• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konvensi Hak Hak Penyandang Cacat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konvensi Hak Hak Penyandang Cacat"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Konvensi Hak Penyandang Cacat Mukadimah

Negara-negara Pihak pada Konvensi ini,

Mengingat prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengakui martabat dan harkat yang melekat dan hak-hak yang setara dan tidak dapat dicabut dari semua anggota umat manusia sebagai dasar dari kebebasan, keadilan, dan perdamaian di dunia,

Mengakui bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan dalam Kovenan-kovenan Internasional tentang Hak Asasi Manusia, telah menyatakan dan menyepakati bahwa setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum di dalamnya, tanpa pembedaan dalam bentuk apa pun,

Menegaskan kembali tentang universalitas, sifat tidak terbagi-bagi, kesalingtergantungan, dan kesalingterkaitan antara semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar dan kebutuhan orang-orang penyandang cacat untuk dijamin sepenuhnya penikmatan atas hak asasi manusia dan kebebasan mendasar tersebut tanpa diskriminasi,

Mengingat kembali Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Kovenan

Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia, Konvensi tentang Hak Anak, dan Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya,

Mengakui bahwa kecacatan adalah suatu konsep yang berkembang dan bahwa kecacatan adalah hasil dari interaksi antara orang-orang yang tidak sempurna secara fisik dan mental dengan hambatan-hambatan lingkungan yang menghalangi partisipasi mereka dalam masyarakat secara penuh dan efektif atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain.

Mengakui pentingnya prinsip-prinsip dan panduan-panduan kebijakan yang termuat dalam Program Aksi Dunia tentang Penyandang Cacat dan dalam Peraturan Standar tentang Penyetaraan Kesempatan bagi Penyandang Cacat yang mempengaruhi pemajuan, pembentukan, dan evaluasi kebijakan, perencanaan, program-program, dan aksi-aksi di tingkat nasional, regional, dan internasional demi memajukan penyetaraan kesempatan bagi penyandang cacat,

(2)

integral dalam strategi-strategi pembangunan berkelanjutan yang berkaitan,

Juga mengakui bahwa diskriminasi terhadap setiap orang atas dasar kecacatan adalah pelanggaran terhadap martabat yang melekat dan harga diri setiap manusia,

Mengakui lebih lanjut keragaman orang-orang penyandang cacat,

Mengakui kebutuhan untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia semua orang penyandang cacat, termasuk mereka yang membutuhkan dukungan yang lebih intensif,

Kekhawatiran bahwa, walaupun sudah terdapat berbagai instrumen dan kewajiban, orang-orang penyandang cacat terus menghadapi hambatan dalam partisipasi mereka sebagai anggota yang setara dalam masyarakat dan mengalami pelanggaran terhadap hak asasi manusia di berbagai wilayah di dunia,

Mengakui pentingnya kerja sama internasional untuk memperbaiki kondisi kehidupan orang-orang penyandang cacat di setiap negara, khususnya di negara-negara berkembang,

Mengakui adanya kontribusi-kontribusi yang bernilai dan potensial yang dilakukan oleh orang-orang penyandang cacat bagi kesejahteraan dan keragaman dalam komunitas mereka, dan bahwa pemajuan akan

penikmatan penuh hak asasi manusia dan kebebasan mendasar orang-orang penyandang cacat serta partisipasi penuh orang-orang penyandang cacat akan membangun rasa memiliki mereka serta peningkatan yang signifikan dalam pembangunan manusia, sosial, dan ekonomi masyarakat serta penghapusan kemiskinan,

Mengakui pentingnya otoritas individu dan kemandirian bagi orang-orang penyandang cacat, termasuk kebebasan untuk menentukan pilihan mereka sendiri,

Mempertimbangkan bahwa orang-orang penyandang cacat harus memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam proses-proses pengambilan keputusan tentang kebijakan-kebijakan dan program-program, termasuk yang langsung berkaitan dengan mereka,

Khawatir tentang kondisi-kondisi yang sulit yang dihadapi oleh orang-orang penyandang cacat yang menjadi subyek bentuk-bentuk diskriminasi berganda atau semakin memburuk atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau lainnya, kebangsaan, etnis, asal-asal usul indigenous atau social, kepemilikan, status kelahiran, agama atau status lainnya,

(3)

penganiayaan, atau eksploitasi baik di dalam maupun di luar rumah,

Mengakui bahwa anak-anak penyandang cacat harus menikmati semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar secara penuh atas dasar kesetaraan dengan anak-anak lain, dan mengingatkan kembali akan kewajiban Negara-negara Pihak pada Konvensi Hak Anak untuk mewujudkan tujuan tersebut,

Menekankan kebutuhan untuk memasukkan perspektif gender dalam segala upaya untuk memajukan penikmatan penuh hak asasi manusia dan kebebasan mendasar orang-orang penyandang cacat,

Menggarisbawahi kenyataan bahwa mayoritas orang-orang penyandang cacat hidup dalam kemiskinan, dan oleh karenanya mengakui kebutuhan penting untuk menangani dampak negatif kemiskinan terhadap orang-orang penyandang cacat,

Mengingat bahwa kondisi perdamaian dan keamanan atas dasar penghormatan penuh terhadap tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pelaksanaan instrumen-instrumen hak asasi manusia adalah sangat diperlukan bagi perlindungan penuh orang-orang penyandang cacat, khususnya pada saat saat konflik bersenjata dan pendudukan wilayah oleh pihak asing,

Mengakui pentingnya aksesibilitas terhadap lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya,

terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan serta terhadap informasi dan komunikasi, untuk memampukan orang-orang penyandang cacat agar dapat menikmati semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar,

Menyadari bahwa individu, yang memiliki kewajiban terhadap individu lain dan terhadap masyarakat di mana ia berada, memiliki tanggung jawab untuk berupaya keras bagi pemajuan dan pelaksanaan hak-hak yang diakui dalam instrumen-instrumen utama hak asasi manusia,

Percaya bahwa keluarga adalah unit kelompok yang paling alamian dan mendasar dalam masyarakat dan berhak atas perlindungan oleh masyarakat dan Negara, dan bahwa orang-orang penyandang cacat dan anggota keluarga mereka harus menerima perlindungan dan bantuan yang diperlukan untuk memampukan keluarga agar dapat berkontribusi pada penikmatan hak-hak penyandang cacat secara penuh dan setara,

(4)

dengan kesempatan yang sama, baik di negara berkembang maupun negara maju,

Telah menyepakati sebagai berikut: Pasal 1 Tujuan

Tujuan dari Konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi, dan menjamin penikmatan semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar secara penuh dan setara oleh semua orang penyandang cacat, dan untuk memajukan penghormatan atas martabat yang melekat pada diri mereka.

Orang-orang penyandang cacat termasuk mereka yang memiliki kerusakan fisik, mental, intelektual, atau sensorik jangka panjang yang dalam interaksinya dengan berbagai hambatan dapat merintangi partisipasi mereka dalam masyarakat secara penuh dan efektif berdasarkan pada asas kesetaraan.

Pasal 2 Definisi-definisi Untuk tujuan Konvensi ini:

a) “Komunikasi” termasuk bahasa, penampilan teks, Braille, komunikasi tacktile, tulisan dalam ukuran besar, multimedia yang dapat diakses, dan juga berbagai cara, sarana, dan format komunikasi tertulis, audio, dalam bahasa sederhana (plain-language), dapat dibaca

manusia (human-reader), serta augmentatif dan alternatif, termasuk teknologi informasi dan komunikasi yang dapat diakses;

b) “Bahasa” termasuk bahasa ucap dan bahasa isyarat serta bentuk-bentuk bahasa lainnya yang tidak diucapkan;

c) “Diskriminasi atas dasar kecacatan” berarti pembedaan, eksklusi, atau pembatasan apa pun atas dasar kecacatan yang bertujuan untuk atau berdampak pada perusakan atau penghapusan terhadap pengakuan, penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar dalam hal politik, sosial, budaya, sipil, atau bidang lainnya, berdasarkan kesetaraan dengan orang-orang lain. Hal ini termasuk segala bentuk diskriminasi, termasuk penyangkalan atas akomodasi yang layak;

d) “Akomodasi yang layak” berarti modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan dan layak yang tidak memberikan beban yang tidak seimbang atau tidak semestinya ketika diperlukan dalam kasus-kasus tertentu, untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar orang-orang penyandang cacat berdasarkan kesetaraan dengan orang-orang lain.

(5)

kelompok orang-orang penyandang cacat tertentu yang memerlukannya.

