• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kom"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan merupakan sebuah sarana komunikasi keuangan sebuah perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Untuk Internal dalam perusahaan, yaitu pihak manajerial informasi yang terdapat dalam laporan keuangan diharapkan dapat membantu dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan dan perkembangan dari perusahaan. Sedangkan untuk pihak eksternal dalam hal ini adalah investor dan kreditor, informasi keuangan dapat membantu dalam mengambil keputusan untuk dana yang mereka investasikan.

Menurut Kasmir (2011:7) menyebutkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Hal ini menunjukan bahwa laporan keuangan sangat penting bagi suatu perusahaan, sehingga keputusan yang diambil oleh pihak intern dan pihak ekstern perusahaan sangat bergantung dan ditentukan oleh informasi yang diberikan dalam laporan keuangan.

(2)

2

(3)

Menurut Martani, dkk (2012:145) memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan seringkali dapat digunakan mengevaluasi kualitas laba suatu perusahaan. Sehingga banyak perusahaan berusaha mencapai laba yang tinggi untuk memenuhi ekspektasi investor agar dinilai baik sehingga akan berdampak pada kompensasi yang akan diterima. Hal tersebut dapat menimbulkan perilaku menyimpang manajemen, salah satunya adalah manajemen laba.

Menurut Yip et. al., (2011) manajemen laba didefinisikan sebagai perbuatan manajer yang mengurangi kualitas dari laporan keuangan. Demikian juga Scott (2015:445) mendefinisikan bahwa manajemen laba merupakan pilihan manajer mengenai kebijakan akuntansi, atau tindakan nyata, yang mempengaruhi laba sehingga tercapai tujuan tertentu. Pindiharti (2011) menemukan bahwa banyak manajer memanfaatkan peluang dalam memanipulasi laba pada perusahaan untuk mempengaruhi hasil akhir dari berbagai keputusan perusahaan.

Beberapa keputusan yang mendorong manajemen melakukan manajemen laba menurut Scott (2011:426) adalah: (1) motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya, (2) hipotesis perjanjian hutang (debt covenant hypothesis), yaitu yang berkaitan dengan persyaratan perjanjian hutang yang harus dipenuhi, laba yang tinggi diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian hutang,

(3) meet investor earning expectation and maintain reputation, yaitu perusahaan

yang melaporkan laba yang lebih besar daripada ekspektasi investor harga sahamnya akan mengalami peningkatan yang signifikan karena investor memprediksi perusahaan akan mempunyai masa depan yang lebih baik, (4) initial

public offering (IPO), yaitu manajer perusahaan yang akan go public termotivasi

untuk melakukan manajemen laba sehingga laba yang dilaporkan menjadi tinggi dengan harapan dapat menaikan harga saham perusahaan.

(4)

antara lain: total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi pasar, dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Semakin besar total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, dan kapitalisasi pasar, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah

(medium-size), dan perusahaan kecil (small firm). Handayani dan Seftianne (2011)

mengemukakan bahwa ukuran perusahaan dapat ditinjau dari (1) total penjualan, (2) total aktiva, (3) rata-rata tingkat penjualan, (4) rata-rata total aktiva.

Sehubungan dengan makin berkembangnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang telah go public, maka Bursa Efek Indonesia mengeluarkan peraturan yang tertera pada surat keputusan nomor: Kep-339/BEJ/07-2001 pada tanggal 1 Juli 2001 tentang pembentukan komisaris independen, komite audit, dan sekretaris dewan bagi perusahaan publik yang terdaftar. Menurut Suryana (2005), peraturan tersebut mewajibkan perusahaan tercatat memiliki komite audit. Keputusan ketua BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004 mendukung dengan menyatakan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Menurut Sawyer et. al., (2005) mengemukakan bahwa keberadaan komite audit sangat diperlukan dan merupakan suatu kewajiban baik bagi perusahaan yang go public

maupun pada perusahaan dalam bentuk usaha BUMN. Selanjutnya Sawyer et. al.,

(2005) menyatakan bahwa dewan komisaris telah meningkatkan pengakuan terhadap nilai komite audit sebagai instrument pengendalian dan sebagai alat untuk memperbaiki kualitas praktik pelaporan keuangan.

Peran komite audit sangat penting untuk mempengaruhi kualitas laba perusahaan sebagai salah satu informasi yang digunakan oleh pihak investor dan kreditor untuk menilai kinerja perusahaan. Menurut Suryana (2005) tugas komite audit berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite audit diharap kan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen.

