• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Analisa Lokasi dan Keruangan Im

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Review Analisa Lokasi dan Keruangan Im"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tugas I Review Analisa Lokasi dan Keruangan

Implikasi Teori Model Gravitasi terhadap Pengembangan

Kawasan Andalan di Kabupaten Aceh Besar

Oleh :

Ridho Rasyanda

(3613100504)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak tahun 2001, Indonesia telah menerapkan aturan dimana tiap-tiap daerah harus bisa mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri, baik dari pemerintahan, kepentingan masyarakat, dan segala macam hal yang terkait di dalamnya. Hal ini semata-mata agar tiap daerah mampu mengembangkan daerahnya masing-masing dengan melihat segala potensi yang dimiliki untuk mensejahterakan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk suatu kawasan andalan yang orientasinya yaitu pengembangan potensi daerah.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1997 pasal 7 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), kawasan andalan merupakan kawasan yang dipilih dari kawasan budidaya yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya, serta dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatn ruang di wilayah Nasional. Diharapkan dengan adanya kawasan andalan ini dapat memberikan dampak yang positif baik bagi kota dan sekitarnya serta wilayah pinggirannya.

Kabupaten Aceh Besar, salah satu kabupaten/ kota yang berada di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam, merupakan satu dari tiga Wilayah Pengembangan Kawasan Andalan Banda Aceh Raya (Bab 5 Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA)). Dengan sektor unggulan berupa sektor pertanian dan laju pertumbuhan PDRB yang paling tinggi dibanding kabupaten/ kota lain di Provinsi NAD, Kabupaten Acch Besar merupakan gerbang utama untuk keluar masuk ibukota provinsi. Diharapkan kelengkapan status perekonomian serta fasilitas transportasi penunjang mampu membantu kabupaten/ kota disekitarnya.

Untuk mengukur interaksi perekonomian antara Kabupaten Aceh Besar dengan kabupaten/ kota disekitarnya, dilakukan analisis dengan menggunakan teori model Gravitasi dengan mengasumsikan jarak dengan alat praktis yaitu aplikasi Google Earth.

(3)

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi

Dalam proses melakukan analisis terkait pengembangan kawasan andalan di Kabupaten Aceh Besar, dibutuhkan teori-teori pendukung untuk mengukur interaksi ekonomi daerah Kabupaten Aceh Besar dengan kabupaten/ kota yang terdekat serta teori-teori untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi serta sektor unggulan yang ada di Kabupaten Aceh Besar. Adapun teori-teori tersebut antara lain :

1. Teori Pembangunan Ekonomi

Menurut Arsyad (1999), teori pembangunan ekonomi dinyatakan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Arsyad (1999), teori pertumbuhan ekonomi dinyatakan sebagai kenaikan produk domestik bruto (PDB) atau produk domestik netto (PNB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah terdapat perubahan struktur ekonomi atau tidak 3. Teori Wilayah

Wilayah menurut kamus didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsionalnya (UU no. 24 tahun 1992 pasal 1).

Menurut Jayadinata (2000), wilayah dari sudut geografi merupakan kesatuan alam yang homogen dengan masyarakat serta kebudayaannya yang serba sama serta mempunyai ciri yang khas. Wilayah pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan pengembangan/pembangunan.Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu pertumbuhan, penguatan keterkaitan, keberimbangan, kemandiriandan keberlanjutan.

Konsep keruangan dapat dilihat berdasarkan beberapa aspek diantaranya yaitu berdasarkan wilayah, jarak, lokasi, skala, dan batas ambang atau jangkauan pelayanan (Glasson dalam Tarigan, 2007).

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi untuk Pengembangan Wilayah

(4)

3 dalam harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

5. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan

Menurut Samuelson dalam Tarigan (2007), teori pertumbuhan jalur cepat yang disinergikan menyatakan bahwa setiap negara/wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive

advantage untuk dikembangkan.

6. Teori Basis Ekonomi

Menurut Arsyad (1999), teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.

7. Teori Pusat Pertumbuhan

Menurut Adisasmita (2005), pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisansehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut.

8. Teori Model Gravitasi

Menurut Carey dan Ravenstein (1889), teori model gravitasi adalah teori yang digunakan untuk melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi yang turut mampu menunjukkan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.

Adapun karakteristik dan fungsi lain dari teori model Gravitasi antara lain :

 Setiap lokasi mempunyai daya tarik tertentu tergantung pada potensi yang terdapat pada suatu lokasi

(5)

4

 Model gravitasi digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut

 Daya tarik suatu lokasi (kota atau wilayah) dapat diukur dari jumlah penduduk, lapangan kerja, total pendapatan, fasilitas pelayanan publik, dll.

9. Teori Model Sistem Informasi Geografis

Menurut Kuncoro (2012), Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah jenis khusus sistem informasi yang memperhatikan representasi dan manipulasi realita geografi. SIG mentransformasikan data menjadi informasi dengan mengintegrasikan sejumlah data yang berbeda, menerapkan analisis fokus, dan menyajikan output untuk mendukung pengambilan keputusan.

(6)

5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi

Kabupaten Aceh Besar secara administratif berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ibukota Kabupaten Aceh Besar adalah Kota Jantho, namun sebelum adanya pemekaran pada tahun 1970 ibukota kabupaten ini adalah Kota Banda Aceh. Kabupaten Aceh Besar memiliki luas sebesar 2.969 . Secara geografis, kabupaten ini berada pada 3’1,2” - 45’9,007” LU (Lintang Utara) dan 55’43,6” - 59’50,13” BT (Bujur Timur). Adapun batas-batas wilayah dari Kabupaten Aceh Besar antara lain :

Batas Wilayah

Utara Selat Malaka, Kota Banda Aceh, dan Kota Sabang

Timur Kabupaten Pidie

Selatan Kabupaten Aceh Jaya

Barat Samudera Hindia

3.2 Alasan Pemilihan Lokasi

Adapun alasan dipilihnya Kabupaten Aceh Besar sebagai lokasi studi kasus yaitu untuk mengetahui dan melihat kesesuaian perekonomian Kabupaten Aceh Besar dengan kriteria kawasan andalan yang telah ditetapkan dengan menggunakan teori model Gravitasi yaitu dengan melihat interaksi antara Kabupaten Aceh Besar dengan kota/ kabupaten sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Lampiran IX yang kemudian dijabarkan Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA), Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu dari tiga Wilayah Pengembangan Kawasan Andalan Banda Aceh Raya. Sekedar diketahui, Kabupaten Aceh Besar memiliki laju pertumbuhan PDRB yang paling tinggi dibanding kabupaten/ kota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan sektor dominan yaitu sektor pertanian serta merupakan pintu gerbang utama keluar masuk ke ibukota provinsi. Secara garis besar, sarana transportasi yang memadai turut membantu memuluskan perekonomian di Kabupaten Aceh Besar.

3.3 Faktor-faktor Lokasi

(7)

6 1. Objek Pembanding

Untuk mengetahui interaksi keruangan ke dan dari Kabupaten Aceh Besar, dibutuhkan objek pembanding yaitu kabupaten/ kota yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Besar, yaitu Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie, Kota Sabang, dan Kabupaten Aceh Jaya.

2. Jarak

Dalam perhitungan, untuk mengetahui interaksi keruangan dengan kabupaten/ kota sekitarnya butuh diketahui terlebih dahulu jarak Kabupaten Aceh Besar terhadap keempat kabupaten/ kota pembanding yang berbatasan.

3. Status Perekonomian dan Kelengkapan Fasilitas

Kabupaten Aceh Besar memiliki sektor unggulan yaitu sektor pertanian dan terbukti memiliki laju pertumbuhan PDRB tertinggi dibanding kabupaten/ kota lain di Provinsi NAD, sehingga dinobatkan sebagai satu dari tiga Wilayah Pengembangan Kawasan Andalan Banda Aceh Raya. Sebagai gerbang utama menuju ibukota provinsi, Kabupaten Aceh Besar memiliki sarana dan fasilitas transportasi yang memadai.

3.4 Implikasi Teori terhadap Lokasi yang Dipilih

Dalam melihat interaksi keruangan terutama perekonomian antara Kabupaten Aceh Besar dengan wilayah sekitarnya akan digunakan teori model Gravitasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan citra satelit google earth, yaitu dengan mengasumsikan jarak jalan yang menghubungkan Kabupaten Aceh Besar yang disamaratakan dan mengesampingkan hambatan untuk mempermudah penghitungan.

Jarak Kota Aceh Besar dengan kota Banda Aceh yang berbatasan di sebelah utara adalah 33 km, sedangkan dengan kota Sabang yang juga berbatasan di sebelah utara berjarak 80,5 km. Dari kedua kota tersebut, interaksi yang paling besar adalah dengan Kota Banda Aceh. Hal ini dikarenakan adanya kedekatan jarak dengan Kabupaten Aceh Besar dan adanya mobilitas sumber-sumber ekonomi seperti arus tenaga kerja kedua daer baik dari dan ke Kabupaten Aceh Besar. Interaksi ini telah mengalami peningkatan dari selang tahun 2006 hingga tahun 2010. Sedangkan kecilnya interaksi kota Sabang dengan Kabupaten Aceh Besar dipicu karena kedua kabupaten/ kota tersebut dipisahkan oleh Samudera Hindia serta mobilitas barang, jasa, dan manusia terjadi secara langsung karena transportasi laut kota Sabang baik dari dan ke Kabupaten Aceh Besar terdapat di Pelabuhan Ulee Lheu, Kabupaten Aceh Besar.

