uang yang akan di top up itu mbak?

N : Kan pedagang titip kartu, satu pedagang mempunyai 3 kartu. Seumpama dititipi uangnya 150 ribu dan sesuai dengan tagihan tiap kartu itu, makanya aku bagi dek. Nanti 150 itu ben

bisa nutupi gitu lho..

P : Ada hal lain lagi dibicarakan dengan tugas penarik mbak? N : Enggak sih.

P : Kepada kepala UPT mbak?

N : Kalau ada kendala saja. Paling sama ini sih, aku nginfo top up tanggal berapa aja, hari apa saja. Info buat pasar pagi, kadang kan pasar pagi top up disini juga. Biasanya juga mobil keliling itu sih.

P : Oh kaya samsat keliling ya mbak? N : Iya.

P : Waktu dahulu Pak Danus, mbak vivi sudah disini ya? N : Yang bikin e-retribusi itu kan Pak Danus.

P : Ada gak mbak catatatan atau notulensi tentang sosialisasi di UPT? N : Enggak dek.

P : Data seperti itu bisa didapat dimana ya mbak? N : Di bidang pasar dek.

P : Berarti selama ini, kalau akan sosialisasi pihak UPT memberi tahu saja begitu ya mbak N : Iya

(20)

95 N : Perwakilan. Di induk pernah, januari tahun 2018

P : Kalau di UPT yang lebih mengetahui tentang pedagang ya mbak, nah itu langsung semua ikut retribusi?

N : Iya karena kan kita kemarin validasi, banyak yang gak aktif ada yang udah enggak jualan P : Validasi itu jarak berapa bulan setelah launching ya mbak?

N : 1 februari sudah harus pembagian kartu e-ret. Aku keliling sama pak suud (petugas penarik) kan dia yang lebih tahu nama pedagang ini, pedagang ini. Ada yang namanya ganti tapi belum ngurus. Belum valid banget. Kan ini juga kan dadakan to, februari sudah harus. Gelem gak gelem dikei sek kertune, gantine sesuk

P : Sisa berapa kartu ya mbak?

N : 100 an. Yang bisa dilihat dari pak bayu. Ketahuan to yang rajin bayar sama yang gak rajin bayar. Sing aktif atau enggaknya kan.

P : Kalau ingin melihat awal mula pemakaian e-retribusi lalu perkembangan ke bulan selanjutnya berapa?

N : Justru kalau pas diawal gitu semuane kayak rutin bayar, tapi kendalanya makin lama makin banyak yang gak bayar

P : Adakan juga pedagang lain yang membujuk untuk tidak rajin membayar.. kalau data seperti itu dapatnya dimana ya mbak, disdag ya?

N : Iya disdag, kalau disini data aja. Kalau aktif berapa yang enggak berapa P : Mengenai sumber daya mbak, terkait jumlah staf yang bekerja?

N : 19 orang dek

P : Bentuk peralatan yang diterima UPT itu apa saja ya mbak?

N : Kalau aku sih aplikasi ya, karena online ya. Kalau penarik Mpos itu P : Itu peralatan didapat dari bank atau dinas mbak?

N : Penyaluran dari dinar tetapi dari bank jateng P : Awal mula diberi ya jumlah segitu mbak? N : Mpos 1, mbak vivi komputer 1

P : Pernah terkendal kekurangan peralatan begitu mbak?

N : Tidak dek. Terkendala jaringan aja sih. Jaringan lagi gangguan kan gak bisa menarik juga P : Lalu pernah UPT berwenang atas dana mbak?

(21)

96 N : Tidak.

P : Jadi bentuknya hanya peralatan. Lalu tentang aplikasi itu ada kendala apa mbak? Mungkin eror dari sananya?

N : Mungkin kalo eror yang pernah mengalami Raya 1. Cuma kalau aku enggak. Kemarin kan di –upgrade kayae, kalau di upgrade kan gak bisa buka Cuma aku juga pas lagi gak butuh P : Itu bulan apa mbak, waktu di upgrade?

N : Bulan uda lama, sekitar 6 bulan lalu. Itu untuk terbitan kartu baru. Itukan aku Cuma kaya bikin surat permohonan ke bidang pasar untuk mencetak.

