• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Azospirilum sp. Menggunakan Carrier Kompos Dan Pupuk Urea Dalam Meingkatkan Serapan Nitrogen Serta Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Azospirilum sp. Menggunakan Carrier Kompos Dan Pupuk Urea Dalam Meingkatkan Serapan Nitrogen Serta Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Nitrogen (N)

Nitrogen adalah unsur hara utama yang dibutuhkan oleh tanaman dalam

jumlah cukup banyak, unsur ini penting artinya dalam pembentukan klorofil daun,

sintesa protein dan lain-lain. Sebagian besar nitrogen dalam tanah berasal dari

bahan organik tanah, karena itu jika kandungan bahan organik di dalam tanah

rendah biasanya diikuti oleh rendahnya kandungan nitrogen ( Purwanti, 2008).

Nitrogen (N) merupakan unsur hara yang paling penting. Kebutuhan

tanaman akan N lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lainnya, selain itu N

merupakan faktor pembatas bagi produktivitas tanaman. Kekurangan N akan

menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh secara optimum, sedangkan kelebihan N

selain menghambat pertumbuhan tanaman juga akan menimbulkan pencemaran

terhadap lingkungan (Duan et al., 2007).

Nitrogen bebas di atmosfir menempati 78% volume atmosfir. Cara utama

nitrogen bebas masuk ke tanah melalui kegiatan-kegiatan jasad renik mengikat

nitrogen dari udara, baik yang bebas atau yang bersimbiosis dengan tanaman.

Sumber kedua nitrogen dalam tanh adalah dari hasil dekomposisi bahan organik.

Bahan organik mengandung protein, selanjutnya dalam dekomposisi akan

dilapuki oleh jasad renik menjadi asam amino, kemudian amonia dan nitrat. Suber

ketiga nitrogen berasal dari peristiwa loncatan listrik di atmosfir yang akhirnya

(2)

Nitrogen diserap oleh tanaman dengan kuantitas terbanyak dibandingkan

dengan unsur lain yang didapatkan dari tanah. Sumber nitrogen di dalam tanah

adalah dari fiksasi oleh mikroorganisme, air irigasi dan hujan, absorpsi amoniak,

perombakan bahan organik, dan pemupukan. Nitrogen di dalam tanah mempunyai

dua bentuk utama, yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik berupa amonium

(NH4), amoniak (NH3), nitrit (NO2), dan nitrat ( NO3) (Stevenson, 1982).

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO3 dan NH4.

Pupuk Urea [CO(NH

Nitrogen dalam bentuk

anorganik dijumpai dalam bentuk ion-ion yang berada di dalam larutan tanah,

yang berada di kompleks adsorpsi, atau dalam bentuk ion amonium yang

terfiksasi pada kisi mineral liat ( Hanafiah et al., 2009). Pemberian nitrogen pada tanaman tebu akan meningkatkan populasi batang tebu, peningkatan pupuk

nitrogen akan selalu meningkatkan jumlah tunas hingga tercapai suatu optimum,

sehingga penambahan nitrogen berikutnya tidak akan memberikan pengaruh lagi

(Pawirosemadi, 1996).

2)2

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar

tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman.

Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia

CO(NH

]

2)2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat

mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat

kering dan tertutup rapat. Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46%

dengan pengertian setiap 100 kg Urea mengandung 46 kg Nitrogen

(3)

kenyataan bahwa efisiensi serapan kembali (recovery efficiency) pupuk N jarang melebihi 50% ( Mukhlis et al., 2011).

Pemberian urea pada tanah berpH kurang dari 6.3, amonium hilang

melalui volatilisasi dan terdekomposisi sebagai berikut :

CO(NH2)2 + 2H+ + 2H2O → 2NH4+ + H2CO

Dikonsumsi 2 H

3

+

untuk setiap molekul urea, sehingga reaksi ini cenderung

menaikkan pH diawal, tetapi ion amonium diubah menjadi nitrat dengan

membebaskan empat ion H+

Biologi Azospirillum sp

sehingga pH akan menurun lebih besar, scara

keseluruhan urea akan mengasamkan tanah ( Mukhlis et al., 2011).

