• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN EKONOMI PENDIDIKAN DI INDONESIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LANDASAN EKONOMI PENDIDIKAN DI INDONESIA (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN EKONOMI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Oleh : Angga Debby Frayudha, M.Pd

1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Ekonomi Berasal dari bahasa Yunani oikos : keluarga/rumah tangga, nomos :

peraturan/hokum, Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari

aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan

konsumsi barang dan jasa. Inti dari masalah ekonomi adalah adanya

ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas

kebutuhan yang jumlahnya terbatas.

Teori ekonomi pada dasarnya adalah teori pilih memilih untuk memaksimalkan

kepuasan berbagai kebutuhan berdasarkan keterbatasan sumberdaya (Sumarsono,

2003). Oleh karena itu “ekonomi” dapat diartikan sebagai "the study of choice"

(Johnes, 1993) atau "the study of the production and distribution of all scarce

resources" (Cohn, 1979). Lebih lanjut Johnes mengemukakan bahwa “pendidikan”

dapat diartikan sebagai penambahan persediaan keterampilan, ilmu pengetahuan dan

pemahaman baik oleh individu maupun oleh masyarakat secara keseluruhan. Untuk itu

ekonomi pendidikan berkenaan dengan cara dimana berbagai pilihan ditetapkan untuk

mengubah persediaan tersebut, baik oleh individu yang memerlukan pendidikan

maupun oleh guru dan lembaga yang menyediakan layanan pendidikan.

Ekonomi pendidikan, menurut Woodhall (dalam Psacharopoulos,

1987),merupakan cabang dari teori ekonomi yang berkembang sangat cepat sejak

1960-an. Awal tahun 1960-an merupakan kemunculan secara formal dari

(2)

manusia (human capital) yang bersifat sporadis seperti yang dilakukan oleh

Smith(1776), Strumilin (1924), dan Walsh (1935). Vaizey (1962) juga mengemukakan

adanya pakar lain yang menggagas kemunculan ekonomi pendidikan melalui kajian

seputar peran pendidikan atau persekolahan dalam peningkatan kesejahteraan

penduduk, seperti yang dilakukan John Stuart Mill (1867) dan Alfred Marshall (1890).

Adapun Cohn (1979) menyebutkan nama-nama yang terkait dengan kajian ekonomi

pendidikan antara lain: Heinrich von Thunen, David Ricardo, Jean-Baptiste Say,

Nassau Senior, Frederich List, Henry McLead,William Roscher, Leon Walras, Walter

Bagehot, dan Henry Sidwick.

Selanjutnya dengan mengacu kepada pengertian ekonomi yang disampaikan oleh

Samuelson dan pengertian pendidikan dari Webster's New World Dictionary, Cohn

(1979) mendefinisikan ekonomi pendidikan sebagai:

"....kajian tentang bagaimana orang dan masyarakat, baik dengan atau tanpa

menggunakan uang, mendayagunakan sumberdaya produktif yang langka untuk

memproduksi berbagai ragam pelatihan, pengembangan pengetahuan, keterampilan,

pemikiran, karakter dan sejenisnya --khususnya melalui sekolah formal-- dalam waktu

tertentu dan mendistribusikan produksi tersebut, untuk saat ini dan di masa mendatang,

di antara berbagai orang dan kelompok dalam masyarakat".

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekonomi

pendidikan merupakan kajian tentang bagaimana individu dan masyarakat membuat

pilihan penggunaan sumberdaya produktif yang langka atau terbatas di dalam rangka

produksi dan distribusi pendidikan, dalam bentuk upaya menambah, meningkatkan

atau mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan wawasan yang

berguna untuk masa kini dan atau masa mendatang.

Dalam RPJM Nasional dan dalam Pembangunan Pendidikan Nasional 2005-

2007 serta dalam Renstra Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009, peningkatan

kualitas SDM mendapatkan perhatian yang sangat besar. Dalam mensukseskan

(3)

mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka

kiranya perlu mengkaji dan melihat pendidikan dari perspektif ekonomi politik.

Ekonomi dan Pendidikan merupakan dua komponen yang saling memberikan pengaruh

timbal balik. Pendidikan menurut, (Kartono, 1992 : 309), merupakan komponen

ekonomi yang penting, karena dapat memproduksi tenaga kerja terampil yang dapat

memasuki pasaran kerja, disamping membentuk manusiamanusia ekonomis untuk

pembangunan masyarakat demi kelestarian hidup bangsa.

Sektor primer modern belum mampu menampung serta memanfaatkan

sumber-sumber daya manusia desa, merupakan bagian terbesar penduduk di Indonesia. Padahal

pengelolaan tenaga manusia melalui pendidikan (edukasi) sehingga menjadi produktif

merupakan tujuan ekonomis dan tujuan sosial dengan laju pertumbuhan dari domistik

bruto diatas rata-rata (M.I. Tuqan, 1979 : 64). Masalah pendidikan tidak lepas dari

masalah :

-ekonomi Karena masalah ekonomi, pendidikan belum maksimal

-Kesenjangan kondisi sosial ekonomimenyebabkan ketidakpastian standar mutu

pendidikan

-APBN dan APBD hanya 20%

-Adanya opini bahwa pembangunan sektor pendidikan hanya menghabiskan anggaran

-Krisis ekonomi global

1.2 Tujuan

Makalah ini disusun berdasarkan tugas mata kuliah Landasan Pendidikan. Juga

memberikan pemahaman bagi kami tentang salah satu landasan dari pendidikan yaitu

landasan ekonomi. Dan seperti kita ketahui bahwa ekonomi dan pendidikan merupakan

(4)

ekonomi,bagaimana hubungan ekonomi dengan pendidikan,bagaimana landasan

ekonomi dalam pendidikan, dan bagaimana urugensi ekonomi sebagai landasan

peniddikan.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan landasan ekonomi?

2. Bagaimana hubungan ekonomi dengan pendidikan?

(5)

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Landasan Ekonomi

Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,

distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata "ekonomi" sendiri berasal

dari kata Yunani (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan (nomos), atau

"peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah

tangga" atau "manajemen rumah tangga.

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih

dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya

ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas

kebutuhan yang jumlahnya terbatas.

Landasan ekonomi adalah suatu hal yang membahas peran ekonomi, fungsi

adalah suatu hal yang membahas peran ekonomi, fungsi produksi , efisiensi, dan

efektivitas biaya dalam pendidikan. Ekonomi merupkan salah satu faktor yang cukup

berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan.

2.2 Hubungan Ekonomi dengan Pendidikan

Manusia merupakan faktor produksi aktif yang dapat mengakumulasi modal,

mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam, membangun organisasi sosial,

ekonomi dan politik. Dalam banyak literature ekonomi, faktor modal dan kemajuan

teknologi sering disebut sebagai faktor yang paling berperan dalam pertumbuhan

(6)

tidak ditunjang oleh fktor lain, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). SDM merupakan

asset utama sebuah negara , karena merupakan pelaku kegiatan ekonomi, politik, dan

sebagainya. Instrumen utama untuk membangun sumber daya tersebut adalah

peningkatan kualitas program pendidikan nasional.

2.3 Peran Ekonomi dalam Pendidikan

Globalisasi ekonomi yang melanda dunia, otomatis mempengaruhi hampir semua

negara di dunia, termasuk Indonesia. Alasannya sederhana, yaitu karena takut digulung

dan dihempaskan oleh gelombang globalisasi ekonomi dunia.

Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Cukup

banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak

dari orang tidak mampu bisa bersekolah. Perkembangan lain yang menggembirakan di

bidang pendidikan adalah terlaksananya sisten ganda dalam pendidikan. Sistem ini bisa

berlangsung pada sejumlah pendidikan, yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak

usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa adalah berkat kesadaran para

pemimpin perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan. Peran Ekonomi dalam

Pendidikan ada beberapa hal yang melatar belakangi yaitu dalam sektor Makro dan

Mikro :

a. Makro

Alasan pemerintah Indonesia menetapkan pembangunan dibidang ekonomi pada

pembangunan jangka panjang tahun pertama dan kedua adalah karena :

1. Ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

2. Agar tidak kalah bersaing dalam era globalisasi saat ini.

(7)

1. Muncul berbagai usaha baru, pabrik-pabrik baru, badan perdagangan baru, dan

badan-badan jasa yang baru.

2. Jumlah konglomerat bertambah banyak

3. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan penghasilan Negara bertambah

Di bidang pendidikan berakibat :

1. Banyak orang kaya secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak tidak

mampu bersekolah.

2. Terlaksananya system ganda dalam pendidikan yanitu kerja sama antara sekolah

dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa, dalam rangka

mengembangkan ketrampilan siswa.

3. Munculnya sejumlah sekolah unggul yang didirikan oleh orang-orang kaya atau

konglomerat atau kumpulan dari mereka yang bertebaran di seluruh Indonesia. Sekolah

ini lebih unggul dalam prasarana dan sarana pendidikan, dan juga dalam menggaji para

pendidik-pendidiknya.

Arah sekolah-sekolah unggul seperti diluar negeri menurut Buchoro (1996) adalah :

1. Untuk membuat para siswa mencintai prestasi tinggi.

2. Mau dan bisa bekerja secara sempurna.

3. Memiliki etos kerja dan membenci kerja setengah-setengah.

4. Keseimbangan pengembangan jasmani dan rohani, keseimbangan penguasaan

pengetahuan masa sekarang dengan masa lampau.

b. Mikro

1. Ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang walaupun orang

(8)

2. Ekonomi berperan penting dalam kehidupan seseorang, kesuksesan sering dikaitkan

dengan ekonomi.

3. Tingkat kehidupan sekolah atau perguruan tinggi sangat ditentukan oleh kondisi

ekonominya masing-masing. Sekolah atau perguruan tinggi yang kaya akan bisa

leluasa bergerak menggaji guru atau dosen, membeli perlengkapan besar dan

sebagainya. Namun sebaiknya untuk sekolah yang miskin akan sulit bergerak.

4. Tingkat perekonomian keluarga mempengaruhi perencanaan pendidikan.

5. Persekolahan di Indonesia sebagian besar masih lemah ekonominya, walaupun

sudah punya gedung, tapi perlengkapan belajarnya masih minim, kesejahteraan guru

belum memadai, sementara itu orang-orang kaya lebih memilih mendirikan sekolah

sendiri (sekolah unggulan) dari pada memberikan uang kepada semua sekolah yang

ada dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

6. Orangtua secara tidak sadar sering menggunakan prinsip untung rugi/ balas jasa

dalam merencanakan pendidikan anak2nya.

7. Tingkat kehidupan sekolah atau perguruan tinggi sangat di tentukan oleh kondisi

ekonomi.

2.4 Perbandingan antara tindak ekonomi dan pendidikan

Perbandingan antara tindak ekonomi dan pendidikan

KOMPONEN TINDAK EKONOMI TINDAK PENDIDIKAN

Tujuan Tindakan Memperoleh

keuntungan material

atau saling

menguntungkan

Menumbuhkan kebangkitan

individu sebagai pribadi yg self

(9)

Pelaku Tindakan Orang dewasa yang

menanggung biaya

hidup (sesuai dalam

masyarakat)

Orang dewasa dan anak atau orang

dewasa dan orang yang belum

dewasa yg berfungsi sebagai

pendidik atau anak didik

Dasar Tindakan Kaidah ekonomi non

susila (non etis)

Kesusilaan sesuai martabat

manusia sebagai pribadi

Orientasi Untung rugi ekonomis

dan efisiensi

Terbentukua keutuhan martabat

manusia sebagai pribadi

Waktu Kegiatan Terbatas, dalam rangka

perhitungan

keuntungan ekonomis

Sepanjang hayat dengan

pehitungan usia produktif

Nilai-Nilai Nilai ekonomis dalam

system ekonomi yg

berlaku, umumnya

dihitung dengan uang

Nilai pedagogis dalam kaidah

katan nilai social budaya

Hasil Tindakan Barang berupa jasa

atau uang

Berupa orang terpelajar, tenaga

terampil yg diharapkan menjadi

tenaga kerja

Harga Satuan Jumlah Penghasilan

dibagi jumlah

penduduk setiap tahun

Jumlah biaya pendidikan dibagi

lulusan setiap tahun.

2.5 Fungsi Produksi Ekonomi

Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi

(10)

menjadi tiga macam, yaitu (1) Fungsi produksi administrator, (2) fungsi produksi

psikologi, (3) fungsi produksi ekonomi.

1. Fungsi Produksi Administrator

Pada fungsi produksi administrator yang dipandang input adalah segala sesuatu

yang menjadi wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksud adalah ;

• Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas.

• Perlengkapan belajar, media, dan alat peraga baik di dalam kelas maupun di

laboratorium, yang juga dihitung harganya dalam bentuk uang.

• Buku-buku dan bentuk material lainnya seperti film, disket dan sebagainya.

• Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia di laboratorium, kapur, kertas, alat

tulis.

• Waktu guru bekerja dan personalia lainnya yang dipakai dalam memproses peserta

didik.

Sementara itu yang dimaksud dengan Output dalam fungsi produksi ini adalah

berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik. Lembaga pendidikan yang

baik akan memungkinkan sama atau lebih kecil daripada harga output.

2. Fungsi Produksi psikologi

Input pada fungsi produksi ini adalah sama dengan input fungsi produksi

administrator. Output fungsi produksi psikologi adalah semua hasil belajar siswa yang

mencakup :

(11)

• Pengarahan dan pembentukan sikap

• Penguatan kemauan

• Peningkatan estetika

• Penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi

• Penajaman pikiran

• Peningkatan keterampilan

Namun menghitung harga output pada fungsi produksi psikologi ini tidaklah

mudah. Sebab tidak mudah mengkuantitatifkan dan menguangkan aspek-aspek

psikologi. Suatu lembaga pendidikan dipandang berhasil dari segi fungsi produksi

psikologi, kalau harga inputnya sama atau lebih kecil daripada harga outputnya.

3. Fungsi Produksi Ekonomi

Input fungsi produksi ini adalah sebagai berikut :

• Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi administrator.

• Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan seperti uang

saku, transportasi, membeli buku, alat-alat tulis dan sebagainya selama masa belajar

atau kuliah.

• Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak

didapat sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah.

Sementara itu yang menjadi outputnya adalah tambahan penghasilan peserta

didik kalau sudah tamat atau bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum belajar

atau kuliah. Fungsi produksi ekonomi ini bertalian erat dengan marketing di dunia

pendidikan. Marketing adalah analisis, perencanaan, implementasi dan pengawasan

untuk memberikan perubahan nilai, dengan target pasar sebagai tujuan lembaga

(12)

1. Mendesain penawaran.

2. Menentukan kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal ini calon peserta didik

3. Menentukan harga efektif, mengadakan komunikasi, distribusi dan meningkatkan

motivasi serta layanan.

2.6 Ekonomi Pendidikan

Sebagai tempat pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi sebagai

pemeran utama seperti halnya bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegan peran yang

cukup menentukan. Ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju

mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi,

keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya.

Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran

proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk

mendapatkan keuntungan. Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan

terbatas dalam hal-hal berikut :

• Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama

para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan ditemukan di

lapangan, seperti prasarana, sarana, media, alat belajar/peraga, barang habis pakai,

materi pelajaran.

• Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi dan radio.

• Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan,

perayaan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dan sebagainya.

• Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa mengembangkan

individu yang berperilaku ekonomi, seperti hidup hemat, bersikap efisien, memiliki

(13)

• Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan

• Meningkatkan motivasi kerja

• Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.

2.6 Efisiensi dan Efektivitas Dana Pendidikan

Yang dimaksud dengan efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah

penggunaan dana yang harganya sesuai atau lebih kecil daripada produksi dan layanan

pendidikan yang telah direncanakan. Sementara itu yang dimaksud dengan penggunaan

dana pendidikan secara efektif adalah bila dengan dana tersebut tujuan pendidikan yang

telah direncanakan bisa dicapai dengan relatif sempurna.

Mengapa pemerintah memandang perlu meningkatkan efisiensi pendidikan?

Pertama adalah dana pendidikan sangat terbatas dan kedua, seperti halnya dengan

departemen-departemen lain, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengalami

banyak kebocoran dana. Untuk memanfaatkan dana yang sudah kecil ini secara optimal

sangat diperlukan efisiensi dalam penggunaannya.

Yang dilihat dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan adalah :

• Penggunaan uang yang sudah dialokasikan untuk masing-masing kegiatan

• Proses pada setiap kegiatan.

• Hasil masing-masing kegiatan.

Carpenter (1972) mengemukakan prinsip umum menilai efektivitas sebagai berikut:

• Menilai efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat memproses input

untuk menjadi output.

(14)

• Mempertimbangkan semua output utama. Dalam pendidikan. Yang dikatakan output

utama adalah jumlah siswa yang lulus.

• Korelasi diharapkan bersifat kausalitas. Yaitu korelasi antara cara memproses dengan

output harus bersifat kausalitas.

2.8 Anggaran Pendidikan

Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008,

pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen

dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan

nasional. Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang

dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan

melalui transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran

pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi

tanggung jawab pemerintah.

Persentase anggaran pendidikan adalah perbandingan alokasi anggaran

pendidikan terhadap total anggaran belanja negara. Sehingga anggaran pendidikan

dalam UU Nomor 41/2008 tentang APBN 2009 adalah sebesar Rp

207.413.531.763.000,00 yang merupakan perbandingan alokasi anggaran pendidikan

terhadap total anggaran belanja negara sebesar Rp 1.037.067.338.120.000,00.

Sedangkan pengalokasian anggaran pendidikan meliputi alokasi yang melalui

beIanja pemerintah pusat dan melalui transfer ke daerah. Untuk yang melaui belanja

pemerintah pusat dialokasikan kepada Departemen Pendidikan Nasional, Departemen

Agama dan dua belas Kementerian Negara/Lembaga lainnya (Departemen PU,

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Perpustakaan Nasional, Departemen

(15)

Departemen Perhubungan, Departemen Kesehatan, Departemen Kehutanan,

Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Pertanahan Nasional, Badan Meteorologi

dan Geofisika, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Bagian Anggaran 69).

Sementara untuk yang melalui anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah

adalah DBH Pendidikan, DAK Pendidikan, DAU Pendidikan, Dana Tambahan DAU,

dan Dana Otonomi Khusus Pendidikan.

Saat ini, meskipun harus diakui bahwa kebijakan pendidikan nasional telah

menunjukkan beberapa perkembangan yang berarti, masih belum tumbuh secara

maksimal kesadaran di masyarakat tentang pentingnya pendidikan sebagai investasi

jangka panjang dan penentu terjadinya mobilitas sosial. Masih cukup besar pemahaman

bahwa pendidikan hanya bisa dijalankan ketika perekonomian dan tingkat

kesejahteraan sudah cukup maju. Meskipun pemahaman ini cukup rasional mengingat

pendidikan membuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi tidak seharusnya melahirkan

pemikiran bahwa pendidikan serupa dengan proses konsumerisasi yang hanya bisa

dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat secara ekonomi. Jika demikian, maka

tidak akan pernah terjadi mobilitas vertikal naik dari kelompok ekonomi lemah.

Padahal, pendidikanlah saluran utama bagi terjadinya mobilitas sosial tersebut.

Masyarakat harus menyadari bahwa, pendidikan bukanlah “barang konsumsi” yang

hanya bisa didapatkan oleh kelompok masyarakat ekonomi kuat, tetapi hak setiap

warga negara yang harus diperoleh untuk membangun mobilitas sosial.

A. Sumber dana pendidikan

- Dari pemerintah dalam bentuk proyek pembanguna, pertandingan karya ilmiah dan

sebagainya

- Dari kerjasama dengan instansi lain beik pemerintah swasta maupun dunia usaha

(16)

- Usaha-usaha lain

B. Jenis biaya pendidikan

- Dana Rutin, adalah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin seperti gaji.

- Dana Pembangunan, adalah dana yang dipakai membiayai

pembangunanpembangunan dalam berbagai bidang.

- Dana Bantuan Masyarakat, adalah dana yang digunakan untuk membiayai hal-hal

yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.

C. Perencanaan biaya pendidikan

- Perencanaan secara tradisional.

- SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran).

- ZBB (Zero Base Badgeting).

2.9 Urugensi Ekonomi Sebagai Landasan Pendidikan

Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap

dalam menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, tidaklah heran

apabila negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan

mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Pendidikan sebagai hak asasi individu anak bangsa telah diakui dalam UUD 1945

pasal 31 ayat 10 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan. Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang

diatur dalam Undang-undang. Oleh sebab itu, seluruh komponen bangsa baik orangtua,

masyarakat, maupun pemerintah bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan bangsa

(17)

Sebagaimana diketahui bersama bahwa perkembangan pengetahuan manusia

melalui proses pendidikan formal sangat penting bagi perkembangan ekonomi.

Sehubungan dengan itu, semua usaha yang akan dicapa melalui proses pendidikan,

terutama pendidikan formal ia senantiasa melibatkan aspek ekonomi. Pencapaian

prestasi belajar maupun mengajar sangat ditunjang oleh kelengkapan sarana dan

prasarana belajar sarana dan prasarana mengajar. Untuk melengkapi sarana dan

prasarana tersebut haruslah dengan dana (uang/alat pembayaran sah), sehingga

semakin banyak tujuan yang akan dicapai akan semakin banyak pula dibutuhkan

ekonomi.

Dalam membangun pendidikan memang diperlukan dana besar dan diperlukan

perhatian pemerintah terhadap kondisi pendidikan. Terutama dengan mengubah

anggaran pendidikan menjadi lebih besar.

Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan

bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan

yang bermutu. Bahkan warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula

warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil

berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah

wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya

pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah

pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya

pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas

tahun.

Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi

anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan

(18)

dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBN.

Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi

pembaharuan sistem pendidikan nasional yaitu dengan memperbaharui visi, misi, dan

strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi

terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang

berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu

berubah.

Sesuai dengan visi tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

(19)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ekonomi sebagai sumber pembiayaan pendidikan sangat penting karena hal ini

akan mendorong, memicu, dam memacu etos bangsa menuju kualitas yang lebih baik.

Ekonomi implikasi yang cukup menentukan keberhasilan pendidikan. Dengan

ekonomi yang kuat maka prasarana,sarana,media,alat belajar, dan sebagainya dapat

dipenuhi. Proses belajar mengajar lebih intensif, motivasi, dan kegairahan kerja

personalia pendidikan akan meningkat. Ekonomi dijadikan landasan pendidikan,

karena dalam bidang pendidikan, perkembangan eknomi adalah salah sau faktor yang

dapat mempengaruhi maju munduarnya dunia pendidikan. Dan kualitas atau mutu

suatu bangsa dapat dinilai oleh faktor pendidikan dan ekonomi. Artinya jika suatu

bangsa memiliki pendidikan dan daya beli yang rendah maka bangsa tersebut memiliki

kualitas yang rendah pula.

3.2 SARAN

Seharusnya dan semestinya ekonomi di negara kita dapat merajai perekonomian

dunia. Seperti kita ketahui bahwa negara kita adalah negara yang kaya akan Sumber

Daya Alam. Kekayaan melimpah ini apabila di olah oleh tangan-tangan yang terampil

dan cerdas, maka akan menjadi sumber kesejahteraan yang sangat tinggi. Tapi

kenyataanya tidak,banyak hasil kekayaan negri kita ini malah jadi sumber penghasilan

bangsa lain. Dan terus memperkaya negri mereka. Tapi kita sebagai pemilik kekayaan

itu hanya mersakan secuil saja. Dan itu dapat kita lihat dari tingkat kesejahteraan

bangsa kita yang rendah. Semua itu terjadi karena kita kalah dalam Sumber Daya

(20)

boleh diam saja. Sebagai generasi penerus yang cerdas dan jujur, mari kita

bersama-sama membangun bangsa dan negri ini menuju ke arah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

• Sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/03/opini/1724824.htm

• http://info.g-excess.com/id/info/EkonomiPengertian.info

• http://one.indoskripsi.com/node/3000

• http://one.indoskripsi.com/node/10440

• Drs. Uus Ruswandi, M.Pd. dkk, Landasan Pendidikan, Bandung, CV. Insan Mandiri,

2008

• http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-print-list.asp?ContentId=565

Referensi

Dokumen terkait

tindakan simbolis yang sangat kompleks serta piranti-piranti ritual pendukungnya, dalam pandangan masyarakat Muna merupakan bentuk latihan-latihan para Kalambe (gadis)

diketahui bahwa dari 15 item pertanyaan pada hasil kuesioner motivasi kerja ada 1 item tidak valid karena nilai r hitung < r tabel yaitu pertanyaan 1.. Kemudian dilakukan

Jenis kecerdasan yang digunakan dalam pembelajaran matematika Multiple Intelligences meliputi 9 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan

Secara umum struktur komunitas fitoplankton Danau Laut tawar menunjukkan keanekaragaman yang relatif sedang, dengan nilai indeks keanekaragaman plankton tertinggi ditemukan di

Tradisi kearifan lokal masyarakat Cirebon, secara umum berasal dari tradisi yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati terutama petatah petitih Sunan Gunung jati yang mengandung makna

Hubungan bersifat sangat kuat karena memiliki nilai korelasi sebesar 0,843 (pada posisi interval koefisien korelasi 0,80 – 1,000) sementara hubungan antara

Preparasi yang menghasilkan kadar fosfat terlarut yang tertinggi adalah super fosfat yang di tambah asam organik dan larutan urea lalu dididihkan selama 5 menit.. Kata Kunci:

Hasil dari penelitian ini adalah adanya rancangan sistem informasi yang akan digunakan sebagai pendukung pemenuhan standar nasional pendidikan di Sekolah dan Sekolah