• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pencucian Terhadap Residu Pestisida Klorpirifos Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) yang Beredar Di Pasar Brastagi Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pencucian Terhadap Residu Pestisida Klorpirifos Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) yang Beredar Di Pasar Brastagi Kabupaten Karo"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tomat

Sejarah budidaya tanaman tomat dimulai dari daratan Amerika Latin, lebih

tepatnya di sekitar Peru, Equator. Dari daerah inilah tanaman tomat mulai

menyebar ke seluruh bagian daerah tropis Amerika. Tidak lama kemudian orang

Meksiko mulai membudidayakan tanaman ini. Tanaman tomat mulai masuk ke

Eropa pada awal abad ke-16, sedangkan penyebarannya ke benua Asia dimulai

dari Filipina melewati jalur Amerika Selatan. Sekitar tahun 1650 tanaman ini

sudah mucul di Malaysia. Di benua Afrika penyebaran buah tomat dilakukan oleh

para pedagang Portugis yang mendarat di Mesir atau Sudan kemudian dari sana

menyebar ke Afrika Barat. Walaupun nenek moyang buah tomat berasal dari

benua Amerika ternyata tanaman ini terlambat dikenal oleh orang Amerika

Serikat. Mereka baru mengenal tanaman ini sekitar abad ke-18 sebab ketika

tanaman ini mulai masuk Amerika Serikat mendapat sambutan yang kurang

hangat. Konon kabarnya, orang Amerika Serikat menganggap tomat sebagai

cendawan beracun sehingga mereka acuh tak acuh terhadap tanaman ini, bahkan

takut untuk memakannya. Ketakutan ini berakhir ketika tahun 1820 Robert Gibon

Johnson dari kota Salem, New Hersey nekat mempertontonkan “adegan bunuh diri” di hadapan orang-orang Salem. Disaksikan oleh dua orang dokter spesialis

perut, Robert melahap buah tomat satu persatu. Dengan rasa cemas orang Salem

(2)

Sejak itu orang mulai percaya bahwa tomat bukan tanaman beracun. Bahkan

mulai menyebar secara luas dan banyak digemari oleh orang Amerika Serikat

(Yani, 1997).

Adapun Tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Diviso : Spermatophyta

Subudivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Turbiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicum

Spesies : Solanum lycopersicum L. (Nazmatullaila, 2015)

2.1.1 Manfaat dan kandungan tomat

Buah tomat memiliki potensi kegunaan yang banyak antara lain: bisa digunakan

sebagai buah meja, makanan, minuman, sayuran, bumbu masak, bahan pewarna,

bahan kosmetik dan obat-obatan. Akhir ini ditemukan bahwa buah tomat segar

dapat membangkitkan selera makan bagi penderita “aneroksia” (hilangnya nafsu

makan akibat stress) dan keroten yang terkandung didalamnya dapat menghambat

perkembangan sel kanker. Tomat tergolong sayuran buah banyak digemari karena

rasanya enak, segar dan sedikit asam, serta mengandung zat gizi berguna bagi

(3)

karbohidrat, serta mineral tertentu yang berguna bagi tubuh (Direktorat Gizi

Depkes RI, 1990), komposisi nilai gizi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Komposisi nilai gizi buah tomat segar per 100 gram buah tomat.

Zat kimiawi yang terkandung

Jumlah dalam tiap jenis

Tomat muda Tomat masak

Air (g)

Sumber: Direktorat Gizi Dept. Kesehatan RI (1990) (Andriani, 2011)

2.1.2 Hama dan Penyakit Tomat

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat adalah :

1. Ulat buah ( Heliothis armigra)

Ulat ini menyerang tomat yang masih muda, sehingga kalau buah

sudah tampak berlubang-lubang dan biasanya menjadi busuk karena

infeksi. Ulat ini diberantas dengan insektisida yang berbahan aktif

klorpirifos yang diperdagangkan dengan nama dagang, Basmiban 200 EC.

Insektisida berbahan aktif diazinon yang diperdagangkan dengan nama

(4)

2. Keong racun dan ulat tanah ( Agrotis ipsilon)

Biasanya tanaman yang masih muda menjadi sasarannya. Ulat ini

memotong dan mematahkan tanaman yang masih muda. Penyerangan

biasanya mulai pukul 5 sore, dan banyak terjadi pada musim kemarau,

kemudian bersembunyi didalam tanah disekitar tumbuhan.

