RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN NGANJUK
KABUPATEN NGANJUK
(Studi Kasus: Pasar Wage dan Prima Swalayan Kelurahan Kauman Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk)
Oleh :Ardyan Jefri Wardoyo
Dosen pembimbing I
:
Hetti Mulyaningsih. S.Sos., M.KesDosen pembimbing II
:
Aminah Dewi Rahmawati, S.Sos., M.SiProgram Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura
Formulation of the problem in this research is, how public response to the existence of traditional and modern markets, and how lifestyle and consumer culture in the shop at traditional markets and modern markets Nganjuk. The study aims to determine the community's response Kauman Village, District Nganjuk, Nganjuk on traditional markets and modern markets as well as knowing the lifestyle and consumer culture in the shop at traditional markets and modern markets Kauman Village, District Nganjuk, Nganjuk. The subject of research as well as informants in this study is the Kauman Village, District Nganjuk, Nganjuk. This research uses descriptive qualitative method, which in this study the results expressed in the form of verbal or statements are then interpreted based on the results obtained.
The results showed that from the point of view of the traditional market price according to the Urban Kauman cheaper than the modern market, but from the point of view of comfort, safety, completeness, and the prestige of the modern market better than traditional markets. It's just the modern market socialization occurs not so noticeable when compared to traditional markets. From interviews with several informants researchers can be seen that most of the society Kauman Village, District Nganjuk, Nganjuk tend to choose modern market as a place to shop for their needs, but for certain products such as vegetable they still choose the traditional market as a place to berbelanjanya. It is concluded that free societies Kauman Village has a modern consumer lifestyle.
Village Community Kauman have shown that their consumptive lifestyles have led to the culture of the modern culture of consumption where they do not just aim to meet the biological needs such as food, clothing and shelter but also the existenc of social (prestige).
PENDAHULUAN
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan
infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti
uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam
pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan,
tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada
setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala
geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang
diperdagangkan.
Pengertian pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk
menukar jenis barang, jasa dan informasi. Orang-orang yang mempunyai keinginan untuk
puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya (William J. Stanton
1993:92). Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi. Pasar peserta terdiri dari
semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harga nya. Pengaruh ini merupakan
studi utama sosiologi ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang
kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan. Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual.
Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber
daya dalam masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi
dan.. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi
manusia untuk memungkinkan pertukaran hak kepemilikan jasa dan barang (Crizier 1977 : 18)
Secara historis, pasar berasal di pasar fisik yang sering akan berkembang menjadi
Ekonomi rakyat tumbuh secara natural karena adanya sejumlah potensi ekonomi
disekelilingnya. Mulanya mereka tumbuh tanpa adanya insentif artifisial apapun, atau dengan
kata lain hanya mengandalkan naluri usaha dan kelimpahan sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, serta peluang pasar. Perlu dipahami bahwa dalam ruang ekonomi nasional pun
terdapat sejumlah aktor ekonomi (konglomerat) dengan bentuk usaha yang kontras dengan apa
yang diragakan oleh sebagian besar pelaku ekonomi rakyat. Memiliki modal yang besar,
mempunyai akses pasar yang luas, menguasai usaha dari hulu ke hilir, menguasai teknologi
ekonomi kerakyatan? Karena jumlahnya hanya sedikit sehingga tidak merupakan representasi
dari kondisi ekonomi rakyat yang sebenarnya. Atau dengan kata lain, usaha ekonomi yang
diragakan bernilai ekstrim terhadap totalitas ekonomi nasional.
Dalam perkembangan lebih lanjut, negara sedang berkembang seperti Indonesia
dengan cepat mengadopsi lembaga kapitalis barat. Hal inilah yang membuat perubahan basar
yaitu dimana lembaga-lembaga tradisional terpinggirkan atau dia harus eksis berdampingan
dengan lembaga-lembaga modern. Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa ada
kecenderungan umum di negara-negara sedang berkembang bahwa lembaga-lembaga modern
hidup berdampingan, baik saling mengabaikan atau eksploitatif dengan lembaga-lembaga
tradisional. Boeke menamakan fenomena ini sebagai dual economy model yang terdiri dari
sektor kapitalis dan subsisten yang tidak jarang keduanya saling bersaing. Dualisme itu
ternyata tidak hanya melanda aspek ekonomi tetapi juga berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Geertz mengindekasikan bahwa di Jawa terdapat perkembangan dualisme budaya,
seperti dualisme finansial, perdagangan, tenaga kerja dan ekonomi. Fenomena dualisme
budaya ini merupakan fase transisi menuju masyarakat kapitalis. Ada anggapan yang
mengatakan bahwa setelah lembaga-lembaga kapitalis semakin kokoh, dualisme tersebut
secara otomatis dalam jenjang perkembangan kapitalis yang lanjut. (Nugroho, 2001: 4).
Sektor finansial juga dipengaruhi oleh perkembagan dualisme itu. Pada negara sedang
berkembang (meskipun tidak semuanya) lembaga finansial tersegmentasi kedalam dua sektor
yaitu sektor finansial formal dan sektor finansial informal. Sektor finansial formal terdiri dari
bank, koperasi dan lembaga-lembaga kredit yang lain, tentunya yang masuk pada ranah
formal. Dan lembaga formal ini biasanya dikelola oleh negara atau pasar, serta memiliki skala
usaha besar seperti penyediaan pelayanan jasa finansial yang tidak jarang menembus
batas-batas geografis bahkan negara sekalipun. Sementara itu, sektor finansial informal juga telah
diangkat kedalam berbagai wacana pembangunan. Ia biasanya berada dibawah pasar yang
tidak terorganisasi atau teregulasi, lembaga finansial informal, pasar kredit informal dan pasar
finansial indegenus. Karena komposisinya yang heterogen maka sangat sulit untuk membuat
definisi yang tegas tentang keberadaan finansial informal dalam masyarakat.
Lambaga-lambaga lain yang mungkin bernaung dibawah aktivitas finansial informal meliputi
kelompok-kelompok yang didirikan untuk menolong diri sendiri (Self-Help Group) seperti lembaga
Kondisi pasar tradisional di tanah air saat ini semakin lama semakin menyusut tergerus
dengan kokohnya pasar-pasar modern. Di Nganjuk jumlah pasar tradisional saat ini mencapai
3-4 di setiap Kecamatan dengan jumlah pedagang di dalamnya sekitar 150an kios pedagang
(RADAR Nganjuk,23 Februari 2011). Kehadiran pasar modern mempengaruhi pertumbuhan
pasar tradisional secara negatif mencapai 8 persen. Penurunan pertumbuhan pasar tradisional
terutama pada omzet penjualan, bahkan ada pedagang yang omzet penjualannya menurun
hingga 60 persen. Sedangkan pasar modern mengalami peningkatan pertumbuhan secara
positif sekitar 31,4 persen. Bahkan dalam satu tahun terakhir sedikitnya puluhan
kios/pedagang di pasar tradisional tutup akibat dari kian pesatnya pertumbuhan pasar modern
(RADAR Nganjuk 23 Februari 2011). Jika hal ini di biarkan maka posisi pasar tradisional
kian terhimpit dari pesatnya pertumbuhan pasar swalayan. Objek dalam penelitian ini adalah
pasar wage sebagai contoh pasar tradisional dan swalayan prima sebagai contoh pasar modern.
Pasar wage merupakan pasar tradisional di Kabupaten Nganjuk yang masih tergolong ramai
sampai saat ini. Di pasar wage berbagai jenis barang diperdagangkan seperti bahan pokok
makanan, pakaian dan perabot rumah tangga. Harga barang yang diperdagangkan di pasar
wage cukup terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Suasana di pasar wage tidak
seperti yang ada pada swalayan prima, meskipun barang-barang yang diperdagangkan hampir
sama. Banyak orang menengah ke atas lebih memilih berbelanja di swalayan prima
dibandingkan di pasar wage, karena lebih nyaman, bersih, aman, dan prestise.
Di balik itu, pedagang yang tergolong dalam sektor pasar tradisional pulalah yang
tidak mampu mendominasi jaringan distribusi dari penghasil produk lokal kepada penjajahnya
di Kelurahan Kauman Kabupaten Nganjuk saat ini. Seperti halnya (konsumen) pasar
tradisional maupun modern di Kelurahan Kauman Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk.
Masyarakat pada umumnya menginginkan tempat yang nyaman dan pasti tidak kumuh seperti
yang ada pada kondisi pasar tradisional.
Gaya hidup yang di berikan pada era globalisasi seperti era saat ini membuat
masyarakat Indonesia dan di masyarakat Nganjuk yang enggan berbelanja di pasar tradisional
yang relative kumuh. Sehingga keinginan masyarakat terpenuhi secara elegan yang
mencerminkan kualitas hidup yang modern (Damsar, 1997 : 135)
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena penelitian ini berusaha
pengumpulan data dari latar belakang. Pendekatan dalam penelitian ini mengarah kepada
penelitian yang bersifat naturalistik fenomenologis dan penelitian antropologi.
PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta,
Koperasi, atau Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda,
yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan koperasi, dengan usaha
skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar.
Menururt Nasution (2009), pasar tradisional adalah tempat berjualan yang tradisional
(turun-temurun), tempat bertemunya penjual dan pembeli dimana barang-barang yang
diperjual belikan tergantung kepada permintaan pembeli (konsumen), harga yang ditetapkan
merupakan harga yang disepakati melalui suatu proses tawar menawar, pedagang selaku
produsen menawarkan harga sedikit di atas harga standar. Pada umumnya pasar tradisional
merupakan tempat penualan bahan-bahan kebutuhan kebutuhan pokok (sembako). Biasanya
pasar tradisional beraktifitas dalam batas-batas waktu tertentu, seperti pasar pagi, pasar sore,
pasar pekan dan lain sebagainya. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pemerintah maupun
swasta, fasilitas yang tersedia biasanya merupakan bangsal-bangsal, loods-loods, gudang,
toko-toko, stand-stand/kios0kios, toiletumum pada sekitar pasar tradisional. Pada pasar
tradisional proses jual beli terjadi secara manusiawi dan komunikasi dengan nilai-nilai
kekeluargaan yang tinggi.
Menururt Peraturan Presiden (dalam Nasution, 2009) tentang pembangunan, penataan
dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern memutuskan bahwa:
Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk
kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, loods dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan
usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
PASAR MODERN
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi
yang dalam bentuknya berupa mal, supermarket, Departement Store dan shoping centre
dimana pengelolanya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan dan
kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal relatif kuat, dan
dilengkapi label harga yang pasti.
Pasar tidak hanya diartikan sebagai suatu tempat dimana penjual dan pembeli bertemu
dan berinteraksi, tetapi juga termasuk pada terjadinya kesepakatan harga dalam rangka
pertukaran barang dan pelayanan. Pasar adalah mikanisme sosial dalam mana sumber-sumber
daya ekonomi dialokasikan dan pasar dengan demikian merupakan konstruksi sosial,
(Nasution, 2009). Sumber-sumber daya yang ada di pasar dapat meliputi barang-barang dan
jasa-jasa, pasar dilembagakan oleh pertukaran dan perdagangan, sehingga kemudian tidak ada
pasar tanpa perdagangan dan begitu pula sebaliknya, tidak ada perdagangan tanpa pasar.
Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi.
Pasar merupakan salah satu yang menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi, berfungsinya
lembaga pasar sebagai institusi ekonomi tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan pembeli
dan pedagang. Hal yang paling menarik tentang pasar adalah pemanfaatan, permainan, atau
penggunaan terhadap ruang dan waktu. Pemanfaatan dan penggunaan terhadap aspek ruang
dan waktu berarti terkait dengan dimensi fungsional dari pasar itu sendiri. Sementara yang
dimaksud permainan aspek ruang dan waktu adalah menunjuk pada dimensi persaingan dari
pasar. Kedua persaingan tersebut bagaikan mata uang yang punya dua sisi, sisi yang
berdimensi fungsional dan sisi yang berdimensi persaingan.
Dalam suatu permainan seseorang bisa sebagai pemain tunggal atau dapat sebagai
pemain dalam tim, semua orang pasti mempunyai tujuan untuk memperoleh kemenangan.
Untuk mendapatkan itu, maka setiap pemain harus mempunyai strategi bermain. Suatu strategi
bermain apabila diterapkan dalam permainan maka dalam proses yang sedang berlangsung
orang lain akan memberikan komentar yang positif atau negatif terhadap permainan tersebut.
Dari kacamata sosiologi, pasar merupakan institusi sosial yang diatur dengan norma-norma
dan sanksi-sanksi yang dibentuk melalui interaksi sosial. Pedagang dan rentenir memiliki
posisi penting dalam interaksi pasar tersebut. Aktivitas mereka dapat saja memperkuat
itu terjadi saling pengaruh mempengaruhi antar kedua belah pihak tersebut. Ciri utama dari
ekonomi pasar adalah penggunaan uang sabagai sarana transaksi dan orientasi tindakan ke
arah profit dari para pelaku ekonomi.
Beberapa contoh termasuk pasar yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir,
pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas,
hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk
obat-obatan terlarang.
RUANG LINGKUP BELANJA MASYARAKAT TERHADAP PASAR
Aktivitas ekonomi yang pertama sejak sebelum era kolonial di Indonesia adalah
pertanian, dan pada masa kolonial dan pasca penjajahan. Sistem irigasi dikontrol dan
dikoordinasi oleh kerajaan-kerajaan kecil, mereka diwajibkan membayar upeti kepada
kerajaan pusat. Lebih lanjut kerajaan pusat mengontrol kerajaan kecil melalui penempatan ke daerah dengan cara nepotisme, atau biasa dikenal dengan “Sistem Kekuasaan Sentrifugal”. (Nasution (2009).
Pada era pasca penjajahan, pemerintah Indonesia menerapkan beberapa kebijakan
untuk menintegrasikan ekonomi subsisten di pedesaan kedalam ekonomi nasional melalui
pembangunan masyarakat desa. Pertumbuhan ekonomi di daerah pedasaan telah merangsang
aktivitas komersial seperti munculnya industri rumah tangga, perdagangan dan lain-lain.
Aktivitas informal difahami hanya memberikan sedikit konstribusi dalam pertumbuhan
ekonomi. Contohnya, perdagangan kecil tidak secara penuh terintegrasi dengan perdagangan
nasional, tetapi menjadi sektor ekonomi yang terpinggir.
Secara historis perkembangan pemikiran Sosiologi Ekonomi antara lain disebabkan
oleh berkembangnya paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori-teori tentang ekonomi
yang melihat cara kerja sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek
non-ekonomi. Paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori-teori yang mendukung perkembangan
Sosiologi Ekonomi tersebut antara lain: Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa
kekayaan dianggap sama dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk
meningkatkan kekuasaan adalah dengan meningkatkan kekayaan Negara (Damsar, 1997 : 36)
Di dalam kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya
kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor
lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor
kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial. Faktor-faktor tersebut mempunyai
pengaruh yang langsung terhadap perkembangan ekonomi. Faktor kebudayaan; ada nilai yang
mendorong perkembangan ekonomi, akan tetapi ada pula nilai yang menghambat
perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni
keluarga dan kelompok etnis, keluarga terkadang mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi
terkadang pula memperlambat.
Sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan
melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat
langka dalam masyarakat. Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan
ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam
konteks non-ekonomis. Dengan mempelajari ciri-ciri pasar yang di dalamnya terdapat
tukar-menukar dan menjadi ajang pertemuan antara produsen dan konsumen, kita dapat menilai
apakah kepentingan ekonomis dapat dijembatani dengan kepentingan sosiologis. Akan lebih
menguntungkan apabila keduanya dapat dijembatani sehingga kelanggengan masyarakat dapat
dipertahankan. Dalam proses pertukaran atau distribusi ini terlihat proses antara rumah tangga
produksi dan rumah tangga konsumsi. Sebenarnya bukan dalam hal distribusi barang hasil
produksi saja proses ini terlihat tetapi ketika rumah tangga konsumsi menyediakan
faktor-faktor produksi pun proses ini sudah terlihat yaitu distribusi faktor-faktor-faktor-faktor produksi yang
meliputi: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal. Dengan mencermati proses
distribusi kita dapat melihat secara sosiologis bagaimana kegiatan masyarakat berkegiatan
dalam bidang ekonomi. Dalam proses inilah yang merupakan relasi antara permintaan dan
penawaran kita semakin melihat manusia sebagai makhluk ekonomis dan juga makhluk sosial.
KONSUMERISME BERBELANJA MASYARAKAT
Dalam sosiologi, konsumsi tidak hanya dipandang bukan sekedar pemenuh kebutuhan
yang bersifat fisik dan biologis manusia, tetapi berkaitan dengan aspek-aspek social budaya.
Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup. Menurut ekonom,
selera sebagai suatau yang stabil, difokuskan pada nilai guna., dibentuk secara individu, dan
yang dapat berubah, difokuskan pada suatu kualitas simbolik suatau barang, dan tergantung
persepsi selera orang lain.
Masyarakat modern adalah masyarakat konsumtif. Masyarakat yang terus menerus
berkonsumsi. Namun konsumsi yang dilakukan bukan lagi hanya sekedar kegiatan yang
berasal dari produksi. Konsumsi tidak lagi sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dasar dan fungsional manusia. Konsumsi telah menjadi budaya, budaya konsumsi. Sistem
masyarakat pun telah berubah, dan yang ada kini adalah masyarakat konsumen, yang mana
kebijakan dan aturan-aturan sosial masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebijakan pasar.
Fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat konsumen, juga sangat
diwarnai dengan kegempitaan kegiatan konsumsi. Bagi masyarakat konsumen, saat ini hampir
tidak ada ruang dan waktu tersisa untuk menghindari diri dari serbuan berbagai informasi yang
berurusan dengan kegiatan konsumsi. Di rumah, di kantor atau di kampus, kita tak henti-henti
disodori berbagai informasi yang menstimulasi konsumsi melalui iklan di tv, koran maupun
majalah-majalah. Di jalan, selain terus melewati pertokoan dan pusat perbelanjaan, kita juga
terus dihadapkan dengan pemandangan attraktif dari promosi media luar ruang yang
menghiasi jalan-jalan dan berbagai sudut strategis kota.
GAMBARAN UMUM KABUPATEN NGANJUK
Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di propinsi jawa timur, Indonesia.
Ibukotanya adalah Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Bojonegoro di utara,
kabupaten Jombang di timur, kabupaten Kediri dan kabupaten Ponorogo di selatan, serta
kabupaten Madiun di barat.
Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa jawa kuno berarti
Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi. Pada masa penjajahan
Belanda, kabupaten ini disebut sebagai Kabupaten Berbek dengan Nganjuk sebagai ibu
kotanya.
Selain itu Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin.
PROFIL WILAYAH
Kota Nganjuk merupakan wilayah yang kondisi topografisnya cenderung bervariasi
merupakan daerah datar, khususnya dibagian tengah kota, sedangkan bagian kota lainnya
secara umum memiliki kemiringan lebih dari 2%. Kota Nganjuk secara kesuluruhan berada
pada dataran rendah dan hampir seluruhnya rata dengan kemiringan rata-rata kearah timur
dengan ketinggian 56 meter diatas permukaan air laut, dengan kemiringan kearah timur
berkisar 0-8%, sangat menguntungkan pengembangan kota kesegala arah, terlebih kondisi
tanah alluvial hydromorf yang kurang baik untuk pertanian karena sulit menyerap air. Wilayah
Kota Nganjuk dilalui oleh 2 sungai besar Sungai Kucir Tangan terletak di bagian timur kota,
dan Sungai Kucir Kiri di belahan barat kota, keduanya bertemu ke arah timur masuk ke Sungai
Widas. Sedangkan kondisi hidrologisnya cukup basah, karena memiliki muka air tanah yang
cukup dangkal, dengan permukaan air tanah cukup rendah antara 1-2 mater pada saat musim
hujan dan 8-10 meter pada saat musim kemarau. Kota Nganjuk beriklim tropis, dengan
temperatur berkisar 23°C, dibedakan atas 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
KEADAAN PEREKONOMIAN KABUPATEN NGANJUK
Peningkatan perekonomian daerah merupakan indikator utama dalam usaha mencapai
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya perekonomian daerah akan mendorong
stabilitas perekonomian daerah. Ketidakstabilan perekonomian daerah akan menyebabkan
ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya akan memberikan efek terhadap tingginya
pengangguran dan kemampuan daya beli masyarakat. Tantangan terbesar Pemerintah
Kabupaten ke depan adalah terciptanya kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, yang diikuti dengan pemerataan pendapatan di masyarakat.
Perkembangan perekonomian daerah diukur dengan menggunakan tolok ukur pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan pertumbuhan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000. Dengan demikian pertumbuhan
PDRB dapat digunakan untuk mengukur intensitas kehidupan ekonomi masyarakat Kabupaten
Nganjuk yang meliputi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier.
Tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup
baik, namun sejak tahun 2006 pertumbuhannya mengalami perlambatan. Perlambatan ini
terjadi pada sektor industri pengolahan, listrik, air dan gas serta sektor bangunan. Apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi regional di tingkat Provinsi Jawa Timur maka
tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi kabupaten masih berada di bawah rata –
rata kabupaten/kota se Provinsi Jawa Timur. Peningkatan perekonomian daerah ini dalam lima
tahun ke depan akan diprioritaskan pada pembangunan bidang pertanian, industri dan
perdagangan. Bidang pertanian mendapatkan prioritas karena sebagian besar pelaku ekonomi
di daerah bekerja pada bidang ini sebagai sumber mata pencahariannya. Oleh karena itu
dengan mendorong usaha pada bidang ini diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat secara umum. Sedangkan untuk bidangindustri dan perdagangan diutamakan pada
sektor industri kecil dan menengah.
PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah tugas utama pemerintah daerah.
Kualitas hidup masyarakat diukur dari kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan, kesehatan dan kemampuan ekonomi keluarga khusunya kemampuan daya beli. Pengukuran ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh United Nation’s Development Program (UNDP) yaitu berupa Human Developent Index (HDI) atai Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
Kualitas hidup masyarakat diukur melalui pendekatan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Indeks ini digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan, kesehatan, dan kemampuan
daya beli masyarakat. Berdasarkan asumsi diharapkan pemenuhan terhadap ketiga kebutuhan
dasar tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat .
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten Nganjuk selama lima tahun
mengalami fluktuasi. Capaian tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 66,96% yang
kemudian pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 66,44%. Walaupun besarnya
penurunan tidak terlalu besar namun cukup mengindikasi bahwa kualitas hidup masyarakat
mengalami penurunan.
Apabila dibandingkan dengan capaian IPM Regional pada tiga tahun pertama IPM
Kebupaten Nganjuk berada di atas capaian IPM Provinsi Jawa Timur, namun pada tahun 2006
dan 2007 berubah menjadi di bawah capaian Provinsi Jawa Timur. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pencapaian IPM Kabupaten Nganjuk tidak secepat kabupaten lainnya. Secara
umum peringkat IPM Kabupaten Nganjuk berada pada peringkat 21dari 38 kabupaten/kota di
Agar tercapai tujuan tersebut perlu adanya sinkronisasi dan harmonisasi program dari
seluruh satuan kerja yang ada. Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur
dengan indikator sebagai berikut.
Respon Masyarakat tentang Keberadaan Pasar Tradisional dan Pasar Modern Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk
Kuesioner yang diberikan kepada 20 informan peneliti bertujuan untuk mengetahui
respon masyarakat Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk terhadap
keberadaan pasar tradisional dan pasar modern. Dari hasil angket ini akan dapat diketahui
bagaimana respon masyarakat lebih dominan berbelanja di pasar tradisional atau pasar
modern.
Hasil jawaban dari 20 informan peneliti tersebut dinyatakan dalam bentuk verbal atau
pernyataan yang kemudian dari beberapa pernyataan tersebut akan diinterpretasikan untuk
menjawab rumusan masalah yang diajukan peneliti.
Jawaban dari 20 informan peneliti di atas kemudian diinterpretasikan, tujuannya adalah
adalah untuk menyelaraskan indikator pertanyaan dengan hasil jawaban beberapa informan
peneliti tersebut. Demikian hasil interpretasi penelitian yang telah dilakukan.
Hasil Interpretasi Analisis Kuesioner Respon Masyarakat berdasarkan Jawaban Informan Peneliti
No Indikator Pertanyaan Interpretasi hasil
1
Apakah berbelanja di pasar modern
(swalayan) lebih nyaman daripada
berbelanja di pasar tradisional?
Masyarakat lebih nyaman berbelanja di
pasar modern (swalayan) daripada
berbelanja di pasar tradisional.
2
Apakah berbelanja di pasar modern
(swalayan) lebih higienis (bersih) daripada
berbelanja di pasar tradisional?
Berbelanja di pasar modern (swalayan)
lebih higienis (bersih) daripada berbelanja
Berbelanja di pasar modern (swalayan)
lebih aman daripada berbelanja di pasar
4
Apakah berbelanja di pasar modern
(swalayan) lebih lengkap daripada
berbelanja di pasar tradisional?
Berbelanja di pasar modern (swalayan)
lebih lengkap daripada berbelanja di pasar
Berbelanja di pasar tradisional lebih
murah daripada berbelanja di pasar
modern (swalayan).
berbelanja di pasar tradisional daripada
pasar modern (swalayan).
7
Jika anda ingin berbelanja pakaian apakah
pasar modern (swalayan) lebih cocok
daripada pasar tradisional?
Untuk berbelanja pakaian dan produk
awet lainnya seperti susu, gula, detergen,
tangga masyarakat lebih memilih
berbelanja di pasar tradisional daripada
pasar modern (swalayan).
Masyarakat lebih dapat bersosialisasi
dengan baik apabila berbelanja di pasar
tradisional daripada pasar modern
(swalayan).
10
Apakah berbelanja di pasar modern
(swalayan) lebih prestise (bergengsi)
daripada berbelanja di pasar tradisional?
Berbelanja di pasar modern (swalayan)
bagi masyarakat lebih prestise (bergengsi)
Berdasarkan hasil kuesioner yang sudah dijelaskan tersebut maka dapat diketahui
bahwa pasar tradisional dan pasar modern menurut sebagian masyarakat memiliki kekurangan
dan kelebihan masing-masing. Kedua pasar tersebut tentu saja mempunyai peran yang sama
yaitu sebagai tempat terjadinya jual beli barang dan jasa, namun ada beberapa hal yang
membedakan antara pasar tradisional dan pasar modern. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa
dari sudut pandang harga pasar tradisional menurut masyarakat Kelurahan Kauman lebih
murah dibandingkan pasar modern, namun dari sudut pandang kenyamanan, keamanan,
kelengkapan, dan prestise pasar modern lebih bagus daripada pasar tradisional. Hanya saja
pada pasar modern sosialisasi yang terjadi tidak begitu terlihat jika dibandingkan dengan pasar
tradisional. Bentuk sosialisasi contohnya seperti interaksi yang terjadi antara penjual dan
pembeli pada saat proses tawar menawar harga, hal tersebut tidak terjadi pada pasar modern
karena pada pasar modern produk sudah didisplay sedemikian rupa disertai dengan label harga
yang dipasang pada produk tersebut sehingga pembeli dan penjual tidak perlu melakukan
tawar-menawar.
Masyarakat Kelurahan Kauman Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk telah
mengenal konsep pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern secara umum, mereka
memandang pasar sebagai tempat berbelanja kebutuhan pokok barang dan jasa, mereka juga
telah dapat membedakan pasar tradisional dan pasar modern baik kelebihan maupun
kelemahannya. Pasar tradisional dikenal kumuh, berjubel, tidak aman dan tidak nyaman
namun harga barangnya relatif lebih murah dibandingkan pasar modern yang dikenal bersih,
aman, nyaman, dan menyenangkan meskipun harga barangnya selisih tipis lebih mahal. Hal
ini selaras dengan teori yang disampaikan oleh Nasution (2009) tentang pasar tradisional yaitu
tempat berjualan yang tradisional (turun-temurun), tempat bertemunya penjual dan pembeli
dimana barang-barang yang diperjual belikan tergantung kepada permintaan pembeli
(konsumen), harga yang ditetapkan merupakan harga yang disepakati melalui suatu proses
tawar menawar, pedagang selaku produsen menawarkan harga sedikit di atas harga standar.
Pada umumnya pasar tradisional merupakan tempat penualan bahan-bahan kebutuhan
kebutuhan pokok (sembako). Biasanya pasar tradisional beraktifitas dalam batas-batas waktu
tertentu, seperti pasar pagi, pasar sore, pasar pekan dan lain sebagainya. Sedangkan Pasar
modern adalah pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang dalam
pengelolanya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan dan kenyamanan
berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi
label harga yang pasti.bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label harga yang pasti. Dalam
penelitian ini masyarakat Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk telah
menunjuk pasar wage yang berlokasi di Jln. A. Yani sebagai pasar tradisional dan Swalayan
Prima yang berlokasi di Jln. Yos Sudarso sebagai pasar modern yang ada di Kabupaten
Ngnajuk.
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang disebarkan
pada 20 orang sebagai informan peneliti, hasil kuesioner yang telah diolah menunjukkan
bahwa masayrakat Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk cenderung
lebih memilih pasar modern (swalayan Prima) dibandingkan pasar tradisional (pasar wage)
sebagai tempat berbelanja. Mereka beranggapan bahwa swalayan prima dinilai lebih aman,
nyaman,higienis, lengkap, dan tertata rapi meskipun harga barang-barangnya sedikit lebih
mahal. Untuk berbelanja produk kebutuhan bulanan (seperti gula, susu), pakaian, perabot
rumah tangga mereka cenderung memilih pasar swalayan Prima sebagai tempat tujuan
bebrbelanjanya, namun untuk beberapa produk seperti sayuran mereka masih memilih pasar
trsdisional sebagai tempat berbelanja karena di pasar tradisional inilah mereka dapat
menenemukan barang-barang yang mereka cari yaitu bermacam-macam sayuran dengan harga
yang cukup relatif lebih murah, di pasar tradisional inilah mereka juga dapat melakukan
tawar-menawar harga yang merupakan sebuah proses sosialisasi antara pedagang dan pembeli atau
antar pedagang bahkan antar pembeli. Namun jika dipandang dari sudut kebutuhan sosial
berbelanja di pasar modern menurut masyarakat Kelurahan Kauman merupakan cermin status
sosial yang tinggi (memiliki prestise). Hal ini selaras dengan teori yang disampaikan Thorstein
Veblen (1857-1929) yang mengemukakan dalam teorinya tentang konsumsi yang menyolok,
bahwa keinginan-keinginan individual yang tersusun secara acak menentukan sifat
permintaan. Orang-orang yang kaya menurut Veblen memilih pola-pola pengeluaran mereka
untuk menekankan, melambangkan dan membangun posisi kelas mereka berbeda dengan
Gaya Hidup Masyarakat Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk
Seiring kemajuan zaman, pasar-pasar tradisional mulai tersaingi oleh kemunculan
pasar-pasar modern atau ultra modern. Demikian pula toko, kios, warung, dan sejenisnya
mulai tersaingi oleh mini-mini market yang juga ikut masuk ke sudut-sudut desa atau
perkampungan. Cepat atau lambat pasar tradisional seperti kios, toko, dan sejenisnya akan
mengalami penyusutan pendapatan dan mungkin lama-kelamaan juga akan bangkrut dan
tutup. Berdirinya sekian banyak mal atau pusat perbelanjaan modern mampu meminggirkan
pasar tradisional. Orang mulai enggan masuk ke pasar tradisional karena
pasar-pasar demikian terkesan kumuh, tidak tertata, kotor, gelap, becek, sumpek, bau, dan daftar
harganya tidak terlalu jelas. Hal-hal demikian sering membuat orang malas untuk memasuki
pasar tradisional. Selain itu pasar tradisional bagi sebagian orang dianggap tidak dapat
menaikkan gengsi sosial. Belanja di pasar tradisional dianggap sebagai kuno, ketinggalan
zaman, udik, dan tidak terlalu banyak uang.
Pasar tradisional umumnya juga dipenuhi oleh para penjual yang telah berusia paruh
baya atau mendekati tua. Hal ini berbeda dengan mal atau minimarket yang selalu
menampilkan pelayan dan kasir yang muda usia dengan penampilan bersih, ganteng, dan
cantik. Penataan barang jualan di pasar-pasar tradisional pun cenderung kurang rapi dan
terpajang cantik. Hal demikian juga berbeda dengan mal atau minimarket yang hampir selalu
memajang barang dagangannya dengan cantik serta penerangan yang maksimal. Hal-hal
demikianlah barangkali yang turut menggeser kedudukan pasar tradisional untuk kemudian
tergantikan oleh mal dan minimarket.
Kemajuan sosial ekonomi yang begitu pesat pada masyarakat Kelurahan Kauman,
ditambah masuknya kebudayaan pop yang notabene didominasi kebudayaan barat.
Kebudayaan pop (pop culture) ditandai dengan indutrialisasi barang-barang budaya saperti
makanan, pakaian dan kesenian, tapi lebih dari itu, kebudayaan jenis ini membawa masyarakat
Kelurahan Kauman pada fenomena globalisasi.
Analisis angket dilakukan untuk masing-masing pertanyaan. Berikut merupakan hasil
angket sekaligus interpretasi dari indikator pertanyaan yang telah disajikan.
Dari hasil wawancara dengan beberapa responden tersebut dapat diketahui bahwa
cenderung memilih pasar modern sebagai tempat untuk berbelanja kebutuhan mereka, namun
untuk produk tertentu seperti sayuran mereka tetap memilih pasar tradisional sebagai tempat
untuk berbelanjanya. Sehingga dapat disimpulkan bahawa masyarakat Kelurahan Kauman
memiliki gaya hidup konsumtif yang modern.
Masyarakat Kelurahan Kauman Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk yang pada
mulanya beranggapan bahwa belanja hanya merupakan suatu konsep untuk menunjukkan
suatu sikap demi mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-harinya dengan jalan
menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut telah memperluas wawasannya
mengenai konsep berbelanja yaitu suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan
masyarakat Kelurahan Kauman. Jadi pola kebiasaan berbelanja merupakan salah satu
komponen gaya hidup masyarakat Kelurahan Kauman. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
sedina warga Kelurahan Kauman yang lebih memilih swalayan sebagai tempat berbelanja
dengan tujuan mencari hiburan setelah lelah bekerja, namun sebenarnya pernyataan tersebut
menunjukkan adanya kebutuhan prestise oleh ibu Sadina untuk dapat diperlihatkan pada
kelompok dalam (masyarakat perumahan Veteran Kelurahan Kauman, Kecamatan nganjuk,
Kabupaten Nganjuk). Pernyataan tersebut memperkuat teori yang disampaikan Weber (dalam
Becca, 2012) berpendapat bahwa selera merupakan pengikat kelompok dalam (ingroup).
Actor-aktor kolektif berkompetisi dalam penggunaan barang-barang simbolik. Keberhasilan
dalam berkompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli sumber budaya, sehingga
akan meningkatkan prestis dan solidaritas kelompok dalam.
Namun perlu diketahui bahwa, pasar tradisional juga mempunyai peran penting dalam
perekonomian negara. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing
alamiah yang tidak miliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area
penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, system tawar
menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli merupakan
keunggulan tersendiri yang dimiliki pasar tradisional dibandingkan pasar modern.
Selain keunggulan yang tadi, pasar tradisional juga merupakan salah satu pendongkrak
perekonomian kalangan menengah ke bawah, dan itu jelas memberikan efek yang baik bagi
negara. Dimana negara ini memang hidup dari perekonomian berskala mikro dibandingkan
KESIMPULAN
Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern yang ada di Kabupaten Nganjuk bagi
masyarakat Kelurahan Kauman Kecamatan Nganjuk merupakan dua sisi mata uang yang
berbeda. Keduanya sama-sama merupakan tempat terjadinya jual beli barang dan jasa, namun
memiliki beberapa perbedaan yang sangat mencolok, pasar modern dikenal lebih aman,
nyaman, bersih, lengkap, dan prestise dibandingkan pasar tradisional meskipun jika dilihat
dari sudut pandang harga pasar tradsional dikenal lebih murah dan interaksi sosial dapat
terlihat melalui proses tawar-menawar. Berdasarkan hasil analisis sebagian besar masyarakat
Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk lebih memilih berbelanja di
pasar modern dari pada di pasar tradisional untuk barang-barang seperti, kebutuhan bulanan
(susu, gula, dll), pakaian, dan perabot rumahtangga, namun untuk kebutuhan sayuran
masyarakat cenderung memilih pasar tradisional untuk tepat berbelanjanya.
Berbelanja yaitu suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat
Kelurahan Kauman. Jadi pola kebiasaan berbelanja merupakan salah satu komponen gaya
hidup masyarakat Kelurahan Kauman. Masyarakat Kelurahan Kauman yang suka berbelanja
di pasar modern daripada di pasar tradisional menunjukkan bahwa gaya hidup mereka
tegolong dalam Pendekatan kuantitatif social struktur dimana gaya hidup diukur berdasarkan
konsumsi yang dilakukan seseorang.seiring dengan meningkatnya pertumubuhan ekonomi
masyarakat gaya hidup masyarakat Kelurahan Kauman tergolong dalam gaya hidup konsumtif
yang modern. Dimana mereka menganggap gaya hidup dinilai berdasarkan konsumsi yang
dilakukannya. Mereka menganggap berbelanja tidak hany sebagai pemenuhan kebutuhan
biologis saja melakinkan juga pemenuh kepuasan (prestise).
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, burhan. 2006. Metotologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Media Massa edisi 27 April 2011. Ekonomi Bisnis. Nganjuk: Jawa Pos Radar Nganjuk.
Nasution, Ahmad Yani. 2009. Tinjauan terhadap Pasar Tradisional. (Online).
(http//http://www.scribd.com/doc/35333512/PASAR-TRADISIONAL), (diakses
tanggal, 2 Oktober 2012).
Ritzer, George. Teori Sosial Posmodern. Penerjemah. Muhammad Taufik. Yogyakarta; Kreasi Wacana. Maret. 2004.
Smelser. J. 1990. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Wira Sari.
Smith Adam. 1937. The Wealth of Nations. New York : Modern Library
Sztompka, Piotr, 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. (Cetakan ke-3). Jakarta: Prenada.
Sumber Internet:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nganjuk. 2012. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Nganjuk. (Online), (http://nganjukkab.bps.go.id), (diakses tanggal 23 Januari 2012).
Becca, Bernadetta. 2012. Makalah Sosiologi, Ekonomi dan Gaya Hidup. (Online),
(http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/20/makalah-sosiologi-ekonomi-konsumsi-dan-gaya-hidup/, diakses tanggal 20 November 2012).
Kompas. 2010. Sosiologi. (Online), (
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0002/18/opini/reda04.htm, diakses tanggal 18 September 2012).
Nasution. 2008. Perkembangan dan Ruang Lingkup Sosiologi Ekonomi. (Online),
(