• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mechanical Dan Physical Properties Kayu Rambung Sebelum Dan Sesudah Pengawetan Sesuai Dengan Sni No. 03 Tahun 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mechanical Dan Physical Properties Kayu Rambung Sebelum Dan Sesudah Pengawetan Sesuai Dengan Sni No. 03 Tahun 2002"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Umum

Di Indonesia penggunaan kayu untuk keperluan konstruksi, dilihat dari segi ekonomi,

sangat menguntungkan karena jumlah dan jenisnya sangat beragam. Ini membuatnya mudah

didapat dan harganya pun relatif murah. Kayu merupakan bahan baku yang berasal dari alam.

Artinya, dapat diperoleh di alam bebas tanpa harus dibuat atau diolah di pabrik.

Kayu mempunyai sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan lain buatan manusia.

Misalnya, kayu mempunyai sifat elastis, ulet, tahan terhadap pembebanan yang tegak lurus

dengan seratnya atau sejajar seratnya, dan berbagai sifat lain. Sifat-sifat seperti ini tidak

dimiliki baja, beton, atau bahan-bahan lain yang bisa dibuat oleh manusia.

Pada sebatang pohon yang dipotong melintang akan diperoleh secara kasar gambaran

dari bagian-bagian kayu sebagai berikut :

(2)

2.1.1. Kulit Kayu

a. Kulit Luar

Kulit luar merupakan lapisan luar yang sudah mati. Ketebalannya bervariasi menurut

jenis pohon. Fungsinya sebagai pelindung kayu terhadap serangan dari luar, misalnya iklim,

serangan serangga, jamur, dan sebagainya.

b. Kulit Dalam

Kulit dalam bersifat hidup dan tipis. Fungsinya sebagai jalan zat yang mengandung

gizi dari akar ke daun.

2.1.2. Kambium

Kambium merupakan jaringan tipis dan bening yang terletak antara kulit dalam dan

kayu gubal ke arah melingkar dari pohon. Fungsinya ke arah luar untuk membentuk kulit

baru yang rusak, ke arah dalam untuk membentuk kayu gubal baru. dengan adanya kambium

maka pohon lambat laun bertambah besar. Pertumbuhan meninggi ditentukan oleh jaringan

meristem. Kambium terletak antara kulit dalam dan kayu gubal.

2.1.3. Kayu a. Kayu Gubal

Kayu gubal merupakan bagian kayu muda, terdiri dari sel-sel yang masih hidup dan

yang terletak di sebelah dalam kambium. Fungsinya sebagai penyalur cairan dan tempat

penimbunan zat-zat yang mengandung gizi. Kayu gubal adalah bagian kayu yang tumbuh

cepat dan mempunyai lapisan yang agak tebal. Warnanya biasanya lebih terang dibandingkan

kayu teras. Umumnya jenis yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal

(3)

b. Kayu Teras

Kayu teras merupakan bagian kayu tua, terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui

perubahan sel hidup pada renggat kayu yang paling dalam. Hal ini disebabkan tidak

berfungsinya kayu gubal sebagai penyalur cairan dalam proses kehidupan. Kayu teras lebih

awet karena sel-selnya sudah tua sehingga dinding sel tebal dan kuat. Sel-sel sudah berisi zat

ekstraksi yang dapat menambah keawetan kayu. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung

berbagai macam zat yang memberi warna lebih gelap. Tidak mutlak semua kayu teras

demikian. Hanya pada jenis-jenis yang kau terasnya berisi tiloses.

2.1.4 Hati Kayu

Hati kayu merupakan bagian kayu yang terletak di pusat. Hati berasal dari kayu awal,

yang dibentuk oleh kambium dan bersifat rapuh serta lunak.

2.1.5. Lingkaran Tahun

Lingkaran tahun adalah batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada

akhir suatu musim. Lingkaran tahun menunjukkan perkembangan kayu dan musim kemarau

ke musim hujan dan sebaliknya. Lingkaran tahun dapat digunakan untuk mengetahui umur

sebatang pohon. Apabila pertumbuhan diameter (membesar) terganggu oleh musim kering

karena pengguguran daun, ataupun serangan serangga/hama, maka lingkaran tahun dapat

terdiri lebih dari satu lingkaran tahun (lingkaran tumbuh) dalam satu musim yang sama. Hal

ini disebut lingkaran palsu. Lingkaran tahun dapat mudah dilihat pada beberapa jenis kayu

daun lebar. Pada jenis-jenis lain, lingkaran tahun ada kalanya sulit dibedakan terutama di

(4)

2.1.6. Jari-Jari Kayu

Jari-jari terdapat dari luar ke dalam,berpusat pada sumbu batang. Fungsinya

menyampaikan zat bergizi dari kulit dalam ke bagian-bagian dalam dari pohon. Jari-jari teras

tidak sama pada setiap pohon.

2.2 Sifat-Sifat Umum Kayu

Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu

yang berasal dari satu pohon memiliki sifat agak berbeda, jika dibandingkan bagian ujung

dan pangkalnya. Sifat yang dimaksud antara lain yang bersangkutan dengan sifat-sifat

anatomi kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat kimianya. Di samping sekian

banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat

pada semua kayu yaitu :

a. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.

b. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacm-macam dan susunan dinding

selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsur

karbohidrat) serta berupa lignin (non-karbohidrat).

c. Semua kayu bersifat anisotropik, yatu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika

diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini

disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang

sel-sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang

pohon.

d. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau

bertambahnya kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di

(5)

e. Kayu dapat diserang makhluk perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kayu

keadaannya kering.

2.2.1. Sifat Fisik Kayu

Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah :

a. Berat Jenis Kayu

Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara minimum 0,20 (ky.balsa)

hingga BJ 1,28 (ky.nani). makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin

ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya.berat jenis ditentukan antara lain

oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh

dai perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada

suhu standar. Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering tanur atau

kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air tersebut.

b. Keawetan alami kayu

Yang dimaksud dengan keawetan alami, ialah ketahanan kayu terhadap serangan dari

unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan makhluk lainnya

yang diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya

suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi

perusak-perusak kayu, sehingga perusak-perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta

merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon, kayu ulin memiliki silica dan

(6)

Tabel 2.1.Kelas Awet Kayu

Zat ekstraktif kayu mulai terbentuk di saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras. Oleh

karenaitu kayu teras pada semua jenis umumnya lebih awet dibandingkan dengan kayu

gubalnya. Selain itu kayu gubal sel-selnya masih hidup dan sebagai tempat cadangan bahan

makanan serta kayunya lunak, sehingga lebih mudah bagi perusak-perusak kayu untuk

menembus dan merusak kayu tersebut.

c. Warna Kayu

Warna kayu yang beraneka macam disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang

berbeda-beda. Warna sutau jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti tempat di

dalam batang, umur pohon dan kelembaban udara. Kayu pohon yang lebih tua dapat lebih

gelap dari kayu pohon yang lebih muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda pula

warnanya dari kayu yang basah. Kayu yang lama berada di luar dapat lebih gelap, dapat juga

lebih pucat daripada kayu yang segar dan kering udara.

d. Higroskopik

Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau

kelembaban. Kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara pada

(7)

(EMC = Equilibrium Moisture Content). Dengan masuknya air ke dalam kayu, maka berat

kayu akan bertambah. Masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu tersebut basah

atau kering. Akibatnya kayu tersebut akan mengembang atau menyusut.

Penentuan Kadar Air Kayu

Banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu disebut kadar air kayu (Ka). Banyaknya

kandungan kadar air pada kayu berkisar sekitar 40 300 %, dinyatakan dengan persentase

dari berat kayu kering tanur. Berat kayu kering tanur dipakai sebagai dasar, karena berat ini

merupakan petunjuk banyaknya zat padat kayu. Rumus penentuan kadar air :

Ka (%) = x 100 %

Standar untuk menentukan banyaknya air adalah dengan mengeringkan kayu dalam tanur

pada suhu 100 105°C, hingga mencapai berat tetap. Dalam keadaan ini kadar air kayu

dianggap nol, walaupun sebenarnya kayu masih memiliki kadar air sekitar 1 %. Berat kayu

pada keadaan kering tanur disebut kayu kering tanur (Wo). Karena itu berat air yang ada

dalam kayu adalah perbedaan antara berat kayu sebelum dikeringkan (berat basah / berat

awal = Wb) dikurangi berat kayu sesudah dikeringkan dengan tanur.

Ka (%) =( ) ( ) × 100% = × 100%

Banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu dapat pula ditentukan dengan

menggunakan alat Hidrometer (alat pengukur kadar air kayu) dengan batas maksimum kadar

air 60 %.

Air di Dalam Kayu

Keadaan air yang terdapat di dala kayu terdiri atas 2 macam yaitu :

• Air bebas, yaitu air yang terdapat dalam rongga-rongga sel, yang paling mudah

(8)

• Air terikat, yaitu air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu, yang sangat sulit

untuk dilepaskan. Zat cair pada dinding-dinding sel inilah yang berpengaruh kepada

sifat-sifat kayu (penyusutan). Ketika air bebas telah keluar dan masih tertinggal air

terikat, dikatakan kayu telah mencapai titik jenuh serat (fiber saturation point).

Tingkatan titik jenuh serat untuk semua jenis kayu tidak sama, karena adanya variasi

susunan kimiawi kayu. Tetapi umumnya berkisar antara kadar air kayu 2530 %.

Kadar Air Maksimum Dalam Kayu

Kadar air maksimum akan tercapai bila semua rongga dalam dinding sel dan rongga-rongga

sel telah jenuh dengan air. Banyaknya air dalam kayu pada titik kejenuhan total ditentukan

oleh :

• Volume rongga-rongga dalam kayu, yang tidak diidi oleh zat dinding sel dan zat

ekstraktif.

• Berat jenis kayu (pada keadaan kering tanur).

Rumus untuk menghitung kadar air maksimum kayu sebagai berikut :

Ka maksimum (%) = ,

, × × 100%

Dimana :

1,5 = berat jenis zat kayu kering tanur = berat zat dinding sel kering tanur.

BJ = berat jenis kayu berdasarkan berat dan volumemasing-masing pada keadaan kering

tanur.

Kadar Air Keseimbangan

Jika kayu diletakkan pada suatu atmosfer dengan kelembaban tertentu pada akhirnya akan

mencapai suatu kadar air yang tetap disebut kadar air keseimbangan (equilibrium moisture

(9)

sekelilingnya. Perubahan-perubahan kadar air umumnya sangat besar pada permukaan kayu

dikarenakan perubahan-perubahan kadar air berlangsung cepat. Sebaliknya pada bagian

dalam kayu perubahan kadar air lebih lambat, sebab waktu yang dibutuhkan oleh air untuk

berdifusi dari atau ke bagian luar kayu lebih lama. Oleh karena itu dalam sepotong kayu

umumnya terdapat dua kelainan kadar air kayu, yaitu kadar yang rendah pada permukaan

kayu dan kadar yang tinggi pada bagian dalam kayu. Di antara kedua titik berlainan itu

terdapat peralihan kadar air yang berangsur-angsur. Di dalma kayu kecepatan pergerakan air

dalam berbagai arah terhadap sumbu kayu tidak sama. Dalam arah longitudinal (arah

memanjang kayu) gerakan dalam bentuk uap lebih mudah keluar, karena struktur sel yang

berbentuk tabung.

Penyusutan Kayu

Penambahan air atau zat cair lain pada dinding sel akan menyebabkan jaringan mikrofibril

mengembang, keadaan ini berlangsung sampai titik jenuh serat tercapai. Dalam proses ini

dikatakan bahwa kayu mengembang atau memuai. Penambahan air seterusnya pada kayu

tidak akan mempengaruhi perubahan volume dinding sel, sebab air yang ditambahkan di atas

titik jenuh serat akan ditampung dalam rongga sel. Sebaliknya jika air dalam kayu dengan

kadar air maksimum dikurangi, maka pengurangan air pertama-tama akan terjadi pada air

bebas dalam rongga sel sampai mencapai titik jenuh serat. Pengurangan air selanjutnya di

bawah titik jenuh serat akan menyebabkan dinding sel kayu itu menysut atau mengerut.

Dalam hal ini dikatakan kayu itu mengalami penyusutan atau pengerutan. Perubahan dimensi

dalam persen dari dimensi maksimum kayu itu. Dimensi maksimum adalah dimensi sebelum

ada penyusutan. Maka pengembangan dan penyusutan umumnya dinyatakan dalam persen

dari volume atau ukuran kayu dalam keadaan basah atau di atas titik jenuh serat.

(10)

Penyusutan (%) = × 100%

Oleh karena itu besarnya perubahan dimensi yang mungkin terjadi pada sepotong kayu waktu

dikeringkan dari keadaan basah perlu dipertimbangkan dalam pengerjaan dan penggunaan

kayu. Sebab banyak jenis kayu memiliki angka penyusutan yang tinggi, jika kayu tersebut

menjadi kering. Dalam penggunaan kayu dituntut syarat kestabilan kayu. Perubahan dimensi

kayu tidak sama dalam ketiga arah : longitudinal, tangensial dan radial. Dengan perkataan

lain kayu memiliki sifat anisotropi. Umumnya perhatian lebih besar ditujukan kepada

penyusutan dalam penggunaan kayu. Kayu menyusut lebih banyak dalam arah lingkaran

tumbuh (radial) dan sedikit sekali dalam arah sepanjang serat (longitudinal). Untuk

perubahan dimensi dalam arah longitudinal berkisar 0,1 0,2 %, dalam arah radial angka

penyusutan bervariasi antara 2,1 8,5 , sedangkan dalam arah tangensial angka penyusutan

lebih kurang 2 kali angka penyusutan radial bervariasi antara 4,314 %.

Salah satu usaha untuk mencegah dan membatasi penyusutan kayu ialah dengan membuat

kadar air kayu sekecil mungkin, atau pada keadaan kadar air keseimbangan, dengan cara

sebagai berikut :

• Kayu dikeringkan sampai mencapai kadar air yang stabil (tetap) sehingga penyusutan

yang terjadi yang terjadi relatif kecil atau dapat diabaikan.

• Setelah itu kayu tersebut disimpan dalam ruang yang tidak lembab dan memiliki

sirkulasi udara yang baik.

• Memberi lapisan pada kayu dengan bahan-bahan penutup / finishing untuk

menghambat perubahan kadar air atau untuk mempertahankan kestabilan kadar air,

(11)

e. Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Yang dimaksud dengan sel kayu ialah serat-serat

kayu. Berdasarkan teksturnya, jenis kayu digolongkan ke dalam :

• Kayu bertekstur halus, seperti : giam, lara, kulim dan lain-lain.

• Kayu bertekstur sedang, seperti : jati, sonokeling dan lain-lain.

• Kayu bertekstur kasar, seperti : kempas, meranti dan lain-lain.

f. Serat

Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang menunjukkan arah umum sel-sel kayu di

dalma kayu terhadap sumbu batang pohon asal potongan tadi. Arah serat dapat ditentukan

oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika

arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau

membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang, dikatakan kayu itu berserat mencong.

Serat mencong dapat dibagi lagi menjadi :

• Serat berpadu : bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-seling,

menyimpang ke kiri kemudian ke kanan terhadap sumbu batang, seperti : kulim,

renghas, kapur.

• Serat berombak : serat-serat kayu yang membentuk gambaran berombak, seperti :

renghas, merbau, dan lain-lain.

• Serat terpilin : serta-serat kayu yang membuat gambaran terpilin (puntiran),

seolah-olah batang kayu dipilin mengelilingi sumbu, seperti : bintangur, kapur, damar dan

lain-lain.

• Serat diagonal : yaitu serat yang terdapat pada potongan kayu atau papan, yang

digergaji sedemikian rupa sehingga tepinya tidak sejajar arah sumbu, tetapi

(12)

g. Kekerasan

Terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang keras

juga termasuk kayu-kayu yang berat. Kayu yang ringan adalah kayu yang lunak. Berdasarkan

kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan sebagai berikut :

• Kayu sangat keras, seperti : balau, giam dan lain-lain.

• Kayu keras, seperti : kulim, plang dan lain-lain.

• Kayu sedang kekerasannya, seperti : mahoni, meranti dan lain-lain.

• Kayu lunak, seperti : pinus, balsa, dan lain-lain.

Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu tersebut arah melintang dan

mencatat atau menilai kesan perlaanan oleh kayu itu pada saat pemotongan dan kilapnya

bidang potongan yang dihasilkan.

h. Kesan Raba

Kesan raba suatu jenis kayu adalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba permukaan

kayu tersebut. Kesan raba yang berbeda-beda itu untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung dari

tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif di dalam kayu.

Kesan rabanya licin apabila tekstur kayunya halus dan permukaannya mengandung lilin.

Kesan rabanya dingin apabila kayu bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi, dan panas

apabila teksturnya kasar dan berat jenisnya rendah.

i. Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu tersebut lama tersimpan di udara luar. Untuk

mengetahui bau dan rasa kayu perlu dilakukan pemotongan atau sayatan baru pada kayu atau

(13)

j. Nilai Dekoratif

Nilai dekoratif suatu jenis kayu tergantung dari penyebaran warna, arah serat kayu, tekstur

dan pemuculan riap-riap tumbuh yang bersama-sama muncul dalam pola atau bentuk tertentu.

k. Sifat kayu terhadap suara

Ada dua, yaitu :

Sifat akustik

Dasar akustik menunjukkan bahwa kemampuan atau meneruskan atau tidak

meneruskan suatu erat hubungannya dengan elastisitas kayu. Sepotong kayu dapat

bergetar bebas, jika dipukul akan mengeluarkan suara yang tingginya tergantung pada

frekuensi alami getaran kayu tersebut. Frekuensi ini ditentukan oleh kerapatan /

elastisitas ukuran kayu tersebut. Kayu yang telah kehilangan elastisitas misalnya

akibat serangan jamur, jika dipukul akan memberikan suara keruh, sedang kayu yang

sehat suaranya akan nyaring.

Sifat Resonansi

Kemampuan benda untuk mengabsorpsi suara tergantung pada masa dan pada

sifat-sifat akustik permukaan benda, yaitu mampu tidaknya permukaan benda

mengabsorpsi suara atau memantulkan suara.

2.2.2. Sifat Mekanik Kayu

Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan

muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang

mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda. Dalam hubungan

(14)

a. Kuat Tarik

Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan

gaya-gaya yang berusaha menarik kayu tersebut. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah sejajar

arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar

arah serat dan keteguhan tarik ini mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap

pembelahan. Kuat tarik sejajar arah serat kayu daerah iklim sedang bervariasi dari 50 160

N/mm2sedangkan kuat tarik tegak lurus arah serat 17 N/mm2.

b. Kuat Tekan (Kompresi)

Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu itu

dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Kuat tekan terdiri dari kuat tekan tegak lurus arah

serat dan kuat tekan sejajar arah serat. Kuat tekan tegak lurus arah serat menentukan

ketahanan kayu terhadap bebakn. Kuat tekan juga mempunyai hubungan juga dengan

kekerasan kayu dan kuat geser. Kuat tekan tegak lurus arah serat pada semua kayu lebih kecil

daripada kuat tekan sejajar arah serat. Kuat tekan sejajar serat 15 kali kuat tekan tegak lurus

serat dan besarnya antara 25 95 N/mm2, sedangkan kuat tekan tegak lurus serat bervariasi

antara 1 20 N/mm2. Kuat tekan kayu kira-kira setengah kuat tarik kayu hal ini karena

struktur kayu. Dinding sel tersusun atas molekul-molekul selulose yang sangat kuat menahan

kekuatan tarik aksial. Hemiselulose dan lignin juga mendukung dalam kekuatan tekan.

Kerusakan karena tekanan sejajar serat disebabkan oleh rusaknya lapisan-lapisan interseluler,

belah atau geser, terlipatnya sel dan pecahnya dinding sel. Sebaliknya tekanan tegak lurus

menyebabkan perubahan bentuk penampang melintang sel dan pengurangan besarnya rongga

sel. Tekanan tegak lurus serat terjadi misalnya pada bantalan rel yang dilalui oleh rel kereta

(15)

c. Kuat Geser

Kuat geser ialah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya,

yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau bergelinsir dari bagian lain di

dekatnya. Kuat geser terdiri dari kuat geser sejajar arah serat, kuat geser tegak lurus arah serat

dan kuat geser miring. Kuat geser tegak lurus arah serat jauh lebih besar daripada kuat geser

sejajar arah serat.

d. Kuat Lentur

Kuat lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu

atau untuk menahan beban-beban mati maupun hidup selain beban pukulan yang harus

dipikul oleh kayu tersebut. Kuat lentur terdiri dari kuat lentur statik dan kuat lentur pukul.

Kuat lentur statik adalah kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara

perlahan-lahan. Kuat lentur pukul adalah kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara

mendadak. Tegangan tarik terbesar terletak pada permukaan bawah, tegangan tekan terbesar

terletak pada permukaan atas, kemudian secara berangsur-angsur masing-masing menurun ke

arah tengah dan menjadi nol di bidang netral atau tengah gelagar. Sedangkan tegangan geser

terbesar di bidang netral di tengah gelagar dan nol di permukaan. Pembagian tegangan

sepanjang batang gelagar tergantung pada cara pembebanan.

Kuat lentur kayu biasanya dinyatakan dalam modulus retak (modulus of rupture =

MOR) yang merupakan tegangan tertinggi di bagian serat paling luar kayu ketika gelagar

retak / patah karena beban yang dikenakan secara berangsur-angsur selama beberapa menit.

MOR bervariasi antara 55 160 N/mm2 dan ini menunjukkan bahwa tegangan lentur sama

(16)

e. Kekakuan

Kekakuan kayu ialah suatu ukuran kekuatannya untuk mampu menahan perubahan bentuk

atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dengan istilah modulus elastisitas yang

berasal dari pengujian-pengujian keteguhan lengkung statik. Nilai MOE bervariasi antara

2500 17000 N/mm2 untuk arah aksial. Kayu memiliki MOE yang lebih rendah dibanding

bahan-bahan lain, namun bila dilihat dari berat jenisnya nilai elastisitasnya sebanding dengan

baja. MOE berbeda pada ketiga arah (aksial, tangensial dan radial). Pada arah transversal

(tangensial dan radial) hanya sekitar 300–600 N/mm2.

f. Keuletan

Kayu yang sukar dibelah, dikatakan ulet. Kayu yang tidak akan patah sebelum bentuknya

berubah karena beban-beban yang sama atau mendekati kuat maksimumnya, atau kayu yang

telah patah dan dilekuk bolak-balik tanpa kayu tersebut putus terlepas, dikatakan ulet.

Keuletan kayu diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang

relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang

yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen

dan kerusakan sebagian.

g. Kuat Belah

Sifat ini digunakan untuk menyatakan kekuatan kayu menahan gaya-gaya yang berusaha

membelah kayu. Tegangan belah adalah suatu tegangan yang terjadi karena adanya gaya

yang berperan sebagai baji. Sebagian besar kayu lebih mudah terbelah pada arah radial

(17)

Ukuran-ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan kayu atau sifat-sifat

mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat mekanik

secara garis besar dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu :

• Faktor-faktor luar (eksternal) antara lain : pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,

pembebanan dan cacat-cacat yang disebabkan oleh jamur serta serangga perusak

kayu.

• Faktor dalam kayu (internal) antara lain : berat jenis kayu, cacat-cacat berupa mata

kayu, serat-serat menong, dan lain sebagainya.

Berdasarkan kekuatannya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam 5 kelas kuat yaitu :

Tabel 2.2 Kelas Kuat Kayu

2.2.3. Sifat Kimia

Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangga makhluk

perusak kayu. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri

(18)

• Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa

• Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin

• Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat

ekstraktif

Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar selulosa dan

hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapat

dalam dinding primer dan lamela tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu.

Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu ialah :

• Karbon = 50 %

• Hidrogen = 6 %

• Nitrogen = 0,04–0,10 %

• Abu = 0,200,50 %

• Sisanya oksigen.

a. Selulosa

Adalah bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding sel. Bahan dasar selulosa ialah

glukosa, gula bermartabat enam, dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul glukosa

disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan

menjadi selulosa.

b. Lignin

Merupakan bagian yang bukan karbohidrat, sebagai persenyawaan kimia yang jauh dari

sederhana, tidak berstruktur, bentuknya amorf. Dinding sel tersusun oleh suatu rangka

molekul selulosa, terdapat pula lignin. Kedua bagian ini merupakan suatu kesatuan yang erat,

yang menyebabkan dinding sel menjadi kuat menyerupa beton bertulang besi. Selulosa

(19)

lamela tengah dan dinding primer. Kadar lignin dalam kayu gubal lebih tinggi daripada dalam

kayu teras.

c. Hemiselulosa

Hemiselulosa adalah semacam selulosa berupa persenyawaan dengan molekul-molekul besar

yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa dapat tersusun oleh gua yang bermartabat lima

dengan rumus C5H10O5 disebut pentosan atau gula bermartabat enam C6H12O6 disebut

hexosan. Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan dinding-dinding sel dan juga sebagai

bahan zat cadangan.

d. Zat Ekstraktif

Umunya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti : eter, alkohol, bensin dan air.

Banyaknya rata-rata 3 8 % dari berat kayu kering tanur. Termasuk didalamnya

minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tanin, gula pati dan zat warna. Zat ekstraktif memiliki arti yang

penting dalam kayu karena :

• Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa jenis kayu

• Dapat digunakan untuk mengenal suatu jenis kayu

• Dapat digunakan sebagai bahan industri

• Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada alat-alat

pertukangan

e. Di samping persenyawaan-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada beberapa

zat organik, yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal

setelah lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar air ini bervariasi antara 0,2 1%

(20)

2.3 Kayu Rambung

Tanaman rambung berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliens yang

berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam

dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai

tempat seperti : Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga

menghasilkan getah. Secara umum tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis yang

mencakup luasan antara 15°LU - 10°LS. Tanaman karet tumbuh baik pada daerah dengan

curah hujan per tahun di atas 2000 mm optimal antara 2500 4000 mm, temperatur 26 28

°C dan sangat cocok di tempat yang mempunyai ketinggian tidak lebih dari 700 m dpl. Di

Indonesia kayu karet banyak ditemukan pada perkebunan besar dan perkebunan rakyat di

Sumatera, Jawa dan Kalimantan untuk diambil getahnya. Tanaman karet merupakan pohon

yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15 25

meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.

Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

Sifat fisik dari kayu rambung yang mencolok adalah kayu rambung mudah di gergaji

dan permukaan gergajinya cukup halus, serta mudah dibubut dengan menghasilkan

permukaan yang rata dan halus. Kayu rambung juga mudah dipaku, dan mempunyai

karakteristik pelekatan yang baik dengan semua jenis pelekat. Sifat yang khas dari kayu

rambung adalah warnanya yang putih kekuningan ketika baru dipotong, dan akan menjadi

kuning pucat seperti warna jerami setelah dikeringkan. Kayu rambung juga sangat mudah

(21)

2.4 Pengawetan Kayu

Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Keawetan kayu ialah daya

tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu

sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya

kurang diperhatikan.

Alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena :

• Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit didapat

dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup mahal.

• Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan mudah didapat dalam

jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun lebih mudah. Selain itu segi keindahannya

cukup tinggi, hanya faktor keawetannya saja yang kurang. Sehingga lebih efisien bila

diawetkan terlebih dahulu.

• Orang berusaha mendapatkan keuntungan finansial.

Tujuan pengawetan kayu :

• Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya memiliki umur

pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam pemakaian.

• Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan rendah dan

sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu di

Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas dan banyak dengan aneka jenis

kayunya.

• Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan, sehingga

(22)

2.4.1. Prinsip-Prinsip dalam Pengawetan Kayu

Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip-prinsip di bawah ini :

• Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.

• Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak

mungkin di dalam kayu.

• Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan.

• Faktor yang yang digunakan.

• Metode pengawetan yang digunakan.

• Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif

yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.

• Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.

2.4.2 Macam-Macam Pengawetan Kayu

a) Pengawetan Remanen/Sementara (Prophylactis Treatment)

Tujuannya menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) seperti blue

stain, bubuk kayu basah dan serangga perusak lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara

lain NaPCP (Natrium Penthachlor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun

kayu gergajian basah.

b) Pengawetan Permanen

Tujuannya adalah menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin. Yang

perlu diperhatikan dalam pengawetan permanen, ialah sesudah dilaksanakan pengawetan,

kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor dan lain-lain), sehingga

terbukanya permukaan kayu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus dioleh, maka bekas

pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Hampir semua bahan pengawet dapat

(23)

menggunakan metode peleburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat

menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan

retensi yang diinginkan.

Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok :

• Metode sederhana

 Metode rendaman

 Metode pencelupan

 Metode pemulasan

 Metode penyemprotan

 Metode pembalutan

• Metode khusus

 Metode proses sel penuh

 Metode proses sel kosong

2.4.3 Bahan Pengawet

Bahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia yang telah diketemukan dan sangat

beracun terhadap makhluk perusak kayu, antara lain : arsen (As), tembaga (Cu), seng (Zn),

fluor (F), krom (Cr) dan lain-lain.

Faktor-faktor sebagai syarat pengawet yang baik :

• Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu.

• Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu.

• Bersifat permanen tidak mudah luntur atau menguap.

• Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain misalnya : logam, perekat dan

cat/finishing.

(24)

• Tidak merusak sifat-sifat kayu : sifat fisik, mekanik dan kimia.

• Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.

• Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan pemeliharaan.

• Mudah dikerjakan, diangkut serta mudah didapat dan murah.

Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang digunakan :

a) Bahan Pengawet yang Larut dalam Air

Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut :

• Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat dan tepung.

• Tidak mengotori kayu.

• Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau cat) setelah kayu

tersebut dikeringkan terlebih dahulu.

• Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk dalam kayu.

• Penggunaannya mudah dan dapat diawetkan dalam jumlah besar.

• Mudah luntur.

Dianjurkan, setelah kayu perabot tersebut diawetkan dan dikeringkan, selanjutnya

di-finishing. Gunanya untuk menutup permukaan kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh

oleh udara lembab, sebab kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis). Kosentrasi

larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah diawetkan (rata-rata 5

sampai 10 %).

b) Bahan Pengawet yang Larut dalam Minyak

Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut :

• Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Pada waktu

akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut antara lain : solar,

(25)

• Bersifat menolak air, daya pelunturnya rendah, sebab minyak tidak dapat bertoleransi

dengan air.

• Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.

• Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).

• Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.

• Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.

• Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi antara minyak

dan kandungan air pada kayu.

• Mudah terbakar.

• Tidak mudah luntur.

c) Bahan Pengawet yang Berupa Minyak.

Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat yang

dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan dijauhkan dari

hubungan manusia, karena baunya tidak enak dan mengotori tempat.

Pada penelitian ini bahan pengawet yang digunakan yaitu Asam Borat.

2.4.4 Bahan Pengawet

Asam Borat

Asam borat dikenal dengan nama kimia Acidum boricum. Asam borat mengandung

tidak kurang dari 99,5 % H3BO3. Asam borat berbentuk serbuk hablur putih atau sisik

mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam, pahit dan manis. Asam borat

larut dalam 20 pembagian air, 3 bagian air mendidih, 16 bagian etanol (95 %) P (posfor) dan

(26)

Dalam 30 bagian air larutan jernih dan tidak berwarna, 1 gram asam borat melarut

sempurna. Asam borat memiliki pH 3,8 sampai 4,8. Penetapan dilakukan menggunakan 3,0

gr dalam 800 ml air mendidih, didinginkan dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 90

ml. Penyimpanan asam borat harus dalam wadah tertutup baik. Asam borat berkhasiat dan

digunakan dalam antiseptikum ekstern.

Asam borat digunakan untuk mengawetkan kayu agar terhindar dari cendawan dan

serangga perusak kayu. Harganya relatif murah sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi

sebagai bahan pengawet kayu. Meskipun demikian, bahan pengawet asam borat ini mudah

mengalami pelunturan. Oleh karena itu, bahan pengawet ini hanya dianjurkan untuk

mengawetkan kayu konstruksi rumah (misal rangka atap) dan tidak dianjurkan untuk kayu

yang dalam penggunaannya berhubungan dengan tanah atau kondisi lembab (misalnya

pagar).

2.4.5 Teknik Pengawetan Kayu

2.4.5.1 Menyiapkan Kayu yang Akan Diawetkan

Setiap cara pengawetan bertujuan memasukkan bahan pengawet sedalam, sebanyak mungkin

ke dalam kayu secara merata sesuai dengan jumlah retensi yang diperlukan. Agar diperoleh

hasil pengawetan yang baik perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

a) Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama bila menggunakan bahan

pengawet berupa minyak atau larut minyak dengan cara tekanan/vakum (kadar air

yang dikandung sekitar 20 sampai 25 %).

b) Kayu harus bebas kulit dan kotoran. Kecuali cara pengawetan khusus, kayu tidak

perlu dikuliti.

(27)

d) Kayu dianjurkan dalam bentuk siap pakai, tidak diperkenankan dipotong, dibelah,

diserut ataupun pengerjaan lain setelah diawetkan, sebab akan membuka permukaan

kayu yang telah terlapisi bahan pengawet. Bila pengerjaan lanjutan maka bagian yang

terbuka dan tidak ditembus bahan pengawet perlu dilebur bahan pengawet secara

merata.

e) Bahan pengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan pengawetan.

f) Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.

2.4.5.2 Cara Pengawetan

Metode rendaman

Kayu direndam di dalam bak larutan bahan pengawet yang telah ditentukan

konsentrasi (kesepakatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau

beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan

sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan stiker. Ada beberapa

macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas dan rendaman

panas dan dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau

logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas dingin lazim dilakukan dalam bak dari

logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan 2 bak

rendaman (1 bak untuk merendam dan bak ke-2 untuk membuat larutan bahan pengawet,

kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan

lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dingin

lebih baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan

pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa

garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa

minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk

(28)

2.4.6 Keuntungan dan Kerugian Metode Pengawetan

Metode rendaman

Keuntungan :

• Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak

• Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama

• Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila

berkurang).

Kerugian :

• Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin

• Peralatan mudah terkena karat

• Pada proses panas, bila tidak hati-hati kayu dapat terbakar

• Kayu basah agak sulit diawetkan

2.4.7 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Akhir Proses Pengawetan

a) Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus dilakukan

dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan kayu yang mengakibatkan

tergoresnya permukaan yang telah terlapiskan bahan pengawet.

b) Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan pengeringan secara

alami atau buatan. Perlu diperhatikan, tidak semua bahan pengawet dapat dikeringkan

secara pengeringan buatan (dry kiln). Sebab dengan pengeringan yang mendadak,

bahan pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti pelunturan bahan

(29)

pengeringan akhir dengan kiln. Setelah kayu benar-benar kering, penggunaan dapat

dilakukan.

c) Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di tempat yang

terlindung dan terbuka bagi sirkulasi udara. Caranya seperti penyusunan kayu

Gambar

Gambar 2.1Bagian-bagian Kayu
Tabel 2.1. Kelas Awet Kayu
Tabel 2.2 Kelas Kuat Kayu

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Kajian Jenis Bahan Pembawa dalam Waktu Penyimpanan yang Berbeda Terhadap Daya Antagonisme Rhizobakteria. Jurusan/Program Studi : Agroteknologi / Perlindungan Tanaman

Semakin kuat seorang wanita memiliki motivasi untuk memaafkan pria yang telah menghamilinya, maka regulasi emosi yang terjadi dalam dirinya akan menjadi positif,

Analisis Keragaman Exon-1 Gen Hormon Pertumbuhan pada Itik Lokal (Bayang) Sumatera Barat Menggunakan Metoda PCR-RFLP.. Polymorphism Analysis of the Exon-1 Growth Hormone Gene in

JUDUL : GIZI JUTAAN ANAK INDONESIA BERMASALAH MEDIA : HARIAN JOGJA. TANGGAL : 26

[r]

Saat ini dari 10 perwajilan dari AICHR, 2 orang dipilih dari kalangan Organisasi Masyarakat Sipil (CSO) yakni dari Indonesia dan Thailand, sementara yang lainnya dari perwakilan

Sehubungan dengan kepesatan usaha properti atau real estate tersebut maka pemerintah juga mengembangkan pajak penghasilan yang baru yaitu hasil pengembangan pajak penghasilan yang

Gambar 5 menunjukkan grafik pengaruh penambahan limbah batubara dan kompos terhadap rata-rata biomassa (bk) bagian bunga tanaman bunga matahari.Grafik tersebut