Pemberantasanya secara mekanis dengan cara membunuh satu per satu,

dan dengan cara semprotan insektisida berbahan aktif klorpirifos yang

diperdagangkan dengan nama dagang Dursban 20 EC atau Hosthathion 40 EC .

3. Penyakit busuk daun

Penyakit busuk daun atau yang terkenal sebagai penyakit cacar

disebabkan oleh Phytophtora infestans. Daun-daun dan buah dari tanaman

yang diserang penyakit ini menjadi bernoda-noda hitam seperti cacar,

tidak teratur dan akhirnya menjadi kering atau busuk keras. Penyakit ini

dapat diberantas dengan bubur Bordeaux ( BB) 1-3 % dan Antarcol atau

Dithane M 45 0,2% asal belum terlambat penyakit ini dapat menggagalkan seluruh pertananaman.

4. Penyakit layu ( lanas) disebabkan oleh bakteri pseudomonas solanacearum

yang sampai saat ini belum bisa diberantas

5. Penyakit virus seperti virus keriting dan virus mosaik (blorok) yang sampai saat ini juga belum bisa diberantas

(5)

2.1Pestisida

2.1.1 Pengertian Pestisida

Peraturan menteri Pertanian Nomor : 39 /Permentan /SR. 330/7/2015

mendefinisikan bahwa pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta

jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasl pertanian

b) Memberantas rerumputan

c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

d) Mematikan atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk

e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan

ternak

f) Memberantas atau mencegah hama-hama air

g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan

h) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

(6)

2.2.2 Sifat-Sifat Ideal Pestisida

Para ahli kimia tidak henti-hentinya mencoba mencari pestisida yang ideal.

Kemajuan telah banyak diperoleh, tetapi sebegitu jauh, pestisida yang benar-benar

ideal belum ada. Dari berbagai sumber, sifat-sifat ideal yang seyogianya dipunyai

oleh pestisida adalah sebagai berikut :

1. Sifat Biologi

a) Efikasi biologis optimal (dengan kata lain efektif)

b) Takaran aplikasi rendah, tidak terlampau membebani lingkungan

c) Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD50-nya tinggi) sehingga

kurang membahayakan penggunaan, konsumen, dan lingkungan)

d) Sasarannya spesifik, khususnya untuk insektisida

e) Selektif

f) Tidak cepat menimbulkan resistensi dan resurjensi

2. Sifat Kimia Fisik

a) Tidak persisten

b) Tidak mudah menenbus kulit manusia

3. Formulasi

a) Diformulasi dalam bentuk yang mendukung keselamatan

pengguna, konsumen, dan ligkungan

b) Formulasinya cukup stabil

(7)

2.2.3 Klasifikasi Pestisida

Pestisida dapat digolongkan berdasarkan jasad sasaran, cara kerja, dan bentuk

formulasinya.

a) Penggolongan pestisida berdasarkan cara kerjanya adalah sebagai berikut.

1) Racun lambung atau perut (Stomach poison), yaitu racun yang dapat

membunuh sasaran apabila termakan. Contohnya : Kelthane, Dipel WP,

Agrimec EC, dan lain-lain.

2) Racun kontak (contact poison), yaitu racun yang dapat membunuh sasaran

dengan jalan bersentuhan dengan bagian tubuh sasaran tersebut.

Contohnya : Decis 2,5 EC, curacron 500 EC, dan lain-lain.

3) Racun sistemik (systemic poison atau systemic insecticide), yaitu pestisida

yang bekerjanya terlebih dahulu masuk kedalam tubuh tanaman.

Contohnya : Furadan 3G, perfekthion 400 EC, dan lain-lain

4) Fumigan, yaitu pestisida yang dapat membunuh jasad sasaran dengan uap

atau gasnya. Contohnya : Basamid-G

5) Attractant, yaitu senyawa kimia yang baunya dapat menarik hama.

Contohnya : metaldehydea.

6) Reppllent, yaitu senyawa kimia yang baunya dapat menghaau hama.

Contohnya : Avitrol

b)Penggolongan Pestisida berdasarkan bentuk Formulasinya adalah sebagai

berikut :

1)Bentuk Padat

a. Dust (D), yaitu pestisida yang diformulasikan dalam bentuk tepung

(8)

1. Efektif dalam keadaan kering;

2. Hasilnya hanya 10-40% saja;

3. Penggunaanya harus dengan alat hembus;

4. Kurang banyak digunakan

Contohnya: sevin 5D

b. Granular (G), yaitu pestisida yang diformulasikan dalam bentuk

butiran, yaitu mempunyai sifat

1. Umumnya sebagai pestisida sistemik;

2. Aplikasinya mudah

Contohnya ; Furadan 3G

c. Tepung (powder), yaitu pestisida yang diformulasikan dalam

bentuk tepung, dan penggunaannya perlu ditambah air.

2) Bentuk Cair

a. Emulsifiable Concentartes (EC), yaitu pestisida dengan

konsentrasi pekat, bila dicampur air, akan membentuk

emulsi.

3) Bentuk gas ( Fumigansia), yaitu pestisida yang dapat menghasilkan

gas, bau, asap, yang berfungsi membunuh hama (Rukmana, 1997)

c) Pestisida yang digolongkan berdasarkan jasad sasarannya adalah sebagai

(9)

Tabel 2.2 Pengelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT sasarannya

2.2.4 Risiko Penggunaan Pestisida Pertanian

Pestisida pertanian dan pestisida pada umumnya adalah bahan kimia atau

campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain (ekstrak

tumbuhan, mikroorganisme, dan sebagainya) yang digunakan untuk

mengendalikan OPT. Karena itu senyawa pestisida bersifat bioaktif. Artinya,

pestisida dengan satu atau beberapa cara mempengaruhi kehidupan misalnya

(10)

resiko (bahaya) dalam penggunaanya, baik risiko bagi manusia maupun

lingkungan.

1. Risiko bagi Keselamatan Penggunaan

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara

langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis.

Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual,

muntah dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi

kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.

2. Risiko bagi Konsumen

Risiko bagi Konsumen adalah keracunan residu (sisa-sisa) pestisida yang

terdapat dalam produk pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa

keracuna langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar

pestisida atau lewat rantai makanan. Meskipun bukan tidak konsumen

konsumen menderita keracunan akut, tetapi risiko bagi konsumen

umumnya dalam bentuk keracuna kronis, tidak segera terasa dan dalam

jangka panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan.

3. Risiko bagi Lingkungan

Risiko penggunaan pestisida terhadap lingkungan dapat digolongkan

menjadi tiga kelompok sebagai berikut :

a) Risiko bagi orang, hewan atau tumbuhan yang berada di tempat

(11)

misalnya, dapat diterbangkan angin dan mengenai orang yang

kebetulan lewat

b) Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran

lingkugan (tanah, air, udara) dengan segala akibatnya, misalnya

kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai makana alami,

penyederhanaan keanekaragaman hayati,

bioakumulasi/biomagnifikasi dan sebagainya

c) Khusus pada lingkungan pertanian (agro ekosistem), penggunaan

pestisida pertanian dapat menyebabkan hal-hal berikut

Bahan aktif dan berbagai merek pestisida begitu banyak dijual di

kios-kios pestisida atau toko sarana produksi pertanian. Pada tahun 1997 ada sekitar

500 nama dagang pestisida yang terdaftar pada Komisi Pestisida Departemen

Pertanian yang diizinkan untuk digunakan di bidang pertanian (termasuk

perkebunan) dan kehutanan. Persoalan pertama yang kita dihadapi ketika

memutuskan menggunakan pestisida untuk mengendalikan OPT adalah bagaiman

memilih ratusan pestisida yang ada di pasaran. Untuk memilih pestisida yang

benar, kita perlu tahu seluk-beluk pestisida, terutama yang berhubungan dengan

penggunaannya (Djojosumarto, 2009).

2.2.5 Residu Pestisida

residu pestisida adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah penyemprotan

(12)

terlalu lama bertahan pada bagian tanaman yang disemprot, akan berbahaya bagi

manusia dan makhluk hidup lainnya, karena residu pestisida akan termakan oleh

manusia saat mengkonsumsi hasil pertanian. Residu pestisida dalam bahan

makanan khususnya sayuran, selain berasal dari pestisida yang langsung

diaplikasikan pada tanaman dapat juga karena kontaminasi atau karena tanaman

ditanam pada tanah yang mengandung residu pestisida yang persisten. Jumlah

residu pestisida yang tertinggal pada tanaman (bahan makanan), tergantung antara

lain pada cara, waktu dan banyaknya aplikasi serta dosis setiap aplikasi. Waktu

aplikasi terakhir sebelum panen sangat penting karena menentukan sekali

banyaknya residu yang ditemukan pada waktu hasil dipanen. Makin panjang jarak

waktu antara aplikasi dengan panen makin sedikit residu yang tersisa pada hasil

tanaman (Andriani, 2011).

2.2.6 Cara Mengurangi Residu Pestisida

Untuk masyarakat pada umumnya, pemasukan pestisida terutama melalui

makanan. Adanya efek lanjut jangka panjang karena dosis rendah yang

berulang-ulang mengharuskan usaha penurunan tingkat residu pestisida dalam makanan

sampai tingkat yang serendah-rendahnya. Usaha ini dapat dilakukan Usaha ini

dapat dilakukan dilapangan dan penanganan pasca panen. Usaha mengurangi

residu pestisida di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Pemilihan jenis insektisida yang efektif terhadap hama, aman bagi manusia dan

lingkungan serta memiliki persistensi yang rendah, sehingga meninggalkan

(13)

2. Penggunaan dan pengembangan jenis-jenis insektisida yang baru, yang lebih

spesifik dan aman seperti insektisida biologis, Insect Growth Regulator, atraktan dan lain-lain.

3. Penggunaan dosis dan cara aplikasi yang tepat sesuai dengan rekomendasi.

4. Frekuensi penyemprotan pestisida dikurangi, hanya apabila perlu, yaitu

sewaktu jumlah populasi hama melebihi tingkatan yang merugikan secara

ekonomis (Andriani, 2011).

2.2.7 Insektisida Organofosfat

Insektisida Organofosfat merupakan insektisida yang mengandung unsur fosfor.

Insektisida ini lebih toksik terhadap manusia dan vertebrata lain dari pada

organoklorin. Insektisida organofosfat mempunyai spektrum insektisidal yang

lebih luas daripada organoklorin: dan ia adalah nonpersisten. Karena nonpersisten

ia menggantikan banyak organoklorin yang persisiten terutama DDT

(Triharso,1994).

Senyawa ini menghambat asetikolinesterse yang mengakibatkan akumulasi

asetikolin sehingga terjadi peningkatan aktifitas syaraf dengan gejala seperti mual,

sakit kepala, muntah, sesak nafas, kejang otot, dan dapat mengakibatkan

kelumpuhan (Nazmatullaila, 2015).

Adapun salah satu bahan aktif dari insektisida organofosfat adalah

Klorpirifos. Bahan aktif khlorpiripos diperdagangkan sebagai DursbanR dan

(14)

Gambar 2.2 Rumus umum Klorpirifos

Cl- -Cl

S O-CH2-CH3

Cl- -O P

N O-CH2-CH3

0,0 diethyl-0-(3,5,6-trichloro-2-pyridyl) phosporothioate

Bahan aktif klorpirifos terutama sebagi racun kontak. Klorpirifos berupa kristal

putih dikembangkan oleh Dow Chemical Company 1996. Insektisida ini

dipergunakan untuk mengendalikan Atherigona exigua, Spodopteramaurita, Tryporyza incertulas, T.innitata, Leptocorisa oratorius, dan lain-lain.

Formulasi yang diperdagangkan :

1. Dursban 20 EC mengandung 200 gr khorpirifos/I

2. Dursan 15/5E mengandung 150 gr kholorpirifos dan 50 gr BPMC/I

3. Basmiban 200 EC mengandung 200 g kholorpirifos/I (Baehaki, 1993).

2.2 Kromatografi Gas

2.3.1 Pengertian Kromatografi Gas

Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama

kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan

dan deteksi senyawa organik yang mudah menguap dan

senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang

(15)

batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat

melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.

KG merupakan gas sebagai gas pembawa/ fase geraknya. Ada 2 jenis

kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya

berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut

dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya

berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.

Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan

sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran,

dan deteksi tiap komponen dengan detektor ( Rohman, 2009 ).

2.3.2 Petunjuk cara kerja

Petunjuk cara kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut:

1. Instrumen diperiksa, terutama jika tidak dipakai terus-menerus. Ini

dilakukan untuk mengecek apakah telah dipasang kolom yang tepat,

apakah septum injektor tidak rusak ( apakah ada lubang besar atau bocor

karena sering dipakai), apakah sambungan saluran gas kedap, apakah tutup

tanur tertutup rapat, apakah semua bagian listrik bekerja dengan baik, dan

pakah detektoryang terpasang sesuai.

2. Aliran gas kekolom dimulai atau disesuaikan. Ini dilakukan dengan

membuka katup utama pada tangki gas dan kemudian memutar katup

(16)

Ini memugkinkan aliran gas yang lambat (2-5)/menit untuk kolom kemas

san sekitar 0,5 ml/menit untuk kolom kapiler) melewati sistem dan

melindungi kolom dan detektor terhadap perusakan secara oksidasi.

3. Kolom dipanaskan sampai suhu awal yang dikehendaki. Ini dilakukan,

pada instrumen buatan lama, dengan memutar transformator tegangan

peubah yang mengendalikan gelungan pemanas dalam tanur, kesekitar 90

V. Jika suhu mencapi 10-15◦C dibawah suhu yang dikehendaki,transformator diputar ke tegangan (10-50 V) yang akan terus

menambah bahang yang cukup untuk mengimbangi kehilangan bahang.

4. Pemanas yang terpisah untuk injektor dan detektor dijalankan atau

disesuaikan. Suhunya harus sekitar 10-25◦C lebih tinggi daripada suhu

kolom akhir. Suhu detektor harus lebih tinggi dari 100◦C sehingga air

tidak dapat mengembun jika seandainya terbentuk tidak sengaja atau jika

ada air.

5. Aliran gas pembawa melalui kolom dinaikkan sampai 25-30 ml/menit

untuk kolom kemas 3mm (atau 6mm, tapi lebih jarang) ataau sampai.

6. Arus ke detektor hanya dialirkan jika gas pembawa mengair untuk

melindungi kawat pijar. Dalam hal detektor hantar bahang (DHB),

detektor yang paling sederhana, arus disesuaikan menjadi 150-200 mA

atau disesuaikan dengan aliran optimum, jika diketahui. Setelah suhu

ruang detektor stabil (2-3 menit), rangkaian listrik disetimbangkan

sehingga pena berada pada garis alas perekam dalam kertas gaftar. Jika

KG dilengkapi denga detektor ionisasi nyala (DIN), yaitu detektor yang

(17)

memerlukan hidrogen untuk nyala, jadi generator hidrogen harus

dijalankan dan alirannya disesuaikan agar ssama dengan aliran kolom

(25-30 ml/menit). Udara (oksigen) untuk detektor dialirkan dan diatur supaya

alirannya sepiluh kali aliran kolom. (Aliran optimum sistem dapat dan

harus ditentukan dengan percobaan). Nyala dalam DIN kemudian dapat

dipasang dengan menekan tombol penyala pada KG. Terdengar bunyi jika

nyala terpasang. Penstabilan biasanya terjadi dalam 2-3 menit. Rangkaian

listrik detektor diseimbangkan agar pena perekam berada pada garis ala

kertas perekam.

7. Cuplikan disuntikkan. Sedikit cairan (lihat dibawah; hati-hati, jangan

terjadi beban lebih), atau larutan cuplikan dalam pelarut atsiri, ditambah

sedikit udara jika memakain DHB (agar memberikan puncak udara atau

untukmenandai waktu nol), disedot dengan semprit mikro yang dilengkapi

dengan jarum panjang. DIN kadang – kadang memberikan puncak waktu nol karena terjadi sedikit perubahan aliran ketika cuplikan disuntikkan.

Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan memasukkan jarum secara

hati-hati menembus septum gerbang suntik (yang terbuat dari karet

sedalam-dalamnya dan segera cuplikan dikeluarkan dari semprit secepat

mungkin. Kemudian semprit dicabut dengan cepat dan dibersihkan dengan

pelarut. KG yang dilengkapi dengan DHB normal memerlukan

(18)

Tabel 2.3 Ukuran Cuplikan Normal Detektor

Ukuran cuplikan normal Detektor

10-100 µl DHB-normal

1-10 µl DBH-Volum kecil

1-10 µl DIN

0,1-5 µl DTE

DBH – Detektor Hantar Bahan DIN – Detektor Ionisasi Nyala DTE – Detektor Tangkap Elektron

8. Puncak direkam untuk menghasilkan kromatogram. Ini dilakukan pada

perekam gaftar carik atau sejenis sistem data yang menhasilkan cetakan

dan rajahan setelah pengkromatografian selesai.

