BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pola Penanganan Swamedikasi Batuk Pada Anak
Pada masing-masing kelompok, 100% responden menjawab bahwa anak
mereka pernah menderita batuk dan pernah menggunakan obat batuk anak tanpa
resep dokter. Hal ini terjadi karena penyakit batuk sendiri merupakan penyakit
yang umum diderita pada anak-anak, selain itu sistem imunitas pada anak yang
lebih rentan terhadap penyakit juga mempengaruhi hal tersebut. Kemudahan
untuk memperoleh obat batuk tanpa resep dan biaya yang cukup murah daripada
harus berobat ke dokter juga menjadi salah satu faktor banyaknya responden yang
menggunakan obat batuk tanpa resep. Pada masing-masing kelompok, 100%
responden memilih sediaan obat batuk anak dalam bentuk cair yaitu sirup, karena
bentuk sirup lebih mudah diberikan pada anak dan memiliki rasa yang dapat
diterima oleh anak.
Gambar 5. Frekuensi kejadian batuk dalam 1 bulan pada anak responden semua kelompok
Pada gambar 5, diketahui bahwa paling banyak anak mengalami batuk
0-1 kali dalam 0-1 bulan. Berdasarkan uji statistik menggunakan Kolmogorov-59,167% 37,5% 3,333% 0-1 kali 2 kali 3-4 kali
Smirnov, diperoleh nilai signifikansi 0,999. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih
dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan frekuensi kejadian batuk
dalam 1 bulan yang signifikan antara anak responden masing-masing kelompok.
Gambar 6. Persentase riwayat penyakit anak
Pada gambar 6, secara keseluruhan terlihat bahwa sekitar 90,833%
responden menjawab bahwa anak mereka tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya, sedangkan 5% menjawab bahwa anak mereka memiliki riwayat
penyakit asma, dan 4,167% alergi. Riwayat penyakit anak akan mempengaruhi
pemilihan dan penggunaan obat yang akan diberikan. Berdasarkan uji statsitik
menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada riwayat penyakit anak responden untuk
masing-masing kelompok, diperoleh nilai signifikansi 1,000. Nilai signifikansi
yang diperoleh lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
riwayat penyakit anak responden yang signifikan antara masing-masing
kelompok. Kemudian, berdasarkan keberadaan penyakit lain yang berhubungan
dengan batuk pada anak seperti demam, influenza, atau pilek, responden yang
menyatakan bahwa anak mereka pada umumnya hanya menderita batuk saja tanpa
disertai penyakit lain yaitu 46,667% responden pada kelompok kontrol, 36,667%
responden pada kelompok leaflet, 40% responden pada kelompok ceramah, dan
56,667% responden pada kelompok ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian 4,167% 5%
90,833%
asma alergi tidak ada
40
leaflet. Secara keseluruhan, persentase total responden yang menyatakan
keberadaan penyakit lain selain batuk ditunjukkan pada gambar 7. Dari uji
statistik menggunakan Chi-Square, diperoleh nilai signifikansi 0,419. Nilai
signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara anak responden masing-masing kelompok
mengenai keberadaan penyakit lain selain batuk.
Gambar 7. Persentase keberadaan penyakit penyerta batuk pada anak
Gambar 8. Penyakit yang terkait dengan batuk pada anak
Dari total 54 responden yang menyatakan bahwa anak mereka selain
menderita batuk juga menderita penyakit lain seperti demam, influenza, atau
pilek, secara keseluruhan ditunjukkan oleh gambar 8. Berdasarkan gambar 9,
terlihat bahwa responden umumnya paling banyak memperoleh informasi
mengenai obat batuk anak dari iklan di media cetak atau elektronik. Setelah itu,
dari tenaga medis yaitu dokter, perawat, bidan, atau mantri. Informasi dari
apoteker memiliki persentase terendah yaitu 5,833%. Hal ini dikarenakan 45% 55% ya tidak 25,926% 16,667% 57,407%
batuk & flu batuk & pilek batuk, demam, & flu
keberadaan apotik di desa tersebut sangat sedikit yaitu hanya 2 apotek dan
jaraknya yang cukup jauh dari rumah penduduk. Responden cenderung
memperoleh informasi dari iklan, padahal klaim suatu produk dalam iklan tersebut
belum tentu aman untuk digunakan pada anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya penggunasalahan obat batuk anak dan pemilihan yang tidak tepat
dengan kondisi anak. Berdasarkan uji statistik menggunakan
Kolmogorov-Smirnov, diperoleh nilai signifikansi 1,000. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih
dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan latar belakang informasi
obat batuk untuk anak yang signifikan antara masing-masing kelompok.
