• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upacara Adat Meruba di Dusun Sengkuang Desa Benua Krio Kecamatan Hulu Sungai Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat: Kajian Sosiologi Antopologi T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upacara Adat Meruba di Dusun Sengkuang Desa Benua Krio Kecamatan Hulu Sungai Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat: Kajian Sosiologi Antopologi T1 Full text"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPACARA ADAT MERUBA DI DUSUN SENGKUANG DESA BENUA KRIO KECAMATAN HULU SUNGAI KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

(Kajian Sosiologi Antopologi)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana

Oleh :

Valentinus Suhendra 152011003

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

UPACARA ADAT MERUBA DI DUSUN SENGKUANG DESA BENUA KRIO KECAMATAN HULU SUNGAI

KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT (Kajian Sosiologi Antopologi)

Valentinus Suhendra

Pendidikan Sejarah FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

E-mail: valentinussuhendra2@gmail.com

Tri Widiarto

Pendidikan Sejarah FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

Tri.widiarto@staff.uksw.edu

bangaimana berjalannya Upacara Adat Meruba di Dusun Sengkuang dan

perkembangannya di masyarakat Sengkuang itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun teori yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu, teori ritual untuk mengetahui pelaksanaan Upacra Adat

Meruba. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data

memecahkan setiap masalah yang ditemukakn dalam penelitian ini dan untuk

mengetahui keberadaan Upacara Adat Meruba pada masyarakat Sengkuang

Kecamatan Hulu Sungai Provinsi Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya pergeseran kebudayaan setempat terhadap perkembangan zaman, terlihat pada keyakinan masyarakat yang semakin hari

semakin berkurang terhadap Upacara Adat Meruba tersebut.

Kata Kunci : Plaksanaan Upacara Adat Meruba dan

(7)

vii PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan suatu kebudayaan dan manusia yang tidak

bisa dipisahkan karena kebudayaan pada hakekatnya adalah manusia. Kita

dapat memahami sesuatu individu di luar kebudayaan yang telah

dihidupkan oleh individu, dengan demikian hendaklah kebudayaan di lihat

dalam posisi antar manusia, akan tetapi juga sebagai gerak dari manusia itu

sendiri ( UU. Hamidi, 2005 : 24 ).

Dalam hal ini kebudayaan erat hubungannya antara kebudayaan dengan masyarakat dinyatakan dalam kalimat, “masyarakat adalah orang

-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak

ada masyarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pelakunya”. Kebudayaan

adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari beberapa

pendapat di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa

Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat

dalam pikiran manusia, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan

perwujudan dan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh

manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan

(8)

viii

hidup, organisasi, sosial, religi, yang kesemuanya ditujukan untuk

membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Selo

Soemardjan, 1980 : 30).

Berbicara tentang Budaya Dayak, Kalimantan adalah rumpun

Budaya Dayak yang memiliki beragam suku, dengan beragamnya

suku-suku yang ada di Kalimantan maka dapat di jumpai bermacam-macam adat

istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan sampai pada saat

sekarang masih tetap di lestarikan. Namun tradisi yang dimiliki setiap

daerah tidak terlepas dari norma-norma, nilai dan hukum yang berlaku.

Rumusan Masalah

Banyak hal yang terkandung dalam Upacara Adat Maruba yang

perlu dikaji lebih mendalam dan ditinjau dari aspek kebudayaan. Dari latar

belakang yang di jelaskan dapat diambil beberapa identifikasi masalah yang

sekaligus menjadi batasan masalah. Bagaimanakah keberadaan Upara Adat

Meruba dan pelaksanannya pada masyarakat Sengkuang Kecamatan Hulu

Sungai Provinsi Kalimantan Barat.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data

memecahkan setiap masalah yang ditemukakn dalam penelitian ini. Secara

khusus, penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui keberadaan Upacara

Adat Meruba pada masyarakat Sengkuang Kecamatan Hulu Sungai

(9)

ix LANDASAN TEORI

Konsep Ritual

Ritual adalah suatu hal yang berhubungan terhadap keyakinan dan

kepercayaan spritual dengan suatu tujuan tertentu. Ritual juga disebut hal

ihwal tatacara dalam upacara keagamaan. (Situmoran, 2004: 175 ).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Ritual dapat diartikan

sebagai peranan yang dilakukan oleh komunitas berdasarkan suatu agama,

adat-istiadat, kepercayaan, atau prinsip, dalam rangka pemenuhan

kebutuhan akan ajaran atau nilai-nilai budaya dan spritual yang diwariskan

turun-temurun oleh nenek moyang mereka. (Purba dan Pasaribu, 2004:

134).

Pengertian Ritual adalah sistem aktifitas atau rangkaian tindakan

yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang

berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi

dalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat ,1990: 190).

Teori Ritual

Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang

dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan

tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan

(10)

x

Ritual adalah serangkaian kegiatan stereotip yang melibatkan

gerak-gerik, kata-kata, dan benda-benda yang digelar di suatu tempat dan

dirancang untuk mempengaruhi entitas atau kekuatan alam demi

kepentingan dan tujuan pelakunya. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa

karakteristik kunci semua Ritual adalah perilaku yang berulang yang tidak

memiliki dampak langsung seperti teknologi. Simbol Ritual berkaitan

dengan nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan-kepercayaan,

sentimen-sentimen, peran-peran dan hubungan-hubungan sosial dalam sistem budaya

dari komunitas penyelenggara Ritual, yang dapat dijabarkan sesuai dengan

konteksnya (Helman,1984:123).

Dalam Wikipedia mengemukakan Ritual merupakan serangakaian

kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual

dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi

dari suatu komunitas tertentu. kegiatan-kegiatan dalam Ritual biasanya

sudah diatur atau ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara

sembarangan.

Teori Pelaksanaan Ritual

Pelaksanaan adalah suatu hal yang berlangsung dalam rangkaian

kegiatan tertentu yang berhubungan dengan tempat, ruang, waktu yang

diselenggarakan, pemimpin, perlengkapan dalam kegiatan tersebut (

Vandem, 2009 : 12 ).

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Pelaksanaan yang terdiri dari

(11)

xi

proses, cara, melaksanakan perbuatan ( 2002 : 351 ). Lanjutan dari Kamus

Besar Bahasa Indonesia mengemukakan pelaksanaan adalah laku,

perbuatan, menjalankan atau melakukan sesuatu

Dalam setiap tradisi sering dijumpai upacara-upacara dan bentuk

Ritual lainnya sebagai pengiring kehidupan pada suatu daerah. Dimana

peristiwa kehidupan biasanya telah berlangsung dengan upacara-upacara,

setiap upacara akan meliputi ruang, waktu dan tempat pelaksanaan, teks

(pesan-pesan upacara), pelaku dan peserta upacara (UU Hamidi, 2009 :

21-22).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Diskriptif dengan data kualitatif. Penulis menggunakan metode diskriptif

dengan data kualitatif karena penelitian dilakukan dengan pendekatan

terhadap objek kajian yang diteliti. Dengan metode penelitian ini supaya

mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Metode dalam penelitian ini

juga sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, juga

memberi kemudahan bagi peneliti dalam menjalankan proses penelitian

yang akan dijalankan dilapangan.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang banyak berada di

lapangan, peneliti kebanyakan berurusan dengan fenomena atau gejala

sosial. Fenomena itu perlu di dekati oleh peneliti dengan terlibat langsung

(12)

xii

mendengar penuturan secara jarak jauh. Penelitian ini pada dasarnya

dengan partisipasi langsung kepada objek yang di teliti, sesuai dengan

pendekatan etnografi. Penelitian etnografi (budaya) merupakan metode

penelitian yang banyak dilakukan dalam bidang antropologi terutama yang

berhubungan dengan setting budaya masyarakat dalam bentuk cara

berprilaku, cara hidup, adat berprilaku sosial.

Dalam penelitian ini, adapun lokasi yang menjadi tempat

penelitian adalah di Dusun Sengkuang Kecamatan Hulu Sungai Provinsi

Kalimantan Barat. Lokasi ini dipilih oleh penulis sebagai tempat penelitian,

karena lokasi ini adalah tempat tinggal penulis. Sehingga bisa

mempermudah penulis dalam memperoleh data, tidak memakan biaya yang

mahal terutama dalam hal transfortasi dan bisa lebih mudah berintraksi

dengan masyarakat setempat.

Sumber data dalam penelitian ini berupa wawancara, pengamatan

lansung, buku-buku yang relevan, dokumen-dokumen, serta tempat

diadakanya Upacara Adat Meruba.

