• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Angkatan 2014 Terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kedaluwarsa Produk Makanan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Angkatan 2014 Terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kedaluwarsa Produk Makanan Tahun 2016"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Perilaku

Perilaku adalah respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif

(pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata

atau atau praktis) (Notoatmodjo, 2007)

Lawrence Green (1980) menjelaskan bahwa perilaku ditentukan atau

dibentuk dari 3 faktor :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors) terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya;

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya fasilitas dan sarana kesehatan)

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Ensiklopedia Amerika Skinner (1938) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2012) merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi

seseorang terhadap suatu stimulasi yang ada di lingkungan sekitarnya (rangsangan

dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses stimulasi terhadap

suatu organism, kemudian organism ini merespon, maka teori Skinner disebut

teori “SOR”atau stimulus organism respon. Skinner membedakan adanya dua

(2)

1. Respondent response atau reflexive,yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relative tetap. Misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,

cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.

2. Operant response atau instrumental response, yakni respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan

melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya

atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dan atsannya

(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi

dalam melaksanakan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang dan

(3)

b. Perilaku terbuka

Respon atau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek yang dapat dengan mudah diamati oleh orang lain.

2.1.1 Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus

atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons

sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang,

namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons

terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku

ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,

yakni bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat

emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, sesuai

dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau kawasan yakni a)

(4)

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan 2.2.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. (Notoatmodjo, 2012). Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior).

Pengetahuan menurut Blum (1975) dalam Notoatmodjo (2003), adalah

pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengalaman

suatu informasi, ide, yang sudah diperoleh sebelumnya. Disamping itu

pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek belajar tertentu, penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penginderaan, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan dapat dikliasifikasikan menjadi enam tingkatan yaitu

pengetahuan, pengertian, penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi.

2.2.2 Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut

(5)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secar benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus

memperhatikan label informasi kedaluwarsa sebelum membeli produk makanan

kemasan.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

(6)

dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving

cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

(7)

2.3 Konsep Sikap 2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap dinyatakan oleh Newcomb dalam Notoatmodjo (2010) adalah

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka)

atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi

tertutup.

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Newcom (dikutip dari Notoatmodjo, 2012), salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku.

2.3.2 Unsur (Komponen) Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari 3

komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan(keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

(8)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude) (Notoatmodjo, 2010). Dalam menentukan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting

Menurut Yusuf (2006) unsur (komponen) yang membentuk struktur sikap,

yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan

dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi

apa yang dipercayai oleh individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen

kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut masalah issu atau problem controversial.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak tenang terhadap objek sikap. Rasa senang

merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang

negative. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negative.

Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah

emosi. Aspek emosional ini biasanya berakar paling dalam sebagai komponen

sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang

mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component, yaitu

komponen yang berhubungan dengan kecendurungan bertindak terhadap objek

(9)

kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek

sikap. Merupakan aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang

dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu

dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang akan dihadapi.

2.3.3 Kategori Sikap

Adapun beberapa kategori sikap menurut para ahli, diantaranya:

a. Menurut Heri Purwanto (1998), sikap terdiri dari:

1. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

menghadapkan objek tertentu.

2. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

b. Menurut Azwar (2007), sikap terdiri dari:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap kesehatan dapat

dilihat dari kesediaan atau kepatuhan dalam membaca label informasi

kedaluwarsa pada produk makanan kemasan sebelum mengkonsumsinya.

2. Merespons (responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

(10)

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan oranglain

dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan oranglain

merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.4 Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

Menurut Azwar (2007) sikap dapat dibentuk atau diubah melalui 4 macam

cara, yaitu:

a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-terusan, lama kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan

mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, bertambahnya usia, maka dalam hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang

dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut terbentuk

sikap.

c. Intelegensi , tadinya secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

d. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan

mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman

(11)

2.4 Label Produk Pangan

2.4.1 Defenisi Label Produk Pangan

Berdasarkan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, label

pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar,

tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan.

Secara khusus pada UU tersebut Bab IV dicantumkan label dan iklan pangan.

