• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Hubungan Suhu, Curah Hujan, Kelembaban, dan Kecepatan Angin Terhadap Kejadian ISPA di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015-2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“Hubungan Suhu, Curah Hujan, Kelembaban, dan Kecepatan Angin Terhadap Kejadian ISPA di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015-2016"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) 2.1.1 Defenisi ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections

(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya agent infeksi pada jaringan tubuh manusia yang berakibat terjadinya kerusakan sel atau jaringan yang patologis.Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010) ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru.

2.1.2 Patogenesis Penyakit ISPA

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu system pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsure alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu:

(2)

2. Makrofag alveoli. 3. Antibody setempat.

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah:

1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara. 2. Sindroma imotil.

3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih).

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), Makrofag banyak terdapat di alveol dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alcohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), Antibody setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah Ig A. Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahakan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi pada anak. Mereka dengan defesiensi IgA akan mengalami hal yang serupa dengan penderita yang mengalami imunodefesiensi lain, seperti penderita yang mendapat terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas dan lain-lain (immune compromised host).

(3)

1. Karakteristik Inokulum

Meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi jasad renik yang masuk. 2. Daya than tubuh

Seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa, gerak mukosilia, makrofag alveoli dan IgA.

3. Umur

Mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik yang lebih jelek bila dibandingkan dengan orang dewasa. Gambaran klinik yang jelek dan tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah.

2.1.3 Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,virus, dan riketsia. Bakteri penyebabnya antaralain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebab antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus. Jamur penyebabnya anatara lain adalah Aspergillussp, Candida albicans, dan Hitoplasma ( Widoyono,2008).

(4)

Desquamative interstitial pneumonia, Eosinofilic pneumonia ( Alsagaff dan Abdul,2010).

2.1.4 Epidemiologi ISPA

Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan tiga sampai enam kali per tahun ( rata-rata lima kali per tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk , pilek sebanyak tiga sampai enak kali per tahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan dikota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan dikota lebih tinggi daripada di desa (Widoyono,2008).

Hasil SKRT tahun1992 menunjukkan bahwa angka mortalitas pada bayi akibat penyakit ispa menduduki urutan pertama (36%) dan angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua (13%). Di Jawa Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking 1 pada 10 besar penyakit pasien rawat jalan di Puskesmas (Widoyono,2008).

2.1.5 Klasifikasi ISPA

Menurut Rasmaliah (2004),Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalaman (chest Indrawing).

(5)

3. Bukan Pneumonia: ditandai secara kilinis oleh batuk pilek, bias disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsillitis tergolong Pneumonia. Menurut Rasmaliah (2004), Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu:

1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah dan napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. 2. Bukan Pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda

tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Menurut Rasmaliah (2004), Untuk golongan umur 2 bulan samapi 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu:

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saaat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis dan meronta)

2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

(6)

2.1.6 Tanda dan Gejala ISPA.

Tanda dan gejala yang dapat diambil pada penderita penyakit ISPA yaitu:

rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kung/putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivis, suhu badan meningkat 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia, dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare (Alsagaff dan Mukty, 2010).

2.1.7 Cara Penularan Penyakit ISPA

Salah satu penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalu udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan oleh karena itu penyakit ISPA ini termasuk golongan air borne disease. Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni suatu suspense yang melayang di udara, seluruhnya dapat berupa bibit penyakit atau hanya sebagian daripadanya. Adapun bentuk aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada 2, yakni droplet nuclei ( sisa dari sekresi saluran pernapasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara) dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di udara). Penularan melalui udara adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi (Ditjen PP & PL,2004) dalam Masnitauli,2016).

2.1.8 Diagnosis ISPA

Menurut Alsagaff dan Mukty (2010), diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan:

(7)

Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 40C. untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat tersebut dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rectum. Untuk pembiakan Mikroplasma pneumonia digunakan media trypticase, soya boillon dan bovine albumin (TSB). 2. Reaksi serologis

Reaksi serologis yang digunakan antara lain, pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpso, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi nertalisasi, RIA serta ELISA.

3. Diagnostic virus secara langsung

(8)

dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi sekunder oleh karena bakteri.

2.1.9 Pengobatan ISPA

Menurut Rasmaliah (2004), pengobatan ISPA adalah sebagai berikut: 1. Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik

paranteral, iksiden dan sebagainya.

2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotic pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin, atau penisilin prokalin.

(9)

2.1.10 Pencegahan dan Pemberantasan. 2.1.10.1 Pencegahan Penyakit ISPA

Menurut Rasmaliah (2004), pencegahan penyakit ISPA dapat dililakukan dengan:

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. 2. Immunisasi

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. 4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. 2.1.10.2 Pemberantasan Penyakit ISPA

1. Penyuluhan kesehatan yang terutama di tunjukan pada para ibu. 2. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

3. Immunisasi. 2.2 IKLIM

2.2.1 Defenisi Iklim

Klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala cuaca, sifat cuaca dalam waktu yang panajang dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi, tempat hidup manusia, tumbuhan, dan hewan. Sedangkan meteolorologi atau ilmu cuaca adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu pendek (Guslim,2007).

(10)

adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah dari waktu ke waktu.

2.2.2. Unsur-unsur Iklim

2.2.2.1 Suhu Udara atau Temperature

Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat Celsius (0C), sedangkan di Inggris dan beberapa Negara lainnya dinyatakan dalam derajat Fahrenheit (0C) (Kartasapoetra, 2004).

Suhu udara yang dilaporkan oleh stasiun klimatologi adalah suhu udara yang diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang diletakkan di dalam sangkat meteologi yang berwarna putih pada ketinggian 1,2-1,5 meter dari permukaan tanah yang ditanami dengan rumput. Termometer alkohol dapat digunakan untuk tempat-tempat yang dingin. Suhu udara harian rata-rata adalah dihitung berdasarkan rata-rata suhu pada beberapa kali pengamatan dalam setiap periode 24 jam (sehari semalam). Frekuensi pengamatan dapat dilakukan sebanyak 8 kali, yakni setiap 3 jam sekali dan dimulai pada tengah malam; ada stasiun yang hanya melakukan 4 kali pengamatan atau setiap 6 jam sekali, yakni pada pukul 03, 09, 15, dan 21. Suhu udara maksimum dan minimum diukur dengan menggunakan termometer maksimum dan termometer minimum (Lakiman,1994).

Menurut Kartasapoetra (2004), data suhu bersal dari suhu rata-rata harian, bulanan, musiman, dan tahunan.

(11)

a. Dengan menjumlahkan suhu maksimum dan minimum hari tersebut, selanjutnya dibagi dua, dan

b. Dengan mencatat suhu setiap jam pada hari tersebut selanjutnya dibagi 24.

2. Suhu rata-rata bulanan, yaitu dengan menjumlahkan rata-rata suhu harian selanjutnya dibagi 30.

3. Suhu rata-rata tahunan, yaitu dengan menjumlahkan rata-rata suhu bulanan, yang selanjutnya dibagi 12;

4. Suhu normal adalah angka rata-rata suhu yang diambil dalam waktu 30 tahun.

Menurut Lakiman (1994), suhu maksimum tertinggi umumnya tercapai pada sekitar bulan oktober (pada akhir musim kemarau) dan suhu minimum terendah tercapai pada sekitar bulan juli dan agustus. Suhu maksimum rata-rata di Indonesia umumnya tidak melebihi 320C. hal ini terjadi karena wilayah Indonesia sebagian besar merupakan wilayah lautan.

Menurut Kartasapoetra (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi, antara lain:

1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari dan per musim. 2. Pengaruh dataran atau lautan.

3. Pengaruh ketinggian tempat. Tentang hal ini, Braak memberikan rumusan sebagai berikut: makin tinggi suatu tempat dari oermukaan laut maka suhu akan semakin rendah.

(12)

5. Pengaruh angin secara tidak langsung, misalnya angin yang membawa panas dari sumbernya secara horizontal.

6. Pengaruh panas laten ,yaitu panas yang disimpat dalam atmosfer. 7. Penutup panas, yaitu panas yang ditutup vegetasi yang mempunyai

temperature yang lebih rendah daripada tanah tanpa vegetasi. 8. Tipe tanah, tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi.

9. Pengaruh sudut dating sinar matehari. Sinar yang tegak lurus akan membuat suhu lebuh panas daripada datangnya miring.

Suhu yang tinggi atau panas dapat mengakibatkan kelelahan terhadap manusia karena hawa panas menyebabkan banyaknya keringat yang dikeluarkan, sehingga mengalami dehidrasi. Begitu juga dengan anak-anak dan balita dapat terkena penyakit flu, batuk, pilek, demam, gangguan saluran pernapasan, masuk angin, gangguan pencernaan, alergi, dan yang paling berbahaya adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Selain itu kenaikan temperatur lingkungan juga akan mempengaruhi dampak polusi udara terutama di daerah perkotaan dan berpengaruh terhadap individu dengan penyakit kronik seperti penyakit jantung, asma dan penyakit saluran pernafasan lainnya (Achmadi, 2014).

(13)

Streptococuspneumoniaea tumbuh dengan suhu optimum 37,5°C dengan batas suhu pertumbuhan 25°C - 41°C.

2.2.2.2Curah Hujan

Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Untuk dapat terjadi hujan diperlukan titik-titik kondensasi., amoniak, debu, dan asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari udara (Kartasapoetra,2004).

Menurut Kartasapoetra (2004), berdasarkan terjadinya proses presipitasi hujan dapat dibagi menjadi:

1. Hujan konveksi, yaitu suatu proses hujan yang berdasarkan atas pengembangan udara yang dipanaskan, jadi akan terus naik,. Pada kondensasi maka timbullah hujan.

2. Hujan orografis, yaitu suatu proses hujan di mana udara terpaksa naik karena adanya penghalang, misalnya gunung. Pada lereng gunung uang menghadap angindatang akan mempunyai hujan yang tinggi, sedangkan pada lereng sebelahnya dimana udara turun akan terjadi panas yang sifatnya kering.

(14)

Satuan curah hujan diukur dalam mm/inci. Curah hujan 1 mm artinya air hujan yang jatuh setelah 1 mm tidak mengalir., tidak meresap dan tidak menguap. Hari hujan artinya suatu hari di mana curah hujan kurang dari 0,5 mm per hari (Kartasapoetra,2004).

Intensifikasi hujan adalah banyaknya curah hujan per satuan jangka waktu tertentu. Sifat awan yang dapat mengakibatkan hujan oleh manusia digunakan untuk membuat hujan buatan. Dalam mempercepat huja, orang member zat yang higroskopis sebagai inti kondensasi (perak iodide, Kristal es, es kering atau CO2 padat). Zat-zat tersebut ditaburkan ke udara dengan menggunakan pesawat terbang (Kartasapoetra,2004).

Meningkatnya curah hujan akan berpengaruh terhadap perubahan suhu dan kelembaban udara. Menurut JG Ayres, et.al (2009) dalam jurnalnya mengatakan bahwa peningkatan kasus penyakit infeksi pernafasan kemungkinan dipengaruhi oleh curah hujan ekstrim yang menyebabkan suatu wilayah menjadi dingin. Musim dingin di negara-negara tropis diikuti oleh peningkatan kasus infeksi pernafasan. Ayres, et.al (2009) juga mengatakan bahwa curah hujan yang berlebihan akan membuat rumah menjadi lembab.

2.2.2.3Kelembaban

(15)

merata antara gas-gas permanen, dan istilah udara basah digunakan untuk menunjukkan campuran udara kering dengan uap air (Guslim, 2007).

Menurut kartasapoetra (2004), kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Dalam kelembaban dikenal beberapa istilah, seperti:

1. Kelembaban mutlak adalah massa uap air yang berada dalam satu satuan udara, yang dinyatakan dalam gram/m3.

2. Kelembaban spesifik, merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara, yang dinyatakan dalam gram/kilogram. 3. Kelembaban relative, merupakan perbandingan jumlah uap air di udara

dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada temperature tertentu, yang dinyatakan dalam %. Angka kelembaban relative 0-100%, dimana 0% artinya udara kering, sedang 100% artinya udara jenuh dengan uap air dimana akan terjadi titik-titik air. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relative (relative humidity, singkatan RH). kelembaban relative adalah perbandingan antara tekanan uap air actual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh. Umumnya dinyatakan dalam persen (Lakitan, 1994).

