• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Kualitas Mahasiswa dengan Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Chapter III VI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1. Kerangka Teori Genetik

Farmakologi Non farmakologi Adjuvan

Hindari

Aktivitas Harian Kondisi Emosional Istirahat / Tidur

(2)

3.2. Kerangka Konsep

Konsep pelaksanaan penelitian ini digambarkan pada bagan di bawah ini: Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.2. Kerangka Konsep

3.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara cuci hidung dengan NaCl 0,9% terhadap peningkatan kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi.

Cuci hidung dengan menggunakan larutan

NaCl 0,9%

Kualitas hidup mahasiswa dengan

(3)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental dengan desain one group pretest-posttest design, dimana pada tahap awal dilakukan skrining rinitis alergi

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan kuesioner SFAR.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu

Penelitian ini dilakukan selama bulan september – november 2016 terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun ajaran 2016.

4.2.2. Tempat

Tempat penelitian dilaksanakan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pemilihan tempat dilakukan atas pertimbangan kemudahan mobilisasi dan upaya mencegah terjadinya kehilangan sampel yang lebih banyak pada saat penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian terbagi atas populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sedangkan Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terdaftar sebagai mahasiswa angkatan 2013 – 2015 pada tahun ajaran 2016.

4.3.2. Sampel

Sampel diperoleh dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:

(4)

2. Tidak terdapat kelainan malformasi pada hidung.

3. Bersedia menjadi responden dan telah menandatangani lembar persetujuan mengikuti penelitian.

4. Merupakan pasien rinitis alergi kronik tanpa eksaserbasi Sedangkan kriteria eksklusi pada sampel penelitian ini adalah: 1. Tidak memenuhi kriteria rinitis alergi dengan nilai SFAR < 7 2. Memiliki riwayat trauma atau fraktur pada wajah.

3. Pasien dengan rinitis akibat infeksi

4. Pasien dengan rinitis eksaserbasi akut yang mengkonsumsi obat antihistamin.

Perhitungan besar sampel didasarkan pada desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian ini adalah analitik numerik berpasangan, sehingga rumus sampel yang digunakan adalah:

�1 =�2 =�(��+��)� Oleh karena itu, maka besar sampel pada penelitian ini adalah:

(5)

sebesar 5% (1,64) dan kesalahan tipe 2 sebesar 20% (0,84).37 Nilai simpangan baku gabungan (S) diperoleh berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu sebesar 10,5 dengan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna sebesar 4.38

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh besar sampel sebesar 42 orang. Adapun pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan cara simple random sampling.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Jenis data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara langsung melalui responden penelitian.

4.4.2. Instrumen penelitian

Beberapa instrumen penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain: 1. Kuesioner skrining rinitis alergi (kuesioner SFAR)

2. Formulir persetujuan mengikuti penelitian 3. Spekulum hidung

4. Larutan NaCl 0,9% 5. Wadah tampung 6. Spuit 10 cc 7. Tisu pembersih

8. Kuesioner kualitas hidup RQLQ 4.4.2.1. Kuesioner SFAR

(6)

Total skor SFAR adalah 16 yang masing-masing skor berbeda di setiap pertanyaan. Skor ≥ 7 memberikan sensitivitas dan spesifitas yang m emuaskan bagi para klinisi untuk mendiagnosis rinitis alergi. Skor tersebut juga memiliki nilai Likelihood Ratio Positive yang tinggi dan Likelihood Ratio Negative yang rendah.40

4.4.2.2. Kuesioner RQLQ

Pada penelitian ini, kuesioner kualitas hidup yang digunakan adalah kuesioner yang spesifik terhadap penyakit rinitis alergi, yaitu kuesioner RQLQ. Kuesioner ini terdiri dari 7 area pertanyaan meliputi aktivitas (3 pertanyaan), gangguan tidur (3 pertanyaan), masalah umum (7 pertanyaan), masalah praktis (3 pertanyaan), masalah emosional (4 pertanyaan), gejala pada hidung (4 pertanyaan), dan gejala pada mata (4 pertanyaan). Kuesioner ini memiliki skala dari 0 – 6 dengan keterangan sebagai berikut:

• Skala 0 diinterpretasikan sebagai tidak mengganggu

• Skala 1 diinterpretasikan sebagai hampir tidak mengganggu

• Skala 2 diinterpretasikan sebagai kadang mengganggu

• Skala 3 diinterpretasikan sebagai sedikit mengganggu

• Skala 4 diinterpretasikan sebagai cukup mengganggu

• Skala 5 diinterpretasikan sebagai sangat mengganggu

• Skala 6 diinterpretasikan sebagai sungguh sangat mengganggu

Untuk menilai apakah terapi yang diberikan menunjukkan perubahan kualitas hidup yang bermakna, maka dibutuhkan nilai MID (Minimal Important Difference) yang lebih besar dari 0,5 jika menggunakan kuesioner RQLQ. Nilai

(7)

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian jika telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar – benar mengukur apa ingin diukur. Oleh sebab itu, setiap item pertanyaan yang hendak diajukan harus memiliki korelasi yang bermakna (construct validity). Sedangkan reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, apabila alat ukur tersebut digunakan berulang – ulang, maka hasil pengukuran yang didapatkan tetap konsisten.42

Tabel 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner SFAR Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Chronbach’s Alpha

Status

Gejala 1 0,851 Valid 0,750 Reliable

2 0,653 Valid Reliable

3 0,534 Valid Reliable

4 0,548 Valid Reliable

5 0,689 Valid Reliable

6 0,685 Valid Reliable

7 0,606 Valid Reliable

(8)
(9)

28 0,562 Valid Reliable 4.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak IBM SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 23. Proses pengolahan data yang baik dan benar melewati tahapan antara lain43:

1. Memeriksa data (editing); 2. Memberi kode (coding); dan 3. Menyusun data (tabulating).

Untuk analisis data, ditentukan terlebih dahulu apakah data berdistribusi normal dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov dan uji Shapiro – Wilk. Uji Kolmogorov – Smirnov digunakan jika jumlah sampel > 50, sedangkan uji Shapiro – Wilk digunakan jika jumlah sampel ≤ 50. Jika dari hasil uji didapatkan p < 0,05 maka data dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal. Sebaliknya jika p > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal.37

Selanjutnya jika data terdistribusi normal maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji t – berpasangan (paired). Sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji wilcoxon.37

4.7. Definisi Operasional

4.7.1. Mahasiswa dengan rinitis alergi

Mahasiswa dengan rinitis alergi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengangejala rinitis alergi yang telah disaring melalui skrining awal menggunakan kuesioner SFAR tanpa dilakukan uji cukit kulit.

Cara Pengukuran : Metode angket Alat Ukur : Kuesioner SFAR Hasil Ukur : Total skor SFAR ≥ 7 Skala : Rasio (Numerik) 4.7.2. Cuci hidung

(10)

Cara Pengukuran : Pengamatan proses cuci hidung Alat Ukur : Spuit 10 cc

Hasil Ukur : Ada / tidaknya melakukan cuci hidung Skala : Nominal (kategorik)

4.7.3. Kualitas hidup

Kualitas hidup pada penelitian ini didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan derajat kesehatan seseorang yang dapat mempengaruhi berbagai aktivitas, pekerjaan, dan juga keadaan istirahat seseorang.

Cara Pengukuran : Metode wawancara

Alat Ukur : Kuesioner RQLQ (Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire)

(11)

4.8. Alur Penelitian

Mahasiswa FK USU Angkatan 2013 - 2015

Skrining rinitis alergi menggunakan kuesioner SFAR

KKriteria inklusi dan ekslusi

Intervensi cuci hidung selama 14 hari Pembagian kuesioner kualitas hidup (pre-test)

Pembagian kuesioner kualitas hidup (post-test)

Pengelolaan dan analisis data Ethical Clearance

(12)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa data pretest dan posttestyang diperoleh langsung dari responden. Pengambilan data tersebut dilakukan di ruang kelas semester VII A/B dan di pendopo Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi karakteristik subjek penelitian

Kriteria subjek penelitian yang menjadi responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013, 2014, dan 2015 dengan rinitis alergi. Untuk mendapatkan subjek yang sesuai dengan kriteria tersebut, terlebih dahulu dilakukan penyaringan terhadap 279 mahasiswa dengan menggunakan kuesioner SFAR. Mahasiswa yang dinyatakan memiliki rinitis alergi jika total skor SFAR ≥ 7. Hasil dari penyaringan terhadap 279 mahasiswa tersebut, diperoleh sebanyak 114 mahasiswa dengan rinitis alergi.

Tabel 5.1. Distribusi Hasil Penyaringan Mahasiswa yang Dinyatakan Memiliki Rinitis Alergi

Jenis Kelamin

Mahasiswa/i dengan Rinitis Alergi

(n)

Persentase (%)

Laki – laki 42 36,8

Perempuan 72 63,2

(13)

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa dari 114 orang dengan rinitis alergi, dijumpai bahwa jumlah perempuan sebanyak 72 orang (63,2%) lebih banyak daripada jumlah laki – laki yang berjumlah 42 orang (36,8%).

Selanjutnya dilakukan pengacakan untuk memperoleh subjek penelitian sebanyak 42 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Karakteristik subjek penelitian dideskripsikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Mahasiswa/i dengan Rinitis Alergi

(n)

Persentase (%)

Laki – laki 23 54,8

Perempuan 19 45,2

Total 42 100

(14)

Tabel 5.3. Distribusi Total Skor SFAR Pada Subjek Penelitian

Total skor SFAR

Mahasiswa/i dengan Rinitis Alergi

(n)

Jumlah (%)

7 8 19

8 5 11,9

9 5 11,9

10 11 26,2

11 2 4,8

12 3 7,1

13 6 14,3

15 2 4,8

Total 42 100

Dari tabel 5.3. menunjukkan bahwa total skor SFAR yang terbanyak dijumpai pada subjek penelitian adalah skor 10 dengan jumlah subjek sebanyak 11 orang.

5.1.3. Analisis data dan uji statistik

(15)

Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Skor Kualitas Hidup RQLQ Sebelum dan Sesudah Melakukan Cuci Hidung

Data Pengukuran Keterangan Mean Standar Deviasi

Domain Kualitas Hidup Keterangan Mean Standar Deviasi

(16)

Dari data tersebut juga dijumpai adanya penurunan rata – rata terhadap seluruh domain kualitas hidup. Namun untuk membuktikan apakah penurunan tersebut bermakna, maka perlu dilakukan uji statistik. Untuk mengetahui jenis uji yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Uji Normalitas Data Pengukuran

Variabel p Value Keterangan

Distribusi

Jenis Uji yang Akan Digunakan Total skor kualitas

hidup pretest 0,102 Normal

Uji wilcoxon Total skor kualitas

hidup postTest 0,000 Tidak normal

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa data pengukuran total skor kualitas hidup pretest memiliki nilai p value> 0,05, yang berarti data berdistribusi normal.

Sedangkan data total skor kualitas hidup posttest memiliki nilai p value< 0,05, yang berarti data tidak berdistribusi normal. Dengan demikian, jenis uji yang dipakai adalah uji wilcoxon dikarenakan ada data yang tidak berdistribusi normal,

Tabel 5.6. Hasil Uji Wilcoxon Pada Variabel Penelitian

Variabel Z p Value

Total skor kualitas hidup pretest – total skor

kualitas hidup posttest -5,215 0,000

(17)

dilakukan juga uji wilcoxon pada setiap domain kualitas hidup pretest dan posttest. Hasil tersebut dideskripsikan pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Uji Wilcoxon Pada Setiap Domain Kualitas Hidup

Domain Kualitas Hidup (RQLQ) Z p Value

Gangguan aktivitas pretest – gangguan aktivitas posttest

-4,178 0,000

Gangguan tidur pretest – gangguan tidur posttest

-4,427 0,000

Gangguan masalah umum pretest – gangguan masalah umum posttest

-4,159 0,000

Gangguan masalah praktis pretest – gangguan masalah praktis posttest

-4,696 0,000

Gangguan masalah emosional pretest – gangguan masalah emosial posttest

-4,492 0,000

Gangguan hidung pretest – gangguan hidung posttest

-5,426 0,000

Gangguan mata pretest – gangguan mata posttest

-4,860 0,000

Tabel 5.7. menunjukkan bahwa total skor pada setiap domain kualitas hidup mengalami penurunan yang bermakna antara sebelum dan sesudah melakukan cuci hidung dengan nilai p value< 0,05.

5.2. Pembahasan

(18)

karena membutuhkan biaya yang besar. Kuesioner SFAR terdiri dari 4 pertanyaan standar mengenai gejala hidung yang diambil dari 6 pertanyaan kuesioner ISAAC ditambah dengan pertanyaan riwayat alergi dan asma dalam keluarga serta persepsi individu tentang alergi dan kualitas hidup, sehingga menghasilkan 10 pertanyaan yang tervalidasi. Validasi kuesioner SFAR ditempuh melalui 3 cara yaitu melalui validasi diagnosis, validasi internal, dan berdasarkan akseptabilitas populasi. Kuesioner SFAR memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik yaitu 84% dan 81%, dengan sensitivitas yang lebih baik dibandingkan dengan kuesioner ISAAC. Kuesioner SFAR sudah digunakan untuk mendata prevalensi rinitis alergi pada suatu populasi luas, seperti di Prancis.39,40 Penelitian Bousquet et alyang ingin mengetahui karakteristik pasien rinitis alergi, menggunakan

kuesioner SFAR sebagai alat skrining untuk memperoleh pasien rinitis alergi sebanyak 591 orang, dan untuk mengklasifikannya ke dalam 4 klasifikasi ARIA, dilakukan pemeriksaan skin prick test dan penilaian komorbiditas.44 Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Amizadeh et al, yang ingin melakukan survey prevalensi rinitis alergi pada pelajar SMA dan ingin mengetahui dampak rinitis alergi pada kualitas hidupnya. Alat skrining yang digunakan juga kuesioner SFAR, dan penilaian kualitas hidup menggunakan kuesioner SF-36.45

Oleh sebab itu, alat yang digunakan untuk menyaring rinitis alergi pada penelitian ini adalah kuesioner SFAR. Penyaringan dilakukan pada 279 mahasiswa yang terdiri dari angkatan 2013, 2014, dan 2015, dan diperoleh 114 orang yang memiliki rinitis alergi dengan total skor SFAR ≥ 7. Dari 114 orang tersebut, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki – laki, yaitu sebanyak 63,2%. Hal ini dapat berkaitan dengan hormon estrogen yang ada pada wanita. Estrogen dapat memicu reaksi alergi pada wanita melalui ikatan dengan

(19)

Responden yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 42 orang. Terhadap 42 orang tersebut, dilakukan penilaian kualitas hidup sebelum melakukan cuci hidung dengan menggunakan kuesioner RQLQ. Kemudian responden tersebut diminta untuk melakukan cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% 2 kali sehari selama 14 hari dengan dosis 40 cc/hari. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali terhadap kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner RQLQ, sehingga diperoleh perbandingan rata – rata total skor RQLQ pretest dan posttest.

Berdasarkan hasil analisa dan uji statistik di atas, diperoleh penurunan yang bermakna terhadap rata-rata total skor kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi sebelum dan sesudah melakukan cuci hidung dengan nilai p (0,000) < 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang bermakna antara cuci hidung dengan NaCl 0,9% 2 kali sehari selama 14 hari terhadap peningkatan kualitas hidup mahasiswa dengan rinitis alergi.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan M Wu et al, yang ingin menguji efektivitas cuci hidung pada pasien rinitis alergi, didapatkan responden yang telah terdiagnosa rinitis alergi dengan menggunakan uji skin prick test adalah sebanyak 61 orang, dan kemudian dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok A (17 orang) diberikan terapi menggunakan semprotan hidung yang berisi steroid, kelompok B (21 orang) diberikan terapi cuci hidung dengan larutan isotonis, dan kelompok C (23 orang) diberikan kombinasi cuci hidung dan semprotan hidung yang mengandung steroid. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 bulan tersebut didapatkan hasil adanya penurunan yang bermakna terhadap skor VAS, RQLQ, dan FENO pada ketiga kelompok tersebut (p< 0,05). Pada penelitian ini juga, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna terhadap skor VAS dan RQLQ pada tiga kelompok ini.47

(20)

(mini-Rhinoconjungtivitis Quality of Life) yang bermakna (p< 0,001) dari 36,7 ± 20,48

(data awal) menjadi 14,9 ± 11,03 (minggu 4) dan 10,10 ± 10,65 (minggu ke-8).48

Suatu studi meta-analisis yang dirangkum dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa cuci hidung menggunakan larutan salin isotonis dapat memperbaiki gejala pada hidung sebesar 27,66%, perbaikan akselerasi dari waktu transpor mukosiliar sebesar 31,19%, dan perbaikan kualitas hidup sebesar 27,88%. Pada anak – anak usia < 15 tahun, didapati perbaikan maksimum 20%, sementara itu pada orang dewasa dijumpai perbaikan sebesar 45%. Adapun perbedaan ini bisa disebabkan karena kurangnya kepatuhan dan intensitas dalam melakukan cuci hidung pada anak – anak.9

Cuci hidung juga efektif untuk mengatasi masalah hidung tersumbat. Seperti penelitian Sinha et al, yang membandingkan efektivitas cuci hidung menggunakan larutan hipertonis dengan tetes hidung yang mengandung xylometazolinepada pasien rinitis alergi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap rata – rata skor Nasal Index Score (NIS) meliputi: hidung tersumbat (0,7), hidung berair (0,5), bersin – bersin (0,7), dan iritasi mata (0,7). Penelitian ini juga membuktikan bahwa cuci hidung menggunakan larutan salin hipertonis 3 kali sehari lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan tetes hidung yang mengandung oxymetazoline, sehingga ketergantungan terhadap obat – obatan dapat dikurangi, perbaikan gejala dan kualitas hidup dapat tercapai. Walaupun manfaat klinis yang muncul membutuhkan waktu cukup lama, tetapi efek samping yang didapatkan lebih kecil dari penggunaan obat – obatan.49

(21)

Kebanyakan dari responden tersebut juga sudah mengurangi penggunaan obat bebas dalam 6 bulan terakhir. Mekanisme utama yang dapat mengurangi gejala tersebut adalah bahwa cuci hidung membilas keluar seluruh zat alergen / iritan dan kelebihan mukus yang terdapat di mukosa hidung. Cuci hidung dapat digunakan untuk jangka panjang selama alat cuci hidungnya selalu diganti setelah beberapa pemakaian, untuk mencegah terjadinya infeksi.50,51

(22)
(23)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan antara lain:

1. Prevalensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2016 yang memiliki rinitis alergi adalah 40,9%, dengan jumlah lebih tinggi pada perempuan sebesar 63,2% dan laki – laki 36,8%.

2. Rata – rata total skor kualitas hidup RQLQ mahasiswa yang memiliki rinitis alergi sebelum melakukan cuci hidung dengan NaCl 0,9% adalah sebesar 62,12 ± 30,989.

3. Rata – rata total skor kualitas hidup RQLQ mahasiswa yang memiliki rinitis alergi sesudah melakukan cuci hidung dengan NaCl 0,9% 2 kali sehari selama 14 hari adalah sebesar 29,21 ± 30,397.

4. Terdapat pengaruh yang bermakna terhadap penurunan rata – rata total skor kualitas hidup RQLQ sebelum dan sesudah melakukan cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% 2 kali sehari selama 14 hari, dengan nilai p = 0,000. Dengan demikian, penurunan bermakna ini dapat dinilai sebagai adanya perbaikan kualitas hidup mahasiwa dengan rinitis alergi.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang direkomendasikan yang dianggap dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Bagi petugas kesehatan, dapat menggunakan terapi cuci hidung dengan NaCl 0,9% pada pasien rinitis alergi untuk mengurangi gejala – gejala yang mengganggu dan untuk memperbaiki fungsi / kualitas hidup pasien. 2. Bagi peneliti lain, dapat menambahkan kelompok kontrol ataupun variabel

(24)

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Teori
Tabel 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner SFAR
Tabel 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner RQLQ
Tabel 5.1. Distribusi Hasil Penyaringan Mahasiswa yang Dinyatakan Memiliki Rinitis Alergi
+6

Referensi

Dokumen terkait

posttest (p=0,001) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% dengan penurunan rata-rata waktu transpor mukosiliar pada

posttest (p=0,001) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% dengan penurunan rata-rata waktu transpor mukosiliar pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% terhadap peningkatan kadar pH hidung pada pedagang kaki

Sebagai pengetahuan atau informasi tentang pengaruh cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% terhadap kualitas hidup pada individu yang terpapar polutan. Sebagai dasar

Terdapat peningkatan rata- rata kadar pH cairan hidung setelah dilakukan cuci hidung dengan NaCl 0,9% selama 10 hari pada pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan

Waktu TMS hidung sebelum dan sesudah terapi pada kelompok NaCl 0,9% dan Minyak Biji Jintan Hitam masing-masing memiliki p&gt;0,05 Perbandingan penurunan waktu TMS pada kedua

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbaikan yang bermakna (p&lt;0,05) rerata skor gejala SNOT20 dan waktu TMSH setelah pemberian cuci hidung NaCl 0,9% selama 14 hari

Terdapat peningkatan rata- rata kadar pH cairan hidung setelah dilakukan cuci hidung dengan NaCl 0,9% selama 10 hari pada pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan