• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya Dengan Sistem Perbankan Online(Studi Pada PT Bank Sumut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya Dengan Sistem Perbankan Online(Studi Pada PT Bank Sumut)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BENTUK-BENTUK PRAKTEK MONEY LAUNDERING DALAM SISTEM PERBANKAN ONLINE

A. Money Laundering

1. Sejarah Money Laundering

Masalah pencucian uang atau money laundering sebenarnya telah lama dikenal, yaitu semenjak tahun 1930. Munculnya istilah tersebut erat kaitannya dengan

perusahaan laundry (pencucian pakaian). Perusahaan ini dibeli oleh para mafia dan kriminal di Amerika Serikat dengan dana yang mereka peroleh dari kejahatannya.

Selanjutnya perusahaan laundry ini mereka pergunakan untuk menyembunyikan uang

yang mereka hasilkan dari hasil kejahatan gfdan transaksi ilegal sehingga tampak

seolah-olah berasal dari sumber yang halal. 43

Al Capone, penjahat terbesar di Amerika masa lalu, mencuci uang hitam dari

usaha kejahatannya dengan memakai si genius Meyer Lansky, orang Polandia.

Lansky, seorang akuntan, mencuci uang kejahatan Al Capone melalui usaha binatu

(laundry). Demikianlah asal muasal muncul nama money laundering. 44

Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat, yaitu ketika mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi

sebagai salah satu strateginya. Investasi terbesar adalah perusahaan pencucian

43

N.H.T Siahaan, Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, cet.1, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002, hal.6

44

J.E Sahetapy, Bisnis Uang Haram,

(2)

pakaian atau disebut laundromats yang ketika itu terkenal di Amerika Serikat. Usaha pencucian pakaian ini berkemabang maju dan berbagai perolehan uang hasil

kejahatan seperti dari cabang usaha lainnya ditanamkan ke perusahaan pencucian

pakaian ini, seperti uang hasil minuman keras ilegal, hasil perjudian, dan hasil usaha

pelacuran.

Pada tahun 1980-an uang hasil kejahatan semakin berkembang seiring dengan

berkembangnya bisnis haram, seperti perdagangan narkotik dan obat bius yang

mencapai miliaran rupiah. Karenanya kemudian muncul istilah “narco dollar”, yang berasal dari uang haram hasil perdagangan narkotik. 45

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi di sektor perbankan,

dewasa ini banyak bank telah menjadi sasaran utama untuk kegiatan pencucian uang

disebabkan sektor inilah yang banyak menawarkan jasa-jasa instrumen lalu lintas

keuangan yangdapat digunakan untuk menyembunyikan/menyamarkan asal usul

suatu dana. Dengan adanya globalisasi perbankan dana hasil kejahatan mengalir atau

bergerak melampaui batas yuridiksi negara dengan memanfaatkan faktor rahasia bank

yang umumnya dijunjung tinggi oleh perbankan. Melalui mekanisme ini maka dana

hasil kejahatan bergerak dari suatu negara ke negara lain yang belum mempunyai

sistem hukum yang cukup kuat untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang atau

bahkan bergerak ke negara yang menerapkan ketentuan rahasia bank secara sangat

ketat.

45

(3)

Berdasarkan statistik IMF 46

Namun menurut Michael Camdessus (Managing Director IMF),

memperkirakan volume dari cross-border money laundering adalah antara 2% sampai dengan 5% dari Gross Domestic Product (GDP) dunia. Bahkan batas terbawah dari kisaran tersebut, yaitu jumlah yang dihasilkan dari kegiatan narcotics trafficking, arm trafficking, bank fraud, securities fraud, counterfeiting, dan kejahatan yang sejenis dengan kejahatan tersebut, dicuci di seluruh dunia setiap tahun mencapai

jumlah hampir US$ 600 milyar.

hasil kejahatan yang dicuci melalui bank

diperkirakan hampir mencapai nilai sebesar US $1.500 miliar per tahun. Sementara

itu, menurut Associated Press kegiatan pencucian uang hasil perdagangan obat bius, prostitusi, korupsi dan kejahatan lainnya sebagian besar diproses melalui perbankan

untuk kemudian dikonversikan menjadi dana legal dan diperkirakan kegiatan ini

mampu menyerap nilai US$600 miliar per tahun. Ini berarti sama dengan 5% GDP

seluruh dunia.

47

Selain itu menurut Financial Action Task Force (FATF), perkiraan atas jumlah uang yang dicuci setiap tahun di seluruh dunia dari perdagangan gelap

narkoba (illicit drug trade) berkisar US$ 300 miliar dan US$ 500 miliar. 48

Besarnya pasar perdagangan gelap di Kanada diperkirakan antara $7 miliar

sampai dengan $10 miliar. Menurut para ahli bahwa antara 50%-70% dari hasil

46

Yunus Husein, Money Laundering: Sampai Dimana Langkah Negara Kita, dalam Perkembangan Perbankan”, Mei-Juni 2001, hal.31-40

47 US Govenment,

Secretary of The Treasury dan Attorney General, The National Money Laundering Strategy 2000, March 2000, hal.6-7

48

(4)

penjualan narkoba tersedia untuk dicuci dan kemudian diinvestasikan. Apabila

diasumsikan bahwa 50%-70% uang yang dicuci di Kanada berasal dari perdagangan

gelap narkoba, jumlah uang haram (illicit funds) yang dicuci di Kanada setiap tahun adalah antara $5 miliar dan $ 14 miliar. 49

Berkenaan dengan sejarah istilah money laundering, Jeffry Robinson mengemukakan sebagai berikut :

“The lifeblood of drug dealers, fraudsters, smugglers, kidnappers, arms dealers, terrorist, extortionist, and tax evaders, myth has it that the term was coined by Al Capone, who, like his arc rival George ‘Bugs’ Moran, used a string of coin operated Laundromats scatted around Chicago to disguise his revenue from gambling, prostitution, racketeering and violation of the Prohibition laws. “50

2. Pengertian Money Laundering

Pengertian money laundering telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Menurut Welling, money laundering adalah :

“Money laundering is the process by which one counceals the existence, illegal source, or illegal application of income, and than disguises that income to make it appear legitimate.”51

Sedangkan Fraser mengemukakan bahwa :

“ Money laundering is quite simple the process through with ‘dirty’ money proceed of crime, is washed through ‘clean’ or legitimate sources and interprises so that the ‘bad guys’ may more safe enjoy their ill gotten gains“52

49

Ibid

50

Jeffry Robinson, The Laundryman. Simon&Schuster, 1994. Hal.3

51

(5)

Pamela H.Bucy dalam bukunya yang berjudul White Collar Crime : Casesand Materials, defenisi money laundering diberikan pengertian sebagai berikut :

“Money Laundering is the concealment of the existence, nature of illegal source of illicit fund in such a manner that the funds will appear legitimate if discovered”53

Demikian juga dengan yang dikemukakan dalam Black’s Law Dictionary,

54

“Term used to describe investment or other transfer of money flowing from racekteering, drug transactions, adn either illegal sources into legitimate channels so that its original source can not be traced.”

money laundering diartikan sebagai berikut :

Dari beberapa defenisi penjelasan mengenai apa yang dimaksud pencucian

uang, dapat disimpulkan bahwa pencucian uang adalah kegiatan-kegiatan yang

merupakan proses yang dilakukan oleh seorang atau organisasi kejahatan terhadap

uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak kejahatan, dengan maksud

menyembunyikan asal usul uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang

berwenang melakukan penindakan terhadap tindak kejahatan dengan cara terutama

memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial system) sehingga apabila uang tersebut kemudian dikeluarkan dari sistem keuangan itu, maka keuangan

itu telah berubah menjadi uang sah.

52David Fraser, Lawyer,

Guns and Money, Economics and Ideology on The Money Trail, dalam

op.cit.,Brent Fisse, David Fraser and Graeme Coss, hal.66

53

Pamela H.Bucy, White Collar Crime : Case and Materials, St.Paul Minn: West Publishing Co.,1992, hal.128

54

(6)

Pengertian pencucian uang yang termuat dalam The United Nation Convention Against Illicit Traffic in Narcotics, Drugs and Psycotropic Substances of

1988 (Konvensi PBB) disahkan pada tanggal 19 Desember 1988 di Vienna, yang

kemudian diratifikasi di Indonesia dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1997 pada

tanggal 31 Desember 1997. Secara lengkap pengertian money laundering tersebut adalah :

“The convertion of transfer of property, knowing that such property is derived from any serious (indictable) offence of offences, or from act of participation in such offence of offences, for the purpose of concealing or disguising the illicit of the property or of assisting any person who is involved in the commission of such an offence of offences to evade the legal consequences of his action; or the concealment or disguise of the true nature, source, location, disposition, movement, rights with respect to or ownership of property, knowing that such property is derived from a serious (indictable) offence of offences of from an act participation in such an offence or offences”.

Secara umum pencucian uang merupakan metode untuk menyembunyikan,

memindahkan,dan menggunakan hasil dari suatu tindak pidana, kegiatan organisasi

kejahatan, kejahatan ekonomi, korupsi, perdagangan narkotik, dan kegiatan-kegiatan

lainnya yang merupakan aktivitas kejahatan. Money laundering atau pencucian uang pada intinya melibatkan aset (pendapatan/kekayaan) yang disamarkan sehingga dapat

dipergunakan tanpa terdeteksi bahwa aset tersebut berasal dari kegiatan yang legal.

Melalui money laundering pendapatan atau kekayaan yang berasal dari kegiatan yang melawan hukum diubah menjadi aset keuangan yang seolah-olah berasal dari sumber

(7)

Money Laundering atau pencucian uang adalah rangkaian kegiatan yang

merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang

haram yaitu uang yang berasal dari kejahatan, dengan maksud untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang tersebut dari pemerintah atau

otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana dengan cara

terutama memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai

uang halal. 55

3. Proses Money Laundering

Secara sederhana terdapat 3 (tiga) tahap dalam proses money laundering, yaitu placement, layering dan integration. 56

Placement merupakan upaya menempatkan atau memasukkan dana atau instrumen keuangan lainnya yang dihasilkan dari suatu aktivitas kejahatan pada

sistem keuangan yaitu bank atau lembaga keuangan lainnya. Dalam hal ini terdapat

pergerakan fisik dari uang tunai atau surat berharga, misalnya melalui penyelundupan

uang tunai atau instrumen keuangan dari suatu negara ke negara lain,

menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang yang

diperoleh dari hasil kegaitan yang sah, ataupun dengan memecah uang tunai atau

55

(8)

instrumen keuangan dalam jumlah besar menjadi jumlah kecil ataupun didepositokan

di bank atau dibelikan surat berharga seperti misalnya saham-saham atau juga

mengkonversikan ke dalam mata uang lainnya atau ditukarkan ke dalam valuta asing.

Inilah tahap yang paling rawan dari proses pencucian uang, karena proses inilah yang

paling mudah dideteksi.

Dalam rangka mencegah industri jasa keuangan dipakai oleh para pelaku

tindak pidana untuk mencuci uangnya dan untuk mendeteksi proses placement

diciptakanlah Cash Transaction Report atau CTR (laporan transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai). Kadangkala placement ini dapat dideteksi juga dengan

menggunakan Laporan Transaksi yang Mencurigakan (Suspicious Transaction Report atau STR). Kedua laporan ini diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Laporan transaksi

tunai yang diatur undang-undang adalah untuk transaksi tunai yang berjumlah

kumulatif sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau lebih, baik dalam

rupiah maupun valuta asing. Suatu jumlah yang dianggap oleh sementara orang

sebagai jumlah yang terlalu besar.

Proses placement ini dideteksi juga dengan adanya kewajiban orang yang

membawa uang tunai ke dalam atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia

sejumlah Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) atau lebih baik dalam rupiah maupun

valuta asing untuk melaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea Cukai. Kemudian

(9)

Layering diartikan sebagai kegiatan memindah-mindahkan hasil kejahatan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan maksud agar sumber dan pemiliknya

dapat dikaburkan. Dalam hal ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa

rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk menyamarkan/mengelabui

sumber dana “haram” tersebut. Layering dapat pula dilakukan melalui pembukaan sebanyak mungkin rekening-rekening perusahaan-perusahaan fiktif dengan

memanfaatkan ketentuan rahasia bank, terutama di negara-negara yang tidak

kooperatif dalam upaya memerangi kegiatan pencucian uang.

Proses layering ini dideteksi dengan adanya laporan transaksi keuangan yang mencurigakan (Suspicious Transaction Report atau STR) seperti diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

No.10 Tahun 2008. Laporan STR ini mengingat memerlukan judgement dari bank sudah tentu lebih berbobot dibandingkan CTR. Sementara itu yang dimaksud dengan

transaksi keuangan yang mencurigakan adalah transaksi yang menyimpang dari profil

dan karakteristik nasabah serta kebiasaan nasabah termasuk transaksi yang patut

diduga dilakukan dengan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang

bersangkutan yang wajib dilakukan oleh penyedia jasa keuangan (Pasal 1 angka 7

Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

No.8 Tahun 2010).

(10)

berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan sebelumnya yang menjadi

sumber dari uang yang di-laundry. Pada tahap ini uang yang telah dicuci dimasukkan

kembali ke dalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan aturan hukum. Proses

integration ini dideteksi dengan CTR atau STR.

Dalam ketiga tahap proses pencucian uang tersebut laporan yang disampaikan

oleh penyedia jasa keuangan sangat penting untuk digunakan sebagai upaya

melakukan deteksi. Itu pulalah sebabnya mengapa penyedia jasa keuangan yang

dengan sengaja tidak menyampaikan laporan kepada PPATK dipidana dengan denda

paling banyak Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Denda pidana ini sudah tentu diputuskan

melalui proses pengadilan. Pasal 8 Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010 menjelaskan bahwa selain itu,

apabila tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh korporasi, misalnya penyedia

jasa keuangan, maka terhadap korporasi tersebut dapat dijatuhkan pidana denda

dengan ketentuan maksimum pidana ditambah satu per tiga. Korporasi tersebut dapat

juga dikenakan hukuman tambahan berupa pencabutan izin usaha dan/atau

pembubaran korporasi yang diikuti dengan likuidasi. Pasal 5 Undang-Undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010

menjelaskan untuk bank, sanksi seperti ini merupakan suatu hal yang sangat berat,

karena bank begitu banyak memiliki kreditur, debitur dan pegawai serta mengingat

(11)

4. Modus Money Laundering57

a. Smurfing, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku.

b. Structuring, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil.

c. U Turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke rekening asalnya.

d. Cuckoo Smurfing, upaya mengaburkan asal usul sumber dana dengan mengirimkan dana-dana dari hasil kejahatannya melalui rekening pihak ketiga yang menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut merupakan “proceed of crime”.

e. Pembelian aset/barang-barang mewah, yaitu menyembunyikan status kepemilikan dari aset/barang mewah termasuk pengalihan aset tanpa terdeteksi oleh sistem keuangan.

f. Pertukaran barang (barter), yaitu menghindari penggunaan dana tunai atau instrumen keuangan sehingga tidak dapat terdeteksi oleh sistem keuangan. g. Underground Banking/Alternative Remittance Services, yaitu kegiatan

pengiriman uang melalui mekanisme jalur informal yang dilakukan atas dasar kepercayaan.

h. Penggunaan pihak ketiga, yaitu transaksi yang dilakukan dengan menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan menghindari terdeteksinya identitas dari pihak yang sebenarnya merupakan pemilik dana hasil tindak pidana.

i. Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana dari hasil kegiatan usaha yang legal dengan tujua untuk mengaburkan sumber asal dananya.

j. Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang dilakukan dengan menggunakan identitas palsu sebagai upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan pendeteksian keberadaan pelaku pencucian uang.

5. Transaksi Keuangan Mencurigakan58

Apabila tidak diperoleh penjelasan yang memuaskan maka

transaksi-transaksi di bawah ini harus dipandang sebagai transaksi-transaksi keuangan mencurigakan :

57

Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum berdasarkan Surat Edaran No.11/31/DPNP

58

(12)

(a) Setoran tunai yang cukup besar dalam satu transaksi atau kumpulan dari

transaksi, khususnya apabila :

- transaksi dari kegiatan usaha yang biasa dilakukan oleh nasabah tidak tunai

tetapi dalam bentuk lain seperti cek, bank draft, letter of credit, bills of exchange atau instrument lain.

- setoran ke dalam suatu rekening semata-mata agar nasabah dapat melakukan

transaksi bank draft, transfer atau instrument pasar uang yang dapat diperjualbelikan.

(b) nasabah atau kuasanya berupaya menghindari untuk berhubungan secara

langsung dengan PJK.

(c) penggunaan nominee accounts, trustee accounts dan client accounts yang sebenarnya tidak perlu dilakukan dan tidak konsisten dengan kegiatan usaha

nasabah.

(d) penggunaan banyak rekening dengan alasan yang tidak jelas.

(e) penyetoran dalam nominal kecil dengan frekuensi yang cukup tinggi, dan

kemudian dilakukan penarikan secara sekaligus.

(f) sering melakukan pemindahan dana antar rekening pada Negara/wilayah yang

berbeda.

(g) adanya jumlah yang hamper sama antara dana yang ditarik dengan yang disetor

secara tunai pada hari yang sama atau hari sebelumnya.

(13)

(i) penarikan dalam jumlah besar terhadap rekening yang baru menerima dana

yang tidak diduga dan tidak biasa dari luar negeri.

(j) nasabah yang memperlihatkan kehati-hatian yang berlebihan terutama terhadap

kerahasiaan identitas atau kegiatan usahanya, atau nasabah yang

menunda-nunda untuk memberikan informasi dan dokumen pendukung mengenai

identitasnya.

(k) nasabah yang berasal dari atau yang mempunyai rekening di Negara yang

dikenal sebagai tempat pencucian uang atau Negara yang kerahasaiaan

banknya sangat ketat.

(l) adanya transfer dana ke dalam suatu rekening dengan frekuensi yang sangat

tinggi dan secara tiba-tiba padahal sebelumnya rekening tersebut tergolong

tidak aktif.

(m)pembayaran atas pembelian saham yang dilakukan melalui transfer dari

rekening atas nama pihak lain.

6. Faktor Pendukung Maraknya Pencucian Uang

Kemajuan dan perkembangan teknologi yang telah tercapai memang telah

mempermudah kehidupan manusia. Kemajuan teknologi di satu pihak telah

membawa banyak dampak positif bagi pembangunan, namun di lain pihak kemajuan

yang telah tercapai juga mengakibatkan munculnya berbagai masalah dan akibat

negatif yang merugikan. Kemajuan justru seringkali menjadi lahan yang “subur” bagi

(14)

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,, terutama di bidang

komunikasi, permesinan, dan transportasi mempunyai dampak pada modus operandi

suatu kejahatan.

Pada saat ini, banyak tindak pidana dan kejahatan yang sudah dipengaruhi

oleh perkembangan teknologi, sehingga semakin sukar pengungkapannya.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan harganya yang terjangkau

seringkali dipergunakan sebagai alat bantu melakukan kejahatan. Modus operandi

kejahatan seperti ini, hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai status

sosial menengah ke atas dalam masyarakat, bersikap tenang, simpatik serta terpelajar.

Dengan mempergunakan kemampuan, kecerdasan, kedudukan serta kekuasaannya,

seorang pelaku tindak pidana dapat meraup dana yang sangat besar untuk keperluan

pribadi atau kelompoknya saja. Modus kejahatan inilah yang dikenal dengan

kejahatan kerah putih atau white collar crime.

Dewasa ini, kejahatan kerah putih sudah mencapai taraf yang sangat

membahayakan. Kejahatan yang dilakukan pun sudah tidak lagi mengenal batas-batas

negara (transnasional). Bentuk kejahatannya pun semakin canggih dan sangat

terorganisasi sehingga sangat sulit dideteksi oleh para penegak hukum. Para pelaku

kejahatan ini selalu berusaha untuk menyelamatkan uang hasil kejahatannya dengan

berbagai cara, dan salah satunya adalah melalui pencucian uang. Salah satu sasaran

pokok pencucian uang ini adalah dengan melalui industri keuangan, khususnya

(15)

Industri perbankan merupakan sarana efektif untuk dijadikan sumber

pencucian uang dan juga sebagai mata rantai nasional dan internasional dalam proses

pencucian uang. 59

Praktek pencucian uang adalah merupakan salah satu kejahatan yang cepat

berkembang, hal ini dikarenakan begitu banyaknya faktor-faktor yang menjadi

pendorong maraknya perkemabngan kegiatan pencucian uang di berbagai negara.

Prof.Dr.St.Remy Sjahdeini, SH mengungkapkan sedikitnya ada 9 faktor pendorong,

yaitu :

Hal ini disebabkan sarana perbankan cukup banyak menwarkan

jasa-jasa dan instrumen dalam lalu lintas keuangan yang dapat menyembunyikan atau

menyamarkan asal usul suatu dana. Keadaan demikian ada yang memang telah

dikondisikan oleh undang-undang suatu negara, seperti halnya yang dianut Swiss,

Austria, Karibia, negara-negara Amerika Latin dan neegara-negara Asia Timur

dengan perbankan yang berskala internasional.

60

a. Faktor pertama adalah globalisasi. Dalam hal ini terjadinya globalisasi memang mengakibatkan para pelaku pencucian uang dapat memanfaatkan sistem financial dan perbankan internasional untuk melakukan kegiatannya. b. Faktor kedua adalah cepatnya perkembangan teknologi. Perkembangan

teknologi ini mungkin dapat dikatakan sebagai faktor yang paling mendorong berkembangnya pencucian uang. Perkembangan teknologi informasi seperti internet misalnya, dapat memgakibatkan hilangnya batas-batas antar negara. c. Faktor ketiga adalah mengenai ketentuan kerahasiaan bank. Ketentuan ini

mengakibatkan kesulitan bagi pihak berwenang untuk menyelidiki suatu rekening yang mereka curigai dimiliki oleh atau dengan cara yang ilegal. d. Faktor keempat adalah dimungkinkannya oleh ketentuan perbankan di suatu

negara untuk seseorang dapat menyimpan dana di suatu bank dengan nama samaran atau tanpa nama atau anonim.

59N.H.T Siahaan,

op.cit., hal 21

60

(16)

e. Faktor kelima adalah munculnya jenis uang baru yaitu electronic money atau

e-money, yaitu sehubungan dengan maraknya electronic commerce atau e-commerce melalui internet. Kegiatan pencucian yang dilakukan melalui jaringan internet ini biasa disebut sebagai cyber-laundering.

f. Faktor keenam adalah karena dimungkinanya praktek pencucian uang dengan cara yang disebut layering atau pelapisan. Dengan cara ini, pihak yang menyimpan dana di bank bukanlah pemilik sesungguhnya dari dana itu. deposan tersebut hanyalah bertindak sebagai kuasa atau pelaksana amanah dari pihak lain yang menugasinya untuk mendepositokan uang tersebut di sebuah bank.

g. Faktor ketujuh, karena berlakunya ketentuan hukum berkenaan dengan kerahasiaan hubungan antara lawyer dengan kliennya, dan antara akuntan dengan kliennya.

h. Faktor kedelapan adalah karena seringkali pemerintah yang bersangkutan tidak bersungguh-sungguh untuk meberantas praktek pencucian uang yang dilakukan melalui sistem perbankan negara tersebut.

i. Faktor kesembilan adalah karena tidak adanya dikriminalisasi perbuatan pencucian uang di sebuah negara. Dengan kata lain, negara yang bersangkutan tidak memiliki undang-undang tentang pencucian uang yang menentukan perbuatan pencucian sebagai tindak pidana.

7. Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Perlunya kebijakan formulasi perundang-undangan yang baru di bidang

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dilatarbelakangi oleh

adanya kebutuhan di dalam negeri, yaitu untuk meningkatkan efektifitas penegakan

hukum, khususnya penegakan hukum pidana pencucian uang melalui pendekatan anti

pencucian uang (anti money laundering strategy). Pengungkapan tindak pidana dan pelakunya dilakukan melalui penelusuran transaksi keuangan atau aliran dana (follow the money). Selain itu, pembentukan peraturan perundang-undangan yang baru juga diperlukan guna menyesuaikan dengan standar internasional serta memenuhi

kewajiban Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi PBB mengenai

(17)

Konvensi PBB Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi, dengan

Undang-Undang No.5 Tahun 2009. 61

Penelusuran transaksi keuangan atau aliran dana merupakan cara yang paling

mudah untuk memastikan terjadinya kejahatan, menemukan pelakunya dan tempat

dimana hasil kejahatan disembunyikan atau disamarkan. Pendekatan ini tidak terlepas

dari pemikiran dan keyakinan bahwa hasil kejahatan (proceeds of crime) merupakan

life-blood of the crime. Artinya, hasil kejahatan merupakan “darah” yang menghidupi tindak kejahatan itu sendiri sekaligus merupakan titik terlemah dari mata rantai

kejahatan.

Upaya memotong mata rantai kejahatan ini selain relatif mudah dilakukan dan

juga akan menghilangkan motivasi para pelaku untuk mengulangi kejahatan.

Motivasi hilang karena pelaku terhalang dan sulit untuk menikmati hasil

kejahatannya. Pelaku tidak lagi memiliki kemampuan untuk melanjutkan kegiatannya

karena modalnya telah disita dan dirampas untuk kepentingan bangsa dan negara.

Dengan pendekatan follow the money ini, selain dapat menelusuri dan menyelamatkan aset hasil kejahatan untuk kepentingan negara, dalam beberapa

kasus, aliran dana yang berhubungan dengan suatu transaksi keuangan dapat pula

menghubungkan suatu kejahatan dengan pelaku utamanya (intellectual dader),

61

(18)

dimana dengan pendekatan konvensional (follow the suspect) hal tersebut sulit untuk dilakukan.

Pengesahan Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan respon serta langkah yang

progresif terhadap perkembangan tindak pidana pencucian uang yang semakin rumit

dan canggih (complicated and sophiscated). Sasaran dari pembentukan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun

2010 adalah untuk menjaga stabilitas dan integritas sistem keuangan nasional,

mencegah dan memberantas kejahatan yang melibatkan harta kekayaan yang sangat

besar, meningkatkan koordinasi di antara penegak hukum dalam menangani perkara

tindak pidana, khususnya tindak pidana pencucian uang, serta memenuhi dan

mengikuti standar internasional sebagaimana tercermin dalam Revised 40+9 FATF Recommendations dan ketentuan dalam anti-money laundering regime yang berlaku secara internasional (international best practices).

Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang No.8 Tahun 2010 mengandung beberapa norma hukum yang lebih baik dan

maju dibandingkan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No.15

Tahun 2002 jo. Undang-Undang No.25 Tahun 2003. Beberapa ketentuan dalam

Undang-Undang No.8 Tahun 2010 diyakini akan menjadikan penegakan hukum di

(19)

Substansi Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang berkaitan dengan industri

perbankan meliputi :

a. Pengukuhan penerapan prinsip mengenali pengguna jasa atau Customer Due Diligence atau CDD (Pasal 18 Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang). Dalam Undang-Undang

ditentukan, bahwa ketentuan mengenai penerapan prinsip mengenali

pengguna jasa dilakukan oleh Lembaga Pengawas dan Pengatur, namun

dalam hal belum terdapat Lembaga Pengawas dan Pengatur, maka ketentuan

mengenai prinsip mengenali pengguna jasa dan pengawasannya diatur dan

dilakukan oleh PPATK.

b. Penyedia Jasa Keuangan (PJK) wajib memutuskan hubungan usaha dengan

pengguna jasa (Pasal 22 Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010), jika pengguna jasa

menolak untuk mematuhi prinsip mengenali pengguna jasa, atau PJK

meragukan kebenaran informasi yang disampaikan oleh pengguna jasa.

Pemutusan hubungan usaha tersebut wajib dilaporkan kepada PPATK sebagai

Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM).

c. Perluasan pelaporan oleh PJK (Pasal 23 Undang-Undang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010), dimana

(20)

Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT), PJK juga wajib melaporkan

transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri.

d. Pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh pihak pelapor dikecualikan dari

ketentuan kerahasiaan yang berlaku bagi pihak pelapor yang bersangkutan

(Pasal 28 Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang No.8 Tahun 2010).

e. Pemberian kewenangan kepada PJK untuk menunda transaksi, paling lama 5

(lima) hari kerja (Pasal 26 Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010), karena pengguna jasa

melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan harta kekayaan yang

berasal dari hasil tindak pidana, memiliki rekening untuk menampung Harta

Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana, atau diketahui dan/atau patut

diduga menggunakan dokumen palsu.

f. Penataan mengenai pengawasan kepatuhan (Pasal 31 s/d 33 Undang-Undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun

2010), dimana pengawasan kepatuhan atas kewajiban pelaporan bagi pihak

pelapor dilakukan oleh lembaga pengawas dan pengatur dan/atau PPATK.

Namun dalam hal pengawasan kepatuhan atas kewajiban pelaporan tidak

dilakukan atau belum terdapat lembaga pengawas dan pengatur, pengawasan

kepatuhan atas kewajiban pelaporan dilakukan oleh PPATK. Dalam hal

diperlukan, PPATK akan melakukan audit khusus kepada setiap pihak pelapor

(21)

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun

2010.

g. Ketentuan anti tipping off, dimana diatur bahwa direksi, komisaris, pengurus atau pegawai pihak pelapor serta pejabat, pegawai PPATK, atau lembaga

pengawas dan pengatur dilarang memberitahukan kepada pengguna jasa atau

pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, mengenai LTKM.

Namun demikian, ketentuan mengenai larangan tersebut tidak berlaku untuk

pemberian informasi kepada lembaga pengawas dan pengatur (Pasal 12 ayat

(2) Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang No.8 Tahun 2010).

h. Lembaga pengawas dan pengatur dapat meminta LTKM kepada pihak pelapor

sebelum berlakunya Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010 sepanjang berkaitan dengan

pengawasan kepatuhan terhadap kewajiban pelaporan berdasarkan

Undang-Undang yang baru ini.

i. Pengaturan mengenai penjatuhan sanksi administratif (Pasal 30

Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8

Tahun 2010). Apabila pihak pelapor tidak menyampaikan laporan ke PPATK,

dikenakan sanksi administratif yang berupa peringatan, teguran tertulis,

(22)

j. Perlindungan bagi pihak pelapor, meliputi :

1) Kecuali terdapat unsur penyalahgunaan wewenang, pihak pelapor, pejabat

dan pegawainya tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana,

atas pelaksanaan kewajiban pelaporan menurut Pasal 29 Undang-Undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8

Tahun 2010.

2) Setiap orang yang melaporkan terjadinya dugaan tindak pidana pencucian

uang wajib diberi perlindungan khusus oleh negara dari kemungkinan

ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya, termasuk

keluarganya (Pasal 84 Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010).

k. Penegak hukum dan PPATK wajib merahasiakan nama atau alamat atau hal

lain yang memungkinkan terungkapnya identitas pihak pelapor dalam proses

peradilan pidana TPPU (Pasal 85 Undang-Undang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010).

Sebagai bentuk implementasi asas legalitas maka dibentuklah

Undang yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang yaitu

Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2003 tentang Perubahan atas

Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

(23)

internasional disusunlah Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai pengganti atas aturan tindak

pidana pencucian uang yang sama.

Bolmer Hutasoit mengemukakan dalam tulisannya bahwa terdapat

perbandingan Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian

Uang jo. Undang No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas

Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dengan

Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang, dapat terlihat seperti pada tabel berikut : 62

Tabel 1

Perbandingan Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Undang-Undang No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

(24)

No.

Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

jo.UU No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

1. Ketentuan Umum

 Adanya penambahan defenisi dan perluasan makna  Contohnya :

Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang

Pasal 1 angka 1 bahwa : “Pencucian Uang

adalah perbuatan menempatkan,

mentransfer, membayarkan,

membelanjakan, menghibahkan,

menyumbangkan, menitipkan, membawa

ke luar negeri, menukarkan, atau

perbuatan lainnya atas harta kekayaan

yang diketahuinya atau patut diduga

merupakan hasil tindak pidana dengan

maksud untuk menyembunyikan, atau

menyamarkan asal usul harta kekayaan

sehingga seolah-olah menjadi harta

kekayaan yang sah.”

Pengertian Tindak Pidana

Pencucian Uang Pasal 1 angka 1

bahwa “Pencucian Uang adalah

segala perbuatan yang

memenuhi unsur-unsur tindak

pidana sesuai dengan ketentuan

dalam Undang-Undang ini”.

Pengertian Transaksi Keuangan yang

dilakukan secara tunai dalam Pasal 1

angka 8 bahwa “Transaksi Keuangan yang

dilakukan secara tunai adalah transaksi

Pengertian Transaksi Keuangan

Tunai Pasal 1 angka 6 bahwa

“Transaksi Keuangan Tunai

(25)

penarikan, penyetoran atau penitipan yang

dilakukan dengan uang tunai atau

instrumen pembayaran lain yang

dilakukan melalui Penyedia Jasa

Keuangan”.

yang dilakukan dengan

menggunakan uang kertas

dan/atau uang logam”.

Pasal 1 angka 5 diatur dalam 3(tiga)

bagian

Pasal 1 angka 5 yang awalnya

hanya 3 (tiga) poin dalam

Undang-Undang lama adanya

penambahan tentang transaksi

keuangan yang mencurigakan

bahwa “Transaksi Keuangan

oleh Pengguna Jasa yang patut

diduga dilakukan dengan tujuan

untuk menghindari pelaporan

Transaksi yang bersangkutan

yang wajib dilakukan oleh

Pihak Pelapor sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang ini.

Pelapor tidak disebutkan secara rinci

hanya sebatas Penyedia Jasa Keuangan

yang melaporkannya ke PPATK.

Pasal 1 angka 11 bahwa “Pihak

pelapor adalah setiap orang

yang menurut Undang-Undang

ini wajib menyampaikan

laporan kepada PPATK “.

Pasal 2 ayat (1) mengenai hasil tindak

pidana

Pasal 2 ayat (1) Perluasan hasil

(26)

Pasal 2 ayat (2) yaitu “Harta Kekayaan

yang dipergunakan secara langsung atau

tidak langsung untuk kegiatan terorisme

dipersamakan sebagai hasil tindak pidana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

n”

Pasal 2 ayat (2) yaitu “Harta

kekayaan yang diketahui atau

patut diduga akan digunakan

dan/atau digunakan secara

langsung atau tidak langsung

untuk kegiatan terorisme,

organisasi teroris atau teroris

perseorangan disamakan

sebagai hasil tindak pidana

seperti pada ayat (1) huruf n.”

2

Pembagian tindak pidana pencucian uang dan besar pidananya disesuaikan

dengan subjek dan pidana pencucian keuangan yang dilakukan. Adanya

pidana pokok, pidana tambahan serta pidana pengganti.

Tidak dijelaskan pembagian besar pidana

untuk orang dan korporasi sesuai dengan

tindak pidana pencucian keuangan yang

dilakukan meskipun dalam

Undang-Undang No.25 Tahun 2003 sudah ada

perubahan memasukkan korporasi sebagai

subjek hukum.

Pasal 3 - 6 untuk orang

Pasal 7 – 9

3.

Pasal 8 -12

Tindak pidana lain yang berkaitan dengan

tindak pidana

Pasal 11 – 16

Tindak pidana lain yang

berkaitan dengan tindak pidana

pencucian uang diperluas

(27)

Pasal 25 ayat (1) bahwa “Setiap pihak

tidak boleh melakukan segalam bentuk

campur tangan terhadap pelaksanaan tugas

dan kewenangan PPATK.

Pasal 14

“Setiap orang yang melakukan

campur tangan terhadap

pelaksanaan tugas dan

kewenangan PPATK

sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 37 ayat (3) dipidana

dengan pidana penjara paling

lama 2 (dua) tahun dan denda

paling banyak Rp 500.000.000,-

(lima ratus juta rupiah).

Pasal 26

“Dalam melaksanakan fungsinya PPATK

mempunyai tugas sebagai berikut :

1.a. mengumpulkan, menyimpan,

menganalis, mengevaluasi informasi yang

diperoleh oleh PPATK sesuai dengan

Undang-Undang ini ;

2.b. memantau catatan dalam buku daftar

pengecualian yang dibuat oleh Penyedia

Jasa Keuangan ;

3. c. Membuat pedoman mengenai tata

cara pelaporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan ;

4. d. Memberikan nasihat dan bantuan

kepada instansi yang berwenang tentang

Pasal 44 ayat (1)

“Dalam rangka melaksanakan

fungsi analisis atau pemeriksaan

laporan dan informasi

sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 40 huruf d, PPATK dapat

:

1.a. meminta dan menerima

laporan dan informasi dari

Pihak Pelapor ;

2.b. meminta informasi kepada

instansi atau pihak yang terkait ;

3.c. meminta informasi kepada

Pihak Pelapor berdasarkan

(28)

informasi yang diperoleh oleh PPATK

sesuai dengan ketentuan dalam

Undang-Undang ini ;

5.e. mengeluarkan pedoman dan publikasi

kepada Penyedia Jasa Keuangan tentang

kewajibannya yang ditentukan dalam

Undang-Undang ini atau dengan peraturan

perundang-undangan lain, dan membantu

dalam mendeteksi perilaku nasabah yang

mencurigakan ;

6.f. memberikan rekomendasi kepada

Pemerintah mengenai upaya-upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana pencucian uang ;

7.g. melaporkan hasil analisis transaksi

keuangan yang berindikasi tindak pidana

pencucian uang kepada kepolisian dan

kejaksaan ;

8. membuat dan memberikan laporan

mengenai hasil analisis transaksi keuangan

dan kegiatan lainnya secara berkala 6

(enam) bulan sekali kepada Presiden,

Dewan Perwakilan Rakyat, dan lembaga

yang berwenang melakukan pengawasan

terhadap Penyedia Jasa Keuangan.”

PPATK ;

4.d. meminta informasi kepada

Pihak Pelapor berdasarkan

permintaan dari instansi

penegak hukum atau mitra kerja

di luar negeri ;

5. e. Meneruskan informasi

dan/atau hasil analisis kepada

instansi peminta, baik di dalam

maupun di luar negeri ;

6. f. Menerima laporan dan/atau

informasi dari masyarakat

mengenai adanya dugaan tindak

pidana Pencucian Uang ;

7. g. Meminta keterangan

kepada Pihak Pelapor dan pihak

lain yang terkait dengan dugaan

tindak pidana Pencucian Uang ;

8. h. Merekomendasikan kepada

instansi penegak hukum

(29)

keuangan untuk menghentikan

sementara seluruh atau sebagian

transaksi yang diketahui atau

dicurigai merupakan hasil

tindak pidana ;

10. j. Meminta informasi

perkembangan penyelidikan dan

penyidikan yang dilakukan oleh

penyidik tindak pidana asal dan

tindak pidana Pencucian Uang ;

11. k. Mengadakan kegiatan

administratif lain dalam lingkup

tugas dan tanggung jawab

sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang ini ; dan

12. meneruskan hasil analisis

atau pemeriksaan kepada

penyidik.”

Sumber :

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat perbandingan antara

Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang jo.

Undang-Undang No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang No.15 Tahun

2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Undang-Undang No.8 Tahun

2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, antara

(30)

1. Redefinisi pengertian hal yang terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang

2. Penyempurnaan kriminalisasi tindak pidana Pencucian Uang

3. Pengaturan mengenai penjatuhan sanksi pidana dan sanksi administratif

4. Pengukuhan penerapan prinsip mengenali Pengguna Jasa

5. Perluasan Pihak Pelapor

6. Penetapan mengenai jenis pelaporan oleh penyedia barang dan/atau jasa

lainnya

7. Penataan mengenai Pengawasan Kepatuhan

8. Pemberian kewenangan kepada Pihak Pelapor untuk menunda transaksi

9. Perluasan kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap

pembawaan uang tunai dan instrumen pembayaran lain ke dalam atau ke luar

daerah pabean

10.Pemberian kewenangan kepada penyidik tindak pidana asal untuk menyidik

dugaan tindak pidana Pencucian Uang

11.Perluasan instansi yang berhak menerima hasil analisis atau pemeriksaan

PPATK

12.Penataan kembali kelembagaan PPATK

13.Penambahan kewenangan PPATK, termasuk kewenangan untuk

menghentikan sementara Transaksi

14.Penataan kembali hukum acara pemeriksaan tindak pidana Pencucian Uang

15.Pengaturan mengenai penyitaan Harta Kekayaan yang berasal dari tindak

(31)

Romli Atmasasmita juga mengemukakan dilema Undang-Undang Tindak

Pidana Pencucian Uang yang telah mengalami 2 (dua) kali perubahan untuk

mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang di Indonesia. Dalam

Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Pencucian Uang terdapat beberapa ketentuan baru yang perlu mendapat

perhatian para pemangku kepentingan seperti pengusaha dan kalangan perbankan. 63

Perbedaan pertama adalah titel Undang-Undang. Undang-Undang lama secara

teoretis hukum (doktrin) merupakan lex specialis systematic, yaitu Undang-Undang administratif (bersifat regulatif) yang diperkuat dengan sanksi pidana. Adapun

dengan titel baru (Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang), secara teoretis (doktrin) mencerminkan Undang-Undang pidana

khusus (lex specialis) yang bersifat preventive measure dan repressive measures

dalam satu paket. Konsekuensi perubahan ttitel ini adalah Undang-Undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menempatkan

Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai tindak piadna khusus sehingga memerlukan

perhatian, sikap dan tindakan khusus dengan tujuan menghilangkan sumber dan

operasional pencucian uang di Indonesia.

Perbedaan kedua sebagai akibat dari perbedaan pertama, Undang-Undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010

telah dengan sangat berani mendelegasikan wewenang publik (bersifat projustitia)

(32)

kepada sektor privat, yaitu Lembaga Penyedia Jasa Keuangan (LPJK), termasuk

perbankan, untuk melaksanakan “penundaan transaksi” (suspension of transaction) terhadap seseorang nasabah untuk paling lama 5 (Lima) hari. Perbedaan ketiga,

Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

No.8 Tahun 2010 telah memberikan wewenang kepada penyidik tindak pidana asal

(lazimnya penyidik pegawai negeri sipil/PPNS) di bawah koordinasi PPATK untuk

melakukan penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang yang berkaitan dengan tindak

pidana asalnya (misalnya tindak pidana pabean, imigrasi).

Pemberian wewenang terhadap penyidik tindak pidana asal (PPNS) sudah

tentu akan merepotkan dunia usaha, terutama yang bergerak di bidang ekspor dan

impor, karena mereka akan berhadapan dengan petugas kepabeanan dan perpajakan

selain Polri, Kejaksaan, KPK dan BNN. Perbedaan keempat Undang-Undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah ketentuan

tentang rahasia bank dalam hal terdapat “transaksi keuangan yang mencurigakan”

dapat dikesampingkan, bahkan sejak proses penyidikan sampai pemeriksaan di muka

sidang pengadilan.

Pembukaan rekening bank seseorang yang dicurigai memiliki transaksi

keuangan tersebut merupakan mandatory obligation, tidak dapat ditolak oleh lembaga penyedia jasa keuangan maupun oleh nasabah yang bersangkutan. Perbedaan kelima,

Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

memberikan wewenang kepada PPATK untuk melakukan tindakan penghentian

(33)

(lima belas) hari. Jadi total waktu dimana seseorang (yang dicurigai) tidak dapat

melakukan transaksinya adalah 25 (dua puluh lima) hari. Perbedaan keenam, perintah

pemblokiran rekening tersangka/terdakwa dibatasi lamanya sampai dengan 30 (tiga

puluh) hari sehingga total waktu penundaan, penghentian sementara transaksi sampai

pada pemblokiran adalah 55 (lima puluh lima) hari.

Ketentuan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang tidak jelas membedakan konsekuensi hukum antara tindakan

penundaan transaksi, penghentian sementara, dan pemblokiran kecuali hanya

mengatur siapa yang berwenang dan berapa lamanya, sedangkan hal-hal yang

berkaitan dengan prinsip due process of law dan transparansi serta akuntabilitas tidak diatur secara terperinci sehingga tidak ada due diligence of power terhadap kinerja lembaga terkait indikasi pencucian uang. Perbedaan ketujuh, Undang-Undang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang memberikan

wewenang kepada PPATK untuk meminta keterangan kepada pihak pelapor (LPJK)

dan pihak lain terkait dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Ketentuan ini mencerminkan perubahan fungsi PPATK dari fungsi

administratif kepada fungsi penegakan hukum sehingga dapat dikatakan bahwa

lembaga PPATK bukan hanya supporting unit terhadap Polri dan Kejaksaan, melainkan telah merupakan bagian atau lembaga tersendiri dalam sistem peradilan

pidana (penegakan hukum) di Indonesia. Dari perspektif mikro pencegahan dan

pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang No.8 Tahun 2010

(34)

Indonesia dalam ikut serta melaksanakan ketertiban dan keamanan internasional

khusus dari tindak pidana ini. Namun dalam perspektif makro sistem ekonomi

nasional dan langkah pemerintah untuk meningkatkan investasi domestik, terutama

dari investor asing, keberadaan Undang-Undang ini bisa menjadi kontraproduktif.

B.Perbankan Online

a. Produk Perbankan Online

Produk yang dihasilkan oleh dunia usaha pada umumnya berbentuk 2 (dua)

macam, yaitu produk yang berwujud dan produk yang tidak berwujud. Produk yang

berwujud berupa barang yang dapat dilihat, dipegang dan dirasakan langsung

sebelum dibeli, sedangkan produk tidak berwujud berupa jasa dimana tidak dapat

dilihat atau dirasa sebelum dibeli. Satu hal lagi perbedaan kedua jenis produk ini

adalah untuk jenis produk yang tidak berwujud tidak tahan lama.

Secara umum defenisi produk adalah sesuatu yang dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sedangkan pengertian produk bank menurut

Kotler dalam Kasmir adalah jasa yang ditawarkan kepada nasabah untuk

mendapatkan perhatian untuk dimiliki, digunakan atau dikonsumsi untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan nasabah. 64

(35)

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa produk adalah sesuatu

yang memberikan manfaat baik dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari atau

sesuatu yang ingin dimiliki oleh konsumen atau pelanggan, maka nasabah harus

mengorbankan sesuatu sebagai balas jasanya, misalnya dengan cara pembelian.

Bank merupakan sebuah industri jasa yang kinerjanya sangat dipengaruhi oleh

variabel ruang dan waktu meningkatkan pelayanan terhadap nasabah harus memiliki

usaha untuk menembus ruang dan waktu yang hanya dapat dilakukan dengan bantuan

teknologi komputer dan telekomunikasi. Pada saat yang bersamaaan, teknologi ini

pula yang menjadi senjata bagi bank yang bersangkutan untuk bersaing

denganbank-bank lain, terutama dalam usahanya untuk menciptakan suatu produk pelayanan yang

lebih murah, lebih baik dan lebih cepat. Berikut dijelaskan beberapa teknologi

layanan perbankan, antara lain : 65

a.Mobile Banking

Fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone. Dengan penyediaan fasilitas hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang tunai. Arti

istilah SMS Banking merupakan layanan yang disediakan Bank menggunakan sarana

SMS untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan,

misalnya cek saldo, mutasi rekening dan sebagainya.

b.Internet Banking

65

(36)

Menurut Bank Indonesia 66

Pengertian Internet Banking adalah pemanfaatan teknologi internet sebagai media untuk melakukan transaksi yang berhubungan dengan transaksi perbankan.

Kegiatan ini menggunakan jaringan internet, sebagai perantara atau penghubung

antara nasabah bank dan pihak bank. Selain itu, bentuk transaksi yang dilakukan pun

bersifat maya, atau tanpa memerlukan proses tatap muka antara nasabah dan petugas

bank yang bersangkutan.

, Internet Banking merupakan salah satu pelayanan jasa Bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi,

melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet.

67

Dari pengertian Internet Banking tersebut, dapat diartikan sebagai sebuah proses pemindahan transaksi perbankan dari yang bersifat konvensional menjadi

digital. Transaksi konvensional adalah sebuah transaksi yang memerlukan interaksi

secara langsung antara nasabah dan petugas bank.

Di sini terjadi kontak fisik antara kedua pihak dan bisa memunculkan

komunikasi verbal. Sedangkan transaksi digital tidak memerlukan interaksi fisik dan

komunikasi yang terjalin melalui komunikasi tertulis dengan perantara internet.

Ada beberapa keunggulan dari Internet Banking sebagai alat untuk melakukan

pencucian uang: 68

66

Arie Sundari, Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia, Bank Indonesia : Jakarta, 2004

67

28 September 2012 jam 12.30 WIB

68

(37)

- Internet banking sangat mudah untuk diakses kapan saja dan dimana saja.

- Tidak perlu kontak langsung antara konsumen dengan Internet Banking.

- Internet Banking menyediakan fasilitas keuangan internasional, dan setiap transaksi dilakukan dengan nyaman dan aman.

c. Phone Banking

Layanan Phone Banking merupakan jasa yang disediakan bank untuk melakukan transaksi, antara lain :

1. Transaksi di mana dapat dilakukan selama waktu tertentu melalui phone banking dengan bantuan seorang anggota karyawan Bank yang menerima instruksi dengan menggunakan telepon

2. Transaksi di mana dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan jasa

otomatis dengan menggunakan telepon oleh nasabah tanpa bantuan staf bank

3. Transaksi yang lainnya yang dapat disediakan oleh bank dari waktu ke waktu

d. Automated Teller Machine (ATM)

Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau perusahaan

lainnya yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening

simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo atau pemindahan dana.

e.Computer Banking

Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke

pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan

(38)

f. Debit Card

Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari

rekening banknya.

g.Direct Deposit

Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya

pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji

atau pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap rekening

nasabah.

h.Electronic Fund Transfer (EFT)

Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya

melalui media elektronik.

i.Direct Payment

Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar

tagihan melalui transfer dana elektronik. Dana tersebut secara elektronik ditransfer

dari rekening nasabah ke rekening kreditor. Direct payment berbeda dari

(39)

j. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP)

Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke

nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam

rekening bank. Setelah penyampaian tagihan tersebut, pelanggan boleh membayar

tagihan tersebut secara online juga. Pembayaran tersebut secara elektronik akan

mengurangi saldo simpanan pelanggan tersebut.

k.Electronic Check Conversion

Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek (nomor rekening, jumlah

transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana

elektronik atau proses lebih lanjut.

l.Payroll Card

Salah satu tipe “stored-value card” yang diterbitkan oleh pemberi kerja

sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayarannya

pada terminal ATM atau Point of Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara elektronik.

m.Preauthorized Debit (or Automatic Bill Payment)

Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi

pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada tanggal-tanggal

tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu (misalnya pembayaran

listrik, tagihan telepon, dll). Dana secara elktronik ditransfer dari rekening pelanggan

(40)

n.Prepaid Card

Salah satu tipe Stored-Value Card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit

kartu.

o.Smart Card

Salah satu tipe stored-value card yang didalamnya tertanam satu atau lebih chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan,

atau melakukan proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi

pembelian, verifikasi saldo rekening,dan menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa

digunakan pada sistem terbuka (misalnya untuk pembayaran transportasi publik) atau

sistem tertutup (misalnya MasterCard atau Visa networks).

p.Stored-Value Card

Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, yang diisi melalui

pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh

pemberi kerja atau perusahaan lain. Untuk single-purpose stored value card, penerbit (issuer) dan penerima (acceptor) kartu adalah perusahaan yang sama dan dana pada kartu tersebut menunjukkan pembayaran di muka untuk penggunaan barang dan jasa

tertentu (misalnya kartu telepon). Limited-purpose card secara umum digunakan secara terbatas pada terminal POS yang teridentifikasi sebelumnya di lokasi-lokasi

(41)

card dapat digunakan pada beberapa penyedia jasa dengan kisaran yang lebih luas, misalnya kartu dengan logo MasterCard, Visa, atau logo lainnya dalam jaringan

antarbank.

2. Proses Pencucian Uang dengan Memanfaatkan Sistem Perbankan Online

Kemunculan internet dalam dunia maya secara nyata menunjukkan perkembangan kemajuan yang luar biasa di bidang teknologi-informasi, sehingga

batas-batas negara menjadi hilang, dan sekarang, dunia telah menjadi satu kesatuan

tanpa batas. 69

69

Abdullahi Y.Shchu mengemukakan bahwa “The 20th Century was characterized by a number of structural changes in the World economy. These changes were spawned by exponential technological breakthroughs in telecommunication and information sciences. In the last decade of that century, Globalization became the buzz-word:bringing together nation states, as it were, in what might be called a “global village”. The main pillars of this process were Liberalization and Deregulation of national economies. These developments combined, created both opportunities ad risks for the society. The powers of political authorities were now becoming limited as new non-state actors, both legitimate and illegitimate, energed in the global arena. Among these changes witnessed in the society was the proliferation of organised criminal groups, operating across national boundaries and sovereignties, prepetrating various heineous crimes of different patterns and manifestations”. Abdullahi Y.Shehu, “Money Laundering: The Challenge of Global Enforcement”, Paper Presented at a seminar of the Criminology Society of Hongkong, on November 9, 2000. Seperti yang dikutip di dalam

Namun salah satu dampak negatifnya adalah memberikan kesempatan

dan peluang yang jauh lebih banyak dan mudah bagi kelompok-kelompok kejahatan

terorganisir (organized crime) untuk melakukan berbagai bentuk tindak kejahatan secara lintas negara (cross-border) dan dalam perkembangannya sekarang telah bersifat transnasional (transnational crime). Dengan kata lain, organisasi-organisasi kejahatan dengan mudah dan cepat dapat memindahkan jumlah uang yang sangat

(42)

besar (hasil-hasil kejahatan) dari satu yuridiksi ke yuridiksi lain. Misalnya, dengan

fasilitas perbankan seperti Automated Teller Machines (ATMs) memungkinkan para penjahat untuk memindahkan dana (to wire funds) ke rekening-rekening di suatu negara dari negara-negara lain seketika itu juga dan dana tersebut dapat ditarik

melalui ATMs di seluruh dunia tanpa diketahui siapa pelakunya. Setiap harinya, dua

International Electronic Funds Transfer System yang cukup terkenal menangani transaksi keuangan lebih dari $ 6 triliun melalui wire transfers. 70

Seiring dengan maraknya e-commerce melalui internet, kegiatan pencucian uang yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet (cyberlaundering) menjadi semakin terbuka. Risiko yang terjadi adalah kemungkinan pengiriman dana

(cyberpayment) 71 dari pihak ketiga yang tidak dikenal dan selanjutnya dana tersebut ditransfer dari satu kartu ke kartu lainnya, yang dikenal dengan e-money. 72

Di

2012 jam 15.00 WIB. Pada industri perbankan di Indonesia, pengiriman uang melalui wire transfer telah lazim dilakukan. Credit card dan debit card telah menjadi alat yang biasa digunakan untuk melakukan pembayaran dalam kegiatan bisnis masyarakat perkotaan, antara lain untuk membayar belanja di mall, supermarket, restoran dan agen-agen penjualan yang menyediakan fasilitas tersebut.

71

Cyberpayment adalah suatu instrumen baru dari instrumen sistem pembayaran yang mendukung terjadinya transfer nilai secara elektronik. tanggal 3 September 2012 jam 15.00 WIB

72 Pengertian

e-money adalah sejumlah dana yang telah disimpan dalam medium elektronis dan diterima sebagai pembayaran oleh pihak ketiga. Lihat juga He Ping, “New trends in money laundering-form the real world to cyberspace”, Journal of Money Laundering Control Vol.8, No.1, (2004), yang mengemukakan bahwa kelebihan e-money dibanding uang tradisional, antara lain e-money: (1) menggunakan sebuah kartu atau alat yang dapat menyimpan dana dalam jumlah yang sangat besar, sehingga tidak memerlukan tempat atau containeryang besar untuk membawanya ; (2) mudah ditransfer kapan dan dimana saja dengan bantuan internet ; dan (3) lebih sulit dilacak karena tidak memiliki nomor seri. Selain itu, teknologi penyandian dalam proses transfer secara e-money

(43)

samping itu, penggunaan digital cash (e-cash) 73

Pengembangan produk-produk e-money ditujukan terutama untuk digunakan melalui jaringan komputer terbuka (open computer networks). Para pengamat memperkirakan bahwa apabila penggunaan e-commerce yang dilakukan melalui jaringan komputer semakin meningkat akan mendorong pertumbuhan e-money. Dalam cyberspace, term e-money adalah nama generik yang diberikan kepada konsep mata uang yang secara digital ditandatangani oleh sebuah lembaga penerbit melalui

private encryption key (kunci enkripsi pribadi) dan ditransmisikan kepada seseorang. dalam transaksi melalui jaringan

internet telah diperkenalkan karena adanya tuntutan transaksi yang lebih efisien,

namun pihak-pihak yang bertransaksi tidak diketahui identitasnya (anonymous). Transfer ini dapat terjadi melalui networks seperti internet, atau melalui penggunaan “store value type smart cards”. Risiko terjadinya pencucian uang dengan cara yang relatif sama juga dapat terjadi pada “dompet elektronis” (electronic wallet) yang penggunaannya semakin berkembang akhir-akhir ini.

tercatat. Di samping itu, karena e-money memang didesain untuk memfasilitasi transaksi internasional, sehingga transaksi tersedia dalam mata uang yang beragam yang memudahkan money launderers melakukan kejahatannya dari suatu negara ke negara lain. Bismar Nasution, Rejim Anti Money-Laundering di Indonesia, (Bandung: Books Terrace & Library, 2005), hal 6-7.

Digital Cash adalah “a series of numbers that have an intrinsic value in some form of individually identified representations of bill and coins – similar to serial numbers on hard currency”. Digital Cash

(Digicash) adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Amsterdam, yang diciptakan oleh seorang

(44)

Kemudian uang tersebut dinegosiasikan secara elektronik dengan pihak-pihak lain

sebagai pembayaran atas barang-barang dan jasa-jasa dimanapun di dunia. 74

Kemudahan dan manfaat fasilitas e-money yang lain adalah dimana institusi intermediasi tidak diperlukan oleh para pihak yang melakukan transaksi secara

online. Dengan demikian fasilitas e-money pada akhirnya diharapkan dapat bekerja seperti layaknya uang kertas, tanpa resiko, tanpa kesulitan dan tanpa biaya berkenaan

dengan penanganan, penatausahaan dan perlindungan yang diperlukan bagi mata

uang yang tradisional. 75 Dalam hubungan ini, para penjahat dan teroris dapat

menggunakan kriptografi dengan relatif mudah untuk mengantisipasi para penegak

hukum memperoleh informasi mengenai transaksi yang dilakukannya. Misalnya,

suatu bukti yang telah dienkripsi tidak dapat dibaca kecuali didekripsi (to be decrypted). Ketidakmampuan para penegak hukum untuk mendekripsi telah menimbulkan dampak yang sangat serius terhadap pencegahan, deteksi, penyelidikan,

dan penuntutan kejahatan di bidang keuangan ini. 76

Pelaku pencucian uang di sektor perbankan biasanya memiliki rekening bank

dengan nama palsu atau nama seseorang atau perusahaan tertentu, yang dalam hal ini

termasuk pembukaan rekening oleh pengacara, akuntan dan perusahaan-perusahaan

gadungan. Untuk kepentingan pencuci uang, rekening-rekening dimaksud digunakan

74

Kriptografi (cryptography) atau enkripsi (encryption) secara khusus sangat penting dalam perkembangan e-commerce oleh karena merupakan cara untuk meyakinkan dalam hal otentikasi (authenticity), integritas (integrity), dan privasi (privacy) dari transaksi-transaksi dan komunikasi-komunikasi, serta memberikan pengamanan yang diperlukan bagi dunia digital.

75

Ibid

76

(45)

untuk memfasilitasi penyimpanan atau pentransferan dana ilegal, dan kegiatan

transaksi yang dilakukan sangat kompleks (berlapis-lapis) menyangkut berbagai

rekening atas nama sejumlah orang, bisnis atau perusahaan-perusahaan gadungan.

Karakteristiknya adalah kegiatan transaksi dengan menggunakan rekening-rekening

bank tersebut pada umumnya dalam jumlah yang sangat besar, diluar kelaziman

bisnis yang dikelola oleh si pemilik rekening. Di samping itu, dokumen-dokumen

pendukung transaksi seperti perjanjian kredit (loan agreements), jaminan (guarantees), perjanjian jual-beli (purchase or sale contracts), dan L/C (letter of credit) seringkali palsu atau mengandung cacat hukum. Apabila pemilik rekening adalah seorang pebisnis, besar kemungkinan kegiatan bisnisnya didaftarkan pada

kamar dagang setempat (local chamber of comers) hanya untuk waktu yang relatif singkat. Dalam banyak kasus, kedua belah pihak yang melakukan transaksi bisnis

memiliki keterkaitan, bahkan ada kemungkinan para pihak tersebut adalah orang

yang sama. 77

Fasilitas perbankan secara online telah mengurangi kontak face-to-face antara bank dn nasabahnya. Melalui personal computer (PC) nasabah bank dapat mengakses rekeningnya dengan menggunakan internet browser software dan world-wide web access melalui suatu Internet Service Provider (ISP). Akses dapat diperoleh apabila nasabah memberikan personal identification code kepada web server dari bank tersebut,dan apabila encryption software digunakan, maka kunci yang tepat (appropriate key) akan diberikan oleh browser software tersebut. Oleh karena akses

(46)

ini tidak langsung, lembaga keuangan yang bersangkutan sebenarnya tidak memiliki

cara-cara tertentu untuk memverifikasi identitas yang sesungguhnya dari orang yang

mengakses rekening tersebut. Dengan kata lain, bank yang bersangkutan tidak

mengetahui secara pasti apakah orang yang mengakses rekening tersebut adalah

pemilik sesungguhnya atau bukan. Lebih-lebih lagi dengan makin meningkatnya

mobilitas terhadap akses internet, seorang nasabah dapat mengakses rekeningnya dengan cepat dan mudah dari mana saja di dunia ini. Oleh karena akses tersebut

diperoleh melalui ISP, lembaga keuangan tersebut tidak mempunyai cara apapun

untuk melakukan verifikasi mengenai lokasi dari mana rekening tersebut di akses.

Seseorang yang menginginkan untuk menyembunyikan identitas sesungguhnya,

termasuk para pencuci uang (money launderers) atau unsur-unsur kejahatan lainnya, dapat memiliki on-lineaccess yang tidak terbatas dan mereka dapat mengendalikan rekening banknya dari belahan dunia manapun.

Kemungkinan besar praktek pencucian uang yang dilakukan oleh para

pelakunya sekarang bukan saja secara elektronik, tetapi juga dengan menggunakan

metode layering, sehingga menjadi sulit sekali untuk melacak kegiatan pencucian uang tersebut. Dengan kata lain, praktek pencucian uang sekarang baik yang

dilakukan oleh penjahat individu maupun kelompok-kelompok kejahatan terorganisir

78

78

Kelompok-kelompok kejahatan terorganisir baik yang beroperasi secara nasional maupun transnasional semakin banyak muncul setelah runtuhnya Tembok Berlin di Eropa. Penerapan skema

sudah semakin rumit dan kompleks dengan melibatkan banyak pihak yang bersedia

Referensi

Dokumen terkait

Sistem penghawaan ruang yang digunakan adalah penghawaan alami dan buatan, diterapkan pada seluruh bangunan Pusat Pelatihan dan Pertandingan Bulutangkis di Yogyakarta,

Analyysi on teoriasidonnaista silloin, kun analyysiyksiköt nousevat aineistosta ja kun hyväksytään, että teoreettinen ymmärrys ja tietämys ohjaavat tutkijaa

“ Program ” bermaksud bidang pengajian yang diluluskan oleh Senat sebagai program akademik secara sepenuh masa atau separuh masa untuk tujuan penganugerahan; “Semester

[r]

Websocket sanggat cocok untuk sebuah aplikasi grup chatting, karena dengan fitur dan kelebihan yang dimiliki cocok dengan karakteristik chatting, seperti real time,

Pemilahan data dilakukan berdasarkan (a) bentuk struktur predikatif, fungsional, dan konstituen modalitas bA; (b) makna internal modalitas bA: modalitas epistemik,

Metode seven tools ini menggunakan 7 alat pengendalian kualitas yaitu Check Sheet, Control Chart, Cause and Effect Diagram, Pareto Diagram, Histogram, Scatter Diagram dan

19 Saya memilih menggunakan jasanya karena penawaran harga oleh Romanza sesuai dengan kemampuan saya. 20 Saya lebih memilih Romanza