• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh jenis larutan dan waktu terhada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengaruh jenis larutan dan waktu terhada"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Jenis Larutan dan Waktu terhadap Pembusukkan

Serat

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

oleh

TASYA WIRDATI HAMDI

NPM 15010093

PROGRAM STUDI TEKNIK TEKSTIL

POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Pengaruh Jenis Larutan dan Waktu terhadap Pembusukkan Serat”, suatu permasalahan yang dianggap remeh oleh banyak orang ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.

Makalah ini dibuat dalam rangka memajukan teknologi tekstil pada zaman modern ini. Serta memperdalam pengetahuan pembaca untuk lebih mengetahui perkembangan tekstil selama ini khususnya di negara kita yaitu Indonesia. Dalam proses pembuatan makalah ini tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan :

 Daman Huri, SS, M.Pd, selaku dosen mata kuliah “Bahasa Indonesia”  Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan pada

pembuatan makalah ini

 Orang tua saya yang selalu memberikan motivasi

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Bandung, 26 Desember 2015

Penyusun,

Tasya Wirdati Hamdi

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1

BAB I...3

PENDAHULUAN...3

1.1. Latar Belakang...3

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan... 5

1.4 Manfaat Penulisan Makalah...6

BAB II...7

PEMBAHASAN...7

2.2 Kajian Teori...7

2.2.1 Pengertian Serat Jute...7

2.2.2 Penentuan Kualitas Serat Jute...8

2.2.3 Jenis Larutan yang dinilai dapat mempengaruhi kualitas serat...9

2.2.4 Peningkatan kualitas serat jute...11

2.2.5 Perubahan kualitas saat ada perbedaan jenis larutan jute...12

2.2.5.1 Kerugian proses pembusukan serat jute dengan cara tradisional...12

2.2.5.2 Keuntungan proses pembusukan serat jute dengan cara tradisional....14

BAB III...15

PENUTUP...15

3.1. Kesimpulan...15

3.2 Saran...15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama ini, kita tidak pernah tahu seberapa besar pengaruh jenis larutan terhadap kualitas serat jute tersebut. Masyarakat pada zaman sekarang hanya pemakai yang menuruti kemauan produsen. Diperlukan penelitian bagaimana menciptakan serat jute yang lebih baik dan bermutu guna meningkatkan kualitas serat jute pada era modern ini. Dalam makalah ini akan dijelaskan apakah larutan yang biasa dipakai pada saat pembusukan serat jute baik atau ada larutan lain yang dapat meningkatkan kualitas serat tersebut.

Pembusukan pada serat jute yaitu hanya diambil bagian kulit batangnya saja, karena bagian dalam batang jute atau penampang melintang kosong sehingga bagian dalam tidak dapat digunakan. Bagian yang diambil hanyalah kulit terluar karena kulit bagian dalam tidak mengandung ciri-ciri unsur serat. Bagian kulit batang bukan berarti serat yang tipis atau mempunyai kualitas rendah, justru kulit batang jute sangat sulit dipisahkan antara satu dengan yang lainnya sehingga membutuhkan waktu lama untuk memisahkan serat tersebut. Selama ini pemisahan searat jute masih menggunakan tangan manusia atau masih secara konvensional. Dibutuhkan alat yang dapat mempercepat pemisahan serat tersebut untuk mennghemat tenaga dan waktu.

(5)

Di negara penghasil serat jute terbanyak, pemisahan serat jute masih menggunakan tangan manusia sehingga dibutuhkan waktu yang sangat lama. Kita perlu mengefektifkan waktu dan mengurangi tenaga sehingga bisa menghasilkan serat jute yang lebih banyak dari sebelumnya. Yang bisa dilakukan saat ini mencari tahu bagaimana cara menciptakan alat atau mesin untuk memisahkan serat jute.