(8)

7 dengan adanya keeratan hubungan arus lalu lintas barang, jasa, dan mobilitas penduduk antar kedua daerah. Hal ini dikarenakan pemasaran produk Kabupaten Pidie menuju Kota Banda Aceh dan keluar provinsi akan lebih singkat apabila melewati Kabupaten Banda Aceh terlebih dahulu karena transportasi laut yang menghubungkan Kabupaten Aceh Besar dengan Kabupaten Pidie melalui ruas jalan Krueng Raya hingga batas Kabupaten Pidie relatif lebih singkat dan cepat (panjang ruas jalan sebesar 35,09 km).

Terakhir, Kabupaten Aceh Jaya yang berbatasan di sebelah selatan menjadi kabupaten/ kota yang paling kecil interaksi gravitasinya dengan kabupaten/ kota lain. Jauhnya jarak tempuh dan keadaan topografi antara Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Aceh Besar yang melewati perbukitan dan berliku membuat mobilitas barang, jasa, dan manusia menjadi terhalang. Selain itu, rencana pemerintah dalam mewujudkan pembangunan jalan nasional antara kota Lamno (ibukota Kabupaten Aceh jaya) dan kota Jantho (ibukota Kabupaten Aceh Besar) mengalami kendala akibat adanya kawasan lindung diantara kedua jalur jalan tersebut.

Gambar 1 Peta Analisis Gravitasi Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie, dan Kota Sabang

(9)

8

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kabupaten Aceh Besar adalah salah satu kabupaten/ kota yang berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan ibukota yaitu Kota Jantho. Kabupaten ini memiliki luas sebesar 2.969 dan merupakan gerbang utama ukeluar masuk ibukota provinsi yaitu Banda Aceh. Kabupaten Aceh Besar merupakan satu dari tiga Wilayah Pengembangan Kawasan Andalan Banda Aceh Raya dengan sektor unggulan berupa sektor pertanian dan memiliki laju pertumbuhan PDRB yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/ kota lain di Provinsi NAD.

Untuk mengetahu interaksi perekonomian antara Kabupaten Aceh Besar dengan keempat kabupaten/ kota disekitarnya yaitu Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kabupaten Pidie, dan Kabupaten Aceh Jaya, digunakan teori analisis interaksi keruangan yaitu teori model Gravitasi dengan memperhatikan faktor-faktor seperti objek pembanding (kabupaten/ kota disekitarnya), jarak dengan objek pembanding, serta status perekonomian dan kelengkapan fasilitas. Setelah dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa interaksi gravitasi terkuat yaitu antara Kabupaten Aceh Besar dengan Kota Banda Aceh, diikuti Kabupaten Pidie, Kota Sabang, dan Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini dikarenakan interaksi yang terjadi dominan dipengaruhi oleh jarak Kabupaten Aceh Besar terhadap keempat kabupaten/ kota disekitarnya.

4.2 Lesson Learned

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Acuan

Mursidah, dkk. (2013). “Analisis Pengembangan Kawasan Andalan di Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. 1 (10), 43-55.

Buku

Santoso, Eko Budi, dkk. 2012. Diktat Analisa Lokasi dan Keruangan. ITS : Surabaya.

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia. Diakses pada hari Kamis tanggal

18 Maret 2015.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Besar. Diakses pada hari Kamis tanggal 18

Maret 2015.

Jurnal

Wijaya, Bayu dan Atmanti, Hastarini Dwi. (2006). “Analisis Pengembangan Wilayah dan Sektor Potensial Guna Mendorong Pembangunan di Kota Salatiga”. Jurnal

Gambar

Gambar 1 Peta Analisis Gravitasi Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie, dan Kota Sabang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui gambaran perilaku siswa SMP Pertiwi 2 Padang Sumatera Barat tentang HIV/AIDS dan pencegahan penularannya, maka pemerintah kotamadya Kota

Gambut di areal penelitian merupakan gambut sangat dalam dengan ketebalan bervariasi mulai dari 7,2 meter sampai lebih dari 10 meter sehingga merupakan

Hasil observasi menunjukkan bahwa tindakan pada remaja awal di Dusun Perigi Parit Desa Sebagu dilakukan oleh orang tua dan masyarakat informan yaitu dengan memberikan nasihat

Penerapan metode cooperative learning tipe talking chips ampuh untuk. meningkatkan sikap toleransi peserta didik kelas VIII-c SMP Negeri

[r]

sebagai hasil penilaian ujian. 8) Staf Fakultas menerima dan mengarsip Berita Acara Ujian. 9) Dosen pengampu mata kuliah menyerahkan 2 (dua) rangkap daftar nilai ujian disertai.

Ketika orangtua memberikan perhatian pada perilaku baik anak , hal ini akan memberikan manfaat bagi anak: anak merasa dihargai, menjadi lebih patuh, dapat membedakan hal