• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh ceramah dan pemberian leaflet terhadap perilaku dalam memilih dan menggunakan obat batuk anak oleh ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh ceramah dan pemberian leaflet terhadap perilaku dalam memilih dan menggunakan obat batuk anak oleh ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah - USD Repository"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, PROPINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Nana Kartika NIM : 068114185

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGARUH CERAMAH DAN PEMBERIAN LEAFLET TERHADAP

PERILAKU DALAM MEMILIH DAN MENGGUNAKAN OBAT BATUK

ANAK OLEH IBU-IBU DI DESA SUKOREJO, KECAMATAN

SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, PROPINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Oleh :

Nana Kartika NIM : 068114185

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

(6)
(7)
(8)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas kasih dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Ceramah dan Pemberian Leaflet Terhadap Perilaku Dalam

Memilih dan Menggunakan Obat Batuk Anak Oleh Ibu-Ibu di Desa Sukorejo,

Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah”. Skripsi ini

ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan

dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian

2. Gubernur DIY c.q Sekretariat Daerah Pemerintah Propinsi DIY yang telah

memberikan rekomendasi penelitian

3. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah

Propinsi Jawa Tengah yang telah memberikan rekomendasi penelitian

4. Bupati Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian

5. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah

(9)

ix

6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Kendal

yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

7. Kepala Kecamatan dan Kelurahan Sukorejo yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo

8. Kepala Dukuh Sentul, Sapen, Ngrancak, Tlangu, Sudagaran, dan Sumber

Tlangu atas perijinan dan bantuan yang diberikan

9. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Bapak

Ipang Djunarko, M.Sc, Apt.

10. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.

11. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc, Apt dan Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt.

selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan.

12. Seluruh ibu-ibu di Desa Sukorejo yang telah bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini dan bersedia menghadiri acara ceramah yang diadakan

sehingga memperlancar penelitian.

13. Ibuku yang tercinta yang selalu berdoa, memberikan semangat, dukungan dan

perhatian dalam menyelesaikan penelitian ini

14. Kakak dan adik ku, Yohan Karmawan dan Yenita atas perhatian dan

dukungannya

15. Sahabat seperjuanganku Galih Andre Prasetyo atas bantuan dan kerja sama

dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik

16. Teman-teman PMK APOSTOLOS Universitas Sanata Dharma atas doa dan

(10)

x

17. Teman-teman Wisma Surya (Prima, Novi, Fera, Nesya dan Fanya) atas

kebersamaannya

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga

skripsi ini memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Juli 2010

(11)

xi

INTISARI

Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu untuk mengobati penyakit/gejala yang dapat dikenali sendiri. Obat-obatan yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat Over The Counter (OTC). Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatankarena keterbatasan pengetahuan masyarakat. Umumnya swamedikasi dilakukan untuk penyakit-penyakit ringan misalnya batuk. Anak belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri, sehingga anak sangat tergantung pada orang tua. Ibu sebagai orang tua memiliki peran yang sangat penting terhadap swamedikasi batuk pada anak khususnya mengenai pemilihan dan penggunaan obat yang tepat dan bertanggung jawab.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode edukasi yang dilakukan dengan cara ceramah, leaflet, dan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku ibu-ibu yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam pemilihan dan penggunaan obat batuk anak. Jenis penelitian termasuk eksperimen semu dengan rancangan non-randomized pretest-posttest control grup design. Tiap kelompok mendapat pretest dan posttest setelah satu bulan untuk mengetahui perubahan perilaku dari perlakuan yang diberikan.

Hasil uji wilcoxon dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perubahan perilaku pada metode leaflet dan metode ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet terdapat perbedaan yang signifikan. Analisis statistik dengan uji mann-whitney menunjukkan bahwa metode ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet secara signifikan dapat meningkatkan perilaku responden.

(12)

xii

ABSTRACT

Self-medication is a selection and use of medicines by individuals to treat ilness or symptoms that can recognized themselves. The medicines that can be used in self-medication is Over the Counter (OTC) drugs. Self-medication can be source of medication errors because of limited knowledge. Generally, self-medication carried out for minor illness such as cough. Childrens don’t have the awareness and responsibility towards theirs own health, so that they depends on parents. Mother as a parents have an important role to cough self-medication in children, especially regarding the selection and use of medicines in point and responsibilty.

This study aims to determine the effect of educational methods by way of lectures, leaflets, and lectures that continued with the provision of leaflets to the mothers behavior changes that include knowledge, attitudes, and actions in the selection and use of cough medicine. Types of research including quasi-experimental design with non-randomized pretest-posttest control group design. Each group was given a pretest and posttest after one month to determine changes in the behavior of a given treatment.

The result of wilcoxon test with 95% confidence level indicates that the change in behavior on the method of leaflets and lecture method followed by giving the leaflet there are significant differences. Statistical analysis with mann-whitney test showed that the lecture method followed by giving leaflets can significantly improve respondents behavior.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. iii

HALAMAN PENGESAHAN……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vii PRAKARTA………... viii

INTISARI……… xi

ABSTRACT……… xii

DAFTAR ISI……….. xiii

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR GAMBAR……….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN………... xviii

BAB I PENGANTAR……… 1

A.Latar Belakang………... 1

1. Permasalahan……….……… 2

2. Keaslian penelitian……… 3

3. Manfaat penelitian……… 4

B. Tujuan Penelitian………... 4

(14)

xiv

2. Tujuan khusus………... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………. 6

A.Pengobatan Mandiri………... 6

B. Obat Over The Conter (OTC)...………. 7

C. Batuk……….……... 10

D.Perilaku Kesehatan……… 12

E. Perubahan Perilaku……… 14

F. Penyuluhan Kesehatan……….. 16

G.Landasan Teori……….. 18

H.Hipotesis……… 19

BAB III METODE PENELITIAN………. 20

A.Jenis dan Rancangan Penelitian……… 20

B. Variabel Penelitian……… 21

C. Definisi Operasional……… 21

D.Bahan Penelitian……… 22

E. Tempat dan Waktu Penelitian……… 24

F. Instrumen Penelitian……… 24

G.Tata Cara Penelitian……….. 25

H.Tata Cara Analisis Hasil……… 29

I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian………. 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 32

A.Karakteristik Responden……… 32

(15)

xv

C. Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Perubahan Perilaku

Responden……….. 46

D.Perbedaan Pengaruh Metode Edukasi Terhadap Perubahan Perilaku Responden ……….. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 54

