• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Karakteristik Agroekologi Tanaman Salak Padangsidimpuan Berdasarkan Potensi Produksi di Kabupaten Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Karakteristik Agroekologi Tanaman Salak Padangsidimpuan Berdasarkan Potensi Produksi di Kabupaten Tapanuli Selatan"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TANAMAN SALAK PADANGSIDIMPUAN BERDASARKAN POTENSI PRODUKSI DI

KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TESIS

Oleh :

LANNAHARA HASIBUAN NIM. 107001035

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KAJIAN KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TANAMAN SALAK PADANGSIDIMPUAN BERDASARKAN POTENSI PRODUKSI DI

KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister dalam Program Magister Agroekoteknologi

pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

LANNAHARA HASIBUAN NIM. 107001035

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : Kajian Karakteristik Agroekologi Tanaman Salak Padangsidimpuan Berdasarkan Potensi Produksi Di Kabupaten Tapanuli Selatan

Nama Mahasiswa : Lannahara Hasibuan Nomor Pokok : 107001035

Program Studi : Agroekoteknogi

Menyetujui :

Komisi Pembimbing Ketua

Anggota

DR. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si Prof. DR. Ir. Abdul Rauf, MP

Ketua Program Studi Dekan

Prof. DR. Ir. Abdul Rauf, MP Prof. DR. Ir. Darma Bakti, MS

(4)

Telah di uji pada hari : Selasa

Tanggal : 12 Februari 2013

---

Panitia Penguji Tesis :

Ketua : Prof. DR. Ir. Abdul Rauf, MP

Anggota : DR. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si Prof. DR. Ir. B. Sengli J. Damanik. M.Sc DR. Ir. Hamidah Hanum, MP

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan thesis yang berjudul ”Kajian Karakteristik Agroekologi Tanaman Salak Padangsidimpuan Berdasarkan Potensi Produksi di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Selama berlangsungnya kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Melalui

lembaran ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis almarhum H. Fakhruddin Hasibuan dan Almarhum

Hj.Nurada Lubis, yang telah memberikan kasih sayang yang tulus dan

pendidikan yang baik.

2. Bapak Prof. DR.IR. Abdul Rauf, MP, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dan motivasi kepada penulis terutama

dalam hal penulisan hingga selesainya tesis ini.

3. Ibu DR. Lollie Agustina P. Putri M.Si, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran serta kritikan bagi penulis sehingga

selesainya penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik. M.Sc, selaku Dosen Penguji I dan

Ibu Hamidah Hannum

5. Suamiku tercinta Mukhsin Tajalla Harahap yang dengan tulus dan ikhlas

memberikan dorongan moril dan untaian Do’a yang terangkai dalam cinta.

6. Anak-anakku tercinta Husnul Rizkiah Salam Harahap, Wardah Khoiriah

Harahap, Nurfidyati Ramadhan Harahap, Diah Sakinah Harahap yang telah

(6)

7. Rekan-rekan seperjuangan S2 AET 2010 yamg memberikan dorongan, dan

meluangkan waktunya sebagai mitra diskusi selama penelitian dan penulisan

tesis berlangsung.

Sebagai insan yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, penulis

menyadari bahwa Tesis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu dengan

kerendahan hati penulis akan menerima segala kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua fihak demi perbaikan penelitian ini nantinya. Akhirnya

penulis berharap semoga kiranya penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi

kita semua terutama fihak yang memerlukannya.

Medan, April 2013

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRACT ... xiii

ABSTRAK ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang Penelitian ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA... 6

Tanaman Salak dan Pengembangannya ... 6

Tapanuli Selatan Sebagai Sentra Komiditi Salak ... 8

Pengaruh Tanah Terhadap Pertumbuhan dan hasil tanaman ... 8

Nitrogen... 9

Fosfor 9

Kalium ... 10

Magnesium ... 10

C- Organik ... 10

pH 11

Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman ... 12

Pengaruh Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman ... 14

METODE PENELITIAN ... 15

Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan Dan Alat ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Parameter Pengamatan ... 18

Analisis Sifat Kimia Tanah ... 19

Analisis Daun ... 19

Data Lingkungan ... 19

Tahapan Analisis Data ... 20

Analisis Regresi Linier Sederhana ... 20

Analisis Regresi Linier Berganda ... 20

Analisis Metode Stepwise ... 21

Analisis Korelasi ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

Hubungan C-Organik Dengan Potensi Produksi Salak ... 22

Hubungan Nitrogen (N) Dengan Potensi Produksi Salak ... 24

Hubungan Fosfor (P) Dengan Potensi Produksi ... 26

Hubungan Kalium (K) Dengan Potensi Produksi... 27

Hubungan Magnesium ( Mg) Dengan Potensi Produksi ... 29

Hubungan Kedalaman Efektif Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak... 30

(8)

Hubungan Nitrogen Daun Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak ... 34

Hubungan Fosfor Daun (P) Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak ... 35

Hubungan Kalium Daun (K) Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak... 36

Hubungan Ketinggian Tempat Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak ... 38

Hubungan Kemiringan Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak ... 39

Hubungan Suhu Udara Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak ... 41

Hubungan Suhu Tanah Dengan Potensi Produksi ... 43

Analisis Regresi Berganda Hubungan Karakteristik Agroekologi Dengan Potensi Produksi Yang Ditentukan ... 45

Hubungan Karakteristik Agroekologi Dengan Potensi Produksi ... 45

Hubungan Status Hara Tanah Dengan Potensi Produksi ... 45

Hubungan Status Hara Daun Nitrogen, Fosfor dan Kalium Dengan Potensi Produksi... 46

Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Potensi Produksi ... 46

Hubungan Karakteristik Agroekologi Dengan Potensi Produksi Tinggi ... 47

Hubungan Karakteristik Agroekologi Dengan Potensi Produksi Sedang ... 48

Hubungan Karakteristik Agroekologi Dengan Potensi Produksi Rendah ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

KESIMPULAN ... 50

SARAN ... 50

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Metode analisis yang digunakan untuk masing-masing peubah amatan sifat kimia tanah ... 19

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 . Hubungan C-organik Dengan Potensi Produksi ... 23

Gambar 2 . Hubungan Nitrogen Dengan Potensi Produksi ... 24

Gambar 3 . Hubungan Fosfor Dengan Potensi Produksi ... 26

Gambar 4 . Hubungan Kalium Dengan Potensi Produksi ... 27

Gambar 5 . Hubungan Magnesium Dengan Potensi produksi ... 29

Gambar 6 . Hubungan Kedalaman Efektif Dengan Potensi Produksi ... 31

Gambar 7 . Hubungan pH dengan potensi produksi ... 32

Gambar 8 . Hubungan Nitrogen Daun Dengan Potensi Produksi ... 34

Gambar 9 . Hubungan Fosfor Daun Dengan Potensi Produksi ... 36

Gambar 10 . Hubungan Kalium Daun Dengan Potensi Produksi ... 37

Gambar 11 . Hubungan Ketinggian Tempat Dengan Potensi Produksi ... 38

Gambar 12 . Hubungan Kemiringan lahan Dengan Potensi Produksi ... 40

Gambar 13 . Hubungan Suhu udara Dengan Potensi Produksi ... 42

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Di Tigapuluh (30) Lokasi Penelitian ... 55

Lampiran 2. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi C-0rganik Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi. ... 56

Lampiran 3. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi C-0rganik Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 56

Lampiran 4. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi C-0rganik Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 57

Lampiran 5. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Nitrogen Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 58

Lampiran 6. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Nitrogen Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 59

Lampiran 7. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Nitrogen Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 59

Lampiran 8. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Fosfor Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 60 Lampiran 9. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Fosfor Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 61

Lampiran 10. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Fosfor Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 62

Lampiran 11. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kalium Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 62

Lampiran 12. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kalium Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 63

Lampiran 13. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kalium Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 64

Lampiran 14. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Magnesium Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 65

(12)

Lampiran 16. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Magnesium Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 66

Lampiran 17. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kedalaman Efektif

Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 67 Lampiran 18. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kedalaman Efektif

Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 68 Lampiran 19. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kedalaman Efektif

Berdasarkan Potensi Produksi Rendah ... 68 Lampiran 20. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi pH Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 69

Lampiran 21. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi pH Tanah Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 70

Lampiran 22. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi pH Tanah Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 71

Lampiran 23. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Nitrogen Daun

Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 71 Lampiran 24. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Nitrogen Daun

Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 72 Lampiran 25. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Nitrogen Daun

Berdasarkan Potensi Produksi Rendah ... 73 Lampiran 26. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Fosfor Daun Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 74

Lampiran 27. . Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Fosfor Daun

Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 74 Lampiran 28. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Fosfor Daun Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 75

Lampiran 29. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kalium Daun

Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 76 Lampiran 30. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kalium Daun

Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 77 Lampiran 31. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kalium Daun

(13)

Lampiran 32. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Ketinggian Tempat

Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 78 Lampiran 33. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Ketinggian Tempat

Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 79 Lampiran 34. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Ketinggian Tempat

Berdasarkan Potensi Produksi Rendah ... 79 Lampiran 35. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kemiringan Lahan

Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 80 Lampiran 36. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kemiringan Lahan

Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 81 Lampiran 37. . Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Kemiringan Lahan Berdasarkan Potensi Produksi Rendah ... 82

Lampiran 38. .Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Suhu Udara Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 82

Lampiran 39. . Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Suhu Udara Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 83 Lampiran 40. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Suhu Udara Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 84

Lampiran 41. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Suhu Tanah Berdasarkan Potensi Produksi Tinggi ... 84

Lampiran 42. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Suhu Tanah Berdasarkan Potensi Produksi Sedang ... 85

Lampiran 43. Hasil Analisis Karakteristik Agroekologi Suhu Tanah Berdasarkan Potensi Produksi Rendah... 86

Lampiran 44. Analisis Regresi Berganda Karakteristik Agroekologi Dengan Produksi... 86

Lampiran 45. Analisis Regresi Stepwise Status Hara Tanah Dengan Potensi Produksi... 87

Lampiran 46. Analisis regresi stepwise status hara daun dengan potensi produksi ... 88

(14)

Lampiran 48. Hubungan Karakteristik Agroekologi Dengan Potensi Tinggi ... 90

Lampiran 49. Hubungan Karakteristik Agroekologi Dengan Potensi Sedang ... 91

Lampiran 50. Hubungan Karakteristik Agroekologi Dengan Potensi Rendah ... 92

Lampiran 51. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Hardjowigeno,1995) ... 93

Lampiran 52. Peta administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan ... 94

Lampiran 53. Titik Lokasi Penelitian pada 30 Lokasi di enam (6) Kecamatan ... 95

Lampiran 54. Lokasi Penelitian Dengan Tiga Puluh Titik Sampel Pengamatan .. 96

Lampiran 55. Rataan Tahunan Curah Hujan Kec A. Barat, B Toru dan Bat. Angkola ... 97

Lampiran 56. Rataan Produksi Salak/Ton/Tahun Pada Tiga Puluh Lokasi ... 98

(15)

ABSTRACT

LANNAHARA HASIBUAN : The Agroecology Character Study of Padangsidimpuan Salak Plantation Based on Productive Potency in South Tapanuli. Supervised by Abdul Rauf and Lollie Agustina P. Putri.

The objektive of this research was to know the relation of each agroecology characteristic toward productive potency, the relation of all toward productive potency and the most dominant agroecology characteristic in producing level.

This research was done in four subdistricts, Angkola Barat, Angkola Selatan, Marancar and Batang Angkola in South Tapanuli Regency, started from April through August 2012.

This research was done by a field survey methode based on productive potential parameters which is divided into three parts, namely : a high productive potency ( 10000 ≤ x kgs/hectare/year), a middle productive potency ( 6000 ≤ x < 10000 kgs/hectar/year), a low productive potency (3000 ≤ x < 6000 kgs/hectare/year). An observation was done to organic C ( %), soil nutrient nitrogen (%), soil nutrient phosphorus (ppm), pot assium soil nutrient (%), soil nutrient magnesium (%), The depth of effective solum (m), leaf nitrogen nutrient (%), leaf nutrient potassium (%), leaf nutrient phosphorus (%), the inclination of soil (%), the height of soil (m), the temperature of air (0C), the temperature of soil (0C).

To know the correation between agroecology characteristic toward productive potency, an analysis of regression and correlation was applied. The result of this research showed that nitrogen, kalium, pH, leaf nitrogen, as wells leaf fosfor are agroecology characteristic which influenced productive potency level by 84.4 % determined coeffcient.

To know the most dominant agroecology characteristc, a stepwise methode was applied. . The result showed that the status of calium and fosfor of content soil, status nitrogen content leaf, the environment factor of soil temperature influenced productive potensy.

(16)

ABSTRAK

LANNAHARA HASIBUAN: Kajian Karakteristik Agroekologi Tanaman Salak Berdasarkan Potensi Produksi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dibawah bimbingan ABDUL RAUF dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan masing-masing karakteristik agroekologi dengan potensi produksi, hubungan semua karakteristik agroekologi terhadap potensi produksi, dan karakteristik agroekologi yang paling dominan dalam menentukan produksi.

Lokasi penelitian dilakukan diempat kecamatan yaitu Angkola Barat, Angkola Selatan, Marancar, dan Batang Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan, yaitu pada Bulan April sampai Agustus 2012.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey lapang berdasarkan parameter yang dipergunakan yaitu potensi produksi yang dibagi atas tiga kategori, Potensi Produksi Tinggi (10000≤ x kg/ha/tahun), Potensi Produksi Sedang (6000 ≤ x < 10000 kg/ha/tahun), Potensi Produksi Rendah (3000 ≤ x < 6000 kg/ha/tahun). Pengamatan dilakukan terhadap C-Organik (%), unsur N (%), unsur P (ppm), unsur K (%), unsur Mg, kedalaman solum efektif (m) , unsur N daun (%), unsur P daun (%), Unsur K daun (%), kemiringan lahan (%), ketinggian tempat (m), suhu udara (0C), suhu tanah (0C).

Untuk mengetahui hubungan karakteristik agroekologi dengan potensi produksi dilakukan analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nitrogen, kalium, pH, nitrogen daun serta fosfor daun merupakan karakteristik agroekologi yang mempengaruhi tingkat potensi produksi dengan koefisien determinasi 84,4 %.

Untuk mengetahui karakteristik agroekologi yang paling dominan dilakukan uji dengan metode stepwise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status hara tanah kalium dan fosfor, status hara daun nitrogen, dan faktor lingkungan suhu tanah merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi potensi produksi.

(17)

ABSTRACT

LANNAHARA HASIBUAN : The Agroecology Character Study of Padangsidimpuan Salak Plantation Based on Productive Potency in South Tapanuli. Supervised by Abdul Rauf and Lollie Agustina P. Putri.

The objektive of this research was to know the relation of each agroecology characteristic toward productive potency, the relation of all toward productive potency and the most dominant agroecology characteristic in producing level.

This research was done in four subdistricts, Angkola Barat, Angkola Selatan, Marancar and Batang Angkola in South Tapanuli Regency, started from April through August 2012.

This research was done by a field survey methode based on productive potential parameters which is divided into three parts, namely : a high productive potency ( 10000 ≤ x kgs/hectare/year), a middle productive potency ( 6000 ≤ x < 10000 kgs/hectar/year), a low productive potency (3000 ≤ x < 6000 kgs/hectare/year). An observation was done to organic C ( %), soil nutrient nitrogen (%), soil nutrient phosphorus (ppm), pot assium soil nutrient (%), soil nutrient magnesium (%), The depth of effective solum (m), leaf nitrogen nutrient (%), leaf nutrient potassium (%), leaf nutrient phosphorus (%), the inclination of soil (%), the height of soil (m), the temperature of air (0C), the temperature of soil (0C).

To know the correation between agroecology characteristic toward productive potency, an analysis of regression and correlation was applied. The result of this research showed that nitrogen, kalium, pH, leaf nitrogen, as wells leaf fosfor are agroecology characteristic which influenced productive potency level by 84.4 % determined coeffcient.

To know the most dominant agroecology characteristc, a stepwise methode was applied. . The result showed that the status of calium and fosfor of content soil, status nitrogen content leaf, the environment factor of soil temperature influenced productive potensy.

(18)

ABSTRAK

LANNAHARA HASIBUAN: Kajian Karakteristik Agroekologi Tanaman Salak Berdasarkan Potensi Produksi di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dibawah bimbingan ABDUL RAUF dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan masing-masing karakteristik agroekologi dengan potensi produksi, hubungan semua karakteristik agroekologi terhadap potensi produksi, dan karakteristik agroekologi yang paling dominan dalam menentukan produksi.

Lokasi penelitian dilakukan diempat kecamatan yaitu Angkola Barat, Angkola Selatan, Marancar, dan Batang Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan, yaitu pada Bulan April sampai Agustus 2012.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey lapang berdasarkan parameter yang dipergunakan yaitu potensi produksi yang dibagi atas tiga kategori, Potensi Produksi Tinggi (10000≤ x kg/ha/tahun), Potensi Produksi Sedang (6000 ≤ x < 10000 kg/ha/tahun), Potensi Produksi Rendah (3000 ≤ x < 6000 kg/ha/tahun). Pengamatan dilakukan terhadap C-Organik (%), unsur N (%), unsur P (ppm), unsur K (%), unsur Mg, kedalaman solum efektif (m) , unsur N daun (%), unsur P daun (%), Unsur K daun (%), kemiringan lahan (%), ketinggian tempat (m), suhu udara (0C), suhu tanah (0C).

Untuk mengetahui hubungan karakteristik agroekologi dengan potensi produksi dilakukan analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nitrogen, kalium, pH, nitrogen daun serta fosfor daun merupakan karakteristik agroekologi yang mempengaruhi tingkat potensi produksi dengan koefisien determinasi 84,4 %.

Untuk mengetahui karakteristik agroekologi yang paling dominan dilakukan uji dengan metode stepwise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status hara tanah kalium dan fosfor, status hara daun nitrogen, dan faktor lingkungan suhu tanah merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi potensi produksi.

(19)

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Salak (Salacca edulis. L) termasuk dalam suku palmae (Araceae) yang tumbuh berumpun, merupakan tanaman asli Indonesia. Di Kota Padangsidimpuan salak merupakan komoditi unggulan yang ditetapkan secara nasional (Anonim, 1996). Kecamatan Angkola Barat adalah sentra tanaman salak di Provinsi Sumatera Utara dan dianggap daerah asal tanaman salak Padangsidimpuan, dan dari daerah ini menyebar ke daerah-daerah lain sehingga saat ini tanaman salak Padangsidimpuan dapat dijumpai hampir diseluruh Kabupaten Tapanuli Selatan. Varietas salak Padangsidimpuan cukup banyak, yang didasarkan pada karakter buah (bentuk, aroma, rasa serta warna kulit buah) atau lokasi salak ditanam atau dibudidayakan. Sampai saat ini terdapat 3 varietas salak sesuai keputusan Menteri Pertanian yaitu salak Padangsidimpuan Merah (SK.No.763/Kpts/TP.240/6/99), Salak Padangsidimpuan Putih (SK.No.764/Kpts/TP.240/6/99) dan salak Sibakua (SK.No.427/Kpts/TP.24O/7/2002) (BPPS, 2009).

Luas Kabupaten Tapanuli Selatan 4.352.86 km2 terdiri dari tiga kecamatan sebagai sentra tanaman salak. Kecamatan Angkola Barat 194,60 km2 terdiri atas 80 desa dengan ketinggian dari 200 m dpl sampai 1925 m dpl (puncak Gunung Lubuk Raya ), Kecamatan Angkola Timur 192,60 km2 terdiri atas 30 desa dengan ketinggian 250 m dpl sampai 1800 m dpl dan Kecamatan Angkola Selatan 123.45 km2 terdiri atas 34 desa dengan ketinggian 200 m dpl sampai 1300 m dpl. Tapanuli Selatan merupakan lintasan pegunungan Bukit Barisan yang sebagian wilayahnya berada di Pantai Barat Pulau Sumatera.

(20)

Tanaman salak di Kabupaten Tapanuli Selatan tersebar dibeberapa kecamatan dan tumbuh di berbagai wilayah ketinggian dan fisik medan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki arkeologi yang sesuai untuk tanaman salak. Di antara kecamatan-kecamatan di Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Timur dan Kecamatan Angkola Selatan merupakan sentra tanaman salak.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat bahwa permasalahan yang dirasakan sekarang terjadi penurunan kualitas buah dan produksi dari buah salak tersebut. Hal ini mungkin disebabkan bahwa teknik dalam pengelolannya masih mengikut tradisi dari terdahulu dimana tanaman dipangkas tidak mengikuti aturan dan tidak pernah dilakukan pemupukan . Kemerosotan sumber daya tanah dan lingkungan memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Pengaruh iklim, kesuburan tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta produksi tanaman.

Produksi suatu tanaman merupakan resultante dari proses fotosintesa, penurunan asimilat akibat resfirasi dan translokasi bahan kering kedalam hasil tanaman. Peningkatan Produksi berbanding lurus dengan peningkatan pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesa. Pertumbuhan berhubungan langsung dengan rasio luas daun, berat daun spesifik, dan asimilat per unit daun. Peningkatan komponen tersebut akan meningkatkan pula hasil yang diperoleh. Peningkatan total bahan kering dapat dicapai dengan mengoptimumkan indeks luas daun (LAI) dan derajat fotosintesa setiap satuan luas daun (Ohno, 1976

dalam Gupta, 1981).

Untuk mencapai jumlah hasil yang besar harus diusahakan agar pertumbuhan bagian tanaman yang mempunyai nilai ekonomis meningkat. Hal yang sama juga dicapai apabila hasil bersih fotosintesa cukup tersedia untuk pertumbuhan. Bila pengisian asimilat ke bagian sink sangat efektif, maka peningkatan hasil dapat dicapai tanpa memperbaiki efisiensi fotosintesa.

(21)

suhu. Menurut Guslim (2007) semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah.

Kebanyakan spesies tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan adalah suhu dan penyinaran matahari. (Mugnisjah dkk., 1995).

Cahaya sangat besar peranannya dalam proses fisiologi yaitu fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta perkembangan tanaman, pembukaan dan penutupan stomata, berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman melalui proses fotosintesis. Hubungan antara penyinaran matahari dengan hasil adalah kompleks (Evan, 1973 dalam Baharsyah dkk., 1985)

Radiasi matahari mempengaruhi laju transpirasi secara tidak langsung. yaitu melalui pembukaan stomata dan mengatur suhu udara. Suhu udara yang tinggi, akibat radiasi surya yang tinggi dapat menyebabkan penguapan air dari permukaan sel tanaman semakin tinggi.

Ashari (2006) menyebutkan bahwa ketinggian tempat dari permukaan laut mempengaruhi pembungaan tanaman. Tanaman berbuahan yang ditanam didataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi.

Perumusan Masalah

(22)

pemeliharaan daun tanaman dipangkas tidak menurut aturan yang sebenarnya dan juga tidak pernah dilakukan pemupukan.

Pesatnya pembangunan diberbagai sektor yang berkepentingan dengan ruang, berdampak terhadap makin terbatasnya lahan potensial untuk pengembangan penanaman tanaman salak, karena alih fungsi lahan pertanian produktif ke penggunaan nonpertanian. Langkanya lahan pertanian yang yang subur dan potensial diperlukan penelitian yang mengevaluasi tentang tekhnik budidaya tanaman salak Padangsidimpuan untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan topografi, iklim, tanah dan lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan.