Gambar 9. Persentase latar belakang informasi mengenai obat batuk untuk anak
Saat ini, produk obat batuk yang beredar sangat beragam, oleh sebab itu
perlunya pengetahuan untuk memilih produk yang tepat dan aman khususnya bagi
ibu-ibu yang melakukan swamedikasi batuk pada anak. Dari total keseluruhan
responden, 25,833% responden memilih produk obat batuk anak Vicks
Anak-Anak Formula 44, kemudian 16,667% memilih Bisolvon Kids, 12,5% memilih
Ikadryl, 11,667% memilih Komix OBH Kid, 14,167% memilih Anakonidin, 43,333% 6,667% 15,833% 28,333% 5,833% iklan pelayan diwarung/toko keluarga/teman/tetangga tenaga medis apoteker
42
12,5% memilih OBH Combi Batuk Flu Anak-anak,dan 6,667% memilih
Anacetine.
Tabel VII. Deskripsi produk obat batuk untuk anak yang dipilih oleh responden
Produk Komposisi (tiap 5 ml) Indikasi
produk Aturan pakai Vicks Anak-Anak Formula 44 Dextromethorphan Hbr 3,5 mg Meringankan batu berdahak dan kering
Gunakan setiap 4 jam sesuai kebutuhan. 1 sendok takar = 5 ml. Anak-anak:
2-6 tahun: 1 sendok takar (5 ml)
6-12 tahun: 2 sendok takar (10 ml)
Atau gunakan sesuai petunjuk dokter
Guaifenesin 50 mg
Bisolvon Kids Bromhexine Hydrochloride 4 mg
Obat batuk
pengencer dahak untuk anak-anak
Dewasa dan Anak > 10 tahun: 3 x 10 ml per hari Anak 5-10 tahun: 3 x 5 ml per hari
Anak 2-5 tahun: 2 x 5 ml per hari
Atau menurut petunjuk dokter. Ikadryl Difenhidramin HCl 12, 5 mg Meredakan batuk karena alergi dan influenza serta melapangkan saluran pernapasan 1 sendok ukur(teh) = 5 ml Anak-anak : ½-1 sendok teh 3-4 kali sehari Anak-anak dibawah 2 tahun : sesuai petunjuk dokter
Ammonium Klorida 125 mg Sodium Sitrat 50 mg Menthol 1 mg
Komix OBH Kid
Succus Liquiritae 167 mg Meringankan batuk berdahak dan pilek Anak 6-12 tahun: 3x sehari 1 sachet (5 ml) Guaifenesin 50 mg Ephedrin HCl 4 mg Chlorpheniramine Maleat 2 mg OBH Combi Batuk Flu
Anak-Anak
Succus Liquiritae Extract 100 mg
Meringankan
batuk yang
disertai gejala-gejala flu pada anak seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin 2-5 tahun: sehari, 3x1 sendok takar (@5 ml) 6-12 tahun: sehari, 3x2 sendok takar (@5 ml) Paracetamol 120 mg Ammonium Klorida 50 mg Pseudoephedrin HCL 7,5 mg Chlorpheniramine Maleat 1 mg Anakonidin Dextromethorphan Hbr 5 mg Meringankan batuk dan pilek 2-5 tahun : 3 x sehari 1 sendok takar (5 ml) 6-12 tahun : 3 x sehari 2 sendok takar (10ml) Guaifenesin 25 mg Pseudoephedrin HCL 7,5 mg Chlorpheniramine Maleat 0,5 mg
Produk Komposisi (tiap 5 ml) Indikasi produk Aturan pakai Anacetine Acetaminophen 120 mg Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai batuk 1-6 tahun : 3 x sehari 1 sendok takar (5 ml) 6-12 tahun : 3 x sehari 2 sendok takar (10ml) Guaifenesin 25 mg Phenylpropanolamin HCL 3,5 mg Chlorpheniramine Maleat 0,5 mg
Tabel VIII. Deskripsi indikasi dan dosis zat aktif dalam produk obat batuk untuk anak yang dipilih oleh responden
Zat aktif Indikasi Dosis
Bromheksin HCl Mukolitik Anak 2-6 tahun:4 mg 2 kali sehari atau 2
mg 3 kali sehari; 6-12 tahun: 4 mg 3 kali sehari; Sirup 4 mg/5 ml
Dekstrometorfan Hbr Antitusif Anak 2-6 tahun: 2,5-5 mg tiap 4 jam atau 7,5 mg tiap 6-8 jam (maksimum 30 mg); 6-12 tahun: 5-10 mg tiap 4 jam atau 15 mg tiap 6-8 jam (maksimum 60 mg)
Difenhidramin HCl Antihistamin Anak 2-<6 tahun: 6,25 mg tiap 4-6 jam (maksimum 37,5 mg/hari); 6-<12 tahun: 12,5-25 mg tiap 4-6 jam (maksimum 150 mg/hari)
Antitusif Anak 2-<6 tahun: 6,25 mg tiap 4 jam (maksimum 37,5 mg/hari); 6-<12 tahun: 12,5 mg tiap 4 jam (maksimum 75 mg/hari)
Guaifenesin(gliseril guaiakolat)
Ekspektoran Anak 2-5 tahun: 50-100 mg tiap 4 jam (maksimum 600 mg/hari); 6-11 tahun: 100-200 mg tiap 4 jam (maksimum 1,2g/hari)
Chlorpheniramin Maleat (CTM)
Antihistamin 2-5 tahun: 1 mg tiap 4-6 jam (maksimum
6 mg/hari); 6-12 tahun: 2 mg tiap 4-6 jam (maksimum 12 mg/hari)
Parasetamol (Asetaminofen)
Analgesik dan antipiretik Anak 2-3 tahun: 160 mg; 4-5 tahun: 240 mg; 6-8 tahun:320 mg; 9-10 tahun: 400 mg; 11 tahun: 480 mg. Tiap 6 jam dosis maksimum 2,6 g/hari)
Efedrin HCl Dekongestan Anak 1-5 tahun: 15 mg; 6-12 tahun: 30
mg; 3 kali sehari
Pseudoefedrin HCl Dekongestan Anak 2-5 tahun: 15 mg tiap 4-6 jam
(maksimum 60 mg/hari); 6-12 tahun: 30 mg tiap 4-6 jam (maksimum 120mg/hari)
(Anonim, 2008a dan 2009) Produk Vicks Anak-Anak Formula 44, indikasi klaim produk sudah
44
Kemudian dari sisi dosis zat aktif sudah tepat, dimana dengan dosis tersebut sudah
berefek sebagai antitusif dan ekspektoran dan tidak melebihi dosis maksimum
harian. Namun adanya 2 efek yang berbeda yaitu antitusif sebagai penekan batuk
dan ekspektoran yang berfungsi mempermudah pengeluaran sekret, kemungkinan
dapat mengakibatkan berkurangnya efek terapi atau bahkan mungkin saling
meniadakan. Batuk kering( non produktif) dapat menggunakan produk ini, namun
untuk batuk produktif (berdahak) diragukan untuk penggunaannya karena saraf
batuk ditekan sehingga sekret relatif sulit untuk dikeluarkan. Penggunaan
kombinasi ini dimungkinkan apabila sudah menggangu aktivitas penggunanya,
misalnya saat tidur.
Produk Bisolvon Kids, indikasi klaim produk sudah sesuai dengan
indikasi zat aktif, yaitu sebagai mukolitik untuk meredakan batuk berdahak.
Bromheksin dapat mengencerkan dahak yang kental sehingga menjadi mudah
untuk dikeluarkan. Dari sisi dosis juga telah sesuai, yaitu dengan 4 mg sudah
berefek sebagai mukolitik.