Pasal 3

Prinsip-prinsip umum Prinsip-prinsip dari Konvensi ini adalah:

a) Penghormatan atas martabat yang melekat, otoritas individual termasuk kebebasan untuk menentukan pilihan, dan kemandirian orang-orang;

b) Nondiskriminasi;

c) Partisipasi dan keterlibatan penuh dan efektif dalam masyarakat;

d) Penghormatan atas perbedaan dan penerimaan orang-orang penyandang cacat sebagai bagian dari keragaman manusia dan rasa kemanusiaan;

e) Kesetaraan kesempatan; f) Aksesibilitas;

g) Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan; h) Penghormatan atas kapasitas yang berkembang

dari anak-anak penyandang cacat dan penghormatan atas hak anak-anak penyandang cacat untuk melindungi identitas mereka.

Pasal 4

Kewajiban-kewajiban umum

1) Negara-negara Pihak berkewajiban untuk menjamin dan memajukan pemenuhan semua hak

asasi manusia dan kebebasan mendasar semua orang penyandang cacat tanpa diskriminasi atas dasar kecacatan mereka. Untuk itu, Negara-negara Pihak berkewajiban untuk:

a) Mengadopsi semua langkah legislatif, administratif, dan lainnya untuk pelaksanaan semua hak yang diakui dalam Konvensi ini; b) Mengambil semua langkah yang layak,

termasuk peraturan, untuk memperbaiki atau menghapuskan hukum, kebiasaan, dan praktik-praktik yang diskriminatif terhadap orang-orang penyandang cacat;

c) Untuk mempertimbangkan perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia orang-orang penyandang cacat dalam semua kebijakan dan program;

d) Untuk menghindari keterlibatan dalam tindakan atau praktik apa pun yang tidak sesuai dengan Konvensi ini dan untuk menjamin bahwa pihak berwenang publik dan institusi-institusi publik bertindak sesuai dengan Konvensi ini;

e) Untuk mengambil semua langkah yang layak untuk menghapuskan diskriminasi atas dasar kecacatan yang dilakukan oleh orang-orang, organisasi-organisasi, atau perusahaan-perusahaan swasta mana pun;

(6)

didefinisikan dalam pasal 2 dari Konvensi ini, yang mewajibkan adanya adaptasi yang seminimum mungkin dan biaya serendah mungkin untuk memenuhi kebutuhan khusus seorang penyandang cacat, untuk memajukan ketersediaan dan kegunaan mereka, serta untuk memajukan rancangan universal dalam pengembangan standar-standar dan panduan-panduan;

g) Untuk melakukan atau memajukan penelitian dan pengembangan, serta untuk memajukan ketersediaan dan penggunaan teknologi-teknologi baru, termasuk teknologi-teknologi informasi dan komunikasi, alat-alat bantu gerak, peralatan dan teknologi pendukung yang sesuai dengan orang-orang penyandang cacat, dengan memberikan prioritas bagi teknologi-teknologi dengan biaya yang terjangkau;

h) Untuk menyediakan informasi yang dapat diakses oleh orang-orang penyandang cacat mengenai alat-alat bantu gerak, peralatan dan teknologi pembantu, termasuk teknologi-teknologi baru, serta bentuk-bentuk perbantuan lainnya, pelayanan dan fasilitas pendukung; i) Untuk memajukan pelatihan bagi para

profesional dan staf yang bekerja dengan orang-orang penyandang cacat mengenai hak-hak yang diakui dalam Konvensi ini dengan tujuan untuk memberikan bantuan dan pelayanan sebagaimana dijamin oleh hak-hak tersebut.

2) Berkaitan dengan hak ekonomi, sosial, dan budaya, setiap Negara Pihak berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah dengan semaksimal mungkin menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia, serta dalam kerangka kerja sama internasional ketika diperlukan, dengan tujuan untuk mencapai realisasi penuh hak-hak tersebut secara progresif, tanpa prasangka terhadap kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Konvensi ini yang harus segera diterapkan berdasarkan hukum internasional.

3) Dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan dan kebijakan untuk melaksanakan Konvensi ini, dan dalam proses-proses pengambilan keputusan lainnya yang berkaitan dengan persoalan-persoalan mengenai orang-orang penyandang cacat, Negara-negara Pihak harus berkonsultasi secara dekat dan terlibat secara aktif dengan orang-orang penyandang cacat, termasuk anak-anak penyandang cacat, melalui organisasi-organisasi perwakilan mereka.

(7)

tidak mengakui hak-hak atau kebebasan-kebebasan tersebut atau bahwa Negara Pihak mengakui hak-hak dan kebebasan-kebebasan tersebut hanya pada tingkatan tertentu.

5) Ketentuan-ketentuan dalam Konvensi ini berlaku untuk semua bagian di negara-negara bagian tanpa pembatasan atau pengecualian apa pun.

Pasal 5

Kesetaraan dan nondiskriminasi

1) Negara-negara Pihak mengakui bahwa semua orang adalah setara di hadapan hukum dan berhak atas perlindungan dan keuntungan yang sama dari hukum tanpa diskriminasi apa pun.

2) Negara-negara Pihak harus melarang semua diskriminasi berdasarkan kecacatan dan menjamin perlindungan hukum yang setara dan efektif bagi orang-orang penyandang cacat dari diskriminasi atas dasar apa pun.

3) Dalam rangka memajukan kesetaraan dan menghapuskan diskriminasi, Negara-negara Pihak harus mengambil langkah-langkah yang selayaknya untuk menjamin tersedianya akomodasi yang secukupnya.

4) Langkah-langkah khusus yang dibutuhkan untuk mempercepat atau mencapai kesetaraan secara de facto bagi orang-orang penyandang cacat tidak boleh dianggap sebagai diskriminasi atas dasar Konvensi ini.

Pasal 6

Perempuan penyandang cacat

1) Negara-negara Pihak mengakui bahwa perempuan dan anak-anak perempuan penyandang cacat menjadi subyek diskriminasi berganda dan oleh karenanya harus mengambil langkah-langkah untuk menjamin penikmatan semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental mereka secara penuh dan setara.

2) Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang layak untuk menjamin pembangunan, pengembangan, dan pemberdayaan penuh perempuan, dengan tujuan memberikan jaminan bagi mereka dalam melaksanakan dan menikmati hak asasi manusia dan kebebasan mendasar yang akui dalam Konvensi ini.

Pasal 7

Anak-anak penyandang cacat

1) Negara-negara Pihak harus melakukan semua langkah yang diperlukan untuk menjamin penikmatan hak asasi manusia dan kebebasan mendasar anak-anak penyandang cacat secara penuh atas dasar kesetaraan dengan anak-anak lain.

(8)

3) Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa anak-anak penyandang cacat mempunyai hak untuk menyatakan pendapat mereka secara bebas mengenai berbagai hal yang mempengaruhi kehidupan mereka atas dasar kesetaraan dengan anak-anak lain, di mana pandangan mereka tersebut dipertimbangkan sesuai dengan usia dan kedewasaan mereka, dan menjamin bahwa anak-anak penyandang cacat disediakan bantuan yang selayaknya sesuai dengan kecacatan dan usia mereka demi perwujudan hak tersebut.

Pasal 8

Peningkatan kesadaran

1) Negara-negara Pihak harus segera mengadopsi langkah-langkah yang efektif dan layak berikut ini:

a) Meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat, termasuk di tingkat keluarga, berkaitan dengan orang-orang penyandang cacat, dan memajukan penghormatan terhadap hak-hak dan martabat orang-orang penyandang cacat;

b) Memerangi stereotipe, prasangka, dan praktik-praktik membahayakan berkaitan dengan orang-orang penyandang cacat, termasuk yang berdasarkan pada jenis kelamin dan usia, di seluruh bidang kehidupan;

c) Memajukan kesadaran akan kapabilitas dan kontribusi orang-orang penyandang cacat.

2) Langkah-langkah untuk tujuan tersebut termasuk:

a) Memulai dan meneruskan kampanye publik yang efektif, yang dirancang untuk:

1. Membangun penerimaan terhadap hak-hak orang penyandang cacat;

2. Memajukan persepsi positif dan kesadaran sosial yang tinggi terhadap orang-orang penyandang cacat;

3. Memajukan pengakuan terhadap keahlian, nilai, dan kemampuan orang-orang penyandang cacat, dan kontribusi mereka di tempat-tempat kerja dan pasar tenaga kerja;

d) Mendorong suatu sikap penghormatan terhadap hak orang-orang penyandang cacat di segala tingkatan dalam sistem pendidikan, termasuk bagi semua anak mulai dari usia muda;

e) Mendorong semua bagian dari media untuk menggambarkan orang-orang penyandang cacat dengan cara yang sesuai dengan tujuan dari Konvensi ini;

f) Memajukan program-program pelatihan peningkatan kesadaran berkaitan dengan orang penyandang cacat dan hak orang-orang penyandang cacat.