Pasal 30 (2) disebutkan sekurang-kurangnya dalam label memuat : a) nama

produk, b) bahan yang digunakan, c) berat atau isi bersih, d) nama dan alamat

produsen, e) keterangan halal, f) tanggal, bulan, tahun kedaluwarsa. Namun selain

hal tersebut, pemerintah dapat menetapkan keterangan lain yang wajib untuk

dicantumkan di dalam label pangan. Menurut pasal 31 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1996 tentang pangan menyatakan:

1. Keterangan pada label, sebagaimana dimaksud dalam pasal 30, ditulis atau

dicetak atau ditampilkan secara tegas dan jelas sehingga dapat mudah

dimengerti oleh masyarakat.

2. Keterangan pada label, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ditulis atau

dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf

Latin.

3. Penggunaan istilah asing, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat

dilakukan sepanjang tidak ada padanannya, atau digunakan untuk

kepentingan perdagangan pangan ke luar negeri.

Setiap pelaku usaha atau produsen dilarang mengganti, melabel kembali,

(12)

diedarkan. Iklan juga ada kaitannya dengan label, karena terkadang terdapat iklan

yang beredar di masyarakat tentang produk pangan memuat keterangan secara

lengkap yang berkaitan dengan label makanan tersebut.

Tujuan pemberian label pada pangan yang dikemas adalah agar

masyarakat yang membeli dan mengkonsumsi pangan memperoleh informasi

yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas, baik

menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun keterangan lain yang

diperlukan sebelum memutuskan akan membeli dan atau mengkonsumsi pangan

tersebut.

Menurut Badan POM (2004), label pangan juga diartikan sebagai

keterangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, yang disertakan

pada pangan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, dicetak pada atau

merupakan bagian kemasan pangan. Pelabelan ini harus dilakukan sedemikian

rupa, sehingga :

1. Tidak mudah lepas dari kemasannya

2. Tidak mudah luntur atau rusak

3. Terletak pada bagian kemasan yang mudah untuk dilihat dan dibaca

4. Keterangan yang dicantumkan harus benar dan tidak menyesatkan

Label pangan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian utama dan bagian

informasi. Bagian utama adalah bagian yang memuat keterangan penting yang

dibutuhkan masyarakat. Bagian ini harus ditempatkan sisi kemasan yang mudah

(13)

memuat nama dagang/produk, berat bersih atau isi bersih, nama alamat produksi

dan nomor pendaftaran (Badan POM 2004, hal 3-4)

2.5 Makanan Kedaluwarsa 2.5.1 Pengertian Kedaluwarsa

Kedaluwarsa mempunyai arti sebagai sudah lewat ataupun habisnya

jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan apabila dikonsumsi, maka

makanan tersebut dapat membahayakan bagi kesehatan yang mengkonsumsinya

(KBBI, 2007). Dengan demikian, kedaluwarsa adalah penjualan barang ataupun

peredaran produk kemasan dan makanan yang sudah tidak layak dijual kepada

konsumen. Hal ini disebabkan karena produk tersebut telah kedaluwarsa sehingga

dapat mengganggu kesehatan dan apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang

cukup lama dapat menyebabkan kanker (Nasution, 2011)

Dengan adanya peredaran produk kedaluwarsa di tengah-tengah

masyarakat selaku konsumen dari produk-produk yang sudah kedaluwarsa

tersebut, maka pemerintah haruslah memberikan perlindungan kepada

masyarakat. Bentuk perlindungan konsumen yang diberikan adalah dengan

mengeluarkan undang-undang, peraturan pemerintah, atau penerbitan standar

mutu barang.

2.5.2 Label Tanggal Kedaluwarsa

Tanggal kedaluwarsa adalah batas akhir suatu pangan dijamin mutunya

sepanjang penyimpangan mengikuti petunjuk yang diberikan produsen. Sebelum

(14)

peringatan “baik digunakan sebelum”, sesuai dengan jenis dan daya tahan pangan

yang bersangkutan (Badan POM ,2004)

Penulisan tanggal kedaluwarsa ini dilakukan oleh produsen atau pabrik

yang memproduksi pangan tersebut. cara pencantuman tanggal kedaluwarsa dan

peringatannya adalah sebagai berikut:

a. Tanggal kedaluwarsa dinyatakan dalam tanggal, bulan dan tahun untuk

pangan yang daya simpannya sampai 3 bulan.

b. Untuk yang lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.

c. Tanggal kedaluwarsa dapat dicantumkan pada tutup botol, bagian bawah

kaleng, bagian atas dos, dan tempat lain ynag sesuai, jelas dan mudah

terbaca, serta tidak mudah rusak atau dihapus.

d. Tanggal kedaluwarsa dapat juga dicantumkan terpisah dari peringatan asal,

peringatan diikuti dengan petunjuk tempat pencantuman tanggal

kedaluwarsa, misalnya, “baik digunakan sebelum tanggal, lihat bagian

bawah kaleng”.

e. Jika tanggal kedaluwarsa sangat tergantung dari cara penyimpanan,

petunjuk cara penyimpanan dari pangan harus ditulis pada label, sedapat

mungkin berdekatan dengan tanggal kedaluwarsa (Badan POM ,2004).

Pangan yang tidak perlu mencantumkan tanggal kedaluwarsa namun harus

mencantumkan tanggal pembuatan dan atau pengemasan antara lain:

a. Sayur dan buah segar

b. Minuman beralkohol jenis anggur

(15)

d. Vinegar atau cuka

e. Roti dan kue yang mempunyai masa simpan kurang atau sama dengan 24

jam

f. Bahan tambahan pangan yang mempunyai masa simpan lebih dari 18

bulan (Badan POM ,2004).

Nomor pendaftaran adalah tanda dan nomor yang diberikan oleh Badan

POM RI yang merupakan persetujuan keamanan pangan berdasarkan penilaian

keamanan, mutu, gizi serta label pangan dalam rangka peredaran pangan. Untuk

pangan yang diproduksi dalam negeri diberi tanda MD dan untuk pangan impor

diberi tanda ML (Badan POM ,2004).

2.5.3 Produk yang disebut Kedaluwarsa

Tanggal kedaluwarsa merupakan batas jaminan produsen ataupun pelaku

usaha terhadap produk yang diproduksinya. Sebelum mencapai tanggal yang telah

ditetapkan tersebut kualitas atas produk tersebut dapat dijamin oleh produsen atau

pelaku usaha sepanjang kemasannya belum terbuka dan penyimpanannya sesuai

dengan seharusnya (Nasution, 2011).

Apabila kemasannya terbuka ataupun penyimpanannya tidak sesuai maka

hal ini akan memungkinkan berkembangnya bakteri ataupun kuman-kuman yang

dapat mencemari makanan tersebut sehingga dapat merusak dan memberikan

akibat yang tidak baik terhadap mutu dari makanan tersebut. Dan apabila

makanan tersebut memasuki batas tanggal penggunaannya maka makanan

(16)

sudah tercemar oleh bakteri ataupun kuman sehingga kualitas mutu dari produk

tersebut tidak lagi dijamin oleh produsen ataupun pelaku usaha (Nasution, 2011).

Penentuan batas kedaluwarsa dapat dilakukan dengan menggunakan

metode-metode tertentu. Penentuan batas kedaluwarsa dilakukan untuk

menentukan umur simpan (shelf life) produk. Penentuan umur simpan didasarkan pada faktor-faktor mempengaruhi umur simpan produk pangan. Faktor-faktor

tersebut misalnya adalah keadaan ilmiah (sifat makanan), mekanisme

berlangsungnya perubahan (misalnya kepekaan terhadap air dan oksigen), serta

kemungkinan terjadinya perubahan kimia (internal dan eksternal) (Jhon dan

Wiwik, 2007 dikutip dari Nasution,2011).

Menurut Midian Sirait yang disampaikan oleh Wisnu Katim 1985 (dikutip

dari Nasution,2011),dalam perdagangan, jangka waktu kedaluwarsa memiliki

beberapa istilah. Istilah- istilah yang sering digunakan adalah:

a) “Baik digunakan sebelum” (best before), memiliki makna bahwa suatu produk

pangan sebaiknya dikonsumsi sebelum tanggal yang tercantum, karena tanggal

tersebut merupakan batas optimal produsen dapat menjamin kelayakan produk

untuk dikonsumsi. Kalimat “baik digunakan sebelum” umumnya dicantumkan

pada produk yang memiliki umur simpan tinggi, seperti produk-produk

konfreksioneri (permen, coklat, minuman beralkohol).

b) “Gunakan sebelum”(use by atu expiry date), memiliki makna bahwa produk pangan harus dikonsumsi maksimal pada tanggal yang tercantum. Tanggal

yang tercantum merupakan batas maksimum produsen dapat menjamin, bahwa

(17)

tanggal tersebut , diduga kualitas produk sudah tidak dapat diterima oleh

konsumen. Kalimat “gunakan sebelum” umumnya dicantumkan pada produk

-produk yang mudah rusak dan umur simpannya pendek, seperti -

produk-produk susu (susu segar dan susu cair), daging serta sayur-sayuran.

c) “Batas sebelum penarikan” (pull date), kalimat tersebut menandakan tanggal terakhir yang dianjurkan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut

sehingga masih mempunyai jangka waktu untuk mengkonsumsinya tanpa

adanya kerusakan pada produk tersebut.

d) “Tanggal dikemas” (pack date), merupakan informasi yang berupa tanggal

pada saat produk dikemas, baik pengemasan oleh produsen maupun oleh

pengecer. Contoh produk yang diberikan penyantuman “pack time” adalah

minyak sayur curah atau buah potong dalam kemasan yang dijual di

supermarket.

e) “Tanggal masuk toko” (sell by date), merupakan tanggal informasi yang

berupa tanggal pada saat produk memasuki gudang penyimpanan di toko atau

tempat penjualan.

f) “Tanggal pemajangan” (display date) merupakan informasi yang berupa tanggal pada saat produk mulai dipajang di rak-rak atau display ditoko atau

tempat penjualan.

Teknik penyantuman batas kedaluwarsa dengan menggunakan kalimat

pack date, sell by date, dan display date diatas pada umumnya dilakukan pada produk-produk yang umur simpannya telah diketahui konsumen secara luas.

(18)

produk hingga batas aman dikonsumsi. Teknik penyantuman batas kedaluwarsa

tersebut umum dilakukan di negara-negara maju karena tingkat pemahaman dan

kepedulian mereka sangat tinggi terhadap keamanan pangan. Akan tetapi,

teknik-teknik penyantuman batas kedaluwarsa tersebut masih kurang popular diterapkan

di Indonesia.

2.5.4 Keracunan Makanan

Keracunan merupakan suatu keadaan dimana masuknya substansi tertentu

melalui jalur masuk tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya suatu

reaksi/gejala klinis tertentu pada tubuh. Keracunan makanan juga merupakan

salah satu jenis dari keracunan. Keracunan ini memiliki cara masuk melalui mulut

/ alat pencernaan dengan jalan termakan. Keracunan ini biasanya disebabkan oleh

bahan-bahan beracun yang mencemari bahan makanan baik sengaja maupun tidak

sengaja (Adiwisastra, 1985, dalam Zahra 2009).

Makanan yang telah kedaluwarsa merupakan salah satu penyebab utama

keracunan makanan. Selain membuat konsumen pusing, mual, diare, sesak napas,

dan kematian akibat keracunan, mengkonsumsi makanan yang sudah kedaluwarsa

dalam waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya kanker (Astawan, 1999

dalam Zahra 2009).

Gejala-gejala dari keracunan tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa

golongan gejala keracunan yaitu :

a. Keracunan ringan, yaitu apabila gejala keracunan hanya terasa perut mulas,

(19)

ini termasuk pada tahap keracunan yang ringan. Selama tubuh dalam keadaan

normal, maka akan berangsur sembuh dan tidak akan membahayakan.

b. Keracunan sedang, yaitu apabila gejala keracunannya adalah penderita

merasakan sakit perut yang disertai diare, dan terkadang pusing dan muntah,

maka keadaan yang seperti ini tergolong keracunan sedang.

c. Keracunan berat, yaitu apabila gejala keracunannya adalah penderita

merasakan nyeri perut yang hebat disertai diare yang tidak tertahankan,

muntah, sakit kepala, atau timbul bintik-bintik merah di wajah dan kulit,

bahkan sampai kulit terasa terbakar keadaan seperti inilah yang termasuk

dalam keracunan berat.

Maraknya keracunan makanan sangat terkait dengan proses produksi,

penyimpanan dan distribusi, serta penggunaan bahan baku yang tidak layak

konsumsi. Pemilihan bahan baku yang baik merupakan salah satu kunci untuk

menghindari kasus keracunan (Astawan, 1999 dalam Zahara,2009)

Namun betapa canggihnya proses produksi, tidak akan mampu menutupi

buruknya kualitas bahan baku. Hal ini membutuhkan perhatian dari konsumen

untuk memperhatikan batas kedaluwarsa yang tercantum pada label kemasannya.

Sehingga sedapat mungkin konsumen harus memilih produk pangan yang masih

jauh dari batas kedaluwarsa, terutama untuk produk yang kemungkinan akan

mengalami penyimpanan sebelum digunakan. Selain itu konsumen juga

senantiasa harus mencermati ciri-ciri fisik produk atau kemasannya (Astawan,

(20)

Namun begitu, di Indonesia kejadian keracunan masih cukup tinggi.

Menurut Sibuea, kasus keracunan setiap tahunnya cenderung meningkat. Sekadar

contoh, periode 1992/1997 ditemukan 230 kasus dengan 10.375 orang penderita

dan korban jiwa. Umumnya keracunan ini disebabkan adanya bakteri pathogen

dalam makanan. Sebanyak 3 % dari kejadian ini juga disebabkan oleh makanan

kemasan yang diproduksi industri pangan. Meski kontribusi ini rendah namun

tidak bisa dianggap enteng karena konsumsi masyarakat yang luas (Sibuea,2004).

Dari hal ini maka dibutuhkan kesadaran masyarakat yang tinggi dalam

meningkatnya kejadian keracunan yang ada. Konsumen diharapkan lebih

memperhatikan pada makanan yang akan dikonsumsi baik untuk individu maupun

keluarga.

2.6 Konsep Kepatuhan 2.6.1 Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti displin dan taat.

Menurut Sacket dalam Niven (2000) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku

pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

Kepatuhan petugas kesehatan (perawat) adalah sejauh mana perilaku seorang

perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat ataupun

pihak rumah sakit (Niven,2002).

Menurut Kelman (1985), perubahan sikap dan perilaku individu dimulai

dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru menjadi internalisasi.

(21)

tindakan tersebut dan sering kali kerena ingin menghindari sanksi jika tidak

dipatuhi atau ingin memperoleh imbalan yang dijanjikan. Tahapan seperti ini

disebut sebagai tahap kepatuhan. Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini

sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada

pengawasan petugas.

2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Niven (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan adalah:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tingginya pendidikan seorang perawat

dapat meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

2. Modifikasi Faktor Lingkungan dan Sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari pimpinan rumah sakit,

kepala perawat, perawat itu sendiri dan teman-teman sejawat. Lingkungan

berpengaruh besar pada asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Lingkungan

yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada kinerja

perawat, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk pada

(22)

3. Perubahan Model Prosedur

Program pelaksanaan prosedur asuhan keperawatan dapat dibuat

sesederhana mungkin dan perawat terlihat aktif dalam mengaplikasikan prosedur

tersebut. Keteraturan perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai standar

prosedur dipengaruhi oleh kebiasaan perawat menerapkan sesuai dengan

ketentuan yang ada.

4. Meningkatkan Interaksi Profesional Kesehatan

Meningkatkan interaksi professional kesehatan antara sesama perawat

(khususnya antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana) adalah suatu hal

penting untuk memberikan umpan balik pada perawat. Suatu penjelasan tentang

prosedur tetap dan bagaimana cara menerapkannya dapat meningkatkan

kepatuhan. Semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, maka

semakin mempercepat proses pemyembuhan penyakit klien.

5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah

pendidikan, pekerjaan dan usia.

Menurut Notoatmodjo (2012) tingkat pengetahuan manusia dibagi menjadi

6 tingkatan. Pertama yaitu tahu (know), diartikan sebagai pengingat suatu materi

(23)

dipelajari sebelum terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

Setelah tahu, kemudian seseorang akan memahami (compherension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dengan

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dari terhadap objek yang

dipelajari.

Selanjutnya apa yang telah dipahami akan diaplikasikan (Aplication). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi lain. Kemudian materi atau objek yang telah diaplikasikan

selanjutnya diartikan untuk dijabarkan ke dalam komponen-komponen, tetapi

dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain(analysis).

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengalaman kata kerja, dapat

menjabarkan, membedakan, mensyahkan dan mengelompokkan.

Materi-materi objek telah dianalisis, digabungkan untuk menyusun

formulasi-formulasi yang ada (synthesis). Kemudian dinilai berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada (evaluasi).

6. Sikap (attitude)

Sikap merupakan aksi respon seseorang yang masih tertutup. Menurut

Notoatmodjo (2007), sikap manusia terhadap suatu rangsangan adalah perasaan

setuju ataupun perasaan tidak setuju terhadap rangsangan tersebut.

Selain itu Allport (1935 dalam Notoatmodjo, 2010) menjelaskan bahwa

sikap mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu: kepercayaan (keyakinan) yang

(24)

evaluasi emosional terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, Notoatmodjo (2007) menyebutkan

bahwa sikap terdiri dari berbagai tingkatan. Pertama adalah subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan objek (receiving). Selanjutnya subjek akan menunjukkan sikap menghargai (valuating) yaitu dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, lalu bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko (responsible). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap secara psikologi ada dua yaitu:

faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Yang termasuk faktor instrinsik diantaranya

intelegensi, bakat, minat, dan kepribadian, sedangkan yang termasuk didalam

ekstrinsik antara lain yang datang dari lingkungan individu sendiri. Maka sikap

seseorang terhadap rangsangan sangat tergantung pada berbagai situasi dan

kondisi lingkungan dimana orang itu berada. Dan sikap juga terukir melalui

pengalaman seseorang, dengan motivasi yang ada pada dirinya. Sikap merupakan

reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu rangsangan

(Notoatmodjo, 2007).

7. Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

(25)

masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya daripada orang yang belum

cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berpikir semakin

matang dan teratur melakukan suatu tindakan (Notoatmodjo, 2007).

2.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian menurut Niven (2002) antara lain:

1. Pemahaman tentang instruksi

Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang

instruksi yang diberikan padanya.

2. Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien merupakan

bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.

3. Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan serta juga nilai kesehatan individu

dapat menentukan program pengobatan yang dapat mereka terima.

4. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Becker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usulan

bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya

(26)

2.6.4 Faktor Penentu Derajat Ketidakpatuhan

Neil Niven (2002), juga mengungkapkan derajat ketidakpatuhan itu

ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kompleksitas prosedur pengobatan.

2. Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan.

3. Lamanya waktu dimana pasien harus mematuhi program tersebut.

4. Apakah penyakit tersebut benar-benar menyakitkan.

5. Apakah pengobatan itu berpotensi menyelamatkan hidup.

6. Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien bukan petugas

kesehatan.

2.6.5 Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan

Menurut Smet (1994) berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan

kepatuhan adalah:

1. Dukungan professional kesehatan

Dukungan professional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan

kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah

dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting

karena komunikasi yang baik diberikan oleh professional kesehatan baik

dokter/perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.

2. Dukungan sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para professional

kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan

(27)

3. Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Misalnya kepatuhan

konsemen dalam membaca label kedaluwarsa makanan terlebih dahulu sebelum

membeli makanan tersebut.

4. Pemberian informasi

Pemberian informasi yang jelas tentang pentingnya perilaku membaca

label informasi kedaluwarsa produk makanan serta bahaya-bahaya akibat

mengkonsumsi makanan kedaluwarsa dapat meningkatkan kepatuhan dalam

(28)

2.7 Kerangka Teori

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1 Kerangka Teori Kepatuhan 2.8 Kerangka Konsep

Dari kerangka teori diatas maka yang menjadi kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

(29)

Keterangan :

Variabel Independen yang meliputi pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, dan

dukungan teman dapat mempengaruhi variabel dependen yang meliputi kepatuhan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Kepatuhan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bahwa suatu tim futsal itu juga membutuhkan rasa memiliki dan komitmen agar tiap individu dalam tim terdorong untuk terlibat,

Sampai dengan batas akhir waktu penjelasan lelang (aanwijzing) tidak ada peserta.. yang mengajukan pertanyaan

M.Khafid Anwar, 2014, Analisa Perubahan Kecepatan Terhadap Kapasitas Produksi Mesin Pemarut Dan Pemeras Ketela Sebagai Tahap Awal Proses Pembuatan Biothanol,

melalui penggunaan, Penerapan Pembelajaran Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning pemahaman konsep fisika peserta didik peserta didik pada ranah kognitif di

Melihat komunikasi yang terjadi pada kedua unsur penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu pihak eksekutif (pemerintah daerah) dan pihak legislative (DPRD) dalam

Selain itu pendidik dalam hal ini Guru dalam kegiatan belajar mengajar juga masih banyak yang tidak menggunakan bahasa Indonesia secara efektif, hal ini juga

Sikap seks pranikah sebelum diberi penyuluhan pada remajakelas X di SMA Negeri 1 Tangen sebagian besar termasuk dalam kategori cukup sejumlah 30 siswa

Bentuk tindakan preventif yang dilakukan orang tua dalam melindungi anak dilakukan dengan cara mengarahkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan anak usia dini dan