Produk Ikadryl dan OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak memiliki
kandungan ammonium klorida, selain itu produk Ikadryl juga memiliki
kandungan natrium sitrat, berdasarkan FDA kedua kandungan tersebut sekarang
penggunaannya tidak dianjurkan karena dianggap sebagai bahan yang tidak aktif
(Tietze, 2006) dan asumsi dosis ekspektoran seperti ammonium klorida,
ipekakuanha, dan squill dapat meningkatkan ekspektorasi adalah salah (Anonim,
2008a). Dari sisi dosis zat aktif yaitu difenhidramin sudah sesuai dengan klaim
yang disebabkan karena alergi, dan tidak melebihi dosis maksimum harian untuk
anak usia 6-12 tahun, namun untuk anak usia 2-6 tahun melebihi dosis maksimum
harian yang dianjurkan.
Komix OBH Kid dan OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak memiliki
kandungan succus liquritae yang merupakan sediaan galenik dari radix liquritae.
Succus liquiritae memiliki efek sebagai ekspektoran, namun mekanisme kerjanya
yang pasti tidak diketahui (Anonim, 2007), dan secara historis tanaman ini telah
digunakan sebagai ekspektoran dan antitusif namun buktinya belum jelas
(Anonim, 2010). Pada produk Komix OBH Kid, kandungan 50 mg guaifenesin
dan CTM 2 mg sudah berefek sebagai ekspektoran dan antihistamin, dan tidak
melebihi dosis maksimum harian. Kandungan 4 mg efedrin HCl kurang dari dosis
yang dianjurkan sebagai dekongestan.
OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak, kandungan 1 mg CTM, 120 mg
parasetamol dan 7,5 mg pseudoefedrin HCl tidak melebihi dari dosis maksimum
harian yang dianjurkan, namun kandungan 7,5 mg pseudoefedrin HCl kurang dari
dosis yang dianjurkan sebagai dekongestan jika digunakan untuk anak usia 2-5
tahun.
Produk Anakonidin, kandungan 5 mg dektrometorfan sudah tepat dan
berefek sebagai antitusif dan tidak melebihi dosis maksimum harian. Kandungan
guaifenesin, pseudoefedrin HCl, dan CTM tidak melebihi dari dosis maksimum
harian yang dianjurkan. Produk Anacetine, kandungan parasetamol, guaifenesin,
dan CTM tidak melebihi dosis maksimum yang dianjurkan. Badan POM telah
46
adalah 15 mg dengan dosis maksimum untuk anak 6-12 tahun adalah 37,5 mg
perhari, penggunaanya tidak dianjurkan untuk anak usia dibawah 6 tahun
(Anonim, 2008a). Pada produk Anacetine terdapat 3,5 mg PPA, sebaiknya
produk ini tidak digunakan untuk anak usia dibawah 6 tahun.
C. Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Perubahan Perilaku Responden
Metode edukasi yang diberikan terdiri dari 3 metode, yaitu leaflet,
ceramah, dan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet. Pengaruh dari
berbagai metode yang diberikan dilihat dari perbandingan nilai antara pretest
dengan posttest setelah 1 bulan pada setiap variabel perilaku yaitu pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Kemudian untuk mengetahui apakah perubahan perilaku
tersebut secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak, dilihat dari
nilai signifikansi perbandingan antara pretest dengan posttest setelah 1 bulan.
Nilai signifikansi diperoleh dari uji statistik yaitu Paired t-test jika nilai
pretest dan nilai posttest menghasilkan sebaran data yang berdistribusi normal dan
uji Wilcoxon jika nilai pretest dan nilai posttest menghasilkan sebaran data yang
tidak berdistribusi normal. Dari uji sebaran data pretest dan posttest pada semua
kelompok menghasilkan sebaran data yang tidak berdistribusi normal. Oleh sebab
itu, untuk analisis data yang digunakan selanjutnya adalah uji Wilcoxon. Hasil
perhitungan statistik untuk uji signifikasi dan selisih nilai rerata antara pretest dan
Tabel IX. Uji signifikasi dan selisih nilai rerata antara pretest dan posttest setelah 1 bulan
Kelompok Variabel Pretest (mean±sd) Posttest (mean±sd) Selisih rerata Nilai signifikansi (p) Kontrol Pengetahuan 24,200±2,058 24,270±2,212 +0,070 0,813 Sikap 23,600±2,430 23,270±2,067 -0,330 0,439 Tindakan 18,130±2,501 18,230±2,885 +0,100 0,711 Leaflet Pengetahuan 24,000±2,034 25,200±3,089 +1,200 0,043 Sikap 23,270±2,067 24,000±2,166 +0,730 0,044 Tindakan 18,070±2,258 19,000±2,560 +0,930 0,035 Ceramah Pengetahuan 23,870±1,889 24,670±2,368 +0,800 0,204 Sikap 23,330±2,426 23,670±2,523 +0,340 0,462 Tindakan 17,670±1,953 18,330±3,467 +0,660 0,281 Ceramah +leaflet Pengetahuan 23,930±1,780 26,670±3,166 +2,740 0,000 Sikap 23,130±2,013 25,270±2,377 +2,140 0,001 Tindakan 17,930±2,559 20,200±3,305 +2,270 0,000
Nilai signifikansi lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan variabel perilaku antara pretest dengan posttest yang signifikan.