(9)

1) Dalam rangka memampukan orang-orang penyandang cacat untuk hidup secara mandiri dan berpartisipasi penuh dalam segala aspek kehidupan, Negara-negara Pihak harus melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin akses orang-orang penyandang cacat terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi dan komunikasi, termasuk teknologi dan sistem informasi dan komunikasi, serta fasilitas dan pelayanan lalinnya yang terbuka atau disediakan bagi publik baik di daerah perkotaan maupun pedesaan, atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain. Langkah-langkah ini, yang di dalamnya harus termasuk identifikasi dan penghapusan semua hambatan terhadap aksesibilitas, antara lain harus berlaku bagi:

a) Bangunan, jalan, transportasi dan fasilitas di dalam dan luar ruangan lainnya, termasuk sekolah, perumahan, fasilitas kesehatan, dan tempat kerja;

b) Informasi, komunikasi, dan pelayanan lainnya, termasuk pelayanan elektronik dan pelayanan gawat darurat;

2) Negara-negara Pihak juga harus mengambil langkah-langkah yang selayaknya untuk:

a) Membangun, menyebarluaskan, dan memonitor pelaksanaan standar-standar minimum dan pandunan bagi aksesibilitas fasilitas dan

pelayanan yang terbuka atau disediakan untuk publik;

b) Menjamin bahwa entitas privat yang menawarkan fasilitas dan pelayanan yang terbuka atau disediakan untuk publik mempertimbangkan semua aspek dalam hal aksesibilitas bagi orang-orang penyandang cacat;

c)

Menyediakan pelatihan bagi para stakeholders berkaitan dengan persoalan aksesibilitas yang dihadapi oleh orang-orang penyandang cacat;

d)

Menyediakan tanda-tanda dalam tulisan Braille

dan dalam bentuk yang mudah dibaca serta dipahami di bangunan-bangunan dan fasilitas lainnya yang terbuka bagi publik;

e) Menyediakan berbagai bentuk bantuan dan mediasi, termasuk pemandu, pembaca, dan interpreter bahasa isyarat yang profesional, untuk memfasilitasi aksesibilitas terhadap bangunan-bangunan dan fasilitas lainnya yang terbuka bagi publik;

f) Memajukan bentuk-bentuk bantuan dan dukungan lainnya bagi orang-orang penyandang cacat untuk menjamin akses mereka terhadap informasi;

g) Memajukan akses bagi orang-orang penyandang cacat bagi informasi serta teknologi dan sistem komunikasi terbaru, termasuk Internet;

(10)

sehingga teknologi dan sistem tersebut dapat diakses dengan biaya yang seminimal mungkin.

Pasal 10 Hak hidup

Negara-negara Pihak menegaskan kembali bahwa setiap orang memiliki hak hidup yang melekat pada dirinya dan harus melakukan segala langkah yang diperlukan untuk menjamin penikmatan yang efektif oleh orang-orang penyandang cacat atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lainnya.

Pasal 11

Situasi-situasi beresiko dan darurat kemanusiaan

Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin perlindungan dan keamanan bagi orang-orang penyandang cacat dalam situasi beresiko, termasuk situasi-situasi konflik bersenjata, darurat kemanusiaan, dan terjadinya bencana alam, sesuai dengan kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional.

Pasal 12

Pengakuan yang setara di hadapan hukum

1) Negara-negara Pihak menegaskan kembali bahwa orang-orang penyandang cacat memiliki hak atas pengakuan di hadapan hukum.

2) Negara-negara Pihak harus mengakui bahwa orang-orang penyandang cacat berhak menikmati kapasitas legal atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain dalam berbagai aspek kehidupan. 3) Negara-negara Pihak harus melakukan

langkah-langkah yang layak untuk menyediakan akses terhadap dukungan yang dibutuhkan oleh orang-orang penyandang cacat dalam melaksanakan kapasitas legal mereka.

(11)

5) Tergantung pada ketentuan-ketentuan di pasal ini, Negara-negara Pihak harus mengambil langkah-langkah yang layak dan efektif untuk menjamin kesetaraan hak orang-orang penyandang cacat untuk memiliki atau mewarisi harta kepemilikan, mengontrol persoalan-persoalan finansial mereka dan memiliki akses yang sama atas pinjaman bank, pinjaman kredit, dan bentuk-bentuk kredit finansial lainnya, serta harus menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat tidak dirampas harta kepemilikannya secara sewenang-wenang.

Pasal 13

Akses atas peradilan

1) Negara-negara Pihak harus menjamin akses efektif orang-orang penyandang cacat atas peradilan atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lainnya, termasuk melalui ketentuan tentang akomodasi yang prosedural dan sesuai dengan usia, dalam rangka memfasilitasi peran efektif mereka sebagai partisipan langsung maupun tidak langsung, termasuk sebagai saksi-saksi dalam semua proses peradilan, termasuk di tingkat penyelidikan dan tingkat-tingkat awal lainnya.

2) Dalam rangka menjamin adanya akses atas peradilan yang efektif bagi orang-orang penyandang cacat, Negara-negara Pihak harus memajukan pelatihan yang layak bagi mereka yang bekerja di bidang administrasi peradilan, termasuk polisi dan staf penjara.

Pasal 14

Kebebasan dan keamanan seseorang

1) Atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat:

a) Menikmati hak atas kebebasan dan keamanan seseorang;

b) Tidak dirampas kebebasannya secara tidak berdasarkan hukum atau sewenang-wenang, dan bahwa setiap perampasan terhadap kebebasan harus dilakukan sesuai dengan hukum, serta bahwa kondisi kecacatan tidak menjadi alasan bagi perampasan kemerdekaan.

2) Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa jika seorang penyandang cacat dirampas kemerdekaannya melalui suatu proses, maka mereka berhak atas jaminan sesuai dengan hukum hak asasi manusia internasional atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, serta harus diperlakukan sesuai dengan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Konvensi ini, termasuk ketentuan mengenai akomodasi yang layak.

(12)

Kebebasan dari penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi,

atau merendahkan martabat

1) Tidak seorang pun boleh menjadi subyek penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat. Khususnya, tidak seorang pun boleh menjadi subyek percobaan-percobaan medis atau ilmiah tanpa persetujuan yang diberikannya secara bebas.

2) Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah legislatif, administratif, yudisial, atau lainnya untuk mencegah orang-orang penyandang cacat menjadi subyek dari penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak tidak manusiawi, atau merendahkan martabat, atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lainnya.

Pasal 16

Kebebasan dari eksploitasi, kekerasan, dan penganiayaan

1) Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah legislatif, administratif, yudisial, atau lainnya untuk melindungi orang-orang penyandang cacat dari segala bentuk eksploitasi, kekerasan, dan penganiayaan, termasuk aspek berbasis gender, baik di dalam maupun di luar rumah.

2) Negara-negara Pihak juga harus mengambil semua langkah yang layak untuk mencegah segala bentuk eksploitasi, kekerasan, dan penganiayaan dengan

misalnya, menjamin bentuk-bentuk yang layak dari bantuan dan dukungan yang sensitif gender dan usia bagi orang-orang penyandang cacat dan keluarga mereka serta orang-orang yang merawat mereka, termasuk melalui ketentuan tentang informasi dan pendidikan tentang bagaimana cara menghindari, mengenali, dan melaporkan kasus-kasus eksploitasi, kekerasan, dan penganiayaan. Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa pelayanan perlindungan tersebut sensitif usia, gender, dan kecacatan.

3) Dalam rangka mencegah terjadinya segala bentuk eksploitasi, kekerasan, dan penganiayaan, Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa semua fasilitas dan program yang dirancang untuk melayani orang-orang penyandang cacat dimonitor secara efektif oleh kewenangan yang independen. 4) Negara-negara Pihak harus mengambil semua

langkah yang layak untuk memajukan pemulihan fisik, kognitif, dan psikologis, rehabilitasi, dan reintegrasi sosial orang-orang penyandang cacat yang menjadi korban berbagai bentuk eksploitasi, kekerasan, atau penganiayaan, termasuk melalui adanya ketentuan mengenai pelayanan perlindungan. Pemulihan dan reintegrasi semacam itu harus terjadi di lingkungan yang mendorong kesehatan, kesejahteraan, penghormatan terhadap diri sendiri, martabat, dan kewenangan orang tersebut, serta mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan khusus berdasarkan gender dan usia. 5) Negara-negara Pihak harus menempatkan

(13)

peraturan dan kebijakan yang berfokus pada perempuan dan anak, untuk menjamin bahwa kasus-kasus eksploitasi, kekerasan, dan penganiayaan terhadap orang-orang penyandang cacat dapat diidentifikasi, diselidiki, dan, jika diperlukan, diproses secara hukum.

Pasal 17

Perlindungan terhadap integritas seseorang Setiap orang penyandang cacat memiliki hak atas penghormatan integritas fisik dan mentalnya atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lainnya.

Pasal 18

Kebebasan bergerak dan kebangsaan

1) Negara-negara Pihak harus mengakui hak orang-orang penyandang cacat atas kebebasan bergerak, kebebasan untuk memiliki tempat tinggal dan memiliki kebangsaan mereka, atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lainnya, termasuk dengan menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat:

a) Memiliki hak untuk mendapatkan dan mengubah kebangsaannya dan untuk tidak dirampas kebangsaannya secara sewenang-wenang atau atas dasar kecacatan mereka;

b) Tidak dirampas kemampuan mereka untuk memperoleh, memiliki, dan menggunakan dokumen-dokumen kebangsaan mereka atau dokumen-dokumen identifikasi lainnya, atau untuk menggunakan proses-proses yang relevan seperti proses imigrasi atas dasar kecacatan mereka, yang mungkin diperlukan untuk memfasilitasi pelaksanaan hak atas kebebasan berpindah;

c) Bebas untuk meninggalkan negara mana pun, termasuk negaranya sendiri;

d) Tidak dirampas haknya untuk memasuki negaranya sendiri secara sewenang-wenang atau atas dasar kecacatan mereka;

2) Anak-anak penyandang cacat harus didaftar segera setelah kelahirannya dan harus memiliki hak atas nama, hak untuk mendapatkan kebangsaan, dan sejauh mungkin hak untuk mengetahui tentang dan dirawat oleh orangtuanya.

Pasal 19

Hidup mandiri dan keterlibatan dalam masyarakat

(14)

mereka dalam komunitas, termasuk dengan menjamin bahwa:

a) Orang-orang penyandang cacat memiliki kesempatan untuk memiliki tempat tinggal mereka dan di mana serta dengan dengan siapa mereka bertempat tinggal atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, serta tidak dipaksa untuk bertempat tinggal dalam suatu pengaturan tempat tinggal yang khusus; b) Orang-orang penyandang cacat memiliki akses

atas sejumlah pelayanan dukungan dalam-rumah (in-home), residensial, dan pelayanan dukungan masyarakat lainnya, termasuk bantuan personal yang diperlukan untuk menyokong kehidupan mereka dan keterlibatan dalam komunitas, serta untuk mencegah isolasi atau segregasi dari masyarakat;

c) Pelayanan dan fasilitas masyarakat bagi masyarakat umum tersedia atas dasar kesetaraan bagi orang-orang penyandang cacat dan harus responsif terhadap kebutuhan mereka.

Pasal 20 Mobilitas personal

Negara-negara Pihak harus melakukan langkah-langkah yang efektif untuk menjamin mobilitas

personal orang-orang penyandang cacat untuk sedapat mungkin menjamin independensi mereka, termasuk dengan:

a) Memfasilitasi mobilitas personal orang-orang penyandang cacat dengan cara dan pada waktu yang mereka pilih sendiri, dan dengan biaya yang terjangkau;

b) Memfasilitasi akses bagi orang-orang penyandang cacat terhadap alat bantu mobilitas, peralatan, teknologi pendukung, dan berbagai bentuk bantuan dan mediasi kehidupan yang berkualitas, termasuk dengan menyediakan hal-hal tersebut dengan biaya yang terjangkau;

c) Menyediakan pelatihan untuk keahlian mobilitas bagi orang-orang penyandang cacat dan bagi staf spesialis yang bekerja dengan orang-orang penyandang cacat;

d) Mendorong entitas-entitas yang memproduksi alat bantu mobilitas, peralatan, dan teknologi pendukung untuk mempertimbangkan segala aspek dari mobilitas bagi orang-orang penyandang cacat.

Pasal 21

Kebebasan berekspresi dan berpendapat, serta akses terhadap informasi

(15)

atas kebebasan berekspresi dan berpendapat, termasuk kebebasan untuk mencari, menerima, dan memberikan informasi dan ide-ide atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, serta melalui segala bentuk komunikasi yang mereka pilih, sebagaimana didefinisikan dalam pasal 2 Konvensi ini, termasuk dengan:

a) Menyediakan informasi yang dimaksudkan untuk konsumsi masyarakat umum kepada orang-orang penyandang cacat dalam bentuk yang dapat diakses dan teknologi yang layak bagi berbagai jenis kecacatan pada waktu yang tepat dan tanpa adanya biaya tambahan;

b) Menerima dan memfasilitasi penggunaan bahasa isyarat, Braille, komunikasi augmentatif dan alternatif, serta semua sarana lain yang dapat diakses, berbagai cara dan bentuk komunikasi yang dipilih oleh orang-orang penyandang cacat dalam interaksi formal;

c) Mendorong entitas-entitas privat yang menyediakan pelayanan bagi masyarakat umum, termasuk melalui Internet, untuk menyediakan informasi dan pelayanan dalam bentuk yang dapat diakses dan digunakan bagi orang-orang penyandang cacat;

d) Mendorong media massa, termasuk penyedia informasi melalui Internet, untuk membuat pelayanan yang dapat diakses oleh orang-orang penyandang cacat;

e) Mengakui dan memajukan penggunaan bahasa isyarat.

Pasal 22

Penghormatan terhadap privasi

1) Tidak ada penyandang cacat, di mana pun ia tinggal atau bagaimana pun pengaturan tempat tinggalnya, dapat menjadi subyek intervensi yang sewenang-wenang atau tidak berdasarkan hukum dalam hal privasinya, keluarganya, rumah atau korespondensinya, atau bentuk-bentuk komunikasi lainnya, atau menjadi subyek serangan yang tidak berdasarkan hukum terhadap harga diri dan reputasinya. Orang-orang penyandang cacat berhak atas perlindungan hukum terhadap intervensi atau serangan semacam itu.

2) Negara-negara Pihak harus melindungi privasi atas informasi personal, kesehatan, dan rehabilitasi orang-orang penyandang cacat atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain.

Pasal 23

Penghormatan terhadap rumah dan keluarga 1) Negara-negara Pihak harus mengambil

(16)

hubungan personal atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, dengan menjamin bahwa:

(a) Hak semua orang penyandang cacat yang mencapai usia perkawinan untuk menikahi dan untuk membentuk keluarga atas dasar persetujuan yang bebas dan penuh dari pasangan mereka harus diakui;

(b) Hak orang-orang penyandang cacat untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab atas jumlah dan jarak waktu (spacing) anak-anak mereka serta untuk mendapatkan akses mengenai informasi kelayakan-usia, pendidikan perencanaan keluarga dan reproduksi harus diakui, dan berbagai sarana yang diperlukan untuk memampukan mereka melaksanakan hak-hak tersebut harus tersedia; (c) Orang-orang penyandang cacat, termasuk

anak-anak, mempertahankan kesuburan (fertility) mereka atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain.

2) Negara-negara Pihak harus menjamin hak dan tanggung jawab terhadap orang-orang penyandang cacat, berkaitan dengan perwalian dan adopsi anak-anak atau institusi-institusi yang serupa, di mana konsep-konsep ini tercantum dalam peraturan nasional; kepentingan terbaik si anak harus menjadi tolak ukur dalam semua kasus. Negara-negara Pihak harus memberikan bantuan yang layak bagi orang-orang penyandang cacat

dalam melaksanakan tanggung jawab merawat anak-anak mereka.

3) Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa anak-anak penyandang cacat memiliki hak yang setara berkaitan dengan kehidupan keluarga. Dengan tujuan untuk mewujudkan hak-hak ini, dan untuk mencegah penyembunyian, penyia-nyiaan, pengabaian, dan segregasi anak-anak penyandang cacat, Negara-negara Pihak harus menyediakan informasi yang sedini mungkin dan komprehensif, pelayanan dan dukungan bagi anak-anak penyandang cacat dan keluarga mereka.

4) Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa seorang anak tidak boleh dipisahkan dari orangtuanya tanpa ijin orangtuanya, kecuali ketika pihak berwenang yang kompeten dengan berdasarkan pada suatu tinjauan yudisial dan sesuai dengan hukum dan prosedur yang berlaku menentukan bahwa pemisahan tersebut diperlukan bagi kepentingan terbaik si anak. Dalam kasus apapun, seorang anak tidak dapat dipisahkan dari orangtuanya atas dasar kecacatan baik kecacatan si anak maupun orangtuanya.

5) Ketika keluarga tidak mampu merawat seorang anak penyandang cacat, Negara-negara Pihak harus melakukan segala upaya untuk menyediakan perawatan alternatif di tingkat keluarga besarnya, dan jika hal tersebut tidak dimungkinkan, di tingkatan masyarakat sesuai dengan struktur keluarga.

(17)

Pendidikan

1) Negara-negara Pihak mengakui hak orang-orang penyandang cacat atas pendidikan. Dengan tujuan untuk mewujudkan hak ini tanpa diskriminasi dan atas dasar kesetaraan kesempatan, Negara-negara Pihak harus menjamin suatu sistem pendidikan yang inklusif di semua tingkatan dan pembelajaran jangka panjang yang ditujukan untuk:

a) Pengembangan potensi manusia yang sepenuhnya dan perasaan martabat dan harga diri, serta penguatan penghormatan terhadap hak asasi manusia, kebebasan mendasar, dan keragaman manusia;

b) Pengembangan personalitas, bakat, dan kreativitas, serta kemampuan mental dan fisik orang-orang penyandang cacat sejauh potensi mereka memungkinkan;

c) Memampukan orang-orang penyandang cacat untuk berpartisipasi secara efektif di masyarakat yang bebas;

d) Dalam mewujudkan hak ini, Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa:

e) Orang-orang penyandang cacat harus dimasukkan dalam sistem pendidikan umum atas dasar kecacatan, dan bahwa anak-anak penyandang cacat harus dapat mengikuti pendidikan dasar wajib secara gratis, atau pendidikan tingkat kedua atas dasar kecacatan; f) Anak-anak penyandang cacat dapat mengakses

pendidikan dasar yang gratis dan pendidikan

tingkat kedua yang berkualitas dan inklusif atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain dalam masyarakat di mana mereka tinggal; g) Akomodasi yang selayaknya yang dibutuhkan

oleh individu-individu tersedia;

h) Orang-orang penyandang cacat menerima dukungan yang dibutuhkan, dalam sistem pendidikan umum, untuk memfasilitasi pendidikan mereka secara efektif;

i) Tersedia sarana-sarana pendukung individual yang efektif dalam lingkungan yang memaksimalkan pengembangan akademik dan sosial, yang konsisten dengan tujuan dan inklusi secara penuh.

2) Negara-negara Pihak harus memampukan orang-orang penyandang cacat untuk belajar mengenai kehidupan dan keahlian pengembangan sosial untuk memfasilitasi partisipasi mereka secara penuh dan setara dalam pendidikan dan sebagai anggota masyarakat. Untuk itu, Negara-negara Pihak harus mengambil langkah-langkah yang layak, termasuk:

a) Memfasilitasi pembelajaran Braille, tulisan alternatif, cara-cara augmentatif dan alternatif, cara dan bentuk komunikasi serta keahlian orientasi dan mobilitas, dan memfasilitasi dukungan dan mentoring dari kelompok teman; b) Memfasilitasi pembelajaran bahasa isyarat dan

(18)

c) Menjamin bahwa pendidikan orang-orang, dan khususnya anak-anak, yang tunanetra, tunarungu, serta tunanetra dan tunarungu, diberikan dalam bahasa dan cara yang layak bagi individu, dan dalam lingkungan yang memaksimalkan pengembangan akademik dan sosial.

3) Dalam rangka membantu menjamin perwujudan hak ini, Negara-negara Pihak harus mengambil langkah-langkah untuk mempekerjakan, termasuk guru-guru penyandang cacat, yang berkualifikasi dalam hal bahasa isyarat dan/atau Braille, dan untuk melatih para profesional dan staf yang bekerja di setiap tingkatan pendidikan. Pelatihan semacam itu harus memasukkan penyadaran tentang kecacatan dan penggunaan cara-cara augmentatif dan alternatif yang layak, sarana dan bentuk komunikasi, teknik-teknik dan materi-materi pendidikan untuk mendukung orang-orang penyandang cacat.

4) Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat dapat mengakses pendidikan umum tingkat ketiga, pelatihan kejuruan, pendidikan orang dewasa, dan pembelajaran jangka panjang tanpa diskriminasi dan atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain. Untuk itu, Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa akomodasi yang layak tersedia bagi orang-orang penyandang cacat.

Pasal 25

Kesehatan

Negara-negara Pihak mengakui bahwa orang-orang penyandang cacat memiliki hak untuk menikmati pelayanan kesehatan yang setinggi mungkin dapat dicapai tanpa diskriminasi atas dasar kecacatan. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang layak untuk menjamin akses orang-orang penyandang cacat atas pelayanan kesehatan yang sensitif-gender, termasuk rehabilitasi yang berkaitan dengan kesehatan. Khususnya, Negara-negara Pihak harus:

a) Menyediakan bagi orang-orang penyandang cacat dengan pelayanan dan program-program kesehatan yang layak, berkualitas, dan bebas biaya, sebagaimana disediakan bagi orang-orang lain, termasuk di bidang kesehatan seksual dan reproduksi serta program-program kesehatan publik yang berdasarkan pada populasi;

b) Menyediakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh orang-orang penyandang cacat karena kecacatan mereka, termasuk identifikasi di tahap awal dan intervensi yang diperlukan, serta pelayanan yang dirancang untuk meminimalisir dan mencegah kecacatan lebih lanjut, termasuk di antara anak-anak dan orang-orang tua;

(19)

orang-orang tersebut bertempat tinggal, termasuk di daerah-daerah pedesaan;

d) Menyediakan profesional medis untuk memberikan perawatan kepada orang-orang penyandang cacat dengan kualitas yang sama seperti pada orang-orang lainnya, termasuk atas dasar persetujuan yang diberikan secara bebas dan diketahui secara menyeluruh, misalnya dengan meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia, martabat manusia, otonomi dan kebutuhan orang-orang penyandang cacat melalui pelatihan dan penyebarluasan standar-standar etika pelayanan kesehatan publik dan privat;

e) Melarang diskriminasi terhadap orang-orang penyandang cacat dalam ketentuan tentang asuransi kesehatan, dan asuransi jiwa di mana asuransi semacam itu diperkenankan dalam hukum nasional, yang harus disediakan dengan cara yang adil dan layak;

f) Mencegah diskriminasi atas penyangkalan pemberikan perawatan kesehatan atau pelayanan kesehatan atau makan dan cairan atas dasar kecacatan.

Pasal 26

Habilitasi (habilitation) dan Rehabilitasi

1)

Negara-negara Pihak harus mengambil

langkah-langkah yang efektif dan layak, termasuk melalui dukungan kelompok teman, untuk memampukan orang-orang penyandang cacat untuk mencapai

dan mempertahankan kemandirian yang semaksimal mungkin, kemampuan fisik, mental, sosial, dan kejuruan yang penuh, serta keterlibatan dan partisipasi secara penuh dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk itu, Negara-negara Pihak harus mengorganisir, memperkuat, dan memperluas pelayanan dan program-program habilitasi (habilitation) dan rehabilitasi yang komprehensif, khususnya di bidang kesehatan, pekerjaan, pendidikan, dan pelayanan sosial, dalam suatu cara di mana pelayanan dan program-program tersebut:

(a) Dimulai pada usia sedini mungkin, dan didasarkan pada penilaian multidisipliner dari kebutuhan dan kekuatan setiap individu;

(b) Mendukung partisipasi dan keterlibatan dalam masyarakat dan segala aspek dari masyarakat, bersifat sukarela, dan tersedia bagi orang-orang penyandang cacat sedekat mungkin dengan masyarakat mereka, termasuk di daerah-daerah pedesaan

2)

Negara-negara Pihak harus memajukan pengembangan pelatihan di tingkat awal dan berkelanjutan bagi para profesional dan staf yang bekerja untuk pelayanan habilitasi (habilitation) dan rehabilitasi.

(20)

berkaitan dengan habilitasi (habilitation) dan rehabilitasi.

Pasal 27 Pekerjaan

1) Negara-negara Pihak mengakui hak orang-orang penyandang cacat, atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain; termasuk hak atas kesempatan untuk hidup melalui pekerjaan yang dipilih secara bebas atau diterima di pasar tenaga kerja serta lingkungan kerja yang terbuka, inklusif, dan dapat diakses oleh orang-orang penyandang cacat. Negara-negara Pihak harus menjamin dan memajukan perwujudan hak atas pekerjaan, termasuk bagi mereka yang mengalami kecacatan pada saat melaksanakan pekerjaan, dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, termasuk melalui peraturan untuk, antara lain:

a) Melarang diskriminasi atas dasar kecacatan dalam seluruh hal berkaitan dengan sega bentuk pekerjaan, termasuk kondisi rekrutmen, pemberian pekerjaan, keberlanjutan pekerjaan, pengembangan karir, serta kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat;

b) Melindungi hak orang-orang penyandang cacat, atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lainnya, atas kondisi kerja yang adil dan

menyenangkan, termasuk kesempatan dan penggajian yang setara untuk pekerjaan yang memiliki nilai yang sama, kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat, termasuk perlindungan dari pelecehan, dan pemberian ganti rugi;

c) Menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat mampu melaksanakan hak-hak ketenagakerjaan dan serikat buruh mereka atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain; d) Memampukan orang-orang penyandang cacat

untuk mendapatkan akses efektif atas program-program panduan teknis dan kejuruan umum, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan pelatihan kejuruan yang berkelanjutan;

e) Memajukan kesempatan atas pekerjaan dan pengembangan karir bagi orang-orang penyandang cacat di pasar tenaga kerja, serta bantuan untuk menemukan, memperoleh, meneruskan, dan kembali ke pekerjaan;

f) Memajukan kesempatan untuk bekerja sendiri, perusahaan swasta, pengembangan kerja sama dan memulai bisnis sendiri;

g) Mempekerjakan orang-orang penyandang cacat di sektor publik;

(21)

i) Menjamin bahwa akomodasi yang selayaknya tersedia bagi orang-orang penyandang cacat di tempat-tempat kerja;

j) Memajukan akuisisi pengalaman kerja bagi orang-orang penyandang cacat di pasar tenaga kerja terbuka;

k) Memajukan rehabilitasi kejuruan dan profesional, program-program pengembalian pekerjaan bagi orang-orang penyandang cacat.

2) Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat tidak diperbudak, dan dilindungi dari kerja paksa atau kerja wajib atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain.

Pasal 28

Standar kehidupan yang layak dan jaminan sosial

1) Negara-negara Pihak mengakui hak orang-orang penyandang cacat atas standar kehidupan yang layak bagi diri mereka dan keluarganya, termasuk makanan yang cukup, pakaian, dan perumahan, serta perbaikan berkelanjutan terhadap kondisi kehidupan, dan harus mengambil langkah-langkah yang layak untuk melindungi dan memajukan perwujudan hak ini tanpa diskriminasi atas dasar kecacatan.

2) Negara-negara Pihak mengakui hak orang-orang penyandang cacat atas jaminan sosial dan atas penikmatan hak tersebut tanpa diskriminasi atas

dasar kecacatan, dan harus mengambi langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi dan memajukan perwujudan hak ini, termasuk langkah-langkah:

a) Untuk menjamin akses yang sama bagi orang-orang penyandang cacat atas pelayanan air bersih, dan untuk menjamin akses terhadap pelayanan, peralatan, dan bantuan lainnya yang layak dan terjangkau untuk kebutuhan yang berkaitan dengan kecacatan;

b) Untuk menjamin akses bagi orang-orang penyandang cacat, khususnya perempuan dan anak-anak perempuan penyandang cacat serta orang-orang tua penyandang cacat, atas program jaminan sosial dan program-program pengentasan kemiskinan;

c) Untuk menjamin akses bagi orang-orang penyandang cacat dan keluarga mereka yang hidup dalam kemiskinan atas bantuan dari Negara melalui anggaran yang berkaitan dengan penyandang cacat, termasuk pelatihan, konseling, bantuan finansial, dan perawatan yang cukup;

d) Untuk menjamin akses bagi orang-orang penyandang cacat atas program-program perumahan publik;

e) Untuk menjamin akses yang sama bagi orang-orang penyandang cacat atas keuntungan dan program-program pensiun.

(22)

Partisipasi dalam kehidupan politik dan publik Negara-negara Pihak harus menjamin hak politik orang-orang penyandang cacat dan kesempatan untuk menikmati hak-hak tersebut atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, dan harus melakukan tindakan-tindakan untuk:

a) Menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat dapat berpartisipasi dalam kehidupan politik dan publik secara penuh dan efektif, baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang dipilih secara bebas, termasuk hak dan kesempatan bagi orang-orang penyandang cacat untuk memilih dan dipilih, antara lain dengan:

1. Menjamin bahwa prosedur, fasilitas, dan materi pemilihan layak, dapat diakses, serta mudah dipahami dan digunakan;

2. Melindungi hak orang-orang penyandang cacat untuk memilih di kotak pemilihan rahasia dalam pemilihan umum dan referendum publik tanpa mengalami intimidasi, serta untuk mengikuti pemilihan dan untuk dipilih sebagai pejabat publik secara efektif dan melaksanakan semua fungsi publik di semua tingkatan pemerintahan, memfasilitasi penggunaan teknologi pendukung dan baru ketika diperlukan;

3. Menjamin kebebasan berekspresi orang-orang penyandang cacat sebagai pemilih dan untuk itu, ketika diperlukan dan atas permintaan orang-orang penyandang cacat, memberikan bantuan dalam proses pemilihan oleh orang yang mereka pilih sendiri;

b) Memajukan secara aktif suatu lingkungan di mana orang-orang penyandang cacat dapat berpartisipasi secara efektif dan penuh dalam pelaksanaan persoalan-persoalan publik, tanpa diskriminasi dan atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, dan mendorong partisipasi mereka dalam persoalan-persoalan publik, termasuk:

1. Partisipasi dalam dalam organisasi-organisasi nonpemerintah dan asosiasi yang perduli terhadap kehidupan publik dan politik dalam negara, dan dalam kegiatan-kegiatan dan administrasi partai-partai politik;

2. Membentuk dan bergabung dalam organisasi orang-orang penyandang cacat untuk mewakili orang-orang penyandang cacat di tingkat internasional, nasional, regional, dan lokal.

Pasal 30

(23)

1) Negara-negara Pihak mengakui hak orang-orang penyandang cacat untuk mengambil bagian dalam kehidupan budaya atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, dan harus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat:

a) Menikmati akses terhadap materi-materi budaya dalam bentuk yang dapat diakses;

b) Menikmati akses terhadap program-program televisi, film, teater, dan kegiatan-kegiatan budaya lainnya dalam bentuk yang dapat diakses;

c) Menikmati akses terhadap tempat-tempat pertunjukan atau pelayanan budaya, seperti teater, museum, sinema, perpustakaan, dan pelayanan turisme, dan sejauh mungkin menikmati akses terhadap monumen-monumen dan tempat-tempat budaya nasional yang penting.

2) Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang layak untuk memampukan orang-orang penyandang cacat untuk memiliki kesempatan mengembangkan dan menggunakan kreativitas, potensi artistik dan intelektual mereka, tidak hanya bagi keuntungan pribadi mereka tetapi juga bagi pengayaan masyarakat.

3) Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang diperlukan sesuai dengan hukum internasional untuk menjamin bahwa hukum yang

melindungi hak kekayaan intelektual tidak memuat hambatan yang tidak beralasan atau diskriminatif bagi akses orang-orang penyandang cacat atas materi-materi budaya.

4) Atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, orang-orang penyandang cacat berhak atas pengakuan dan dukungan terhadap budaya spesifik serta identitas bahasa mereka, termasuk bahasa isyarat dan budaya tunarungu.

5) Dengan tujuan untuk memampukan orang-orang penyandang cacat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan rekreasi, waktu luang, dan olahraga atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain, Negara-negara Pihak harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan:

a) Untuk mendorong dan memajukan partisipasi orang-orang penyandang cacat dalam pengarusutamaan kegiatan olahraga di segala tingkatan;

b) Untuk menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat memiliki kesempatan untuk mengorganisir, mengembangkan, dan berpartisipasi dalam olahraga khusus untuk penyandang cacat dan kegiatan rekreasi, dan atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain mendorong adanya ketentuan mengenai instruksi, pelatihan, dan sumber daya yang layak;

(24)

d) Untuk menjamin bahwa anak-anak penyandang cacat memiliki akses yang sama dengan anak-anak lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan permainan, rekreasi dan waktu luang, serta olahraga, termasuk kegiatan-kegiatan dalam sistem sekolah;

e) Untuk menjamin bahwa orang-orang penyandang cacat memiliki akses atas pelayanan dari mereka yang terlibat dalam pengorganisasian kegiatan-kegiatan rekreasi, turisme, waktu luang, dan olahraga.

Pasal 31

Statistik dan pengumpulan data

1) Negara-negara Pihak melakukan pengumpulan informasi yang diperlukan, termasuk data statistik dan data penelitian, untuk memampukan mereka memformulasikan dan melaksanakan kebijakan dalam rangka memberikan dampak bagi Konvensi ini. Proses pengumpulan dan mendapatkan informasi tersebut harus:

a) Sesuai dengan perlindungan yang telah dibentuk secara sah, termasuk peraturan tentang perlindungan data untuk menjamin kerahasiaan dan penghormatan terhadap privasi orang-orang penyandang cacat;

b) Sesuai dengan norma-norma yang diterima secara internasional untuk melindungi hak asasi manusia dan kebebasan mendasar serta

prinsip-prinsip etika dalam pengumpulan dan penggunaan statistik.

2)

Informasi yang dikumpulkan sesuai dengan pasal ini harus tidak teragregasi (disaggregated) sebagaimana layaknya, dan digunakan untuk membantu pelaksanaan kewajiban Negara-negara Pihak berdasarkan Konvensi ini serta untuk mengidentifikasi dan menangani hambatan-hambatan yang dihadapi oleh orang-orang penyandang cacat dalam melaksanakan hak mereka.

3) Negara-negara Pihak harus melaksanakan tanggung jawab mereka bagi diseminasi statistik tersebut dan menjamin aksesibilitasnya bagi orang-orang penyandang cacat dan orang-orang lainnya.

Pasal 32

Kerja sama internasional

(25)

cacat. Langkah-langkah ini dapat termasuk, antara lain:

a) Menjamin bahwa kerja sama internasional, termasuk program-program pembangunan internasional, bersifat inklusif dan dapat diakses oleh orang-orang penyandang cacat; b) Memfasilitasi dan mendukung pengembangan

kapasitas, termasuk melalui pertukaran dan berbagi informasi, pengalaman, program-program pelatihan, dan praktik-praktik terbaik; c) Memfasilitasi kerja sama di bidang penelitian

dan akses terhadap pengetahuan ilmiah dan teknis;

d) Sebagaimana diperlukan, menyediakan bantuan teknis dan ekonomi, termasuk dengan memfasilitasi akses terhadap dan pertukaran teknologi pendukung yang dapat diakses, dan melalui transfer teknologi.

2) Ketentuan-ketentuan dalam pasal ini adalah tanpa prasangka terhadap kewajiban setiap Negara Pihak untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan Konvensi ini.

Pasal 33

Pelaksanaan di tingkat nasional dan monitoring

1)

Negara-negara Pihak, sesuai dengan sistem

organisasi mereka, harus merancang satu atau lebih focal points dalam pemerintahan mereka untuk persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

pelaksanaan Konvensi ini, dan harus diberikan pertimbangan bagi pembentukan atau pembuatan suatu mekanisme koordinasi di dalam pemerintahan untuk memfasilitasi tindakan yang berkaitan di berbagai sector dan di berbagai tingkatan yang berbeda.

2) Negara-negara Pihak, sesuai dengan sistem hukum dan administrasi mereka, harus mempertahankan, memperkuat, merancang, atau membentuk suatu kerangka kerja di dalam Negara Pihak termasuk satu atau lebih mekanisme independen, sebagaimana diperlukan, untuk memajukan, melindungi, dan memonitor pelaksanaan Konvensi ini. Ketika merancang atau membentuk mekanisme tersebut, Negara-negara Pihak harus mempertimbangkan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan status dan fungsi institusi nasional bagi perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia. 3) Masyarakat sipil, khususnya orang-orang

penyandang cacat dan organisasi-organisasi perwakilan mereka, harus dilibatkan dan berpartisipasi penuh dalam proses monitoring.

Pasal 34

Komite untuk Hak Penyandang Cacat

1) Akan dibentuk suatu Komite untuk Hak Penyandang Cacat (setelah ini akan disebut sebagai “Komite”) yang akan melaksanakan fungsi sebagaimana dijabarkan berikut ini.

(26)

enam puluh ratifikasi atau aksesi terhadap Konvensi, keanggotaan Komite akan ditambah enam orang anggota, dengan maksimum jumlah anggota delapan belas.

3) Anggota Komite berfungsi dalam kapasitas personal mereka dan harus memiliki moral yang tinggi dan diakui kompetensi dan pengalamannya di bidang yang diuraikan dalam Konvensi ini. Ketika menominasikan kandidatnya, Negara-negara Pihak diundang untuk memberikan pertimbangan bagi ketentuan yang dinaytakan di pasal 4.3 dari Konvensi ini.

4) Anggota Komite harus dipilih oleh Negara-negara Pihak, dengan pertimbangan diberikan pada distribusi geografis yang setara, perwakilan dari berbagai bentuk peradaban dan prinsip sistem hukum, perwakilan yang seimbang secara gender, serta partisipasi para ahli mengenai kecacatan. 5) Anggota Komite dipilih melalui pemilihan rahasia

dari suatu daftar orang-orang yang dinominasikan oleh Negara-negara Pihak yang merupakan warga negara mereka dalam pertemuan-pertemuan Konferensi Negara-negara Pihak. Pada pertemuan-pertemuan tersebut, di mana dua per tiga Negara Pihak harus hadir untuk mencapai quorum, maka orang-orang yang dipilih sebagai Komite adalah mereka yang memperoleh suara terbanyak dan mayoritas absolut dari perwakilan Negara-negara Pihak yang hadir dan memilih.

6) Pemilihan di tahap awal harus dilakukan tidak lebih dari enam bulan setelah tanggal pemberlakuan Konvensi ini. Setidaknya empat

bulan sebelum tanggal setiap pemilihan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus mengirimkan surat kepada Negara-negara Pihak yang mengundang mereka untuk memberikan nominasi dalam waktu dua bulan. Sekretaris Jenderal kemudian akan menyiapkan suatu daftar dengan urutan abjad dari semua orang yang dinominasikan tersebut, yang mengindikasikan Negara Pihak yang menominasikan mereka, dan memberikan daftar tersebut kepada Negara-negara Pihak Konvensi ini.

7) Anggota Komite akan dipilih untuk jangka waktu empat tahun. Mereka dapat dipilih kembali sebanyak satu kali. Namun, jangka waktu enam dari anggota terpilih pada saat pertama kali akan berakhir pada tahun kedua; segera setelah pemilihan pertama, nama-nama dari enam anggota tersebut harus dipilih melalui pengundian oleh pimpinan pertemuan sebagaimana dirujuk pada ayat 5 dari pasal ini.

8) Pemilihan enam anggota tambahan Komite akan dilaksanakan pada saat permilihan regular, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dari pasal ini.

(27)

ketentuan-ketentuan yang berkaitan dalam pasal ini, untuk menggantikan anggota tersebut selama sisa jangka waktunya.

10) Komite akan membuat tata cara prosedurnya sendiri.

11) Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus menyediakan staf dan fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan fungsi Komite secara efektif berdasarkan Konvensi ini, dan harus mengatur pertemuan pertamanya.

12) Dengan persetujuan Majelis Umum, anggota Komite yang dibentuk berdasarkan Konvensi ini akan menerima emoluments dari sumber-sumber Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kondisi-kondisi sebagaimana ditentukan oleh Majelis Umum, sesuai dengan pentingnya tanggung jawab Komite ini.

13) Anggota Komite berhak atas fasilitas, keuntungan, dan imunitas yang dimiliki oleh para ahli untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagaimana ditentukan dalam bagian yang berkaitan dalam Konvnesi tentang Keuntungan dan Imunitas Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 35

Laporan oleh Negara-negara Pihak

1) Setiap Negara Pihak harus menyerahkan suatu laporan yang komprehensif mengenai langkah-langkah yang telah diambil yang memberikan

dampak bagi kewajibannya berdasarkan Konvensi ini dan tentang perkembangan yang dilakukan berkaitan dengan hal tersebut, kepada Komite melalui Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam jangka waktu dua tahun setelah berlakunya Konvensi ini bagi Negara Pihak yang bersangkutan.

2) Setelah itu, Negara-negara Pihak harus menyerahkan laporan selanjutnya setiap empat tahun sekali dan ketika diminta oleh Komite.

3) Komite akan menentukan panduan yang dapat digunakan sebagai isi dari laporan.

4) Negara Pihak yang telah menyerahkan laporan awal yang komprehensif kepada Komite tidak perlu mengulangi informasi yang telah diberikan dalam laporan berikutnya. Ketika menyiapkan laporan bagi Komite, Negara-negara Pihak diajak untuk membuat laporan tersebut melalui proses yang terbuka dan transparan dan memberikan pertimbangan bagi ketentuan yang diatur dalam pasal 4.3 dari Konvensi ini.

5) Laporan dapat mengindikasikan faktor-faktor dan kesulitan-kesulitan yang mempengaruhi tingkat pemenuhan kewajiban berdasarkan Konvensi ini.

Pasal 36

Pertimbangan terhadap laporan

(28)

Negara Pihak yang bersangkutan. Negara Pihak dapat memberikan reaksi terhadap informasi apa pun yang dipilihnya kepada Komite. Komite dapat meminta informasi lebih dari Negara-negara Pihak berkaitan dengan pelaksanaan Konvensi ini.

2) Jika Negara Pihak sangat terlambat menyerahkan laporannya, maka Komite dapat memberitahukan Negara Pihak yang bersangkutan tentang kebutuhan untuk memeriksa pelaksanaan Konvensi ini di Negara Pihak tersebut, atas dasar informasi yang dapat dipercaya yang tersedia bagi Komite, jika laporan yang relevan tidak diberikan dalam jangka waktu tiga bulan setelah pemberitahuan tersebut. Jika Negara Pihak memberikan reaksi dengan menyerahkan laporan yang berkaitan, maka ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 pasal ini akan diberlakukan.

3) Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus menyediakan semua laporan Negara Pihak. 4) Negara-negara Pihak harus menyediakan laporan

mereka terbuka bagi publik di negara mereka sendiri dan memfasilitasi akses terhadap usulan dan rekomendasi umum berkaitan dengan laporan tersebut.

5) Komite harus memberikan laporan Negara-negara Pihak kepada agen-agen khusus, lembaga-lembaga dana, dan program-program Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta lembaga-lembaga lain yang relevan, dalam rangka menyikapi suatu permintaan atau indikasi akan adanya kebutuhan akan nasihat dan bantuan teknis yang tercantum di sini, sesuai dengan pengamatan dan rekomendasi Komite jika

diperlukan atas dasar permintaan atau indikasi tersebut.