Azospirillum sp. merupakan bakteri tanah penambat nitrogen nonsimbiotik. Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, yang berada disekitar atau

dekat dengan perakaran (Nurosid et al., 2008). Azospirillum mempunyai ciri berupa sel yang berbentuk setengah spiral yang padat dan bergetar dengan sebuah

flagel polar, sehingga bergerak secara berputar. Pertumbuhan genus Azospirillum

pada media semi padat dicirikan dengan pembentukan pellicle berwarna putih di

permukaan media dengan diameter 2-4 mm. Koloni berbentuk irregular berwarna

putih dan berukuran besar (Nurhayati, 2006). Spesies Azospirillum berbentuk polimorf, motil, dan termasuk gram negatif (Pitriana, 1999).

Bakteri Azospirillum merupakan endofit, endofit didefinisikan sebagai mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan efek

negatif . Meskipun pada perkembangannya saat ini yang dikategorikan endofit

adalah semua mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman baik bersifat

(4)

meningkatkan kesuburan tanah melalui penyediaan P dan fiksasi N2. Bakteri

pemfiksasi N2

Azospirillum sp. dikenal juga sebagai mikroorganisme diazotrof yang simbiotik, artinya Azospirillum sp. mampu menambat N

seperti Azospirillum, Enterobactercloacae, Alcaligenes,

Acetobacter diazotrophicus, Herbaspirillum seropedicae, Ideonella dechlorantans

(Yulianti, 2012).

2 dan mengadakan

asosiasi yang erat dengan tanaman inang tertentu. Azospirillum sp. mampu tumbuh pada tanaman tebu dan membentuk seperti kapsul yang mampu

menambat N2

Spesies dari Azospirillum yang dikenal adalah A. brasilense, A. lipoferum

dan A. amazone. Keduanya adalah bakteri gram negatif, memiliki sel berbentuk

batang, diameter 1 ηm, sangat motile dan memiliki flagellum panjang dan polar untuk dapat berenang dan kadang-kadang peritrichous flagella untuk berkumpul

dipermukaan. Sel dari Azospirillum berubah bentuk dan ukuran tergantung pada umur kultur, dan memproduksi cysts (Hanafiah et al., 2009).

(Berg et al., 1980 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994).

Pertumbuhan Bakteri Azospirillum sp.

Azospirillum dapat tumbuh pada glukosa, fruktosa, serta pada garam dan asam organik seperti malat, suksinat, laktat atau piruvat. Beberapa galur

membutuhkan biotin. Azospirillum mampu menambat nitrogen bebas pada medium agar dibawah kondisi aerob ataupun dalam medium cair bebas nitrogen.

Pada medium semi solid bebas nitrogen berlangsung aktivitas penambatan

(5)

mana pada tanaman ini bakteri berkembang dengan baik

(Okon et al., 1976 ; Purushotman et al.,1980).

Beberapa spesies hidup bebas dalam tanah atau berasosiasi dengan akar

tanaman rumput-rumputan, sayur-sayuran dan legum. Penambatan nitrogen

maksimum terjadi pada pH 6-7 (Pitriana, 1999). Azospirillum tumbuh baik pada kultur yang bersumber C dan energi berasal dari malate, succinat, laktat maupun

pyruvat (Hanafiah et al., 2009). Azospirillum sp terdapat di tanah sekitar akar, permukaan akar dan didalam akar, asosiasi antara Azospirillum dengan tanaman diduga bersifat simbiosis karena Azospirillum menggunakan senyawa malat sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya. Dugaan ini diperkuat dengan

adanya aktivitas nitrogenase Azospirillum dalam kalus tebu ( Berg et al., 1980 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994). Inokulasi campuran

Azospirillum sp. dengan mikroorganisme yang menguntungkan memungkinkan terjadinya keseimbangan nutrisi untuk meningkatkan kandungan hara N, P, dan

hara lainnya pada tanaman ( Bashan dan Holguin, 1997)

Azospirillum sp. diisolasi pertama kali dari permukaan akar rumput-rumputan makanan ternak dan beberapa tanaman serealia. Selain pada Gramineae

Azospirillum dapat juga diisolasi dari non Gramineae (Gamo dan Ahn, 1991; Rusmana dan Hadijaya, 1994). Azospirillum sp. terdapat di sekitar akar, permukaan akar dan di dalam akar. Pertumbuhan Azospirillum sp. sangat baik pada medium yang mengandung asam malat, asam suksinat dan asam piruvat dan

akan cukup baik pada medium yang mengandung galaktosa dan asetat sedangkan

pada medium yang mengandung glukosa dan asam sitrat pertumbuhannya kurang

(6)

Dua komponen dalam medium untuk pertumbuhan yang dapat

mempengaruhi pembentukan asosiasi tanaman-bakteri, yaitu N dan C .

Konsentrasi N di media mempengaruhi metabolisme Azospirillum (Pedrosa, 1988; Dubrovsky et al., 1994) serta pertumbuhan tanaman. Glukosa atau sukrosa biasanya digunakan sebagai sumber C untuk media pertumbuhannya (Wilson et al., 1990 ; Dubrovsky et al., 1994) Azospirillum tumbuh-aktif pada akar dalam media tersebut yang mengeluarkan berbagai sumber C di eksudat akar dan

dimetabolisme oleh bakteri rizosfir (Curl and Truelove, 1986; Dubrovsky et al., 1994

Pemberian pupuk N, selain digunakan untuk kebutuhan tanaman,

dekomposisi bahan organik juga sangat ditentukan oleh ketersediaan N tanah,

terutama N-NO

) yang dapat mempengaruhi fungsi yang efisiensi dari asosiasi akar-bakteri.

Karena itu, penting untuk menemukan C dan N kombinasi yang tidak

mengganggu asosiasi dan optimal untuk pertumbuhan mikroorganisme.

3 - yang berfungsi sebagai substrat jasad renik. Azospirillum sp.

juga memerlukan N sebagai sumber energi untuk kehidupannya sehingga pada

akhirnya dapat menghasilkan N melalui aktivitasnya dalam memfiksasi N2

Peran Azospirillum sp.

( Nurmayulis dan Maryati, 2008).

Tanaman yang berasosiasi dengan Azospirillum akan mempeioleh banyak keuntungan, antara lain karena adanyasuplai: amonium dalam jumlah yang

tidakberlebihan atau sesuai kebutuhan secara terus menerus dan adanya hormon

tumbuh seperti auksin IAA dan giberelin yang diproduksi pada kondisi

tertentu.Auksin ini berfungsi memacu pembentukan akardan rambut-rambut akar,

(7)

menghasilkan vitamin berupa tiamin, niasindan pantotenin,

yangbersamadenganhormon tumbuh berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan dan

produksi tanaman (Karti, 2005).

Salah satu organisme yang terlibat dalam mekanisme fiksasi N2 adalah

Azozpirilum.

Bakteri Azospirillum mampu menyediakan unsur N dan P bagi pertumbuhan tanaman, serta sekaligus sebagai bakteri pemantap agregat

tanahyang juga dapat merombak bahan organik kelompok karbohidrat, seperti

selulosa dan amilosa, serta bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan

protein di dalam tanah. Hidupnya dalam habitat rhizosfer tanaman dapat

berasosiasi dan berinteraksi dengan perakaran sehingga berperan dalam mengubah

morfologi akar. Seperti bertambahnya jumlah akar rambut, akar semakin panjang

dan permukaan akr yang semakin luas (Widiawati dan Muharam , 2012).

Meskipun peran bakteri ini dalam memfikasi sedikit, namun

berpotensi menyumbangkan nitrogen yang lebih besar dari pada pemfikasi

lainnya tergantung pada kelangsungan hidup dalam tanah dan interaksi

Azospirillum dengan bakteri di rizosfer lainnya (Holguin and Bashan, 1996).

Azospirillum sp. juga mempunyai kemampuan merombak bahan oganik di dalam tanah. Bahan organik yang dimaksud adalah bahan organik yang berasal dari

kelompok karbohidrat seperti selulosa, amilosa, dan bahan organik yang

mengandung sejumlah lemak dan (Nurosid et al., 2008).

Nitrogen tanaman pada kentang meningkat dengan diberikannya inokulan

Azospirillum. N tanaman meningkat karena aktivitas Azospirillum membentuk koloni pada perakaran tanaman yang membantu sistem perakaran tanaman, ini

(8)

Azospirillum sp menambat nitrogen pada kondisi mikroaerofil. Nitrogen yang dihambat tersebut akan diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+

(Rao, 1982 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994) kemudian diubah menjadi glutamin

dan alanin menggunakan enzim nitrogenase (Widiawati dan Muharam, 2012).

Azospirillum sp. memfiksasi N dengan kemampuannya menghasilkan nitrogenase dengan memutuskan ikatan rangkap N2 dan menggabungkannya dengan fotosintat

untuk membentuk NH3. Selanjutnya di sitoplasme sel mikroba tersebut NH3 yang

terbentuk segera dirubah menjadi bentuk amonium (NH4+) yang digunakan

sebagai komponen untuk mensintesa berbagai molekul biologi penting lainnya

seperti asam amino, protein, vitamin, asam nukleat dan material genetik seperti

DNA. Secara umum reaksinya adalah : N2 + 16 ATP + 8 e- + 8H+→ 2NH3 + 16

ADP + 16 Pi + H2

Aplikasi Azospirillum sp. pada berbagai Tanaman

(Hanafiah et al., 2009)

Dari hasil penelitian Gadagi et al. (2003) yang membandingkan pengaruh inokulasi Azospirillum sp. dengan pemupukan urea terhadap serapan nitrogen pada tanaman bunga Gaillardia pulchella menunjukkan bahwa serapan nitrogen tertinggi dari seluruh perlakuan adalah pemberian Azospirillum yang diisolasi dari bunga hias. Sedangkan pada penelitian Ferriera et al. (2013) menunjukkan hasil bahwa Azospirillum memberikan hasil yang nyata dengan berat kering tajuk dan berat kering akar tertinggi pada tanah liat. Dengan demikian dalam penelitian ini

menyimpulkan bahwa inokulasi Azospirillum dilapangan lebih baik pada tanah liat.

Kemampuan Azospirillum dalam memfiksasi nitrogen sebanyak 40-80%

(9)

(Eckert et, al. 2001; Widiawati dan Muharam, 2012).

Kim et al.(2010) pada penelitiannya menunjukkan bahwa Azospirillum sp.

dapat meningkatkan serapan N pada tanaman cabe merah, tomat dan padi sebesar

12.0- 26.7%. Nurmayulis da Maryati (2008) juga menunjukkan bahwa hasil bobot

kentang dan serapan N lebih tinggi pada aplikasi Azospirillum dari pada pemupukan N, Hungria et al.(2010) produksi jagung dan gandum meningkat

27-31%. Pada hasil penelitian Karti (2005) penambahan isolat bakteri

Azospirillum sp. pada tanah podsolik merah kuning pada rumput yang toleran ( S. splendida) meningkatkan produksi dan kadar N tajuk, akar serta serapan N

total

beberapa hasil penelitian

seperti Pitriana (1999) juga telah menununjukkan bahwa pemberian inokulan

Azospirillum memberikan hasil serapan N sebesar 187.96- 288.58% sedangkan dengan pupuk NP sebesar 150.98-189%

Menurut Eckert et al. (2001) isolasi Azospirillum sp. dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Akar tanaman tertentu dan tanah rhizosfer diambil dari lapangan di mana tanaman tersebut telah tumbuh lama di sana. Akar-akar

tanaman dicuci dengan air steril dan kemudian digerus dalam larutan sukrosa 4%

dengan menggunakan mortar dan pastel. Wadah kecil (sekitar 10 ml) yang

mengandung 5 ml medium NFb semi-solid bebas nitrogen diinokulasi dengan

larutan berseri dari gerusan akar atau suspensi tanah rhizosfer.

Inokulan Azospirillum sp menggunakan carrier Kompos

(10)

pada media pembawa seperti, gambut, kompos, dan lain-lain,. Adapun komposisi

okon (Lampiran 1.) (Danapriatna dan Simarmata, 2011)

Inokulan bakteri adalah suatu formulasi yang mengandung satu atau

beberapa strain bakteri bermanfaat di dalam suatu material bahan pembawa yang

mudah digunakan dan ekonomis. Bahan pembawa merupakan medium yang

digunakanuntuk memindahkan mikroorganisme hidup darilaboratorium atau

pabrik ke lapang. Bahan pembawa harus mampu menopang pertumbuhan dan

kelangsungan hidup mikroorganisme targetselama periode penyimpanan dan

pengirimannya kelapang (Larasati et al., 2012).

Umumnya mikroba dalam pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa

berbentuk serbuk atau bentuk cairan. Sebagai bahan pembawa inokulan serbuk,

dapatdigunakan bahan organik seperti gambut, arang, sekam, dan kompos

(Danapriatna dan Simarmata, 2011). Pada penelitian Widiawati et al. (2012) menggunakan gambut sebagai inokulan pembawa untuk bakteri Azospirillum

dimana gambut perlu di sterilkan terlebih dahulu. Gambut halus steril sebagai

bahan pembawa dicampur dengan inokulan cair dengan perbandingan 100 g

gambut dan 60 ml inokulan cair. Inokulan padat tersebut digunakan sebanyak

10 g per pot.

Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses

dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehinga dapat dimanfatkan untuk

memperbaiki sifat tanah. Bahan organik yang dapat digunakan sebagai sumber

kompos dapat berasal dari limbah hasil pertanian dan non pertanian

(11)

3-5%, bahan larut panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam, aonium)

sebanyak 2-30% dan 1-5% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lain laun

(Barat, 2006).

Disamping CO2, pengomposan juga mengakibatkan lepasnya N dalam

bentuk NH3 dan N2O. NH3 terbentuk jika kompos terlalu kering, sementara N2

Nisbah karbon dan nitrogen (nisbah C/N) sangat penting untuk memasok

hara yang dibutuhkan mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung.

Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen untuk

membentuk protein (Sutanto, 2002). Karbon dibutuhkan oleh mikroba sebagai

sumber energi untuk pertumbuhannya dan nitrogen diperlukan untuk membentuk

protein (Setyorini et al., 2006).. Hubungan antara C dan N yang hilang dalam proses pengomposan menunjukkan bahwa 85% dari total awal N kompos tersedia

bagi mikrobia untuk tumbuh dan 70% dari C tersedia hilang sebagai CO

O

terbentuk jika proses nitrifikasi dan denitrifikasi terjadi pada tumpukan kompos

(Fukumoto et al., 2003). Lepasnya N akan menyebabkan ketersediaannya berkurang, sehingga perlu adanya mikroorganisme penambat N dari udara seperti

Azozpirilum.

2

Pada proses dekomposisi bahan organik terutama yang mengandung kadar

nitrogen rendah, nitrogen tersebut digunakan untuk menyusun jaringan-jaringan

jasad renik (mikroorganisme tanah) ( Damanik et al., 2011). Azospirillum dapat mengunakan NH

selama

proses immobilisasi(Sabrina et al., 2011).

4+, NO3-, N2 sebagai sumber N untuk pertumbuhannya (

(12)

bergantung pada ketersediaan N sebagai sumber nutrisi dan C sebagai sumber

energi dalam rizosfer ( Nurmayulis dan Maryati, 2008)

Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak

cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisne

untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila ketersediaan karbon berlebihan

(nisbah C/N >40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga merupakan faktor

pembatas pertumbuhan mikroorganisme (Sutanto, 2002).

Bahan organik yang diberikan pada tanah dapat menyediakan unsur hara

yang optimal untuk pertumbuhan tanaman, mampu mempertahankan jalannya

siklus hara dan dapat mengikat/mengadsorpsi kation dan anion serta sebagai

sumber energi karbon dan mineral untuk mikrobia (Hanafiah et al., 2009). pemberian kompos dapat meningkatkan C-organik tanah, semakin banyak

kompos yang diberikan C-organik tanah akan semakin meningkat

( Zulkarnain et al., 2013).

Tanaman Tebu ( Sacharum officinarum L)

Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber

karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga kebutuhannya terus

meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun peningkatan

konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Hal

tersebut terbukti pada tahun 2010 - 2011 produksi gula dalam negeri hanya

mencapai 3.159 juta ton dengan luas wilayah 473.923 Ha. Penyebab rendahnya

produksi gula dalam negeri salah satunya dapat dilihat dari sisi on farm,

diantaranya penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu serta media tanam

(13)

Tanaman tebu termasuk ke dalam tanaman Monocotyledone, ordo

Glumaceae, famili Graminae, Kelompok Andropogonae dan genus Saccharum

dan species yang paling banyak dibudidayakan adalah Saccharum officinarum L. Spesies ini termasuk spesies yang diusahakan karena sebagai penghasil gula

utama sedangkan yang lainnya haya memiliki kandungan gula rendah hingga

sedang (Setyamidjaja dan Azhami, 1992 ; Musarofah, 2002).

Menurut James (2004 dalam Leovici 2012), tanaman tebu memiliki perakaran serabut, yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekunder.

Tebu memiliki batang yang beruas-ruas dibatasi oleh buku sebagai tempat duduk

daun.. Bentuk batang konis, susunan antar ruas berbuku, dengan penampang

melintang agak pipih, warna batang hijau kekuningan, lapisan lilin tipis, retakan

tumbuh ada, tetapi tidak di semua ruas, cincin tumbuh melingkar datar di atas

puncak mata, dengan warna kuning kecoklatan, teras dan lubang masif dengan

penampang melintang agak pipih, bentuk buku ruas : konis terbalik, dengan 3-4

baris mata akar, baris paling atas tidak melewati puncak mata alur mata tidak ada

(Purwanti, 2008).

Daun tanaman tebu merupakan jenis daun tidak lengkap, karena terdiri

dari helai daun dan pelepah daun saja. Sendi segitiga terdapat di antara pelepah

daun dan helaian daun. Pada bagian sisi dalamnya, terdapat lidah daun yang

membatasi antara helaian daun dan pelepah daun. dalamnya terdapat lidah daun

yang membatasi helaian dan pelepah daun. Warna daun tebu bermacam-macam

ada yang hijau tua, hijau kekuningan, merah keunguan dan lain-lain. Ujung daun

(14)

berbentuk piramida yang terdiri dari 3 helai daun tajuk bunga, 1 bakal buah, dan 3

benang sari. Kepala putiknya berbentuk bulu (Putri et al., 2013).

Pembungaan tebu berlangsung setelah pertumbuhan vegetatif selesai,

biasanya bunga muncul pada bulan april sampai mei. Bunga tebu memiliki satu

bakal buah dan tiga benang sari dengan kepala putiknya berbentuk bulu-bulu

(Supriyadi, 1992 ; Musarofah, 2002).

Untuk mendapatkan tanaman yang rata dengan produksi yang tetap, maka

perbanyakan tanaman tebu dengan cara vegetatiflah yang dilaksanakan, yaitu

dengan cara memperbanyak tanaman tebu dengan mempergunakan stek. Oleh

karena tanaman tebu yang berasal dari stek itu harus berbunga pada bulan April

dan selambat-lambatnya bulan Juni dengan umur 13 bulan kurang lebih, maka

penanaman dilakukan biasanya pada tiap bulan Maret dan selambatnya bulan Mei

(Direktorat Jendral Perkebunan, 1975 ; Purwanti, 2008). Bibit tebu bud chips

merupakan bibit yang baik dan sedang digalakkan untuk digunakan pada

pembudidayaan tebu. Bibit bud chips yang ideal tumbuh normal susunan akar,

batang, daun dan tunas tidur terbentuk sempurna berumur 75 sampai 90 hari siap

dipindahkan ke lapang (Balai penelitian tanaman pemanis dan serat, 2013).

Tebu merupakan tanaman asli tropika basah. Tanaman ini tumbuh baik di

daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen

mencapai kurang lebih 1 tahun. Tebu tergolong tanaman perkebunan semusim

yang memiliki sifat tersendiri, yakni terdapat zat gula di dalam batangnya

(Supriyadi, 1992; Leovici, 2012).

Tanaman tebu memerlukan curah hujan yang berkisar antara

(15)

ideal adalah selama 5-6 bulan dengan rata-rata curah hujan 200 mm, curah hujan

yang tinggidiperlukan untuk pertumbuhan vegetatif yang meliputi perkembangan

anakan, tinggidan besar batang.. Suhu udara minimum yang diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman tebu adalah 24°C dan maksimum adalah 34°C sedangkan

temperatur optimum adalah 30°C. Pertumbuhan tanaman akan terhenti apabila

suhu dibawah 15°C (Kuntohartono, 1982 ; Leovici, 2012).

Tebu menghendaki tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan

perakaran berkembang sempurna. Tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan

berkemampuan menahan air cukup dan porositas 30 % merupakan tekstur tanah

yang ideal bagi pertumbumbuhan tanaman tebu. Kedalaman (solum) tanah untuk

pertumbuhan tanaman tebu minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan

permukaan air 40 cm. Tanaman ini membutuhkan banyak nutrisi dan memerlukan

tanah subur. tebu dapat ditanam pada tanah dengan kisaran pH 5.5-7.0. Pada pH di

bawah 5.5 dapat menyebabkan perakaran tanaman tidak dapat menyerap air

sedangkan apabila tebu ditanam pada tanah dengan pH di atas 7.0 tanaman akan

Referensi

Dokumen terkait

Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disebut SPOP, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek pajak dan objek Pajak

Kondisi perekonomian masyarakat di Desa undaan kidul berbeda-beda mayoritas pekerjaan masyarakatnya sebagai buruh tani.Jadi pendapatannya tergantung dari hasil

Dengan ini diberitahukan bahwa hasil evaluasi yang dilakukan oleh Panitia menurut ketentuan- ketentuan yang berlaku, maka Panitia dengan Berdasarkan Berita Acara Hasil

Judul Penelitian : Pemanfaatan Daun Kelor ( Moringa oleifera Lamk ) Pada Pembuatan Permen Karamel Dari Susu. Hasnudi, MS) Ketua Program Studi Peternakan.. Tanggal

Tabel 22 Data Responden Berdasarkan Adanya Komunikasi Yang Terjadi Di Dalam Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan Berjalan Dengan

Selanjutnya, dari korelasi sumber social support diketahui bahwa social support dari keluarga memiliki korelasi yang paling besar dengan anxiety dibandingkan dengan sosial

Zakat Fitrah (Dalam Hasan, 2006:111) adalah kewajiban secara umum yang berlaku kepada setiap muslim baik orang yang merdeka dan hamba sahaya (yang tidak punya milik), orang kaya

Untuk menganalisis suatu variabel ekonomi, kita dapat memperhatikannya melalui variabel-variabel lain yang terkait kemudian kita membuat model matematika yang dapat