BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia pada umumnya tidak
dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi baik
swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan kegiatan
ekonomi secara simultan dari waktu ke waktu yang didukung oleh kebijakan politik
ekonomi yang semakin kondusif.1Keberadaan dan pengelolaan BUMN sendiri
ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 (selanjutnya disebut UU
No. 19 Tahun 2003). Dalam Pasal 1 ayat (1) bagian e UU No. 19 Tahun 2003
dinyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah untuk turut aktif
memberikan bimbingan, dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka memperkuat struktur
ekonomi nasional dikembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk keterkaitan
usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antar koperasi, swasta dan BUMN,
serta antara usaha besar, menengah dan kecil.
Secara yuridis pada praktik perekonomian nasional ada 3 (tiga) kelompok
pelaku ekonomi yaitu perusahaan swasta, BUMN dan koperasi. Dari ketiga kelompok
pelaku ekonomi tersebut masing-masing mempunyai kondisi dan potensi yang
berbeda-beda.2
1Sri Redjeki Hartono, Beberapa Aspek tentang Permodalan Perseroan Terbatas, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Bandung: Mandar Maju, 2000, hal. 1.
Dari kelompok pelaku ekonomi tersebut yang sangat perlu mendapatkan
pembinaan dalam rangka pengembangannya adalah usaha kecil dan koperasi. Kedua
kelompok pelaku usaha tersebut secara kuantitatif merupakan jumlah paling besar
dalam masyarakat, namun secara kualitas, jenis usaha kecil dan koperasi relatif masih
sangat terbatas baik kemampuan permodalan, produksi maupun penguasaan pasarnya.
Sedangkan di sisi lain kedua jenis usaha tersebut yaitu usaha kecil dan koperasi
sangat potensial untuk membantu menunjang peningkatan perekonomian rakyat.
Usaha kecil diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UU No. 20 Tahun 2008).
Dalam Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 disebutkan kriteria usaha kecil yaitu sebagai
berikut:
1. Kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
Peran usaha kecil sangat besar dalam membangun perekonomian rakyat,
namun kelompok usaha kecil mempunyai berbagai keterbatasan seperti keterbatasan
permodalan, sumber daya manusia, teknologi dan pemasaran.
Bagi pengusaha kecil yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaan
mendapatkan bantuan pinjaman dari bank yang menyukai pemberian kredit kepada
pengusaha besar. Hal tersebut menyebabkan masyarakat tidak mampu menggunakan
jasa perbankan untuk mengembangkan usahanya, sehingga bagi pengusaha kecil
tersebut usahanya tidak dapat berkembang atau bahkan terhenti sama sekali. Guna
membantu pengembangan usaha kecil, maka pemerintah berupaya mengadakan
pembinaan melalui pola kemitraan maupun pinjaman bantuan kredit modal kerja,
berupa peminjaman modal kerja dengan bunga yang relatif kecil.
Atas dasar hal tersebut pemerintah menghimbau kepada seluruh BUMN untuk
melaksanakan suatu program pembinaan usaha kecil untuk merangsang pertumbuhan
usaha kecil nasional melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor
PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan (selanjutnya disebut PERMEN BUMN
No.PER-09/MBU/07/2015) yang menyatakan bahwa perusahaan BUMN wajib melaksanakan
Program Kemitraan. Jika perseroan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang
dimaksud maka akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tindakan yang terwujud pada pemberdayaan masyarakat dan menaikkan
derajat kehidupan bersama merupakan kristalisasi dari nilai-nilai etis yang
dikembangkan dalam dunia bisnis. Mewujudkan tindakan kadang-kadang harus
menentang karakter tanggung jawab ekonomis, yaitu mencari laba, dan
jawab legal. Namun melalui panggilan nurani, tanggung jawab etis yang terwujud
dalam tindakan tersebut dilakukan oleh perusahaan.