P : Tertera data apa saja ya mbak?

N : Ada, itu kan prosedurnya mbak nana yang cetak dan aku mengajukan hampir 6bulan tuh enggak dicetak-cetak, ternyata aplikasinya upgrade. Kemarin juga sudah dievaluasi, Cuma kalau sekarang gatau ya

P : Itu ketika mereka tidak bisa mencetak ada laporan

N : Kemarin ada bilang gak bisa. Cuma kita butuh kejelasan, namane pedagang kan mesti tagiha e semakin banyak to. Terus aku langsung aja ke BKD sing ngurusi itu kan,

Nih contohnya, aku bikin surat pengantar to, ada atas nama, terus persyaratan surat keterangan kehilangan kalau kartunya hilang.

P : Persyaratannya surat kehilangan aja mbak dari polres?

N : Kalau kartunya hilang, iya. Sama surat ijin dari dinas. Biasanya tak lampirke nek sing ada lho.

P : Sebelumnya, mbak vivi meminta kepada pedagang untuk menyiapkan persyaratan-persyaratan?

N : Iya. Bu ini ada syarat mengumpulkan ini ini.. kalau ini kan dia balik nama, dari nama kabah menjadi ke paryanti. Dia ada bukti juga bukti surat e. (sambil menunjukkan surat dibendel)

P : Jadi sebelum balik nama atau cetak kartu ada syarat-syaratnya ya mbak?

N : Kalau balik nama kan belum bisa, kalau kita kemarin kan karna kita kemarin februari sudah harus bagi kartu jadi pake data lama, ada sing namane belum diganti gitu gitu..yawes

terpaksanya kamu pake ini dulu besok kalau bisa nunjukin bukti baru… P : Berarti persyaratan itu surat ijin hanya yang ganti nama ya mbak?

(22)

97

N : Ganti nama sama kartu hilang, pokoknya kalau cetak baru tak suruh ngelampirin. P : Jadi kartu baru sama kehilangan itu syaratnya sama mbak?

N : He em, melampirkan surat. Ganti nama kan, kartune ini kan. Tak kasih kartu sementara trus ini tak foto dulu namanya ini. Minta diganti.

P : Jadi mbak vivi sebagai admin ada pekerjaan begini juga ya… N : Iya. Membuat surat permohonan, surat pengantar.

P : Lha respon pedagang tentang kartu belum jadi?

N : Begitulah, tetapi kemarin yang kartu gak jadi-jadi itu tak tarik manual. Ditarik manual, kwitansinya seperti ini. Nama, besar retribusi. Habis itu tak kasih ke dinas terus ke BKD. P : Kwitansi ini mbak vivi dapat dari?

N : Dari dinas, ini fasilitas. Kwitansi terdiri dari wana putih,kuning, . nah yang putih ini buat pedagang, sing ini tak setorke ke dinas, sing ini buat arsip aku

P : Ada berapa pedagang yang mbak vivi Tarik menggunakan kwitansi ini?

N : Cuma dua, ini buat kartu e-ret pedagang yang bermasalah dan belum bisa dicetak. Nanti kalau udah jadi kan aku konfirmasi sama IT ne to.

P : Jadi IT nya itu dari BKD atau Bank Jateng? N : Ini beda lagi, STI namanya.

P : Khusus IT tentang e-retribusi ya mbak. Pihak ini kemarin rapat evaluasi juga ikut mbak? N : Iya

P : Berarti ada pihak UPT, Dinas, Bank, BKD, STI dan pedagang mbak? N : Pedagang gak ikut.

P : Bagaimana tentang Dinas menyampaikan pesan, menyampaikan jawaban atas keluhan atau pengaduan dari UPT selama ini?

N : Yaa biasane nek aku menyampaikan ke bidang pasar ya, kan proyeknya bidang pasar to, Cuma karna mungkin bu dian orang baru tadi, tidak pernah ada solusi. Jadi aku larinya ke bank jateng atau BKD kadang. Gimana carane biar cepet ditangani soale kan pedagang juga butuh kejelasan. Semakin hari kan tagihan semakin banyak.

(23)

98

N : Ya kadang saya ke bu dian, ini bu. Terus dijawab ya nanti tak tanyake nanti tak tanyake. Aku pergi ke phak BKD malah ditangani langsung, atau pihak Bank jateng malah langsung ditangai. Kaya kemarin aku ngeluh, mbak ini kartunya . terus dibawa sama bank jateng Cuma kemarin ada 1 sing ini gak bisa..rusak, harus dibawa ke BKD, mas fajar. Terus mas fajar tanya ke STI ne sek

P : Tapi kan sudah proses ditangani ya mbak, jadi ada beberapa momen bu dian belum merespon akhirnya mbak vivi ke BKD atau Bank Jateng.

N : Sebenernya, bukan tugasku ya. Tugasku Cuma pergantian data. Cuma kalau aku gak gerak kayak gitu juga gak jalan.

P : Berarti ada tugas tambahan buat mbak vivi sebagai admin.

N : Emang ada yang urgent, terbiasa bayar setiap hari to nek manual. Nek sebulan sekalian berat. Tapi sebenere nek aku tugas tambahan gitu resikone bawa uang pedagang terus akhirnya takut pungli atau gimana.

P : Peran-peran seperti itu dinas juga sudah tahu mbak?

N : Kan karna aku merangkap, dipanggil pihak bank jateng. Ya alesane dari bank e P : Tapi mbak vivi kalo ke dinas sring ke bu dian atau bu alya?

N : Soal e-retribusi selama ini? P : Iya mbak

N : Enggak pernah. Langsung ke pak bayu

P : Kalau mengeluhkan ke bu dian pernahnya kapan mbak? N : Pas ketemu aja, aku nyampekne Cuma hampir gak pernah.

P : Dari waktu aku magang tahun lalu, itu mbak vivi sudah merangkap tugas-tugas seperti ini mbak?

N : Iya. Tahun lalu aku yang masih wira-wiri ke Bank itu. Aku merasa, kok kerep tombok

soale kan pedagang Cuma titip titip karna banyak to, penarik bingung asal dimasukne aja ternyata uang Cuma 10ribu diomonge 25 ribu, banyak sing kayak gitu lho terus diprotes. Uda lah kok malah aku sing tombok, uang palsu juga pernah 100 ribu pas meh lebaran kemarin

(24)

99

N : Iya. Aku kesel pak akhirnya ndak usah we (bilang kepada petugas penarik). Jalan sak-sak’e ra jalan enggak yo sak-sak’e daripada kita yang repot dan bukan tugas kita.

P : Mbak vivi selama ini mengeluh seringnya ke pak bayu ya? N : Iya.

P : Demokratis pak Dirman sebagai kepala mengenai yang dirasakan mbak vivi?

N : Pak dirman gimana ya, jarang ketemu juga, jadi jarang bahas, soal retribusi juga. Cuma nek pas rapat, “apa vi kendalane?”

P : Jadi Cuma sebatas formal aja ya mbak? N : Iya

P : Kalau misal dari dinas, diluar rapat pernah berbincang-bincang? N : Enggak dek.

P : Apakah ada SOP tentang UPT ini?

N : Mungkin seharusnya ada ya, cuma aku sendiri juga belum tahu. P : Seberapa bentuk kendali dari Pak Dirman ke UPT mbak?

N : Malah gimana ya dek, kemarin ada pedagang yang dari awal tidak membayar, terus ngmong ke pedagang lain, nah pedagang-pedagang lain jadi ikut-ikutan. Kemarin aku ngeluh langsung ke Pak Toro, terus bilang yawes mbak besuk pas rapat. Kita e-retribusi rapat sendiri aja

Itukan soale, bukan kendala dari Bank atau dari mana ya maksudnya diberi peringatan yang lebih apa gimana gitu. Cuma, kan pedagang luweh luweh wae,

Terus aku bilang Pak Toro, kalau surat aja kaya kurang mengena, kecuali los atau kiosnya diganti orang. Mungkin kerjasama sama satpol. Maksudku biar kaya ada efek jeranya gitu P : Itu kapan mbak vivi ngomongnya?