Usaha untuk pemecahan masalah ini sebagai langkah pertama perlu diketahui karakteristrik agroekologi tanaman salak Padangsidimpuan bagaimana tingkat kesuburan kimia tanahnya dengan menganalisis sifat kimia tanah dan analisis unsur hara daunnya serta faktor lingkungan dimana tegakan tanaman salak tumbuh. Selanjutnya setelah mendapatkan data tingkat kesuburan kimia tanah, unsur hara daunnya juga faktor lingkungan perlu diperhatikan tindakan-tindakan agronomi yang diterapkan dengan mengacu pada karakteristik agroekologi yang sesuai dalam meningkatkan kembali produksi tanaman salak Padangsidimpuan.

Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat hubungan masing-masing karakteristik agroekologi dengan produksi

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan semua karakteristik agroekologi terhadap potensi produksi

3. Untuk mengetahui karakteristik agroekologi yang paling dominan dalam menentukan produksi

Hipotesis

(23)

Kegunaan Penelitian

(24)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Salak dan Pengembangannya

Tanaman Salak termasuk dalam suku Palmae (araceae) yang tumbuh berumpun. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Pada tanaman yang sudah tua, batangnya akan melata atau menjulur kesamping dan dapat bertunas. Pada umumnya tunas ini dibiarkan hidup menjadi pokok baru (Soetomo, 2001).

Daun majemuk menyirip, helaian daunnya panjang, pelepah dan tangkainya berduri. Bentuk daun seperti pedang, pangkal daun menyempit, cembung, bersegmen banyak dan tidak sama. Panjang daun 4 – 7 m (Tjahjadi, 1988).

Tanaman salak termasuk tanaman berumah dua (dioseus), karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul diketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50 – 100 cm panjangnya, terdiri atas 4-12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm dengan banyak bunga kemerahan terletak diketiak sisik-sisik yang tersususn rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm (Tjahjadi, 1988).

Buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat diujungnya, panjangnya 2,5-10 cm terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning kecoklatan sampai coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik (Steenis,1981). Dinding buah tengah tebal berdaging, kuning krem sampai keputihan, berasa manis, masam, atau sepat. Biji 1—3 butir, coklat sampai kehitaman, keras, panjangnya 2-3 cm ( Verheij dkk., 1997).

(25)

Tanaman salak sesuai bila ditanam didaerah berzona iklim dengan jumlah bulan basah 11-12 bulan/tahun, jumlah bulan basah 8-10 bulan/tahun dan jumlah bulan basah 5-7 bulan/tahun. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah, serta membutuhkan tingkat kebasahan/ kelembaban tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70% karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-300 C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi tetapi tidak tahan terhadap genangan air (BPP IPTEK, 2010).

Untuk tahap-tahap awal karena tanaman salak tidak dapat terkena langsung sinar matahari, maka biasanya dibuatkan tanaman pelindung yang dapat dilakukan satu tahun sebelum tanaman salak ditanam. Untuk jenis tanaman pelindung ini dapat berbentuk lamtoro, dadap, turi, karet atau tanaman pelindung lainnya ( Plantus, 2009).

Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5-7,5. Kebun salak tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi. Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100 – 500 m dpl (BPP IPTEK, 2010).

Buah salak dipanen pada saat umur buah mencapai 6 bulan sejak terjadinya penyerbukan. Saat yang tepat untuk memanen adalah menjelang buah matang pohon, buah memiliki rasa enak dan aroma yang khas.

Salak yang telah matang, kulitnya tampak bersih, mengkilat, dan apabila dipegang tidak terasa kasar. Ujung kulit yang membungkus tali pusat atau yang menempel pada tongkol, terasa lunak atau lemas jika ditekan. Buah salak dipanen dengan cara memotong pangkal tangkai dompol dengan pisau atau sabit yang ujungnya bengkok membentuk kait yang tajam (Purnomo, 2001).

(26)

Sebagai tanaman asli Indonesia, salak mempunyai masa depan yang cerah untuk dikembangkan baik untuk memenuhi pasaran lokal ataupun pasar luar negeri. Di Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983-1987. Bila ditahun 1983 produksinya hanya 52,014 ton dan menurun sedikit ditahun 1984 menjadi 46,456, maka pada tahun-tahun berikutnya produksi buah salak melonjak dengan pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan 1989 mengalami penurunan (BPP IPTEK, 2010).

Tapanuli Selatan Sebagai Sentra Komiditi Salak

Daerah Tapanuli Selatan mempunyai luas 12.261.55 km2, kabupaten ini dilintasi oleh bukit barisan sehingga seluruh penampakannya terlihat bukit dimana-mana. Sebelah Utara Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Madina, tepat di tengah wilayahnya terdapat Kota Padangsidimpuan yang seluruhnya dikelilingi oleh Kabupaten ini (Pemkab Tapsel, 2011). Peta Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan seperti terlihat pada Lampiran 52 .

Areal produksi salak di Tapanuli Sealatan terdapat di Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Selatan dan Kecamatan Angkola Timur. Luas pertanaman salak 13.928 hektar dengan produksi 236.793 ton/tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15.000 hektar. Demikian pula pertambahan luas tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan terus meningkat (Pemkab Tapsel, 2011).

Pengaruh Tanah Terhadap Pertumbuhan dan hasil tanaman

Tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tumbuhan dan tanaman yang tersusun dari bahan- bahan padat, cair dan gas. Untuk kehidupan tanaman, tanah mempunyai fungsi tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman, sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah serta sebagai penyediaan dan gudangnya air bagi tanaman.

(27)

subur bila dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang serta mempunyai aerasi yang optimum(Jumin, 2002).

Kesuburan tanah sebagai status tanah yang menunjukkan kapasitas untuk memasok unsur-unsur esensial dalam jumlah yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi meracun dari unsur manapun. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa tanah yang subur mempunyai kemampuan memasok unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang kepada tanaman, sehingga tanaman tumbuh dan berkembang dengan sehat dan berproduksi dengan potensinya (Munawar, 2011).

Nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi.

Keberadaan unsur nitrogen juga sangat penting terutama kaitannya dengan pembentukan klorofil. Klorofil dinilai sebagai “mesin” tumbuhan karena mampu mensintesis karbohidrat yang akan menunjang pertumbuhan tanaman. Keberadaan nitrogen dalam struktur tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa paktor terutama ketersediaan air, unsur hara dalam tanah terutama nitrogen. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap aktifitas fotosintesis. Untuk membentuk klorofil, dibutuhkan ATP (energi) yang cukup tinggi dan untuk assimilasi CO2 juga diperlukan enzim yang sebagian besar berupa protein (Suharno dkk., 2007).

Fosfor

Fosfor (P) adalah unsur hara esensial penyusun beberapa senyawa kunci dan sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia penting bagi tanaman. Ia berperan dalam menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang sangat berguna bagi tanaman. Itulah peran vital P didalam nutrisi tanaman agar tanaman dapat tumbuh, berkembang, dan bereproduksi dengan normal.

(28)

organik, sedangkan fosfat anorganik berasal dari mineral-mineral yang mengandung fosfat. Pelarutan senyawa fosfat oleh mikroorganisme pelarut fosfat berlangsung secara kimia dan biologis, baik untuk bentuk fosfat organik maupun anorganik. Mikroorganisme pelarut fosfat membutuhkan adanya fosfat dalam bentuk tersedia dalam tanah untuk pertumbuhannya.

Kalium

Didalam tanaman unsur hara K dan P ada saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transportasi yang membawa hara-hara dari akar termasuk hara P kedaun dan mentranslokasi asimilat dari daun keseluruh jaringan tanaman. Kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat proses transportasi dalam tanaman. Oleh karena itu, agar proses transportasi unsur hara maupun assimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam tanaman harus optimal (Taufik, 2002).

Bersama sama dengan unsur N dan P, Kalium (K) adalah unsur hara esensial primer bagi tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya, kecuali N. Meskipun kandungan total K di dalam tanah biasanya beberapa kali lebih tinggi daripada yang diserap oleh tanaman selama musim tanam, seringkali hanya sebagian kecil K tanah yang tersedia bagi tanaman.

Bentuk kalium tersedia dalam tanah untuk diserap tanaman adalah K dapat ditukar (Kdd) dan K larutan (K+), serta sebagian kecil K tidak dapat ditukar. Tanaman menyerap K dari tanah dalam bentuk ion K+ (Silahooy, 2008).

Magnesium

Hara makro magnesium (Mg) merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun atau klorofil dan sebagai kofaktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme seperti proses fotosintesa, pembentukan sel, pembentukan protein, pembentukan pati, transper energi serta mengatur pembagian dan distribusi karbohidrat keselurruh jaringan tanaman.

C- Organik

(29)

Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Defenisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya , nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral (Simanungkalit dkk., 2006).

Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman mengandung bermacam-macam unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman jika telah mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Sisa tanaman ini memiliki kandungan unsur hara yang berbeda kualitasnya tergantung pada tingkat kemudahan dekomposisi serta mineralisasinya. Unsur yang terkandung dalam sisa bahan tanaman baru bisa dimanfaatkan kembali oleh tanaman apabila telah mengalami dekomposisi dan mineralisai.

pH

pH didefinisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral. Dibawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan diatas 7 dikatakan basa. Asam menurut teori adalah suatu bahan yang cenderung untuk memberi proton (H+) kebeberapa senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa adalah suatu bahan yang cenderung menerimanya.

(30)

dan transport gas ke atmosfer. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman, pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman ialah antara 5,6-6,0. Jika pH tanah lebih rendah dari 5,6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti Pospor dan Nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4,0 pada umumnya terjadi kenaikan Al 3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistim perakaran terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.

Menurut Munawar (2011) banyak unsur dalam tanah mengalami perubahan bentuk akibat perubahan reaksi di dalam tanah. Hal ini terkait dengan perubahan tingkat kelarutan senyawa dari unsur-unsur tersebut dalam tanah dengan pH lingkungan dalam tanah. Oleh karena itu, pH tanah bertanggung jawab terhadap ketersediaan hara bagi tanaman.

Tanah sebagai tempat atau media tumbuh tanaman merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan proses produksi tanaman. Meskipun faktor iklim sangat mendukung dan teknik budidaya telah dilakukan dengan baik. Selain itu, tanah harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, tidak berpadas, dan memiliki solum tanah yang dalam.

Sifat kimia tanah yang harus diperhatikan adalah derajat keasaman (pH) tanah dan kadar garam (salinitas). Selain berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman, derajat keasaman tanah berpengaruh terhadap kehidupan organisme tanah yang menentukan kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara tertentu (Cahyono, 2003).

Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

(31)

Atmosfir kurang rapat pada elevasi-elevasi yang lebih tinggi karena itu kurang dapat mengabsorbsi dan memegang panas. Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas.Suhu dapat dihitung menggunakan rumus Braak (1928) : 26,3oC (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC). Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman.

Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fhisiologi dalam tanaman. Semua proses fhisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dengan cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh tanaman. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian pula sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, differensiasi pembungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih (Verne, 2010).

Pengukuran suhu udara hanya memperoleh satu nilai yang menyatakan nilai rata-rata suhu atmosfer. Secara fisis suhu udara dapat didefenisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda, makin cepat gerakan molekul, makin tinggi suhunya. Suhu juga dapat didefenisikan sebagai tingkat panas suatu benda. Panas bergerak dari satu benda yang mempunyai suhu tinggi kebenda dengan suhu rendah (Fitter dkk.,.1991).

Menurut Puturuhu, dkk (2011) dari hasil penelitiannya mengatakan bahwa perbedaan suhu pada titik pengamatan ditiap satuan lahan merupakan pengaruh dari perbedaan ketinggian, karena setiap kenaikan 100 m pada tofografi, suhunya meningkat pula sebesar 10C.

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting yaitu :

(32)

3. Penyerapan air dan nutrisi (unsur hara) 4. Fotosintesis

5. Resfirasi 6. Kinerja enzim 7. Cita rasa tanaman

8. Pembentukan Primordia bunga

Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses-proses tersebut dan setelah melewati titik optimum proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia.

Cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman. Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbuka dan tertutup stomata. Menurunnya intensitas cahaya akan mempengaruhi pembukaan stomata, sehingga aktifitas fotosintesa akan menurun. Dengan demikian, fotosintat yang dihasilkan menjadi berkurang, ini akan tercermin dari rendahnya produksi tanaman (Asadi, 1991)

Efek tidak langsung dari bertambahnya ketinggian terhadap pohon-pohon sebagai individu adalah pertumbuhan tinggi tanaman menurun secara teratur. Riap total lambat laun akan menurun, waktu pengembangan diperpanjang,yaitu pohon memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi dewasa, perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih mendekati tanah, proporsi cabang-cabang dan ranting-ranting meningkat (Verne, 2010).

Pengaruh Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Lingkungan tumbuh sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman. Interaksi antara varietas dengan lingkungan dapat berakibat baik terhadap pertumbuhan dan hasil tetapi dapat pula berakibat sebaliknya.

Peningkatan hasil tanaman mempunyai hubungan yang positif dengan peningkatan pertumbuhan relatif, hasil bersih asimilasi, ratio luas daun, berat daun spesifik dan hasil bersih fotosintesis perunit daun. Dengan meningkatnya potensi komponen tersebut, dapat diharapkan hasil tanaman juga meningkat.

(33)

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dilokasi kebun salak masyarakat di Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Selatan, Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan. Ketinggian tempat dari 200 sampai 1900 m di atas permukaan laut dengan tofografi bergelombang sampai berbukit.

Pengambilan sampel tanah dan sampel daun untuk analisis sifat kimia dilakukan Bulan April 2012 sampai Agustus 2012. Analisis sifat kimia dan analisis daun dilakukan di Laboratorium Riset & Teknologi Fakultas Pertanian USU. Data sekunder juga diperlukan seperti data iklim ,varitas, data produksi salak dua tahun terakhir dan lainnya yang berkaitan dengan lokasi kebun salak.

Bahan Dan Alat

Bahan tanaman terdiri dari pohon salak dengan kriteria berada pada perkebunan salak, usia tanaman salak > 10 tahun, varietas sama yaitu salak Padangsidimpuan putih, sudah pernah berbuah, pohon salak dalam keadaan tidak diserang hama penyakit.

Alat yang digunakan terdiri dari peta rupa bumi Kabupaten Tapanuli Selatan berupa peta administrasi kabupaten, global positioning system, data curah hujan , cangkul, bor belgie dan skop.

Pelaksanaan Penelitian

(34)

PT = Produksi Tinggi ( 10.000 ≤ x kg/ha/tahun ) PS = Potensi Sedang (6000 ≤ x < 10000 kg/ha/tahun ) PR = Potensi Rendah (3000 ≤ x < 6000 kg/ha/tahun)

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 sampel yang terdiri dari 10 sampel potensi produksi tinggi, 10 sampel potensi produksi sedang dan 10 sampel potensi produksi rendah.

Data yang diperoleh dilapangan selanjutnya ditabulasi berdasarkan karakteristik agroekologi yang sudah ditentukan guna mendapatkan nilai rataan dari masing-masing karakteristik agroekologi yang diteliti.

Dari analisis ini maka datanya diolah dengan menggunakan Analisis regresi

sederhana, untuk melihat hubungan masing-masing karakteristik agroekologi

dengan potensi produksi, regresi stepwise untuk melihat karakteristik agroekologi

yang mana yang paling dominan berpengaruh terhadap potensi produksi dan

Analisis Regresi Linier Berganda. Analisis ini digunakan untuk melihat

bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tak bebas.( Mattjik

dan Sumertajaya, 2002).

Model linier yang diasumsikan pada analisis ini adalah : 1. Y = a + bx

2. Y = a + b1x1+b2x2...+b14x14 Dimana:

Untuk parameter Analisis Tanah : Y : Tingkat Produksi Salak a : Intercep

X1 : C organik X2 : Unsur N X3 : Unsur P X4 : Unsur K X5 : Unsur Mg

(35)

Untuk parameter Analisis daun Y : Tingkat Produksi Salak A : intercep

X1: Unsur N X2: Unsur P X3 : Unsur K

Untuk parameter lingkungan Y : Tingkat Produksi Salak

A : intercep X1 : Kemiringan X2 : Ketinggian X3 : Suhu Udara X4 : Suhu Tanah . Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu mendapatkan informasi dari

petani, tentang tanaman yang memiliki potensi produksi tinggi , sedang dan

rendah yang dijadikan sebagai tanaman sampel penelitian dienam kecamatan

yang tersebar di Kabupatan Tapanuli Selatan. Potensi produksi ditentukan dengan

menimbang buah yang sudah masak dari tanaman sampel. Untuk potensi

produksi tinggi ditentukan dengan kisaran produksi 1.0000 ≤ x kg/ha/thn

diberikan kode PT, untuk potensi produksi sedang dengan kisaran produksi 6.000 ≤ x < 10000 kg/ha/thn diberikan kode PS dan untuk potensi produksi rendah

dengan kisaran produksi 3.000 ≤ x < 6000 kg /ha/thn diberikan kode PR.

Penentuan tanaman sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampel berjumlah 30 tanaman sampel yang diambil berdasarkan

potensi produksi, dimana masing - masing potensi produk diambil 10 tanaman

(36)

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap tegakan tanaman salak yang dijadikan sebagai tanaman sampel dilima titik yang berjauhan dengan kedalaman 0 – 20 cm dengan cara komposit yang ditetapkan untuk keperluan analisis sifat-sifat kimia tanah di laboratorium.

Pengambilan sampel daun dilakukan pada setiap tanaman yang dijadikan tanaman sampel yaitu daun yang terletak di tengah pelepah ketujuh yang tepat dibelakang pelepah daun yang membuka sempurna untuk dianalisa kadar unsur haranya.

Pengambilan data peubah amatan lingkungan dilakukan disetiap lokasi penelitian yang dibagi berdasarkan potensi produksinya.

Data hujan pada wilayah penelitian didapat dari pos hujan milik BMG setempat

Parameter Pengamatan

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari parameter analisis tanah, analisis daun dan analisis faktor lingkungan.

Parameter analisa tanah terdiri dari : 1.C-Organik Tanah

2. % N Total Tanah 3. % P tersedia tanah

4. Kalium tukar tanah (magnesium dan kalium) 5. pH tanah

6. Kedalaman Efektif

Parameter Analisis Daun terdiri dari : 1. % N total daun

2. % P total daun 3. % K daun

(37)

Analisis Sifat Kimia Tanah

[image:37.595.117.478.225.376.2]

Peubah amatan dari sifat kimia tanah yaitu N-total, P-tersedia, C-organik, kation-kation tukar tanah (Mg dan K), serta pH tanah. Metode dari masing-masing peubah amatan ini diuraikan pada Tabel 1 dibawah ini. Analisis ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Tabel 1. Metode analisis yang digunakan untuk masing-masing peubah amatan sifat kimia tanah

Peubah Amatan Metode Analisis Sifat Kimia Tanah

1. C-Organik (%) Walkley dan Black 2. N-Total (%) Kjeldahl

3. P-tersedia (ppm) Bray II 4. Kation Tukar Tanah (Mg dan K) NH4OAc 5. pH Elektrometri (Mukhlis, 2007)

Analisis Daun

[image:37.595.117.481.519.629.2]

Analisis daun dilakukan dengan metode dektruksi basah. Daun yang dianalisis adalah daun yang berada pada bagian tengah. Analisis ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Tabel 2. Metode analisis yang digunakan untuk masing-masing peubah amatan sifat kimia daun

Peubah Amatan Metode Analisis Sifat Kimia Daun Destruksi Basah

1. N H2SO4 dan H2O2 2. P H2SO4 dan H2O2 3. K H2SO4 dan H2O2 (Muklis, 2007)

Data Lingkungan

(38)

diukur dengan menggunakan alat yag diukur ditegakan tanaman salak, suhu udara diukur dengan menggunakan termometer pada tegakan tanaman salak yang dijadikan sebagai tanaman sampel dan suhu tanah diukur dengan menggunakan termometer dilima titik yang berjauhan dekat tegakan tanaman salak lalu dirata-ratakan.

Tahapan Analisis Data

Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk melihat hubungan antara masing-masing karakteristik agroekologi

dengan potensi produksi dikaji dengan menggunakan analisa regresi sederhana.

Adapun karakteristik agroekologi sebagai variabel bebas yaitu c-organik nitrogen,

fosfor, kalium, magnesium, kedalaman efektif, pH tanah, nitogen daun, fosfor

daun, kalium daun, ketinggian tempat, persentase kemiringan lahan, suhu udara

dan suhu tanah.

Model linear yang diasumsikan pada analisis ini adalah :

Y= a + bx

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas

yaitu karakteristik agroekologi terhadap potensi produksi tanaman sebagai

variabel tak bebas. Adapun karakteristik agroekologi dapat terdiri satu atau lebih

dari karakteristik agroekologi yang diamati.

Model linear yang diasumsikan pada analisis ini adalah :

Y= a + b1X1 + b2X2 + ...b14X14.

Keterangan :

Y : Potensi Produksi Salak

A : Intercep

(39)

X2 : Nitrogen

X3 : Fosfor

X4 :Kalium

X5 :Magnesium

X6 :Kedalaman Efektif

X7 :pH tanah

X8 :Nitrogen daun

X9 :Fosfor daun

X10 :Kalium Daun

X11 :Ketinggian Tempat

X12 :Kemiringan lahan

X13 :Suhu udara

X14 :Suhu tanah

b1, b2, b3, ..b14. : Koefisien regresi,

Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mencari hubungan antara peubah

bebas terhadap potensi produksi salak yang dinyatakan dalam persentase, yang

kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata dari Koefisien korelasi (R2) (Mattjik

dan Sumertajaya, 2002)

Analisis Metode Stepwise

Analisis metode stepwise digunakan untuk melihat hubungan variabel bebas karakteristik agroekologi yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat potensi produksi (Suliyow, 2010).

Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan karakteristik

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dari peubah amatan hara tanah, pertumbuhan dan peubah amatan lingkungan dari pada tanaman dan lingkungan tanaman salak pada masing-masing potensi produksi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik agroekologi yang mendukung terhadap potensi produksi tinggi dan sedang pada umumnya terdapat didaerah sentra penanaman tanaman salak di daerah Kecamatan Angkola barat yaitu Desa Lubuk Raya, Desa Sitaratoit Sanggarudang, Desa Sitaratoit. Desa Hutakoje, Desa Huta Lambung, Desa Tobotan Sanggarudang, Desa Tobotan dan Kecamatan Angkola Timur yaitu Desa Pintu Langit, Desa Huraba, Desa Huta Ginjang Desa Mombang baru, sedangkan potensi produksi rendah pada umumnya terdapat di Kecamatan Angkola Selatan dan Kecamatan Batang Angko la yaitu Desa Sibiobio. Desa Tarutung Godang, Desa Lobu, Desa Situmbaga, Desa Sinyior, Desa Siamporik, Desa Marancar, Desa Sitinjak, Desa Padang Lancat.

Hubungan C-Organik Dengan Potensi Produksi Salak

(41)
[image:41.595.134.499.90.272.2]

Gambar 1. Hubungan C-organik Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan C-organik dengan potensi tinggi berhubungan positif dengan koefisien korelasi lemah serta analisis determinasi 14,8 %, hubungan C-organik dengan potensi produksi sedang berhubungan positif dengan koefisien korelasi lemah serta analisis determinasi 2,8 % sedangkan hubungan C-organik dengan potensi produksi rendah memiliki hubungan negatif dengan koefisien korelasi kuat serta analisis determinasi 57,5 % hal ini berarti bahwa produksi rendah dipengaruhi C-organik 57,5 % sedangkan 33,5 % dipengaruhi oleh faktor lain.

Terjadinya hubungan positif C-organik dengan potensi produksi tinggi dan potensi sedang disebabkan tata guna lahan penanaman salak secara polikultur serta tidak adanya proses pemeliharaan dari petani berupa penyiangan tanaman pengganggu, dalam hal ini tanaman pengganggu bisa berperan sebagai penyumbang bahan organik kedalam tanah serta berfungsi sebagai penutup tanah. yang mempengaruhi terhadap kesuburan tanah ( Hanafiah dkk., 2009).

(42)

banyak. Laju dekomposisi dipengaruhi oleh kelembaban dilingkungan tanaman. Produk dekomposisi bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tanah untuk pembentukan sel tubuhnya. Daerah dataran rendah proses penguraian bahan organik lebih efektif jika dibandingkan dengan daerah dataran tinggi. Dengan tersedianya bahan organik akan mendukung kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Menurut Suhartatik, dkk (1999) bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan hara. Menurut Hanafiah, dkk (2009) bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah, yaitu sebagai sumber (source) dan pengikat (sink) hara dan sebagai substrat bagi mikroba tanah.

Hubungan Nitrogen (N) Dengan Potensi Produksi Salak

[image:42.595.118.503.493.682.2]

Nitrogen merupakan bagian dari protein, bagian penting konstituen dari protoplasma, enzim, agen katalis biologis yang mempercepat proses kehidupan. Nitrogen juga merupakan bagian dari nukleoprotein, asam amino, amina, asam gula, polipeptida dan senyawa organik dalam tumbuhan. Hasil analisis hubungan nitrogen dengan potensi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 5, nitrogen dengan potensi sedang pada Lampiran 6 serta nitrogen dengan potensi rendah pada Lampiran 7. Hubungan antara nitrogen dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Nitrogen Dengan Potensi Produksi

(43)

kuat dengan analisis determinasi 34,4 %, nitrogen dengan potensi produksi sedang memiliki hubungan negatif, memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 14,0% sedangkan hubungan nitrogen dengan potensi produksi rendah memiliki hubungan negatif, koefisien korelasi kuat dengan analisis determinasi 39,0%

Terjadinya hubungan positif nitrogen dengan potensi produksi tinggi disebabkan karena peran nitrogen itu sendiri sebagai unsur yang berperan dalam proses kehidupan tanaman. Menurut Lingga (1993) peran utama unsur nitrogen bagi tanaman ialah merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun, berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun serta merupakan komponen untuk membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.

Sesuai dengan fungsi nitrogen, hal ini sesuai dengan tata guna lahan penanaman salak secara polykultur sehingga akan lebih cepat pengembalian nitrogen ke tanah. Menurut Hanafiah, dkk (2009) penambahan nitrogen ke dalam tanah melalui sisa-sisa tanaman tidak di anggap sebagai pengkayaan, tetapi sebagai pengembalian nitrogen ke tanah dari yang telah di ambil tanaman.

Dari Gambar diatas dapat dilihat hubungan nitrogen dengan potensi produksi sedang dan rendah memiliki hubungan negatif walaupun dari hasil analisis tanah dilaboratorium menunjukkan kandungan nitrogen dalam tanah tinggi .

(44)

Tata guna lahan yang bersifat polykultur juga akan menunjang semakin banyaknya penyumbang bahan organik dalam tanah. Hal ini akan mengakibatkan kandungan nitrogen dalam tanah tinggi. Tingginya nitogen dalam tanah akan mengakibatkan gangguan terhadap proses metabolisme tanaman. Menurut Mas’ud (1992) Kandungan nitrogen yang tinggi menjadikan dedaunan lebih hijau dan mampu bertahan lebih lama, sehingga untuk sejumlah tanaman menyebabkan keterlambatan pematangan. Jika kelambatan ini sampai memasuki keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, produksi tanaman bisa gagal.

Hubungan Fosfor (P) Dengan Potensi Produksi

[image:44.595.112.503.400.612.2]

Fosfor merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar yang berperan dalam pembentukan albumin juga berperan dalam pembentukan sel, pembentukan bunga, buah dan biji. Hasil analisis fosfor dengan potensi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 8, fosfor dengan potensi sedang pada Lampiran 9 serta fosfor dengan potensi rendah pada Lampiran 10. Hubungan antara fosfor dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Fosfor Dengan Potensi Produksi

(45)

serta potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 1,7%.

Hal ini disebabkan kandungan fosfor di dalam tanah lokasi penelitian berkisar 4,7 – 6,7%, kandungan ini lebih tinggi dari kandungan fosfor dalam tanah yang berkisar 0,02–0,15% hal ini menunjukkan fosfor dalam tanah dari jumlahnya bukan menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan tanaman salak. Terjadinya hubungan negatif kandungan fosfor terhadap potensi produksi disebabkan oleh karena tanah tegakan salak termasuk tanah yang mengalami pelapukan lanjut fosfor tidak lagi bersumber dari bahan induk tapi bersumber dari penimbunan debu dan besar fosfor yang hilang sebanding dengan jumlah infut fosfor dalam bentuk larut walaupun sifat unsur fosfor yang tidak mobil didalam tanah serta fosfor tidak dimediasi secara biologi untuk berubah ke atau dari atmosfer, dan juga tidak menjadi sumber energi utama untuk oksidasi mikroba (Hanafiah dkk., 2009).

Hubungan Kalium (K) Dengan Potensi Produksi

[image:45.595.114.506.519.707.2]

Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman maupun dalam xylem maupun floem. Hasil analisis kalium dengan potensi tinggi dapat di lihat pada Lampiran 11, kalium dengan potensi sedang pada Lampiran 12, serta kalium dengan potensi rendah pada Lampiran 13.Hubungan antara kalium dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 4.

(46)

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan kalium dengan potensi produksi tinggi memiliki hubungan positif, akan tetapi menujukkan hubungan negatif dengan potensi produksi sedang dan rendah. Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi sedang dengan analisis determinasi 23,0%, potensi produksi sedang memilki koefisien korelasi sedang dengan analisis determinasi 17,2% sedangkan potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 2,4%.

Terjadinya hubungan positif kalium dengan produksi disebabkan oleh sifat kalium yang hygroskopis yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan menahan molekul air yang sangat kuat. Keadaan ini akan menyebabkan air tersedia setiap saat bagi tanaman untuk melakukan aktivasi penting seperti fotosintesis Karena kondisi penanaman tanaman salak memerlukan tanaman pelindung untuk meningkatkan kelembaban udara, maka jelas kalium sangat dibutuhkan dalam aktivasi fisiologis tanaman. Menurut Marschner (1986) kalium berperanan terhadap lebih dari 50 enzim baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekurangan kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga mudah roboh, turgor tanaman berkurang sel menjadi lemah, daun menjadi kering, terjadi nekrosis, dan menyebabkan produksi merosot(Rosmarkan , dkk., 2001).

(47)

mempengaruhi ketersediaan Kalium dan pengambilannya oleh tanaman meliputi faktor budidaya tanaman. Kurangnya kalium dalam tanah akan mempengaruhi proses metabolisme tanaman dilihat dari besarnya peran Kalium dalam tubuh tanaman berupa pengaktif beberapa enzim, pengaturan air dan energi, sintesa protein dan pati serta pemindahan fotosintat (Mas’ud, 1992).

Hubungan Magnesium ( Mg) Dengan Potensi Produksi

[image:47.595.112.508.374.571.2]

Magnesium merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun (klorofil) dan sebagai co-faktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme tanaman serta mengatur distribusi karbohydrat keseluruh jarngan tanaman. Hasil analisis magnesium dengan potensi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 14, magnesium dengan potensi sedang pada Lampiran 15, serta magnesium dengan potensi rendah pada Lampiran 16. Hubungan antara Magnesium dengan potensi produksi dapat dilahat pada Gambar 5.

Gambar 5 . Hubungan Magnesium Dengan Potensi produksi

(48)

Terjadinya hubungan negatif magnesium dengan potensi produksi sedang dan rendah , hal ini disebabkan dari hasil analisa tanah dilaboratorium jumlah unsur hara Magnesiun didalam tanah yang tersedia dilokasi penelitian berkisar 1,19 – 1,46 % dari jumlah magnesium dalam tanah berkisar 0,12 – 1,50 %.

Hal ini disebabkan oleh karena tata guna lahan penanaman tanaman salak Padangsidimpuan memerlukan tanaman pelindung dalam proses menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan adanya tanaman pelindung, tanaman salak akan terhalang mendapatkan cahaya matahahari. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dan mengabsorbsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan, walaupun magnesium tersedia sebagai penangkap cahaya matahari. Hal ini juga dipengaruhi tidak adanya pengembalian magnesium kedalam tanah melalui pemupukan aflikasi magnesium, Menurut anonim (1998) penambahan hara magnesium akan meningkatkan jumlah klorofil dalam daun , sehingga dapat meningkatkan asimilasi karbon. Efeknya karbohydrat akan meningkat dan NER (Net Energi Range) meningkat. Juga dipengaruhi oleh ketidakseimbangan magnesium dengan kation lain dalam tanah yang mengakibatkan tidak tersedianya unsur magnesium pada tanaman sehingga unsur magnesium menjadi faktor pembatas dalam tubuh tanaman.

Hubungan Kedalaman Efektif Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

(49)
[image:49.595.126.500.89.287.2]

Gambar 6. Hubungan Kedalaman Efektif Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa kedalaman efektif menunjukkan ada hubungan positif antara kedalaman efektif dengan potensi produksi tinggi dan potensi produksi rendah tetapi memiliki hubungan negatif dengan potensi produksi sedang. Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 15,6%, potensi sroduksi Sedang memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 1% serta potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 20,5 %

(50)

Kadar bahan organik yang bersumber dari pangkasan daun serta guguran daun tanaman peneduh juga akan meningkatkan daya tahan tanah dalam meretensi air. Kadar bahan organik tanah mempunyai kontribusi terhadap kapasitas tanah memegang air sehingga dapat mengurangi kehilangan air tanah melalui drainase. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanahnya, maka kemampuan mengikat tanah akan semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh adanya akumulasi peran bahan organik dalam perbaikan struktur tanah dan keseimbangan distribusi ukuran partikel tanah pada bagian top soil sehingga tersedianya kapasitas ruang pori mikro yang cukup bagi air tersedia tanah (Suharto, 2006).

Hubungan pH Tanah Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

[image:50.595.151.497.398.613.2]

Keasaman (pH) tanah berperan terhadap tersedianya unsur-unsur hara dalam tanah, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Hasil analisis pH dengan potensi tinggi dapat di lihat pada Lampiran 20, pH dengan potensi sedang pada Lampiran 21, serta pH dengan potensi rendah pada Lampiran 22. Hubungan antara pH tanah dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 . Hubungan pH dengan potensi produksi

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa hubungan pH dengan potensi produksi tinggi dan sedang memiliki hubungan positif, sedangkan hubungan pH dengan

(51)

sedang memiliki koefisien korelasi lemah serta analisis determinasi 2,4%, potensi produksi rendah dengan koefisien korelasi kuat serta analisis determinasi 41,5 %. Hal ini berarti potensi produksi rendah ditentukan oleh pH 41,5% sedangkan 58,5 % lagi ditentukan oleh faktor luar.

Terjadinya hubungan positif pH dengan potensi produksi tinggi dan sedang hal ini disebabkan kondisi pH tanah lokasi penelitian berada pada kisaran pH normal 6,2 – 7 sehingga akan mendukung tersedianya unsur hara yang dibutuhkan tanamanan untuk pertumbuhan serta perkembangannya. Ph tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman. Kebanyakan nutrisi tersedia dalam kisaran pH 6,0 – 7,0 (Truog,1961 dalam Gardner1991).

(52)

Hubungan Nitrogen Daun Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

[image:52.595.115.502.231.427.2]

Nitrogen (N) merupakan unsur yang terdapat pada tubuh tanaman dalam jumlah banyak. Nitrogen berperan dalam pembentukan protein bersama-sama dengan unsur C,H,O. Hasil analisis nitrogen daun dengan potensi tinggi dapat di lihat pada Lampiran 23, nitrogen daun dengan potensi sedang pada Lampiran 24, serta nitrogen daun dengan potensi rendah pada Lampiran 25. Hubungan antara nitrogen daun dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 . Hubungan Nitrogen Daun Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa hubungan nitrogen dengan potensi produksi tinggi dan sedang memiliki hubungan negatif akan tetapi memiliki hungan positif dengan potensi produksi rendah. Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 0, 5 %, potensi produksi sedang memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 3 % serta Potensi Produksi Rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 4,9 %. Hal ini disebabkan kelebihan nitrogen akan memberikan efek negatif bagi tanaman yaitu efek racun bagi tanaman, pertumbuhan vegetatif memanjang serta memperlambat proses kemasakan tanaman atau produksi tanaman (Hanafiah dkk., 2009).

(53)

melakukan pemupukan dalam proses pengembalian unsur hara yang terangkut dalam proses produksi akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang tersedia dalam tanah hasil perombakan pelepah-pelepah daun dari hasil pemangkasan yang dirumpuk disekitar tegakan tanaman salak. Hal ini juga disebabkan jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5% dari 78 % dari jumlah nitrogen diudara serta sifat nitrogen yang mudah tercuci mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran nitrogen merupakan unsur esensial serta sebagai unsur pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Soepardi (1983) diantara berbagai hara tanaman, nitrogen mendapatkan porsi paling banyak diteliti karena unsur hara ini diperlukan dalam jumlah besar dan pengaruhnya pada tanaman jelas dan cepat. Tanaman yang kekurangan nitrogen secara berlebihan akan melemahkan pertumbuhan, trubus akan berhenti lebih cepat dan pengguguran daun lebih awal. Tanaman yang kekurangan nitrogen juga tumbuh jelek, lemah dan tidak akan menginisiasi bunga sebanyak pohon yang sehat sehingga buahnya sedikit (Poerwanto, 2003).

Hubungan Fosfor Daun (P) Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

(54)
[image:54.595.125.508.91.284.2]

Gambar 9 . Hubungan Fosfor Daun Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa hubungan fosfor dengan potensi produksi memiliki hubungan positif. Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 0,1 %, Potensi produksi sedang memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 1,17 % serta potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 1%.

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa fosfor di daun memilki hubungan positif terhadap potensi produksi, hal ini disebabkan dari hasil pengukuran di lapangan yang dianalisis di laboratorium kandungan unsur fosfor di daun berkisar 0,07 - 0,1 % lebih rendah dari jumlah pospor dalam tanah 0,02 – 0,15%. Hal ini terjadi akibat lokasi penelitian pembentukannya tanahnya termasuk jenis tanah ynag mengalami pelapukan lanjut dengan jenis unsur fosfornya adalah fosfor organik, berasal dari sisa-sisa tanaman dan pelepah-pelepah daun hasil pemangkasan yang ditumpuk dekat tegakan tanaman salak.

Hubungan Kalium Daun (K) Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

(55)
[image:55.595.114.477.126.347.2]

daun dengan potensi rendah pada Lampiran 31. Hubungan antara kalium daun dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 . Hubungan Kalium Daun Dengan Potensi Produksi

Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa hubungan kalium dengan potensi produksi tinggi memiliki hubungan positif, akan tetapi memiliki hubungan negatif dengan potensi produksi rendah. Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 23%, potensi produksi sedang memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 2,0 % serta potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi kuat dengan analisis determinasi 39

Gambar

Tabel 1. Metode analisis yang digunakan untuk masing-masing peubah amatan sifat kimia tanah
Gambar 1. Hubungan C-organik Dengan Potensi Produksi
Gambar 2.
Gambar 3. Hubungan Fosfor Dengan Potensi Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait