• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASIEN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI PA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PASIEN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI PA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PASIEN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL

TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 CIRACAS

Laporan Kasus Blok Elektif

Disusun Oleh :

Fahmi Azhari Basya

NIM : 110 2009 103

Kelompok 2 Bidang Kepeminatan Geriatri

Tutor : dr. Fathul Jannah, M. Si

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

(2)

ABSTRAK

Background: Hypertension is defined as an increase in systolic blood pressure ≥ 140 mmHg or diastolic blood pressure ≥ 90 mmHg. In Indonesia hypertension is likely to increase. Household Health Survey (Household Health Survey) in 2001 showed that 8.3% of patients with hypertension and increased to 27.5% in 2004. The prevalence of hypertension is estimated to increase to> 1.5

billion people worldwide suffer from hypertension in 2025

Case: mrs. K 79 years old with hypertension who live in the social nursing home

Discussion and Conclusions: Most elderly patients suffering from isolated systolic hypertension. That increase in systolic blood pressure without being followed by the diastolic blood pressure. In Isolated Systolic Hypertension is recommended the use of diuretics and calcium antagonists as a therapy. It should be a comprehensive treatment of hypertension in the elderly of various aspects, lifestyle changes, the pattern of food, blood pressure monitor, and giving drugs as indicated.

LATAR BELAKANG

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg, berdasarkan rata-rata dari dua pemeriksaan yang diambil dari pemeriksaan kedua dan ketiga setelah pemeriksaan tekanan darah awal. Pemeriksaan tunggal dinilai tidak adekuat untuk menegakkan hipertensi, terutama bila pasien disertai dengan gejala penyakit. Hipertensi juga dapat ditemukan pada pasien dengan stress yang berlebih dan pasien dengan penyakit akut. Tekanan darah ≥135/85 mmHg di luar pemeriksaan seorang dokter juga bisa dipertimbangkan sebagai hipertensi. Keadaan pre-hypertension

merupakan keadaan dimana tekanan darah pasien berada pada range 120-139 mmHg untuk sistolik dan 80-89 mmHg untuk diastolik2.

Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang kesemuanya didasarkan atas bukti penelitian (evidence based) antara lain dikeluarkan oleh The Sevent Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7), 2003, World Health Organization/International Society of Hypertension (WHO-ISH), 1999, Brittish Hypertension Society, European Society of Hypertension/European Society of Cardiology (ESH/ESC), definisi hipertensi sama untuk semua golongan umur. Pengobatan juga didasarkan bukan atas umur akan tetapi tingkat tekanan darah dan adanya risiko kardiovaskular yang ada pada pasien3.

(3)

pada tahun 2004. Prevalensi di dunia diperkirakan sekitar 1 milyar populasi menderita hipertensi pada tahun 2000. Di UK pada tahun 2006, 31% pria dan 28% wanita menderita hipertensi. Pada tahun 2008, sekitar 35.000 pasien yang masuk rumah sakit di Inggris menderita hipertensi. Di dunia sekitar 1 juta pasien meninggal akibat hipertensi pada tahun 2004. Prevalensi hipertensi diperkirakan meningkat menjadi > 1,5 milyar penduduk dunia menderita hipertensi pada tahun 2025. Peningkatan angka kejadian pasien hipertensi juga bisa dilihat dari umur (30% pada umur 45-54 tahun dan 70% pada umur > 70 tahun), paling sering terjadi pada etnis Black African dan Black Caribbean. Hipertensi merupakan penyebab kematian terbanyak pada negara-negara berkembang 4.

Di Indonesia hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% pasien menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Hasil SKRT tahun 1995, 2001, dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskular merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20-35% kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi 5.

Table 1. definisi dan klasifikasi tingkat tekanan darah menurut WHO 6.

