Pertemuan 1
DASAR HUKUM SERTA TUJUAN PENDIDIKAN
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
A. DASAR HUKUM
• Pembukaan UUD 1945 dalam alinea II dan IV, tersurat dalam cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia.
• Pasal 28C ayat (1) UUD NRI 1945 Jo. Pasal 31 ayat (1) UUD NRI 1945
• Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 2 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. • Pasal 37 ayat (2), UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa
:
“Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa”
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mewajibkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia, serta Bahasa Inggris. • Pasal 10 ayat (1) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, bahwa :
“Kelompok Mata Kuliah Penunjang Kepribadian (MPK) pada kurikulum inti yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama. dan Pendidikan Kewarganegaraan”
B. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
• Memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya dan konsisten dengan cita-cita yang digariskan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
• Menghayati tata nilai filsafat Pancasila, sehingga menjiwai tingkah lakunya selaku warga negara Republik Indonesia.
• Menjadi warganegara yang memiliki kesadaran kebangsaan yang tinggi dan sikap tanggungjawab sebagai Warga Negara Indonesia.
C. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN
Mahasiswa diharapkan dapat memiliki seperangkat kemampuan intelektual yang dapat dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai seorang warga negara dalam memecahkan berbagai masalah dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
Pertemuan 2
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
BANGSA INDONESIA
1. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
a.
Landasan historis yaitu Pancasila didasarkan pada sejarah Bangsa Indonesia
sendiri.
b.
Landasan Kulturil yaitu Pancasila didasarkan pada nilai-nilai budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
c.
Landasan Yuridis yaitu penyelenggaraan pendidikan Pancasila didasarkan di
perguruan tinggi didasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di
Indonesia.
d.
Landasan Filosofis yaitu : secara filosofis Bangsa Indonesia dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi Bangsa Indonesia.
2. PANCASILA DIKAJI MELALUI EMPAT TINJAUAN SECARA HOLISTIC
b.
Tinjauan historis : Memaparkan masa kejayaan nasional, asal mula pancasila,
latar belakang keberadaan pancasila baik secara etimologis, terminologis maupun
kronologis sehingga akan terlihat bentuk, susunan, sifat dan system Pancasila
dalam wujud kebulatan yang utuh menyeluruh dan sistematik.
c.
Tinjauan Yuridis konstitusional : Menguraikan status dan kedudukan pancasila
dalam tata kehidupan Bangsa Indonesia, hubungan pancasila dengan
norma-norma hukum yang ada dan berlaku di Indonesia.
d.
Tinjauan aktual dan etis : Merupakan aktualisasi Pancasila dalam kehidupan
kampus dan masyarakat pada umumnya, Pancasila sebagai paradigm
pembangunan Poleksosbudhankam, pancasila sebagai dasar pembaharuan hukum
dan HAM, sehingga nilai-nilai Pancasila menjadi sumber moral dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA INDONESIA
a.
Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa
dan digunakan sebagai dasar untuk menata masyarakat dalam negara.
b.
Ideologi mengandung nilai-nilai dasar yang hidup dalam system kehidupan
masyarakat dan mengandung idealism yang mampu mengakomodasikan tuntutan
perkembangan zaman
c.
Pancasila sebagai ideologi nasional artinya Pancasila merupakan kumpulan atau
seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia dan
digunakan untuk menata atau mengatur masyarakat Indonesia.
4. IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP
a.
Ideologi bersifat tertutup jika ideologi tersebut tidak dapat menerima dan
mengembangkan pemikiran-pemikiran baru, tidak berinteraksi dengan
perkembangan jaman, hanya mengandung dimensi normalitas yang dipaksakan
dan dimensi idealitas semu, tidak demokratis dan lebih bersifat otoriter.
b.
Ideologi bersifat terbuka jika ideologi tersebut dapat menerima dan
mengembangkan pemikiran baru dari luar yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dasarnya, bersifat demokratis dan dapat berinteraksi dengan perubahan dan
perkembangan jaman.
c.
Ideologi Bangsa Indonesia yaitu ideologi Pancasila merupakan ideologi terbuka
berarti dapat menerima dan mengembangkan pemikiran baru dari luar, dapat
berinteraksi dengan perkembangan/perubahan zaman dan lingkungannya, bersifat
demokratis maka lebih dinamik dan inovatif.
5. DIMENSI-DIMENSI PANCASILA
a.
Dimensi idealitas artinya ideologi pancasila mengandung harapan-harapan dan
cita-cita yang ingin dicapai oleh Bangsa Indonesia.
b.
Dimensi realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersumber dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
c.
Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat
mengikat berupa norma-norma yang harus dipatuhi dan ditaati bersama.
d.
Dimensi fleksibilitas artinya ideologi Pancasila mampu mengikuti perkembangan
jaman, dapat menerima pemikiran-pemikiran baru sepanjang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai dasarnya.
6. BEBERAPA IDEOLOGI LAIN DI DUNIA
a.
Ideologi induvidualistik : memandang bahwa manusia sejak dilahirkan bebas dan
dibekali penciptanya sejumlah hak asasi, misalnya hak hidup, hak kebebasan, hak
kesamaan. Nilai kebebasan ialah yang utama. Metode berfikir ideologi ini
liberalistic yang berwatak individualistic.
b.
Ideologi komunistik : mendasarkan diri pada premis bahwa semua materi
berkembang mengikuti hukum kontradiksi. Metode berfikirnya materialism
dialektik. Ideologi ini didasarkan pada ajaran Karl Marx, Frederick Engels, dan
Lenin yang menyatakan bahwa negara ialah susunan golongan (kelas) untuk
menindas golongan (kelas) yang lain.
Pertemuan 3
ASAL MULA DAN PROSES
PERUMUSAN PANCASILA
1. ASAL MULA DAN PROSES PERUMUSAN PANCASILA
a. Pengertian secara etimologis Istilah Pancasila berasal dari bahasa India (Sansekerta), yaitu “panca” artinya lima dan “syila” artinya sendi, asas, alas, dasar, dan fondamen ; jadi pancasila berarti “berbatu sendi yang lima” (consisting of five rocks)
b. Pengertian kedua, “panca” artinya lima dan “syila” artinya aturan tingkah laku yang baik. Jadi Pancasila berarti lima aturan tingkah laku yang baik atau terpuji (five moral
principles)
2. ASAL MULA PANCASILA
a. Asal Mula bahan (causa materialis)
b. Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali dari dari Bangsa Indonesia sendiri berupa nilai-nilai adat istiadat, nilai tradisi, nilai kebudayaan, dan nilai-nilai religious yang sudah ada dari sejak jaman dahulu kala.
c. Asal mula bentuk / bangun (causa formalis)
d. Bentuk dan bangun Pancasila sesuai dengan susunan sebagaimana yang termuat dalam Pembukaan UUD RI 1945. Proses penyusunan Pancasila dilakukan dalam sidang-sidang yang dilaksanakan oleh BPUPKI dalam beberapa tahap.
e. Asal Mula Tujuan (Causa Finalis)
f. Pancasila menjadi pedoman sekaligus tujuan hidup dalam mencapai cita-cita Bangsa Indonesia.
g. Asal Mula Karya (Causa Effisiens)
h. Pancasila ditetapkan menjadi dasar Negara RI oleh para anggota PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 setelah dilakukan pembahasan dalam sidang BPUPKI dan Panitia Sembilan.
3. PERUMUSAN PANCASILA
Pembahasan mengenai Dasar Negara Indonesia dilakukan pertamakali pada Sidang
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
berlangsung mulai tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945
.4. USULAN-USULAN TENTANG DASAR NEGARA DALAM SIDANG BPUKI a. Prof. Mr. Muhammad Yamin
Pada tanggal 29 Mei 1945 mengusulkan Dasar Negara , yaitu :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kebangsaan Persatuan Indonesia.
Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. b. Prof. Dr. Mr. R Soepomo (31 Mei 1945)
Paham persatuan.
Perhubungan Negara dan Agama.
Sistem badan permusyawaratan.
Sosialisasi Negara.
Hubungan antar bangsa yang bersifat Asia Timur Raya.
c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945) à Kelima Dasar Negara ini diberi nama Pancasila
Kebangsaan Indonesia.
Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
Mufakat atau Demokrasi.
Kesejahteraan Sosial.
Ketuhanan yang berkebudayaan.
5. PANITIA SEMBILAN
a. Oleh karena belum mencapai kata sepakat tentang Dasar Negara Indonesia merdeka, maka dibentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan.
b. Panitia ini membahas usulan-usulan yang diajukan dalam sidang BPUPKI baik secara lisan maupun tertulis.
c. Anggota-anggotanya adalah : Drs. Moch Hatta, Mr. A.A Maramis, Mr. Muh Yamin, Mr. Ahmad Soebardjo, Abdul Kahar Muzakar, KH. Wahid Hasyim, Abi Kusno,
6. PIAGAM JAKARTA
a. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil menyusun suatu naskah yang kemudian disebut “Piagam Jakarta”. Didalamnya tercantum rumusan Dasar Negara sebagai berikut :
b. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. c. Kemanusiaan yang adil dan beradab
d. Persatuan Indonesia.
e. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.
f. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
7. PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PPKI)
Hasil kerja panitia Sembilan itu belum mendapat pengesahan dari BPUPKI, karena dianggap
belum terumuskan secara jelas. Untuk memantapkan hasil kerja BPUPKI, maka dibentuklah
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bersidang pada tanggal 18 Agustus
1945. PPKI memiliki kedudukan yang sama dengan badan perwakilan rakyat. Anggotanya
ditambah dari wakil-wakil daerah dan golongan, yang segera ditugaskan untuk menyusun
alat-alat kelengkapan negara yang diperlukan. Dalam sidangnya itu PPKI memutuskan :
a. Menetapkan dan mengesahkan UUD RI.
Dalam pengesahan tersebut terdapat rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dengan sistematika sebagai berikut:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Memilih dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mochammad Hatta sebagai wakil Presiden.
c. Sebelum dibentuk MPR dan DPR Presiden dibantu oleh suatu Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk sementara waktu.
Jelaslah bahwa rumusan Pancasila yang sah dan benar tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat (4)
Pertemuan 4
UUD NRI TAHUN 1945
1. PENGERTIAN HUKUM DASAR
a. Hukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
b. Istilah konstitusi mempunyai 2 (dua) pengertian yaitu :
Konstitusi dalam arti luas : adalah keseluruhan dari ketentuan – ketentuan dasar atau disebut juga hukum dasar,baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak tertulis.
Konstitusi dalam arti sempit : Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Di Indonesia disebut juga dengan UUD RI 1945.
2. UUD RI 1945 SEBAGAI LANDASAN KONSTITUSIONAL DAN OPERASIONAL
a. Landasan konstitusional pembangunan adalah UUD 1945. UUD 1945 merupakan arahan yang paling dasar dalam menyusun tujuan pokok pembangunan nasional.
b. UUD NRI 1945 sebagai landasan operasional pembangunan yaitu sebagai arahan paling dasar dalam misi pembangunan nasional.
3. SIFAT UUD RI 1945
a. Singkat artinya UUD RI 1945 hanya memuat sendi – sendi pokok hukum dasar Negara Indonesia. Contoh :
b. UUD RIS 1949 jumlah pasalnya sebanyak 197 c. UUD Birma jumlah pasalnya sebanyak 234
d. Fleksibel artinya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat, karena hanya memuat aturan-aturan yang bersifat pokok, sedangkan aturan-aturan
4. PERIODE BERLAKUNYA UUD 1945
a. UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan
b. Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949-17 Agustus 1950
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
c. Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya
d. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950
5. AMANDEMEN UUD 1945
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
• Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999→ Perubahan Pertama UUD 1945 • Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945 • Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD
1945
• Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002→ Perubahan Keempat UUD 1945
Pertemuan 5
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
DAN ETIKA BANGSA INDONESIA
1. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
a. Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philen yang berarti cinta dan sophos yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta pada kebijaksanaan.
b. Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental, universal dan hakiki.
c. Filsafat yang natural dan rasional (ipteks) hendaknya dipadukan dengan nilai religius (agama)
d. Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh, (Syarbaini, 2003).
e. Pancasila dilihat dari sudut pandang hakikat. Pengertian hakikat adalah unsur-unsur yang tetap dan tidak berubah pada suatu objek. terlepas dari perubahan keadaan, tempat, dan waktu, sehingga nilai-nilai Pancasila bersifat tetap, terlepas dari perubahan keadaan, tempat, dan waktu.
2. PANCASILA DALAM PENDEKATAN FILSAFAT
a. Pendekatan induktif Pancasila, yaitu memandang Pancasila yang lahir dari persada nusantara, berupa adat istiadat, budaya, dan keagamaan, kemudian berkembang menjadi budaya nasional.
b. Pendekatan deduktif Pancasila, yaitu memandang Pancasila sebagai pemersatu seluruh kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam atau ber-Bhinneka.
3. PANCASILA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM FILSAFAT
a. Dasar Ontologis. Secara ontologis Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Sila-sila dalam Pancasila saling menjiwai dan dijiwai satu sama lain.
b. Dasar Epistemologis. Kajian epistemilogis filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
4. PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
a. Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. (Kattsoff, 1985). Etika membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan nilai seperti nilai baik dan buruk, nilai kesopanan, keberanian, kerendahan hati, dan lain-lain.
b. Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, namun bukan objek itu sendiri. Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c. Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan peraturan lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang lebih baik. d. Norma adalah aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat
atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan dan pengendali sikap dan tingkah laku dalam hidup bermasyarakat.
5. NILAI-NILAI DALAM PANCASILA MENURUT JENJANGNYA a. Nilai religius yaitu nilai tertinggi yang melekat pada Tuhan YME.
b. Nilai Spiritual yaitu nilai yang melekat pada manusia, mengenai kemanusiaan, kerohanian maupun kejiwaan.
c. Nilai vitalitas yaitu nilai yang melekat pada semua makhluk hidup, seperti daya atau pertahanan hidup semua makhluk
d. Nilai Moral yaitu nilai tentang perilaku hidup manusia.
e. Nilai Material yaitu nilai yang melekat pada benda secara lahiriah dan konkrit.
6. NILAI-NILAI DALAM PANCASILA MENURUT JENISNYA a. Nilai ilahiah yaitu nilai ketuhanan
b. Nilai etis yaitu nilai kesopanan, kesabaran, keramahan, kerendahan hati, tolong menolong dan lain-lain.
c. Nilai estetis yaitu nilai keindahan, keharmonisan.
d. Nilai intelektual yaitu nilai-nilai akaliah yang rasional dan logis.
7. NILAI-NILAI DALAM PANCASILA MENURUT RAGAMNYA
a. Nilai intrinsik yaitu nilai yang terkandung dalam dirinya sendiri, terlepas dari kemanfaatan.
b. Nilai instrumental, yaitu nilai yang terwujud dalam kegunaan atau kemafaatan. c. Nilai inheren yaitu nilai yang menimbulkan kepuasan bagi pelakunya.
d. Nilai kontributif yaitu nilai penyerta yang mendukung keberhasilan nilai-nilai yang lain.
8. PANCASILA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN ETIKA POLITIK
a. Etika politik berbeda dengan moralitas politisi. Moralitas politisi menyangkut mutu moral negarawan dan politisi secara pribadi, misalnya apakah ia korup atau tidak. Etika politik menjawab dua pertanyaan yaitu bagaimana seharusnya bentuk lembaga-lembaga
kenegaraan seperti hukum dan Negara. Jadi etika politik adalah etika institusi. Kemudian Apa yang seharusnya menjadi tujuan/sasaran segala kebijakan politik.
b. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Kontemporer yaitu Pluralisme, HAM, Solidaritas Bangsa, Demokrasi dan keadilan sosial.
Pertemuan 6
KEDUDUKAN PANCASILA DAN
FUNGSI-FUNGSINYA
1. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
a. Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi berlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara.
b. Pancasila sebagai dasar negara memberikan arti bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia harus
berdasarkan Pancasila. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur (penyelenggaraan) pemerintahan negara
c. Pembukaan UUD NRI 1945 : "..., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undangundang dasar yang berbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada...."
Berdasarkan ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat hidup. Dalam pergaulan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Dengan demikian, pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia juga harus berdasarkan pada Bhineka Tunggal Ika yang merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.
3. PANCASILA SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM
a. Nilai- nilai Pancasila menjadi sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. b. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem
hukum.
c. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau
staatfundamentalnorm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma hukum di Indonesia.
d. Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan mulai dari UUD NRI 1945 yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk undang-undang sampai pada aturan pelaksanaannya, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar pancasila.
e. Jenis dan Hierarkhi Peraturan Perundang-undangan (Lihat Pasal 7 UU No.10 Tahun 2004 )
f.
4. FUNGSI – FUNGSI PANCASILA
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Namun selain fungsi pokok tersebut masih ada fungsi-fungsi lainnya yaitu :
a. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia b. Pancasila sebagai pandangan Hidup Bangsa c. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
d. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia e. Sumber dari segala sumber hukum
f. Pancasila sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia
Pertemuan 7
TEORI TERBENTUKNYA NEGARA SERTA
LAHIRNYA NEGARA INDONESIA
1. PENGERTIAN BANGSA
a. Orang-orang yang bersamaan asal, keturunan, adat, bahasa, sejarah serta berpemerintahan sendiri.
b. Kumpulan manusia yang terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu.
c. Bangsa Indonesia ialah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan sama dan menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa serta berproses dalam suatu wilayah yaitu wilayah Indonesia
d.
2. PENGERTIAN NEGARA
Suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok / beberapa kelompok manusia tersebut.
3. PENGERTIAN MASYARAKAT
a. Menurut Harold J. Laski masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terlaksananya keinginan-keinginan mereka bersama. b. Perbedaan antara rakyat dan Bangsa adalah Rakyat lebih menunjukkan ikatan/hubungan
politis yaitu sebagai sekelompok orang yang dikuasai/diperintah oleh suatu
penguasa/pemerintahan tertentu, sedangkan Bangsa merupakan ikatan yang berdasarkan ikatan yang berdasarkan biologis, kultur, territorial, dan historis.
4. TEORI – TEORI TERBENTUKNYA NEGARA
a. Teori Hukum Alam. Manusia tumbuh secara alamiah sehingga berkembang menjadi Negara. Teori ini dikembangkan oleh Plato dan Ariestoteles.
eropa, kekuasaan raja mendapatkan legitimasi mutlak dari gereja. Sehingga penentangan terhadap perintah raja merupakan penentangan terhadap Tuhan.
c. Teori Perjanjian. Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak social menganggap perjanjian sebagai dasar negara dan masyarakat. Ini merupakan teori yang disusun berdasarkan keinginan untuk melawan tirani atau menetang rezim penguasa. Tokoh dari teori ini adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke dan J.J. Rousseau.
5. UNSUR-UNSUR TERBENTUKNYA NEGARA
a. Dalam rumusan Konvensi Montevideo tahun1933 disebutkan negara memiliki tiga unsur penting yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah. Mac Iver, merumuskan bahwa suatu negara harus memenuhi 3 unsur pokok yaitu pemerintahan, rakyat dan wilayah tertentu. Ketiga unsur ini oleh Mahfud MD disebut sebagai unsur konstitutif. (unsur mutlak) b. Unsur deklaratif yaitu pengakuan dari negara lain. (unsur pelengkap)
6. TEORI PERJANJIAN
a. Teori ini mengasumsikan adanya keadaan alamiah yang terjadi sebelum manusia
mengenal negara. Keadaan alamiah itu merupakan keadaan dimana manusia masih bebas, belum mengenal hukum dan masih memiliki hak asasi yang ada pada dirinya. Akan tetapi karena akibat pekembangan kehidupan yang menghasilkan kompleksitas kebutuhan maka manusia membutuhkan sebuah kehidupan bersama. Sehingga dibentuklah perjanjian bersama untuk menyerahkan kedaulatan kepada sekelompok orang yang ditunjuk untuk mengatur kehidupan bersama tersebut.
b. Perbedaan antara Hobbes dan Locke terletak pada penyerahan hak dalam kontrak social. Menurut hobbes masyarakat harus dengan mutlak menyerahkan seluruh haknya kepada pemerintah, sedangkan menurut Locke ada hak-hak yang tidak bisa diserahkan manusia kepada pemerintah yaitu life, liberty dan estate. Teori kontrak sosial menurut Rousseau lebih dekat kepada model perjanjian Jhon Locke.
7. LAHIRNYA NEGARA INDONESIA
a. Nama Indonesia diungkapkan oleh James Richardson Logan (The Ethnologi of India Archipelago, 1850). Karena Logan kesulitan mengkaji kehidupan penduduk dan
kebudayaan antara Benua Asia dan Benua Australia, antara Laut Pasifik dan Laut Hindia, serta tidak adanya nama yang melambangkan keseluruhan pulau itu. Selain itu Adolf Bastian, 1884 juga menyebutkan nama Indonesia pada sebuah judul buku : “Indonesien, Order die Insel des Malayisien Archipels” yang terbit di Leipzig antara tahun 1884 – 1889.
b. Berpijak dari semangat dan gelora 1908 sebagai basis pergerakan nasional, lahirnya Budi Utomo dan pergerakan pendidikan nasional lainnya, sejumlah pemuda menghasilkan kata sepakat yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928.
c. Setelah melalui proses perjuangan dan pergulatan panjang, para the founding father pada 17 Agustus 1945 telah mewujudkan ikrar kesepakatan, menjadi bangsa yang bersatu, bangsa yang berwawasan kebangsaan, mendirikan satu Negara Kesatuan Republik Indonesia, negara berdasarkan kebangsaan yang dilandasi prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
8. TUJUAN NEGARA INDONESIA
Tujuan Negara Republik Indonesia: “Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
Pertemuan 9
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
1. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
a. Pasal-pasal dalam UUD NRI 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga negara mencakup pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34.
b. Hak-hak warga negara yang substansial meliputi :
Hak untuk memilih dan dipilih
hak kebebasan berbicara
Hak kebebasan pers
hak kebebasan beragama
Hak kebebasan berkumpul
ekonomi (economic rights)
Sedangkan kewajiban warga negara merupakan aspek dari tanggung jawab warga negara (citizen responsibility/civic responsibilities).
2. PENGERTIAN WARGA NEGARA
a. Pasal 26 ayat (1) UUD NRI 1945, menyatakan bahwa “yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”.
b. Penentuan keaslian didasarkan atas tiga alternatif, yaitu:
Turunan atau pertalian darah (geneologis)
Ikatan pada tanah atau wilayahnya (territorial)
Turunan atau pertalian darah dan ikatan pada tanah atau wilayah (geneologis-territorial)
3. PENDUDUK
a. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia (Pasal 26 ayat 2 UUD 1945).
b. Yulianus S, dkk (1984) dalam KBBI, mengartikan Rakyat adalah orang-orang yang bernaung di bawah pemerintah tertentu. Sedangkan Hazairin (1983) dalam Demokrasi Pancasila mengartikan Rakyat ialah sejumlah orang yang dikuasai, diperintah, dilindungi, dipelihara, diasuh oleh penguasanya.
c. Perbedaan antara rakyat dan Bangsa adalah bahwa Rakyat lebih menunjukkan
ikatan/hubungan politis yaitu sebagai sekelompok orang yang dikuasai/diperintah oleh suatu penguasa/pemerintahan tertentu, sedangkan Bangsa merupakan ikatan yang berdasarkan ikatan yang berdasarkan biologis, kultur, territorial, dan historis.
4. PEWARGANEGARAAN (NATURALISASI)
a. Orang asing menjadi warga Negara Indonesia dengan jalan memenuhi syarat sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang.
b. Kewarganegaraan Indonesia dapat diperoleh karena :
Kelahiran atau keturunan (Pasal 4, 5,dan 6 UU No.12 Thn 2006)
Dikabulkan permohonannya menjadi warga Negara (Pasal 9 dan 10 UU No.12 Thn 2006)
Karena perkawinan (Pasal 19 ayat (1) UU No.12 Thn 2006)
Berjasa kepada negara atau dengan alasan kepentingan negara (Pasal 20 UU No.12 Thn 2006
5. ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN
a. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara. (Pasal 1 angka 2 UU No. 12 tahun 2006)
b. Asas-asas kewarganegaraan adalah :
Asas Ius Sanguinis (law of blood) merupakan asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
Asas Ius Soli (law of the soil) secara terbatas merupakan asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak.
Asas Kewarganegaraan Tunggal merupakan asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
Asas Kewarganegaraan Ganda terbatas merupakan asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak.
6. HILANGNYA KEWARGANEGARAAN
Berdasarkan Pasal 23 UU No. 12 Tahun 2006 seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan RI antara lain, karena:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain
b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden.
Pertemuan 10
HAK ASASI MANUSIA
1. PENGERTIAN HAM
a. HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati (Natural right) Menurut John Locke HAM meliputi : hak untuk hidup (the right to life), kemerdekaan {the right to liberty) dan hak milik (the right to property) (Rodee & Anderson. 1988 : 194).
b. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002).
c. HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia (Jan Materson, dari komisi HAM PBB).
d. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 UU No. 39 Thn 1999 tentang HAM)
2. KONSEP HAM
a. D F SCHELTENS, bahwa: HAM harus dibedakan dengan hak dasar: ham berasal dari kata mensen-rechten, yaitu: hak yg diperoleh setiap manusia sebagai konsekuensi ia dilahirkan menjadi manusia.
b. Hak dasar berasal dari kata grond-rechten, yaitu: hak yg diperoleh setiap manusia sebagai konsekuensi ia menjadi warga negara dari suatu negara
3. MARTHEN KRIALE
HAM ADALAH HAK YANG BERSUMBER DARI TUHAN YME, OLEH SEBAB ITU TDK BENAR KALAU ADA YG MENGKLAIM BAHWA HAM ITU ADALAH KONSEP MEREKA
4. HAK ASASI VS HAK DASAR
a. Sumbernya = HAM dari tuhan hak dasar dari pemerintah b. Sifatnya = HAM universal hak dasar domestik
c. Fungsi pemerintah= HAM à pengawal hak dasar / legal rights à pengatur 5. KONSEP HAM DI INDONESIA
a. UUD NRI 1945 telah lahir sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) atau (Universal Declaration of Human Rights 1948).
b. Konsepsi HAM di Indonesia: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. (Pembukaan UUD NRI 1945 alinea 1)
c. Konsepsi HAM tersebut tidak hanya ditujukan untuk bangsa Indonesia, tetapi seluruh bangsa di dunia. Konsepsi tersebut menjadi dasar tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia (Wiratraman 2005a: 32-33).
6. DASAR HUKUM HAM DI INDONESIA a. UUD NRI 1945 BAB XA tentang HAM
Hak Hidup (Pasal 28A)
Hak membentuk keluarga dan hak anak (Pasal 28 B)
Hak atas pendidikan (Pasal 28C ayat 1 )
Hak atas perlindungan hukum (Pasal 28 D)
Hak untuk memeluk agama (Pasal 28 E), dan lain-lain.
b. Ada 27 substansi atau materi hak asasi manusia dalam UUD NRI 1945 (Asshidiqie, 2006: 103-107)
c. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
d. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Azasi Manusia
e. Pengadilan Hak Azasi Manusia merupakan pengadilan khusus yang bertugas dan berwenang memeriksa serta memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat seperti kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. (Pasal 1 angka 3 UU No. 26 Tahun 2000)
a. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
b. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagaian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama.
8. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAM
a. Generasi Pertama : Pengertian HAM hanya berpusat pada bidang hukum politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia ll, totaliterisme dan adanya keinginan negara-negara baru yang merdeka untuk menciptakan suatu tertib hukum yang baru.
b. Generasi Kedua : Pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial,ekonomi, politik, dan budaya.
c. Generasi Ketiga : Keadilan dan pemenuhan hak asasi haruslah dimulai sejak pembangunan itu sendiri, bukan setelah pembangunan itu selesai.
d. Generasi Keempat : Pemikiran ham generasi keempat dipelopori oleh negara-negara dikawasan asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut declaration of the basic duties of asia people and goverment. Deklarasi ini lebih maju dari rumusan generasi ketiga,karena tidak mencakup tuntutan struktural tetapi juga berpihak terciptanya tatanan sosial yang berkeadilan.
Pertemuan 11
DEMOKRASI
1. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, Istilah demokrasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “demos” artinya rakyat, sedang “kratein” berarti pemerintahan, maka arti demokrasi ialah suatu pemerintahan yang dipegang oleh rakyat, atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (from, by and for the people). Jadi rakyat diikutsertakan dalam system pemerintahan Negara.
2. DEMOKRASI SECARA TERMINOLOGIS
a. Demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat atau government of the people, by the people, and for the people.(Abraham Lincoln)
b. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat (Harris Soche)
c. Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan, dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggararakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas. (nternational Commision for Jurrist)
3. AJARAN TRIAS POLITICA
a. Pada abad Pertengahan (kira-kira tahun 1000–1500 M), kekuasaan politik menjadi persengketaan antara Monarki (raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum bangsawan. Kerap kali Eropa kala itu, dilanda perang saudara akibat sengketa kekuasaan antara tiga kekuatan politik itu.
b. koreksi atas ketidakstabilan politik ini, pada tahun 1500 M mulai muncul semangat baru di kalangan intelektual Eropa untuk mengkaji ulang filsafat politik dengan melakukan pemisahan kekuasaan. Tokoh-tokohnya seperti John Locke, Montesquieu, Rousseau, Thomas Hobbes.
4. JOHN LOCKE (1632-1704)
a. Pemikiran John Locke mengenai Trias Politika terdapat dalam Magnum Opus (karya besar) yang ia tulis dengan judul Two Treatises of Government yang terbit tahun 1690. b. Tujuan negara adalah melindungi milik pribadi dari serangan individu lain. Oleh karena
itu perlu adanya kekuasaan terpisah.
c. kekuasaan yang harus dipisah tersebut adalah Legislatif, Eksekutif dan Federatif.
Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang.
Eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan amanat undang-undang.
Federatif adalah kekuasaan menjalin hubungan dengan negara-negara atau kerajaan-kerajaan lain.
5. MONTESQUIEU (1689-1755)
b. Konsep pemisahan kekuasaan Montesquieu adalah “Dalam tiap pemerintahan ada tiga macam kekuasaan yaitu: kekuasaan legislatif; kekuasaan eksekutif, dan yudikatif”. c. Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili.
6. SISTEM DEMOKRASI
a. Demokrasi liberal adalah system demokrasi yang berpangkal dan bertujuan untuk kebebasan manusia.
b. Demokrasi totaliter adalah system pemerintahan yang lebih mengutamakan tujuan dengan mengesampingkan cara (the means justify the end).
c. Demokrasi titular adalah campuran unsure modern dengan tradisional. Infrastruktur politik (lembaga kemasyarakatan) menjadi kurang berkembang.
d. Demokrasi terpimpin. Bukan demokrasinya yang menonjol tetapi aspek terpimpinnya yang berada ditangan satu orang.
e. Demokrasi Pancasila. System pemerintahan demokrasi yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang bersumber dari nilai-nilai luhur dan kepribadian Bangsa Indonesia sendiri.
7. POKOK – POKOK SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA a. Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. b. Bentuk pemerintahan adalah Republik.
c. Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili. d. Sistem pemerintahan adalah presidensial.
e. Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
f. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. g. Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.
h. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya, dan oleh mahkamah konstitusi.
Pertemuan 12
WAWASAN NASIONAL DAN FUNGSINYA
1. PENGERTIAN WAWASAN NASIONAL
a. Wawasan nasional suatu bangsa adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi & interelasi) serta pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah lingkungannya baik nasional, regional, maupun global.
b. Wawasan Nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju konsep masa depan.
c. Contoh Wawasan nasional :
Wawasan nasional Inggris ialah commonwealth
Wawasan nasional Australia ialah liberal
Wawasan nasional Rusia ialah Continental
2. TEORI-TEORI YANG MEMBENTUK WAWASAN NASIONAL a. Teori kekuasaan
Machiavelli (abad 17) : Negara akan bertahan atau mempertahankan
kekuasaannya dengan menerapkan prinsip Menghalalkan segala cara (the means justify the end), Menjaga kekuasaan regim politik dengan adu domba (devide et impera), Dunia politik, yang kuat pasti dapat bertahan dan menang.
Napoleon Bonaparte (abad 18) : Perang dimasa depan merupakan perang total, yang mengerahkan segala daya dan kekuatan nasional. Kekuatan politik harus didamping dengan kekuatan logistic.
Jendral Clausewitz (abad 18) : perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain b. Teori Geopolitik
Geopolitik dari kata geo artinya bumi. Sedangkan istilah politik berarti kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan geografis dalam menentukan alternative kebijakan dasar nasional guna mewujudkan tujuan nasional. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala politik dari aspek geografi. Tokoh-tokohnya antara lain : Federich Ratzel, Rudolf Kjellen, Karl Haushofer.
3. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA WAWASAN NASIONAL INDONESIA a. Segi Historis atau Sejarah
Dari segi historis, bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu dengan wilayah yang satu adalah karena dua hal, yaitu (1) kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah; dan (2) kita pernah mengalami memiliki wilayah yang terpisah-pisah
Dari segi geografis dan sosial budaya, Indonesia merupakan negara dan bangsa dengan wilayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen.
c. Segi Geopolitis dan Kepentingan Nasional
Berdasarkan geopolitik wilayah Indinesia adalah satu kesatuan wilayah darSabang sampai Merauke yang terletak antara dua benua dan dua samudra. Kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh. Kepentingan nasional itu merupakan tuntutan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan dan visi nasional.
4. CIRI NEGARA INDONESIA
a. Indonesia bercirikan negara maritime/kepulauan.
b. Luas wilayah Indonesia 5,192 juta KM dengan rincian luas daratan adalah 2,027 juta KM dan luas laut adalah 3,166 juta KM.
c. Jarak utara selatan 1.888 KM dan jarak timur barat 5.110 KM
d. Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudra (posisi silang); e. Indonesia terletak pada garis Khatulistiwa;
f. Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim
g. Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu Mediterania dan Sirkum Pasifik h. Berada pada 6 derajat LU-11 derajat LS serta 95 derajat BT-141 derajat BT;
5. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KEWILAYAHAN NUSANTARA
a. Geografis Indonesia yang secara fisik berada pada posisi silang dunia yang diapit oleh dua benua dan dua samudra.
b. Geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik adalah
penentuan kebijaksanaan pemerintah berdasarkan konstelasi (seluk beluk) geografis yang ditempati oleh suatu bangsa.
c. Geostrategi adalah perumusan strategic nasional yang memperhitungkan konstelasi geografis Negara.
6. WAWASAN NUSANTARA
a. Wawasan nasional bangsa Indonesia dikenal dengan Wawasan Nusantara.
b. Wawasan Nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasionalnya.
Pertemuan 13
WAWASAN NUSANTARA
1. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA
Wawasan berasal dari kata “wawas” yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata “mawas” yang berarti memandang, meninjau, atau melihat. Sedangkan istilah Nusantara berasal dari kata “nusa” yang berarti pulau-pulau, dan “antara” yang berarti diapit diantara dua hal. Istilah Nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di anatara samudra Pasifik dan
samudra Hindia, serta diantara benua Asia dan Australia
2. TUJUAN WAWASAN NUSANTARA
a. Tujuan ke dalam, yaitu mewujudkan kesatuan dan persatuan seluruh aspek kehidupan untuk menjamin kelangsungan dan penyelenggaraan bangsa dan negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
b. Tujuan ke luar, mewujudkan hubungan dengan dunia internasional berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial guna mendukung kepentingan nasional.
3. ASPEK-ASPEK KEHIDUPAN NASIONAL a. Aspek alamiah (Tri Gatra), yaitu:
keadaan geografis
keadaan dan kekayaan alam, dan
keadaan dan kemampuan penduduk b. Aspek sosial (Panca Gatra), yaitu:
ideologi
politik
ekonomi
sosial budaya, dan
4. UNSUR DASAR WAWASAN NUSANTARA
a. Wadah (contour) adalah wadah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang
meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta ragam budaya.
b. Isi (content) adalah aspirasi yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD.
c. Tata Laku (conduct) adalah hasil interaksi antara wadah dan isi yang terdiri dari tata laku bathiniah dan lahiriah. Tata laku bathiniah mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia. Sedangkan, tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia, yang mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan.
5. PERKEMBANGAN WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN WILAYAH
a. Ordonantie 1939, yaitu batas laut perairan territorial Indonesia sejauh 3 mil yang diukur dari pantai ketika air surut pada masing-masing pulau.
b. Deklarasi Djuanda tanggal 13 Des 1957 menyatakan bahwa Kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh, batas wilayah ditentukan atas dasar point to point theory, yaitu dengan menarik garis lurus antara titik-titik terluar dari pulau terluar yang membentuk garis dasar (base line). Deklarasi Juanda dinyatakan sebagai peganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut:
Perwujudan bentuk wilayah NKRI yang utuh dan bulat
Penentuan batas-batas wilayah negara indonesia disesuaikan dengan asas negara kepulauan (Archipelagic State Principles)
c. Laut teritorial sejauh 12 mil laut, diukur dari garis pangkal. (UU No. 4/Prp/1960 tanggal 18 Februari 1960 tentang perairan Indonesia)
d. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yaitu 200 mil laut dan Deklarasi Landas Kontinen tanggal 17 February 1969 untuk mengamankan sumber daya hayati laut. Indonesia memiliki hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati laut, serta penelitian ilmiah kelautan.
6. WILAYAH LAUT INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN (ARCHIPELAGO STATE)
a. Perairan pedalaman b. Laut teritorial
c. Zone ekonomi eksklusif d. Landas kontinen
7. LANDAS KONTINEN
a. Landas Kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah daratannya. Jaraknya 200 mil laut dari garis pangkal atau dapat lebih dari itu dengan tidak melebihi 350 mil, tidak boleh melebihi 100 mil dari garis batas kedalaman dasar laut sedalam 2500 m.
b. Deklarasi tentang landas kontinen negara RI (17-2-1969) sebagai upaya untuk
mengesahkan Wawasan Nusantara, dan untuk mewujudkan pasal 33 ayat 3 UUD 1945. c. Asas pokok Deklarasi Landas Kontinen adalah :
Segala sumber kakayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia adalah milik ekslusif negara RI
Penyelesaikan soal garis batas landas kontinen dengan negara-negara tetangga melalui perundingan.
Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang ditarik di tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar negara tetangga
8. ASAS KEPULAUAN (ARCHIPELAGIC PRINCIPLE)
a. Kata “archipelago” dan “archipelagic” berasal dari kata Italia “archipelagos”. Akar katanya adalah “archi” yang berarti penting, terutama, dan “pelagos” berarti laut atau wilayah lautan.
b. Archipelago diartikan sebagai wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya. c. Asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam
kesatuan utuh, sementara tempat unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah.
a. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
b. Res Communis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena itu tidak dapat dimiliki oleh masing-masing negara.
c. Res Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa. d. Mare Clausum (The Right and Dominion of the Sea), menyatakan bahwa hanya laut
sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu negara sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu itu kira-kira sejauh 3 mil).
e. Archipelagic State Pinciples (asas negara kepulauan), yang menjadi dasar dalam konvensi PBB (United Nation Convention on the Law of the Sea-UNCLOS) tentang hukum laut. Konvensi ini mengakui adanya keinginan untuk membentuk tertib hukum laut dan samudra yang dapat memudahkan komunikasi internasional dan memajukan penggunaan laut dan samudra secara damai.
Pertemuan 14
KETAHANAN NASIONAL
1. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamik Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan dalam mengembangkan kekuatan nasional, untuk menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri, yang bersifat langsung maupun tidak langsung, membahayakan identitas, integritas, vitalitas dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan dalam mencapai tujuan nasionalnya.
2. LATAR BELAKANG KETAHANAN NASIONAL
a. Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada kalangan militer angkatan darat dari SSKAD sekarang SESKOAD (Sunardi, 1997).
b. Konsep ketahanan nasional Indonesia berawal dari konsepsi kekuatan nasional yang dikembangkan oleh kalangan militer, pemikiran konseptual ketahanan nasional ini mulai menjadi doktrin dasar nasional setelah dimasukkan dalam GBHN.
c. Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kalinya dimasukkan ke dalam GBHN 1973 yaitu ketetapan MPR No. IV/MPR/1973
3. Hakikat Ketahanan Nasional
a. Keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara dalam mencapai tujuan nasionalnya.
b. Hakikat konsepsinya ialah pengaturan dan penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesi secara adil dan merata.
4. Asas-Asas Ketahanan Nasional
a. Asas kesejahteraan dan keamanan
b. Asas komprehensif integral (menyeluruh terpadu) c. Asas Mawas ke dalam dan Mawas ke luar
d. Asas kekeluargaan
5. ASTAGATRA
a. Konsep Ketahanan Nasional Indonesia melibatkan delapan gatra yandikelompokkan ke dalam trigatra dan pancagatra. Oleh sebab itu, konseKetahanan Nasional Indonesia disebut sebagai konsep Astagatra.
b. Astagatra terdiri atas tri gatra (aspek alamiah) dan panca gatra (aspek sosial)
6. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG BELA NEGARA a. Pasal 27 ayat 3 dan Pasal 30 ayat 1-5 UUD NRI 1945
b. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI c. UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
d. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
7. WUJUD KETAHANAN NASIONAL
Tiga wujud atau wajah dari Ketahanan nasional (Chaidir Basrie, 2002) sebagai berikut: a. Ketahanan Nasional sebagai kondisi.
Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi
Ketahanan Nasional menggambarkan pendekatan integral yang mencerminkan segala aspek kehidupan nasional.
c. Ketahanan Nasional sebagai doktrin
Ketahanan Nasional merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dalam penyelenggaraan bernegara.
8. SISTEM PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
a. Pertahanan dan keamanan negara bertujuan untuk menjamin tetap tegaknya NKRI berandaskan Pancasila dan UUD 1945 terhadap segala ancaman dari dalam maupun luar negeri demi tercapainya tujuan nasional.
b. Pertahanan dan keamanan NKRI diselenggarakan dengan Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (SISHANKAMRATA), yaitu suatu sistem pertahanan dan keamanan dengan komponen-komponen yang terdiri atas seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan nasional yang bekerja secara total, integral, serta berlanjut dalam rangka mencapai Ketahanan Nasional.
Pertemuan 15
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL 1. PENGERTIAN POLITIK
a. Kata politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani politeia dari kata asal polis berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri yaitu negara dan teia berarti urusan. b. Politik dalam arti poliitic mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu
bangsa.
c. Policy adalah kebijakan atau kebijaksanaan.
d. politik secara umum adalah menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan tersebut memerlukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan, pembagian, atau alokasi sumber-sumber yang ada.
2. STRATEGI
a. Pengertian strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai the art of the general atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. b. Strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan, sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik (Karlvon Clausewitz, 1780-1831)
3. POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
a. Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional.
b. Definisi politik nasional adalah asas, haluan, usaha, serta kebijakan negara tentang pembinaan dan penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
c. Strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional.
4. KONSEP STRATEGI NASIONAL
Penyusunan politik strategi nasional didasarkan pada pokok-pokok pikiran yang terkandung terkadung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
5. SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
a. Suprastruktur politik adalah lembaga-lembaga negara dalam UUD 1945, seperti MPR, DPR, Presiden, BPK, dan MA.
b. Infrastruktur politik yang mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik, organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan dan kelompok penekan.
6. POLITIK SEBAGAI SISTEM
a. Kultur politik, yaitu nilai-nilai rohaniah yang berasal dari adat, agama, budaya dan sejarah bangsa.
b. Struktur politik, yaitu kerangka hubungan formal yang mengatur hubungan rakyat, pemerintah dan wilayah serta kedaulatan negara yang bersangkutan.
c. Proses politik, yaitu kegiatan politik itu sendiri dalam kenyataannya.
7. MATERI POLITIK Politik berbicara tentang :
a. Negara b. Kekuasaan
d. Kebijakan
e. Distribusi / Pengalokasian sumber daya
Modul
Pancasila dan kewarganegaraaan
Nama : Harianto
STB : 141154
Kelas : E
Jurusan : Sistem Informasi S1
STMIK DIPANEGARA
MAKASSAR