Teknik keabsahan data adalah teknik yang digunakan penulis dalam

penelitian untuk memperoleh data yang benar-benar abash. Seperti yang

diungkapkan oleh dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif (Moleong,

2002:178), yang mengungkapkan bahwa pemeriksaan keabsahan data dapat

(13)

xiii

Untuk memperoleh simpulan yang benar, data yang diperoleh dari

hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, selanjutnya adalah

mengorganisir catatan lapangan berdasarkan catatan-catatan khusus secara

lengkap untuk dianalisi. Dalam menganalisis data penelitian menggunakan

tiga komponen yaitu, Reduksi data, Sajian Data, dan Penarikan Kesimpilan

atau verifikasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Letak Geografis

Dusun Sengkuang Desa Benua Krio termasuk wilayah Kecamatan

Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang, yang termasuk daerah dataran rendah

dan dibatasi oleh perbukitan dengan batas-batas sebangai berikut :

Sebelah Timur : Desa Menyumbung

Sebelah Barat : Dusun Sepanggang

Desa Benua Krio terletak disebelah Timur ibu kota Kabupaten

Ketapang dengan jarak tempuh 284, 4 km, serta berjarak 1 km dari ibu kota

Kecamatan Hulu Sungai. Untuk mencapai Dusun Benua Krio ini, dapat

ditempuh dengan menggunakan roda dua, roda empat dan menggunakan

moda transportasi air yakni motor kelotok atau speed boot.

Kira-kira waktu yang ditempuh dari ibu kota Kabupaten Ketapang menuju

desa Benua Krio sekitar 8 jam 20 menit, dikarenakan jalan yang dileawati

masih banyak yang belum teraspal jadi jarak tempuh perjalanan sangat

(14)

xiv

Kepercayaan dan Adat Istiadat Masyarakat Dusun Sengkuang

Pengaruh Agama Nasrani

Raja Tungkat Rakyat ke-1 sampai ke Raja Tungkat Rakyat ke-49

masih menyakini kepercayaan leluhur. Agama mulai dikenal setelah Raja

Tungkat Rakyat ke-50 Raja Poncin. Beliu ini mulai mengenali Agama

Katholik sebangai agama yang dipeluknya. Karena agama ini dianggap

sangat akrab dan tidak membatsi atau menyekat apalagi melarang

kepercayaan leluhur. Agama ini tampaknya cocok dan bias diterima dalam

kehidupan adat istiadat masyarakat Laman Sembilan Domong Sepuluh.

Agama ini dianggap cukup mampu mengiringi dan mendampingi

masyarakat adat. Makanya setelah Raja Tungkat Rakyat atau Raja Hulu

Aik diserahkan kepada adiknya Singa Bansa. Raja Tungkat Rakyat ke-51

ini juga memeluk agama Katholik.

Jadi salah, kalau ada pengamat atau ada orang yang mengatakan

kalau seseorang yang menjadi Raja Tungkat Rakyat atau Raja Hulu Aik

harus meninggalkan agama itu, akan tetapi menurut Raja Singa Bansa kalau

agama itu justru melengkapi apa yang telah ada. Menurut beliau asalnya

dari Tuhan, sedangkan Adat dan Kramat juga berasal dari Tuhan, hanya

saja cara datang atau cara hadirnya dimuka bumi ini berbeda-beda. Kini

keluarga Raja Singa Bansa dan seluruh masyarakat Dusun Sengkuang

memeluk agama Katholik. Mereka juga mengamalkan kenyakinan dan

(15)

xv

Adat dan Istiadat yang diwarisi nenek moyang terlebih dahulu (Singa

Bansa).

Adat Istiadat

Benda Peninggalan Keramat

Benda-benda peninggalan keramat Raja Tungkat Rakyat yang

masih ada sampai sekarang ini yakni, Tungkat Rakyat, Bosi Koling,

Pinggan Pemali, Damar Penyangkak, Telaga Tujuh Bidadari, Keramat

Nibung Sebelas, Lingga Butuh Sengkumang, Lelabi Putih, Pancor Kramat,

dan Keramat Botong Serumpun.

Konon dahulu Kramat Bosi Koling Tungkat Rakyat adalah seperti,

Keris, Bosi Kuning, Piring dan Kotak benda-benda berasal dari Bila’ sudah

berubah menjadi sebuah Keris Besi kuning, Kebambang sudah berubah

menjadi sebuah Peti, dan Tanah Cekung sudah berubah menjadi sebuah

Piring, Tongkat Rakyat, dan Api Damar. Sesuai Lamat yang diberikan Raja

Tungkat Rakyat harus menjaga dan memilihara ketiga benda keramat

tersebut secara turun temurun. Keris Bosi Koling, keramat tersebut tidak

boleh dilihat termasuk oleh Pang Ukir Mpu Gremeng sekalipun pada

zamanya. Bila melanggar larangan tersebut maka mata akan mengalami

(16)

xvi

yang melihat akan menjadi buta, yang menjaga benda tersebut melalui

upacara adat dinobatkan menjadi Raja Tungkat Rakyat.