2.3.3 Sistem Kromatografi Gas

Sistem peralatan KG ditunjukkan dengan komponen utama adalah :

1 Kontrol dan penyedia gas pembawa (fase gerak) Fase gerak pada KG juga

disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk

membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh

pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/ kering

karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat

disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen,

dan abu-abu untuk nitrogen)

2. Ruang suntik sampel Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel

secara cepat efesien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang

kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karena pada satu

ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena

(19)

untuk selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit

saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara

mudah dan akurat. Septum karet, setelah dilakukan pemasukan sampel

secara berulang, dapat diganti dengan mudah. Sistem pemasukan sampel

(katup untuk mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat juga tersedia

di pasaran. Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas,

yaitu :

a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan

akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk

menuju kolom

b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan

diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan

pemecahan

c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua

sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam

kolom karena katup pemecah ditutup; dan

d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung

semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom. Teknik injeksi langsung

ke dalam kolom digunaan untuk senyawasenyawa yang mudah

menguap; karena kalau penyuntikkannya melalui lubang suntik,

dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu

yang tinggi atau terjadi pirolisis.

3. Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena

(20)

komponen sentral pada KG. Ada tiga jenis kolom pada KG yaitu kolom

kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column); serta

kolom preparatif (preparative column). Kolom kemas terbuat dari gelas

atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan alumunium. Panjang

kolom jenis ini adalah 1-5 meter dengan diameter dalam 104 mm.

Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom kapiler memberikan

efesiensi yang tinggi (harga jumlah pelat teori yang sangat besar >

300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan. sampel

yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang

kompleks. Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat

non polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling

banyak digunakan adalah metil polisiloksan (Hp-1; DB-1; SE-30;

CPSIL-5) dan fenil 5%- metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52;

CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil

50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase

diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX;

CP-WAX; Carbowax-20M).

4. Detektor Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah

detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung

kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa

komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu

sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan

komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal

(21)

maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di

antara fase diam dan fase gerak. Pada garis besarnya detektor pada KG

termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang keluar dari

detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran

massa komponen yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil

pemisahan fisik komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor

sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu

dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan

luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif

yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan

tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang

multipleks misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam

bentuk lain.

5. Komputer Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern

menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya

(software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa

fungsi antara lain:

a. Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran

fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan

sampel secara otomatis.

b. Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan

menggunakan grafik berwarna.

c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan

(22)

d. Menyimpan data parameter anaisis untuk analisis senyawa tertentu.

Kromatografi gas telah digunakan untuk menganalisis bahan-bahan

yang terkait dengan bidang farmasi seperti palarut, pengawet, dan

bahan obat, mengamati stabilitas suatu obat, dan untuk analisis

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi nilai gizi buah tomat segar per 100 gram buah tomat.
Tabel 2.2 Pengelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT sasarannya
Gambar 2.2 Rumus umum Klorpirifos

Referensi

Dokumen terkait

Design (Desain) merupakan tahap setelah proses analisis dimana tahap ini adalah tidak lanjut atau kegiatan inti dari langkah analisis. Desain pembelajaran

Dengan melihat pada contoh diatas, kita bisa memperhatikan bahwa pemilik toko buku tersebut memerlukan suatu fungsi untuk mengkonversikan kode buku ke nomor posisi dari larik

Peralatan makan yang digunakan oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan sudah diketegorikan memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes RI

Berdasarkan hasil FGD diperoleh 25 instrumen soal yang valid yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa dengan saran bahwa intrumen CTTMC

[r]

movie maker maka peneliti telah melakukan revisi produk media pembelajaran movie maker sesuai kritik dan saran dari para ahli dan siswa, yaitu menambah gambar

memperlihatkan bahwa patahan dalam batuan yang basah air tergantung pada tekanan kapiler dari medium dalam jalur patahan tersebut. Besar kecilnya tekanan yang disebabkan

Apakah menurut saudara dengan adanya jaminan kecelakaan kerja akan.. menambah ketenangan anda