(5)

telah membuat keputusan dalam RUPS tahunan di pertengahan tahun 2004, yang memberi kesempatan kepada manajemen baru selama enam bulan untuk menunjukkan perbaikan kinerja perusahaan. Rhenald, menegaskan sebagai Ketua Komite Audit dan Komisaris Independen, berbicara mewakili para pemegang saham publik, dan bersifat independen dari kepentingan pemerintah maupun pemegang saham mayoritas. Permasalahan pada manajemen lama, karena direksi mengelola laporan keuangan secara profesional. Diantaranya dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) perusahaan dibuat berdasarkan data historis tahun sebelumnya, yang seharusnya berlaku tidak seperti itu. Selain itu, terjadi tradisi dalam perusahaan dimana dalam laporan keuangan akhir tahun terdapat data penjualan yang meningkat, sehingga memperoleh untung tinggi. Sedangkan di awal tahun tiba-tiba menurun drastis dengan alasan terjadi retur penjualan besar-besaran (www.tempo.com).

Selain itu pada tahun 2011 PT Ancora Mining Service (AMS) dilaporkan Forum Masyarakat Peduli Keadilan (FMPK) ke Direktorat Jendral Pajak (DJP) Kementrian Keuangan atas dugaan manipulasi laporan keuangan. Ketua Bagian Investigasi FMPK, Mustopo, menjelaskan indikasi manipulasi itu terlihat dari adanya penghasilan sebesar Rp 34,9 miliar namun tidak ada pergerakan investasi. Selain itu ditemukan bukti pembayaran bunga sebesar Rp 18 miliar padahal AMS mengaku tidak memiliki utang. FMPK juga menemukan bukti piutang senilai Rp 5.3 miliar namun tidak ada kejelasan transaksinya (www.republika.co.id).

(6)

independen menunjukkan mereka juga telibat dalam skandal keuntungan untuk tahun buku 2008. Sebanyak delapan pejabat mengundurkan diri pada Selasa, 21 Juli 2015 dan Tanaka mengatakan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan penunjukan direksi dan disetujui mayoritas anggota dewan. Laporan oleh akuntan independen dan pengacara mengatakan laba operasional Toshiba telah dibesar-besarkan sebesar ¥ 151.8 milyar atau sekitar US$ 1,22 miliar. Tanaka, dan Sasaki ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang sulit, dan mereka melebih-lebihkan laba dan menunda laporan kerugian, di tengah budaya tidak akan melawan keinginan atasan, menurut penyelidikan. Temuan ini diharapkan mengarah pada penyajian kembali laporan laba, dan berpotensi mengalami denda yang sangat besar atas skandal tingkat atas terburuk di Jepang sejak Olympus Corp ditemukan menutupi kerugian US$ 1,7 miliar (www.bisnis.Liputan6.com).

Melihat beberapa kasus diatas, maka banyak peneliti juga yang telah melakukan beberapa penelitian tentang hubungan antara ukuran perusahaan, komite audit dengan manajemen laba. Beberapa penelitian tersebut antara lain yang dilakukan oleh Veronica dan Bachtiar (2003), Halim, dkk (2005), Widyastuti (2009) dan Rahmani dan Mir (2013), menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, dimana semakin besar ukuran perusahaan maka akan menyebabkan peningkatan manajemen laba. Dari penelitian-penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi yang baik dari investor atau pemegang sahamnya.

(7)

Sedangkan Jao dan Gagaring (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba dari pada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor mananamkan modalnya, sedangkan perusahaan besar lebih berhati-hati dalam dalam menyajikan laporan keuangannya, karena pihak investor maupun kreditor lebih memperhatikan hasil dari laporan keuangan, sehingga berdampak pada laporan keuangan yang lebih akurat.

Melihat dan menimbang dari hasil beberapa penelitian tersebut diatas dapat ditemukankan bahwa ukuran perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil bisa mempengaruhi manajer untuk melakukan manajeman laba dengan beberapa pertimbangan untuk mendapatkan tujuan tertentu baik dari pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.

Sedangakan penelitian-penelitian terdahulu tentang komite audit menyatakan adanya pengaruh yang signifikan antara karakteristik komite audit terhadap manajemen laba. Chtourou et. al., (2001) menemukan bahwa komite audit yang terdiri dari lebih banyak komisaris independen yang tidak menjabat sebagai manajer di perusahaan lain, komite audit yang memiliki minimal satu anggota yang merupakan ahli keuangan, adanya mandat formal yang merupakan tanggung jawab komite untuk memeriksa laporan keuangan dan auditor ekstemal, dan keberadaan komite audit yang hanya terdiri dari komisaris independen yang bertemu lebih dari dua kali dalam satu tahun berhubungan negatif dengan tingkat

discretionary accruals.

(8)

diperlukan dalam suatu perusahaan mengingat dari peran komite audit dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

Komite Audit diharapkan dapat bekerja secara efektif dalam perusahaan. Efektifitas komite audit dapat diukur melalui karakteristik yang dimiliki antara lain independensi komite audit yaitu berhubungan dengan seberapa besar keterlibatan anggota komite audit dengan aktivitas perusahaan, ukuran komite audit yaitu yang berhubungan dengan jumlah anggota komite audit, kompetensi yaitu berhubungan dengan pengetahuan akuntansi dan keuangan, serta aktivitas dari komite audit itu sendiri yaitu berhubungan dengan frekuensi pertemuan dalam satu tahun.

