• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tembung Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tembung Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Status Gizi Bayi

2.1.1 Pengertian Status Gizi Bayi

Supariasa (2011) menyatakan bahwa status gizi bayi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Sehingga status gizi dapat diartikan sebagai ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu).

Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang disebabkan konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh jumlah dan jenis yang dikonsumsi dan penggunaan nya dalam tubuh. Apabila konsumsi makanan dalam tubuh terganggu dapat mengakibatkan status gizi jelek dan biasanya disebut kurang gizi (Almatsier, 2006).

2.1.2 Penilaian Status Gizi dengan Metode Antropometri

(2)

tidak langsung dibagi menjadi survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supriasa, dkk, 2011).

Dimasyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Hal ini dikarenakan antropometri gizi mempunyai prosedur yang sederhana, aman, bisa dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dan dapat dilakukan dalam sampel yang besar. Alat- alat yang diperlukan juga murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesandan dibuat didaerah setempat. Metode ini juga mempunyai baku rujukan yang sudah pasti sehingga dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk (Supriasa, dkk, 2011).

Antropometri berasal dari bahasa yunani, Antropos adalah tubuh dan metros adalah ukuran, jadi antropometri nadalah ukuran tubuh. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur ketidakseimbanganantara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari polapertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah airdalam tubuh (Proverawati dan Asfuah, 2009).

a. Parameter Antropometri

(3)

perkembangan mental-intelektual individu. Kurang gizi pada masa fase cepat tumbuh otak (dibawah 18 bulan) akan bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Artinya kecerdasan anak tersebut tidak bisa lagi berkembang secara optimal (Khomsan, 2004).

Berat badan merupakan parameter yang paling baik. Adanya perubahan dalam pola konsumsi makanan dan kesehatan dapat terlihat dengan mudah melalui berat badan (Proverawati dan Asfuah, 2009). Berat badan merupakan hasil peningkatan dan penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengkuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu (Soetjiningsih, 2014).

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur. Akan tetapi, pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif pada masalah kurang gizi dalam waktu singkat. Tinggi badan merupakan parameter paling penting untuk mengetahui keadaan yang telah lalu dan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan ini dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur panjang badan bayi (Proverawati dan Asfuah, 2009).

(4)

Puslatbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah umur penuh (completed years) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan penuh (completed month) (Supriasa, dkk, 2011)

b. Indeks Antropometri

Indeks antropometri merupakan gabungan dari beberapa parameter antropometri yang menjadi dasar dari penilaian status gizi. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) atau berat badan menurut panjang badan (BB/PB). Perbedaan penggunaan indeks ini akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda (Supriasa, dkk, 2011).

(5)

dagangan membuat orangtua enggan menimbang berat badan anaknya (Poverawati dan Asfuah, 2009).

Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu. Alat yang diperlukan untuk mengukur panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. Akan tetapi pengukuran kadang sulit dilakukan karena membutuhkan dua orang petugas agar anak dapat berdiri tegak dan hasil yang didapat juga lebih akurat (Supriasa, dkk, 2011).

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks berat badan menurut tinggi badan merupakan indeks yang independen terhadap umur dan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat sekarang (Supriasa, dkk, 2011).

Menurut Kemenkes, 2011, klasifikasi status gizi dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Gizi kurang dan gizi buruk

Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang dan severely underweight (gizi buruk)

b. Pendek dan sangat pendek

(6)

c. Kurus dan sangat kurus

Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang merupkan padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat kurus).

Berdasarkan hal tersebut Kemenkes, 2011 mengkategorikan dan memberikan ambang batas pada status gizi anak sebagai berikut :

Tabel 2.1

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori

Status Gizi

Ambang Batas (Z-Score) Berat Badan menurut Umur

(BB/U Anak Umur 0-60 bulan

Gizi Buruk <-3 SD sampai dengan <-2 SD Gizi Kurang -2 SD sampai dengan 2 SD

Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Bayi

Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah sebagai berikut :

a. Faktor Eksternal

(7)

1) Pendapatan

Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung untuk membaik juga tetapi mutu makanan tidak selalu membaik (Suhardjo, 2002 dalam Kusumasari, 2012). Menurut Saputra (2012) status sosial ekonomi berhubungan dengan kemampuan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak. Anak yang dalam keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi cenderung lebih tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan status sosial ekonomi rendah.

2) Pendidikan

Pandangan dan kepercayaan seseorang, termasuk juga pengetahuan mereka tentang ilmu gizi, harus dipertimbangkan sebagai bagian dari berbagai penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makan mereka. Dengan pendidikan dapat ditingkatkan konsumsi pangan dan keadaan gizi (Suhardjo, 2002 dalam Kusumasari, 2012). Hubungan pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dengan status gizi anak yaitu semakin baik pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI, yaitu ibu memahami tentang kapan waktu yang tepat untuk memberikan makanan pendamping ASI, jenis-jenis makanan pendamping ASI dan pola pemberian makanan pendamping ASI (Kusumasari, 2012).

3) Pekerjaan

(8)

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

4) Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan. Demikian juga sikap dan pandangan atau cara berpikir suatu masyarakat belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat yang lebih luas (Santoso & Ranti, 2004 dalam Kusumasari, 2012).

5) Pelayanan kesehatan

Penyebab kurang gizi yang merupakan faktor penyebab tidak langsung yang lain adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan.

b. Faktor Internal

Faktor internal yang memengaruhi status gizi adalah sebagai berikut : 1) Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Supariasa, 2011).

2) Kondisi fisik

(9)

3) Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Supariasa, 2011). 4) Asupan makan

Asupan makan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi makanan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu (Khomsan, 2003 dalam Kusumasari, 2012).

Hal yang sama menurut Giri, dkk (2013) faktor-faktor yang terkait dengan status gizi balita seperti karakteristik ibu, karakteristik bayi, pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi, peran kader posyandu dan bidan desa, media informasi serta riwayat pemberian ASI eksklusif dan susu non ASI serta MP-ASI.

2.2. ASI Eksklusif

2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

(10)

ASI eksklusif adalah suatu keadaan dimana bayi hanya menerima ASI saja tanpa makanan lainnya baik berupa cairan maupun makanan padat, bahkan air sekalipun, dengan pengecualian drops atau sirup yang terdiri dari vitamin, suplemen mineral atau obat-obatan (WHO, 2016).

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan, menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan) (Kemenkes RI, 2014).

2.2.2 Manfaat ASI Eksklusif

ASI merupakan makanan yang ideal untuk tumbuh kembang bayi. Bayi yang tidak memperoleh ASI, hanya diberi susu formula pada bulan pertama kehidupannya, memiliki resiko tinggi untuk menderita gizi buruk, diare, alergi dan penyakit infeksi lainnya. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyo, 2009; Yuliarti, 2010). Manfaat ASI eksklusif selain pada bayi juga pada ibu bahkan bermanfaat bagi negara (Utami, 2000 dalam Pamotan, 2013).

a. Manfaat ASI Eksklusif pada bayi

Manfaat ASI Eksklusif pada bayi adalah sebagai berikut :

1) Sebagai nutrisi terbaik karena sumber gizi yang ideal dengan komposisi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan. 2) Meningkatkan daya tahan tubuh, karena mengandung berbagai zat antibodi

(11)

3) Meningkatkan kecerdasan, karena ASI mengandung asam lemak (DHA, AA/arachidonic acid, omega-3, omega-6) yang diperlukan untuk pertumbuhan otak.

4) Meningkatkan jalinan kasih sayang.

5) Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.

6) Bayi yang menyusu pada ibunya, pertumbuhan gigi gerahamnya lebih baik. 7) Buah dada ibu telah diciptakan sedemikian rupa sehingga waktu bayi

menghisap, kemungkinan bayi akan tersedak lebih kecil. b. Manfaat ASI Eksklusif pada Ibu

Manfaat ASI eksklusif pada ibu bila ibu memberikan ASI eksklusif yaitu : 1) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.

2) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

3) Mempercepat pemulihan kesehatan.

4) Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil.

5) Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat membantu rahim ke ukuran semula seperti sebelum hamil.

(12)

8) Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula.

9) Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan dengan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air.

10)Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui.

11)Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

c. Manfaat ASI Eksklusif bagi Negara

Manfaat ASI Eksklusif bagi Negara adalah sebagai berikut :

1) Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapaan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

2) Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret dan penyakit saluran pernafasan.

3) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkulitas untuk membangun negara.

