• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pemberian Izin Pemasangan Reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Pemberian Izin Pemasangan Reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Pelayanan publik pada dasarnya merupakan pemberian pelayanan kepada

masyarakat terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai warga

negara.1 Pelayanan publik juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain

atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Penyelenggaraan

pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan

hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Bentuk kewajiban negara

terhadap warga negaranya sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yakni untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara

salah satunya dengan melaksanakan pelayanan publik secara efektif dan efisien.

Dalam pelayanan perizinan terdapat berbagai macam jenis perizinan antara lain izin

usaha, izin industri, izin reklame, izin mendirikan bangunan, izin gangguan dan lain

sebagainya. 2

Permasalahan yang sering terjadi dalam pelayanan publik di Indonesia

khususnya Kota Medan yaitu kualitas produk layanan belum dapat memuaskan

penggunanya. Selama ini publik tidak diposisikan sebagai subyek dalam

1

Lijan poltak Sinambela, Reformasi pelayanan Publik. Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm 5

2

(2)

penyelenggaraan pelayanan publik, maka keluhan publik tidak dianggap penting.

Pada umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar

keluhan, saran, aspirasi dari masyarakat pengguna layanan. Sehingga pelayanan

dilaksanakan apa adanya tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu. Kelemahan lain

dari penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia adalah kurang informatifnya

penyelenggaraan pelayanan publik. Informasi yang berkaitan dengan

penyelenggaraan pelayanan publik yang seharusnya diterima oleh masyarakat

kadang tersendat atau bahkan tidak diberikan sehingga publik kurang paham

adanya suatu pelayanan publik, standart pelayanan apa yang harus diberikan dan

hak-hak apa saja yang dimiliki oleh publik. Selain itu permasalahan lain yaitu

kurang koordinasi dalam pelayanan publik sehingga sering terjadi tumpang tindih

ataupun pertentangan kebijakan antara instansi pelayanan yang satu dengan instansi

pelayanan lain yang terkait.

Pelayanan publik izin reklame yang dimaksud dengan reklame di sini

bentuknya berupa iklan diluar ruangan. Reklame yang dimaksud adalah reklame

papan/billboard/bando, reklame megatron/videotron/large electronic display

(LED), reklame neon box, reklame neon sign, reklame baliho, reklame

kain/banner/umbul-umbul, melekat/poster/stiker/rombong, reklame selebaran,

reklame berjalan/kendaraan, reklame apung, reklame film/slide.

Pemasangan reklame, selain pada bangunan juga pada ruang terbuka.

Reklame sendiri dapat diartikan Benda, alat atau perbuatan yang menurut bentuk

susunan dan atau corak ragamnya dengan maksud untuk mencari keuntungan

(3)

memujikan suatu barang, jasa atau seseorang yang ditempatkan atau yang dapat

dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum.3

Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan telah diatur dalam Pasal 12

Peraturan Daerah Kota Medan nomor 11 tahun 2011 disebutkan, (1) Pemungutan

Pajak Daerah dilarang diborongkan. (2) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban

perpajakan berdasarkan penetapan Walikota dibayar dengan menggunakan Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan. (3)

Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa

karcis dan nota perhitungan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Walikota.4

Izin termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni ketetapan

yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang

namanya tercantum dalam ketetapan itu, atau ketetapan yang memperkenankan

sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan. Dengan demikian, izin merupakan

instrumen yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif dan yang

digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau menetapkan peristiwa konkret.

Sebagai ketetapan, izin itu dibuat dengan 7 ketentuan dan persyaratan yang

berlaku pada ketetapan pada umumnya sebagaimana yang telah disebutkan di

atas.5 Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu

menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan.

3

Hendri S. Siswosudiro, Buku Pintar Pengurusan Perizinan Dan Dokumen, Transmedia Pustaka, Jakarta, 2008, hlm 67

4

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame Pasal 12 5

(4)

Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu

larangan.6

Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut corak

ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk

menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan

atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum,

kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.7

Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Walikota Medan Nomor 38

Tahun 2014 Tentang Penataan Reklame, hendaknya dilaksanakan dan diterapkan

lebih tegas oleh pemerintah Kota Medan kepada penyelenggara-penyelenggara

reklame. Hal tersebut perlu dilakukan karena pada saat ini di wilayah Kota Medan

mempunyai banyak sekali reklame dari berbagai bentuk, jenis, gambar, ukuran

serta warna yang beraneka ragam bahkan ada yang sudah habis masa izinnya

masih berdiri tegak di sepanjang jalan di Kota Medan.

Seperti yang di Jalan Balai Kota Medan dua unit baliho bermasalah yang

didirikan di antara 13 titik ruas jalan bebas reklame menjadi sasaran

pembongkaran yang dilakukan tim terpadu penertiban, penindakan dan

pembongkaran papan reklame.8 Dengan pembongkaran yang dilakukan ini, tim

Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014 tentang Penataan Reklame 8

(5)

yang menjadi target pembongkaran. Berkisar 70 persen papan reklame yang

berdiri di Kota Medan ternyata tidak memiliki izin. Bahkan, papan reklame yang

tidak berizin itu berdiri di sejumlah jalan protokol..9 Alasan pembongkaran papan reklame yang didilakukan Dinas Tata Ruang Tata Bangunan (TRTB) Kota Medan

yaitu didirikan di wilayah yang tidak dibenarkan atau menyimpang dan menyalahi

estetika maupun telah habis masa izinnya.

Penataan reklame di sepanjang kota Medan masih kurang baik, seharusnya

mendapat perhatian khusus dari pemerintah kota Medan. Dalam hal ini

pemerintah kota harus memberikan kebijakan peningkatan pelayanan publik untuk

izin pemasangan reklame. Pemerintah Kota Medan harus mengaturnya pada

peraturan daerah yang jelas yang berhubungan dengan pemasangan reklame

dengan adanya kebijakan pemerintah yang diatur dalam peraturan daerah maka

diharapkan pemasangan reklame dapat terlaksana secara rapi dan tertata

sebagaimana mestinya. Sehingga Pemerintah kota Medan menggelar sosialisasi

perubahan mekanisme perizinan reklame dari Dinas Pertamanan Kota Medan

kepada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB), Dinas Pendapatan

(Dispenda) dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan di Balai

Kota Medan.10

Banyak terjadi penyimpangandalam bidang perizinan, salah satunya izin

pemasangan reklame di Kota Medan sehingga mengakibatkan dibongkarnya

secara paksa reklame yang berbentuk billboard maupun LED oleh pihak

9

http://sumutpos.co/search/izin+pemasangan+papan+reklame+kota+medan diakses tanggal 11 Desember 2016.

10

(6)

Pemerintah Kota. Penyimpangan-penyimpangan itu terjadi karena beberapa hal,

misalnya reklame tersebut melanggar izin lokasi, terpasang di jalur hijau, dan

reklame tidak memiliki izin.

Pelayanan publik sebagai bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang

publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat ataupun daerah dalam rangka upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Seiring dengan penerapan sistem desentralisasi,

pelayanan publik akhir-akhir ini menjadi diskusi yang hangat dan menjadi

perhatian dikalangan masyarakat. Sebelumnya pelayanan publik kurang menjadi

perhatian karena berkembang asumsi bahwa pelayanan publik itu hanyalah urusan

pemerintah saja, mulai dari proses perumusan, kebijakan, implementasi sampai

dengan evaluasi masyarakat seringkali tidak bisa mengakses segala informasi

yang berkaitan dengan pelayanan publik ini.

Berdasarkan uraian di atas penulis memilih judul Prosedur Pemberian Izin

Pemasangan Reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11

Tahun 2011.

I. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan pemberian izin pemasangan reklame di Kota

(7)

2. Bagaimana prosedur pemberian izin pemasangan reklame berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 di Kota Medan?

3. Apa akibat hukum yang timbul bagi pemegang izin reklame?

J. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan pemberian izin pemasangan reklame di Kota

Medan.

2. Untuk mengetahui prosedur pemberian izin pemasangan reklame berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul bagi pemegang izin reklame.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbang saran dalam ilmu pengetahuan

khususnya bagi ilmu Hukum Administrasi Negara yang mengatur tentang

pemberian izin pemasangan reklame di Kota Medan.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran

bagi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dan Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu mengenai prosedur pemberian izin pemasangan reklame Berdasarkan

(8)

K. Keaslian Penulisan

Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum

Administrasi Negara, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul

ataupun permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu

tentang Prosedur Pemberian Izin Pemasangan Reklame Berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011. Oleh karena itu, tulisan ini merupakan

buah karya asli penulis yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang

jujur, rasional dan ilmiah.

Adapun judul yang ada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara antara

lain

Fernando Tarigan 100200427, dengan judul penelitian Implementasi

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame

Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pada Dinas

Pendapatan Kota Medan). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Reklame Di Kota Medan.

2. Implementasi tentang peraturan daerah no. 11 tahun 2011 tentang

penyelenggaraan reklame.

3. Hambatan pelaksanaan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2011 tentang

penyelenggaraan reklame di tinjau dari hukum administrasi negara.

Dengan demikian, dapat penulis disimpulkan bahwa skripsi yang penulis

susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang lain.

(9)

permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat di

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis dan ilmiah.

L. Tinjauan Pustaka

Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara

dengan alat-alat perlengkapan, atau hubungan antara negara dengan perseorangan,

yang termasuk dalam hukum publik ini salah satunya adalah Hukum Administrasi

Negara.11

Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan kenegaraan dalam suatu

negara hukum itu terdapat aturan-aturan hukum yang tertulis dalam konstitusi atau

peraturan-peraturan yang terhimpun dalam hukum tata negara. Meskipun demikian

untuk menyelenggarakan persoalan- persoalan yang bersifat teknis, hukum tata

negara ini tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan efektif. Dengan kata lain,

hukum tata Negara membutuhkan hukum lain yang bersifat lebih teknis. Hukum

tersebut adalah Hukum Administrasi Negara.12

Perizinan diistilahkan dengan licence, permit (Inggris); vergunning

(Belanda). Izin hanya merupakan otoritas dan monopoli pemerintah. Tidak ada

lembaga lain di luar pemerintah yang bisa memberikan izin dan ini berkaitan

dengan prinsip kekuasaan Negara atas semua sumber daya alam demi kepentingan

hajat hidup orang orang banyak.13 Instrumen perizinan diperlukan pemerintah untuk mengkonkretkan wewenang pemerintah. Tindakan ini dilakukan melalui

11

Adrian Sutedi, Op.Cit, hlm. 62 12

Ridwan HR, Hukum Administrasi Nega ra, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm 23

13

(10)

penerbitan keputusan tata usaha negara. Keputusan izin diberikan untuk melakukan

suatu usaha atau kegiatan termasuk bidang usaha atau kegiatan bidang lingkungan

hidup.14 Reklame merupakan suatu objek yang digunakan untuk mempromosikan suatu barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan dalam rangka mengenalkan

produk tersebut kepada masyarakat. Perusahaan yang menggunakan reklame untuk

mengenalkan barang produksinya kepada masyarakat harus bisa memperhatikan

keindahan agar dalam menarik minat masyarakat. Lokasi pemasangan reklame

merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh para pengusaha,

karenal hal tersebut akan mempengaruhi terhadap keberadaannya apakah lokasi

pemasangan tersebut strategis sehingga menimbulkan keinginan dan minat

masyarakat untuk membacanya.15

Kualitas pelayan publik ditentukan oleh faktor internal seperti prilaku

kepemimpinan birokrasi dan perlengkapan sarana dan prasarana kerja, dan faktor

eksternal seperti persepsi, sikap nilai nilai organisasi dan sentimen masyarakat

terhadap kinerja aparat birokrasi.16

M.Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang

harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah dan

14

Ibid

15

Asri Hikmatuz Zulfa, Upaya Penerapan Sanksi Hukum Administrasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Nganjuk Terhadap Penyelenggaraan Reklame Tanpa Izin (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Nganjuk), Jurnal Universitasitas Brawijaya Fakultas Hukum Malang 2015,hlm 5

16

(11)

mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.17 Sebagai karya ilmiah maka penelitian ini juga menggunakan metode penelitian :

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, di

mana penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari sisi

normatifnya.18

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya

menggambarkan fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka

sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yuridis, dengan tujuan

menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.19

Studi kepustakaan dilakukan untuk mempelajari bahan hukum primer yang

berupa peraturan perundang-undangan, bahan hukum sekunder yang berupa

pendapat hukum dan pendapat bukan hukum dari buku, hasil penelitian, jurnal

hukum, majalah, surat kabar, internet, serta makalah tentang masalah perizinan

khususnya berkaitan dengan prosedur pemberian izin pemasangan reklame

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011. Tujuan dari

melakukan telaah pustaka dan studi dokumen adalah untuk memperoleh data

sebanyak-banyaknya mengenai sumber maupun informasi yang relevan dengan

pokok permasalahan penelitian.

(12)

Penelitian deskriptif analisis yaitu penelitian yang bertujuan

mendiskripsikan secara sistematis dan faktual untuk mendapatkan saran-saran apa

yang seharusnya dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

2. Sumber data

Dalam penelitian ilmu hukum yuridis, sumber utamanya adalah bahan

hukum bukan data atau fakta sosial karena dalam penelitian ilmu hukum yang

dikaji adalah bahan hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat kepustakaan.20 Bahan-bahan hukum tersebut terdiri dari:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri

dari:

a) Norma (dasar) atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

d) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak

Reklame.

e) Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014 tentang Penataan

Reklame

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti literatur dan artikel internet serta

20

(13)

jurnal dan publikasi hukum lainnya yang relevan dengan masalah yang

diteliti.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi

tentang bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, koran,

ensiklopedia, majalah, website sebagai data pendukung.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara

menginventarisir, mempelajari dan mendalami bahan-bahan hukum primer,

sekunder, dan tersier yang terkait dengan penelitian ini secara sistematis dan

terarah pada permasalahan yang dimunculkan, yakni terkait pengaturan pemberian

izin pemasangan baliho atau reklame di Kota Medan. Untuk memperoleh data

digunakan teknik-teknik pengumpulan data yaitu studi kepustakaan, dengan alat

pengumpulan data berupa studi dokumen untuk mengumpulkan bahan hukum

primer yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan, bahan hukum

sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer,

yaitu berupa dokumen atau risalah perundang-undangan, dan bahan hukum

tersier, yang memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai bahan hukum

primer maupun bahan hukum sekunder antara lain: kamus hukum berbagai

majalah maupun jurnal hukum.

4. Analisis data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa

dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan

(14)

dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan

topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan

penelitian yang telah dirumuskan.

N. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang

menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang

saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulisan ini disusun secara sistematis

dalam bentuk skripsi yang terdiri dari 5 (lima) bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal yang berisikan latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

pustaka dan metode penelitian serta sistematika penulisan

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN IZIN PEMASANGAN REKLAME DI

KOTA MEDAN

Bab ini berisikan tujuan dan fungsi pemberian izin reklame, peraturan

yang mengatur pemberian izin pemasangan reklame di Kota Medan dan

instansi yang berwenang memberikan izin pemasangan reklame

BAB III PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASANGAN REKLAME

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN

2011 DI KOTA MEDAN

Bab ini berisikan gambaran umum badan pelayanan perizinan terpadu

(BPPT) dam prosedur pemberian izin pemasangan reklame di Kota

(15)

BAB IV AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL BAGI PEMEGANG IZIN

REKLAME

Bab ini berisikan hak yang diperoleh pemegang izin reklame,

kewajiban yang harus di penuhi oleh pemegang izin reklame dan sanksi

terhadap penyalahgunaan izin yang diberikan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran merupakan penutup dalam penulisan skripsi

ini, dalam hal ini penulis menyimpulkan pembahasan-pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kebijakan publik tidak sepenuhnya berjalan dengan baik, sering terkendala oleh beberapa hal yang dapat mempengaruhi dan menghambat pelaksanaan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain dan menyediakan kepuasan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain dan menyediakan kepuasan

Bisnis proses Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UB.. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Persaingan di dunia usaha, politik dan lain-lain yang begitu ketat mendorong berbagai perusahaan atau seseorang berlomba-lomba untuk melakukan pemasangan iklan

1. Kebijakan Publik adalah peraturan pemerintah yang merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan penyelenggaran pemerintahan negara yang biasanya didasarkan