Sedangkan jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa ada
perbedaan variabel perilaku antara pretest dengan posttest yang signifikan. Pada
tabel IX terlihat bahwa untuk setiap variabel perilaku baik pengetahuan, sikap,
dan tindakan pada kelompok kontrol dan kelompok ceramah menghasilkan nilai
signifikasi yang lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan perilaku yang signifikan antara pretest dan posttest setelah 1 bulan.
Sedangkan pada kelompok leaflet dan kelompok ceramah yang dilanjutkan
dengan pemberian leaflet untuk setiap variabel perilaku baik pengetahuan, sikap,
dan tindakan menghasilkan nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara pretest dan posttest
48
Selanjutnya untuk mengetahui perubahan setiap variabel perilaku yang
terjadi mengalami penurunan atau peningkatan dilihat dari nilai selisih rerata
antara pretest dengan posttest setelah 1 bulan. Selisih nilai rerata pretest dan
posttest yang bernilai positif menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada
responden berupa peningkatan perilaku, sedangkan selisih nilai rerata pretest dan
posttest yang bernilai negatif menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi berupa
penurunan perilaku. Pada tabel IX terlihat bahwa kelompok kontrol mengalami
peningkatan pengetahuan dan tindakan sebesar 0,070 dan 0,100. Sedangkan untuk
variabel sikap mengalami penurunan yaitu sebesar -0,330, namun secara statistik
peningkatan pengetahuan dan tindakan, serta penurunan sikap tersebut tidak
bermakna. Pada kelompok leaflet, kelompok ceramah, dan kelompok ceramah
yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet mengalami peningkatan pada semua
variabel perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pada kelompok
ceramah, peningkatan tersebut secara statistik tidak bermakna, sedangkan
kelompok leaflet dan kelompok ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian
leaflet peningkatan tersebut secara statistik bermakna. Hal ini menunjukkan
bahwa metode edukasi leaflet dan metode edukasi ceramah yang dilanjutkan
dengan pemberian leaflet mengenai pemilihan dan penggunaan obat batuk anak
memberikan perubahan perilaku yang signifikan. Pada gambar 10 terlihat bahwa
peningkatan perilaku baik pengetahuan, sikap, dan tindakan paling tinggi dialami
oleh responden yang memperoleh metode edukasi berupa ceramah yang
dilanjutkan dengan pemberian leaflet, kemudian responden pada kelompok leaflet,
-0,8 -0,4 0 0,4 0,8 1,2 1,6 2 2,4 2,8
pengetahuan sikap tindakan
se li si h r e ra ta variabel perilaku kontrol leaflet ceramah ceramah+leaflet mengalami peningkatan perilaku berupa pengetahuan dan tindakan paling rendah,
kemudian pada variabel sikap mengalami penurunan.
Gambar 10. Selisih rerata pretest dan posttest
Menurut penelitian para ahli, indera yang paling banyak menyalurkan
informasi ke dalam otak adalah mata yaitu sekitar 75%-87%, sedangkan
13%-15% melalui indera lain (Notoatmodjo, 2007). Kelompok yang mendapat
perlakuan ceramah dan leaflet mengalami perubahan perilaku yang signifikan
karena dengan metode ini, responden menerima informasi dari indera
pendengaran dan penglihatan dan juga memperoleh leaflet yang dapat
dipergunakan sewaktu-waktu untuk mengingat kembali informasi yang telah
diperoleh sebelumnya dari ceramah.