Pasal 37

Kerja sama antara Negara-negara Pihak dan Komite

1) Setiap Negara Pihak harus bekerja sama dengan Komite dan membantu anggotanya dalam memenuhi mandat mereka.

2) Berkaitan dengan Negara-negara Pihak, Komite harus memberikan pertimbangan terhadap cara dan sarana peningkatan kapasitas nasional bagi pelaksanaan Konvensi ini, termasuk melalui kerja sama internasional.

Pasal 38

Hubungan antara Komite dan badan-badan lLainnya

Dalam rangka mendorong pelaksanaan yang efektif dari Konvensi ini dan untuk mendorong kerja sama internasional di bidang yang diuraikan dalam Konvensi:

(29)

untuk diwakili pada saat pertimbangan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tersebut dari Konvensi ini yang sesuai dengan mandat mereka. Komite dapat mengundang agen-agen khusus dan badan-badan kompeten lainnya sebagaimana dipandang diperlukan untuk memberikan nasihat ahli tentang pelaksanaan Konvensi di bidang-bidang yang berada dalam ruang lingkup mandat mereka. Komite dapat mengundang agen-agen khusus dan organ-organ Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya untuk menyerahkan laporan tentang pelaksanaan Konvensi ini di bidang yang berada dalam ruang lingkup kegiatannya;

b) Sebagaimana diperlukan, Komite dapat berkonsultasi dengan badan-badan lain yang berkaitan yang dibentuk oleh perjanjian-perjanjian hak asasi manusia internasional dengan tujuan untuk menjamin konsistensi dengan panduan pelaporan mereka, usulan, dan rekomendasi umum, serta untuk mencegah duplikasi dan tumpang tindih dalam pelaksanaan fungsi.

Pasal 39 Laporan Komite

Komite harus menyerahkan laporan setiap dua tahun kepada Majelis Umum dan kepada Dewan Ekonomi dan Sosial mengenai kegiatan-kegiatannya, dan dapat memberikan usulan dan rekomendasi umum berdasarkan pemeriksaan terhadap laporan dan

informasi yang diterima dari Negara-negara Pihak. Usulan dan rekomendasi umum tersebut harus termasuk dalam laporan Komite beserta dengan komentar-komentar Negara Pihak jika ada.

Pasal 40

Konferensi Negara-negara Pihak

1) Negara-negara Pihak harus bertemu secara berkala dalam suatu Konferensi Negara-negara Pihak dalam rangka membicarakan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan Konvensi ini.

2) Konferensi Negara-negara Pihak harus dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa selambat-lambatnya enam bulan setelah berlakunya Konvensi. Pertemuan-pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa bienially atau atas keputusan Konferensi Negara-negara Pihak.

Pasal 41 Penyimpanan

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menyimpan Konvensi ini.

(30)

Konvensi ini akan terbuka bagi penandatanganan oleh semua Negara dan oleh organisasi-organisasi integrasi di tingkat regional di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York sampai tanggal 30 Maret 2007.

Pasal 43

Persetujuan yang mengikat

Konvensi ini menjadi subyek ratifikasi oleh Negara-negara penandatangan dan konfirmasi formal oleh organisasi-organisasi integrasi di tingkat regional yang menandatanganinya. Konvensi ini akan terbuka bagi aksesi oleh Negara atau organisasi integrasi regional mana pun yang belum menandatangani Konvensi ini.

Pasal 44

Organisasi-organisasi integrasi regional 1) “Organisasi-organisasi integrasi regional” berarti

suatu organisasi yang dibentuk oleh Negara-negara yang merdeka di suatu wilayah, di mana Negara-negara anggotanya memberikan kompetensinya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang diatur dalam Konvensi ini. Organisasi-organisasi semacam ini harus menyatakan kompetensi mereka berkaitan dengan persoalan-persoalan yang diatur dalam Konvensi ini dalam instrumen konfirmasi atau aksesi formal mereka. Kemudian, mereka harus memberikan informasi tentang penyimpanan modifikasi

substansial apa pun yang dilakukan berkaitan dengan kompetensi mereka.

2) Rujukan pada “Negara-negara Pihak” dalam Konvensi ini berlaku bagi organisasi-organsiasi dalam keterbatasan kompetensi mereka.

3) Untuk memenuhi tujuan di pasal 45, ayat 1 dan pasal 47 ayat 2 dan 3, maka setiap instrumen yang disimpan oleh organisasi integrasi regional tidak akan diperhitungkan.

4) Organisasi integrasi regional, dalam persoalan yang berada dalam kompetensi mereka, dapat melaksanakan hak untuk memilih pada Konferensi Penyandang Cacat, dengan jumlah suara yang sama dengan jumlah Negara anggota mereka yang menjadi Pihak pada Konvensi ini. Organisasi semacam itu tidak boleh melaksanakan hak untuk memilih jika salah satu anggota Negara melaksanakan hak-hak mereka, dan demikian sebaliknya.

Pasal 46 Pemberlakuan

1) Konvensi ini berlaku pada hari ketiga belas setelah penyimpanan instrumen ratifikasi atau aksesi yang kedua puluh.

(31)

hari ketiga belas setelah penyimpanan instrumennya.

Pasal 47 Reservasi

1) Reservasi yang tidak sesuai dengan tujuan Protokol ini tidak diperkenankan.

2) Reservasi dapat dibatalkan kapan saja.

Pasal 48 Amendemen

1) Setiap Negara Pihak dapat mengusulkan suatu amendemen terhadap Konvensi ini dan menyerahkannya kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekretaris Jenderal akan mengkomunikasikan usulan amendemen tersebut kepada Negara-negara Pihak, dengan suatu permintaan untuk diberitahukan apakah mereka menginginkan suatu konferensi Negara-negara Pihak untuk mempertimbangkan dan memutuskan proposal tersebut. Dalam hal tersebut, dalam jangka waktu empat bulan setelah komunikasi, setidaknya satu per tiga Negara Pihak menginginkan konferensi, maka Sekretaris Jenderal akan melaksanakan konferensi dengan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Amendemen yang diadopsi oleh mayoritas dua per tiga Negara Pihak yang hadir dan memilih akan diserahkan oleh Sekretaris Jenderal kepada

Majelis Umum agar disetujui dan kemudian kepada semua Negara Pihak untuk diterima.

2) Suatu amendemen yang diadopsi dan disetujui sesuai dengan ayat 1 pasal ini akan diberlakukan pada hari ketiga belas setelah jumlah instrumen penerimaan yang disimpan mencapai dua per tiga dari jumlah Negara Pihak pada tanggal adopsi amendemen tersebut. Kemudian, amendemen akan mulai berlaku di Negara Pihak pada hari ketiga belas setelah penyimpanan instrumen penerimaannya. Amendemen bersifat mengikat hanya bagi Negara Pihak yang telah menerimanya. 3) Jika diputuskan demikian oleh Konferensi Negara-negara Pihak melalui consensus, maka suatu amendemen yang diadopsi dan disetujui sesuai dengan ayat 1 pasal ini yang berkaitan secara khusus dengan pasal 34, 38, 39, dan 40 akan mulai diberlakukan di semua Negara Pihak pada hari ketiga belas setelah jumlah instrumen penerimaan yang disimpan mencapai dua per tiga dari jumlah Negara-negara Pihak pada saat adopsi amendemen.

Pasal 48 Pengunduran Diri

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Usaha Kongregasi Suster-Suster Fransiskanes dari Santo Georgius Martir Thuine (FSGM)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa produksi enzim selulase dari mikrofungi Trichoderma reesei dengan substrat bubuk jerami padi

Suatu program yang ditulis dengan versi bahasa C tertentu akan dapat dikompilasi dengan versi bahasa C yang lain hanya dengan sedikit modifikasi.. C adalah bahasa

Pengaruh Inhalasi Magnesium Sulfat terhadap Kadar Substansi P, Respons Bronkodilator, dan Perbaikan Klinis Pasien PPOK Eksaserbasi Akut.. Supervisor 1:

Dengan didasari hal tersebut terbentuklah tujuan untuk membuat aplikasi kamus portable bahasa Indonesia – Inggris – Jawa, yang dapat digunakan di perangkat mobile.. Agar user

Untuk beban mati yang bekerja pada gording adalah beban berat sendiri yang terdiri dari berat penutup atap dan berat plafond1. Berat

Diagram Arus Data Level 2 Proses 4 4.1 Laporan Penjualan 4.3 Laporan Pembayaran Tagihan 4.2 Laporan Pembelian Barang tpenjualan admin tpembelian tbayar_tagihan 4.5 Laporan

Penelitian ini telah menguji adanya enam variabel independen yaitu produk, harga, lokasi, promosi, presentasi dan personil yang dapat mempengaruhi variabel dependen