N : Ya baru minggu-minggu kemarin, nanti mau ada rapat lagi, ya tadi mbahas yang itu. jadi ada jawaban nanti

P : Berarti mengenai kendala itu saja ya mbak?

N : Pie ya aku agak sebel e sama bidang pasar itu, dulu jaman e pak danus (mantan kepala bidang pasar), kalau bisa cepet ya cepetke aja. Trus aku cepet, maksudnya kalau kita bisa ngasih pelayanan cepet ngapain lama. Aku langsung ke pak danus, minta cetak minta cetak, nek sing sekarang enggak, aku udah berusaha ngurusi pedagangnya biki cepet, itu

(25)

100

hari itu juga langsung tak setor lho dek, buk ini diurus, habis ngurus dari polres langsung tak urus buat nyetak aku langsung nyari tanda tangan pak dirman tak bawa ke sana, ini sampai 6 bulan aku belum dicetakne.

Sebenernya mereka minta kita cepet, tapi dari sananya yang lama. Nanti ada apa-apa yang disalahne sini, maksudnya kan dari pedagang kita yang belum ngurusne.

P : Apalagi penarik yang dapat marahan pedagang

N : Wah dulu kalau sebelum retribusi, kalau kita baik sana juga baik dek. Tapi semenjak e-retribusi ini enggak. Kita banyak musuhe

(26)

101

IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI

(Studi Kasus Pasar Blauran I UPT A Kota Salatiga)

Transkip wawacara dengan Pak Sudirman, S.E.

Kepala UPTD A / Pasar Blauran I

Wawancara V

Tempat : Kantor UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pasar Raya I

Waktu : Selasa, 11 Juli 2019, pukul 10.00- 10.27 WIB

P : Selama bapak menjadi Kepala UPT A, jumlah staff yang bekerja berapa ya pak? N : Seluruh di UPT A total 80 orang (terdiri dari penarik, admin, petugas kebersihan dan

petugas keamanan)

terbagi menjadi 3 kantor (Pasar Blauran I, Pasar Raya I dan Pasar Raya II) Untuk khusus di Pasar Blauran I, total 19 orang (terdiri dari 1 orang admin, 3 penarik retribusi, 7 orang petugas keamanan dan 8 orang petugas kebersihan )

P : Terkait sumberdaya yang terkait e-retribusi, peralatan ini kan UPT kan sudah menerima ya pak itu didapat dari?

N : Kemarin kan yang jelas, materialnya alat sama kartu itu kan kerjasamanya adalah Mpos sama kartu e-retribusi dibiayai kalau tidak salah oleh BPD, itukan ada 3 OPD yang menangani, Bank Jateng kemudian dinas perdagangan kemudian BKD, terus yang 1 STI

nggih.

P : Yang dipegang UPT selain kartu dan Mpos apakah ada alat lain lagi pak? N : Tidak ada.

P : Kalau untuk mengakses aplikasinya .. N : Itu di dinas, UPT tidak ada

P : Jadi hanya dinas yang berwenang untuk meng-akses aplikasi itu pak? N : Iya.

(27)

102

N : Iya, kartu dipegang oleh pedagang dan alat Mpos dibawa oleh petugas penarik.

P : pasar yang sudah menggunakan e-retribusi kan ada pasar pagi dan pasar blauran 1, pasar pagi itu mengikut UPT sini (Pasar Raya I) ya pak?

N : Iya.

P : Setiap UPT diberi berapa Mpos ya pak?

N : Tidak setiap UPT, kemarin kan sebagai proyek hanya pasar pagi dan blauran 1. P : Pasar blauran 1 memegang alat Mpos berapa ya pak?

N : Hanya 1

P : Berarti kendala..

N : Kalau kendala jelas ada, kalau di tap, itu kadang suka eror artinya tidak bisa untuk nge

tap,

P : Tapi kendala mengenai kurangnya peralatan pak? N : Sementara ini belum. Ya katakanlah cukup lah.

P : Berarti pembagian peralatan ini sudah ada rapat sebelumnya pak?

N : Sejak awal. Peralatan kan tetap lewatnya dinas ya, jadi tidak langsung. Lewat dinas dulu, baru dinas diberikan kepada UPT

P : Saat penyerahan seperti itu ada penyerahan secara resmi atau?

N : Kami tidak tahu persis ya, karena waktu pertama launching saya belum disini P : Lalu mengenai dana pak, apakah UPT berwenang tentang dana e-retribusi? N : Tidak ada, bukan kewenangan UPT… UPT hanya menerima sarpras P : Bapak sebagai kepala ini bertugas apa saja pak mengenai e-retribusi ini?

N : Melaksanakan pembinaan terhadap petugas pemungut, petugas kebersihan dan keamanan dan admin. Termasuk juga pemantauan pelaksanaan pemungutan, keamanan, juga

kebersihan.

P : Otomatis sebagai kepala juga, bapak pernah memutuskan sebuah keputusan, keputusan apa itu pak?

N : Nggih, kalau memutuskan yang sifatnya ringan, itu yang sering yang jelas kaitannya dengan kebersihan yang ada disini, kan itu menjadi kewenangan kalau yang lain-lain saya kira itu bukan karena kami bukan pengambil keputusan kebijakan. Kalau itu sudah lain kewenangan, kalau disini kami sifatnya pelaksana operasional saja

(28)

103

P : Lalu bagaimana tingkat kemampuan dari dinas pak, ketika awal menyampaikan materi yang bapak ketahui, atau bapak merasakan mereka (dinas) dalam penyampaian materi seperti kurang sehingga ketika disampaikan kepada UPT, UPT merasakan ada

kekurangan informasi.

N : Kalau hal itu seperti yang saya katakan dari awal saya tidak tahu karena pelaksanaan itu saya belum masuk, akan tetapi saya kira itu dari tahapan dari pertama yang dilaksanakan adalah pendataan pedagang dan tentunya sosialisasi pelaksanaan e-etribusi

P : Rapat-rapat yang sudah terjadi, bagaimana tingkat setiap pihak ini menyampaikan pendapatnya pak? Tingkat demokrasi mereka pak, selalu memantau atau biasa saja N : Ya kalau pelaksanaan e-retribusi kan itu istilahnya pembayaran non tunai itu kami ya

hanya mendapat laporan dari petugas artinya itu kendala-kendala yang ada dari petugas ataupun dari pedagang, suatu contoh, pada saat tap, sok kadang mengalami eror, kemudian ada juga laporan dari pedagang pada saat top up, tidak bisa masuk saldonya. Kalau yang lain-lain saya kira kami tidak.

Saya tidak menggunakan aplikasinya itu nggih, saya tidak tahu. Yang tahu hanya bendahara penerima, setiap harinya. Kalau saya kan tidak tahu, sementara ini kan kami tidak bisa.

P : Misal ada kendala ini pak, lalu bapak menyampaikan kepada dinas, bentuk pemantauan dinas ini rutin ditangani atau rutin dijawab bapak merasa sudah cukup atau belum? N : Kalau saat evaluasi, saya mesti sampaikan ada kendala-kendala dilapangan saya pasti

sampaikan yang ada kaitannya dengan e-retribusi mesti saya sampaikan di forum rapat. Kalau yang bersifat yang segera mungkin ganti nama kartu hilang kan emergency, seperti bi Blauran kan sering mbak vivi bawa surat pengantar kartu ini hilang minta untuk segera diganti, minta ini untuk segera balik nama. Itu emergency sifatnya.

P : Tingkat petugas penarik mengeluh terhadap mengenai e-retribusi seberapa sering pak? N : Kalau seberapa sering, tidak. Akan tetapi ya itu mesti ada, karna ada beberapa pedagang

artinya yang menunggak kemudian diberikan surat oleh dinas. Diberikan teguran, pakai surat teguran kita pakai surat secara formal dari Pak Bayu itu.

P : Biasanya memang terkait apa saja pak keluahan dari penarik

N : Kalau keluhan tidak begitu, yang jelas itu kita saling komunikasi. Kalau ada kendala seperti ini, yang jelas itu saling berkomunikasi kaalu kendala seperti ini saya harus

(29)

104

hubungi ke siapa nya. Dinas dalam hal ini, BKD lalu BKD akan berkoordinasi dengan Bank Jateng juga STI sehingga dapat menyelesaikan hal itu.

P : Berarti rapat evaluasi dihadiri oleh pihak-pihak ini pak? N : Iya. BKD, Bank Jateng, STI, Dinas dan UPT

P : Dinas dalam halnya menyelesaikan kendala, sebagaimana yang diinginkan. Bagaimana penyelesaiannya pak?

N : Penyelesaian itu kerjasama dari OPD ini tidak bisa diselesaikan dari disdag tok, BKD

tok, karena jika hanya 1 pihak itu tidak bisa menyelesaikan. Karna saling terkait. P : Adakan SOP yang mengatur tentang peran kerja untuk UPT.

N : Itu SOP yang menaungi ini ada, tetapi tidak ada di saya. SOP dalam hal ini, kalau tidak salah yang punya BKD.

P : Berarti BKD mempunyai SOP yang mengatur tentang peran kerja UPT, Dinas dan pihak lain pak?

N : Iya. Kerjasama atas pelaksanaan e-retribusi. Karena kan kerjasamanya dengan STI, Bank Jateng, BKD.

P : Seberapa kendali dinas kepada UPT terkait kendala?

N : Gak mungkin kendala itu muncul dari atas, kalau kebijakan dari atas, kalau kebijakan dari bawah. Yang saya sampiakan tadi, kartu tidak bisa di tap, eror tapi 2/3 hari kedepan bisa. Masalah pengisian saldo. Top up, kadang juga ada apa tidak bisa masuk tapi dilain hari masuk, ganti kartu hilang menurut saya butuh waktu. Karena membutuhkan material P : Sejauh ini masih aman-aman saja ya pak.

N : Ya sementara ini. Ya masih bisa berjalan lah.

P : Lalu bagaimana cara bapak mengendali atau memantau kepada petugas penarik atau kepada petugas yang lain.

N : Kami setiap hari selalu komunikasi, berhadapan dengan mereka petugas, menanyakan bagaimana pelaksanaan e-retribusi apakah sudah berjalan lancar… juga kendala. Mereka ya mengatakan berjalan dengan lancar

P : Kalau ternyata petugas penarik blauran saat ini ada kendala begitu, dan bapak sedang berada dikantor UPT Pasar Raya 1 itu berarti petugas penarik ke kantor sini (Pasar Raya 1) dulu pak?

(30)

105

N : Ya bisa kita lewat HP. Lewat mbak vivi juga. Seperti kartu hilang kita solusinya gimana, kita koordinasi

P : Lalu bentuk penyelesaian dari bapak, diarahkan kepada dinas atau..?

N : ya seperti itu. Kalau kita cepet ya, kita menggunakan non formal tidak memakai surat kita langsung komunikasi ke dinas, kita langsung atau mungkin juga ke BKD. Jadi kita tidak harus menggunakan hal yang formal memakai surat kalau memang itu, memakai surat jadi kita pakai pendekatan manual agar masalah itu segera selesai

P : Mengenai e-retribusi, adakah kendala yang baru-baru ini bapak terima? N : Sementara ini belum.

P : Mengenai pedagang yang nunggak, sehingga harus mendapat surat peringatan. Berarti petugas penarik menginformasikan kepada bapak?

N : Itu kan dari dinas, yang tahu dinas baru membuat surat, disampaikan kepada UPT lalu UPT memberikan kepada yang bersangkutan

P : Dinas mengeluarkan surat ini berdasarkan ? N : Hasil dari keuangan pak bayu

P : Sepengetahuan bapak ada berapa surat yang diturunkan untuk pedagang yang menunggak bapak?

(31)

106

IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI

(Studi Kasus Pasar Blauran I UPT A Kota Salatiga)

Transkip wawacara dengan Pak Drs. Danus Kustianto., M.M Mantan Kepala Bidang Perdagangan

Wawancara VI

Tempat : Kantor Bapelitbangda

Waktu : Rabu, 17 Juli 2019, pukul 11.50- 12.12 WIB

P : Awal mulanya e-retribusi itu bagaimana pak?

N : Awalnya saya didorong inovasi dari temen dibagian organisasi, jadi pemerintah daerah caranya memberikan pelayanan itu dengan inovasi ada efektivitas, jadi ada efisiensi juga semacam itu terus kemudian kita melaksanakan e-retribusi. E-retribusi itu juga secara mencontoh, kami itu tidak murni istilah itu ATM Amati, Tiru, Modifikasi kalau dikami itu mencontoh kota Surakarta di Solo itu sudah melaksanakan e-retribusi pasar dan e-parking nah kami mencontoh yang e-retribusi pasar. Kalau di Solo itu tidak mobile, jadi ADC-nya itu dalam bentuk lemari jadi ditempel.

P : Itu pedagangnya sendiri pak?

N : Pedagangnya dateng ke tempat kaya lemari it uterus ditempel. Kalau yang ini pedagangnya yang didatangi, pakai Mpos

P : Waktu itu pasar mana pak yang didatangi? N : Pasar Pagi dan Pasar Blauran I prototype nya P : Kalau yang di Solo yang didatanginya?

N : Pasar Depok. Kami datang ke sana dengan kepala Dinas dan BKD, Bank Jatengnya juga. Kami melihat, lalu apakah bisa diterapkan.

Kemudian kami, melaksanakan inovasi itu.

Saya juga terimakasih teman-teman bagian organisasi di Setda tempat Pak Suryo dulu jadi terpacu untuk memberikan pelayanan.

(32)

107

N : Iya. Inovasi harus tahun 2017. Terus itu dipamerkan kan di lapangan Pancasila, dan dinilai ada juaranya. Tapi waktu itu e-retribusi tidak dapat nominasi, yang dapat nominasi itu capil kaitannya dengan pelayanan ktpp.

P : Pihak siapa saja pak yang terkait?

N : Itu dari Dinas Pasar ya, Dinas Perdagangan, kemudian dari Bank Jateng terus kemudian ada paguyuban, bener kamu BKD tadi pengelolan keuangan daerah itu yang memberikan mensupport kaitannya dengan program itu. Terus kemudian pedagang, kemudian STI itu konsultannya yang bikin aplikasinya. Tapi aplikasi itu dihubungkan sama Bank Jateng, kalau STI kan mainnya didata, terus kalau yang bank jateng itu nanti masuk di data base, keluar namanya, nanti keluar kartunya. Itu dulu masih prototype, jadi mungkin banyak kelemahan disitu, makanya datanya belum valid. Kemarin ada keluhan “pak ini datanya belum valid” terus kemudian “pak ini yang megang uang nanti siapa, karena petugasnya dititipi uang” bahwasanya saya tekankan jangan main uang dipasar, makanya disini saya juga menyampaikan temen-temen gak usah main uang soalnya disitu ada namnaya cyber pungli termasuk didalamnya kepolisian itu mengendus dengan praktek-praktek itu kemudia dengan adanya, apa namanya e-retribusi nanti non tunai. Jadi petugas itu tidak membawa uang, petugas membawa ADC, MPos pedagangnya Cuma membawa kart uterus ditap Cuma sayangnya, itu dipelaksanaan ya direalisasi yang itu, pedagang mau top up, terkendala masalahnya uangnya endak bisa segera masuk.

P : Iya tapi sudah ditangani itu pak.

N : Sudah ya. Karena petugasnya Bank Jateng itu tidak mobile, jadi petugasnya duduk di bank jateng terus dititipkan ke petugas pasar, namanya mbak vivi itu adminnya.

Ya Bank Jateng yang menyampaikan program, harus melayani gitu, itukan nanti di top up 100 keluar struknya 100

P : Jadi pembagian perannya itu seperti apa pak?