Kategori Sistolik Diastolik

Optimum < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Normal-tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Subkelompok : borderline 140-149 mmHg 90-94 mmHg

Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg

Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 mmHg < 90 mmHg

Subkelompok : borderline 140-149 mmHg < 90 mmHg

Tabel 2. klasifikasi tekanan darah umur ≥ 18 tahun menurut JNC-7 versus JNC-6

(4)

JNC-7 kategori

Normal Optimal < 120 mmHg Dan < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-129 mmHg Atau 80-89 mmHg

Normal <130 mmHg Dan < 85 mmHg

Normal-tinggi 130-139 mmHg Atau 85-89 mmHg

Hipertensi Hipertensi

Derajat 1 Derajat 1 140-159 mmHg Atau 90-99 mmHg

Derajat 2 ≥ 160 mmHg Atau ≥ 100 mmHg

Derajat 2 160-179 mmHg Atau 100-109 mmHg

Derajat 3 ≥ 180 mmHg Atau ≥ 110 mmHg

Hipertensi Sistolik Terasosiasi (HST) merupakan keadaan yang sering diderita pada pasien hipertensi usia lanjut. Keadaan ini diakibatkan oleh kehilangan elastisitas arteri karena proses menua. Kekakuan aorta akan meningkatkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan pengurangan volume aorta yang pada akhirnya menurunkan Tekanan Darah Diastolik (TDD). Semakin besar perbedaan TDS dan TDD atau tekanan nadi, semakin besar pula risiko komplikasi kardiovaskular 3. Komplikasi yang tersering adalah stroke, gagal jantung

kongestif, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kiri 7.

Pengelolaan hipertensi pada dasarnya sama setiap tingkatan usia, direkomendasikan agar tekanan darah dapat mencapai kurang dari 140/90 mmHg

3,8,9. Pengobatan hipertensi harus dimulai sejak dini untuk mencegah kerusakan

organ sasaran. Pada usia lanjut penurunan takanan darah harus dilakukan hati-hati dengan memperhaikan apakah terdapat hipertensi berat yang lama. Pada usia lanjut penurunan berat badan (pada penderita obesitas) dan mengurangi asupan garam amat penting dalam pengelolaan hipertensi 3.Berdasarkan hal tersebut di

(5)

Case Report

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.K

Usia : 79 tahun

Pekerjaan : Bekas Juru Masak Pendidikan : Tidak sekolah Alamat : Tanjung Duren

Status : Menikah

Keluarga : 2 anak perempuan, suami bekerja sebagai pegawai bank Agama : Kristen Protestan

Ruang : Mawar 3 Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3 Ciracas

No. Rekam Medis : Tidak diketahui Riwayat alergi :

-Riwayat masuk : Operasi benjolan di kaki ± 40 tahun yang lalu

Riwayat pemberian obat : amilodipin 5 mg dan vitamin B complex, sampai sekarang

Masuk Panti Tahun : 14 Januari 2007

(6)

pada pergelangan kaki kanan hanya pada saat pagi hari. Dari hasil rekam medis pasien selama 2 tahun terakhir, pasien tidak pernah didiagnosis adanya penyakit muskuloskeletal. Selama ini pasien meminum obat antihipertensi yaitu amilodipin 5 mgdan rajin meminum vitamin B complex. Prognosis pasien dubia ad malam. Pemeriksaan fisik

1.Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

2. Vital sign

- tekanan darah : 140/80 mmHg (19 November 2012) - respirasi : tidak diketahui

- nadi : tidak diketahui - suhu : tidak diketahui 3. Status gizi

- berat badan : 40 kg - tinggi badan : 150 cm - IMT : 17.7 % 4. Status generalis

A. Kepala

- bentuk : normocephal

- rambut : hitam dan hampir setengah dari luas permukaan dipenuhi uban - mata : normal

- telinga : normal

- hidung : normal, tidak terdapat deviasi septum - tenggorokan : tidak terdapat deviasi trakea

- mulut : normal, tidak terdapat laserasi maupun infeksi

(7)

C. Thorak

Inspeksi : tidak dilakukan Palpasi : tidak dilakukan Perkusi : tidak dilakukan Auskulitasi : tidak dilakukan