Oleh karena itu, PT. Angkasa Pura II (Persero) (selanjutnya disebut
PT. AP II) menjalankan Program Kemitraan. Program Kemitraan adalah program
untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri 3
dengan cara pemberian pinjaman untuk modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap
dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, dapat diberikan dalam bentuk
dana/uang atau berupa fisik.4
Sebelum menerima pinjaman, calon Mitra Binaan terlebih dahulu diteliti
prospek dan kelayakan usahanya, sehingga hanya Mitra Binaan yang memiliki
kriteria khususlah yang dapat menerima pinjaman. Mengenai prosedur penyaluran
pinjaman dana Program Kemitraan PT. AP II diatur di dalam Pasal 11 PERMEN
BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan Badan Usaha Milik Negara dan KEPDIR PT. AP II Nomor
KEP.01.02.08/01/2014 tentang Sistem dan Prosedur Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan PT. AP II (selanjutnya disebut KEPDIR No.
KEP.01.02.08/01/2014) yang akan dibahas lebih lanjut di dalam bab-bab selanjutnya.
Prosedur untuk mendapatkan pinjaman yang dilakukan oleh PT. AP II
tersebut sejalan atau bersamaan waktunya dengan proses lahirnya perjanjian
pinjam-3Pasal 1 angka 6 PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara.
meminjam uang, yaitu sampai dibuat dan ditandatanganinya surat perjanjian tentang
pinjaman modal kerja.
Pihak Kedua atau Mitra Binaan diwajibkan melaksanakan kegiatan usaha
sesuai dengan yang dibuat dalam perjanjian ini, menyelenggarakan
pencatatan/pembukuan dengan tertib, membayar kembali pinjaman secara tepat
waktu, menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan, semester dan
tahunan kepada Pihak Pertama atau PT. AP II, memiliki izin-izin dan syarat-syarat
yang diperlukan baik yang sekarang ada maupun yang timbul di kemudian hari,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan agar lebih dapat mendalami sistem
pembinaan bagi pengusaha kecil dan serta sejauh mana peran BUMN di dalam
program pelaksanaan program kemitraan disusunlah tesis ini yang berjudul Tinjauan
Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal Bagi Usaha
Kecil Dalam Program Kemitraan Pada PT. AP II.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi
permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perjanjian pemberian pinjaman bantuan modal bagi usaha
kecil dalam Program Kemitraan?
2. Bagaimana kedudukan para pihak dalam pemberian pinjaman bantuan modal
3. Bagaimanakah cara penyelesaian wanprestasi bagi para pihak dalam
perjanjian pemberian pinjaman bantuan modal bagi usaha kecil dalam
Program Kemitraan?
C. Tujuan Penelitian
Setiap pelaksanaan suatu kegiatan penelitian memiliki tujuan yang akan
dicapai dari penelitian tersebut. Adapun juga yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui perjanjian pemberian pinjaman bantuan modal bagi usaha
kecil dalam Program Kemitraan.
2. Untuk mengetahui kedudukan para pihak dalam pemberian pinjaman bantuan
modal bagi usaha kecil dalam Program Kemitraan.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian wanprestasi bagi para pihak dalam
perjanjian pemberian pinjaman bantuan modal bagi usaha kecil dalam Program
Kemitraan.
D. Manfaat Penelitian
Bertitik tolak pada rumusan masalah yang dikemukakan, manfaat dari
penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
a. Sebagai bahan informasi dan tambahan bagi para akademisi maupun sebagai
bahan pertimbangan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian
b. Menambah khasanah kepustakaan, khususnya dalam bidang Hukum Perdata
dan Hukum Perusahaan.