N : Dinas itu bertuga sebagai sosialisasi, meyakinkan pedagang, memberikan informasi terus kemudian mengidentifikasi membangun data dan kemudian melaksanakan tertib administrasi

Kalau yang perbankan, terkait masalah uang dan aplikasinya termasuk didalamnya Kalau yang pendapatan itu penerimaan pelaporan keuangannya, jadi ada uang yang masuk ya BKD itu

(33)

108

Kalau STI menyajikan jasa, dibayar untuk membangun aplikasi P : Aplikasi ini bisa diakses disemua pihak pak?

N : Aplikasi berbasis web, nanti waktu itu saya, aplikasi bisa dibuka dimasing-masing UPT kalau nanti dilaksanakan di … bisa dilaksanakan di UPT itu, jadi kalau melayani ganti kartu bisa.

Terus kemudian terkait aplikasi itu, kepala dinas bisa membuka jumlah pedagang real time. Real time itu saat itu jumlah pedagang berapa, dimana, hari itu berapa

Tapi mungkin penyempurnaan-penyempurnaan tu petugas membawa uang aku juga ngeri. Terus sekarang gimana petugas bank jatengnya datang?

P : Iya pak. Setiap bulan tanggal 6,7 dan 8 ke UPT terus nanti pedagangnya datang ke UPT. N : Oya bagus. Berarti sudah terlaksana sosialisasi baik.

(34)

109

IMPLEMENTASI PROGRAM E-RETRIBUSI

(Studi Kasus Pasar Blauran I UPT A Kota Salatiga)

Transkip wawacara dengan Mas Fajar A. W, S. Pegawai Badan Keuangan Daerah

Wawancara VII

Tempat : Kantor Badan Keuangan Daerah

Waktu : Senin, 22 Juli 2019, pukul 14.00- 14.35 WIB

P : Bagaimana awal mula e-retribusi?

N : Jadi kan gini, posisi BKD dalam implementasi e-retribusi itu sebenarnya kan BKD sebagai instansi Pembina pendapatan daerha. Walaupun memang tidak menangani e-retribusi secara langsung tapi BKD itu punya tanggungjawab untuk memberikan dukungan teknis pelaksanaan e-retribusi harus seperti apa. Terus kemudian kenapa e-retribusi itu diterapkan adanya surat edaran dari Menteri Dalam Negeri tanggal april 2017 tentang transaksi gerakan non tunai untuk pajak daerah dan pendapatan daerah meliputi pajak dan retribusi Akselerasi mendagri untuk segera mengimplementasikan transaksi non tunai. Nah tahun 2017 april ada surat edaran itu kemudian sampai akhir 2017kita nyusun regulasi untuk penerapan transaksi non tunai di salatiga.

Dalam artian kita itu kota, akhirnya menyiapkan transaksi non tunai regulasi transaksi. Itu akhirnya, perwali itu kita 2018 bulan februari ada launching, walaupun sebenarnya ada surat edaran, sebenernya salatiga itu sudah memulai di akhir tahun 2016 untuk menerapkan transaksi non tunai untuk belanja daerah dan pajak daerah baru kemudian di tahun 2017 ada itu, kemudian kita kembangkan lagi sampai ke e-retribusi.

P : BKD diajak dalam sosialisasi ke pedagang?

N : Iya.

Referensi

Dokumen terkait

Dan pada konsentrasi limbah cair garam 30˚ Be dengan konsentrasi 50 persen diperoleh kndungan NaCl murni sebesar 15,478 persen, namun untuk kontrol yang

10 Luas areal dan produksi komoditi perkebunan pada setiap wilayah Kabupaten/ Kota di Sulawesi Utara Jenis tanaman: Pala

belajar kelompok dengan menerapkan tipe Think Pair Share, peneliti tidak memperhatikan alokasi waktu sehingga akibatnya pembelajaran berlangsung lebih lama dari waktu

Sedulur sikep Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro dalam perkembangannya mau menerima pendidikan formal. Kini,

Komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut : 1) Konstruktivisme

Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari operasi matriks dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing dimana siswa mencari kesimpulan sendiri dari data yang

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi

Gambar 1 menampilkan hasil percobaan waktu kesetimbangan, dimana dapat dilihat bahwa waktu kesetimbangan penjerapan (adsorpsi) ion Cu(II) oleh karbon aktif