Melihat fenomena yang terjadi menunjukan bahwa masih lemahnya penerapan praktik corporate governance dan kegagalan laporan keuangan mencapai tujuannya dalam memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Sulistiyanto (2008:134) mendefinisikan coporate governance sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan agar perusahaan itu menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholdernya.

Penelitian ini akan mengacu pada penelitian Handayani dan Agustono (2009) dan penelitian Putri (2011) dengan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 - 2014. Penelitian ini menggunakan indikator total aktiva untuk menentukan ukuran perusahaan dan indikator jumlah rapat komite audit dan jumlah anggota komite audit sebagai variabel independen dan discretionary accruals sebagai indikator dari manajemen laba sebagai variabel dependen.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis bermaksud

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan

Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur

(9)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang serta fenomena yang telah terjadi pada PT. Kimia Farma Tbk., PT Ancora Mining Service dan PT Indofarma Tbk. diatas, dimana praktik manajemen laba masih terjadi dalam perusahaan besar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan ukuran besar yang telah melaksanakan pengelolaan manajemen dengan coporate governance dalam sistem manajemen salah satunya dengan pembentukan komite audit, tetapi apabila peran dan tugas dari komite audit tidak dilaksanakan dengan baik akan berpengaruh terjadinya praktik manajemen laba.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014?

2. Bagaimana kondisi frekuensi rapat komite audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2014?

3. Bagaimana kondisi jumlah anggota komite audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2014?

4. Bagaimana kondisi manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014?

(10)

6. Seberapa besar pengaruh frekuensi rapat komite audit secara parsial terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014?

7. Seberapa besar pengaruh anggota komite audit secara parsial terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014?

8. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, frekuensi rapat komite audit dan jumlah anggota komite audit secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.

2. Mengetahui kondisi frekuensi rapat komite audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2014.

3. Mengetahui kondisi anggota komite audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2014.

4. Mengetahui kondisi manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.

(11)

6. Mengetahui seberapa besar pengaruh frekuensi rapat komite audit secara parsial terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.

7. Mengetahui seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, frekuensi rapat komite audit dan jumlah anggota komite audit secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan manufaktur

Untuk lebih memperhatikan pelaksanaan coporate governance

khususnya melihat peran dan tugas dari komite audit dalam ukuran perusahaan yang besar.

2. Bagi peneliti

Untuk dapat menambah wawasan serta pengetahuan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan komite audit terhadap manajemen laba.

3. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama kajian akuntansi keuangan mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan komite audit terhadap manajemen laba.

4. Para pengguna informasi

(12)

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di perusahaan manufaktur bidang industri barang konsumsi sub bidang makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Penelitian ini direncanakan akan di laksanakan selama empat bulan yaitu bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan November 2016.

Berikut adalah rincian waktu penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini:

Table 1.1 Waktu Penelitian

No Tahapan Penelitian Bulan

Agustus September Oktober November

1 Pencarian Data Awal 2 Penyelesaian

Proposal 3 Bimbingan dan

Perbaikan Proposal 4 Seminar Proposal 5 Pengumpulan dan Pengolahan Data 6 Analisis Data 7 Bimbingan Skripsi 8 Penyelesaian Skripsi

Gambar

Table 1.1 Waktu Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Pandeglang 725 SURTIAH Kp.Kadu Oncog RT/RW 002/005 Desa Babakanlor Kabupaten Pandeglang 726 KULSUM Kp.Kadu Kolecer RT/RW 002/004 Desa Babakanlor Kabupaten Pandeglang

(RPP) sesuai dengan kurikulum 2013 dan mengaplikasikan pendekatan saintifik di dalam kelas pembelajaran sejarah Indonesia sesuai dengan kurikulum 2013, guru juga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode edukasi yang dilakukan dengan cara ceramah, leaflet, dan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang ada di Head Office PT Marifood adalah gaya kepemimpinan demokratis yang dapat mempengaruhi

2) Mengetahui  waktu  yang  dibutuhkan  untuk  menyelesaikan  suatu  bagian 

Fiqh Jinayah merupakan segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang-orang yang di

5 HADITH 40 TASAWUF 6 I’ANAATUL TOLIBIN BISHARHIN FATHUN MU’IN TASAWUF 7 IBNU AJIBAH TASAWUF 8 KIFAYATUL AWAM TASAWUF 9 MATAN JURUMIAH TASAWUF 10 NAHU SOLAT TASAWUF 11 RIYADUS

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas