• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)LAPORAN KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016. Nomor : LAP-3/D6/2017 Tanggal : 20 Januari 2017.

(2) KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas perkenanNya Deputi Bidang Investigasi dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2016. Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Pusat. Laporan Kinerja ini merupakan media pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi kepada Kepala BPKP selaku pemberi mandat, atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Laporan Kinerja memberikan gambaran mengenai pertanggungjawaban atas pemanfaatan sumber daya yang dikelola Deputi Bidang Investigasi beserta seluruh jajarannya dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program terealisasi melebihi target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi melakukan beberapa kegiatan diantaranya melakukan perbaikan indikator kinerja beserta targetnya, menyusun Road Map Deputi Bidang Investigasi, menyusun pedoman teknis keinvestigasian dalam rangka mendukung terwujudnya visi Deputi Bidang Investigasi dan visi BPKP. Permintaan penugasan belum seluruhnya dipenuhi, dengan penuh kesadaran hal tersebut akan menjadi perhatian bagi seluruh jajaran di lingkungan Deputi Bidang Investigasi untuk meningkatkan kinerja dengan lebih baik dan profesional pada tahun-tahun mendatang. Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi. Iswan Elmi NIP 19600127 198102 1 001 Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. i.

(3) RINGKASAN EKSEKUTIF Pada tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan satu program dengan sasaran program berupa: “Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional. dan. Pengelolaan. Keinvestigasian”.. Sasaran. Keuangan. program. Negara. tersebut. Bidang. diukur. Pengawasan. dengan. “Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada. indikator. Aparat Penegak. Hukum (APH)/ Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi”. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan ke APH/Kementerian/Lembaga/Pemerintah. Daerah/Korporasi. dibandingkan. dengan jumlah permintaan penugasan. Target dan realisasi kinerja dapat dilihat pada tabel berikut: Sasaran Program. Indikator Kinerja. Satuan. Target. Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian. Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian / Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi. %. 60. Realisasi Th Th 2015 2016 83,17 86,98. Capaian Th 2016 (%) 144,97. Realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 86,98% atau mencapai 144,97% dari target sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan ke APH/ Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi dibandingkan dengan jumlah permintaan penugasan yaitu 1.831 laporan dibandingkan dengan 2.105 permintaan penugasan. Realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 86,98% naik sebesar 3,81% dari realisasi tahun 2015 sebesar 83,17%. Target dan realisasi kinerja tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 dapat digambarkan dengan grafik berikut:. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. ii.

(4) 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -. TARGET. REALISASI. 2015. 50.00. 83.17. 2016. 60.00. 86.98. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2015 dan tahun 2016 melampaui target yang telah ditetapkan. Meningkatnya realisasi kinerja sebesar 3,81% disebabkan tim audit dapat menyelesaikan penugasan dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu. Capaian kinerja tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Perkembangan capaian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 terlihat pada grafik berikut: 170 165 160 155 150 145 140 135 130 Capaian. 2015. 2016. 166.34. 144.97. Dari grafik diatas terlihat capaian IKU tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun sebesar 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Penurunan ini disebabkan adanya perbedaan persepsi antara Deputi Bidang Investigasi dengan APH dan K/L/P/K atas suatu permasalahan sehingga permasalahan tersebut belum/tidak dapat ditindaklanjuti penugasan. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. iii.

(5) Cakupan audit tahun 2016 sebanyak 698 K/L/P/K atau menurun sebanyak 167 K/L/P/K dari cakupan audit tahun 2015 sebanyak 865 K/L/P/K. Meskipun demikian nilai kerugian keuangan negara meningkat dari tahun 2015 sebesar Rp2..574.372,21. dan. USD1.907.493,02. serta. SAR17.967.405. menjadi. Rp4.801.440.125.507,67 pada tahun 2016. Pencapaian. sasaran. ini. didukung. penggunaan. dana. sebesar. Rp2.031.477.061,00 atau 80,55% dibandingkan dengan anggaran setelah self blocking sebesar Rp2.522.090.000,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp3.147.837.000,00 mencapai 64,54%. Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 9.953 OH atau 110,76% dari rencana sebanyak 8.986 OH Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 144,97%, lebih besar daripada capaian penggunaan dana sebesar 80,55%. Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 144,97%, lebih besar daripada capaian penggunaan SDM sebesar 110,76%. Hal ini disebabkan terdapat beberapa auditor melaksanakan beberapa penugasan pada waktu bersamaan. Deputi. Bidang. Investigasi. akan. terus. meningkatkan. kinerja. sebagai. perwujudan dari pertanggungjawaban amanah yang diemban dengan cara. meningkatkan. kompetensi. auditor. investigasi. sehingga. auditor. investigasi dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Pada. tahun. 2017,. Deputi. Bidang. Investigasi. merencanakan. akan. melaksanakan penugasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis terkait. bidang. investasi,. bidang. transportasi,. ketenagalistrikan,. serta. pembelian gas oleh BUMD. Selain itu juga akan menerapkan strategi edukatif dengan menerapkan konsep Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK), Fraud Risk Assessment (FRA) dalam rangka menyusun peta risiko pada Kementerian/lembaga/ Pemerintah Daerah/Korporasi. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. iv.

(6) DAFTAR ISI. Halaman. Kata Pengantar. i. Ringkasan Pimpinan. ii. Daftar Isi. iv. BAB I. PENDAHULUAN A. Tugas dan Fungsi. 1. B. Aspek Strategis Organisasi. 2. C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi. 4. D. Struktur Organisasi. 5. E. Sistematika Penyajian. 10. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis 2015-2019. 12. 1. Pernyataan Visi. 13. 2. Pernyataan Misi. 14. 3. Tujuan. 18. 4. Indikator Kinerja Utama (IKU). 19. 5. Program dan Kegiatan. 20. B. Perjanjian Kinerja Tahun 2016. 21. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja. 24. B. Penugasan/Kegiatan Lain. 47. C. Realisasi Keuangan. 68. BAB IV PENUTUP. 71. Lampiran. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. v.

(7) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. BAB I. PENDAHULUAN A. Tugas dan Fungsi Organisasi. S. esuai dengan Peraturan Presien Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan. termasuk program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan Negara, dan pemberian keterangan ahli. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi menyelenggarakan fungsi: 1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di bidang investigasi; 2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi; 3. penyusunan. pedoman. dan. pemberian. bimbingan. teknis. investigasi dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme; 4. pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan. dan. pelaksanaan. kegiatan. yang. dapat. menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral; 5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian. keuangannya. dibiayai. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. oleh. anggaran. negara 1.

(8) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta upaya pencegahan korupsi; pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan badan-badan lainnya; 6. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan bidang penugasan investigasi; dan 7. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan pemerintah. di. bidang. keinvestigasian. sesuai. peraturan. perundang-undangan.. B. Aspek Strategis Organisasi 1. Adanya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP, BPKP memiliki mandat sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan SPIP. Dengan terbitnya PP ini, cakupan penugasan BPKP yang semakin luas, dan terjadi perubahan. paradigma. yang. lebih. mengedepankan. pencegahan dengan pembangunan suatu sistem yang mampu mencegah. kecurangan/penyimpangan. atau. memudahkan. pendeteksian adanya kecurangan/penyimpangan. 2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP, menjelaskan bahwa BPKP memiliki delegasi untuk melakukan lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategis. BPKP diharapkan berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan. pembangunan. masyarakat,. dengan. yaitu. peningkatan. memberikan. kesejahteraan. rekomendasi. untuk. peningkatan kinerja program pembangunan pusat, daerah, dan korporasi. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 2.

(9) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. 3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Presiden menginstruksikan Kepala BPKP untuk: a. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance) percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. b. Melakukan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap kasus-kasus. penyalahgunaan. wewenang. (pelanggaran. administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. c. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara dalam hal ditemukan adanya kerugian negara dalam pelaksanaan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap penyalahgunaan. wewenang. (pelanggaran. administrasi). dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. d. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit. yang. Pemerintah. dilakukan pada. oleh. Aparat. Pengawasan. kementerian/lembaga. dalam. Intern hal. ditemukan adanya kerugian keuangan negara. e. Melakukan. pendampingan. dalam. rangka. pengadaan. barang/jasa tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional berdasarkan permintaan menteri/kepala lembaga atau Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). 4. Perhatian pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo dan Wakil. Presiden. Jusuf. Kalla,. terhadap. peran. pengawasan. membuka peluang yang cukup terbuka untuk secara efektif menyelenggarakan pembangunan pengawasan nasional dan pengawasan. pembangunan. nasional. terkait. dengan. terwujudnya pemerintah yang transparan, efektif dan efisien. Perhatian pemerintah tersebut adalah gambaran utama peluang besar bagi BPKP untuk menyelenggarakan fungsinya. BPKP dalam Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 3.

(10) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. memberikan. assurance. AKUNTABILITAS KINERJA. tentang. PENUTUP. pencapaian. keberhasilan. pemerintah dalam memberikan rekomendasi perbaikan untuk memitigasi risiko, dan memastikan tujuan program pemerintah, dalam hal ini sasaran pembangunan nasional, dapat tercapai. BPKP. juga. berfungsi. sebagai. mitra. strategis. Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah/Korporasi (K/L/P/K) dalam hal pemberian jasa consultancy. 5. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula harapan Aparat Penegak Hukum (APH) meminta BPKP untuk melakukan audit atas kasus TPK. 6. Adanya. produk-produk. unggulan. yang. dibutuhkan. oleh. stakeholders (Fraud Control Plan/FCP dan Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) atau Digital Forensics) yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan sesuai dengan kebutuhan stakeholders.. C. Kegiatan dan Produksi Organisasi Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI), Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan/penugasan bidang investigasi untuk memenuhi akuntabilitas yang menjadi perhatian para stakeholders. Kegiatan/penugasan tersebut meliputi: 1. Pengawasan dalam rangka mendukung Proyek Strategis Nasional (PSN). 2. Penanganan. pangaduan/. temuan-temuan. audit. agar. penyelesaian proyek tidak terhambat sesuai dengan kebijakan pengutamaan upaya pencegahan korupsi. 3. Penanganan kasus yang ditangani Aparat Penegak Hukum (Audit Investigatif,. Audit. dalam. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. rangka. Penghitungan. Kerugian 4.

(11) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Keuangan. Negara,. AKUNTABILITAS KINERJA. Pemberian. Keterangan. PENUTUP. Ahli,. dan. Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE)). 4. Penanganan kasus K/L/P/K (Audit Investigatif, Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE)). 5. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan. 6. Audit Penyesuaian Harga. 7. Audit Klaim. 8. Fraud Control Plan (FCP). 9. Sosialisasi Program Anti Korupsi. 10. Pengkajian peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi. 11. Penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penugasan bidang investigasi harus didasarkan pada alasan yang cukup, yaitu: 1. Adanya indikasi penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara dari pengembangan hasil audit operasional. 2. Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang layak untuk ditindaklanjuti. 3. Permintaan instansi penyidik atau penetapan pengadilan. 4. Permintaan dari pimpinan/atasan pimpinan Objek Penugasan.. D. Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang Investigasi terdiri dari 3 (tiga) Direktorat. Masing-masing Direktorat mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok Pejabat Fungsional. Untuk urusan Tata Usaha,. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 5.

(12) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf perbantuan dari Sekretariat Utama.. BAGAN 1.1 STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. Deputi Bidang Investigasi Iswan Elmi. Kasubbag Tata Usaha Sutisna. Direktur Investigasi Instansi Pemerintah Ernadhi Sudarmanto. Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Pusat I. Direktur Investigasi BUMN dan BUMD Alexander Rubi Satyoadi. Direktur Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Juliver Sinaga. Kasubdit Investigasi BUMN. Kasubdit Investigasi HKP Instansi Pemerintah. Irham. Agustina Arumsari. Andi Revy Rohadian. Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Pusat II. Kasubdit Investigasi BUMD. Kasubdit Investigasi HKP BUMN dan BUMD. Sutrisno. Gumbira Budi Purnama. Buntoro. Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah Daerah. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional. Piping Effrianto. Kelompok Jabatan Fungsional. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 6.

(13) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. 7.

(14) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah Tugas pokok dan fungsi:. Melaksanakan. penyiapan. bahan. perumusan. kebijakan. teknis,. penyusunan. pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana. dan. pengendalian. pelaksanaan. pemberian. bantuan. investigasi,. pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi pada instansi pemerintah pusat dan daerah.. 1. Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah Tugas pokok dan fungsi:. Melaksanakan. penyiapan. bahan. perumusan. kebijakan. teknis,. penyusunan. pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana. dan. pengendalian. pelaksanaan. pemberian. bantuan. investigasi,. pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah.. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 8.

(15) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. 2. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Tugas pokok dan fungsi:. Melaksanakan. penyiapan. bahan. perumusan. kebijakan. teknis,. penyusunan. pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi, penyusunan rencana. dan. pengendalian. pelaksanaan. pemberian. bantuan. investigasi,. pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan, analisis, evaluasi. dan. penyusunan. laporan. hasil. investigasi. terhadap. hambatan. kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah.. 3. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI Tugas pokok dan fungsi:. Melakukan perlengkapan. urusan dan. tata. usaha. administrasi. pengawasan, Jabatan. kepegawaian,. Fungsional. di. keuangan,. Deputi. Bidang. Investigasi.. Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 1 Januari 2016 sebanyak 106 orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2016 sebanyak 96 orang, maka secara total terjadi pengurangan jumlah pegawai sebanyak 10 orang. Jumlah pegawai tersebut dapat klasifikasi sebagai berikut:. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 9.

(16) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. TABEL 1.1 JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016 BERDASARKAN GOLONGAN RUANG. GOLONGAN. TOTAL. a. b. c. d. e. IV. 7. 8. 10. -. 1. 26. III. 23. 10. 5. 23. -. 61. II. -. -. 4. 5. -. 9. I. -. -. -. -. -. -. TOTAL. 30. 18. 19. 28. 1. 96. TABEL 1.2 JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2016 BERDASARKAN JABATAN Uraian. Mutasi. Posisi. Posisi. 01-01-2016. Tambah. Kurang. 31-12-2016. a. Eselon I. 1. -. -. 1. b. Eselon II. 3. -. 1. 2. c. Eselon III. 7. 2. 2. 7. d. Eselon IV. -. -. -. -. a. Auditor Madya. 18. 2. 4. 16. b. Auditor Muda. 21. -. 2. 19. c. Auditor Pratama. 24. -. 2. 22. d. Auditor Penyelia. 4. -. 2. 2. e. Auditor Pelaksana Lanjutan. -. 1. -. 1. f. Auditor Pelaksana. 5. -. 1. 4. 23. 1. 2. 22. 106. 6. 16. 96. Struktural. Fungsional Auditor. Fungsional Lainnya Jumlah. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 10.

(17) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Auditor investigasi seluruhnya berjumlah 544 auditor. Deputi Bidang Investigasi telah melakukan mapping kompetensi, dengan hasil sebagai berikut: TABEL 1.3 JUMLAH DAN KLASIFIKASI AUDITOR INVESTIGASI TAHUN 2016 BERDASARKAN KOMPETENSI No.. Diklat Substantif. 1 2 3. Audit Investigatif Audit Forensik Audit Penyesuaian Harga, Klaim, dan Hambatan Kelancaran Pembangunan Penyidikan Fraud Control Plan (FCP) Manajemen Risiko Komputer Forensik SPIP Matrikulasi Hukum Mediasi Good Corporate Governance (GCG). 4 5 6 7 8 9 10 11. Sudah mengikuti 295 183 179. Belum mengikuti 249 361 365. Jumlah. 171 135. 373 409. 544 544. 70 165 237 121 23 71. 474 379 307 423 521 473. 544 544 544 544 544 544. 544 544 544. Dari 544 auditor, sejumlah 70 auditor telah bersertifikasi Certified Firensic Auditor (CFrA) dan 33 auditor telah bersertifikasi Certified Fraud Examiner (CFE).. E. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang Investigasi selama Tahun 2016 dibandingkan dengan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 yang merupakan komitmen Deputi Bidang Investigasi untuk mencapai kinerja sebaik-baiknya sebagai upaya memenuhi misi organisasi. Melalui pembandingan tersebut akan diperoleh celah kinerja Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 11.

(18) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. (Performance Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana kinerja berikutnya. Sistematika penyajian Laporan Kinerja Tahun 2016, adalah sebagai berikut:. BAB I. PENDAHULUAN Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan wewenang Deputi Bidang Investigasi, aspek strategis, kegiatan dan produk, struktur organisasi serta sistematika penyajian.. BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 yang menggambarkan visi, misi, tujuan, Indikator Kinerja Utama (IKU), serta program dan kegiatan Deputi Bidang Investigasi.. BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Berisi uraian mengenai capaian kinerja yang meliputi sasaran strategis dan sasaran program Deputi Bidang Investigasi, serta realisasi keuangan tahun 2016.. BAB IV PENUTUP Berisi. uraian. singkat. mengenai. keberhasilan. dan. kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja kedeputian, serta langkahlangkah perbaikan kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun mendatang.. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 12.

(19) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis 2015-2019. R. encana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok. dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun dengan memperhatikan: a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. b. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tanggal 16 Agustus 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal 21 November 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 18 April 2006 tentang. Pengesahan. Corruption 2003. United. Nations. Convention. Against. (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Anti. Korupsi 2003). d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sesuai dengan peraturan ini, delegasi yang diemban BPKP adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan sebagai. pembina. SPIP. untuk. seluruh. Instansi. Pemerintah.. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dilaksanakan atas kegiatan tertentu meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara, Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 13.

(20) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Pemerintahan yang Baik dan Bersih, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. BPKP. khususnya. Deputi. Bidang. Investigasi. melakukan. pengawasan intern melalui audit dengan tujuan tertentu. e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tanggal 30 September 2014 tentang Pemerintahan Daerah. f.. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.. g. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang BPKP. Sesuai dengan pasal 27, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program. lintas. sektoral,. pencegahan. korupsi,. audit. atas. penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasuskasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli. h. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. i.. Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP.. j.. Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi.. 1. Pernyataan Visi BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden diharapkan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 14.

(21) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut mereposisi dan meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya kelancaran. pembangunan. yang. berkesinambungan.. Dalam. melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi di masa mendatang. Visi tersebut adalah sebagai berikut: BAGAN 2.1 VISI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. PUSAT UNGGULAN SOLUSI KECURANGAN. 2. Pernyataan Misi Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk mencapai visi tersebut Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi sebagai berikut:. 1. Mendukung peran Aparat Penegak Hukum (APH) dalam pemberantasan korupsi Misi ini dilatarbelakangi permasalahan korupsi yang sangat kompleks dengan modus operandi yang semakin canggih dan beragam, sudah mewabah ke semua lapisan penyelenggara negara seperti eksekutif, legislatif, yudikatif, dan birokrasi. Korupsi bukan hanya sekadar merugikan keuangan negara namun juga telah merusak sistem hukum serta melemahkan mental manusia Indonesia dan Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 15.

(22) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. sendi-sendi sosial budaya masyarakat, karena itu korupsi merupakan persoalan mendesak yang harus diatasi. Banyaknya pemberantasan korupsi ternyata juga tidak menjadikan masyarakat semakin takut melakukan tindakan korupsi. Korupsi mungkin tidak dapat diberantas secara menyeluruh, namun setidaknya korupsi itu bisa ditekan agar di masa mendatang tidak semakin membudaya dan semakin merusak moral para pejabat negara. BPKP. khususnya. Deputi. Bidang. Investigasi. membantu. upaya. pemerintah dalam mengungkap kejadian korupsi karena itu terus melakukan upaya pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Efisien karena jumlah anggaran yang terbatas. Sedangkan ukuran efektif dari pemberantasan korupsi adalah jumlah kasus yang sudah disidangkan semakin meningkat dan diprioritaskan pada kualitas penanganan perkara. Pengawasan yang dilakukan Deputi Bidang Investigasi diharapkan dapat mengurangi perilaku koruptif para penyelenggara negara.. 2. Memberikan solusi atas permasalahan yang menghambat kelancaran pembangunan Misi. ini. dilatarbelakangi. pelaksanaan. pembangunan. sering. terkendala dan tidak mencapai hasil dan manfaat seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dan korporasi yang mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan pembangunan yang berdampak pada lambatnya pencapaian tujuan nasional. Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral, maka BPKP melakukan mediasi dan memberikan solusi kepada instansi Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 16.

(23) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. pemerintah dan korporasi untuk menyelesaikan permasalahan yang menghambat pembangunan, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, dalam rangka membantu memperlancar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, BPKP melakukan audit penyesuaian harga dan audit klaim. Proses pengajuan penyesuaian harga dan klaim yang dilakukan oleh penyedia barang dan jasa dan satuan kerja, sering dilakukan dengan tidak cermat sehingga dapat berpotensi merugikan keuangan Negara. Hal ini terjadi karena pihak penyedia. /. pengguna. barang. dan. jasa. belum. sepenuhnya. memahami aturan tentang penyesuaian harga ataupun permintaan klaim yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena. itu. diperlukan. penyesuaian pertimbangan. harga. peran dan. bagi. BPKP. klaim. pengguna. dalam. untuk. barang. melakukan. memberikan dan. jasa. audit bahan. agar. nilai. penyesuaian harga dan klaim telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.. 3. Memberikan yang. solusi. dihadapi. mewujudkan. atas. permasalahan. manajemen. tata. kelola. untuk. pemerintahan. dan korporasi yang baik Misi. ini. dilatarbelakangi. bahwa. masyarakat. menginginkan. pemerintahan yang bersih, bebas KKN, dan berjalan dengan baik tanpa. menimbulkan. dampak. negatif. pada. masyarakat.. Implementasi tata kepemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN sebagai. upaya. melaksanakan. pencegahan pengawasan. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. KKN.. Deputi yang. Bidang diminta. Investigasi oleh 17.

(24) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang baik dan bebas KKN.. 4. Meningkatkan. kualitas. penyelenggaraan. sistem pengendalian intern melalui upaya pencegahan. korupsi. Fraud Control Plan. dengan. melaksanakan. Misi ini dilatarbelakangi adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian adanya. kecurangan/penyimpangan,. mendorong. Badan. Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan korupsi. Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap yang. konkrit. guna. meminimalkan. risiko. serta. menghilangkan. kesempatan terjadinya korupsi. Organisasi dapat menghilangkan atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah berikut: a. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi. b. Mengimplementasikan. pengendalian. pencegahan. dan. pendeteksian korupsi. c. Menciptakan pemantauan korupsi secara luas melalui peran serta pegawai, pelanggan dan masyarakat.. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 18.

(25) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. d. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit dan standar investigasi. Hal-hal yang diperlukan untuk mencegah korupsi seperti tersebut di atas dikenal dengan Program Anti Korupsi atau Fraud Control Plan (FCP). Pengendalian tersebut dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian, jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.. 3. Tujuan Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang Investigasi. Dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan tujuan sebagai berikut:. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 19.

(26) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. BAGAN 2.2 TUJUAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. 1. Peningkatan efektifitas keinvestigasian.. hasil. pengawasan. 2. Peningkatan efektifitas hasil pengawasan dalam mengatasi hambatan kelancaran pembangunan. 3. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam upaya pencegahan korupsi. 4. Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan yang mencerminkan berfungsinya hasil (outcome) dari semua program yang telah ditetapkan, serta menjadi indikator untuk menilai keberhasilan suatu pencapaian tujuan. Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran strategis yang merupakan kondisi yang diinginkan untuk dicapai pada tahun 2019:. Sasaran Strategis. Meningkatnya Pengelolaan. Kualitas Keuangan. dan. Akuntabilitas Pembangunan. Nasional. Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional merupakan indikator yang menunjukkan level keyakinan pertanggungjawaban institusi publik atas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional. Untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 20.

(27) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. nasional yang bersih dan efektif, Deputi Bidang Investigasi menilai (assurance) beberapa aspek, antara lain akuntabilitas pelaporan keuangan,. kebijakan. peningkatan. kinerja. pendukungnya. atas. terkait. kebendaharaan. program. umum. pembangunan. keberhasilan. negara,. nasional. pembangunan. nasional.. dan Di. samping kegiatan assurance, Deputi Bidang Investigasi juga aktif dalam memberikan rekomendasi dalam bidang-bidang tersebut terkait pengelolaan keuangannya dari hasil kegiatan consulting. Rekomendasi. yang. diberikan. diharapkan. dapat. memberikan. perbaikan dalam pengelolaan keuangan dan pembangunan, pengelolaan. risiko. serta. dapat. meningkatkan. kualitas. penyelenggaraan sistem pengendalian intern. Sasaran program menunjukkan berfungsinya output pengawasan intern yang dilakukan oleh BPKP. Output pengawasan rekomendasi hasil pengawasan yang berkualitas dan dapat dilaksanakan oleh K/L/P/K akan memberikan hasil berupa perbaikan atas pengelolaan program. strategis/program. prioritas. nasional.. Deputi. Bidang. Investigasi menetapkan sasaran program sebagai berikut:. Sasaran Program. Perbaikan. program. Prioritas. Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian. Untuk menggambarkan ditetapkan. pengelolaan. indikator. tingkat pencapaian. kinerja. “Penyerahan. sasaran hasil. program,. Pengawasan. Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/Korporasi”.. 5. Program dan Kegiatan Program Deputi Bidang Investigasi mencerminkan tugas dan fungsi yang berisi kegiatan untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 21.

(28) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. ditetapkan.. Program. Akuntabilitas. Pengelolaan. AKUNTABILITAS KINERJA. tersebut. adalah. Keuangan. PENUTUP. Pengawasan. Negara. dan. Intern. Pembinaan. Penyelenggaraan SPIP. Kegiatan pengawasan mencerminkan tugas dan fungsi Direktorat yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran (output). Kegiatan pengawasan Deputi Bidang Investigasi terdiri dari: a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada Kementerian/ Lembaga. b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada BUMN/BUMD. c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan. SPIP. terkait. Hambatan. Kelancaran. Pembangunan.. B. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Dokumen ini berisi sasaran strategis, sasaran program, sasaran kegiatan, indikator kinerja, dan target kinerja yang diperjanjikan dalam satu tahun serta memuat rencana anggaran untuk program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran strategis. Target dari indikator kinerja sasaran program dan sasaran kegiatan ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai untuk menentukan tingkat keberhasilan dari masing-masing program. Program Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 22.

(29) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator hasil kegiatan dituangkan dalam satu dokumen Perjanjian Kinerja (PK). Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2016 No.. 1.. Sasaran Strategis/Program/Kegiatan Sasaran Program Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian. Sasaran Kegiatan 1.. 2.. Tersedianya informasi hasil pengawasan pada Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah. Tersedianya informasi hasil pengawasan pada Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD. Indikator Kinerja. Target. Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian / Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi. 60%. Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Rekomendasi Perbaikan Pencegahan Korupsi pada Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Bansos Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Rekomendasi Perbaikan Pencegahan Korupsi pada Korporasi Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian. 84. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 64. 1. 63 22. 1. 23.

(30) PENDAHULUAN. No.. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Sasaran Strategis/Program/Kegiatan. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Indikator Kinerja. Target. Kredit Usaha Rakyat 3. Tersedianya informasi hasil Rekomendasi Hasil pengawasan pada Pengawasan atas Direktorat Investigasi Hambatan Hambatan Kelancaran Kelancaran Pembangunan Pembangunan Rekomendasi Pengawasan Bidang Infrastruktur dan Perhubungan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 61. 1. Rp8.099.015.000,00. 24.

(31) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. A. kuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja Deputi Bidang Investigasi dalam tahun 2016 yang ditujukan untuk memenuhi target rencana kinerja yang telah ditetapkan.. Dalam uraian berikut disajikan akuntabilitas Deputi Bidang Investigasi dari aspek keuangan, sumber daya manusia dan sarana prasarana sebagai unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran dalam rangka mewujudkan misi yang telah ditetapkan.. A. Capaian Kinerja Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan Rencana. pelaksanaan Strategis. kegiatan. (Renstra). dan. yang. telah. Rencana. ditetapkan. Kerja. Tahunan. dalam (RKT).. Pengukuran kinerja mencakup penilaian indikator kinerja sasaran yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasinya. Persentase pencapaian rencana tingkat capaian, dihitung dengan rumus bahwa semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian rencana tingkat capaian yang semakin baik. Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2016, Deputi Bidang Investigasi menetapkan satu sasaran program dan tiga sasaran kegiatan. Capaian sasaran sasaran program dan sasaran kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:.

(32) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Sasaran Program Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian Deputi Bidang Investigasi turut mendukung agenda prioritas pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu melakukan pengawasan untuk mendukung tata kelola pemerintah dan korporasi yang bersih dan efektif, serta diarahkan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan. dan. pembangunan. berjalan. secara. akuntabel,. transparan, dan efektif. Deputi Bidang Investigasi terus melakukan upaya pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Efisien karena jumlah anggaran yang terbatas. Sedangkan ukuran efektif dari pemberantasan korupsi adalah jumlah kasus yang sudah disidangkan semakin meningkat dan diprioritaskan pada kualitas penanganan perkara. Hasil penugasan pengawasan. berupa. rekomendasi. yang. berkualitas. yang. dapat. dimanfaatkan oleh APH dan dapat dilaksanakan oleh K/L/P/K untuk perbaikan tata kelola korporasi dan/atau rekomendasi untuk mencegah korupsi berulang. Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran program “Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian”. Untuk mengukur capaian ini ditetapkan indikator “Penyerahan Hasil Pengawasan. Keinvestigasian. kepada. Aparat. Penegak. Hukum/. Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi”. Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum (APH),. Kementerian/Lembaga/Pemerintah. Daerah/Korporasi. adalah. tingkat penyelesaian penugasan bidang investigasi atas permintaan APH dan K/L/P/K serta pengaduan masyarakat pada tahun 2016 yang dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh APH dan K/L/P/K. Pengukuran Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 26.

(33) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan ke APH/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi dibandingkan dengan jumlah permintaan penugasan. Target dan realisasi kinerja dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Capain Kinerja Outcome Tahun 2016 Sasaran Program Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keinvestigasian. Indikator Kinerja. Satuan. Target. %. 60. Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian / Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi. Realisasi Th Th 2015 2016 83,17 86,98. Capaian Th 2016 (%) 144,97. Realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 86,98% atau mencapai 144,97% dari target sebesar 60%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan ke APH/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/ Korporasi dibandingkan dengan jumlah permintaan penugasan yaitu 1.831 laporan dibandingkan dengan 2.105 permintaan penugasan. Jumlah permintaan penugasan dan jumlah laporan yang diserahkan kepada APH/K/L/P/K pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 27.

(34) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. TABEL 3.2 Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian Kepada Aparat Penegak Hukum/ Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi No. Uraian. Permintaan. Laporan. Capaian (%). 1.870. 1.624. 86,84. 1.870. 1.624. 86,84. 11. 6. 54,55. Aparat Penegak Hukum (APH) Audit Investigatif, Audit PKKN, PKA, dan Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) atas permintaan APH. 1. Sub Jumlah K/L/P/K Audit Investigatif atas permintaan Instansi Lain. 2. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan. 36. 24. 66,67. 3. Fraud Control Plan. 115. 109. 94,78. 4. Audit Penyesuaian Harga. 56. 55. 98,21. 5. Audit Klaim. 17. 10. 58,82. 6. Rekomendasi Bansos, KUR, Infrastruktur Sub Jumlah. -. 3. -. 235. 207. 88,09. Jumlah. 2.105. 1.831. 86,98. Jumlah permintaan penugasan sebanyak 2.105 permintaan, telah dipenuhi dengan penugasan dan diterbitkan laporan sebanyak 1.831 laporan. Sebanyak 112 permintaan masih dalam proses penugasan, dan selebihnya akan dipenuhi dengan penugasan pada tahun 2017.. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 28.

(35) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Realisasi kinerja tahun 2016 sebesar 86,98% naik sebesar 3,81% dari realisasi tahun 2015 sebesar 83,17%. Target dan realisasi kinerja tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 dapat digambarkan dengan grafik berikut: Grafik 3.1 Target dan Realisasi IKU Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada APH/K/L/P/K Tahun 2015 dan 2016 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -. TARGET. REALISASI. 2015. 50.00. 83.17. 2016. 60.00. 86.98. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2015 dan tahun 2016 melampaui target yang telah ditetapkan. Meningkatnya realisasi kinerja sebesar 3,81% disebabkan tim audit dapat menyelesaikan penugasan dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu. Capaian kinerja tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Perkembangan capaian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 terlihat pada grafik berikut:. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 29.

(36) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Grafik 3.2 Perkembangan Capaian IKU Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada APH/K/L/P/K Tahun 2015 dan 2016 170 165 160 155 150 145 140 135 130 Capaian. 2015. 2016. 166.34. 144.97. Dari grafik diatas terlihat capaian IKU tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun sebesar 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Penurunan ini disebabkan adanya perbedaan persepsi antara Deputi Bidang Investigasi dengan APH dan K/L/P/K atas suatu permasalahan sehingga permasalahan tersebut belum/tidak dapat ditindaklanjuti penugasan. Pencapaian. sasaran. ini. didukung. penggunaan. dana. sebesar. Rp2.031.477.061,00 atau 80,55% dibandingkan dengan anggaran setelah self blocking sebesar Rp2.522.090.000,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp3.147.837.000,00 mencapai 64,54%. Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 9.953 OH atau 110,76% dari rencana sebanyak 8.986 OH Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 144,97%, lebih besar daripada capaian penggunaan dana sebesar 80,55%.. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 30.

(37) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 144,97%, lebih besar daripada capaian penggunaan SDM sebesar 110,76% Keberhasilan capaian sasaran program ini didukung oleh kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang Investigasi dan Bidang Investigasi pada Perwakilan BPKP, dengan indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.3 Tabel 3.3 Capaian Kinerja Output Tahun 2016 No.. 1.. 2.. 3.. Sasaran Kegiatan. Indikator Kinerja. Satuan. Target. Tersedianya informasi hasil pengawasan pada Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah. Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian. Rekomendasi. 84. Realisasi Th Th 2015 2016 189 84. Rekomendasi Perbaikan Pencegahan Korupsi pada Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Bansos. Rekomendasi. 64. 114. 64. 100. Rekomendasi. 1. -. 1. 100. Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian. Rekomendasi. 61. 60. 61. 100. Rekomendasi Perbaikan Pencegahan Korupsi pada Korporasi Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian KUR. Rekomendasi. 21. 26. 21. 100. Rekomendasi. 1. -. 1. 100. Rekomendasi Rekomendasi Hasil Pengawasan atas Hambatan Kelancaran Pembangunan. 60. 84. 60. 100. Tersedianya informasi hasil pengawasan dalam mencapai pada Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD. Tersedianya informasi hasil pengawasan pada Direktorat Investigasi HKP. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. Capaian Th 2016 (%) 100. 31.

(38) PENDAHULUAN. No.. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Sasaran Kegiatan. Jumlah. Penugasan. AKUNTABILITAS KINERJA. Indikator Kinerja Rekomendasi Pengawasan Bidang Infrastruktur. pengawasan. PENUTUP. Satuan. Target. Rekomendasi. 1. Realisasi Th Th 2015 2016 21 1. 293. yang. dilaksanakan. 494. untuk. Capaian Th 2016 (%) 100. 293. 100. mendukung. tercapainya IKU “Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/ Korporasi”. bertujuan. untuk. mendorong. peningkatan. ruang. fiskal,. pengamanan keuangan negara secara efektif, dan peningkatan kualitas tata kelola publik (Governance). Rincian penugasan pengawasan tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi hasil pengawasan atas pengelolaan Bantuan Sosial (Bansos) Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penyimpangan pengelolaan Bantuan Sosial. Bantuan Sosial. adalah. pemberian. bantuan. berupa. uang/barang. dari. pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus-menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Dari hasil evaluasi dilakukan atas 282 kejadian pada 112 kegiatan, penyimpangan. terjadi. pada. semua. ruang. pengelolaan. lingkup. kegiatan. Bantuan. Sosial. dimaksud dan mengakibatkan tujuan pemberian efektif.. Bantuan. Sosial. Penyebab. permasalahan. tidak. terjadinya. penyimpangan. adalah unsur manusia, pembiayaan, metode kerja, sarana dan prasarana, Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 32.

(39) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. serta informasi. Berdasarkan hasil evaluasi, perlu dilakukan perbaikan pengelolaan Bansos. Beberapa rekomendasi untuk mencegah agar tindak pidana korupsi Bansos berkurang atau tidak berulang dan rekomendasi untuk perbaikan pengelolan Bansos, adalah sebagai berikut: a. Menginstruksikan kepada Menteri Dalam Negeri dan para Kepala Daerah untuk: 1) Mengatur lebih lanjut tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban dan pelaporan, serta. monitoring. dan. evaluasi. Bantuan. Sosial. dengan. Peraturan Kepala Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan tata. cara. tersebut,. memanfaatkan. pihak. Aplikasi. Pemerintah. Hibah. dan. Daerah. Bansos. dapat. yang. telah. dikembangkan oleh BPKP; 2) Menyusun. dan. memanfaatkan. peta. kondisi. nyata. permasalahan sosial dan/atau kebutuhan masyarakat di daerah masing-masing untuk keperluan pemberian Bantuan Sosial; 3) Memastikan ketersediaan dana dan sarana prasarana yang memadai untuk mengelola Bantuan Sosial; 4) Memastikan setiap pejabat pengelola Bantuan Sosial memiliki kompetensi pengetahuan yang dibutuhkan; 5) Merancang dan menerapkan Program Anti Korupsi untuk kegiatan/ program pengelolaan Bantuan Sosial yang dibiayai APBD; 6) Memperkuat. Sistem. Pengendalian. Intern. pada. semua. Organisasi Perangkat Daerah/Satuan Kerja Perangjkat Daerah (OPD/SKPD) sesuai target RPJMN 2016-2019, pada akhir tahun 2019 mencapai maturitas penyelenggaraan SPIP level 3.. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 33.

(40) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. b. Menginstruksikan. AKUNTABILITAS KINERJA. kepada. para. PENUTUP. menteri. terkait. untuk. mempertimbangkan regulasi penguatan pengendalian dalam hal pemberian Bantuan Sosial tidak berupa uang tunai namun dalam bentuk dan mekanisme non-tunai. 2. Kajian Pengawasan atas Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kajian hasil pengawasan atas Program KUR sebanyak 12 laporan, menunjukkan adanya penyimpangan yang mengakibatkan kerugian keuangan negara senilai Rp194,16 miliar. Penyimpangan tersebut antara lain: a. Penyaluran KUR yang tidak sesuai dengan ketentuan. b. Penyaluran KUR diterima dan digunakan bukan oleh pihak yang tercantum dalam dokumen pengajuan kredit. c. Nasabah. yang. mengajukan. kredit. ternyata. tidak. merasa. mengajukan kredit, tetapi nama mereka digunakan untuk mengajukan kredit. d. Prosedur pencairan KUR tidak sesuai dengan ketentuan. e. Calon debitur hanya dipinjam namanya saja guna pengajuan kredit. Calon debitur tidak pernah memiliki usaha seperti tertulis pada SIUP dan TDP. f.. Kredit yang telah dicairkan tidak dimanfaatkan sesuai dengan tujuan permohonan kredit.. g. Pelunasan dari nasabah tidak disetorkan ke Bank. h. Komite Kredit tidak melakukan rapat pembahasan kredit dan hasil keputusan rapat panitia kredit dibuat hanya untuk memenuhi formalitas administrasi dan ditandatangani sirkuler. Penyebab terjadinya penyimpangan adalah sebagai berikut: a. Bank tidak melakukan konfirmasi atas dokumen yang diajukan oleh Debitur. b. Bank. tidak. menyalurkan. kredit. sesuai. prinsip-prinsip. dasar. perkreditan yang berlaku pada perbankan pada umumnya. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 34.