A. Kesimpulan……… 54

B. Saran………... 55

DAFTAR PUSTAKA……… 56

LAMPIRAN……… 59

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Jenis dan pengelompokan pernyataan berdasarkan

variabel, sifat favorable dan unfavorable …………. 26

Tabel II. Karakteristik usia responden……….. 34

Tabel III. Karakteristik usia responden……….. 34

Tabel IV. Karakteristik tingkat pendidikan responden……….. 35

Tabel V. Karakteristik jenis pekerjaan responden……… 36

Tabel VI. Karakteristik tingkat pendapatan responden……….. 37

Tabel VII. Deskripsi produk obat batuk untuk anak yang

dipilih oleh responden ………... 42

Tabel VIII. Deskripsi indikasi dan dosis komponen produk obat

batuk untuk anak yang dipilih oleh responden…….. 43

Tabel IX. Uji signifikansi dan selisih nilai rerata pretest dan

posttest setelah 1 bulan……….. 47

Tabel X. Perbedaan signifikansi variabel perilaku semua

kelompok pada nilai pretest, posttest, dan selisih

pretest-posttest………... 50

Tabel XI. Perbedaan pengaruh metode edukasi terhadap

perubahan perilaku pada data pretest, posttest dan

selisih pretest-posttest……… 51

Tabel XII. Alasan responden yang menyatakan informasi yang

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanda obat bebas ………..……… 8

Gambar 2. Tanda obat bebas terbatas……….. 8

Gambar 3. Tanda peringatan obat bebas terbatas……… 9

Gambar 4. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest

control grup design……… 20

Gambar 5. Frekuensi kejadian batuk dalam 1 bulan pada anak

responden semua kelompok……….. 38

Gambar 6. Persentase riwayat penyakit anak……….. 39

Gambar 7. Persentase keberadaan penyakit penyerta batuk

pada anak……….. 40

Gambar 8. Penyakit yang terkait dengan batuk pada anak…….. 40

Gambar 9. Persentase latar belakang informasi mengenai

penggunaan obat batuk tanpa resep untuk anak…… 41

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner……….. 59

Lampiran 2. Uji validitas dan reliabilitas……….. 65

Lampiran 3. Karakteristik responden……… 67

Lampiran 4. Pola penanganan swamedikasi batuk pada anak……….. 69

Lampiran 5. Pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan perilaku responden………. 72

Lampiran 6. Perbedaan pengaruh metode edukasi terhadap perubahan perilaku responden ……… 88

Lampiran 7. Materi ceramah………. 115

Lampiran 8. Leaflet………... 117

Lampiran 9. Perijinan ………... 118

(19)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh

individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri

(Anonim, 1998). Swamedikasi umumnya dilakukan untuk mengatasi

keluhan-keluhan dan penyakit ringan seperti halnya batuk. Dalam swamedikasi,

obat-obatan yang digunakan adalah obat Over The Counter (OTC) (Anonim, 1999).

Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan obat OTC. Obat bebas adalah obat

yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter, sedangkan obat

bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih

dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda

peringatan (Anonim, 2006). Hal ini berarti bahwa pemilihan dan penggunaan obat

tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab penggunanya.

Kesalahan dalam memilih dan menggunakan obat OTC selain dapat

mengakibatkan pemborosan juga dapat membahayakan pengguna obat tersebut.

Anak belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya

sendiri, sehingga peran orang tua sangat penting. Orang tua yaitu ibu memiliki

kedekatan dan perhatian yang lebih kepada anak daripada bapak, sehingga ibu

lebih berperan dalam swamedikasi batuk pada anak. Ibu sebagai pengambil

keputusan dalam melakukan swamedikasi pada anak perlu memperoleh edukasi

(20)

2

Pengobatan penyakit batuk untuk anak-anak berbeda dengan pengobatan

pada orang dewasa, hal ini terkait dengan keadaan fisiologi anak yang berbeda

dengan orang dewasa (Chang, 2005). Pemilihan dan penggunaan obat batuk anak

bisa menjadi penggunasalahan terkait dengan ketepatan pengenalan penyakit,

pemilihan, dosis dan cara pemberian obat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

diperlukan pembelajaran bagi ibu-ibu, khususnya mengenai pemilihan dan

penggunaan obat batuk untuk anak yang tepat dan bertanggung jawab.

Pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan edukasi melalui

ceramah dan leaflet. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengubah dan

meningkatkan perilaku swamedikasi batuk pada anak oleh ibu-ibu di Desa

Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal. Aspek perilaku tersebut

meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Menurut Notoatmodjo, (2007) adanya

pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang akan membentuk sikap yang akhirnya

akan berpengaruh terhadap perilaku orang tersebut.

Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk mengetahui

karakteristik ibu-ibu yang melakukan swamedikasi batuk pada anak dan untuk

mengetahui metode edukasi yang tepat dan yang paling berpengaruh dalam

peningkatan perilaku ibu-ibu mengenai pemilihan dan penggunaan obat batuk

untuk anak-anak.

1. Permasalahan

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana karakteristik ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,

(21)

b. Bagaimana pola penanganan swamedikasi batuk pada anak oleh ibu-ibu di

Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?

c. Apakah pemberian edukasi berpengaruh terhadap perubahan perilaku dalam

memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak oleh ibu-ibu di Desa

Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?

d. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pemberian edukasi leaflet, ceramah, dan

ceramah yang dilanjutkan pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku

dalam memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak oleh ibu-ibu di Desa

Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan adalah penelitian yang

berjudul “Pengaruh iklan obat batuk terhadap pemilihan dan penggunaan obat

batuk bebas dan bebas terbatas oleh masyarakat di kota Surakarta” yang dilakukan

oleh Jati (2003), penelitian yang berjudul “Dasar-dasar pemilihan obat batuk

bebas dan bebas terbatas oleh masyarakat di Kabupaten Sragen” yang dilakukan

oleh Riyanti (2003), penelitian yang berjudul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan obat batuk bebas dan bebas terbatas di masyarakat Desa

Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo” yang dilakukan

oleh Lestari (2006), penelitian yang berjudul “Hubungan tingkat pendidikan dan

tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit batuk oleh ibu-ibu di

Propinsi DIY” yang dilakukan oleh Rissa (2008), penelitian yang berjudul

“Pengaruh pemberian informasi obat terhadap peningkatan perilaku pengobatan

(22)

4

Kabupaten Sleman Propinsi DIY” yang dilakukan oleh Endah (2009) dan

penelitian yang berjudul “Pengaruh penyuluhan obat terhadap peningkatan

perilaku pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan” yang dilakukan oleh

Supardi. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengaruh ceramah dan

pemberian leaflet terhadap perilaku dalam pemilihan dan penggunaan obat batuk

anak oleh ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal,

Propinsi Jawa Tengah, belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

3. Manfaat penelitian

a. Memberikan gambaran mengenai perilaku ibu-ibu dalam memilih dan

menggunakan obat batuk untuk anak dan juga dapat memberikan gambaran

mengenai seberapa besar pengaruh metode edukasi terhadap peningkatan

perilaku ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal

dalam memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak.

b. Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan oleh pihak-pihak terkait untuk melakukan perubahan perilaku suatu

masyarakat mengenai pemilihan dan penggunaan obat khususnya mengenai

obat batuk untuk anak-anak.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan

metode edukasi terhadap perubahan perilaku ibu-ibu dalam memilih dan

menggunakan obat batuk untuk anak-anak di Desa Sukorejo, Kecamatan

(23)

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu yang melakukan swamedikasi batuk pada

anak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal

b. Mengetahui pola penanganan swamedikasi batuk pada anak oleh ibu-ibu di

Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal

c. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap perilaku ibu-ibu dalam

memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak di Desa Sukorejo,

Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal

d. Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian edukasi leaflet, ceramah, dan

ceramah yang dilanjutkan pemberian leaflet terhadap perilaku ibu-ibu dalam

memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak di Desa Sukorejo,

(24)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengobatan Mandiri

Berdasarkan The International Pharmaceutical Federation (FIP) dan The

World Self Medication Industry (WSMI), pengobatan mandiri didefinisikan

sebagai suatu perilaku yang menggunakan obat tanpa resep yang didasari oleh

inisiatif dari diri sendiri (Anonim, 1999). Pengobatan mandiri berperan untuk

mengatasi suatu penyakit secara tepat dan efektif yang tidak memerlukan

konsultasi medis, pengurangan beban pelayanan kesehatan karena keterbatasan

sumberdaya dan tenaga, serta peningkatan keterjangkauan pelayanan kesehatan

untuk masyarakat yang jauh dari puskesmas (Supardi, 1997).

Menurut Hott and Hall (1990) pengobatan mandiri dengan obat tanpa

resep hendaknya dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab, biasanya pada

kasus :

1. Perawatan simtomatik minor

2. Penyakit self-limiting atau paliatif

3. Pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan

4. Penyakit kronis yang sebelumnya sudah pernah di diagnosis dokter atau

tenaga medis profesional lainnya.

Menurut Holt dan Edwin (cit., Kristina, Prabandari, dan Sudjaswadi,

2008) swamedikasi merupakan kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri

maupun keluarganya dengan Obat Tanpa Resep (OTR) secara tepat dan

(25)

lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan

keluhan, efisiensi biaya, efisiensi waktu, dapat ikut berperan serta dalam

mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemerintah dalam

keterbatasan jumlah tenaga kerja dan sarana kesehatan di masyarakat.

Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya

tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam

mengatasi masalah kesehatan, demografi dan epidemiologi, ketersediaan

pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial

ekonomi (Holt and Hall, 1990).

B. Obat Over The Counter (OTC)

Obat Over The Counter (OTC) adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep

dokter dan dapat digunakan oleh konsumen atas inisiatif sendiri dan secara

bertanggung jawab untuk mencegah, mengurangi atau mengobati gejala atau

penyakit ringan, yang tersedia dalam bentuk, kondisi dan dosis resmi yang aman

untuk konsumen (Anonim, 2005).

OTC adalah salah satu obat tanpa resep, obat tanpa resep adalah obat

yang digunakan untuk pengobatan sendiri, yang bertujuan untuk memperbaiki

kesehatan, meringankan gejala minor, dan mencegah penyakit (Widijapranata,

1997). Dalam upaya swamedikasi atau pengobatan sendiri digunakan golongan

obat bebas dan obat bebas terbatas (Hartini dan Sulasmono, 2007).

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter, sedangkan obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya

(26)

8

dan disertai dengan tanda peringatan (Anonim, 2006). Obat yang dapat diperoleh

tanpa resep dokter, pada kemasan dan etiketnya tertera tanda khusus. Tanda

khusus pada obat bebas berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam,

sedangkan tanda khusus pada obat bebas terbatas berupa lingkaran biru dengan

garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2007). Tanda obat bebas dan bebas terbatas

ditunjukkan pada gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1. Tanda obat bebas (Anonim, 2007)

Gambar 2. Tanda obat bebas terbatas (Anonim, 2007)

Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus lingkaran

biru juga terdapat tanda khusus berupa tanda peringatan untuk aturan pakai obat.

Tanda peringatan tersebut berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada

(27)

Gambar 3. Tanda peringatan obat bebas terbatas (Anonim, 2007)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 919/ MENKES/ PER/

X/ 1993 pasal 2, obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria :

1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak

dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun

2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit

3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan

4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia

5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

(28)

10

Dalam penggunaan produk obat tanpa resep secara aman dan efektif,

konsumen harus memperhatikan beberapa aturan yang digunakan oleh seorang

tenaga kesehatan dalam mengobati pasien dengan obat resep. Aturan tersebut

seperti pengenalan gejala yang cermat, keadaan objek terapi, pemilihan produk

yang akan digunakan, pemilihan dosis dan aturan pakai yang sesuai,

memperhitungkan riwayat penyakit seseorang, kontraindikasi, penyakit penyerta

dan penggunaan obat yang bersamaan, dan memonitoring respon terhadap

pengobatan dan kemungkinan adanya efek samping yang terjadi (Anonim, 2000).

Dalam proses pemilihan obat, perlu diperhatikan gejala atau keluhan

penyakit yang diderita, kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, dan usia

lanjut, pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu,

nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi

obat. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah memilih obat yang sesuai

dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi dengan obat yang sedang diminum

(Anonim, 2006).

C. Batuk

Batuk merupakan mekanisme fisiologis yang bermanfaat untuk

mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat-zat asing,

dan unsur infeksi (Tjay dan Rahardja, 2002). Berdasarkan lamanya batuk tersebut

terjadi, batuk diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : batuk akut yaitu batuk yang terjadi

kurang dari 3 minggu, batuk subakut yaitu batuk yang terjadi selama 3 sampai 8

minggu, dan batuk kronis yaitu batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu.

(29)

yaitu: batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk tidak berdahak (batuk

non-produktif) (Tietze, 2006).

Batuk dimulai dengan tarikan nafas yang dalam diikuti oleh penutupan

glotis dan kontraksi yang kuat pada rongga dada, dinding abdomen, dan otot

diafragma yang melawan glotis yang tertutup. Ketika glotis terbuka, terjadi

pengeluaran nafas yang kuat yang mendorong keluarnya sputum dan benda asing

dari sistem pernapasan (Tietze, 2006).

Batuk merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak-anak, penyebab

paling umum adalah infeksi saluran pernafasan atas. Anak-anak biasanya

terinfeksi penyakit saluran pernafasan 6 sampai 12 kali pertahun, umumnya

disebabkan oleh virus. Kadang-kadang, anak dapat mengalami batuk sampai

berminggu-minggu setelah terinfeksi virus (post-viral cough ) (Anonim, 2008b).

Menurut Tietze, (2006) tujuan utama swamedikasi batuk adalah

mengurangi jumlah dan tingkat keparahan batuk. Kemudian tujuan kedua adalah

untuk mencegah terjadinya komplikasi. Golongan obat yang digunakan untuk

meringankan gejala batuk adalah antitusif, ekpektoran, dan mukolitik. Golongan

antitusif yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) meliputi

kodein, dekstrometorfan dan difenhidramin (Tietze, 2006). Golongan obat

antitusif yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah dekstrometorfan dan

difenhidramin (Anonim, 2007).

Pengunaan antitusif untuk batuk yang tidak diketahui penyebabnya

mungkin berguna yaitu untuk batuk yang mengganggu tidur. Penggunaan antitusif

(30)

12

dianjurkan pada anak dan harus dihindari pada anak yang berusia kurang dari 1

tahun (Anonim, 2008a).

Ekspektoran digunakan untuk batuk yang memerlukan pengenceran

dahak, misalnya batuk karena influenza atau radang saluran pernapasan.

Mekanisme kerja obat ini diduga dengan cara memicu sekresi cairan saluran napas

sehingga mempermudah pengeluarannya (Anonim, 2007). Obat ekspektoran yang

hanya disetujui oleh FDA adalah guaifenesin (gliseril guaikolat) (Tietze, 2006).

Mukolitik memiliki mekanisme kerja dengan cara mengurangi viskositas sputum.

Golongan obat mukolitik yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah

bromheksin (Anonim, 2008a).

D. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus

atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman, serta lingkungan di sekitarnya (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu

dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap

tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan

(Sarwono, 2007). Perilaku manusia terbagi dalam 3 domain, ranah atau kawasan

yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (phychomotor).

Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil

(31)

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku

yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,

2007).

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Menurut

Notoatmodjo, (2007), praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :

a. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

(32)

14

b. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator

praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption). Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

E. Perubahan Perilaku

Dalam perilaku kesehatan, hal yang penting adalah masalah

pembentukan dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan dari

pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program

kesehatan. Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang

kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Menurut Notoatmodjo,

(2007) perubahan perilaku seseorang melalui tiga tahap, yaitu :

1. Pengetahuan

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti

atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya. Indikator- indikator

yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran

(33)

a. Pengetahuan tentang sakit atau penyakit yang meliputi : penyebab penyakit,

gejala atau tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari

pengobatan, bagaimana cara penularan, dan bagaimana cara pencegahannya .

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi manfaat air bersih,

cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan

rumah yang sehat, dan akibat polusi (polusi air, udara dan tanah) bagi

kesehatan

2. Sikap

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan

menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Indikator

untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yaitu :

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana penilaian atau pendapat

seseorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit,

cara penularan penyakit, dan cara pencegahan penyakit.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan adalah pendapat atau penilaian

seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

3. Perilaku

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

(34)

16

diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik kesehatan atau perilaku

kesehatan (overt behavior). Indikator praktik kesehatan meliputi :

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit. Tindakan ini mencakup pencegahan

penyakit dan penyembuhan penyakit.

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

c. Tindakan kesehatan lingkungan

F. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu

suatu rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara

keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara, melindungi dan

meningkatkan kesehatannya (Anonim, 2003). Beberapa strategi untuk

memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi 3,

yaitu :

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau

melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini akan menghasilkan

perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung

lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh

kesadaran sendiri.

2. Pemberian informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat,

(35)

pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan

pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan

menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.

Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi

perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran

mereka sendiri (bukan paksaan).

3. Diskusi partisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan

informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini

berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus

aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya.

Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka

diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang mereka

peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi perilaku orang lain

(Notoatmodjo, 2007).

Salah satu metode yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan adalah

dengan metode ceramah dan leaflet. Metode ceramah efektif jika dilakukan pada

kelompok besar (lebih dari 15 orang). Leaflet merupakan salah satu alat bantu

media promosi kesehatan dalam menyampaikan bahan pendidikan atau

pengajaran yang berupa lembaran yang dilipat. Isi informasi dalam leaflet dapat

dibentuk dalam kalimat, gambar, atau kombinasi keduanya. Dengan adanya alat

bantu dalam menyampaikan suatu informasi maka akan mempermudah

(36)

18

G. Landasan Teori

Swamedikasi merupakan salah satu cara alternatif yang digunakan oleh

masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada

pelaksanaannya, swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan

pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan

obat dan penggunaannya. Salah satu obat yang beredar dipasaran dan banyak

digunakan untuk pengobatan sendiri adalah obat Over The Counter (OTC), yaitu

obat bebas dan bebas terbatas. Obat bebas dan obat bebas terbatas adalah obat

yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan dipergunakan untuk jenis penyakit

yang pengobatannya dianggap telah dapat ditetapkan sendiri dan tidak

membahayakan jika mengikuti aturan pemakaiannya. Hal ini berarti bahwa

pemilihan dan penggunaan obat tersebut merupakan tanggung jawab

penggunanya. Anak belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap

kesehatannya sendiri, sehingga ibu sebagai orang tualah yang memiliki peran

penting dalam swamedikasi batuk pada anak.

Penggunaan obat batuk anak tanpa resep dalam swamedikasi harus

mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara

aman dan rasional. Dalam hal ini, seorang ibu perlu memiliki pengetahuan yang

cukup mengenai tanda, gejala, penyebab, dan tipe batuk yang umumnya

menyerang anak-anak, serta penatalaksanaan yang tepat. Salah satu cara yang

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu dalam hal memilih dan

menggunakan obat batuk untuk anak yang benar dan tepat adalah dengan

(37)

peningkatan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap (attitude), dan tindakan

(practice).Dengan meningkatnya pengetahuan akan menimbulkan kesadaran dan

akhirnya akan menyebabkan orang tersebut berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya.

H. Hipotesis

Ada pengaruh metode edukasi (ceramah, leaflet, ceramah+lealet) yang

signifikan terhadap peningkatan perilaku ibu-ibu dalam memilih dan

menggunakan obat batuk untuk anak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,

(38)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

dengan rancangan non-randomized pretest-posttest control grup design. Penelitian

eksperimen semu merupakan penelitian eksperimen yang tidak memiliki

pembatasan yang ketat terhadap randomisasi (Notoatmodjo, 2005). Rancangan

non-randomized pretest-posttest control grup design adalah rancangan yang

dalam pembentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan

randomisasi, selain itu pada rancangan ini terdapat pretest yang dilakukan

sebelum penelitian sehingga dapat diketahui kemampuan awal setiap subjek

(Seniati, 2008).

Kelompok eksperimen terdiri dari 3 kelompok yang masing-masing

diberikan 3 metode edukasi yang berbeda yaitu leaflet, ceramah, dan ceramah

yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet. Sedangkan pada kelompok kontrol

tidak mendapat perlakuan.