2. Secara praktis
a. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan mengenai
Program Kemitraan.
b. Sebagai bahan masukan bagi PT. AP II dalam melaksanakan kebijakan
mengenai Program Kemitraan.
c. Memberikan informasi dan menambah wawasan pemikiran bagi masyarakat
tentang Program Kemitraan sesuai dengan ketentuan.
d. Sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan peraturan perundang-undangan
nasional khususnya yang berhubungan dengan Program Kemitraan.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang di lakukan
Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul Tinjauan Yuridis
Pelaksanaan Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal Bagi Usaha Kecil Dalam
Program Kemitraan Pada PT. AP II,belum pernah ada yang melakukan penelitian ini
sebelumnya. Dengan demikian, maka dari segi keilmuan penelitian ini dapat
dikatakan asli, sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan objektif
serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran
ilmiah. Meskipun ada peneliti-peneliti pendahulu yang pernah melakukan penelitian
mengenai objek perjanjian kerjasama, namun secara substansi pokok permasalahan
yang dibahas berbeda dengan penelitian ini.
Adapun penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian ini, yaitu Netty
Kesuma, 037005024, mahasiswa Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara, Tahun 2007, dengan judul Analisis Hukum Pembinaan Usaha Kecil
Dan Koperasi Oleh BUMN, dengan permasalahan yang dibahas:
a. Bagaimanakah pengaturan hukum berkaitan dengan peran BUMN dalam
pembinaan usaha kecil dan koperasi?
b. Bagaimanakah peran PT. Perkebunan Nusantara III dalam membina usaha kecil
dan koperasi?
c. Masalah-masalah apakah yang dihadapi dalam melakukan pembinaan usaha kecil
dan koperasi ?
F. Kerangka Teori dan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Kata teori ini memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang pengetahuan yang
berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta.5
Landasan teori merupakan ciri penting bagi penelitian ilmiah untuk
mendapatkan data. Teori merupakan alur penalaran atau logika (flow of
reasoning/logic), yang terdiri dari seperangka konsep atau variabel, definisi dan
proposisi yang disusun secara sistematis.6Konsep mengekspresikan suatu abstraksi
yang terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena (objek,
kejadian, atribut atau proses).7
Otje Salman dan Anton F. Susanto menyimpulkan pengertian teori menurut
pendapat dari berbagai ahli, yaitu teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang
di samping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski
mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih
umum.8
Penetapan suatu kerangka teori merupakan suatu keharusan dalam penelitian.
Hal ini disebabkan, kerangka teori digunakan sebagai landasan berpikir untuk
menganalisis permasalahan yang dibahas dalam tesis ini, yaitu mengenai pelaksanaan
perjanjian pemberian bantuan modal bagi usaha kecil dalam program kemitraan.
Teori yang menjadi pedoman dalam penulisan tesis ini adalah teori kemitraan.
Dasar pemikiran kemitraan (partnership) pada dasarnya berada dalam
argumen tentang peran dan posisi negara dalam relasi (hubungan) negara (state) dan
masyarakat (society). Penjelasan terhadap hubungan dan relasi ini adalah
6J. Supranto,Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hal. 194. 7Kerlinger,Definisi Teori, http://www.pdf-search-engine.com/definisi-teori-pdf.html, diakses pada tanggal 6 Januari 2015.
pengetahuan paling klasik dalam pengetahuan ilmu sosial. Hal ini jelas terlihat karena
konsep ini telah dibicarakan sejak tahun 1800-an. Paling tidak ada 3 (tiga) pemikiran
yang telah menjelaskan, yaitu perspektif pasar (market system) yang dapat ditelusuri
dalam teori ekonomi klasik dari Adam Smith sampaiNew Public Managementdalam
karya David Osborne. Dalam perspektif ini bermula dari pemisahan tegas atau tidak
ada hubungan sama sekali antara negara dan masyarakat (baik dalam bentuk privat
maupun komunitas) sampai pandangan yang mengarahkan pelibatan negara dalam
urusan pasar yang dikemukakan Keyness dan perubahan manajemen negara untuk
beroperasi seperti perusahaan privat. Perspektif demokrasi yang dapat ditelusuri
dalam teoridemokratic administrationsejak Max Weber sampaiNew Public Services
dalam karya Denhartd an d Denhartd.9
Selanjutnya Ian Linton mengartikan kemitraan sebagai sebuah cara
melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk
mencapai tujuan bisnis bersama.10 Berdasarkan motivasi ekonomi tersebut, maka
prinsip kemitraan dapat didasarkan atas saling memperkuat. Dalam kondisi yang ideal,
tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkrit, yaitu:11
1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat.