Pembahasan

Menurut Singa Bansa, Keris Keramat Bosi Koling dahulu kala

bentuknya jauh lebih besar dari yang sekarang. Karena semakin tahun ke

tahun, keris itu semakin mengecil. Semakin banyak kesalahan masyarakat

adat, benda keramat inipun ikut menyusut. Konon ceritanya bila keris

keramat Bosi Koling ini menyusut habis, maka berakhirlah keberadaan

dunia ini. Perlambang sebagai tanda dari Ranying Hatala kepada

masyarakat adat Dayak melalui Raja Tungkat Rakyat atau kini dikenal Raja

Ulu Aik.

Agar Keris Keramat Bosi Koling tidak habis, maka setiap tahunnya

harus diadakan Upacara Adat Meruba yang pada saat ini diadakan pada

setiap tanggal 25 Juni. Dalam Upacara Adat Meruba terdiri dari beberapa

ritual yang diantaranya , Tapa., Penghormatan Kepada Keramat-keramat

Tungkat Rakyat dan Raja, Membersihkan Kramat Bosi Koling Tungkat

Rakyat, Mandi Tolak Bala, Minum Tuak dengan Tanduk Kerbau.

PENUTUP

Simpulan

Upacara tersebut digunakan sebagai upacara ritual ucapan syukur

(17)

xvii

berikan yang juga kesehatan selama satru tahun dan memberikan minyak

atau memandikan benda pusaka berupa Bosi Koling Tungkat Rakyat, yang

di percayai masyarakat setempat sebangai penyangga langit. Kini hanya

warisan Upacara Adat Meruaba yang sanggup merangkul kerabat-kerabat

setianya setiap tahunnya. Hadir sebagai sosok Raja Hulu Aik di Kabupaten

Ketapang saat Upacara Adat Meruba, yang membuka mata setiap orang

yang ada di tanah Dayak. Inilah raja Dayak yang kini hanya sebangai

simbol pemersatu adat Dayak ketika Upacara Adat Merubaberlansung.

Saran

Kepada masyarakat Dusun Sengkuang agar dapat terus

mempertahankan dan melestarikan Upacara Adat Meruba yang merupakan

warisan leluhur dan warisan budaya bangsa. Untuk Penjabat Pemerintah

Kabupaten Ketapang agar dapat lebih serius melestarikan Upacara Adat

Meruba sebangai kebudayaan daerah. Bantuan berupa dana dalam setiap

kengiatan, akan lebih baik untuk mencapai tujuan tersebut, supaya generasi

muda Dusun Sengkuang untuk lebih menghargai dan melestarikan

nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Upacara Adat Meruba yang ada di

daerahnya. Khususnya kepada para pengajar mata pelajaran sejarah

terutama yang berada di Kecamatan Hulu Sungai Kabupaten Ketapang agar

dapat memamfaatkan hasil penelitian ini sebangai mata pelajaran sejarah

lokal.

(18)

xviii

Hamidy, U.U. 2010. Toponomi Riau, Pekan Baru : Jagat Melayu Di Riau.

_____. 2001. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina dan Pengembangan

Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Maleong, Lexy A. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : P.T.

Gramedia

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : P.T. Rineka

Cipta.

Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta

: Rineka Cipta.

Muhadjir, Neong. 1998. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: P.T

Remaja Rosdakarya.

Koentjoroningrat. 1987. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan.

Jakarta: Gramedia.

Koencoro. 2006. Teknik Analisi Data Penelitian Kualitatif. Bandung P.T.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan lembaga kemahasiswaan pada dasarnya adalah wadah/pranata/instansi/organisasi yang dibentuk guna peningkatan penalaran, minat dan bakat, serta

[r]

faktor yang mempengaruhi produksi susu yaitu : umur ternak, kondisi sapi waktu. beranak, banyaknya ransum waktu diberikan pada ternak yang sedang

Dalam rangka memperingati HUT kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68 dan guna mempererat tali silaturahmi serta rasa persatuan dan kesatuan maka, kami Persatuan Sepak Bola Badas

Dalam upaya untuk membuat daftar faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas sapi Bali di NTT, mungkin pada akhirnya hanya sampai pada keyakinan bahwa faktor

Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran

JUDUL : DIES NATALIS KE-71 DAN TEMU ALUMNI FK UGM MEDIA : KEDAULATAN RAKYAT. TANGGAL : 07

Penilaian Proses :Mengamati respon, dan aktivitas selama kegiatan layanan berlangsung serta antusias siswa dalam mengikuti kegiatan Bimbingan Kelompok dengan topik