D. Abdomen

Inspeksi : tidak dilakukan Palpasi : tidak dilakukan Perkusi : tidak dilakukan Auskultasi : tidak dilakukan Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Gula darah Sewaktu : 128 gr/dl (23 September 2012) Riwayat keluarga

Orang tua dan anak Pasien mempunyai riwayat Hipertensi

Ny. K saat ini tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 3 Ciracas. Pasien masuk ke PSTW ini pada tanggal 14 Januari 2007 setelah sebelumnya pasien tinggal bersama keponakannya. Oleh karena pasien tidak kerasan tinggal bersama sanak saudara, pasien memutuskan untuk tinggal di PSTW dengan mengurus segala administrasi secara mandiri. Ny. K sudah 30 tahun tidak bertemu dengan anak sendiri, dikarenakan memiliki permasalahan dengan menantunya. Ny. K sendiri pun sampai sekarang tidak tahu keberadaan suaminya. Keluarga pasien rutin menjenguk Ny. K setiap 1 tahun sekali.

(8)

dimakan oleh Ny. K mengikuti apa yang disediakan oleh pihak panti, walaupun terkadang pasien mengeluh nafsu makannya berkurang.

Ny. K mulai mendapatkan pengobatan semenjak tinggal di PSTW. Ny. K terkadang mengeluh sulit untuk mendapatkan obat dari PSTW dan bertemu dokter hanya 3 bulan sekali. Ketika obat pasien habis, biasanya pasien meminta kepada para petugas di PSTW tetapi terkadang petugas menjawab stok obat tidak tersedia. Pasien sering mendapat obat dari para praktikan seperti perawat dari sebuah institusi yang praktek lapangan di PSTW, tetapi hal tersebut juga tidak bisa menjamin ketersediaan obat. Pasien juga mengeluhkan tentang pengadaan pakaian yang kurang di PSTW yang hanya diberikan 1 tahun sekali.

DISKUSI

Menua atau aging adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai “penyakit degeneratif” (seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus dan kanker) 10.

Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara faktor genetik dan lingkungan yang dihubungkan oleh penjamu mediator neuro-hormonal. Secara umum disebabkan oleh peningkatan tekanan perifer dan/atau peningkatan volume darah.

(9)

1. Respon maladaptif terhadap stimulasi sistem saraf simpatis

2. Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap.

- Peningkatan aktivitas sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAA) 1. Secara langsung menyebabkan vasokonstriksi tetapi juga

meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis dan menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat

2. Memediasi remodelling arteri (perubahan struktural pada dinding pembuluh darah).

3. Memediasi kerusakan organ akhir pada jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal.

- Defek pada transport garam dan air

1. Gangguan aktivitas peptide natriuretik otak (brain natriuretic peptide, BNF), peptide natriuretik atrial (atrial natriuretic peptide,

ANF), adrenomedulin, urodilatin, dan endotelin

2. Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang rendah.

- Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel.

1. Hipertensi sering terjadi pada penderita diabetes, dan resistensi insulin ditemukan pada banyak pasien hipertensi yang tidak memiliki diabetes klinis.

(10)

3. Resistensi insulin dan kadar insulin yang tinggi meningkatkan aktivitas saraf simpatis dan RAA.

Pemahaman mengenai patofisiologi mendukung intervensi terkini yang diterapkan dalam penatalaksanaan hipertensi, seperti pembatasan asupan garam, penurunan berat badan, dan pengontrolan diabetes, penghambat system saraf simpatis, penghambat RAA, vasodilator nonspesifik, diuretic, dan obat-obatan eksperimental baru yang mengatur ANF dan endotelin11.

Perubahan patofisiologi sering dikaitkan dengan hipertensi pada usia lanjut. Pasien usia lanjut memiliki perubahan dalam fungsi peredaran darah, seperti berkurangnya kemampuan β-adrenergik untuk membuat pembuluh darah elastis. Sensitivitas baroreseptor direduksi. Rennin dalam plasma dan rennin pada ginjal yang berfungsi untuk membuang sodium dari tubuh berkurang aktivitasnya seiring dengan bertambahnya usia. hal tersebut juga disertai dengan penurunan

renal blood flow, glomerular filtration rate, dan klirens kreatinin 12.

Tabel 3 patofisiologi dan kerusakan organ pada usia lanjut 8.

(11)

yang menderita penyakit atau sekitar 25% penyakit yang ada di PSTW merupakan hipertensi.

Ada beberapa penyebab yang menyebabkan hipertensi pada pasien usia lanjut. Penyebab paling besar sekitar 95% dari hipertensi merupakan hipertensi primer atau essential hypertension. Factor resiko yang menyebabkan hipertensi primer diantaranya : bertambahnya usia, riwayat keluarga hipertensi, intake

sodium yang tinggi, Ras African American, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan obesitas13. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya14. Pada beberapa pasien hipertensi primer terdapat kecenderungan

herediter yang kuat15. Berbanding terbalik dengan hipertensi sekunder yang jarang

terjadi pada pasien usia lanjut. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Beberapa penyebab dari hipertensi sekunder diantaranya : penyakit ginjal, sleep apnea, abnormalitas hormonal, dan penyakit vaskular ginjal13. Dari hasil anamnesis pasien, ditemukan bahwa pasien memiliki riwayat

penyakit hipertensi herediter, dimana anak dan orang tua pasien juga menderita hipertensi. Hal ini dapat menjadi faktor pendukung penyebab dari penyakit hipertensi pada pasien.

Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala, kenaikan tekanan darah baru diketahui pada saat pemeriksaan kesehatan. Gejala umum hipertensi (sakit kepala, pusing, tinitus, pingsan) hampir sama dengan kebanyakan orang normotensi16. Gejala-gejala hipertensi merupakan gejala-gejala komplikasinya.

Suatu krisis hipertensi ditandai dengan peninggian tekanan darah diastolik yang nyata (biasanya lebih dari 120 mmHg) yang berkaitan dengan tanda-tanda ensefalopati akut: sakit kepala, iritabilitas, gangguan sensorium, nausea, dan vomitus17. Hal tersebut diatas berkaitan dengan gejala pasien yaitu sering

mengalami pusing dan mata kunang-kunang walaupun pada saat anamnesis pasien (20 November 2012) pasien merasa sehat dan tidak ada gejala pada saat itu.

(12)

60% sampai 75% hipertensi pada usia lanjut berlanjut menjadi HST. HST berhubungan dengan peningkatan resiko infark miokard, hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi ginjal, stroke, dan mortalitas karena kardiovaskular 18. Dari hasil rekam

medis pasien, didapatkan pasien menderita HST. Hal ini didapat dari hasil riwayat pemeriksaan tekanan pasien. Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien bisa dilihat di tabel berikut.

Tabel 4, hasil pemeriksaan tekanan darah pasien menurut rekam medis

No. Tanggal Hasil pemeriksaan Tekanan Darah 1. 29 Agustus 2010 148/80 mmHg

2. 12 Juni 2011 150/80 mmHg

3. 27 Desember 2011 170/80 mmHg

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi pada lanjut usia; dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular 6,2 . Sebelum diberikan pengobatan,

pemeriksaan tekanan darah pada lanjut usia hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia menunjukkan pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi palsu) akibat kekakuan pembuluh darah yang berat 6.

Pasien Ny.K saat ini sulit untuk mendapatkan pemeriksaan tekanan darah yang teratur, hal ini dikarenakan karena kurangnya tenaga medis yang terdapat di PSTW. Pasien mengatakan bahwa dokter hanya datang setiap 3 bulan sekali, tetapi pihak PSTW mengatakan bahwa dokter datang 1 bulan sekali. Tenaga medis yang stand by di PSTW saat ini hanyalah seorang perawat dan 2 pegawai yang bekerja sebagai perawat (dengan latar belakang bukan perawat). Perawat-perawat tersebut dirasa sangat kurang untuk merawat sekitar 125 orang WBS (data terakhir bulan November 2012). Keterbatasan SDM dan kapasitas perawat untuk mendiagnosis suatu penyakit hipertensi merupakan suatu masalah yang harus segera diselesaikan.

(13)

untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang perlu diperbaiki adalah : menurunkan berat badan jika ada kegemukan, mengurangi minum alkohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi asupan garam, pertahankan kalium yang adekuat, menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol 19,20. Intervensi melalui pola hidup seperti ini sangat

penting untuk terapi pada penderita hipertensi di PSTW. Pola makan Ny.K di PSTW mengikuti apa yang diberikan oleh PSTW. Saat ini PSTW memberikan makanan yang bervariasi dihari-keharinya, seperti ikan, ayam, sayur-sayuran, tempe, tahu, dll. Usaha yang dilakukan PSTW untuk memodifikasi makanan adalah dengan membuat makanan menjadi lebih lembek agar dapat dimakan para lansia dan rendah garam. PSTW juga menyediakan susu tiap harinya. Hal yang telah dilakukan PSTW sudah baik dalam penanganan pasien hipertensi dari pola makan.

PSTW juga mempunyai kegiatan-kegiatan pada tiap harinya, yaitu pengajian, panggung gembira, keterampilan dalam pembuatan karya, dan senam lansia. Hal yang sudah baik dilakukan. Ny.K mengaku tidak pernah melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, karena Ny.K sendiri malas untuk turun ke bawah (kamar Ny.K berada di lantai 2), sedangkan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di lantai dasar PSTW. Senam lansia sendiri hanya dilakukan 1 hari dalam 1 minggu, seharusnya intensitas dari senam lansia ini ditingkatkan dan diwajibkan kepada WBS yang mempunyai penyakit kardiovaskular.

(14)

penderita hipertensi dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif, diuretic, penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) atau kombinasi keduanya merupakan pilihan terbaik 19.

tabel 5, management of isolated Systolic hypertension 24

Target tekanan darah pada terapi pasien HST adalah dibawah 140 mmHg untuk sistolik dan 85-90 mmHg untuk diastolik 18. Ny. K saat ini rajin meminum

(15)

yang praktek lapangan di tempat tersebut. Persediaan obat antihipertensi yang ada di PSTW saat ini hanyalah kaptopril. Selain itu, kekurangannya tenaga perawat membuat tekanan darah Ny.K sulit untuk dikontrol.

Lalu adab seorang dokter muslim untuk merawat orang yang berusia lanjut dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Israa` [17]: 23) 1

Bahkan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orangtua termasuk amaliah yang paling dicintai Allah swt.. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra., dia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: ‘Amaliah apa yang paling dicintai Allah?’ Rasulullah menjawab: ‘Shalat pada waktunya.’ ‘Lalu apa lagi?’, tanyaku. Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orangtua.’ ‘Lalu apa lagi?’, tanyaku. Beliau menjawab: ‘Jihad fii sabilillaah (di jalan Allah).’” 22

(16)

Dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku (di) waktu kecil.’” (QS. Al-`Israa` [17]: 25) 1

Doa untuk kedua orangtua yang merupakan upaya untuk berbakti kepada keduanya itu tidak hanya harus dilakukan saat mereka masih hidup, tetapi juga ketika mereka sudah meninggal dunia, seperti disabdakan oleh Baginda Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang berbunyi:

Diriwayatkan dari Abu `Usaid Malik bin Rabi’ah as-Sa’idi ra., bahwa dia berkata: “Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba seorang lelaki dari Bani Salamah mendatangi beliau, kemudian dia bertanya: ‘Wahai Rasulullah, masih adakah (kewajiban) berbakti kepada ibu-bapakku setelah keduanya meninggal?’ Rasulullah menjawab: ‘Ya, (masih ada), (yaitu) menshalatkan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji mereka berdua setelah keduanya (wafat), menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) yang tidak akan tersambung kecuali melalui keduanya, dan menghormati teman keduanya.’” (HR. Abu Dawud, 4/336 (5142) 23

Hanya saja, perlu digarisbawahi bahwa hal itu boleh dilakukan bila kedua orangtua kita beragama Islam. Tetapi bila ternyata keduanya (atau salah satunya) tidak beragama Islam, maka kita dilarang untuk memohonkan ampunan untuknya. Hal ini didasarkan pada firman Allah swt.:

(17)

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Alloh swt) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Alloh swt) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Alloh, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS At-Taubah :113-114) 1

SIMPULAN

Hipertensi merupakan kasus yang sangat sering ditemukan baik di dunia maupun di Indonesia. manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan structural yang disebut sebagai “penyakit degeneratif” (seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus dan kanker) 9. Pada pasien usia lanjut, Hipertensi

Sistolik Terasosiasi (HST) biasanya sering terjadi. HST berhubungan dengan peningkatan resiko infark miokard, hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi ginjal, stroke, dan mortalitas karena kardiovaskular. Perlu penanganan yang komprehensif dalam penanganan hipertensi pada lansia dari berbagai aspek, yaitu perubahan pola hidup, pengaturan pola makan, monitor tekanan darah, dan pemberian obat-obatan yang sesuai indikasi.

Saran – saran penulis kepada pasien sehubungan dengan pembahasan tersebut diatas :

1. Pasien harus mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan penyakitnya dan apa saja komplikasi yang dapat terjadi.

(18)

3. Pasien harus bersikap pro-aktif dengan meminta agar tekanan darahnya dikontrol secara teratur dengan petugas PSTW.

4. Pasien harus menyesuaikan kegiatannya dengan melakukan aktivitas yang diadakan oleh PSTW.

Saran – saran penulis untuk PSTW sehubungan dengan kasus tersebut diatas adalah :

1. Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak terjadi, sehingga PSTW perlu perhatian yang cukup terhadap penyakit tersebut.

2. PSTW perlu melakukan pemeriksaan yang rutin terhadap semua WBS di PSTW Budi Muya 3 dengan secara pro-aktif menggandeng semua instansi kesehatan baik pemerintahan maupun institusi pendidikan.

3. Perlu adanya penambahan tenaga medis terutama perawat yang terampil.

4. Melakukan screening terhadap berbagai penyakit agar pegawai PSTW tahu bagaimana penanganan berbagai penyakit di PSTW. 5. Mengirimkan pegawai-pegawai terutama perawat ke pelatihan atau

seminar agar perawat lebih terampil dalam menangani pasien 6. Perlu pengadaan dokter jaga di PSTW agar penanganan pasien

lebih optimal

(19)

ACKNOWLEDGEMENT

(20)

Daftar Pustaka

1. AL QUR’AN dan terjemahannya, surat Al-Isra ayat 23. Surat Al-Isra ayat 25. Surat At-Taubah ayat 113-114.

2. Kaplan, N.M., & Victor, R.G. Kaplan’s Clinical Hypertension. Tenth Edition. P: 2. 2010

3. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta : InternaPublishing. Hal : 899 – 901. 2009.

4. Ward, Helen. Toledano, Mireille B. Shaddick, Gavin. Davies, Bethan. Elliot, Paul. Oxford Handbook of Epidemiology for Clinicians. P : 334. 2012.

5. Rahajeng, E. Tuminah, S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2009.

6. The Sixth Report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. NIH publication No. 98-4080 November 1997.

7. Goroll, Allan H. Muley, Albert G. 2009. “Primary Care Medicine”.

(21)

8. Virdis, A. Bruno, R.M. Neves M. Fritsch. Bernini, G. Taddei, S. Ghiadoni, L. hypertension in Elderly : An Evidence-based Review. 2011.

9. Aronow, Wilbert S. Why and How We Should Treat Elderly Patients with Hypertension?. New York : Division of Cardiology, Geriatrics, and Pulmonary/Critical Care, New York Medical College. 2010. 10. Prananka, K.,& Martono, H. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI

(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: . 2011

11. Brashers, V.L. CLINICAL APLICATION OF PATOPHYSIOLOGY, ASSESMENT, DIAGNOSTIC REASONING, AND MANAGEMENT, SECOND EDITION. Elshevier Science. P: 1-2. 2001

12. Gallo, Joseph J. Busby-Whitehead, J. Peter V. Siliman, Rebecca A. Murphy, John B. Reichel’s Care of the Elderly Clinical Aspect of Aging, fifth edition. Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins. P: 129-130. 1999

13. Black, Henry R. Elliot, W.J. Hypertension A Companion to Braunwald’s Heart Disease. Philladelphia : Saunders, an imprint of Elsevier Inc. p: 5-6. 2007

14. Anggraini A.D., Waren A., Situmorang E., Asputra H., Siahaan S.S.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008. 2009.

15. Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11st ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

16. Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., & Simpson, I.A. (Eds).

(22)

17. Burnside, J.W., McGlyn, T.J.(Eds).(2005). Adams Diagnostic Fisik(Edisi 17).(Lukmanto, H., Trans.) Jakarta: EGC, 1995. P: 245. 18. Giudice, A.D., Pompa,G. Aucella, F. Hypertension in the Elderly.

JNephrol, 2. 2010.

19. Kuswardhani, RA.T. Penatalaksanaan Hipertensi pada usia lanjut.

Jurnal Penyakit dalam, Volume 7. 2006

20. Westhoff, T.H., et all. 2007. Too Old to Benefit from Sports? The Cardiovascular Effects of Exercise Training in Elderly Subjects Teated for Isolated Systolic Hypertension. Kidney Blood Press Res 2007;30:240–247.

21. UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA 22. Hadits Riwayat Bukhari Muslim.

23. Hadits Riwayat Abu Dawud.

24. Chobanian, A. V. Isolated Systolic Hypertension in the Elderly. The New England Journal of Medicine. 2007.

25. Lampiran 1 KETERANGAN :

SAMPAI DENGAN AKHIR BULAN MEI 2012

JUMLAH WBS (WARGA BINAAN SOSIAL) PSTW BUDI MULIA 3 CIRACAS BERJUMLAH : 127 ORANG

LAKI-LAKI : 55 ORANG PEREMPUAN : 72 ORANG

(23)

KRISTEN : 16 ORANG KATOLIK : 1 ORANG TOTAL CARE : 35 ORANG KETERANGAN PENYAKIT

(24)

Gambar

Table 1. definisi dan klasifikasi tingkat tekanan darah menurut WHO 6.
Tabel 3 patofisiologi dan kerusakan organ pada usia lanjut 8.
Tabel 4, hasil pemeriksaan tekanan darah pasien menurut rekam medis
tabel 5, management of isolated Systolic hypertension 24

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita berdasarkan jumlah, kelompok usia yang terbanyak, perbandingan jenis kelamin, tipe, keluhan utama, gejala

Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,000, berarti pada alpha 5% terlihat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perilaku perawatan diri penderita kanker

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.. x

Tujuan dan hasil yang dtharapkan dari penelitian mi adalah sebagai ben- kut.. Penelitian mi bertujuan mendeskripsikan morfologi dan sintaksis bahasa Musi sehingga

STAD (Student Teams Achievement Division). Penjelasan guru atau narasumber kurang memperhatikan aspek-aspek lain, misalnya: faktor sosiologis, antropologis, ekonomis,

bahwa berdasarkan BAB VIII Pasal 103 Perda Nomor 10 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Angkutan Jalan di Wilayah Kota Tasikmalaya telah diatur ketentuan mengenai

(+) di Sabouraud Dextrosa Agar olive oil yang mengandung ketokonazol 1%, 1 (1,7%) dinyatakan Pityrosporum ovale (+) dan 29 (48,3%) dinyatakan Pityrosporum