Menurut Lakitan (1994), ada beberapa pendekatan dapat dilakukan untuk mengukur kelembaban udara, yaitu:

1. Pendekatan Gravimetri.

(16)

paling akurat) untuk kelembaban udara dan dijadikan patokan untuk kalibrasi instrument-instrumen pengukuran kelembaban udara lainnya. Kelemahan pendekatan ini adalah karena tidak praktis dan butuh neraca yang sensitive dan akurat.

2. Psikrometer bola basah-bola kerinf.

Alat ini terdiri dari 2 termometer, yang disebut thermometer bola basah dan thermometer bola kering. Termometer bola basah adalah termometer air raksa yang ujung sensornya dibalut dengan kain kasa ( atau bahan lain) yang jaga harus selalu lembab, sedangkan termometer bola kering adalah termometer air raksa biasa.

3. Higrometer titik embun.

Komponen utama higrometer ini adalah sumber cahaya, cermin dan sensor cahaya, dangn pendinginan udara.

Menurut Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40 - 70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%. Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki peran besar dalam pathogenesis penyakit pernafasan.

2.2.2.4Kecepatan angin

(17)

sangat besar yang mempunyai sifat fisik ( temperature dan kelembaban) yang seragam dalam arah yang horizontal (Kartasapoetra, 2004).

Menurut Gusdim (2004) dalam klimatologi, angin mempunyai dua fungsi dasar yaitu:

1. Pemindahan panas baik dalam bentuk yang dapat diukur (sensible heat) maupun yang tersimpan (laten heat) dari lintang rendah ke lintang yang lebih tinggi dan akan membuat setimbang neraca radiasi surya antara lintang rendah dan tinggi.

2. Pemindahan uap air yang dievaporasikan dari laut ke daratan, di mana sebagian besar dikondensasikan untuk menyediakan kebutuhan air yang turun kembali sebagai hujan, kabut, atau embun.

Kecepatan angin dalam data klimatologi adalah kecepatan angin horizontal pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah yang ditanami dengan rumput. Jadi jelas merupakan angin permukaan yang kecepatannya dapat dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya (Lakitan, 1994).

Alat pengukur kecepatan angin yang umum digunakan adalah anemometer. Ada beberapa jenis anemometer yang telah dikembangkan. Jenis anemometer standar yang digunakan pada Stasiun Klimatologi adalah anemometer disesuaikan dengan tujuan penggunaannya (Lakitan, 1994).

(18)

angin sekitar 2,5% m/detik (9,0 km/jam) dan pada musim kemarau kecepatan angin sekitar 3,5% (12,6 km/jam) (Lakitan, 1994).

(19)

2.3 KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep disusun berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Variabel dependen adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Variabel independen terdiri atas suhu, curah hujan, kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi alam tersebut merupakan kondisi alam yang memengaruhi kejadian Infeksi saluran pernafasan akun (ISPA). Berdasarkan kerangka konsep dan keterbatasan data yang ada, maka kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Suhu

Curah Hujan

Infeksi Saluran pernapasan Akut

Kelembaban

Referensi

Dokumen terkait

Batasan dari penelitian ini adalah parameter input yang digunakan hanya kurs tengah rupiah terhadap dolar, lalu untuk data pengujian berjumlah 41 dan menggunakan 3 hidden layer

Hasil uji statistik variabel keberadaan genangan air di sekitar rumah kurang dari 500 meter, tidak memiliki pengaruh yang signi fi kan dengan kejadian filariasis limfatik, tidak

Dapat dilihat Gambar 1 jumlah soal yang termasuk soal pemecahan masalah matematika yang terdapat dalam buku paket siswa kelas XI peminatan dengan judul

Seluruh santri datang ke rumah-rumah (door to door), ke lembaga-lembaga, ke majlis-majlis untuk mengajak mondok sambil menyebarkan stiker, memberikan jam dinding,

Abstract — University of Lampung (Unila) as an academic institution should provide the internet service for thousands of users, monitoring the condition of electricity

Penelitian ini dilakukan di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi mutu dengan kepuasan pembelajaran laboratorium kebidanan mahasiswa

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Pemberian suplemen kalsium karbonat dosis tinggi 450 mg/ekor/hari pada tikus ovariohisterektomi (P3) akan

Reading Comprehension Strategies in secondary Content Area Classrooms: Teacher Use of and Attitudes towards Reading Comprehension Instruction.. Reading Horizons