Kita perlu mengetahui bagaimana mengefektifkan waktu dalam pembusukkan serat jute. Mungkin bisa dilakukan tidak dengan cara memisahkan dengan tangan tetapi dipisahkan oleh alat yang sampai sekarang masih belum ada. Atau bisa juga direndam lebih lama agar serat lebih mudah dipisahkan. Akan tetapi ditakutkan akan mengurangi kekuatan serat tersebut.

Tidak akan menghasilkan kualitas serat jute yang lebih baik jika tidak diteliti. Selama ini belum diketahui secara detail mengenai serat jute yang baik. Dan penjelasan cara mengefektifkan tenaga dan waktu untuk menciptakan serat jute yang berkualitas dengan menghemat tenaga dan waktu.

Mencari jenis larutan yang dinilai paling baik untuk meningkatkan pembusukan serat jute. Kita dapat mencari tahu apa penyebab pembusukkan selama ini. Kita bisa langsung menciptakan larutan tersebut. Karena pembusukkan pada serat jute dilakukan dengan cara di rendam di air, pembusukan akan terjadi dalam waktu yang sangat lama. Sehingga kita perlu tahu bagaimana cara mengefektifkan waktu untuk pembusukkan serat jute.

Mencari jenis larutan yang paling baik untuk pembusukkan serat jute. Dapat dilakukan dengan cara meneliti apakah pembusukkan mengandung larutan yang berbahaya atau tidak. Jika larutan yang didapat bisa mencemarkan air, sebaiknya tidak digunakan larutan tersebut. Selama ini pembusukkan mengandung jamur. Mungkin bisa dicoba dimasukkan jamur ke dalam larutan untuk pembusukkan.

(6)

pembahasan diatas pembusukan dapat dilakukan menggunakan jamur. Kita bisa menggunakan berbagai jenis jamur untuk membusukan serat jute ini. Dengan berbagai referensi bisa didapatkan jamur yang berkualitas.

Melakukan pembusukan serat jute dengan waktu yang berbeda. Yang kita ketahui, pembusukan atau perendaman serat jute dilakukan dengan sangat lama. Tetapi, pembusukkan serat jute yang lebih lama bisa saja mempermudah pada saat pemisahan serat jute. Maka perlu diketahui apakah waktu mempengaruhi memudahkan pemisahan serat jute.

Diperlukan mesin yang baik dan berkualitas agar tidak merusak produksi yang kita buat. Apabila alat tersebut membuat rusak itu percuma. Tujuan menciptakan alat ini untuk mengekfektifkan waktu dan tenaga agar dapat menciptakan serat jute dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Bagaimana menentukan kualitas serat jute?

2. Mengapa jenis air dinilai mempengaruhi kualitas serat jute? 3. Bagaimana meningkatkan kualitas serat jute?

4. Apakah ada perubahan signifikan saat ada perubahan waktu pada pembusukkan serat jute?

1.3Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan:

1. Penentuan kualitas serat jute

2. Jenis larutan yang dinilai mempengaruhi kualitas serat jute 3. Peningkatan kualitas serat jute

4. Perubahan kualitas saat ada perbedaan jenis larutan jute

(7)

1. Bagi Penulis

Dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan kualitas serat jute dengan cara mencari pengaruh waktu dan jenis larutan terhadap pembusukan dan lebih banyak mengetahui manfaat serat jute. Dan bisa memberi informasi yang selama ini belum diketahui. Memberi wawasan lebih tentang serat jute. Bisa memberikan ide dan motivasi untuk menciptakan suatu alat yang belum pernah ada guna meningkatkan kualitas serat jute.

2. Bagi Pembaca

Mendapat informasi mengenai pengaruh waktu dan jenis larutan terhadap pembusukkan serat jute. Dan dapat mengetahui apa saja jenis larutan yang baik untuk pembusukkan serat jute. Bisa juga dengan mengefektifkan waktu. Dan dapat menciptakan serat jute yang baik. Selain itu, pembaca dapat memberikan ide untuk menciptakan alat untuk mengefektifkan serat jute.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat mendapatkan hasil ciptaan serat jute yang baik dan kualitas yang lebih tinggi dengan jenis larutan hasil penemuan baru. Dan bisa menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang mampu membuat alat. Juga mendapatkan kemajuan hasil temuan ini. Selain itu, memperbanyak produksi serat jute untuk meningkatkan bisnis di kalangan pengusaha.

4. Bagi Pertekniktekstilan

Mendapat informasi bahwa ada jenis larutan baru yang dapat menciptakan serat jute yang berkualitas. Juga mengefektifkan waktu dalam pemisahan serat jute. Juga dapat menikmati hasil ciptaan alat atau mesin yang telah ditemukan. Selain itu, dapat menumbuhkan motivasi kepada mahasiswa untuk menciptakan alat yang lebih baik.

(8)

PEMBAHASAN

2.2Kajian Teori

2.2.1 Pengertian Serat Jute

Serat jute telah terkenal sejak zaman Mesir Kuno dan diperkirakan berasal dari daerah Laut Tengah, yang kemudian meluas ke Asia seperti India, Pakistan dan Bangladesh. Merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik ditanah alluvial dengan iklim tropik lembab. Serat yang dihasilkan berasal dari batangnya yang kecil dan lurus. Setelah dipanen, batang jute diikat dan dibiarkan diladang selama berhari-hari sehingga daun-daunnya terlepas.

Retting adalah perlakuan yang diberikan kepada batang jute, yaitu direndam dalam air dengan suhu tidak kurang dari 27˚C. Air perendaman dalam keadaan diam atau mengalir secara perlahan selama 10-20 hari. Hal ini dilakukan untuk proses pemisahan serat dari batangnya. Pembusukan akibat perendaman akan memunculkan serat-serat jute yang kemudian dicuci berulang-ulang dengan air bersih untuk menghilangkan getah, serta kotoran-kotoran yang lain. Apabila perendaman dilakukan kurang lama, maka serat sukar terlepas dan masih banyak getah dalam seratnya. Namun sebaliknya apabila perendaman terlalu lama maka kekuatan serat akan turun serta tidak berkilau.

(9)

Komposisi serat jute terdiri dari selulosa 71 %, lignin 13 %, hemiselulosa 13 %, pektin 0,2 %. Zat-zat yang larut dalam air 2,3 %, lemak dan lilin 0,5 %. Jute peka erhadap alkali dan asam karena adanya hemiselulosa. Pengelantangan yang kuat menyebabkan kehilangan berat yang cukup besar.

Serat jute yang belum dikelantang sangat peka terhadap sinar matahari, dan dalam penyinaran yang lama maka serat ini akan berubah menjadi coklat atau kekuning-kuningan serta kekuatan seratnya akan berkurang. Kekuatan dan kilau serat jute adalah sedang, tetapi mulur saat putusnya rendah 1,7 % dan getas. Serat jute tidak tahan terhadap lipatan lipatan. Sifat penting yang lain dari jute ialah sifat higroskopnya lebih tinggi dibanding dengan serat-serat selulosa yang lain.

2.2.1.2Penentuan Kualitas Serat Jute

Serat jute mempunyai kekuatan dan kilau sedang, tetapi mulurnya sangat rendah, seratnya kasar sehingga membatasi kehalusan benang. Hal ini merupakan faktor dalam menentukan kualitas serat jute. Maka dari itu serat jute hanya digunakan sebagai bahan pembungkus dan karung, sebagai tekstil industri pelapis permadani, isolasi listrik, tali-temali, terpal, dan bahan untuk atap. Tetapi untuk jenis makanan tertentu jute tidak baik dipergunakan sebagai bahan pembungkus karena bulu-bulu yang putus akan mengotori makanannya.

(10)

kotoran-kotoran yang lain. Apabila perendaman dilakukan kurang lama, maka serat sukar terlepas dan masih banyak getah dalam seratnya. Namun sebaliknya apabila perendaman terlalu lama maka kekuatan serat akan turun serta tidak berkilau. Serat jute menjadi rapuh atau mulurnya akan semakin rendah.

Pengelantangan yang kuat menyebabkan kehilangan berat yang cukup besar. Serat jute yang belum dikelantang sangat peka terhadap sinar matahari, dan dalam penyinaran yang lama maka serat ini akan berubah menjadi coklat atau kekuning-kuningan serta kekuatan seratnya akan berkurang. Kekuatan dan kilau serat jute adalah sedang, tetapi mulur saat putusnya rendah 1,7 % dan getas. Serat jute tidak tahan terhadap lipatan lipatan. Sifat penting yang lain dari jute ialah sifat higroskopnya lebih tinggi dibanding dengan serat-serat selulosa yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa kualitas serat jute dipengaruhi oleh daerah tumbuhnya, jenis, warna, kilau, kebersihan, panjang serat dan pegangannya. Mutu tersebut didalam perdagangan di klasifikasikan menjadi White jute, Tosa jute, Daisee jute. Penampang serat jute berbentuk segi banyak dengan sudut-sudut tajam, dinding selnya tebal dengan lumen yang lebar berbentuk lonjong. Bentuk memanjang lumennnya tidak teratur, didekat serat melebar dan didekat ujung meruncin

2.2.1.3Jenis Larutan yang dinilai dapat mempengaruhi kualitas serat

(11)

Retting dan proses ekstraksi memiliki efek mendalam pada kualitas serat yang dihasilkan juga biaya produksi serat. Ini mempengaruhi efisiensi manufaktur, kualitas produk akhir dan daya saing serat di pasar. Pada akhirnya, itu menentukan tingkat pendapatan untuk industri dan pengembalian bagi petani.

Mengingat tingkat parah persaingan di pasar serat, produsen jute sangat menyadari kebutuhan untuk meningkatkan retting dan ekstraksi proses, dengan cara mengurangi ketergantungan pembusukan pada air atau dengan cara mengganti larutan menjadi lebih sedikit dan lebih cepat. Hal ini untuk meningkatkan produksi kualitas serat jute tersebut.

Proses retting rami adalah salah satu faktor yang bertanggung jawab penting bagi kualitas serat rami. Kelangkaan air rami retting di beberapa daerah di Bangladesh adalah salah satu isu utama. Tujuan utama dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang status saat ini proses retting rami serta menyebutkan keuntungan dan kerugian dari perbedaan proses pembusukkan serat jute.

Data tentang proses proses goni retting dan pita retting tradisional dikumpulkan melalui wawancara pribadi dari petani rami. Para petani yang terlibat dalam budidaya rami dan mayoritas dari mereka menggunakan pendekatan metode dan memakan waktu yang sangat lama dengan cara melakuka tradisional retting di kolam/kanal. Metode tradisional menghambat kualitas serat rami, merusak budidaya ikan, dan mencemari lingkungan seperti yang bio-massa yang terurai.

(12)

2.2.1.4Peningkatan kualitas serat jute

Berdasarkan penelitian di negara penghasil jute terbesar, menurut Departemen Penyuluhan Pertanian (DAE) pejabat di Dhaka, Bangladesh, sekitar 0,67 juta hektar lahan dibawa di bawah goni budidaya pada tahun 2012 dimana sekitar 0,62 juta hektar dibudidayakan pada tahun 2011. Budidaya rami hampir di pola yang sama selama periode yang disebutkan. Produksi pada tahun-tahun awal dari 2003-2004 sampai 2006-2007 menyebabkan hasil yang berkurang karena harga jual yang rendah, lebih sedikit hasil, dan manfaat. Dalam beberapa tahun terakhir produksi rami adalah kompetitif tinggi tetapi ada masalah besar pada proses retting Juni 2015 karena kelangkaan air dan kualitas rendah serat. Hal ini menunjukkan tren peningkatan produksi tetapi memiliki kualitas buruk.

Berdasarkan masalah para petani, tradisional retting dapat diatasi dengan cara retting pita. Retting pita adalah metode retting tertentu berdasarkan pada saat sebelum perawatan mekanik batang tanaman yang memungkinkan mengurangi kebutuhan air, lama waktu pembusukan dan tingkat pencemaran lingkungan hampir seperempat dibandingkan dengan metode lain yang diproses seluruh tanaman.

Pada tahun 2012-2013, produksi pembusukan metode pita digunakan hampir 7,5%, sedangkan pada tahun produksi 2008-2009 itu hanya 1%. Kualitas serat pita dibusukkan yang lebih baik dibandingkan dengan metode tradisional dan kualitas baik dalam proses dapat dengan mudah diamati. Perbandingan antara dua retting proses di tahun produksi yang berbeda di daerah penelitian menunjukkan bahwa petani sekarang lebih tertarik pada proses retting pita.

(13)

adalah keuntungan dan kerugian proses pembusukan serat jute dengan cara tradisional:

2.2.1.1.5.1 Kerugian proses pembusukan serat jute dengan cara tradisional

1. Kualitas Serat

Karakteristik yang melekat pada serat jute adalah kekuatan, fleksibilitas, dan ramah lingkungan yang secara langsung menyediakan teknis dan persyaratan industri melalui kegunaan akhir fungsional. Warna gelap dan bintik hitam pada serat rami disebabkan karena kualitas yang rendah. Kualitas serat mungkin tidak sama semua persis seperti tidak ada kontrol pada proses retting alam. Jadi tidak mungkin untuk mendapatkan jaminan mengenai serat berkualitas baik melalui metode tradisional. Di daerah penelitian, sebagian besar petani memproduksi serat jute dengan kualitas rendah, karena kualitas yang buruk dari air seperti air berwarna hitam gelap, air berlumpur, dan kedalaman yang rendah atau air tidak mencukupi. Hal ini ditemukan dalam beberapa kasus bahwa kekuatan serat menurun karena pembusukkan yang dilakukan dengan cara ditumpuk sampai 20-30 bundel tanaman.

2. Waktu proses pembusukan

Perbandingan kebasahan pada batang merupakan salah satu faktor penting untuk menghasilkan serat berkualitas. Karena kekurangan air selama periode pembusukkan, semua batang tanaman tidak dapat ditumpuk pada satu waktu. Akibatnya proses tradisional membutuhkan waktu lebih lama untuk pembusukan. Di daerah penelitian, petani menumpuk tumbuhan untuk waktu yang lama setelah panen dan berharap untuk ketersediaan yang cukup air. Pita retting mengurangi waktu pembusukan hingga 4-5 hari serta mengurangi kebutuhan air.

(14)

Dalam proses tradisional, dalam jumlah besar biomassa mengalami dekomposisi yang disebabkan genangan air polusi di sekitar lingkungan selama pembusukan. Selama proses pembusukan serat, mikroorganisme yang berbeda seperti bakteri dan jamur yang tumbuh di jute berlumut di dalam air kolam / kanal / sungai sehingga berbahaya untuk budidaya ikan. Selain itu, pembusukan yang dilakukan di perairan terbuka seperti padai kolam / kanal / adalah penyebab sungai bau tak sedap dan mencemari lingkungan setempat.

4. Dampak pada budidaya ikan

Di daerah penelitian budidaya ikan komersial, popularitas dicapai dalam beberapa tahun terakhir di mana petani tidak memungkinkan melakukan pembusukan serat di kolam atau parit mereka. Karena batang rami di kolam / parit menjadi bau dan membusuk sehingga berdampak pada ikan serta menciptakan masalah besar yaitu mengurangi harga ikan yang dibudidayakan.

5. Tidak terkendalinya proses pembusukan

Tidak ada pengendalian volume air, kualitas air, dan suhu dalam proses pembusukan tradisional di tambak/kanal/sungai. Selama ini pembusukan menghasilkan bahan yang masih mentah dan pembusukan yang berlebihan menghasilkan serat yang lemah. Tidak sempurnanya perendaman menghasilkan serat croppy yang memiliki nilai sangat rendah. Hal ini telah memberikan informasi mengenai status sekarang dan diidentifikasi akan menimbulkan masalah besar pada proses pembusukan serat. Karena kekurangan air di periode panen, petani menggunakan air berlumpur dan kanal kecil dengan air yang cukup sedikit untuk pembusukan tradisional serat jute.

(15)

2.2.1.1.5.2 Keuntungan proses pembusukan serat jute dengan cara tradisional

(16)

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sulit jika menemukan larutan baru, karena membutuhkan jumlah yang sangat banyak untuk perendaman tanaman itu sendiri. Selain itu juga pasti akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun ada cara lain yang dapat mengatasi masalah ini yaitu dengan cara retting pita. Sudah dijelaskan pada uraian di atas bahwa banyak sekali keuntungan dengan cara baru ini.

Informasi mengenai status sekarang dari proses retting rami dan diidentifikasi masalah pada proses goni retting berbeda pada daerah langka air seperti di Bangladesh. Karena kekurangan air di periode panen, petani menggunakan air berlumpur dan kecil kanal dengan air cukup untuk retting tradisional goni hijau. Beberapa masalah seperti pencemaran lingkungan, budidaya ikan, serat kualitas buruk, dan memakan waktu yang muncul dalam proses goni retting tradisional. Karena itu proses retting tradisional goni tidak layak di daerah kelangkaan air. Yang sesuai teknologi adalah pita retting dengan tangki plastik buatan diperlukan untuk memperpanjang di daerah langka air Bangladesh.

3.1.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat di berikan saran antara lain:

1. Dalam rangka peningkatan kualitas serat jute, perlu dibuat tangki plastik untuk mendukung cara baru yang lebih efisien yaitu retting pita.

(17)

3. Untuk mengefesienkan waktu dalam proses pembusukan serat jute, diperlukan pengontrolan secara berkala agar tidak terjadi over-retting yang menyebabkan rusaknya serat dan penurunan kualitas serat secara drastis.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Handri Irvan, 2015. Jute Fiber atau Serat Jute. (online), (http://weavingandsilk.blogspot.co.id/2015/08/jute-fiber-atau-serat-jute.html, diakses tanggal 25 Desember 2015).

Herdianthy Shendy, 2015. Jenis Serat Alami. (online), ( http://shendy-id.blogspot.co.id/2015/10/jenis-serat-alami.html, diakses tanggal 25 Desember 2015).

___________, 1998. Improved Retting and Extraction of Jute Project Findings and Recomendations. (online), (http://www.fao.org/docrep/field/381307.htm, diakses tanggal 25 Desember 2015).

Ali Rostom, Md., Osamu Kozan, Anisur Rahman, Khandakar Tawfiq Islam, & Md. Iqbal Hossain, 2015. Jute Retting Process: Present Practice and Problems in Bangladesh. (online),

Referensi

Dokumen terkait

(Pendapat Rotonga, lihat Bab II hal. Berdasarkan pendapat diatas jelas bahwa suatu pendapat umum terbentuk karena adanya suatu persoalan atau isu yang menyangkut

9 Apakah keluarga anda biasa minum dengan air yang dimasak lebih dahulu. 10 Apakah keluarga anda biasa BAB

Taxiway adalah suatu jalur tertentu di dalam lokasi Bandar udara yang menghubungkan antara landas pacu (runway) dengan landas parkir (apron) di daerah bangunan terminal

Proses secara bioteknologi ini memiliki beberapa keuntungan yakni reaksi reduksinya selektif terhadap xilosa apabila didalam media terdapat sumber gula lain, reaksinya

Statik itme analizi sonucunda yapıda X yönünde, hemen kullanım performans seviyesinde (B - IO) plastik mafsal oluşmamıştır, 7 tanesi hasar kontrol aralığında

Sebagai prasyarat atau bekal dasar agar bisa mempelajari modul ini dengan baik, maka anda diharapkan sudah mempelajari: konsep medan magnetik di sekitar penghantar berarus

Peningkatan lama penyinaran tambahan sampai dengan 40 hari dapat meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas varietas Bakardi Putih lebih baik dibandingkan varietas Lolipop