2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan.
3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil.
9Zaini Rohmad, Sudarmo dan Siany Indria Liestyasari, Kebijakan Kemitraan Publik, Privat
dan Masyarakat dalam Perkembangan Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, 2009.
10Ian Linton,Kemitraan,Jakarta: Harlimy, 1997, hal. 10.
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.
5. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Secara garis besar, PT. AP II mempunyai tanggung jawab terhadap Mitra
Binaannya dalam memberikan pinjaman bantuan modal dan pembinaan mulai dari
sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.
Pada dasarnya setiap orang bebas melakukan perjanjian. Hal ini sebagai
realisasi dari asas kebebasan berkontrak yang semestinya juga harus diimplementasi
oleh Pihak Perusahaan dalam melakukan kemitraan dengan Mitra Binaan. Sehingga
diharapkan dapat membantu menganalisis masalah perjanjian Pola kemitraan yang
akan diteliti.
Teori kemitraan tersebut terkandung dalam Perjanjian Pemberian Pinjaman
Bantuan Modal yang akan dibahas dalam tesis ini. Sesuai dengan syarat sah
perjanjian yang diatur dalam Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal dapat
dikatakan sah apabila memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu:12
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri
Suatu kesepakatan kehendak terhadap suatu kontrak dimulai dari adanya unsur
penawaran (offer) oleh salah satu pihak, diikuti oleh penerimaan penawaran
(acceptance) dari pihak lainnya, yang terutama untuk kontrak-kontrak bisnis
kerapkali dilakukan secara tertulis.13Adakalanya, kesepakatan suatu kontrak yang
12 R. Subekti (R. Subekti I), Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 2001, hal. 20.
ditandai dengan penandatanganan kontrak dilakukan tidak berdasarkan keinginan
salah satu pihak, misalnya karena ada kekhilafan, paksaan, atau penipuan (Pasal
1321 KUH Perdata), untuk hal tersebut harus diingat bahwa masing-masing
pihak harus mengalaskan pembuatan perjanjian dengan adanya itikad baik (Pasal
1338 ayat (3) KUH Perdata) dan juga harus sesuai dengan kepatutan, kebiasaan
dan undang-undang (Pasal 1339 KUH Perdata).
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Menurut Pasal 1330 KUH Perdata, semua orang cakap (berwenang) membuat
kontrak kecuali mereka yang tergolong sebagai berikut yaitu orang yang belum
dewasa, orang yang ditempatkan di bawah pengampuan, wanita bersuami, dan
orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan tertentu.
Tetapi sejak adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 1963 (selanjutnya disebut SEMA RI No. 3 Tahun 1963) maka
kedudukan seorang perempuan yang telah bersuami itu dianggap derajatnya sama
dengan laki-laki, sehingga untuk mengadakan perbuatan hukum dan menghadap
di depan pengadilan ia tidak memerlukan bantuan dari suaminya lagi. Hal ini
semakin dipertegas oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (selanjutnya disebut UU No. 1 Tahun 1974) dalam Pasal 31 ayat (1)
bahwa kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan berumah tangga dan pergaulan di masyarakat serta keduanya
sama-sama berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Hal tertentu adalah hal yang merupakan obyek dari suatu kontrak. Terdapat
beberapa syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undagan terhadap
obyek tertentu dari suatu kontrak, khususnya jika obyek kontrak tersebut berupa
barang, yaitu (1) merupakan barang yang dapat diperdagangkan, (2) pada saat
kontrak dibuat, barang telah dapat ditentukan jenisnya, (3) jumlah barang
tersebut tidak boleh tertentu, (4) boleh merupakan barang yang akan ada di
kemudian hari, (5) bukan merupakan barang yang termasuk ke dalam warisan
yang belum terbuka.14
d. Suatu sebab yang halal
Dalam Pasal 1337 KUH Perdata, dapat ditarik rumusan negatif mengenai
pengertian sebab yang halal yaitu sebab yang dilarang oleh undang-undang atau
apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban sosial.15
Syarat perjanjian poin a dan b disebut dengan syarat subyektif, karena
langsung menyangkut orang atau subyek pembuat perjanjian. apabila salah satu syarat
tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut dapat dimintakan pembatalannya, artinya
salah satu pihak dapat memintakan supaya perjanjian dibatalkan.16
Syarat poin c dan d disebut dengan syarat obyektif, karena apabila salah satu
syarat obyektif ini tidak dipenuhi maka perjanjian itu dengan sendirinya batal demi
14Ibid., hal. 37.
15Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 163.
hukum, artinya dari semula tidak pernah suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu
perikatan.17
Perjanjian yang dibahas di dalam penelitian ini adalah Perjanjian Pemberian
Pinjaman Bantuan Modal. Pinjaman bantuan modal usaha dapat diartikan sebagai
program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan
mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN dalam bentuk pinjaman
modal kerja/investasi, pinjaman khusus dan beban pembinaan.
Pinjaman modal kerja/investasi adalah bentuk pemberian pinjaman untuk usaha kecil dengan membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan. Pinjaman khusus digunakan untuk membiayai Pinjaman khusus yang digunakan untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan dalam jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan dan rekanan usaha Mitra Binaan, dengan jangka waktu pinjaman maksimum 1 (satu) tahun. Sedangkan beban pembinaan digunakan ntuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan program kemitraan.18
2. Konsepsional
Konsepsional merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, karena
konsepsi adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya
hanya baru ada dalam pikiran. Peranan konsepsional dalam penelitian adalah untuk
menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realistis.19
17Munir Fuady,Ibid,hal. 37.
18Bab II Huruf A ayat (3) KEPDIR PT. AP II Nomor KEP.01.02.08/01/2014 tentang Sistem dan Prosedur Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan PT. AP II.
Agar menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman mengenai
konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan definisi
operasional dari konsep yang dipergunakan, yaitu:
a. Pemberian Pinjaman Bantuan Modal adalah program untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dana dari bagian laba BUMN dalam bentuk pinjaman modal kerja/investasi,
pinjaman khusus dan beban pembinaan.
b. Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal adalah perjanjian yang mengikat
antara PT. AP II dan Mitra Binaan dalam hal pemberian pinjaman bantuan modal.
Bentuk Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal di PT. AP II adalah
Perjanjian Kredit.
c. Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi tangguh dan mandiri.20
d. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan.21
e. Mitra Binaan adalah usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program
Kemitraan.22
f. PT. AP II adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam
bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar
20 Pasal 1 angka 6 pada Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara.
21 Pasal 1 angka 8 pada Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara.
udara di wilayah Indonesia Barat23, dan di dalam Perjanjian Pemberian Pinjaman
Bantuan Modal berperan sebagai BUMN Pembina atau BUMN yang
melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
g. Unit Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan adalah unit organisasi
khusus yang mengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. AP II.24
h. Wanprestasi terjadi apabila seseorang tidak melakukan apa yang disanggupi akan
dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikannya; melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; melakukan
sesuatu menurut kontrak tidak boleh dilakukannya.25
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis. Deskriptif maksudnya dari
penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang
permasalahan yang diteliti. Analitis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang
diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat bagaimana menjawab
permasalahan.26
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan
meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta
norma-23Sejarah PT. AP II, http://www.angkasapura2.co.id/id/tentang/sejarah diakses pada tanggal 10 Januari 2015.
24Pasal 1 angka 11 pada Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara.
25R. Subekti I, op.cit, hal. 50.
norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum,
kaedah hukum dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan,
putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya.27
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. AP II Kantor Cabang Bandara Kualanamu-Deli
Serdang. Lokasi penelitian dilakukan di tempat ini mengingat PT. AP II memiliki
ruang lingkup operasional di daerah Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, dan
bandara ini merupakan bandara terbesar di Provinsi Sumatera Utara.
3. Sumber Data
Data dari penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder. Data
sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan
kepustakaan. Berdasarkan kekuatan mengikatnya, bahan hukum untuk memperoleh
data terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Bahan hukum primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar,
peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan.28Dalam penelitian ini bahan
hukum primernya yaitu:
1) Perjanjian pinjaman bantuan modal antara PT. AP II dan Usaha Kecil dalam
Program Kemitraan.
2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
3) UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
4) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
5) PERMEN BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara.
6) KEPDIR PT. AP II Nomor KEP.01.02.08/01/2014 tentang Sistem dan
Prosedur Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan PT. AP II.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau
karya ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, pendapat pakar
hukum yang erat kaitannya dengan obyek penelitian.
c. Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk
dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder,29seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah, kamus umum dan kamus hukum,
surat kabar, internet serta makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
Di samping itu, data juga dikumpulkan melalui wawancara dengan responden
yang berhubungan dengan materi penelitian ini, yaitu
a. General ManagerPT. AP II, yaitu Bapak Dani Indriawan.
b. Junior ManagerPKBL PT. AP II, Bapak Sonni Susanto.
c. Mitra Binaan PT. AP II yang berjumlah 1.197 (seribu sembilan ratus sembilan
puluh tujuh) Mitra Binaan terhitung mulai dari tahun 2000 s/d November 2015,
dan yang diambil menjadi responden sebanyak 35 (tiga puluh lima) Mitra Binaan
yang aktif dalam periode Januari 2015 s/d Desember 2015.
4. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan
penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer,
sekunder dan tersier30, yaitu buku-buku, majalah-majalah, tulisan dan karangan
ilmiah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Di samping itu juga
digunakan studi dokumentasi yaitu cara memperoleh data melalui pengkajian dan
penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
Alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
a. Studi dokumen, yaitu dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori-teori,
buku-buku, hasil penelitian dan dokumen lain yang berhubungan dengan
permasalahan.
b. Wawancara dengan responden, yang dilakukan secara langsung dan mendalam,
terarah dan sistematis kepada narasumber yaitu sebagai berikut:
1)General ManagerPT. AP II, yaitu Bapak Dani Indriawan.
2)Junior ManagerPKBL PT. AP II, Bapak Sonni Susanto.
30
3) Mitra Binaan PT. AP II yang berjumlah 1.197 (seribu sembilan ratus sembilan
puluh tujuh) Mitra Binaan terhitung mulai dari tahun 2000 s/d November
2015, dan yang diambil menjadi responden sebanyak 35 (tiga puluh lima)
Mitra Binaan yang aktif dalam periode Januari 2015 s/d Desember 2015.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.31
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menginventarisasi peraturan perundang-perundangan yang terkait dengan persoalan
yang menjadi obyek kajian. Data yang terkumpul akan diidentifikasikan kemudian
dilakukan penganalisisan secara kualitatif berupa pembahasan, antara berbagai data
sekunder yang terkait dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan bahan
hukum yang telah diinventarisir dan pada tahap akhir akan ditemukan hukum secara
konkretnya, sehingga penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika
berpikir deduktif, yang menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku
secara umum yang terkait dengan tesis ini dan kemudian dihubungkan dengan
Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal bagi Usaha Kecil dalam Program
Kemitraan.32
31Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993, hal. 103.