• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER DAN NORMA EKONOMI SYARIAH LEMBAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUMBER DAN NORMA EKONOMI SYARIAH LEMBAGA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejak terjadinya krisis moneter tahun 1998 perkembangan ekononomi

syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat baik, terbukti dengan

mampu bertahannya system ekonomi syariah pada saat terjadi krisis ekonomi di

Indonesia tahun 1998.

Sudah lama juga umat islam di Indonesia, juga hingga umat islam dunia

menginginkan perekonomian yang berbasis nilai-nilai prinsip syariah untuk dapat

diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat. Keinginan

ini didasari oleh suatu kesadaran untuk menerapkan islam secara utuh dan total

seperti yang di tegaskan Allah dalam surat al-Baqarah ayat 85.

م

م ثث

نمممم مك

ث نمم اققيررفف نفوجثرر تثوف كثس

خخ خم

ف فثنأ

ف نفولثتث تف ءرلفؤثههفه تثنأف

خق

خم

بر مهر لفعف نفورثهفظ

خي

فه تف هررريفهدر

خم

م

ر

خثخلٱ

وف

ن

ر وفه معث

خد خلٱ

ى

ه رفمس

فه أ

ث كثوتث ميف نإروف

خم

خأ

بفبر نفوممنثمر تثففأف ممهثجثارف إر ممكث لفعف ممرمممحفمث وفممهثوف هثودثممففهتث

عع

خع

خؤ

مخم

خخ خم خي

خم

ض

ر

ب

ر تفهك

ر

خلٱ

لمإر ممكثنمر ك

خم

ف مملرذفه ل

ث عف يف نمف ءثازفجف امففف بفبر نفورثفث تفوف

خف

م ضضخع

خك

يممفر خر

ييخز

ةروهمميفحف

خلٱ

يف ددممل

اا خن ٱ

مف مميفوف

خو

ةرمممفيفهقر

خلٱ

دمممش

ف أف ى

هه مملفإر ن

ف وددرفمميث

اذفعف

ب بب

خلٱ

امفوف

هثلمل

ٱ

ن

ف ولثمف تف اممع

خع

ف ل

ل فرغفهبر

٨٥

“Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”(Q.S Al-Baqarah: 85)1

Ayat tersebut dengan tegas mengingatkan bahwa selama kita menerapkan

islam secara persial, kita akan mengalami keterpurukan duniawi dan kerugian

1 Al-Quran Surat Al-Baqarah, Ayat 85

(2)

ukhrawi. Hal ini sangat jelas, sebab selama islam hanya diwujudkan dalam bentuk

ritualisme ibadah, diingat pada saat kelahiran bayi, ijab Kabul pernikahan, serta

penguburan mayat, sementara itu di marginalkan dari dunia perbankan, asuransi,

pasar modal, pembiayaan proyek dan transaksi ekspor impor, maka umat islam

telah mengubur islam dalam-dalam dengan tangannya sendiri.2

Dengan demikian, baik di Indonesia ataupun belahan dunia lainnya mulai

menggunakan prinsip-prinsip syariah dalam bisnis dan transaksi keuangan

lainnya. salah satu hal yang menarik adalah bahwa lembaga-lembaga keuangan

asing global sperti CitiBank, Bank ANZ, Jardine Flemming, dan ABN-AMRO

ternyata sudah melebarkan sayapnya memasuki industry keuangan syariah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sumber dan Norma Ekonomi Syariah?

2. Bagaimana Implikasi Sumber dan Norma Ekonomi Syariah di Lembaga

keuangan Syariah Bank dan non-Bank?

1.3 Mamfaat Penulisan

1. Penulis maupun pembaca dapat mengetahui tentang Sumber dan Norma

Ekonomi Syariah

2. Penulis maupun pembaca dapat mengetahui bagaimana implikasi Sumber

dan Norma Ekonomi Syariah di Lembaga ekonomi syariah Bank dan

non-Bank.

1.4 Metode Penulisan

2 Dr. Muhammad Syafi’I Antonio “Islamic Banking ‘Bank Syariah dari Teori ke Praktik’” (2011

(3)

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini ialah mengambil referensi

dari buku-buku atau sumber yang terpercaya serta dikembangkan dengan analisis dan

argumentasi penulis.

(4)

2.1 Sumber dan Norma Ekonomi Syariah

2.1.1 al- Quran

Sumber-sumber yang dapat dijadikan sebagai hujah dalam menentukan

hukum menurut Ibn Hazm ada empat, yaitu: al-Quran, al-Hadits, Ijma, dan

al-Dalil.3 Dalam hal ini Ibn Hazm berkata:

لوأصلا

ىتلا

ل

فرعي

ءيممش

نممم

عراممشلا

لا

اممهنم

ةممعبرا

يهو

صن

ناءرممقلا

صممنو

ملك

لوممسر

هممللا

ص

.

م

.

يذمملا

امنا

وممه

نممع

هممللا

حممأصامم

رتاوممتلا

عامممجإو

ءاممملع

ةممملا

ليلدو

اهنم

ل

لمتحي

لا

اهجو

ادحاو

Artinya: “Dasar-dasar yang dapat diketahui dari al-Syar’i (pembuat Syara) ada empat: Yaitu nash al-Quran, nash kalam Rasulullah saw., yang sebenarnya dating dan diterima dari Allah, serta diriwayatkan oleha orang-orang yang tsiqah (cerdas, adil dan kuat hapalannya) atau oleh orang-orang banyak dan mencapai batasan mutawatir, Ijma’ ulama umat, dan dalil dari ketiga di atas yang tidak menerima dari padanya kecuali satu cara saja.” (Ibn Hazm, I, 1980: 71).

Al-Quran adalah sumber hukum Islam yang pertama dan paling utama,

serta sumber dari segala sumber hukum.4Pandangan Al-Quran terhadap harta dan

kegiatan ekonomi dapat di uraikan dalam lima lima hal: Pertama, pemilik mutlak

terhadap segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini, termasuk harta benda, adalah

Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relative, sebatas untuk

melaksanakan amanah mengelola dan memamfaatkan sesuai dengan ketentuan

Allah. Kedua, dari segi status harta dalam pandangan islam, ada empat hal : 1)

harta sebagai amanah (titipan) dari Allah. 2) Harta sebagai perhiasan hidup yang

memungkinkan manusia bisa menikmati dengan baik dan tidak berlebihan. 3)

3 Dr. Atang Abdul Hakim, Filsafat Ekonomi Islam

(5)

harta sebagai ujian keimanan. 4) harta sebagai bekal ibadah. Ketiga, perolehan

harta dapat dilakukan, antara lain melalui usaha (a’mal) atau mata pencarian

(ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan Allah, secara sungguh-sungguh

dan tidak boleh berputus asa. Keempat, dalam mencari harta, dilarang menempuh

usaha yang haram, seperti melalui cara-cara yang batil dan merugikan

(Al-Baqarah/2: 188), Riba (al-baqarah/2: 273-281), perjudian, berjual beli barang

yang dilarang atau haram (al-Maidah/5 :90-91), mencuri, merampok, Gasab,

tipu-menipu suap-menyuap, curang dalam takaran dan timbangan (AL-Mutaffifin/83:

1-6). Kelima, harta yang diperoleh digunakan dan diinfakkan secara berimbang,

tidak kikir dan tidak pula boros, diutamakan kerabat, dan ketika berinfak jangan

diikuti dengan cela dan hinaan.5

Pada hakikatnya dalam simtem ekonomi islam semua berpedoman kepada

Al-Quran, Allah sang pemilik segala yang berada dimuka bumi, manusia hanya

bisa menjalankan apa yang sudah tertera dalam Al-Quran, hanya bersifat relative,

sebatas melaksakan mengelola dan memamfaatkan sesuai dengan ketentuan Allah.

Dalam surat Al-Baqarah/2 :85 Allah berfirman:

م

م ثث

نمممم مك

ث نمم اققيررفف نفوجثرر تثوف كثس

خخ خم

ف فثنأ

ف نفولثتث تف ءرلفؤثههفه تثنأف

خق

خم

بر مهر لفعف نفورثهفظ

خي

فه تف هررريفهدر

خم

م

ر

خثخلٱ

وف

ن

ر وفه معث

خد خلٱ

ى

ه رفمس

فه أ

ث كثوتث ميف نإروف

خم

خأ

بفبر نفوممنثمر تثففأف ممهثجثارف إر ممكث لفعف ممرمممحفمث وفممهثوف هثودثممففهتث

عع

خع

خؤ

مخم

خخ خم خي

خم

ض

ر

ب

ر تفهك

ر

خلٱ

لمإر ممكثنمر ك

خم

ف مملرذفه ل

ث عف يف نمف ءثازفجف امففف بفبر نفورثفث تفوف

خف

م ضضخع

خك

يممفر خر

ييخز

ةروهمميفحف

خلٱ

يف ددممل

اا خن ٱ

مف مميفوف

خو

ةرمممفيفهقر

خلٱ

دمممش

ف أف ى

هه مملفإر ن

ف وددرفمميث

اذفعف

ب بب

خلٱ

امفوف

هثلمل

ٱ

ن

ف ولثمف تف اممع

خع

ف ل

ل فرغفهبر

٨٥

“Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu

4 Dr. Atang Abdul Hakim, Filsafat Ekonomi Islam

(6)

membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”(Q.S Al-Baqarah: 85)6

Ayat tersebut dengan tegas mengingatkan bahwa selama kita menerapkan

islam secara persial, kita akan mengalami keterpurukan duniawi dan kerugian

ukhrawi. Hal ini sangat jelas, sebab selama islam hanya diwujudkan dalam bentuk

ritualisme ibadah, diingat pada saat kelahiran bayi, ijab Kabul pernikahan, serta

penguburan mayat, sementara itu di marginalkan dari dunia perbankan, asuransi,

pasar modal, pembiayaan proyek dan transaksi ekspor impor, maka umat islam

telah mengubur islam dalam-dalam dengan tangannya sendiri.7

2.1.2 Hadits

Ekonomi islam selain berpedoman kepada Al-Quran, juga berpedoman

pada hadist, sebagaimana Allah berfirman pada surat Al-A’raf ayat 158:

قث

خل

اهفيدأ

ف يهفه

س

ث

انمل

ٱ

ل

ث وس

ث رف ينمإر

هرمململ

ٱ

اممععيمرجف ممك

خم خي

ث لفإر

يذرمملم

ٱ

ممهثلف

ۥ

ك

ث مث

خل

ت

ر وفهمفهس

م ل

ٱ

وف

ا ب

ضخرخلٱ

ممي

ر

خح

يث وفهث لمإر هفلفهإر لف

ۦ

ااونثمرا ففف مميمريثوف

ا تت

ممبر

هرلمل

ٱ

هرلروممس

ث رفوف

ي

م ممبرنمل

ٱ

ي

م مممم

خلٱ

يذرمملم

ٱ

ممبر ن

ث مر ميث

خؤ

هرلمل

ٱ

ملرك

ف وف

مهرترهف

ۦ

وف

هثوعثبرتم

ٱ

ن

ف ودثتف تف ك

خه خم

ث لمعفلف

١٥٨

“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk" (Q.S Al-A’raf :158)8

6 Al-Quran Surat Al-Baqarah, Ayat 85

7 Dr. Muhammad Syafi’I Antonio “Islamic Banking ‘Bank Syariah dari Teori ke Praktik’” (2011

Jakarta-Gema Insani) Viii

(7)

Dari ayat diatas, bahwa manusia diperintahkan selain taat kepada allah

juga diperintahkan untuk mentaati Rasulnya. Begitu pula dalam hal ekonomi

manusia wajib berpedoman pada hadist, yang di contohkan Nabi Muhammad

SAW. Abu Zahrah yang mengutip dari Ibn Hazm menerangkan bahwa kalau

ditinjau dari segi bentuknya, sunnah itu terbagi kepada tiga bagian; yaitu Sunnah

Qauliyah (perkataan) taqririyah fi’liyah (perbuatan), dan taqrir.9 Selanjutnya Abu

Zahrah menegaskan bahwa Ibn Hazm juga mengakui adanya pembagian tersebut;

tetapi menurutnya, yang menunjukan wajib dari yang tiga itu hanya sunnah

qauliyah saja. Sedangkan yang lainnya tidak bias menunjukkan wajib. Perbuatan

nabi hukunya itu uswah (tauladan yang baik untuk diikuti), sedangkan taqrir Nabi

hukumnya adalah mubah (Abu Zahrah, t.t: 299).

Bagaimana nabi menjalankan roda perekonomian pada masanya.

ضارت نع لا ن انثا نقرتخي ل ل اق م ص يبنلا نع ضر ةريره يبا نع

)

ىذم رتلاو دوادوبا هاور

)

Artinya:

Dari Abi Hurairah r.a dari Nabi saw. bersabda: “janganlah dua orang yang jual beli berpisah, sebelum saling meridhai” (Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi).10

Dalam hadist di atas nabi mengajarkan kita bagaimana dalam transaksi

jual beli yang antara kedua belah pihak harus saling meridhoi, maka unsur

antarodin dalam jual beli menjadi salah satu syarat syahnya akad jual beli.

Dalam hadist lain, riwayat Ahmad:

)

هاور ةعنفيا زر نفياثرل

ف ثف وف ت

م س

ر ن

ا مر ددش

ف أ م

ث لفعايف وفهثوف ل

ث جث رملا هثلثكثاعيف ابفرر مثهفرادر

دمحا

)

Artinya:

9 Dr. Atang Abdul Hakim, Filsafat Ekonomi Islam

(8)

“Satu dirham uang riba yang dimakan seseorang, sedangkan orang tersebut mengetahuinya,

dosa perbuatan tersebut lebih berat daripada dosa enam puluh kali zina (HR. Ahmad)11

Didalam ekonomi syariah jelas bahwa dalam sistemnya sangat menolak

dan bahkan mengharamkan yang namanya riba bahkan hukuman bagi mereka

yang dalam menjalankan roda perekonomiannya melakukan praktek riba lebih

berat dari pada dosa enam puluh kali zina. Dan allah pun berfirman dalam surat

Al- Baqarah Ayat 275:

ن

ف يذرمملم

ٱ

ن

ف ولثك

ث مميف

خأ

ااوهممبفرمل

ٱ

مثوممقثيف امممفكف لمإر نفومممثوقثيف لف

يذرمملم

ٱ

هثط

ث بمخفتفيف

ن

ث ط

فه

خي ٱ

ش

م ل

ن

ف مر

مممف

م بسس خلٱ

امممفنمإر ااوهلثامقف هثنمأ

خم

ف ممبر كفملرذفه

عث بف

عع

خي خلٱ

ل

ث مر

خث

وهبفرمل

باا

ٱ

ل

م ممحفأفوف

هثمململ

ٱ

عف بف

عع

خي

خلٱ

مفرمممحفوف

وهممبفرمل

ماا

ٱ

هثءفَاممجف نمممففف

ۥ

هربمرم نمم ظ

ةي

ف عر مف

خو

ۦ

فف

ى

ه هفتفن

ٱ

هثلففف

ۥ

ممهثرث أفوف ف

خم

ف لفس

ف امف

ۥۥ

ىمملفإر

مململ

ابه ٱ

ب

ث ح

فه

خص

أف ك

ف ئرلهفهواأثفف دفاعف مفوف

خن

انمل

ابر ٱ

ن

ف ودثلرخفه اهفيفر هث

خم

٢٧٥

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Q.S Al-Baqarah: 275)12

2.1.3 Ushul Fiqh13

Selain berpedoman kepada Al-Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.

Kita juga wajib memahami ekonomi syariah bedasarkan kaidah-kaidah fiqih,

tetapi yang lebih penting lagi adalah memahami ushul fiqih dan muqhasid syariah.

Semua ulama sepakat bahwa ushul fiqih menduduki posisi yang sangat penting

11 https://ourislamiceconomic.wordpress.com/2013/05/28/ayat-dan-hadis-ekonomi/ 12 Al-Quran Surat Al-Baqarah, ayat 275

13 Menurut Prof. Dr. H. I. Nurol Aen, MA. Salah satu guru besar Ushul Fiqh di Universitas Islam

(9)

dalam ilmu-ilmu syariah. Imam Asy-Syatibi (w.790 H), dalam Al-Muwafaqat,

mengatakan, mempelajari ilmu ushul fiqih merupakan sesuatu

yang dharuri (sangat penting dan mutlak diperlukan), karena melalui ilmu inilah

dapat diketahui kandungan dan maksud setiap dalil syara’ (Alquran dan hadits)

sekaligus bagaimana menerapkan dalil-dalil syariah itu di lapangan. Menurut

Al-Amidy dalam kitab Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam, orang yang tidak menguasai ilmu

ushul fiqih, maka diragukan ilmunya, karena tidak ada cara untuk mengetahui

hukum Allah (syariah) kecuali dengan ilmu ushul fiqih.”

Ushul fiqih adalah ibu (induk) dari semua ilmu syariah, karena itu ushul

fiqih adalah induk dari ilmu ekonomi syariah. Keputusan-keputusan fiqih

muamalah keuangan dan seluruh ketentuan ekonomi Islam di bidang makro dan

mikro pastilah menggunakan metodologi ilmu ushul fiqih. Apabila fikih

muamalah dan semua peraturan hukum Islam adalah produk ijtihad, maka ushul

fiqih adalah metodologi berijtihad untuk menghasilkan produk-produk fiqih,

fatwa dan segala bentuk regulasi, karena itulah, regulator, pembuat peraturan dan

Undang-Undang seharusnya memahami dengan baik ilmu ushul fiqih, karena

ushul fiqih adalah metodologi ijtihad untuk menghasilkan produk fiqih muamalah,

fatwa, regulasi dan Undang-Undang.14

2.1.4 Maqashid Syariah15

Maqashid syariah adalah jantung dalam ilmu ushul fiqih, karena itu

maqashid syariah menduduki posisi yang sangat penting dalam merumuskan

14

http://www.dakwatuna.com/2014/11/12/59891/pakar-ekonomi-syariah-harus-memahami-ilmu-ushul-fiqih/#axzz3nuUKO0Hn

15Menurut Prof. Dr. H. I. Nurol Aen, MA. Salah satu guru besar Ushul Fiqh di Universitas Islam

(10)

ekonomi syariah, Maqashid syariah tidak saja diperlukan untuk merumuskan

kebijakan-kebijakan ekonomi makro (moneter, fiscal; public finance), tetapi juga

untuk menciptakan produk-produk perbankan dan keuangan syariah serta

teori-teori ekonomi mikro lainnya. Maqashid syariah juga sangat diperlukan dalam

membuat regulasi perbankan dan lembaga keuangan syariah.16

Maqasid Syariah menjelaskan, hikmah-hikmah di sebalik hukum-hukum

seperti memperkasa perpaduan masyarakat adalah satu dari pada hikmah di

sebalik membayar zakat, berbuat baik kepada jiran, dan mengucapkan salam

kepada manusia. Hikmah disebalik penetapan hokum juga adalah takqa. Ini

menjadi suatu sebab kefardhuan salat, zakat dan puasa.17

Muqasid Adalah himpunan tujuan-tujuan ketuhanan dan konsep-konsep

moral yang mendasari undang-undang islam, seperti keadilan, kemuliaan insan,

kebebasan memilih, kemurahan hati, kesucian, serta kemudahan kepada manusia

dan masyarakat yang saling bekerjasama.18

2.1.5 Ijma19

16

http://www.dakwatuna.com/2014/11/12/59891/pakar-ekonomi-syariah-harus-memahami-ilmu-ushul-fiqih/#axzz3nuUKO0Hn

17 Dr. Jasser Auda, Ph.D, “Memahami Muqasid Syariah Peranan Maqasid Dalam Pembaharuan Islam Kontemporari” Terjemahan Marwan Bukhari bin A. Hamid, ( 2014, Selangor, Malaysia, PTS Islamika SDN. BHD) Hal. 4

18 Dr. Jasser Auda, Ph.D, “Memahami Muqasid Syariah Peranan Maqasid Dalam Pembaharuan Islam Kontemporari” Terjemahan Marwan Bukhari bin A. Hamid, ( 2014, Selangor, Malaysia, PTS Islamika SDN. BHD) Hal. 4

19 Dalam Buku Ensiklopedia Imam Syafi’I Ijma Menurut Abu Bakar dan Umar adalah Hujjah,

(11)

Menurut Prof. Dr. H. I. Nurol Aen, MA. Salah satu guru besar Ushul Fiqh

di Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung, menurut bahasa Ijma

adalah Kesepakatan, menurut Etimologi Ijma adalah kesepakatan para mujtahid

setelah wafatnya rasul atas suatu peristiwa/masalah yang tidak ada dalam

Al-Quran dan Al-Hadis.

Ijma terbagi kepada 4 Bagian:

1. Ijma Qot’I ialah kesepakatan yang telah disepakati oleh keseluruhan

ulama.

2. Ijma Donni ialah Ijma yang disepakati oleh sebagian ulama dan

sebagian lagi tidak sepakat.

3. Ijma Sukuti ialah Ijma yang disepakati oleh sebagian ulama dan ulama

yang sebagian lagi diam.

4. Ijma Soriih ialah Ijma yang disepakati oleh seluruh ulama mujtahid

secara jelas.

Dalam hal ekonomi Ijma juga menjadi dasar ketetapan hokum-hukum

ekonomi syariah. Banyak hasil para ulama berijtihad/menyepakati hal-hal yang

dilarang ataupun di perbolehkan dalam hal bermua’malah. Seperti dalam akad

wadia’ah (simpanan), dalam al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu dari kitab

al-Mugnhni wa syarh kabir li Ibni Qudhamah dan Mubsuth li Imam Sarakhsy. Yang

dikutip oleh Dr. Azzuhaily.20 Pada dasarnya penerimaan simpanan adalah yad

al-amanah (tangan amanah), artinya ia tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau

kerusakan yang terjadi pada asset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian

atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena

20 Jihad Abdullah Husain Abu Uwaimir, “at-Tarsyid Asysyari lil-bunuk al-Qaimah” (Kairo: al-Ittihad

(12)

factor-faktor diluar batas kemampuan). Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah

dalam suatu Hadis.

“Jaminan pertanggung jawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak

menyalah gunakan (pinjaman) dan penerima titipan yang tidak lalai terhadap

titipan tersebut.”21

2.1.6 Qiyas22

Menurut Prof. Dr. H. I. Nurol Aen, MA. Salah satu guru besar Ushul Fiqh

di Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung, Qiyas menurut bahasa

adalah membandingkan, sedangkan menurut Etimologi adalah menyamakan suatu

peristiwa yang tidak ada ketentuan hukumnya dengan yang ada ketentuan

hukumnya dalam Al-Quran dan hadis. Karena keduanya memiliki ilat23 yang

sama.

Qiyas memiliki 4 unsur yang harus di penuhi:

1. Al-Quran dan Al-Hadis

2. Peristiwa hokum yang tidak ada ketentuanya dalam Al-Quran dan

Hadis.

3. Sifat yang nyata dan tertentu serta sesuai dengan hokum. 4. Hokum yang ada ketentuanya dalam Al-Quran dan Hadis.

21Nail al-Authar, 5/296

22 Dalam buku akuntansi syariah hal 44, Qiyas menurut bahasa adalah pengukuran suatu dengan

yang lainnya atau penyamaan suatu dengan sejenisnya. Sedangkan menurut terminology suatu proses penyikapan kesamaan hokum suatu kasus yang tidak disebutkan dalam nash baik di Al-Quran dan as-Sunnah dengan suatu hokum yang disebutkan dalam nash karena ada kesamaan dalam alasannya.

(13)

Dalam hal ekonomi pun Qiyas sudah pasti dijadikan landasan hokum,

sebagaimana pendapat Imam Syafi’I mengenai qiyas ini: “setiap peristiwa pasti

ada kepastian hokum dan umat islam wajib melaksanakannya. Akan tetapi, jika

tidak ada ketentuan hukunnya yang pasti, maka harus dicari pendekatan yang sah,

yaitu dengan ijtihad, melalui Qiyas.”

2.1.7 Fatwa24 dan Undang-Undang25

Dengan itu, barulah kita mulai memahami ekonomi syariah bedasarkan

fatwa-fatwa ulama juga bedasarkan undang-undang menyangkut ekonomi syariah

di Indonesia. Maka itu muncullah fatwa-fatwa ulama MUI mengenai lembaga

keuangan syariah di Indonesia diantaranya: fatwa MUI no 21 mengenai pedoman

umum asuransi syariah, fatwa MUI no 32 mengenai obligasi syariah, fatwa MUI

24 Menurut Dr. Yusuf Qardhawi Fatwa menurut bahasa berarti jawaban mengenai suatu peristiwa,

yang merupakan bentukan , sebagaimana dikatakan Zamakhasyari dalam al-Kasysyaf fatwa berasal dari kata (al-Fataa/pemuda) dalam usianya, dan sebagai kata kiasan (metafora) atau (Isti’arah). Sedangkan fatwa menurut Syara ialah menerangkan hokum syara dalam suatu persoalan sebagai jawaban dari suatu pertanyaan, baik sipenanya itu jelas identitasnya maupun tidak, baik perseorangan maupun kolektif.

25 Menurut Prof Miriam Budiardjo Undang-Undag dasar adalah suatu naskah tertulis, karena

(14)

no 04 mengenai murabahah, dan banyak lagi fatwa-fatwa yang Majelis ulama

Indonesia keluarkan mengenai lembaga keuangan syariah.

Begitu pula, dengan munculnya undang-undang Negara republic Indonesia

mengenai lembaga keuangan syariah yaitu undang-undang no 21 tahun 2008

tentang perbankan syariah.

2.2 Sumber dan Norma Ekonomi Syariah di Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank

Secara filosofis bank syariah adalah yang aktivitasnya meninggalkan

masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang di anggap riba

merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia islam dewasa ini. Suatu hal

yang sangat mengembirakan bahwa belakangan ini para ekonom muslim telah

mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan system

bunga dalam transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai dengan etika

islam. Upaya ini dilakukan dalam upaya untuk membangun model teori ekonomi

yang bebas bunga dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan

distribusi pendapatan.26

Oleh karena itulah, maka mekanisme perbankan bebas bunga – yang biasa

disebut bank syariah – didirikan perbankan didirikan bedasarkan pada alas an

filosofis maupun praktik. Secara filosofis, karena dilarangnya pengambilan riba

dalam transaksi keuangan maupun non-keuangan.27 Secara praktis karena system

perbankan berbasis bunga atau konvensional mengandung beberapa kelemahan,

sebagai berikut:

26 Dr. Muhammad, “Manajemen Bank Syariah, edisi revisi ke 2” . (Yogyakarta, UPP STIM YKPN

2011). Hal. 7

(15)

(1) Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis.

(2) Tidak fleksibelnya system transaksi berbasis bunga menyebabkan

kebangkrutan.

(3) Komitment bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut

bunganya membuat bank cemas untuk mengembalikan pokok dan

bunganya.

(4) System transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh

usaha kecil.

(5) Dalam system bunga, bank tidak akan tertarik kedalam kemitraan usaha kecuali bila adanya jaminan kepastian pengembalian modal dan

pendapatan bunga mereka.28

Pada dasarnya setiap perbankan syariah memiliki prinsip-prinsip dasar

perbankan syariah diantaranya: Pertama, Prinsip titipan atau simpanan

(depository/al-Wadi’ah) yang berlandaskan pada (Q.S An-Nissa : 58), dan (Q.S

Al-Baqarah: 283), Kedua, Prinsip bagi hasil (profit sharing) a) Al-Musyarakah

yang berlandaskan (Q.S an-Nissa: 12), b) Al-Mudharabah yang berlandaskan (Q.S

al- Muzzamil: 20 dan Q.S al-Jumuah: 10), c) Al-Muzara’ah yang berlandaskan

pada hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasullullah SAW. Pernah

memberikan tanah khaibar kepada penduduknya (waktu itu mereka masih yahudi)

untuk digarap dengan imbalan pembagian hasil buah-buahan dan tanaman., d)

Al-Musaqah yang berlandaskan pada hadist riwayat Ibnu Umar berkata bahwa

Rasulullah SAW. Pernah memberikan tanah dan tanaman kurma di Khaibar

kepada yahudi khaibar untuk di pelihara dengan mempergunakan peralatan dan

(16)

dana mereka. Sebagai imbalan, mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil

panen.29

Dengan demikian, setiap pelaku ekonomi syariah di lembaga keuangan

syariah khususnya pada dunia perbankan syariah menerapkan prinsip-prinsip

syariah pada produk-produk unggulan mereka, yang di dasarkan pada

sumber-sumber yang di tetapkan oleh Allah yaitu dari Al-Quran dan hadist Nabi

Muhammada SAW. Baik dalam penerapan pada produk pembiayaan juga pada

produk simpanan.

Sedangkan penerapan dalam konteks Non-Bank seperti halnya pada

perusahaan asuransi yang saat ini mulai banyak bermunculan yang menggunakan

prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan system kerja mereka. Sebenarnya

konsep asuransi islam bukanlah hal baru, karena sudah ada sejak zaman

Rasulullah SAW. Yang disebut dengan Aqilah. Aqilah adalah berasal dari kata

asabah yang menunjukan hubungan ayah dengan pembunuh; wali terpidana

membunuh; saling memikul beban atau tanggung jawab untuk keluarganya;

seorang yang membayar denda atau ganti rugi yang diberikan oleh pelaku

pembunuhan kepada pewaris yang terbunuh.30 Bahkan menurut Thomas Patrick

dalam bukunya Dictionery Of Islam, hal ini sudah menjadi kebiasaan suku arab

sejak jaman dulu bahwa, jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh

anggota suku lain, pewaris korban akan di bayar sejumlah uang darah (diyat)

sebagai konpensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara pembunuh

29 Dr. Muhammad Syafi’I Antonio “Islamic Banking ‘Bank Syariah dari Teori ke Praktik’” (2011

Jakarta-Gema Insani) hal. 100

30 Ahmad Ifham Sholihin. “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (2010, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama)

(17)

tersebut yang di sebut dengan Aqilah. Oleh karena itu ide pokok dari Aqilah

adalah suku arab zaman dulu harus siap melakukan kontribusi financial atas nama

pembunuh untuk membayar pewaris korban. Kesiapan untuk membayar

kontribusi keuangan sama dengan premi praktek asuransi, sementara

komponensasi yang dibayar berdasarkan Al-Aqilah mungkin sama dengan nilai

pertanggungan dalam praktik asuransi sekarang, karena hal itu merupakan bentuk

perlindungan Financial untuk pewaris terhadap kematian yang tidak diharapkan

oleh sang korban.

MM Billah dalam desertasi doktornya mengatakan bahwa piagam

(konstitusi) madinah, konstitusi pertama di dunia yang dipersiapkan langsung oleh

nabi Muhammad SAW. Setelah hijrah ke madinah, dalam beberapa pasalnya

memuat ketentuan tentang asuransi social dalam system Aqilah. Dalam pasal 3

konstitusi Madinah; Rasulullah SAW. Membuat ketentuan mengenai

penyelamatan jiwa para tawanan, yang menyatakan jika tawanan yang tertahan

oleh musuh karena perang harus membayar tebusan kepada musuh untuk

membebaskan yang di tawan. Konstitusi tersebut merupakan bentuk lain dari

asuransi social: “imigran di antara qurais harus bertanggung jawab untuk

membebaskan tawanan dengan cara membayar mereka tebusan supaya kolaborasi

yang saling menguntungkan di antara orang-orang yang percaya sejalan dengan

prinsip kebaikan dan keadilan.”

Pada dasarnya, lembaga keuangan syariah baik dalam bentuk Bank

ataupun Non-Bank mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk

(18)

lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus

dihindari:31

a. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:

1. Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka secara

pasti keberhasilan suatu usaha. (Q.S Luqman: 34)

2. Menghindari penggunaan system presentasi untuk pembebanan

biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap simpanan

yang mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis

utang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu. (Q.S Ali

Imron: 130)

3. Menghindari penggunaan system perdagangan/ penyewaan barang

ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh

kelebihan baik kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba

No 1551 s/d 1567)

4. Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka

tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai

utang secara sukarela. (HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d 1572)

b. Menerapkan System Bagi Hasil dan Perdagangan dengan mengacu

pada Al-quran surat Al-Baqarah Ayat 275 dan An-Nissa ayat 29, maka

setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar system

bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya

pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan

31 Dr. Muhammad Syafi’I Antonio “Islamic Banking ‘Bank Syariah dari Teori ke Praktik’” (2005

(19)

muamalah berlaku prinsip ada barang /jasa uang dengan barang,

sehingga akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong

kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan

kredit, spekulasi, dan inflasi.32

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dengan ini, pemakalah menyimpulkan bahwa sumber dan norma ekonomi

syariah berlandaskan kepada dalil-dalil Al-Quran, Hadist, Ijma, Qiyas, Fatwa dan

Undang-undang. system ekonomi syariah jelas semua sesuai dengan tuntunan dari

Allah SWT dan juga dari pengalaman perjalanan ekonomi pada masa Nabi

Muhammad SAW.

Dan pada dasarnya, lembaga keuangan syariah baik dalam bentuk Bank

ataupun Non-Bank mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk

memperoleh kebijakan di dunia juga diakhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan

lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus

dihindari:

32 Dr. Muhammad, “Manajemen Bank Syariah, edisi revisi ke 2” . (Yogyakarta, UPP STIM YKPN

(20)

Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:

1. Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka secara pasti

keberhasilan suatu usaha. (Q.S Luqman: 34)

2. Menghindari penggunaan system presentasi untuk pembebanan biaya

terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang

mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis utang/simpanan

tersebut hanya karena berjalannya waktu. (Q.S Ali Imron: 130)

3. Menghindari penggunaan system perdagangan/ penyewaan barang ribawi

dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik

kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba No 1551 s/d 1567)

4. Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka tambahan atas

utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela.

(HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d 1572)

5. Menerapkan System Bagi Hasil dan Perdagangan dengan mengacu pada

Al-quran surat Al-Baqarah Ayat 275 dan An-Nissa ayat 29, maka setiap

transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar system bagi hasil

dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara

uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip

ada barang /jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi

barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari

adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.

(21)

Daftar Pustaka

Al-Quran dan Terjemah

Hakim, Atang Abdul. Dr. Filsafat Ekonomi Islam

Muhammad, Dr. “Manajemen Bank Syariah, edisi revisi ke 2” . (Yogyakarta,

UPP STIM YKPN 2011)

Antonio. Muhammad Syafi’I. Dr. “Islamic Banking ‘Bank Syariah dari Teori ke

Praktik’” (2005 Jakarta-Gema Insani)

Lajnah Pentathasihan Mushap Al-Quran “Tafsir Al-Quran Tematik, Pembangunan

Ekonomi Umat” (2012, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama

RI)

Sholihin. Ahmad Ifham “Buku Pintar Ekonomi Syariah” (2010, Jakarta, Gramedia

Pustaka Utama)

(22)

Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi, Ahmad, “Ensiklopedia Imam Syafi’I” di

terjemahkan al-Imam al-Syafi’I fi Mazhabihi al-Qadim wa al-Jadid,

(Mesir. 1988)

Auda, Jasser, Dr. Ph.D, “Memahami Muqasid Syariah Peranan Maqasid Dalam

Pembaharuan Islam Kontemporari” Terjemahan Marwan Bukhari bin A.

Hamid, ( 2014, Selangor, Malaysia, PTS Islamika SDN. BHD)

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka

Utama)

Qardhawi, Yusuf, Dr. Fatwa Antara Ketelitian dan Kecerobohan, (1997, Jakarta,

Gema Insani Press)

Effendi, Satria, Ushul Fiqh, Kencana Prenada Media Group, jakarta, 2008.

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Ciputat, Logos Wacana Ilmu, 1997.

Praja, Juhaya S., Filsafat Hukum Islam Suatu Pengantar, Bandung,Yaturo, 1987

http://www.dakwatuna.com/2014/11/12/59891/pakar-ekonomi-syariah-harus-memahami-ilmu-ushul-fiqih/#axzz3nuUKO0Hn

(23)

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: “ Perbedaan Kecepatan Waktu Perdarahan (Bleeding Time) pada Mencit yang Dipapar Rokok

Data dan informasi yang Bapak/Ibu berikan merupakan hal yang sangat berharga, oleh karena itu partisipasi dan kesediaan Bapak/Ibu dalam menjawab kuesioner ini sangat saya hargai.

Pada pasal 1 ayat 1 United Nations Conventions on International Sale of Goods selanjutnya disebut (CISG) memberikan definisi kontrak internasional khususnya untuk

Perwujudan pengelolaaan Piutang Daerah melalui Sistem Aplikasi Piutang Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bungo merupakan sebuah terobosan untuk menghasilkan

Angapan-anggapan yang digunakan dalam merencanakan dan merancang Penataan Fisik Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Lama dengan Konsep Riverfront adalah sebagai

Kamus Webster menyebutkan bahwa rempah-rempah merupakan berbagai produk sayuran yang memiliki aroma khusus yang digunakan dalam memasak dengan tujuan untuk membumbuni dan

Sedangkan hasil wawancara dengan guru IPA kelas IVB Yw (2).Gurulah yang menjadi faktor pendukung utama dalam penggunaan variasi mengajar itu sendiri.Didukung

Karena aroma perlakuan blind control dinilai berbeda dari 4 perlakuan lainnya maka, dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa pengasapan tradisional menghasilkan aroma