3.2.3 Komposisi ASI a. Kolostrum

(13)

keempat. Kolostrum adalah air susu ibu yang pertama kali keluar yang merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu matur. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibanding dengan ASI yang matur, dan protein yang utama adalah globulin (gamma globulin) serta lebih banyak mengandung antibodi dibanding dengan ASI yang matur dan dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur enam bulan. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibanding dengan ASI matur.

Mineral terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi dibanding susu matur. Vitamin lebih tinggi dari susu matur dan terdapat tripsin inhibitor sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu kolostrum sangat penting dan harus diberikan pada bayi. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan untuk makanan bayi yang akan datang.

b. Air susu transisi/peralihan

(14)

meninggi. Volume ASI juga akan bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya.

c. Air susu matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan dan merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang terdapat di dalamnya. Terdapat juga antimikrobial faktor antara lain antibodi terhadap bakteri dan virus, faktor resisten terhadap stafilokokus, immunoglobulin memberikan mekanisme pertahanan yang efektif terhadap bakteri dan virus dan bila bergabung dengan komplemen dan lisozim merupakan suatu antibakterial yang langsung terhadap E.Coli. Faktor lisozim dan komplemen ini adalah suatu antibakterial non spesifik yang mengatur pertumbuhan flora usus.

d. Protein di dalam ASI

(15)

e. Karbohidrat dalam ASI

ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi. Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa yang akan diubah menjadi asam laktat sehingga memberikan suasana asam di dalam usus bayi yang memberikan beberapa keuntungan antara lain penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis, memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin serta memudahkan absorpsi dari mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium. Selain laktosa juga terdapat glukosa,galaktosa yang penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis dan juga glukosamin yang merupakan bifidus faktor yang memacu pertumbuhan laktobasilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.

f. Lemak dalam ASI

(16)

g. Vitamin dan mineral dalam ASI

Vitamin dan mineral dalam ASI dapat dikatakan lengkap, dan bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan serta mudah diserap sehingga dapat mencegah gangguan pencernaan Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium,kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat.

h. Air dalam ASI

ASI terdiri dari air kira-kira 88 persen yang berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah aman, air yang relatif tinggi dalam ASI akan meredakan rangsangan haus dari bayi (Soetjiningsih, 2013).

2.3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 2.3.1 Pengertian MP-ASI

Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi berusia 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Sebelum bayi berusia 24 bulan, sebaiknya ASI tetap diberikan dengan memberikan ASI terlebih dahulu baru kemudian memberikan MP-ASI. (Kemenkes RI, 2011).

(17)

bubur, tim, sari buah, biskuit. Pemberian makanan pendamping ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini (Sulistyoningsih, 2011).

MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 6-23 bulan. Bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6-9 bulan. Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna, mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas hanya pada beberapa fungsi (Wong dan Donna, 2008 dalam Wargiana, 2013).

2.3.2 Tujuan Pemberian MP-ASI

Maryunani (2010) menyatakan bahwa tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk melengkapi zat gizi ASI yang sudah mulai berkurang, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan makanan, serta membantu bayi dalam beradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.

(18)

Tabel 2.2

Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Anak Indonesia Standart Berat Badan, Tinggi badan dan

Kecukupan Zat gizi

Sumber : Koes Irianto, Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi (2014)

Angka kebutuhan diatas bukanlah suatu kebutuhan minimum dan maksimum, akan tetapi dapat dipakai untuk mengetahui tingkat konsumsi dari suatu populasi. 2.3.3 Risiko/Dampak Pemberian MP-ASI Dini

(19)

dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang membahayakan dalam penyediaan dan penyimpanan makanan (Pudjiadi, 2010).

Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (Ariani, 2009):

a. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini, makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih

b. Anak mendapat faktor perlindungan dari ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat.

c. Risiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.

d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah dan sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.

e. Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil lagi.

Pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi cenderung mengandung protein dan lemak tinggi sehingga pada akhirnya akan berdampak pada konsumsi kalori yang tinggi dan mengakibatkan obesitas (Albar, 2009).

2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Pemberian MP-ASI

(20)

a. Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder

b. Pengetahuan gizi

Kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi dalam mengolah bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi dalam mengolah bahan pangan yang diberikan. Tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dibanding dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik.

c. Besar keluarga

Keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan.

d. Pembagian dalam keluarga

(21)

2.3.5 Jenis Makanan Pendamping ASI

Dalam pemilihan jenis makanan, biasanya diawali dengan proses pengenalan terlebih dahulu mengenai jenis makanan yang tidak menyebabkan alergi, umumnya yang mengandung kadar protein paling rendah seperti serealia mulailah dengan yang rasanya hambar seperti kentang, kacang hijau, labu, zucchini. Kemudian memperkenalkan makanan buah seperti alpukat, pisang, apel dan pir.

Jenis MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan yang segar, seperti tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Jenis-jenis makanan pendamping yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak adalah sebagai berikut :

a. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan atau disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya makanan lumat ini diberikan saat anak berusia enam sampai sembilan bulan. Contoh dari makanan lumat itu sendiri antara lain berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang saring atau dikerok, pepaya saring dan nasi tim saring.

b. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air atau teksturnya agak kasar dari makanan lumat. Makanan lunak ini diberikan ketika anak usia sembilan sampai 12 bulan. Makanan ini berupa bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri.

(22)

2.3.6 Tata Cara dalam Pemberian MP-ASI

Tata cara dalam memberikan MP-ASI harus berdasarkan pedoman pemberian. Pedoman pemberian MP-ASI pada bayi dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Sumber: IDAI, adaptasi dari Boston Children Hospital, 2010

(23)

Tabel 2.4

Kesesuaian Pola Makan Dengan Tekstur Makanan dan Cara Pemberian Umur

Sumber: IDAI, adaptasi dari Boston Children Hospital, 2010

2.4. Perilaku Ibu 2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2010).

(24)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan menanyakan sesuatu yang ingin diukur tentang pengetahuan dari subjek penelitian. Untuk mengukur pengetahuan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi maka perlu diketahui pengertian ASI Eksklusif, kolostrum, komposisi dan manfaat serta keuntungan ASI bagi bayi.

2.4.2. Sikap

Sikap reaksi respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2010). Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yakni :

a. Menerima (receiving)

Diartikan sebagai (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap.

c. Menghargai (valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)

(25)

2.4.3. Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2010).

Respon terhadap stimulus tersebut adalah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat dilihat orang lain.

2.5 Landasan Teoritis

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teori Sulistiyoningsih (2011) dan Giri, dkk (2013). Menurut Sulistiyoningsih (2011) status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi status gizi adalah terdiri atas faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari pendapatan, pendidikan, pekerjaan, budaya, dan pelayanan kesehatan. Faktor Internal terdiri dari, usia, kondisi fisik, infeksi, dan asupan makan. Berdasarkan teori tersebut faktor gizi yang dijadikan landasan teori adalah asupan makanan, yang dapat terdiri dari pemberian ASI Eksklusif dan pemberian MP-ASI.

(26)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hasil Modifikasi Teori Sulistiyoningsih (2011) dan Giri,dkk (2013)

2.6Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat dibuat sebuah kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Eksternal

- Pendapatan, - Pendidikan, - Pekerjaan, - Budaya, dan

- Pelayanan Kesehatan

Faktor Internal - Usia

- Kondisi fisik, - Infeksi, dan - Asupan makan.

Status Gizi

Karakteristik Ibu 1. Pengetahuan 2. Sikap

Pemberian ASI Eksklusif dan Tidak

ASI Eksklusif

Gambar

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Tabel 2.2
Tabel 2.3 Pedoman Pemberian MP-ASI
Tabel 2.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menguji pengaruh pengetahuan akuntansi, skala usaha, jenis usaha, pengalaman usaha, masa memimpin perusahaan, pendidikan pemilik / manajer, pelatihan

[r]

synthesized by green synthesis using Conocarpus erectus , and there is no study employing the antibacterial activity of SNPs prepared from aqueous extract of this plant. According

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis bentuk dan fungsi yang menggunakan teori pergeseran dan pemertahana yang terjadi pada masyarakat di Galang,

tentang pengaruh sari buah nanas ( Ananas comosus (L.) Merr.) dan lama penyimpanan terhadap jumlah koloni bakteri pada ikan bandeng menggunakan uji anava dua

langsung oleh Bidan Puskesmas Soropia dalam wawancara mendalam yang dilakukan mengatakan bahwa pemasangan alat kontrasepsi tidak dapat dilakukan secara gratis karena

Rapat Kerja (Raker) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), pada Kamis (15/6), menyetujui Asumsi

- Pintu pada Art Nouveau ini memiliki ciri-ciri menggunakan material kayu jati dengan panel- panel persegi, bentuk yang mendominasi adalah bentuk-bentuk geometris