(41) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. c. Bank tidak menilai usaha kelompok tani atau barang yang diagunkan. d. Usaha kelompok belum berjalan minimal 6 bulan. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), dan Tanda Daftar. Perusahaan. (TDP). dibuat. beberapa. hari. sebelum. dengan. Petunjuk. mengajukan permohonan kredit. e. Permohonan. kredit. diproses. tidak. sesuai. Pelaksanaan KUR. f.. Adanya diskresi dari Kepala Cabang untuk meloloskan pengajuan kreditnya karena kolusi dengan pejabat pemerintahan setempat.. g. Adanya persekongkolan antara pimpinan bank dengan debitur. h. Kurangnya pengawasan dari SPI atau Bank dalam mengecek jalannya sistem dan prosedur atas Program KUR yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengawasan. hasil atas. kajian. Program KUR,. perlu dilakukan perbaikan desain dan. penguatan. Program. KUR.. rekomendasi. untuk. pelaksanaan Beberapa memperbaiki. desain dan pelaksanaan Program KUR adalah sebagai berikut: a. Kementerian Koperasi dan UKM melakukan revisi SOP KUR agar lebih. sederhana. dengan. tetap. mempertimbangkan. azas. prudential banking practices yang mengharuskan pihak bank selalu berhati–hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang–undangan. di. bidang. perbankan. berdasarkan. profesionalisme dan itikad baik,. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 35.

(42) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. b. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) melakukan. sosialisasi KUR. pelaksana. KUR. bersama. didaerah. kepada. dengan. cabang. masyarakat. bank. sekaligus. mempublikasikan bahwa KUR bukan dana hibah dari pemerintah, c. Rekomendasi yang dapat diterapkan oleh perbankan adalah: 1) meningkatkan kualitas pengawasan dari SPI bank penyalur, mulai dari proses pengajuan KUR sampai pemanfaatan dana KUR oleh UMKM, 2) melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap proses pengajuan KUR melalui SPI, 3) pihak bank meningkatkan. kualitas sistem pengendalian. internal, terutama melakukan pengendalian anti fraud yang tidak hanya ditujukan untuk pencegahan namun juga untuk mendeteksi dan melakukan investigasi apabila ditemukan indikasi fraud, 4) melakukan. reviu. dan. perbaikan. pelaksanaan. Standard. Operating Procedure (SOP) secara berkala, 5) pihak bank membuat rekomendasi persetujuan kredit secara tertulis berdasarkan hasil analisis kredit yang telah dilakukan. Isi rekomendasi harus sesuai dengan kesimpulan analisis kredit. 3. Evaluasi hambatan kelancaran pembangunan bidang infrastruktur Permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam merealisasikan program pembangunan terutama di sektor infrastruktur, menemui banyak. kendala,. antara. lain. dari. masyarakat,. antar. instansi. pemerintah, BUMN/BUMD dan swasta. Permasalahan-permasalahan tersebut harus dikelompokkan berdasarkan akar permasalahannya dan dipetakan ke institusi yang bisa mengatasi permasalahan tersebut. Terkait dengan hal tersebut Deputi Bidang Investigasi terus melakukan upaya penanganan masalah hambatan kelancaran pembangunan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan tata Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 36.

(43) PENDAHULUAN. kelola. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. instansi. permasalahan. AKUNTABILITAS KINERJA. pemerintah/korporasi yang. menghambat. PENUTUP. dalam. mencari. kelancaran. solusi. pelaksanaan. pembangunan dan efisiensi keuangan Negara/daerah. Berdasarkan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan yang dilakukan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP, diketahui bahwa permasalahan yang dominan terjadi dalam pelaksanaan kontrak pembangunan infrastruktur adalah perbedaan penafsiran. terhadap. pasal-pasal. kontrak/perjanjian. terhadap. perubahan kondisi yang diasumsikan dalam kontrak awal. Permasalahan tersebut selanjutnya dianalisis sehingga diidentifikasikan penyebab. utama. permasalahan. adalah belum adanya mekanisme yang menjamin akuntabilitas proses perubahan/amandemen yang. dapat. mengurangi. kontrak risiko. timbulnya permasalahan hukum bagi para pihak yang terlibat dalam kontrak. Solusi yang diperlukan adalah dengan membuat aturan mekanisme perubahan kontrak dalam kondisi tertentu dengan melibatkan Aparat Pengawasan Inter Pemerintah (APIP) dan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun). Keterlibatan pihak yang kompeten dan independen tersebut diharapkan mampu memberikan pertimbangan dari aspek ketaatan dalam pengelolaan keuangan negara maupun dari aspek hukum, sehingga mengurangi risiko penyimpangan yang dapat menjadi permasalahan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan kontrak tersebut. Ketiga penugasan tersebut dilaksanakan untuk mendukung agenda prioritas Presiden (Nawacita) dengan memberikan rekomendasi atas Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 37.

(44) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. pengelolaan Bansos, rekomendasi atas Program KUR, dan rekomendasi atas pembangunan bidang infrastruktur. Rekomendasi diberikan untuk mencegah agar penyimpangan atas program/kegiatan tersebut tidak terjadi lagi. Realisasi ketiga penugasan ini menyerap dana sebesar Rp160.326.739,00 atau 68,27% dari anggaran setelah self blocking sebesar Rp234.854.000,00. Sedangkan dibandingkan dengan anggaran sebelum self blocking sebesar Rp337.093.000,00 mencapai 47,56%. Penugasan ini menggunakan SDM sebesar 643 OH atau 135,37% dari target sebesar 475 OH. Selain didukung oleh ketiga penugasan tersebut di atas, capaian IKU juga didukung penugasan berikut ini: 1. Pengawasan Untuk Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal Untuk mendorong peningkatan ruang fiskal, Deputi Bidang Investigasi melakukan pengawasan atas pengeluaran keuangan negara yang masih dapat ditingkatkan penghematannya. Kegiatan pengawasan tersebut berupa audit penyesuaian harga dan audit klaim. Jumlah permintaan untuk melakukan audit penyesuaian harga sebanyak 56 permintaan, realisasi penerbitan laporan sebanyak 55 laporan. Jumlah permintaan untuk melakukan audit klaim sebanyak 17 permintaan, realisasi laporan sebanyak 10 laporan. Rincian Laporan Audit Penyesuaian Harga dan Audit Klaim beserta koreksi audit adalah sebagai berikut: TABEL 3.4 Koreksi Audit Berdasarkan Pelaksanaan Pengawasan Pengawasan Untuk Mendukung Peningkatan Ruang Fiskal No.. Uraian. 1. Audit Penyesuaian Harga Audit Klaim. 2. Jumlah. Jumlah Laporan 55 10 65. Koreksi Audit Rp USD 170.590.359.248,79 36.704,62 51.514.479.531,62. 38.760,00. Yen 8.471.965,01 -. 222.104.838.780,41 75.464,62 8.471.965,01. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 38.

(45) PENDAHULUAN. Koreksi. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. audit. sebesar. AKUNTABILITAS KINERJA. Rp222.104.838.780,41,. PENUTUP. USD75.464,62,. dan. Yen8.471.965,01 merupakan penghematan keuangan negara yang dapat dialokasikan untuk melaksanakan pekerjaan lain dalam satuan kerja yang sama. Penugasan audit penyesuaian harga yang dilakukan diantaranya adalah: a. Audit Penyesuaian Harga atas Kontrak Paket CKB-01: Tayan Bridge Construction Nomor CKB-01/PJT/11/2011/01 Tanggal 17 November 2011 pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jembatan Tayan Periode Bulan November 2012 s.d. November 2015 dengan nilai koreksi audit sebesar Rp10.077.975.535,00. b. Audit Penyesuaian Harga atas Kontrak No: CON/007/MRT/VI/2013 tgl 11 Juni 2013 Paket CP 105 Rancang Bangun Stasiun Bawah Tanah Bendungan Hilir dan Setiabudi serta Terowongan dari 11K+043 hingga 13K+102 pd Proyek MRT Jakarta Periode Agustus 2013 s.d Januari 2016 (IPC-1 s.d IPC-29) dengan nilai koreksi audit sebesar Rp33.372.044.422,00. c. Audit. Penyesuaian. Harga. atas. Kontrak. Nomor. CON/006/MRT/VI/2013 tanggal 11 Juni 2013, Construction of Jakarta Mass Rapit Transit Project Underground Section: CP 104 Underground and Tunnels: 9K+211-11K+043 untuk IPC-1 s.d. IPC-29 dengan nilai koreksi audit sebesar Rp27.427.280.781,00. Laporan. hasil. pertimbangan. audit bagi. klaim Kepala. yang Satuan. dijadikan Kerja. sebagai untuk. bahan. melakukan. pembayaran klaim diantaranya adalah: a. Laporan Hasil Audit Klaim atas Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Seksi E2A Cilincing-Simpang Jampea JBIC Loan IP 531 pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 39.

(46) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Hambatan Tanjung Priok dengan nilai koreksi audit sebesar Rp31.327.194.114,00. b. Laporan Hasil Audit atas Klaim Penambahan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pada PT Angkasa Pura II (Persero) dengan nilai koreksi audit sebesar Rp9.677.000.000,00. c. Laporan Hasil Audit Klaim Penambahan Biaya Pembangunan PLTU 2. Sulawesi. Utara. Berdasarkan. Kontrak. No.245/641/DIR/2007. Tanggal 30 Oktober 2007 antara PT PLN (Persero) dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan nilai koreksi audit sebesar Rp4.815.855.766,43. 2. Pengamanan Keuangan Negara Secara Efektif Dalam rangka pengamanan keuangan negara/daerah, Deputi Bidang. Investigasi. melaksanakan. pengawasan. represif. untuk. preventif serta pencegahan dan pemberantasan korupsi. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: a. Penanganan Pengaduan Pada tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi menerima 125 pengaduan. Atas pengaduan tersebut dilakukan penelaahan dengan hasil telaahan sebagai berikut: Di file. 92. Diteruskan ke Perwakilan BPKP. 32. untuk ditindaklanjuti Diteruskan ke Instansi Lain. 1. Dijawab kepada pengirim. 3. Ditindaklanjuti dengan. 2. penugasan Jumlah Dalam proses penelaahan Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 130 9 40.

(47) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Pengaduan masyarakat diteruskan ke Perwakilan BPKP agar digunakan sebagai bahan masukan penugasan pengawasan. b. Penanganan Kasus Aparat Penegak Hukum (APH) Adanya pengaduan masyarakat dan hasil audit reguler APIP yang menginformasikan dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) pada instansi pemerintah, BUMN, dan BUMD, merupakan informasi awal bagi Aparat Penegak Hukum (APH). Untuk menindaklanjuti informasi awal tersebut, APH memerlukan keahlian di bidang akuntansi. dan. auditing. baik. dalam. tahap. penyelidikan,. penyidikan, penuntutan, maupun pemeriksaan perkara TPK di sidang pengadilan. BPKP memiliki SDM yang mempunyai keahlian di bidang akuntansi dan auditing ingin berperan aktif dalam pemberantasan TPK, karena itu permintaan dari APH untuk melaksanakan kegiatan audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan. kerugian. keuangan. negara,. pemberian. keterangan ahli, dan komputer forensik akan direspon dengan maksimal. Jumlah permintaan penugasan audit investigatif, audit dalam rangka PKKN, pemberian keterangan ahli, dan komputer forensik dari APH berjumlah 1.870 permintaan. Permintaan tersebut telah ditindaklanjuti dengan penugasan dan telah diterbitkan laporan sebesar 86,94% atau sebanyak 1.624 laporan.. Rincian laporan. yang diserahkan ke APH dan jumlah nilai kerugian keuangan negara adalah sebagai berikut:. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 41.

(48) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. TABEL 3.5 Laporan Hasil Pengawasanyang Diserahkan Kepada Aparat Penegak Hukum Beserta Nilai Kerugian Keuangan Negara No. 1. Uraian. Jumlah Kasus. Audit. Jumlah Kerugian Keuangan Negara (Rp). Investigatif. 2. Kejaksaan. 17. 46.848.845.494,03. Kepolisian. 72. 157.563.074.863,85. Sub Jumlah. 89. 204.411.920.357,88. Audit dalam rangka PKKN Kejaksaan. 196. 794.464.529.963,21. Kepolisian. 316. 595.270.640.852,83. KPK. 2. 2.329.043.457.490,39. 514. 3.718.778.628.306,43. Pemberian Keterangan Ahli Kejaksaan. 127. -. Kepolisian. 132. -. 4. -. 749. -. 1.012. -. 9. -. Sub Jumlah 3. KPK Pengadilan Sub Jumlah 4. Komputer Forensik Jumlah. 1.624. 3.923.190.548.664,31. Laporan Hasil Audit Investigatif yang diserahkan ke APH pada tahun 2016 antara lain: 1) Audit Investigatif atas dugaan TPK pengelolaan dana Direktif Presiden RI pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Fakfak TA 2014, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp31,37 miliar. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 42.

(49) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. 2) Audit Investigatif atas Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Pipa Air Limbah oleh PD PAL Kota Banjarmasin Selatan TA 2014 pada lokasi Tanjung Pagar Kecamatan Banjarmasin Selatan dan lokasi Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp2,67 miliar. 3) Audit Investigatif atas pembangunan hanggar Balai Kalibrasi dilengkapi Appron dan Taxiway pekerjaan struktur arsitektur dan mekanikal elektrikal pada Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah Makassar TA 2014, dengan nilai kerugian keuangan negara Rp18,29 miliar. Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara yang diserahkan ke APH pada tahun 2016 diantaranya adalah: 1) Audit dalam rangka PKKN atas Dugaan TPK Penyaluran Kredit PT Likotama Harum pada Bank DKI, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp269,73 miliar. 2) Audit. dalam. rangka. PKKN. atas. Perkara. Dugaan. Penyimpangan dalam Kegiatan Penambangan Pasir Besi oleh PT Indo Moderen Mining Sejahtera (PT IMMS) di Kabupaten Lumajang, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp79,83 miliar. 3) Audit dalam rangka PKKN atas kasus dugaan TPK Pengelolaan Dana APBD Kabupaten Mamberamo Raya TA 2011-2013, dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp84,23 miliar. Pemberian Keterangan Ahli (PKA) yang dilaksanakan pada tahun 2016 diantaranya adalah: 1) PKA atas Perkara Dugaan TPK Penyalahgunaan Anggaran dan/atau Penggelapan Dana Perusahaan Daerah Aneka Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 43.

(50) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Usaha Kolaka Tahun Anggaran 2013 atas nama Terdakwa Drs. H. Riamin Basire. 2) PKA atas. Perkara. Dugaan. TPK. Penyalahgunaan. Dana. Perusahaan Daerah (Perusda) Kabupaten Konawe Selatan Tahun Anggaran 2012 s.d. 2014 atas Nama Terdakwa Drs. Doner, S.H. 3) PKA atas kasus Pembangunan Lima Unit Kapal Nelayan 30 GT pada Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Banten TA2011 a.n terdakwa Alimus bin Ali Ibrahim, H. Mahyudin, A.Pi, MM dan Ade Burhanudin, SE, MM. Pada tahun 2016 dilaksanakan juga penugasan komputer forensik. Komputer forensik adalah proses untuk memperoleh dan menganalisis dokumen elektronik dalam rangka memperoleh petunjuk atau bukti digital untuk kepentingan penanganan kasus yang berindikasi tindak pidana. Permintaan Komputer Forensik dalam rangka membantu APH yang dilaksanakan pada tahun 2016 antara lain: 1) Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik dalam Rangka Pengadaan Alat Kedokteran Kesehatan dan KB di RSUD dr. Rubini Mempawah TA 2012. 2) Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik dalam Perkara Dugaan TPK pada Pengadaan 49 Paket UPS untuk 49 SMAN/ SMKN oleh Sudin Pendidikan Menengah Kota Administrasi. Jakarta. Barat. dan. Sudin. Menengah. Kota. Administrasi Jakarta Pusat TA 2014. 3) Pengumpulan dan Pengevauasian Bukti Dokumen Elektronik dalam rangka Penyidikan oleh Kepolisian Dearah Kalimantan Barat terhadap Dugaan TPK dan Pencucian Uang pada Pengadaan Alat - Alat Kedokteran Bedah di RSUD Kab. Sanggau yang bersumber dari APBD (DAU) TA 2014. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 44.

(51) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. c. Penanganan Kasus Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah /Korporasi (K/L/P/K) Dalam rangka pengamanan keuangan negara/daerah, selain melaksanakan penugasan pengawasan atas permintaan APH, Deputi. Bidang. Investigasi. juga. melaksanakan. penugasan. pengawasan atas permintaan K/L/P/K yaitu Audit Investigatif dan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan. Jumlah permintaan dari K/L/P/K untuk melakukan audit investigatif dan Evaluasi HKP sebanyak 47 penugasan. Permintaan tersebut telah ditindaklanjuti dengan penugasan dan penerbitan laporan sebanyak 30 laporan atau 63,83%. Jumlah Laporan Audit Investigatif atas Permintaan Instansi Lain dan Laporan Evaluasi HKP adalah sebagai berikut: TABEL 3.6 Laporan Hasil Audit Investigatif Atas Permintaan Instansi Lain No.. Uraian. Jumlah Kasus. Jumlah Kerugian Keuangan Negara Rp. 1. Audit Investigatif permintaan Instansi Lain Jumlah. USD. 6. 878.249.576.843,36. -. 6. 878.249.576.843,36. -. TABEL 3.7 Laporan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan dan Koreksi Audit No. 1. Uraian Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Jumlah. Jumlah Laporan 24. Koreksi Audit Rp USD -. -. 24. -. -. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 45.

(52) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Audit Investigatif atas permintaan Instansi Lain yang dilaksanakan pada tahun 2016 antara lain: 1) Audit. Investigatif. atas. dugaan. penyimpangan. dalam. pemberian uang muka kepada 9 (sembilan) Mitra Kerjasama Operasi (KSO) pada PT PLN Batubara, dengan nilai temuan Rp856,40 miliar. 2) Audit Investigatif atas Pengelolaan Piutan-Piutang Usaha Bermasalah kepada Pihak ketiga oleh PT Mega Eltra, dengan nilai temuan sebesar Rp20,84 miliar. Evaluasi. Hambatan. Kelancaran. Pembangunan. yang. dilaksanakan pada tahun 2016 antara lain: 1) Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Relokasi Aset Tetap Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat yang Berada di Atas Lahan Kerjasama Operasional PT Patut Patuh Patju dengan PT Bliss Pembangunan Sejahtera (Bliss Group). 2) Evaluasi. Hambatan. Kelancaran. Pembangunan. atas. Permasalahan dalam Pembangunan Kembali Hotel Inna Muara Padang oleh PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. 3) Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan terhadap 6 Paket Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Fasilitas Jalan, Jembatan. dan. Sarana Prasarana Lainnya pada Dinas. Pekerjaan Umum Kabupaten Pekalongan Tahun Anggaran 2015. 3. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Publik (Governance) Adanya. perubahan. paradigma. yang. lebih. mengedepankan. pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu mencegah. atau. memudahkan. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. pendeteksian. adanya 46.

(53) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. kecurangan/penyimpangan,. AKUNTABILITAS KINERJA. mendorong. PENUTUP. Badan. Pengawasan. Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan korupsi. Deputi Bidang Investigasi berperan aktif membantu dan bekerja sama dengan K/L/P/K untuk meningkatkan peran dan tugasnya dalam memberikan nilai tambah kualitas tata kelola dan mendorong upaya pencegahan korupsi. Dalam rangka peningkatan tata kelola, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan penugasan Fraud Control Plan (FCP). FCP merupakan suatu pengendalian yang dirancang secara spesifik, teratur dan terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal dan memudahkan pendeteksian, jumlah serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Permintaan. penugasan. FCP. pada. tahun. 2016. sebanyak. 115. penugasan, jumlah laporan yang diterbitkan sebanyak 109 laporan, dengan rincian: 1) Laporan Sosialisasi FCP sebanyak 31 laporan. 2) Laporan Diagnostic Assesment FCP sebanyak 18 laporan. 3) Laporan Bimbingan Teknis FCP sebanyak 5 laporan. 4) Laporan Evaluasi Implementasi FCP sebanyak 55 laporan. Instansi yang telah mengimplementasikan FCP diantaranya: 1) RSUD Tarakan, Kalimantan Timur 2) PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia 3) BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) 4) PDAM Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta 5) PD Pasar Jaya Jakarta. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 47.

(54) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. Permasalahan utama dalam implementasi FCP baik di instansi pemerintah maupun BUMN/BUMD adalah: 1) Tidak disiplin atas pedoman impelementasi Menerapkan FCP secara parsial pada setiap tahapan dan tidak ada kesinambungan tahapan implementasi.. Alasan yang. dikemukakan adalah dasar penugasan implemenatsi FCP adalah permintaan objek penugasan. 2. Lemahnya komitmen pimpinan pada instansi pemerintah maupun BUMN/BUMD Pimpinan organisasi khawatir akan terbukanya kelemahan sistem pengendalian intern dan praktik fraud yang masih (mungkin) ada di organisasi.. B. Penugasan /Kegiatan Lain Selain melaksanakan penugasan dalam rangka pencapaian kinerja “Penyerahan. Hasil. Pengawasan. Keinvestigasian. kepada. APH/. Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah/ Korporasi” tersebut di atas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan penugasan/kegiatan berikut: 1. Sosialisasi Anti Korupsi (SosPAK) Pada tahun 2016 SosPAK dilaksanakan sebanyak 63 kegitan dengan kelompok sasaran (Focus Group) Pelajar, Mahasiswa dan Pengelola Pengadaan Barang dan Jasa. Selain itu terdapat focus group tambahan yaitu PNS dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Realisasi focus group yang mengikuti sospak tahun 2016 adalah sebagai berikut:. Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 48.

(55) PENDAHULUAN. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. AKUNTABILITAS KINERJA. PENUTUP. TABEL 3.8 Realisasi Focus Group No 1. 2. 3.. Focus Group Pelajar Mahasiswa Pengelola Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Jumlah. 14 29 11. Jumlah Peserta (orang) 2.955 13.534 2.112. 54. 18.601. Jumlah Kegiatan. Selain ketiga focus group yang sudah ditetapkan tersebut, terdapat perwakilan BPKP yang melaksanakan sosialisasi atas permintaan masyarakat dengan tambahan focus group atau focus group yang berbeda, yaitu focus group Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.9 Realisasi Focus Group Tambahan No 1. 2.. Focus Group PNS Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Jumlah. 8 1. Jumlah Peserta (orang) 292 65. 9. 357. Jumlah Kegiatan. Capaian indikator pemahaman dan kepedulian berdasarkan focus group tersebut disajikan pada Tabel 3.3 di bawah ini. TABEL 3.10 Capaian rata-rata Pemahaman dan Kepedulian terhadap Pemberantasan Korupsi berdasarkan Focus Group No.. Focus Group. Pemahaman Kepedulian. 1.. Pelajar. 5,01. 5,14. 2.. Mahasiswa. 4,91. 5,04. 3.. Pengelola Kegiatan. 4,88. 5,16. Pengadaan Barang/Jasa Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2016. 49.

Referensi

Dokumen terkait

telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada

Menurut saya, obligasi yang membayar utang pokok pada 2005 akan memberikan bunga yang kecil karena obligasi yang memiliki waktu jatuh tempo yang lebih pendek memiliki resiko yang

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman dan Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Hal ini berbeda dengan Pasal 13 ayat 1 UU KUP yang mengatur dengan jelas jangka waktu penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, yaitu “dalam jangka waktu 5

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis uji pengaruh yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh modifikasi pembelajaran bola kecil

Dari hasil survei yang kami lakukan, responden menyatakan jika dihadapkan pada situasi dimana tidak memiliki cukup dana untuk membeli barang bermerek yang diinginkan

Data yang berkaitan dengan audit sistem informasi sistem informasi perpustakaan STIKOM Surabaya nantinya akan didapatkan dengan melakukan wawancara terhadap pihak

Temuan penelitian menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua jenis bank (bank dominasi saham asing dengan bank dominasi saham pemerintah) tentang