• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data dari peubah amatan hara tanah, pertumbuhan dan peubah amatan lingkungan dari pada tanaman dan lingkungan tanaman salak pada masing-masing potensi produksi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik agroekologi yang mendukung terhadap potensi produksi tinggi dan sedang pada umumnya terdapat didaerah sentra penanaman tanaman salak di daerah Kecamatan Angkola barat yaitu Desa Lubuk Raya, Desa Sitaratoit Sanggarudang, Desa Sitaratoit. Desa Hutakoje, Desa Huta Lambung, Desa Tobotan Sanggarudang, Desa Tobotan dan Kecamatan Angkola Timur yaitu Desa Pintu Langit, Desa Huraba, Desa Huta Ginjang Desa Mombang baru, sedangkan potensi produksi rendah pada umumnya terdapat di Kecamatan Angkola Selatan dan Kecamatan Batang Angko la yaitu Desa Sibiobio. Desa Tarutung Godang, Desa Lobu, Desa Situmbaga, Desa Sinyior, Desa Siamporik, Desa Marancar, Desa Sitinjak, Desa Padang Lancat.

Hubungan C-Organik Dengan Potensi Produksi Salak

Peran bahan organik bagi tanah dalam kaitannya dengan perbaikan sifat-sifat tanah yaitu sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil serta pemantap agregat tanah. Kandungan bahan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Hasil analisis C-organik dengan potensi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 2, C-organik dengan potensi sedang pada Lampiran 3 dan C-organik dengan potensi rendah pada Lampiran 4. Hubungan antara C-organik dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan C-organik Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan C-organik dengan potensi tinggi berhubungan positif dengan koefisien korelasi lemah serta analisis determinasi 14,8 %, hubungan C-organik dengan potensi produksi sedang berhubungan positif dengan koefisien korelasi lemah serta analisis determinasi 2,8 % sedangkan hubungan C-organik dengan potensi produksi rendah memiliki hubungan negatif dengan koefisien korelasi kuat serta analisis determinasi 57,5 % hal ini berarti bahwa produksi rendah dipengaruhi C-organik 57,5 % sedangkan 33,5 % dipengaruhi oleh faktor lain.

Terjadinya hubungan positif C-organik dengan potensi produksi tinggi dan potensi sedang disebabkan tata guna lahan penanaman salak secara polikultur serta tidak adanya proses pemeliharaan dari petani berupa penyiangan tanaman pengganggu, dalam hal ini tanaman pengganggu bisa berperan sebagai penyumbang bahan organik kedalam tanah serta berfungsi sebagai penutup tanah. yang mempengaruhi terhadap kesuburan tanah ( Hanafiah dkk., 2009).

Terjadinya hubungan negatif C-organik dengan potensi produksi rendah hal ini disebabkan produksi rendah ini berada di daerah ketinggian rendah. Menurut Guslim. (2007). Tinggi rendahnya suatu daerah diatas permukaan laut akan mempengaruhi tinggi rendahnya suhu daerah tersebut yang akan berpengaruh terhadap proses penguraian bahan organik dalam tanah. Hardjowigeno (1993), peningkatan kandungan C-Organik dapat pula disebabkan oleh jumlah mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tersebut relatif

banyak. Laju dekomposisi dipengaruhi oleh kelembaban dilingkungan tanaman. Produk dekomposisi bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tanah untuk pembentukan sel tubuhnya. Daerah dataran rendah proses penguraian bahan organik lebih efektif jika dibandingkan dengan daerah dataran tinggi. Dengan tersedianya bahan organik akan mendukung kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Menurut Suhartatik, dkk (1999) bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan hara. Menurut Hanafiah, dkk (2009) bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah, yaitu sebagai sumber (source) dan pengikat (sink) hara dan sebagai substrat bagi mikroba tanah.

Hubungan Nitrogen (N) Dengan Potensi Produksi Salak

Nitrogen merupakan bagian dari protein, bagian penting konstituen dari protoplasma, enzim, agen katalis biologis yang mempercepat proses kehidupan. Nitrogen juga merupakan bagian dari nukleoprotein, asam amino, amina, asam gula, polipeptida dan senyawa organik dalam tumbuhan. Hasil analisis hubungan nitrogen dengan potensi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 5, nitrogen dengan potensi sedang pada Lampiran 6 serta nitrogen dengan potensi rendah pada Lampiran 7. Hubungan antara nitrogen dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Nitrogen Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa hubungan nitrogen terhadap potensi produksi tinggi memiliki hubungan positif, memiliki koefisien korelasi

kuat dengan analisis determinasi 34,4 %, nitrogen dengan potensi produksi sedang memiliki hubungan negatif, memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 14,0% sedangkan hubungan nitrogen dengan potensi produksi rendah memiliki hubungan negatif, koefisien korelasi kuat dengan analisis determinasi 39,0%

Terjadinya hubungan positif nitrogen dengan potensi produksi tinggi disebabkan karena peran nitrogen itu sendiri sebagai unsur yang berperan dalam proses kehidupan tanaman. Menurut Lingga (1993) peran utama unsur nitrogen bagi tanaman ialah merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun, berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun serta merupakan komponen untuk membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.

Sesuai dengan fungsi nitrogen, hal ini sesuai dengan tata guna lahan penanaman salak secara polykultur sehingga akan lebih cepat pengembalian nitrogen ke tanah. Menurut Hanafiah, dkk (2009) penambahan nitrogen ke dalam tanah melalui sisa-sisa tanaman tidak di anggap sebagai pengkayaan, tetapi sebagai pengembalian nitrogen ke tanah dari yang telah di ambil tanaman.

Dari Gambar diatas dapat dilihat hubungan nitrogen dengan potensi produksi sedang dan rendah memiliki hubungan negatif walaupun dari hasil analisis tanah dilaboratorium menunjukkan kandungan nitrogen dalam tanah tinggi .

Hal ini disebabkan karena tata guna lahan lokasi penelitian salak Padangsidimpuan secara polykultur serta sifat tanaman salak dalam pertumbuhannaya memerlukan tanaman pelindung. Kanopi tanaman salak dan tanaman pelindung yang bersifat menutupi tanah akan menghalangi masuknya sinar matahari kelingkungan penanaman salak sehingga kondisi lingkungan penanaman salak memiliki tingkat kelembaban tinggi atau memiliki sahu rendah. Dengan tertutupnya tanah oleh kanopi tanaman salak serta tanaman pelindungnya akan mengurangi penguapan air dari tubuh tanaman (transpirasi) dan dari lingkungan penanaman (evaporasi). Hal ini akan mempengaruhi keberadaan air dalam tanah. Tersedia air bagi tanaman akan mendukung terhadap ketersediaan nitrogen dalam tanah.

Tata guna lahan yang bersifat polykultur juga akan menunjang semakin banyaknya penyumbang bahan organik dalam tanah. Hal ini akan mengakibatkan kandungan nitrogen dalam tanah tinggi. Tingginya nitogen dalam tanah akan mengakibatkan gangguan terhadap proses metabolisme tanaman. Menurut Mas’ud (1992) Kandungan nitrogen yang tinggi menjadikan dedaunan lebih hijau dan mampu bertahan lebih lama, sehingga untuk sejumlah tanaman menyebabkan keterlambatan pematangan. Jika kelambatan ini sampai memasuki keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, produksi tanaman bisa gagal.

Hubungan Fosfor (P) Dengan Potensi Produksi

Fosfor merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar yang berperan dalam pembentukan albumin juga berperan dalam pembentukan sel, pembentukan bunga, buah dan biji. Hasil analisis fosfor dengan potensi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 8, fosfor dengan potensi sedang pada Lampiran 9 serta fosfor dengan potensi rendah pada Lampiran 10. Hubungan antara fosfor dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Fosfor Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa fosfor memiliki hubungan negatif terhadap potensi produksi yang diteliti dimana potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 21,2%, potensi produksi sedang koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 18,1 %

serta potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 1,7%.

Hal ini disebabkan kandungan fosfor di dalam tanah lokasi penelitian berkisar 4,7 – 6,7%, kandungan ini lebih tinggi dari kandungan fosfor dalam tanah yang berkisar 0,02–0,15% hal ini menunjukkan fosfor dalam tanah dari jumlahnya bukan menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan tanaman salak. Terjadinya hubungan negatif kandungan fosfor terhadap potensi produksi disebabkan oleh karena tanah tegakan salak termasuk tanah yang mengalami pelapukan lanjut fosfor tidak lagi bersumber dari bahan induk tapi bersumber dari penimbunan debu dan besar fosfor yang hilang sebanding dengan jumlah infut fosfor dalam bentuk larut walaupun sifat unsur fosfor yang tidak mobil didalam tanah serta fosfor tidak dimediasi secara biologi untuk berubah ke atau dari atmosfer, dan juga tidak menjadi sumber energi utama untuk oksidasi mikroba (Hanafiah dkk., 2009).

Hubungan Kalium (K) Dengan Potensi Produksi

Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman maupun dalam xylem maupun floem. Hasil analisis kalium dengan potensi tinggi dapat di lihat pada Lampiran 11, kalium dengan potensi sedang pada Lampiran 12, serta kalium dengan potensi rendah pada Lampiran 13.Hubungan antara kalium dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 4.

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan kalium dengan potensi produksi tinggi memiliki hubungan positif, akan tetapi menujukkan hubungan negatif dengan potensi produksi sedang dan rendah. Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi sedang dengan analisis determinasi 23,0%, potensi produksi sedang memilki koefisien korelasi sedang dengan analisis determinasi 17,2% sedangkan potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 2,4%.

Terjadinya hubungan positif kalium dengan produksi disebabkan oleh sifat kalium yang hygroskopis yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan menahan molekul air yang sangat kuat. Keadaan ini akan menyebabkan air tersedia setiap saat bagi tanaman untuk melakukan aktivasi penting seperti fotosintesis Karena kondisi penanaman tanaman salak memerlukan tanaman pelindung untuk meningkatkan kelembaban udara, maka jelas kalium sangat dibutuhkan dalam aktivasi fisiologis tanaman. Menurut Marschner (1986) kalium berperanan terhadap lebih dari 50 enzim baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekurangan kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga mudah roboh, turgor tanaman berkurang sel menjadi lemah, daun menjadi kering, terjadi nekrosis, dan menyebabkan produksi merosot(Rosmarkan , dkk., 2001).

Terjadinya hubungan negatif antara kalium dalam tanah dengan potensi produksi sedang dan rendah, hal ini disebabkan dari hasil analisis tanah di laboratorium jumlah kalium berkisar 0,7 – 1,58 % berada dibawah kandungan kalium normal dalam tanah yang berkisar 0,17 – 3,30 %. Hal ini terjadi karena pembudidayaan tanaman salak Padangsidimpuan tidak melakukan proses pemeliharaan berupa pemberian pemupukan dalam proses pengembalian unsur hara yang terbawa bersaman dengan produksi. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1988) salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitas dan mendorong pertumbuhan tanaman adalah dengan memberikan hara bagi tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung yang dikenal dengan pemupukan serta banyaknya gulma dilapangan dalam hal ini menjadi pesaing utama bagi tanaman salak dalam menyerap unsur hara dari dalam tanah. Menurut Mas’ud (1992) faktor yang secara langsung dan tidak langsung

mempengaruhi ketersediaan Kalium dan pengambilannya oleh tanaman meliputi faktor budidaya tanaman. Kurangnya kalium dalam tanah akan mempengaruhi proses metabolisme tanaman dilihat dari besarnya peran Kalium dalam tubuh tanaman berupa pengaktif beberapa enzim, pengaturan air dan energi, sintesa protein dan pati serta pemindahan fotosintat (Mas’ud, 1992).

Hubungan Magnesium ( Mg) Dengan Potensi Produksi

Magnesium merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun (klorofil) dan sebagai co-faktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme tanaman serta mengatur distribusi karbohydrat keseluruh jarngan tanaman. Hasil analisis magnesium dengan potensi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 14, magnesium dengan potensi sedang pada Lampiran 15, serta magnesium dengan potensi rendah pada Lampiran 16. Hubungan antara Magnesium dengan potensi produksi dapat dilahat pada Gambar 5.

Gambar 5 . Hubungan Magnesium Dengan Potensi produksi

Dari Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa hubungan magnesium dengan potensi produksi tinggi memiliki hubungan positif sedangan dengan potensi sedan dan rendah memiliki hubungan negatif . Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 0,9%, potensi produksi sedang memiliki koefisien korelasi kuat dengan analisis determinasi 23,1 % serta potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 0 ,0 %.

Terjadinya hubungan negatif magnesium dengan potensi produksi sedang dan rendah , hal ini disebabkan dari hasil analisa tanah dilaboratorium jumlah unsur hara Magnesiun didalam tanah yang tersedia dilokasi penelitian berkisar 1,19 – 1,46 % dari jumlah magnesium dalam tanah berkisar 0,12 – 1,50 %.

Hal ini disebabkan oleh karena tata guna lahan penanaman tanaman salak Padangsidimpuan memerlukan tanaman pelindung dalam proses menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan adanya tanaman pelindung, tanaman salak akan terhalang mendapatkan cahaya matahahari. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dan mengabsorbsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan, walaupun magnesium tersedia sebagai penangkap cahaya matahari. Hal ini juga dipengaruhi tidak adanya pengembalian magnesium kedalam tanah melalui pemupukan aflikasi magnesium, Menurut anonim (1998) penambahan hara magnesium akan meningkatkan jumlah klorofil dalam daun , sehingga dapat meningkatkan asimilasi karbon. Efeknya karbohydrat akan meningkat dan NER (Net Energi Range) meningkat. Juga dipengaruhi oleh ketidakseimbangan magnesium dengan kation lain dalam tanah yang mengakibatkan tidak tersedianya unsur magnesium pada tanaman sehingga unsur magnesium menjadi faktor pembatas dalam tubuh tanaman.

Hubungan Kedalaman Efektif Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

Kedalaman efektif tanah adalah suatu kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap air. Kedalaman tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, juga menentukan jumlah unsur hara dan air yang diserap tanaman. Hasil analisis kedalaman efektif dengan potensi tinggi dapat di lihat pada Lampiran 17, kedalaman efektif dengan potensi sedang pada Lampiran 18, serta dengan potensi rendah pada Lampiran 19. Hubungan antara kedalaman efektif dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Kedalaman Efektif Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa kedalaman efektif menunjukkan ada hubungan positif antara kedalaman efektif dengan potensi produksi tinggi dan potensi produksi rendah tetapi memiliki hubungan negatif dengan potensi produksi sedang. Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 15,6%, potensi sroduksi Sedang memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 1% serta potensi produksi rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 20,5 %

Terjadinya hubungan negatif kedalaman efektif dengan potensi produksi sedang disebabkan karena jenis perakaran dari tanaman salak termasuk perakaran dangkal sehingga akar tidak membutuhkan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dalam proses penyerapan unsur hara dan air. Dalam proses pengambilan air, tanaman salak termasuk tanaman berkanopi melebar dan memerlukan tanaman pelindung sebagai peneduh sehingga lingkungan penanaman tanaman salak kondisinya lembab sehingga air tersedia bagi tanaman. Menurut Suharto (2006) kemampuan lahan meretensi air hujan sangat tergantung pada karakteristik sistem tajuk dan perakaran tipe vegetasi penutupnya. Sistem tata guna lahan dengan vegetasi bertife pohon yang disertai adanya tumbuhan penutup tanah adalah sistem lahan yang mempunyai kemampuan meretensi air hujan lebih baik dari pada sistem lahan tingkat semai atau tiang.

Kadar bahan organik yang bersumber dari pangkasan daun serta guguran daun tanaman peneduh juga akan meningkatkan daya tahan tanah dalam meretensi air. Kadar bahan organik tanah mempunyai kontribusi terhadap kapasitas tanah memegang air sehingga dapat mengurangi kehilangan air tanah melalui drainase. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanahnya, maka kemampuan mengikat tanah akan semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh adanya akumulasi peran bahan organik dalam perbaikan struktur tanah dan keseimbangan distribusi ukuran partikel tanah pada bagian top soil sehingga tersedianya kapasitas ruang pori mikro yang cukup bagi air tersedia tanah (Suharto, 2006).

Hubungan pH Tanah Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

Keasaman (pH) tanah berperan terhadap tersedianya unsur-unsur hara dalam tanah, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Hasil analisis pH dengan potensi tinggi dapat di lihat pada Lampiran 20, pH dengan potensi sedang pada Lampiran 21, serta pH dengan potensi rendah pada Lampiran 22. Hubungan antara pH tanah dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 . Hubungan pH dengan potensi produksi

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa hubungan pH dengan potensi produksi tinggi dan sedang memiliki hubungan positif, sedangkan hubungan pH dengan

potensi produksi rendah memiliki hubungan negatif. Potensi produksi tinggi dengan koefisien korelasi lemah serta analisis determinasi 6,8%, potensi produksi

sedang memiliki koefisien korelasi lemah serta analisis determinasi 2,4%, potensi produksi rendah dengan koefisien korelasi kuat serta analisis determinasi 41,5 %. Hal ini berarti potensi produksi rendah ditentukan oleh pH 41,5% sedangkan 58,5 % lagi ditentukan oleh faktor luar.

Terjadinya hubungan positif pH dengan potensi produksi tinggi dan sedang hal ini disebabkan kondisi pH tanah lokasi penelitian berada pada kisaran pH normal 6,2 – 7 sehingga akan mendukung tersedianya unsur hara yang dibutuhkan tanamanan untuk pertumbuhan serta perkembangannya. Ph tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman. Kebanyakan nutrisi tersedia dalam kisaran pH 6,0 – 7,0 (Truog,1961 dalam Gardner1991).

Terjadinya hubungan negatif antara pH dalam tanah dengan potensi produksi rendah, hal ini disebabkan kandungan unsur hara dalam tanah rendah karena proses pembudidayaan tanaman salak padangsidimpuan pada umumnya di tofografi miring sehingga kadar air dalam tanah kurang yang berakibatnya kurangnya pelarut unsur hara dalam tanah dan juga disebabkan pembudidayaan tanaman salak Padangsidimpuan kurang memperhatikan pengembalian unsur hara melalui pemupukan hanya mengharapkan dari perombakan daun-daun tua hasil pemangkasan yang dirumpuk diatas tanah dekat tegakan tanaman salak juga disebabkan peran pH dalam pengambilan CO2 dari atmosfir terganggu yang akan berakibat terhadap proses potosintesa. Akan tetapi memberikan pengaruh yang nyata terhadap potensi produksi rendah hal ini disebabkan nilai pH dari ketiga potensi produksi yang diteliti di lokasi penelitian potensi rendah memiliki nilai pH yang yang paling rendah. Rendahnya pH akan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme dalam tanah yang berpengaruh terhadap kesuburan biologi tanah yang mendukung terhadap kesuburan kimia tanah, hal ini sesuai dengan hukum Minimum Liebigh. Pada keadaan yang kritis, bahan –bahan pendukung kehidupan suatu organisme yang tersedia dalam jumlah minimum bertindak sebagai faktor pembatas. Hasil dari suatu panen tanaman sering dibatasi tidak oleh nutrisi yang diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti karbon dan air akan tetapi dipengaruhi oleh faktor pembatas yang lain misalnya pH.

Hubungan Nitrogen Daun Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

Nitrogen (N) merupakan unsur yang terdapat pada tubuh tanaman dalam jumlah banyak. Nitrogen berperan dalam pembentukan protein bersama-sama dengan unsur C,H,O. Hasil analisis nitrogen daun dengan potensi tinggi dapat di lihat pada Lampiran 23, nitrogen daun dengan potensi sedang pada Lampiran 24, serta nitrogen daun dengan potensi rendah pada Lampiran 25. Hubungan antara nitrogen daun dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 . Hubungan Nitrogen Daun Dengan Potensi Produksi

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa hubungan nitrogen dengan potensi produksi tinggi dan sedang memiliki hubungan negatif akan tetapi memiliki hungan positif dengan potensi produksi rendah. Potensi produksi tinggi memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 0, 5 %, potensi produksi sedang memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 3 % serta Potensi Produksi Rendah memiliki koefisien korelasi lemah dengan analisis determinasi 4,9 %. Hal ini disebabkan kelebihan nitrogen akan memberikan efek negatif bagi tanaman yaitu efek racun bagi tanaman, pertumbuhan vegetatif memanjang serta memperlambat proses kemasakan tanaman atau produksi tanaman (Hanafiah dkk., 2009).

Terjadinya hubungan negatif nitrogen di daun dengan potensi produksi tinggi dan sedang disebabkan kandungan nitrogen dalam tanah rendah seperti terlihat dari hasil pengukuran unsur nitrogen dilapangan berkisar 0,9 % - 1,99 %. Hal ini terjadi karena pembudidayaan tanaman salak Padangsidimpuan tidak

melakukan pemupukan dalam proses pengembalian unsur hara yang terangkut dalam proses produksi akan tetapi hanya mengharapkan unsur hara yang tersedia dalam tanah hasil perombakan pelepah-pelepah daun dari hasil pemangkasan yang dirumpuk disekitar tegakan tanaman salak. Hal ini juga disebabkan jumlah nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman berkisar kurang dari 5% dari 78 % dari jumlah nitrogen diudara serta sifat nitrogen yang mudah tercuci mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh negatif terhadap potensi produksi dilihat dari pentingnya peran nitrogen merupakan unsur esensial serta sebagai unsur pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Soepardi (1983) diantara berbagai hara tanaman, nitrogen mendapatkan porsi paling banyak diteliti karena unsur hara ini diperlukan dalam jumlah besar dan pengaruhnya pada tanaman jelas dan cepat. Tanaman yang kekurangan nitrogen secara berlebihan akan melemahkan pertumbuhan, trubus akan berhenti lebih cepat dan pengguguran daun lebih awal. Tanaman yang kekurangan nitrogen juga tumbuh jelek, lemah dan tidak akan menginisiasi bunga sebanyak pohon yang sehat sehingga buahnya sedikit (Poerwanto, 2003).

Hubungan Fosfor Daun (P) Dengan Potensi Produksi Tanaman Salak

Fosfor (P) termasuk unsur yang terdapat dalam tubuh tanaman dalam jumlah yang banyak . Fosfor berperan dalam pembentukan bunga dan buah Hasil analisis fosfor daun dengan potensi tinggi dapat di lihat pada Lampiran 26, fosfor daun dengan potensi sedang pada Lampiran 27, serta fosfor daun dengan potensi rendah pada Lampiran 28. Hubungan antara fosfor daun dengan potensi produksi dapat dilihat pada Gambar 9.

Dokumen terkait