• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas dasar dasar ilmu tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas dasar dasar ilmu tanah"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1.

Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno

(1992)terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu: 1. Alfisol

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari

permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.

Aridisol:

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.

Entisol:

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

Histosol:

(2)

Organosol. Inceptisol:

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

Mollisol:

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll.

Oxisol:

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak

mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

Spodosol:

Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,

dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

Ultisol:

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.

Vertisol:

(3)

Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975 dengan disertai singkatan nama ordo tersebut, adalah sebagai berikiut:

1. Alfisol –> disingkat: Alf 2. Aridisol –> disingkat: Id 3. Entisol –> disingkat: Ent 4. Histosol –> disingkat: Ist 5. Inceptisol –> disingkat: Ept 6. Mollisol –> disingkat: Oll 7. Oxisol –> disingkat: Ox 8. Spodosol –> disingkat: Od 9. Ultisol –> disingkat: Ult 10. Vertisol –> disingkat: Ert

Sistem ini bersifat hierarkis. terdapat penggolongan 12 (pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order ("ordo tanah"). Mereka adalah

1. Entisol (membentuk akhiran -ent) merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan.

2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept) merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol.

3. Alfisol (membentuk akhiran -alf) merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.

4. Ultisol (membentuk akhiran -ult) merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.

5. Oxisol (membentuk akhiran -ox) tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, 6. Vertisol (membentuk akhiran -vert) merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih

(4)

7. Mollisol (membentuk akhiran -mol) merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%.

8. Spodosol (membentuk akhiran -od) merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).

9. Histosol (membentuk akhiran -ist) merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat).

10. Andosol (membentuk akhiran -and)

11. Aridisol (membentuk akhiran -id) merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering).

12. Gleisol (membentuk akhiran )

Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing order. Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi dan atmosfer.

2.

Pedologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologitanah. Di dalamnya ditinjau berbagai hal mengenai pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan kimia), dan klasifikasi tanah. Istilah ini dipinjam dari bahasa Inggris, pedology, yang membentuknya dari dua kata bahasa Yunani: pedon ("tanah") dan logos ("lambang", "pengetahuan").

Pedologi merupakan satu dari dua cabang utama ilmu tanah, selain edafologi (ilmu kesuburan tanah)

3.

jujubandung

blog bebas

Skip to content

 Home

(5)

o Grammar

June 7, 2012 enviro kesehatan jujubandung

Tanah merupakan materi lepas yang terdiri dari hasil pelapukan batuan dan mineral lain serta zat organik yang telah hancur, yang menutupi sebagian besar permukaan daratan bumi. Dalam pengertian teknik secara umum maka tanah dapat didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1993). Tanah terdiri dari lima komponen utama yaitu: unsur mineral, air, udara, unsur organik, dan organisme hidup. Material mineral merupakan

komponen struktural tanah yang paling pokok dan ia merupakan 50 persen dari total volume. Kuantitas dari konstituen tersebut tidaklah sama untuk setiap tanah namun hal tersebut sangat tergantung pada lokasi tanah itu sendiri (Eweis, 1998).

Tanah merupakan komponen yang sangat esensial dari ekosistem dibelahan bumi ini. Ia menyediakan dukungan mekanik dan nutrien bagi tanaman dan pertumbuhan mikroba. Tanan yang subur dapat mendukung tersedianya makanan dan serat secara berlebihan merupakan karakteristik dari keberadaan nutrien dan struktur fisik tanah yang menyokong bagi

kehidupan mikroorganisme. Pada kisaran yang luas dari mikroorganisme (bakteri,

(6)

Pada dasarnya terdapat dua cara pendekatan untuk mendeskripsikan tanah yaitu : Pertama, Profil tanah yang didefinisikan sebagai lapisan vertikal tanah yang dapat dibongkar, contohnya dengan menggali lubang atau membuat potongan sehingga akan terlihat bahwa tanah terdiri dari beberapa lapisan (horizon) mulai dari bawah permukaan sampai material induk. Didalam profil tanah tersebut yang terdapat akar tanaman biasanya disebut solum. Kedua,Pedon merupakan volume terkecil yang masih dapat dikategorikan sebagai tanah. Inti dari penjelasan tersebut adalah bahwa tanah terdiri dari tiga dimensi, yaitu satu bagian memiliki perluasan secara lateral, dan dua bagian lainnya dapat dilihat melalui permukaan secara verikal. Pedon dapat diartikan juga irisan vertikal dari profil tanah yang ketebalan dan lebarnya cukup untuk memuat seluruh sifat utama setiap horizon (Wild, 1995).

Sistem tanah tersusun atas tiga fase yaitu fase padat, cair, dan gas. Fase padat merupakan campuran mineral dan bahan organik tanah. Fase cair adalah gabungan antara air dan zat terlarut. Dan fase gas adalah campuran gas. Sifat fisik dan kimia tanah sangat dipengaruhi oleh aerasi, ketersediaan nutrien, dan retensi air. Sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi aktivitas biologi yang terjadi di dalam tanah.

Tanah dapat diidentifikasikan dengan melakukan pengamatan terhadap karakterisitik hidrolis, fisik, kimia, dan biologinya. Karakteristik hidrolis antara lain permeabilitas dan kecepatan infiltrasi.

Tanah itu sendiri tak dapat dipisahkan dari kontaminasi polusi. Karena perannya yang begitu bermanfaat bagi kehidupan, maka tanah sering dipakai oleh manusia untuk berbagai aktivitas, namun kadang-kadang aktivitas tersebut meninggalkan suatu residu yang dikategorikan sebagai polutan. Sekarang ini begitu banyaknya dicurahkan perhatian terhadap polusi yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Dibawah ini terdapat dua definisi dari polusi tersebut. Pertama, polusi terjadi ketika suatu bagian dari lingkungan menjadi berbahaya atau bersifat ofensif terhadap organisme dan khususnya terhadap manusia.

Kedua, kontaminan adalah adanya atau masuknya bahan kima atau bahan organik yang berbahaya dimana pada lokasi tersebut tidak diharapkan adanya bahan berbahaya (Wild, 1995).

Semua bahan kimia akan berbahaya ketika konsentrasinya sangat tinggi meskipun bahan tersebut pada dasarnya tidak berbahaya bahkan bermanfaat jika ia berada pada konsentrasi yang dapat ditoleransi.

Ada dua cara proses dalam tanah yang dapat mencegah akumulasi zat-zat kimia dalam konsentrasi berbahaya, yaitu dekomposisi kimia organik, termasuk pestisida, yang dilakukan oleh mikroorganisme; dan proses adsorpsi dan presipitasi pada komponen tanah.

1. Komponen Tanah

(7)

adalah dari fraksi liat yang akan mempengaruhi karakteristik fisik dan kimia dari tanah. Pengaruh mineral utama akan sangat kecil terhadap karakteristik kimiawi.

Gambar 2.1 Komponen Tanah (Wild, 1993)

Dibawah mikroskop optik, partikel terkecil seperti endapan lumpur (diameter 0.002 hingga 0.02 mm) dapat diamati, dan pada kekuatan elektron mikroskop yang lebih tinggi maka kita dapat melihat partikel tanah liat (diameter kurang dari 0.002 mm). Tanah yang berwarna hitam menunjukkan bahwa ia memiliki humus yang tinggi. Dari satu sendok penuh tanah maka akan dapat mengisolasi jutaan sel bakteri dan mikroorganisme lainnya. Jika suatu botol setengahnya diisi dengan tanah lembab dan kemudian ditutup, maka komposisi udara pada tanah akan berubah, oksigen akan digantikan oleh karbon dioksida yang dikarenakan oleh respirasi organisme tanah tersebut.

Dari penjelasan tersebut, maka akan terlihat bahwa tanah mengandung mineral dan materi organik, udara, air, dan organisme hidup. Unsur-unsur tersebut akan tergantung pada seberapa besar proporsi dan komposisi dari komponen tersebut dan bagaimana ia berinteraksi satu sama lainnya. Unsur-unsur tersebut dapat berubah karena tanah dibiarkan terbuka pada udara bebas, tumbuh tanaman dan kemudian mati, diinjak-injak oleh binatang, atau dibajak oleh manusia.

1.1. Fraksi Mineral Tanah

Mineral dominan yang terdapat dalam tanah adalah silikon dioksida (SiO2). Aluminium dan besi juga berlimpah, sementara kehadiran kalsium, magnesium, potasium, titanium, mangan, sodium, nitrogen, fosfor, dan sulfur biasanya berada dalam jumlah yang lebih sedikit

(8)

Area permukaan (area/volume) dari tiap-tiap jenis partikel tanah secara langsung akan berpengaruh terhadap proses kimia, fisika, dan biologi tanah. Lempung merupakan absorben yang sangat baik untuk air, ion, dan gas. Partikel yang lebih besar, seperti pasir, umumnya tidak memiliki level yang sama terhadap aktivitas permukaannya. Dan pasir juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses kimia dan biologi tanah. Kehadiran area permukaan tanah ini juga mampu mengabsorb berbagai jenis senyawa yang ada dimana hal tersebut memungkinkan terjadinya reduksi terhadap availabilitas senyawa organik untuk proses biodegradasi. Faktor lainnya yang melibatkan avalabilitas nutrien adalah kapasitas pertukaran kation tanah. Mineral lempung dan materi organik memiliki wilayah permukaan elektrik negatif dimana ia mampu mengatraksikan secara positif ion-ion seperti NH4+, K+, Na+, Ca2+, dan Mg2+.

1.2. Materi Organik Tanah

Materi organik tanah terdiri atas dua kelompok utama yaitu : pertama, materi yang bentuk aslinya masih dapat dikenali, dan, kedua, humus. Kandungan materi organik tanah berkisar antara 2-6% berat kering tanah. Materi organik ini juga merupakan sumber utama unsur fosfor, nitrogen, dan sulfur. Fraksi organik tanah terbentuk dari bangkai tanaman dan hewan, sel mikroba, dan produk yang dihasilkan pada proses metabolisme mikroba, dan semua hal tersebut biasanya disebut sebagai humus. Humus adalah materi organik yang telah

mengalami proses degradasi dan transformasi yang dapat membuat materi awalnya tersebut tidak dapat dikenali lagi (Atlas dan Bartha, 1987). Humus biasanya berwarna coklat

kehitaman dan bersifat koloid. Kapasitas menahan air humus jauh lebih besar daripada tanah liat, hal ini sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Humus lebih dominan dibentuk oleh substansi yang terpolimerisasi, yaitu : senyawa aromatik, polisakarida, asam amino, polimer asam uranik, dan senyawa fosfor (Alexander, 1991)

Humus dapat dibagi kedalam beberapa fraksi yang memiliki tingkat kelarutan yang berbeda pada kondisi asam dan alkali. Kebanyakan dari humus dapat diekstraksi dengan larutan alkalin. Endapan dimana bentuk dalam asidifikasi dari ekstraksi pada pH 2 dikenal sebagai asam humik, dan fraksi yang tersisa dalam larutan dikenal sebagai asam fulvik. Fraksi lainnya seperti humin tidak diekstraksi dengan alkali. Fraksi-fraksi tersebut tidak tunggal, secara kimia memiliki substansi yang berbeda, namun fraksi-fraksi tersebut berbeda satu sama lainnya dalam komposisi elemen dan jumlah kelompok reaktif yang ada didalamnya (Tabel 2.1).

Senyawa kimia yang berbeda telah diidentifikasikan dalam humus. Misalnya 10-15% dari humus, karbonnya berada dalam bentuk polisakarida. Sebagian lainnya lagi berasal dari tanaman, namun identitas dari gula tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan karbon berasal dari proses sintesi mikroorganisme tanah. Gula-gula tersebut terdiri dari asam gula yang lebih dikenal sebagai asam uranik, yang berfungsi sebagai “lem” untuk merekatkan partikel-partikel tanah dalam agregat.

Fraksi humik dan fulvik dari humus memiliki kelompok asam dimana ia didominasi oleh gugus karboksilat (COOH) dan gugus fenolat (OH). Gugus karboksil berdisosiasi antara pH 4.5 hingga pH 7, dan gugus fenol berdisosiasi pada pH lebih dari 7.

(9)

Komponen Asam Humik Asam Fulvik

C (%) 56 46

O (%) 36 45

H (%) 4.7 5.4

N (%) 3.2 2.1

S (%) 0.8 1.9

COOH (mmol g-1) 3.6 8.2

Fenol OH (mmol g-1) 3.9 3.0

Sumber : Dari Schnitzer, M. Dan Khan, S.U. (eds) 1978, Soil Organic Matter, Elsevier, Amsterdam

1.3. Gas dalam Tanah

Jumlah air dan udara dalam tanah biasanya cenderung saling berhubungan satu sama lainnya, ketika rongga pori tanah sedang tidak diisi oleh air, maka ia akan diisi oleh udara. Gas utama yang membuat hadirnya udara dalam tanah adalah sama dengan gas yang berada di atmosfir bumi, seperti : nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida. Konsentrasi dari masing-masing gas tersebut, terutama oksigen dan karbon dioksida, sangat tergantung pada sejauh mana tanah tersebut mampu diaerasi, dan tergantung juga pada aktivitas mikroorganisme yang ada dalam tanah itu. Di atmosfir bumi, komponen udara terdiri dari oksigen sebanyak 20%, sedangkan karbon dioksida hanya terisi sebanyak 0.03%. Sementara itu, pada tanah yang teraerasi dengan baik, maka konsentrasi oksigen dapat berada pada range 18-20% dan konsentrasi karbon dioksida dapat tersedia lebih dari 1 hingga 2 %. Pada tanah yang tidak dapat diaerasi dengan baik, seperti tanah lempung dimana terdapat begitu banyak persediaan air dan aktivitas mikroba yang tinggi (respirasi), maka karbon dioksida dapat terisi sebanyak 10% dari volume udara (Paul and Clark, 1989).

Difusi gas dalam profil tanah dapat dijelaskan dengan mengikuti hukum Fick, yang menjelaskan hubungan secara langsung gradien konsentrasi dalam profil tanah :

(10)

dimana:

q = flux yang berdifusi, g/cm2 · s D = konstanta difusi, cm2/s C = konsentrasi gas, g/cm3 Z = kedalaman, cm

Gas dapat bergerak dalam fasa udara, yaitu melalui dengan mengasumsikan bahwa pori-pori tersebut saling berhubungan dan terbuka ke atmosfir, atau dalam fasa liquid dalam bentuk terlarut. Kelarutan gas dalam air tergantung pada beberapa faktor, diantaranya termasuk faktor gas itu sendiri, temperatur, dan tekanan parsial gas dalam pori. Jadi difusi gas dalam air adalah 10.000 kali lebih lambat daripada difusi gas dalam fasa udara (Eweis, 1998). Sedangkan untuk aktivitas mikroorganisme, status aerasi tanah secara keseluruhan tidaklah sepenting seperti kondisi dalam agregat. Tanah yang secara umum mampu diaerasi dengan baik memiliki ruang mikro anaerobik dalam bentuk agregat. Ruang mikro anaerobik tersebut merupakan penjelasan parsial bagi kehadiran bakteri anaerobik, seperti Clostridia pada lapisan atas tanah. Telah diperkirakan bahwa butiran tanah yang memiliki diameter lebih besar dari 6 mm tidak akan memiliki oksigen ditengahnya. Sangat ironis, bakteri aerobik yang menciptakan terjadinya kondisi tersebut ternyata menjadi begitu bermanfaat bagi bakteri anaerobik untuk bertahan hidup. Seperti bakteri aerobik, secara berkoloni menempati ruang mikro, maka bakteri anaerobik mengkonsumsikan seluruh persediaan oksigen, lalu mereka mengubah kondisi menjadi anaerob dan membiarkan koloni anaerob berkembang. Transisi dari kondisi aerob menjadi anaerob terjadi pada konsentrasi oksigen lebih kecil dari 1%. Pada waktu yang sama, untuk mempertahankan aerasi pada tanah maka persentase pori yang terisi oleh udara dalam tanah tidak boleh kurang dari 10% (Paul and Clark, 1989).

1.4. Air dalam Tanah

Air dalam tanah sangatlah bervariasi, ia berada dalam rongga pori tanah dan jumlahnya sangat tergantung pada besarnya rongga pori dan ketersediaan air itu sendiri. Bersama dengan garam-garam dalam tanah, air membentuk larutan tanah yang sangat penting untuk

menyalurkan nutrien yang berguna bagi peryumbuhan mikroorganisme. Kelembaman tanah sangat dipengaruhi oleh aktivitas biologi. Air merupakan komponen penting bagi

protoplasma bakteri, sehingga dibutuhkan persediaan air yang memadai untuk pertumbuhan dan penjagaan bakteri tersebut. Kelembaman tanah dipelihara oleh siklus hidrologis, dan ia tertahan oleh adanya humus yang bersifat higroskopis sehingga tidak terjadi penguapan total. Jika terlalu kecil kelembaman dalam tanah maka hal tersebut akan menghasilkan zona kering dan akan kehilangan aktivitas mikroba. Namun jika terlalu banyak kelembaman, hal tersebut dapat menghalangi pertukaran gas dan perpindahan oksigen kedalam dan melalui tanah sehingga menghasilkan pengembangan zona anaerobik seiring dengan dihasilkannya

pengeliminasian terhadap bakteri aerob yang digantikan oleh anaerob atau anaerob fakultatif.

(11)

Karakteristik fisik dari tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah, dan porositas tanah. Menurut Foth (1998), tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya suatu tanah dimana merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan lempung, atau kelompok yang ukurannya lebih kecil dari kerikil (diameter kurang dari 2 mm). Segitiga tekstur memperlihatkan batasan antara partikel-partikel tanah tersebut (Gambar 2.2).

Tekstur dan bentuk tanah dapat menentukan permukaan jenis tanah, yaitu luas total permukaan zarah (partikel tanah) per satuan berat (volume). Makin halus tekstur tanah, menjadikan permukaan tanah semakin luas.

Struktur tanah merupakan hal-hal yang menyangkut bentuk agregat dari tanah, diantaranya adalah senyawa organik yang merupakan komponen penting dari agregat dalammembentuk struktur tanah.

Kedua faktor tersebut merupakan komponen utama yang menentukan distribusi dan

pergerakan air dan udara dalam tanah, dan menentukan ketersediaan air untuk tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan.

Sementara karakteristik kimia tanah dapat diartikan sebagai keseluruhan reaksi fisikokimia dan kimia yang berlangsung antar penyusun tanah dengan bahan yang ditambahkan ke tanah in situ. Karakteristik kimia tanah antara lain adalah pH, kemampuan tukar ion, kemampuan adsorbsi dan penyaringan oleh berbagai ion anorganik.

2.1. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah permukaan tanah yang dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada didalam tanah (Das, 1993). Tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, maka tanah terdiri dari tiga komponen utama yaitu : sand, silt, dan clay. Fraksi ukuran yang dominan ini memang dinyatakan untuk mendeskripsikan tekstur tersebut, misalnya sebagai lempung, lempung berpasir, lempung berlanau, dan lain sebagainya. Jika tidak terdapat fraksi yang dominan maka tanah akan dideskripsikan sebagai tanah liat atau lempung. Contoh untuk mendeskripsikan nilai keberadaan dan sifat tanah adalah dengan melihat kemampuan tanah untuk mengabsorpsi kation dari larutan tergantung dari fraksi mineral yang terkandung dalam clay dan juga tergantung dari persentase clay dalam tanah. Hal tersebut tergantung pada jumlah dan sumber zat organik yang terkandung dalam tanah. Permeabilitas tanah terhadap air lebih dipengaruhi oleh susunan partikel mineral dan zat organik dalam struktur tanah dengan pori-pori diantaranya, daripada tekstur itu sendiri.

Beberapa sistem klasifikasi berdasarkan tekstur tanah telah dikembangkan sejak dulu oleh berbagai organisasi guna memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu sistem klasifikasi yang sangat familiar dipakai adalah sistem yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah yang dijelaskan oleh USDA, yaitu :

Tabel 2.2. Klasifikasi Distribusi Ukuran Partikel Tanah

(12)

Sistem Internasional Sistem USDA

Kerikil Lebih besar dari 2.0 Lebih besar dari 2.0

Pasir sangat kasar – 1.0 – 2.0

Pasir kasar 0.2 – 2.0 0.5 – 1.0

Pasir medium – 0.1 – 0.5

Pasir halus 0.02 – 0.2 0.05 – 0.1

Lanau 0.002 – 0.02 0.002 – 0.05

Lempung Lebih kecil dari 0.002 Lebih kecil dari 0.002

Sumber : Wild, 1993

Penjelasan mengenai perhitungan klasifikasi tekstur tanah biasanya didekatkan dengan memakai gambar segitiga tekstur, seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.2. Pada gambar tersebut terdapat tiga ukuran partikel, yaitu : sand, silt, dan clay, dimana masing-masingnya diekspresikan sebagai persentase tanah yang lolos pada pengayakan yang berukuran 2 mm. Gambar 2.2 tersebut dapat diilustrasikan dengan contoh berikut. Misalnya apabila distribusi ukuran butir tanah A adalah : 30% pasir, 40% lanau, dan 30% butiran dengan lempung (< 0.002 mm), klasifikasi tekstur tanah yang bersangkutan dapat ditentukan dengan cara seperti yang ditunjukkan oleh anak panah pada Gambar 2.2

(13)

Gambar 2.2 Klasifikasi Berdasarkan Tekstur oleh USDA (Das, 1993.)

Tekstur tanah ini dapat digunakan sebagai indikator dari properti tanah, misalnya ia dapat digunakan untuk menentukan kemampuan tanah dalam mengabsorb kation yang berasal dari larutan tergantung pada mineralogi fraksi lempung jika ia berada pada daerah jenis tanah lempung. Tekstur ini juga tergantung pada jumlah dan kondisi alami dari materi organik yang ada dalam tanah tersebut.

(14)

 Hidroponik

 Klasifikasi

 Cara Menanam

 Sayur

 Pupuk

 Umum

 Jual Sekam Bakar

Home»Pupuk»Kebutuhan Unsur Hara pada Tanaman

Kebutuhan Unsur Hara pada Tanaman

Tuesday, March 10th, 2015 - Pupuk

Advertisement

Kebutuhan Unsur Hara pada Tanaman – Kebutuhan unsur hara pada tanaman sangat

berkaitan dengan jenis atau macam unsur hara. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan karakter dari masingmasing tanaman menyangkut kebutuhannya akan unsur hara tertentu serta perbedaan karakter dan fungsi dari unsur hara tersebut. Kebutuhan tanaman akan unsur hara yang berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut, semisal pada saat awal pertumbuhan tanaman/fase vegetatif akan membutuhkan unsur hara yang berbeda dengan saat tumbuhan mencapai fase generatif.

(15)

Menurut Bastari dalam Wijaya (2010) tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan unsur hara yang selalu tersedia selama siklus hidupnya mulai dari penanaman hingga panen. Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pemberian konsentrasi pupuk yang tepat akan mempengaruhi hasil suatu tanaman. Upaya-upaya untuk menjaga ketersediaan hara dalam tanah selain pemberian konsentrasi pupuk, dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara pemberian dan bentuk pupuk digunakan secara tepat.

Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai dengan pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Meskipun unsur hara tanaman sangat kompleks, namun demikian kebutuhan dasar terhadap hara dalam budidaya tanaman secara hidroponik telah diketahui. Terdapat 14 unsur hara essensial untuk pertumbuhan tanaman. Air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) juga essensial untuk tanaman. Hidrogen, Karbon dan Oksigen juga diperlukan untuk pertumbuhan tanaman mengakibatkan total hara essensial sebanyak 16 elemen. Unsur hara yang utama dibutuhkan oleh tanaman sayuran adalah N, P, dan K. Nitrogen adalah unsur hara yang paling dinamis di alam. Menurut Mattason dan Schjoerring (2002) dalam Suwandi (2009), unsur N mudah hilang dari tanah melalui volatilisasi atau perkolasi air tanah, mudah berubah bentuk, dan mudah pula diserap tanaman. Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Keberadaan NH4+ sangat dinamis karena mudah berubah bentuk menjadi NO3- akibat proses nitrifikasi.

(16)

Meski hanya sebagian kecil K tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, hara K mudah bergerak, terlindi, dan terikat oleh permukaan koloid tanah. Kekurangan K mempengaruhi sistem perakaran, tunas, pembentukan pati, dan translokasi gula. Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar dan daun. Unsur C dan O diambil tanaman dari udara dalam bentuk CO2 melalui stomata daun dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil tanaman dari air tanah (H2O) melalui akar tanaman. Air juga diserap tanaman melalui daun tapi dalam jumlah yang sedikit. Unsur-unsur yang lain diserap akar tanaman dari dalam tanah seperti unsur hara makro N, P, dan K juga unsur hara mikro seperti Ca, Mg, Cu, Fe, dan lainnya (Vincent dan Yamaguchi dalam Parman, 2007).

Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah pemupukan dengan pupuk anorganik atau organik sesuai kebutuhan tanaman. Masalah umum dalam pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Menurut Suwandi (2009), efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%. Efisiensi pemupukan P oleh tanaman juga rendah, berkisar 15-20%. Penerapan teknologi penggunaan pupuk yang tepat, baik jenis, takaran maupun aplikasinya, dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K hingga 40- 50%. Untuk budidaya sayuran, takaran pupuk N berkisar antara 100-200 kg/ha, P2O5 90-180 kg/ha, dan K2O sekitar 60-150 kg/ha (Suwandi, 2009). Menurut Margianto (2007) dalam Malik (2009) kebutuhan nitrogen untuk tanaman kangkung adalah 69 kg N/ha, 54 kg P2O5/ha, dan 21 kg K2O/ha. Menurut Jones, J (1991) tingkat kebutuhan hara tanaman sawi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

 N (%) 2,75-2,99 3,00-5,00 >5,00

 P (%) 0,25-0,34 0,35-0,75 >0,75

 K (%) 3,00-3,49 3,5-6,00 >6,00

Sawi dan kangkung merupakan tanaman C3 yang memiliki karakteristik kebutuhan unsur hara tersendiri dibanding tanaman C4 atau CAM. Menurut Kaufman et.al. (1989), efisiensi tanaman C3 terhadap unsur hara cukup rendah sehingga membutuhkan unsur hara lebih banyak. Unsur N, Mg dan Fe merupakan komponen penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur hara tersebut menunjukkan gejala klorosis pada daun, yang menyebabkan rendahnya fotosintesis, karena klorofil yang dimanfaatkan untuk menyerap energi sinar yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP dan NADP untuk mereduksi CO2, selain itu toleransi yang rendah terhadap ion yang tidak esensial seperti timbal, kadmium, perak, aluminium, raksa, timah, dan sebagainya dapat meracun bagi tanaman. Beberapa hara esensial bagi pertumbuhan tanaman dan gejala defisiensinya menurut Lakitan (2007) tercantum pada tabel berikut:

 N Tanaman hijau muda, daun tua menguning

 P Tanaman hijau tua berubah keunguan

 K Tepi daun tua hijau kekuningan

 Mg Interveinal Chlorosis,mulai dari daun tua berubah nekrosis

(17)

 S Warna daun hijau muda

 Fe Interveinal Chlorosis dengan “Netted Pattern”

 Mn Interveinal Chlorosis dengan “Netted Pattern”

 B Pucuk terminal menjadi hijau muda dan mati

 Cu Daun muda rontok dan kelihatan layu

 Zn Interveinal Chlorosis pada daun tua

 Mo Daun bagian bawah pucat.[tk]

Tags:

unsur hara yang sangat di butuhkan oleh tumbuhan, unsur hara yang dibutuhkan tanaman, kebutuhan unsur hara tanaman, unsur hara, tabel kebutuhan unsur hara tanaman, mengapa unsur hara sangat dibutuhkan dalam budidaya tanaman hias, kebutuhan unsur hara padi, cara pemupukan unsur hara,

kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, nutrisi yang dibutuhkan saat fase generatif padi

Advertisement

Share on: Twitter Facebook Google +

Kebutuhan Unsur Hara pada Tanaman | tipsberkebun | 4.5

Related Posts

Jenis Jenis Media Tanam

Jenis Jenis Media Tanam – Media tanam adalah komponen mutlak ketika bakal bertepat tanam. Media tanam yang bakal dipakai wajib...

Pupuk Nutrisi Tanaman Hidroponik Lengkap

(18)

Manfaat Sekam Bakar Sebagai Media Tanam Konvensional Maupun Hidroponik

Manfaat Sekam Bakar Sebagai Media Tanam Konvensional Maupun Hidroponik – Sekam merupakan salah satu dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran...

Kualitas Larutan Nutrisi dalam Sistem Hidroponik

Kualitas Larutan Nutrisi dalam Sistem Hidroponik – Budidaya tanaman secara hidroponik dilakukan tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber...

Larutan Nutrisi Organik Tanaman Hidroponik

Larutan Nutrisi Organik Tanaman Hidroponik – Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan...

Leave a Reply

Tips Terbaru

 tanaman hidroponik

 macam macam hidroponik

 tanam hidroponik

 tanah buatan unk menanam

 kelembaban pada tanaman selada

 budidaya strawberry

 cara menanam cabe

(19)

 macam sistem hidroponik

 cara menanam strawberry secara hidroponik

Tips Populer

 tanaman hidroponik

 cara menanam kacang hijau

 nutrisi hidroponik buatan sendiri

 hidroponik

 Budidaya kacang hijau

 cara menanam hidroponik

 cara menanam sawi hidroponik

 cara menanam sayuran hidroponik

 bercocok tanam hidroponik

 cara menanam paprika

 Tips Berkebun

 Daftar Isi

 Tentang Kami

Copyright © 2015 Tips Berkebun All Rights Reserved.

Struktur tanah dapat didefinisikan sebagai penyusunan dan pengaturan dari partikel-partikel yang berbeda didalam tanah. Sehingga struktur tanah lebih menegaskan kepada kualitatif dibandingkan kuantitatif tanah. Struktur tersebut berhubungan dengan porositas total dalam volume tanah, bentuk dari masing-masing pori, dan distribusi ukuran pori secara keseluruhan. Sehingga struktur tanah akan sangat berdampak pada proses mekanik tanah, terutama

masalah gerakan fluida, termasuk infiltrasi, retensi air, dan aerasi. Tanah yang partikelnya tidak terikat satu sama lain, seperti debu gurun yang tidak terkonsolidasi, biasanya

dideskripsikan sebagai tanah yang tidak memiliki struktur atau memiliki struktur butiran tunggal. Pada kasus lain, tanah yang memiliki partikel yang saling berdempet secara ketat, seperti lempung yang telah mengering, biasanya dideskripsikan sebagai tanah yang memiliki struktur masif. Tanah dimana strukturnya berada pada pertengahan kedua kondisi yang dijelaskan diatas biasanya dideskripsikan sebagai agregat (Hillel, 1982).

(20)

rusak jika terkena air hujan. Agregat yang paling stabil adalah yang terbentuk pada tanah netral dan tanah yang mengandung kalsium karbonat pada pada padang rumput dimana tersedianya lempung, dan juga pada tanah tropis dimana terdapat partikel mineral utama yang terikat oleh oksida besi.

Materi organik juga sangat penting bagi agregat. Ukuran medium dari agregat (diameter 20-250 mm) biasanya lebih stabil karena disokong oleh tanah humus, besi dan aluminium oksida, dan partikel lempung. Efek dari humus biasanya tergantung pada jumlah mikroba polisakarida yang memiliki gugus karboksil (Wild, 1995).

2.3. Rongga Pori dan Porositas

Partikel tanah memiliki densitas partikel dan bulk density sekitar 2.65 dan 1.3 g/cm3, hal tersebut menjelaskan bahwa tanah memiliki total ruang pori atau porositas sekitar 50 persen. Kasusnya adalah bebatuan tanpa ruang pori akan rusak mengalami pelapukan, setelah itu pelapukan tersebut akan berbentuk mineral tanah yang memiliki porositas sekitar 50 persen. Ukuran ruang pori sangat beragam, dan ukuran pori tersebut akan sama pentingnya dengan jumlah rongga pori itu sendiri (Foth, 1990).

Bagian tanah yang tidak terisi oleh padatan maka ia akan dibentuk oleh ruang pori dalam berbagai bentuk dan ukuran, kadang-kadang kecil dan terpisah, kadang-kadang terisi oleh materi kontinu. Pakar tanah menyetakan bahwa ukuran, jumlah, dan susunan pori ini sebagai porositas tanah. Porositas tanah akan mempengaruhi pergerakan air dan pertukaran gas. Tanah yang tersusun bagus yaitu yang memiliki pori dengan jumlah yang banyak, hal tersebut penting bagi mikroorganisme yang ada dalam tanah dan memerlukan air dan oksigen untuk pertumbuhannya. Pengangkutan nutrien dan kontaminan juga sangat dipengaruhi oleh porositas.

Pergerakan air dalam tanah sangat dipengaruhi oleh ukuran pori tanah. Pergerakan dan difusi gas memiliki hubungan erat dengan total porositas. Difusi gas dalam tanah, senantiasa tergantung pada ruang pori tanah. Ketika oksigen berdifusi melalui makropori menuju mikropori yang berisi air, maka air tersebut akan berfungsi sebagai penghalang bagi perpindahan gas. Oleh karena itu difusi gas jauh lebih baik di udara daripada didalam air. Tanah berlempung biasanya memiliki aerasi tanah yang kecil ketika ia dalam keadaan basah, karena kebanyakan dari mikroporinya akan terisi oleh air sehingga menyulitkan proses difusi. Sedangkan pasir memiliki aerasi atau difusi gas yang cukup bagus karena kebanyakan dari porositasnya didominasi oleh makropori. Secara umum, tanah yang dipakai untuk

pertumbuhan tanaman memiliki total porositas sebesar 50 persen dimana sebagiannya diisi oleh porositas makropori dan sebagiannya lagi diisi oleh porositas mikropori. Hal tersebut sama seperti tanah yang memiliki keseimbangan antara air yang digunakan untuk tanaman dan oksigen yang digunakan untuk akar tumbuhan.

(21)

Gambar 2.3 Fase Udara, Air, dan Solid Tanah (Cookson, 1995)

2.4. Warna Tanah

Warna tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena secara tidak langsung dapat mengkalkulasi karakteristik penting lainnya seperti saluran air, aerasi, dan jumlah materi organik. Sehingga, warna digunakan bersama karakterisitik lainnya untuk membuat kesimpulan terhadap kondisi formasi tanah dan tanah garapan.

Materi organik merupakan faktor utama yang menyebabkan timbulnya warna tanah, tergntung pada kealamiannya, jumlah, dan distribusinya dalam profil tanah. Tanah yang sering digunakan sebagai pembakar biasanya berwarna coklat, sedangkan pada materi organik yang terdekomposisi dengan baik atau sering disebut dengan humus maka ia akan berwarna hitam atau mendekati warna hitam. Kebanyakan dari tanah organik berwarna hitam. Pada kebanyakan tanah mineral, kandungan materi organik tertinggi ada pada permukaan lapisan tanah (horizon), dan warna tanah semakin gelap dengan meningkatnya kandungan materi organik tersebut. Ada anggapan bahwa ada kaitannya antara warna gelap dari tanah dengan tingkat kesuburan dan produktivitas tanah, meskipun hal tersebut tidak selamanya benar untuk suatu kondisi dan lokasi tanah (Foth, 1990).

2.5. Kemampuan Tukar Kation (KTK)

Pertukaran ion meliputi kation dan anion yang diabsorb dari larutan menuju ke permukaan tukar secara positif maupun negatif. Dari dua sifat pertukaran tersebut, tukar kation dalam tanah memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai tukar anion. Tukar kation

didefinisikan sebagai pertukaran antara kation dalam larutan dengan kation lain yang terdapat dalam permukaan material yang bermuatan negatif seperti koloid atau koloid organik (Foth, 1990).

(22)

gram (meq/100 gr). KTK diukur berdasarkan jumlah maksimum kation yang diserap tanah, yang dinyatakan dalam cmol (+) kg-1 dan cmol (-) kg-1, atau dalam mili ekivalen per 100 gr (Foth, 1990). Dalam penetapan KTK, dilakukan suatu analisis semua kation yang dapat dipertukarkan. KTK dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

KTK = ΣmEk kation dapat dipertukarkan per 100 gr tanah

KTK pada fraksi mineral dan organik memiliki kapasitas yang sama. Sumber utama KTK dalam fraksi mineral biasanya bersumber pada lempung. Muatan negatif pada materi organik hadir untuk mendisosiasikan H+ (deprotonasi) dari -OH pada gugus karboksil dan fenol. Pada materi organik, rentang KTK adalah antara 100 sampai 400 cmol/kg, tergantung pada derajat dekomposisinya. Pada horizon tanah mineral, materi organik dan lempung biasanya akan memberikan kontribusi yang sama terhadap KTK.

2.6. Unsur Hara Tanah

Dalam tanah terdapat unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman maupun organisme lain yang ada dalam tanah, diantaranya adalah nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan beberapa logam seperti besi (Fe), mangan (Mn),

tembaga (Cu), seng (Zn), dan lain-lain. Nitrogen merupakan unsur penyusun yang dominan, sedangkan fosfor penting bagi proses transfer energi, penyusun beberapa protein, koenzim, asam nukleat, dan substrat metabolisme. Kalium penting bagi proses translokasi karbohidrat dan sintesis protein. Kalsium merupakan komponen dinding sel pada tanaman maupun bakteri, berperan dalam struktur dan permeabilitas membran. Magnesium merupakan unsur yang berperan sebagai enzim aktivator. Besi berperan dalam sintesis enzim-enzim untuk transfer elektron. Mangan merupakan unsur pengendali beberapa sistem oksidasi-reduksi. Tembaga berperan sebagai katalisator respirasi dan penyusun enzim. Sedangkan seng, berada dalam sistem enzim yang mengatur bermacam-macam aktivitas metabolik.

4.

Home

Maju Bersama Pertanian

Sunday, April 15, 2012

(23)

Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya yang mudah larut dalam air.

Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein. Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat.

Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses nitrogen. Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat.

Adapun fungsi daripada unsur nitrogen pada tanaman adalah (1) meningkatkan pertumbuhan tanaman, (2)meningkatkan kadar protein dalam tanah, (3) meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan rerumputan ternak, (4)meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah, (5) berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman

Ciri-ciri tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati, jaringan tanaman mengering dan mati, buah kerdil, kecil dan cepat masak lalu rontok.

(24)

Selain daripada ciri tanaman kekurangan nitrogen, kelebihan nitrogen juga dapat berdampak negatif pada tanaman, yaitu:

 Menghasilkan tunas muda yang lembek / lemah dan vegetatif  Kurang menghasilkan biji dan biji-bijian

 Menperlambat pemasakan / penuaan buah dan biji-bijian

 Mengasamkan reaksi tanah, menurunkan PH tanah, dan merugikan tanaman, sebab akan mengikat unsur hara lain, sehingga akan sulit diserap tanaman.

 Pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efisien.

Pupuk anorganik yang mengandung unsur N yang tinggi adalah Urea, ZA, Amonium Sulfat.

4

1 1. Nitrogen Nitrogen merupakan salah Satu unsur hara yang sangat penting dan

diperlukan dalam jumlah besar . tanaman menyerap unsur ini dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan ion ammonium (NH4+). Senyawa Nitrogen dibutuhkan untuk membentuk asam amino menjadi protein. Nitrogen dibutuhkan pula dalam pembentukan klorofil, asam nukleat dan enzim. Dalam pertumbuhan tanaman secara umum terutama pada fase vegetatif berperan dalam pembentukan tunas, perkembangan batang dan daun.

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

5.

Ir.Rahmawati arsyad.MP

(25)

Menu utama

Skip to content

 Beranda

 Bahan ajar Agroekoteknologi

 Kuliah Room

 The Holly Qur’an

 Taman bacaan

 Media

 Hasil Pertanian

 Tips Kesehatan

Peranan Bahan Organik Tanah

Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3 – 5 % tetapi pengaruhnya

terhadap sifat-sifat tanah dan

(26)

 Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah

 Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain

 Menambah kemampuan tanah untuk menahan air

 Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Pertukaran Kation tanah menjadi lebih tinggi)

 Sumber energi bagi mikroorganisme.

Sumber bahan organik tanah yang utama adalah hasil fotosintesis yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri serta sisa tanaman lainnya termasuk rumput, gulma dan limbah pasca panen.

Bahan organik di dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.

Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan tanah yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan tanah penting untuk menyamin produktivitas pertanian.

Foto dari http://www.csiro.au

Bahan organik tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan atau binatang melapuk. Tingkat pelapukan bahan organik berbeda-beda dan tercampur dari berbagai macam bahan.

Fungsi Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Fungsi Biologi:

menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme (termasuk mikroba) tanah menyediakan energi untuk proses-proses biologi tanah

memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah b. Fungsi Kimia:

merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah

penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K c. Fungsi Fisika:

(27)

meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air perubahahan moderate terhadap suhu tanah

Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat

meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah.

Share this:

 Twitter

 Facebook

6 comments on “Peranan Bahan Organik Tanah”

1. agung

Oktober 22, 2014 @ 2:24 pm

Asalamuk alaikum,,!

Saya mahasiswa ibuk yg bernama mhd.putra agung

Mngucapkan byk terimakasih atas blog ibuk, sehingga saya bisa membacanya dimana dan kapan aja

Balas

o Rahmawati arsyad

November 26, 2014 @ 6:57 pm

agung terima kasih kembali atas kunjungannya,semoga kau dapat manfaat dan tolong kabari kawan2, mana yang belum tau harap dapat mengajari mereka

Balas

Rahmawati arsyad Agustus 10, 2015 @ 4:04 pm

(28)

Balas

o Rahmawati arsyad

Agustus 10, 2015 @ 4:06 pm

contoh pertanyaan kuliah bahan organik klik kuliah room

Balas

2. muhammad

Agustus 10, 2015 @ 8:24 am

assalamu’alaikumm..saya Mhd syaiful bahri (NIM:1309000399) mahasiswa ibu’ AGT13. trmah kasih bu’ media ini memudahkan sy bwt mengikuti materi kuliah ibu.

Balas

o Rahmawati arsyad

Agustus 10, 2015 @ 4:09 pm

contoh pertanyaan bahan organik tanah klik kuliah room

Balas

Berilah komentar anda !

Cari

Pos-pos Terakhir

 Photosyntesis

 Jalan-jalan ke Borobudur

 F.P UISU Al Munawwaroh ceria

(29)

Tulisanku

Tulisanku

bahan ajar

bahan ajar

Meta

 Mendaftar

 Masuk log

 RSS Entri

 RSS Komentar

 WordPress.com

Blog di WordPress.com. | The iTheme2 Theme.

Ikuti

Ikuti “Ir.Rahmawati arsyad.MP”

Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Buat situs dengan WordPress.com

5.

goresan pena silvia

Selasa, 22 April 2014

makalah pengaruh bahan organik terhadap sifat biologi tanah

(30)

Disusun guna memenuhi tugas

mata kuliah Pengendalian Hama Penyakit Gulma Dosen Pengampu : Ir. Hadi Supriyo, MS.

Disusun oleh : - Silvia Apriliani 201241023 - Enggal Fajar S. 201241034 - Yuni Maria S. W. 201241035 - Iik Suciati N. 201241041 - Luky Eriyanti 201241059

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(31)

dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Adapun fungsinya sebenarnya vital bagi mikroorganisme yang ada dalam tanah, sebagai peningkat perkembangan mikroorganisme metabolik dalam tanah dan masih banyak yang lainnya.

B. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh bahan organik terhadap sifat biologi tanah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahan Organik

(32)

berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang. Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.

Bahan organik adalah hasil-hasil peruaraian tubuh bekas jasad hidup (tumbuhan dan binatang) sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran, bangun, komposisi, dan watak, fisiokimiawi dari aslinya, yang telah menyatu dengan jarah-jarah penyusun tanah lainnya. Pemasok bahan organik adalah tumbuhan dan binatang. Sreresah dan bangkai hewan yang berada di atas dandi dalm tubuh tanah, akan segera diserang oleh binatang pencacah dan jasad renik pengurai, yang menjadikan sumber energy(Arsyad,1989).

Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organic tanah memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto,2005).

Bahan organik tanah berasal dari Sumber primer, yaitu jaringan organic tanaman (flora) yang dapat berupa; Daun, Ranting dan cabang, Batang, Buah, Akar. Sumber sekunder, yaitu jaringan organic fauna yang dapat berupa kotoran dan mikrofauna. Sumber lain dari luar, yaitu beberapa pupuk organic berupa; Pupuk kandang, Pupuk hijau, Pupuk bokasi (kompos), Pupuk hayati.

Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.

(33)

Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup baik tumbuhan maupun hewan dari yang besar sampai yang sangat kecil (mikroorganisme). Keberadaan mereka ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Beberapa mikroorganisme menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman misal Pythium (penyebab penyakit akar) dan Fusarium penyebab penyakit layu pada sayur dan buah-buahan.

 Total Mikroorganisme Tanah

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989). Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain.

 Jumlah Fungi Tanah

Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi

 Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat ( P )

Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan

(34)

lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim.

 Total Respirasi Tanah

Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi ( mikroorganisme ) tanah merupakan cara pertama kali di gunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N. Hasil antara pHdan rata-rata jumlah mikroorganisme.

C. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Tanah

Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti.

D. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Biologi Tanah

(35)

mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.

Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh. Kegiatan jasad mikro dapat membantu dekomposisi bahan organik meningkat.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Fitri. 2011. Peran Makrofauna dan Mikrofauna dalam Sifat Fisik dan Kimia Tanah.http://fitri05.wordpress.com/2011/01/24/peran-makrofa

uan-dan-mikrofauna-dalam-sifat-fisik-dan-kimia-tanah/ [Diakses Tgl 04 Januari 2012].

https ://justkie.wordpress.com/tag/sifat-biologi-tanah/

Hanafia h, K. A., Anas, I., Napoleon, A dan Ghoffar, N. 2005. Biologi Tanah Ekologi dan Makrobiologi Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(37)

Diposkan oleh Silvia Apriliani di 17.34

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan

ke Pinterest

Lokasi: Kudus, Kudus City, Kudus, Central Java, Indonesia

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

My Widget

Arsip Blog

 ▼ 2014 (21)

o ► Juni (6)

o ► Mei (5)

o ▼ April (10)

 klasifikasi, penyebaran, dan pengendalian gulma da...

 klasifikasi, penyebaran, dan pengendalian gulma da...

 klasifikasi, penyebaran, dan pengendalian gulma da...

 klasifikasi, penyebaran, dan pengendalian gulma da...

(38)

 Ketahanan Tanaman Terhadap Serangga

 potensi Trichoderma spp. dalam mengendalikan penya...

 peranan mikroorganisme dalam perombakan bahan orga...

 interaksi tanaman dalm agroforestry

 makalah pengaruh bahan organik terhadap sifat biol...

 ► 2013 (1)

Mengenai Saya

Silvia Apriliani

Lihat profil lengkapku

Gambar

Gambar 2.2 tersebut dapat diilustrasikan dengan contoh berikut. Misalnya apabila distribusi ukuran butir tanah A adalah : 30% pasir, 40% lanau, dan 30% butiran dengan lempung (< 0.002 mm), klasifikasi tekstur tanah yang bersangkutan dapat ditentukan dengan cara seperti yang ditunjukkan oleh anak panah pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Klasifikasi Berdasarkan Tekstur oleh USDA (Das, 1993.)
Gambar 2.3 Fase Udara, Air, dan Solid Tanah (Cookson, 1995)

Referensi

Dokumen terkait

İşlev: Kullanıcı tarafından seçilebilir çok fonksiyonlu analog çıkış OptiDrive, kullanıcıya PO1 analog çıkışı vasıtası ile; hız, akım, motor besleme gerilimi,

Memperhatikan : 1. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor : 903/9614/295- V/Keu tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat Tugas Akhir ini

Muatan multikultur pada kompetensi profesional ditemukan secara implisit dalam kompetensi mengelola keterbatasan pribadi dan profesional (Domain Counselor’s Awareness of

Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada kasus Ir Jakub Budiman yang digugat oleh Bank Permata karena tidak mampu dalam pembayaran hutangnya, dimana Bank

sosial, tetapi dalam perkembangan sangat dipengaruhi oleh pemimpin sebagai sosok kharismatik, hal ini mengakibatkan adanya ketergantungan dari para anggotanya pada sosok

Untuk penjualan smartphone Xiaomi di jaringan took ritelnya, perusahaan telah melakukan pembahasan intensif, sebab pihak Xiaomi juga belum memiliki kan- tor perwakilan