Gambar 4. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest control grup design

Keterangan :

KK : Kelompok kontrol KE1,2,3 : Kelompok eksperimen

O1 : Pretest

O2 : Posttest

X1 : Pelakuan leaflet

X2 : Perlakuan ceramah

X3 : Perlakuan ceramah+leaflet

Y :Tanpa perlakuan

(KK) O1 ⇒ Y ⇒ O2

(KE1) O1 ⇒ X1 ⇒ O2

(KE2) O1 ⇒ X2 ⇒ O2

(39)

21

B. Varibel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi :

1. Variabel bebas (independent): perlakuan berupa pemberian edukasi yang

terdiri dari 3 metode yang berbeda yaitu leaflet, ceramah, dan ceramah yang

dilanjutkan dengan pemberian leaflet

2. Variabel tergantung (dependent): perilaku yang terdiri dari pengetahuan,

sikap, dan tindakan ibu-ibu dalam memilih dan menggunakan obat batuk

untuk anak-anak

C. Definisi Operasional

1. Edukasi merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi

kepada masyarakat. Pada penelitian ini, pemberian edukasi dilakukan dengan

3 metode yang berbeda yaitu leaflet, ceramah, dan ceramah yang dilanjutkan

dengan pemberian leaflet

2. Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan

dari luar yang dipengaruhi berbagai faktor yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan. Pada penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah pengetahuan,

sikap, dan tindakan ibu-ibu dalam memilih dan menggunakan obat batuk

untuk anak-anak

3. Obat batuk anak adalah obat dalam berbagai bentuk sediaan dan merupakan

produk OTC, yang komposisinya terdapat zat aktif dengan indikasi batuk.

4. Responden adalah ibu yang pernah memilih dan menggunakan obat batuk

(40)

22

D. Bahan Penelitian

1. Populasi dan sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu di Desa Sukorejo,

Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal yang pernah memilih dan menggunakan

obat batuk untuk anak-anak. Sampel adalah sebagian ibu-ibu yang memenuhi

kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh penulis. Kriteria inklusi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Responden memiliki anak usia 2-12 tahun

b. Responden pernah melakukan swamedikasi batuk pada anak dengan

menggunakan produk OTC (obat bebas atau obat bebas terbatas).

2. Besar sampel dan teknik sampling

Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan Sukorejo periode Maret

2010, populasi anak usia 0-14 tahun adalah 3839 anak, populasi tersebut

diasumsikan sebagai jumlah ibu-ibu yang memiliki anak usia 2-12 tahun.

Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus sebagai berikut :

(41)

Besar sampel yang diperoleh dari perhitungan tersebut kemudian

ditambah 30% dari besar sampel sehingga diperoleh 120 sampel. Penambahan

10% sampai 30% dari besar sampel untuk menghindari banyaknya jumlah

orang-orang yang tidak menjawab kuisioener dengan lengkap (Narimawati dan

Munandar, 2008). Dari 120 sampel tersebut dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu

kelompok kontrol, kelompok leaflet, kelompok ceramah, dan kelompok

ceramah+leaflet yang masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang. Menurut

Bailey (cit., Iqbal, 2002), untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data

statistik diperlukan jumlah sampel minimum adalah 30 orang dan menurut Gay

(cit., Iqbal, 2002), ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan

metode penelitian ekperimental adalah 15 subyek per kelompok. Jumlah sampel

yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi persyaratan tersebut. Teknik

sampling dilakukan dengan cara purposive sampling dan quota sampling.

Purposive sampling adalah suatu cara memilih sampel dari suatu populasi

berdasarkan informasi yang tersedia dan sesuai dengan penelitian yang sedang

berjalan sehingga perwakilannya terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan

(Narimawati dan Munandar, 2008). Sedangkan quota sampling adalah teknik

pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri tertentu sampai pada jumlah tertentu yang

diinginkan (kuota) (Sugiyono, 2008).

Desa Sukorejo memiliki 6 pedukuhan yaitu Sentul, Sapen, Ngrancak,

Tlangu, Sudagaran, dan Sumber Tlangu. Secara random sederhana dilakukan

pemilihan 4 pedukuhan yang digunakan sebagai kelompok perlakuan dan

(42)

24

perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet, pedukuhan

Tlangu sebagai kelompok ceramah, pedukuhan Sapen sebagai kelompok

perlakuan leaflet, dan pedukuhan Ngrancak sebagai kelompok kontrol. Karena

sampel untuk kelompok perlakuan leaflet dan kelompok kontrol tidak memenuhi

kuota yang telah ditetapkan, sehingga diambil sampel dari 2 pedukuhan yang

tersisa secara random sederhana yaitu pedukuhan Sumber Tlangu sebagai

kelompok perlakuan leaflet dan pedukuhan Sentul sebagai kelompok kontrol.

Jumlah responden untuk kelompok leaflet masing-masing terdiri dari 15

responden dari pedukuhan Sapen dan 15 responden dari pedukuhan Sumber

Tlangu, sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh 15 responden dari

pedukuhan Ngrancak dan 15 responden dari pedukuhan Sentul.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,

Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian mulai dilakukan dari Bulan

Maret sampai dengan Juni 2010 dengan pengambilan data dilakukan pada bulan

April sampai dengan Juni 2010.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah leaflet dan kuesioner. Leaflet berisi

tentang definisi, gejala, penyebab, dan jenis batuk, penggolongan obat batuk, serta

cara memilih dan menggunakan obat batuk anak. Sedangkan kuesioner penelitian

(43)

1. Deskripsi karakteristik responden dan anak

2. Deskripsi mengenai tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden yang

pernah memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak-anak

G. Tata Cara Penelitian

1. Pengurusan ijin penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, penulis meminta surat rekomendasi

penelitian ke Sekretariat Daerah Pemerintah Propinsi DIY dengan mengajukan

proposal penelitian dan surat permohonan dari Fakultas Farmasi USD. Setelah itu

dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan

Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Kendal, Bappeda Kabupaten

Kendal, Kecamatan Sukorejo, Kelurahan Sukorejo, dan selanjutnya ke tiap

pedukuhan yang dijadikan lokasi penelitian.

2. Penelusuran data populasi

Tahap ini dilakukan dengan melakukan penelusuran data populasi

ibu-ibu yang memiliki anak usia 2-12 tahun di Kelurahan Sukorejo. Karena data

populasi ibu-ibu yang memiliki anak usia 2-12 tahun tidak tersedia sehingga

digunakan data populasi anak usia 0-14 tahun. Data yang tersedia di Kelurahan

Sukorejo periode Maret 2010, anak dikategorikan menjadi 3 kelompok usia yaitu

0-4 tahun berjumlah 1316 orang, usia 5-9 tahun berjumlah 1310 orang, dan usia

10-14 tahun berjumlah 1213. Total anak usia 0-14 tahun adalah 3839 orang, total

(44)

26

tahun. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk perhitungan minimal

besar sampel yang diperlukan dalam penelitian.

3. Pembuatan kuesioner

Kuesioner terdiri dari 16 pertanyaan terbuka, semi terbuka, maupun

tertutup serta 24 pernyataan favorable maupun unfavorable. Pernyataan disusun

menggunakan skala likert dengan modifikasi pada 5 pilihan menjadi 4 pilihan

yaitu (SS) sangat setuju, (S) setuju, (TS) tidak setuju, dan (STS) sangat tidak

setuju. Penilaian untuk pernyataan yang favorable adalah SS = 4, S = 3, TS = 2,

STS = 1 sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah SS = 1, S = 2, TS

= 3, STS = 4. Untuk kelompok perlakuan memperoleh 2 pertanyaan tambahan

pada posttest setelah 1 bulan.

Tabel I. Jenis dan pengelompokan pernyataan berdasarkan variabel, sifat

favorable dan unfavorable

Variabel No. Pernyataan

Jenis pernyataan

Favorable Unfavorable

Pengetahuan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 1,2,3,4,5 6,7,8,9,10

Sikap 11,12,13,14,15,16,17,18 11,12,13,14, 15,16,17,18

Tindakan 19,20,21,22,23,24 19,21,22 22,23,24

Sebelum digunakan untuk penelitian, kuesioner terlebih dahulu diuji pemahaman

bahasa, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas

kuesioner menggunakan uji Pearson-Product Moment dan uji reliabilitas

kuesioner menggunakan uji Alpha Cronbach dengan tingkat kepercayaan 95%.

Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) hitung lebih

(45)

memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2008). Dalam penelitian ini

diperoleh koefisien korelasi antara 0,307 – 0,682 dengan nilai r tabel pada tingkat

kepercayaan 95% adalah 0,279 dan nilai alpha adalah 0,729.

4. Pembuatan leaflet dan materi ceramah

Pada tahap ini dilakukan penelusuran pustaka-pustaka yang relevan

untuk menyusun materi ceramah dan leaflet. Pustaka yang digunakan adalah :

a. Anonim, 2007, Kompendia Obat Bebas, edisi 2, Depkes RI, Jakarta

b. Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas,

Depkes RI, Jakarta

c. Anonim, 2008, IONI 2008, Badan POM RI, Jakarta

d. Anonim, 2009, OTC Cough and Cold Medicines and My Child : What Do I

Need to Know?, http//www.familydoctor.org/online/famdocen/home/html,

diakses tanggal 2 Februari 2010

e. Tietze, K.J., 2006, Cough, Handbook Of Nonprescription Drugs, 15th ed.,

229-241, American Pharmacists Association, Washington DC

f. Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-Obat Penting, edisi 5, Gramedia, Jakarta

Materi ceramah dan leaflet berisi tentang definisi, gejala, penyebab, dan

jenis batuk, penggolongan obat batuk, serta cara memilih dan menggunakan obat

batuk anak.

5. Pelaksanaan intervensi/ perlakuan

Pelaksanaan ceramah untuk kelompok perlakuan ceramah dan kelompok

perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet, terlebih dahulu

(46)

28

kelompok perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet

dilakukan pada tanggal 29 April 2010 dan kelompok perlakuan ceramah

dilakukan pada tanggal 2 Mei 2010. Pelaksanaan ceramah sama-sama dilakukan

pada waktu sore hari dan bertempat di salah satu rumah warga yang terdekat, hal

ini dilakukan karena kantor kelurahan terletak jauh dari pedukuhan kelompok

perlakuan. Sebelum ceramah dimulai, kuesioner yang berfungsi sebagai pretest

dibagikan. Responden terlebih dahulu diberi pengarahan mengenai cara mengisi

kuesioner, dan setelah pretest selesai dan dikumpulkan, ceramah baru dimulai.

Pada pelaksanaan ceramah terdapat sesi tanya jawab antara penceramah dan

responden. Pada kelompok perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan

pemberian leaflet, leaflet diberikan setelah ceramah selesai. Kelompok perlakuan

leaflet dan kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan, pretest dilakukan

dengan mendatangi rumah responden satu per satu. Untuk kelompok perlakuan

leaflet dan kelompok kontrol juga diberikan pengarahan mengenai cara mengisi

kuesioner. Pretest untuk kelompok perlakuan leaflet dilakukan sebelum leaflet

diberikan. Pretest kelompok perlakuan leaflet dan kelompok kontrol dilaksanakan

pada tanggal 1 Mei dan 4 Mei 2010.

6. Pengambilan data

Pretest untuk kelompok perlakuan ceramah dan kelompok perlakuan

ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet dilakukan sebelum ceramah

dimulai, dan untuk kelompok perlakuan leaflet dilakukan sebelum leaflet

diberikan. Posttest dilakukan setelah 1 bulan kemudian. Posttest dilaksanakan

(47)

H. Tata Cara Analisis Hasil

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan 2 tahap, yaitu manajemen

data dan analisis data. Pada manajemen data terdapat proses editing, processing,

dan cleaning. Dalam proses editing dilakukan pemeriksaan kuesioner hasil pretest

maupun posttest, apakah semua pertanyaan maupun pernyataan sudah terisi

dengan lengkap dan juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria

inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Pada processing, pengolahan data

dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pernyataan yang di

jawab oleh responden serta melakukan tabulasi data untuk setiap pertanyaan.

Pengelompokan item pernyataan dalam kuesioner didasarkan pada variabel yang

diteliti yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Untuk analisis statistik digunakan

SPSS versi 16. Pada proses cleaning ini dilakukan pemeriksaan kembali data yang

telah dimasukkan maupun yang telah dianalisis untuk mengecek kebenarannya.

Tahap selanjutnya adalah analisis data, dalam analisis data terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel tiap

kelompok kurang dari 50 sampel. Setelah melakukan uji normalitas data,

dilakukan analisis data karakteristik responden dengan uji Chi-Square untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan karakteristik yang signifikan tiap kelompok.

Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square yaitu nilai sel expected yang kurang

dari 5 tidak boleh lebih dari 20% dari jumlah sel (Dahlan, 2008) maka digunakan

uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui adanya

perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden yang signifikan tiap

(48)

30

paired t-test jika data berdistribusi normal dan Wilcoxon jika data tidak

berdistribusi normal. Sedangkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

perilaku yang signifikan antara masing-masing kelompok untuk setiap variabel

dilakukan uji One Way Anova jika data berdistribusi normal dan memiliki varians

yang sama dan uji Kruskal Wallis jika data tidak berdistribusi normal. Apabila

hasil signifikasi uji One Way Anova maupun uji Kruskal Wallis kurang dari 0,05

maka dilanjutkan dengan analisis Post Hoc (Dahlan, 2008). Taraf kepercayaan

yang digunakan pada penelitian ini adalah 95%.

I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

1. Kesulitan untuk memperoleh responden untuk kelompok perlakuan leaflet

dan kelompok kontrol dikarenakan pemberian pretest dilakukan dengan

mendatangi rumah satu persatu sedangkan data mengenai alamat responden

yang memiliki anak usia 2-12 tahun tidak tersedia. Upaya yang dilakukan

untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengambil sampel dari 2

pedukuhan yang tersisa serta bertanya kepada masyarakat setempat.

2. Kesulitan untuk memperoleh data posttest dikarenakan peneliti mengalami

kesulitan dalam mencari alamat responden serta reponden saat posttest tidak

berada ditempat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah

dengan bertanya kepada masyarakat setempat serta membuat janji terlebih

dahulu untuk datang.

3. Waktu pelaksanaan ceramah yang terlambat dimulai karena belum

(49)

4. Kesulitan mencari tempat pelaksanaan kegiatan ceramah karena kantor

kelurahan terletak jauh dari pedukuhan kelompok perlakuan. Upaya yang

dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan koordinasi

kepada masyarakat setempat dan mencari lokasi yang bersedia dijadikan

tempat untuk ceramah.

5. Tidak dilakukannya edukasi mengenai perbedaan antara flu dan pilek kepada

ibu-ibu sehingga menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam

(50)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk obat batuk untuk anak baik berupa zat tunggal maupun kombinasi

yang beredar saat ini sangat beragam. Tersedianya begitu banyak pilihan produk

obat batuk membuat pengetahuan orang tua menjadi faktor penting dalam

pengobatan mandiri (swamedikasi) terutama dalam pemilihan dan penggunaan

obat batuk yang ditujukan untuk anak-anak. Anak belum memiliki kesadaran dan

tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri, sehingga anak sangat tergantung

pada orang tua dalam hal kesehatannya. Dengan demikian, peran orang tua sangat

penting, sebagai orang terdekat yaitu ibu memiliki pengaruh yang besar terhadap

swamedikasi batuk pada anak. Dalam pemilihan dan penggunaan obat batuk untuk

anak-anak, seorang ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

definisi batuk, pengenalan tanda, gejala, penyebab, dan tipe batuk yang umumnya

menyerang anak-anak, pertimbangan efek terapi dan keamanan obat yang paling

tepat dengan kondisi anak.

A. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan responden. Perbedaan

karakteristik yang tidak signifikan antara masing-masing kelompok, yaitu

kelompok yang mendapat intervensi ceramah, leaflet, ceramah yang dilanjutkan

dengan pemberian leaflet, dan kelompok yang tidak mendapat intervensi

(51)

yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan akibat dari adanya

intervensi (perlakuan) yang diberikan.

Responden dalam penelitian ini berusia mulai dari 21-46 tahun. Dalam

penelitian ini, pengelompokan usia responden dilakukan dengan penyusunan

distribusi frekuensi data berkelompok. Tahap pertama dengan menggunakan

kaidah empiris Sturgess, yaitu : k = 1+ 3,3 log n, k adalah banyak kelas, dan n

adalah ukuran kumpulan data yaitu jumlah responden penelitian pada

masing-masing kelompok (30 orang). Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh banyak

kelas baik untuk kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol adalah 6 kelas.

Untuk melakukan pengelompokan usia juga diperlukan interval kelas yang dapat

dihitung dengan rumus : (nilai maksimum-nilai minimum) dibagi dengan banyak

kelas (k).

Dalam penelitian ini, untuk kelompok perlakuan leaflet usia responden

termuda adalah 26 tahun dan tertua 42 tahun, kelompok perlakuan ceramah usia

responden termuda adalah 24 tahun dan tertua 46 tahun kelompok perlakuan

ceramah+leaflet usia responden termuda adalah 22 tahun dan tertua 44 tahun,

sedangkan untuk kelompok kontrol usia responden termuda adalah 21 tahun dan

tertua 44 tahun. Berdasarkan perhitungan, diperoleh interval kelas untuk

responden perlakuan leaflet = 3, sedangkan responden perlakuan ceramah,

ceramah+leaflet, dan responden kontrol = 4. Berdasarkan nilai jumlah dan

(52)

34

Tabel II. Karakteristik usia responden

Kelompok kontrol Kelompok leaflet Kelompok ceramah

Berdasarkan tabel II, distribusi frekuensi usia responden tidak merata,

oleh sebab itu dilakukan kategorisasi. Menurut teori Erik H, Erikson membagi

usia menjadi 3, yaitu dewasa awal (antara usia 18 sampai 30-an tahun), dewasa

tengah (antara usia 35 sampai 65 tahun) dan dewasa akhir (usia diatas 65 tahun)

(Santrock, 2002). Karena usia responden dalam penelitian ini 21 sampai 46 tahun,

maka dikategorikan menjadi 2 yaitu dewasa awal (< 35 tahun) dan dewasa tengah

(> 35 tahun).

Tabel III. Karakteristik usia reponden

Rentang usia

swamedikasi berpengaruh terhadap banyaknya pengalaman seseorang dalam

melakukan pengobatan. Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square,

diperoleh nilai signifikasi 0,108, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan

(53)

kelompok. Tidak terdapatnya perbedaan usia yang signifikan antara

masing-masing kelompok, menunjukkan bahwa adanya setiap perubahan variabel perilaku

bukan disebabkan karena perbedaan usia responden antara masing-masing

kelompok, melainkan dari intervensi yang telah diberikan.

Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menentukan

pengambilan keputusan swamedikasi (Schwartz dan Hoopes, 1990). Berdasarkan

tingkat pendidikan, responden dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu SD, SMP,

SMA, D3/ Diploma, dan sarjana.

Tabel IV. Karakteristik tingkat pendidikan responden

Pada masing-masing kelompok didominasi oleh responden yang

memiliki tingkat pendidikan SMA, kemudian SMP, D3/Diploma, SD, dan

selanjutnya sarjana. Berdasarkan uji statistik menggunakan Kolmogorov-Smirnov

terhadap tingkat pendidikan pada masing-masing kelompok, diperoleh nilai

signifikansi 1,000. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan yang signifikan antara masing

-masing kelompok. Tidak terdapatnya perbedaan tingkat pendidikan yang

signifikan antara masing-masing kelompok, menunjukkan bahwa adanya setiap

perubahan variabel perilaku bukan disebabkan karena perbedaan tingkat

Tingkat pendidikan

Responden

p Kontrol Leaflet Ceramah Ceramah

(54)

36

pendidikan antara masing-masing kelompok, melainkan dari intervensi yang telah

diberikan.

Menurut Holt and Hall (1990), jenis pekerjaan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi perilaku responden dalam swamedikasi.

Individu-individu yang memiliki perbedaan tingkat pendidikan mempunyai kecenderungan

yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka

(Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan jenis pekerjaan, reponden dikelompokkan

menjadi 4 kategori yaitu pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, petani/buruh,

PNS/TNI/Polri, dan pedagang/wiraswasta.

Tabel V. Karakteristik jenis pekerjaan responden

Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga mendominasi masing-masing

kelompok. Pada tabel V terlihat bahwa responden pada masing-masing kelompok

yang memiliki pekerjaan sebagai petani/buruh, PNS/POLRI/TNI, dan

pedagang/wiraswasta memiliki persentase yang rendah yaitu antara 3,333%

sampai 30%. Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh nilai

signifikansi 0,945. Nilai tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan jenis pekerjaan yang signifikan antara masing-masing

kelompok. Hal ini berarti bahwa perubahan variabel perilaku yang terjadi bukan

Jenis pekerjaan

Responden

p Kontrol Leaflet Ceramah Ceramah

(55)

disebabkan adanya perbedaan jenis pekerjaan antara masing-masing kelompok,

melainkan dari intervensi yang telah diberikan.

Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi upaya seseorang untuk

mewujudkan kesehatan yang lebih baik bagi keluarga. Menurut Covington, (2000)

faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

swamedikasi. Bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah, biaya

pengobatan menjadi pertimbangan utama dalam mencari pengobatan (Hendarwan,

2003). Berdasarkan data pengembangan sistem informasi profil daerah Kabupaten

Kendal tahun anggaran 2009, rata-rata upah minimum regional Kabupaten Kendal

adalah Rp. 730.000,00. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pendapatan

adalah pendapatan total dalam satu keluarga yaitu suami dan istri.

Tabel VI. Karakteristik tingkat pendapatan responden per bulan

Responden Tingkat pendapatan (juta rupiah)

p

Pada tabel VI terlihat bahwa tingkat pendapatan keluarga responden per

bulan pada masing-masing kelompok yang kurang dari Rp. 500.000,00 per bulan

memiliki persentase terendah, yaitu antara 6,667 % sampai 13,333%. Berdasarkan

uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh nilai signifikasi 0,697. Nilai

tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat

pendapatan yang signifikan antara masing-masing kelompok. Hal ini berarti

(56)

38

perbedaan tingkat pendapatan antara masing-masing kelompok, melainkan dari

intervensi yang telah diberikan.

B. Pola Penanganan Swamedikasi Batuk Pada Anak

Pada masing-masing kelompok, 100% responden menjawab bahwa anak

mereka pernah menderita batuk dan pernah menggunakan obat batuk anak tanpa

resep dokter. Hal ini terjadi karena penyakit batuk sendiri merupakan penyakit

yang umum diderita pada anak-anak, selain itu sistem imunitas pada anak yang

lebih rentan terhadap penyakit juga mempengaruhi hal tersebut. Kemudahan

untuk memperoleh obat batuk tanpa resep dan biaya yang cukup murah daripada

harus berobat ke dokter juga menjadi salah satu faktor banyaknya responden yang

menggunakan obat batuk tanpa resep. Pada masing-masing kelompok, 100%

responden memilih sediaan obat batuk anak dalam bentuk cair yaitu sirup, karena

bentuk sirup lebih mudah diberikan pada anak dan memiliki rasa yang dapat

diterima oleh anak.

Gambar 5. Frekuensi kejadian batuk dalam 1 bulan pada anak responden semua kelompok

Pada gambar 5, diketahui bahwa paling banyak anak mengalami batuk

0-1 kali dalam 0-1 bulan. Berdasarkan uji statistik menggunakan Kolmogorov-59,167%

37,5%

3,333%

0-1 kali

2 kali

(57)

Smirnov, diperoleh nilai signifikansi 0,999. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih

dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan frekuensi kejadian batuk

dalam 1 bulan yang signifikan antara anak responden masing-masing kelompok.

Gambar 6. Persentase riwayat penyakit anak

Pada gambar 6, secara keseluruhan terlihat bahwa sekitar 90,833%

responden menjawab bahwa anak mereka tidak memiliki riwayat penyakit

sebelumnya, sedangkan 5% menjawab bahwa anak mereka memiliki riwayat

penyakit asma, dan 4,167% alergi. Riwayat penyakit anak akan mempengaruhi

pemilihan dan penggunaan obat yang akan diberikan. Berdasarkan uji statsitik

menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada riwayat penyakit anak responden untuk

masing-masing kelompok, diperoleh nilai signifikansi 1,000. Nilai signifikansi

yang diperoleh lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

riwayat penyakit anak responden yang signifikan antara masing-masing

kelompok. Kemudian, berdasarkan keberadaan penyakit lain yang berhubungan

dengan batuk pada anak seperti demam, influenza, atau pilek, responden yang

menyatakan bahwa anak mereka pada umumnya hanya menderita batuk saja tanpa

disertai penyakit lain yaitu 46,667% responden pada kelompok kontrol, 36,667%

responden pada kelompok leaflet, 40% responden pada kelompok ceramah, dan

56,667% responden pada kelompok ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian 4,167% 5%

90,833%

asma

alergi

Gambar

Gambar 1. Tanda obat bebas (Anonim, 2007)
Gambar 3. Tanda peringatan obat bebas terbatas (Anonim, 2007)
Gambar 4. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest control grup design
Tabel I. Jenis dan pengelompokan pernyataan berdasarkan variabel, sifat favorable dan unfavorable
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seorang Petugas perpustakaan akan melayani 1 buah transaksi peminjaman dalam satu waktu, dimana 1 transaksi terdiri dari 1 buah koleksi yang dilakukan oleh seorang anggota,

kurva kadar air pada potongan mangga tanpa osmotik (mangga segar) lebih curam daripada potongan mangga dengan osmotik. Kurva penurunan kadar air potongan mangga terhadap

Propilen oksida ditambahkan ammonia secara tepat dengan katalis membentuk mono, di, triisopropanolamin, RNH2,R2NH3 R3H dimana R terutama alkohol sekunder CH2CHOHCH2 dengan

Bab II memaparkan landasan teoritis untuk mengatasi masalah yang telah dirumuskan, diantaranya membahas literasi sains, pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi,

Hubungan yang erat atau korelasi yang tinggi antara lebar pubis dengan produksi telur pada itik Tegal betina, bobot badan itik jantan dengan volume semen dan bobot

Pengaruh Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera Lmk.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi ; Dian Pertiwi, 100210103007; 2014; 56 halaman; Program Studi Pendidikan

Hasil ini sama dengan pemberian minyak kedelai dalam pakan ikan kerapu bebek yang memberikan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan sumber lemak nabati lainnya

( Ali bin Abi Thalib).. Istri dan anak kami tercinta yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan penelitian ini. Bapak / Ibuku tercinta yang selalu memberikan bimbingan dan