• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Hijauan Makanan Ternak terhadap Pemberian Pupuk Cair Urin Kambing Terfermentasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respons Pertumbuhan Hijauan Makanan Ternak terhadap Pemberian Pupuk Cair Urin Kambing Terfermentasi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kandungan Hara Urin Ternak

Urin merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di tempat pemeliharaan hewan. Urin di bentuk di daerah ginjal setelah dieliminasi dari tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolism nitrogen dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90 % urin terdiri dari air. Urin yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu eksternal, konsumsi air, musim dan lain sebagainya. Banyaknya feses dan urin yang dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak. Seekor kambing dewasa mampu menghasilkan urin sebanyak kurang lebih 0,6-2,5 liter/hari sehingga bagi industri peternakan, urin merupakan komoditas yang sangat potensial untuk menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. Rasio feses dan urin yang dihasilkan ternak adalah babi 1,2 :1 (55% feses, 45% urin), sapi potong 2,4 :1 (71% feses, 29% urin), kambing 1:1 (50% feses, 50 % urin), dan sapi perah 2,2 :1 (69% feses, 31% urin) (Rinekso et al. 2011).

Jumlah kandungan urin yang dihasilkan tiap ternak dan urin kambing tanpa fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1 Kandungan urin pada setiap ternak

Nama ternak Nitrogen Fosfor Kalium Air

dan kotorannya (%) (%) (%) (%)

Kuda 1,40 0,02 1,60 90

Kerbau 0,50 0,15 1,50 92

Sapi 0,50 1,00 1,50 92

Kambing 1,50 0,13 1,80 85

Babi 0,40 0,10 0,45 87

(2)

Hasil analisis urin kambing sesudah fermentasi selama 14 hari berdasarkan referensi SNI2803;2010;MS 417; part 6 and 8;1994; BPT 2015. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini Tabel 2. Kandungan hara urin kambing fermentasi

Parameter Hasil Metode Uji Teknik ekstrasi

Nitrogen 15.09 ppm Kjeldahl Dengan H2SO4

Fosfor 48.95 ppm Flamephothometry Dengan HCl 25% (C) Kalsium 1,25 ppm Flamephothometry Dengan HCl 25% Magnesium 0.18 % AAS Dengan HCl 25% Kalium 0.02 % AAS Dengan HCl 25% pH 7.06 Electrometry

Sumber: Analisis laboratorium PT. Nusa Pusaka Kencana (2016)

Baunya yang khas urin ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urin sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangga (Prihmantoro dan Indriyani, 1994). Urin yang dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai yang sangat bermanfaat yaitu (a) kadar N dan K yang sangat tinggi, (b) urin mudah di serap tanaman dan (c) urin mengandung hormon pertumbuhan tanaman (Sastrosoedirjo dan Rifai, 1981). Urin sapi mengandung unsur-unsur kimia yang sangat dibutuhkan oleh tanaman seperti (N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik antara lain: urea, amonia, kreatinin dan keratin, asam. Menurut Sutedjo (1994), kandungan unsur hara urin yang dihasilkan ternak tergantung mudah atau sukarnya makanan dalam perut hewan dapat dicernakan.

(3)

3,745% sedangkan dalam penelitian Martinsari et al. (2009), didapatkan hasil bahwa dalam pembuatan pupuk organik cair melalui proses fermentasi dengan penambahan tetes tebu dapat meningkatkan mutu kualitas kandungan hara dalam pupuk tersebut, terutama nitrogen. Penelitian lain dari Anggraini (2012), menunjukkan hasil bahwa kandungan N dalam pembuatan pupuk cair dari urin kambing dan molasses memenuhi standar Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009.

Hasil analisis tanah berdasarkan referensi SNI2803;2010;MS 417; part 6 and 8;1994; BPT 2016. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini Tabel 3. Analisis Kandungan hara tanah area penelitian.

Sumber: Analisis laboratorium PT. Nusa Pusaka Kencana (2016)

(4)

Tanah merupakan media alami bagi media pertumbuhan tanaman. Tanah yang produktif harus dapat menyediakan lingkungan yang optimum baik secara fisik, kimia, dan biologis untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi serta dapat digunakan secara berkelanjutan. Tanah secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran serta menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman, secara kimiawi, tanah berfungsi sebagai gudang penyuplai hara atau nutrisi. Sedangkan secara biologis, tanah berfungsi sebagai habitat bagi organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan unsur hara tanaman. Lahan pertanian yang digunakan secara terus menerus untuk penanaman tanaman pangan dapat menurun kualitas tanah dan produktifitas apabila tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai. (Arsyad, 2006).

Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik (Sutanto, 2002)

(5)

pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkan dan penyemprotan di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman (Suriadikarta, 2006).

Hara Nitrogen

Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman terutanma pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai komponen pembentukan lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono et al., 2001). Paker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan, sintetis asam amino dan protein serta merupakan merombak struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun bewarna kuning, tangkai tinggi kurus dan warna hijau daun memucat.

(6)

Hara Posfor

Pospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur hara ini terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur (P) adalah hara kedua setelah nitrogen (N) dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk

Kandungan fosfor (P2O5) berkaitan dengan kandungan N dalam substrat,

semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi mikroorganisme yang merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan posfor dalam pupuk cair juga meningkat. Kandungan posfor dalam substrat akan digunakan oleh sebagian besar mikroorganisme untuk membangun selnya. Proses mineralisasi fosfor terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian besar mikroorganisme Posfor salah satunya terikat dalam bentuk P2O5

Dengan adanya sumber karbon dan nitrogen yang benar - benar tersedia, maka bakteri dan jamur dapat merombak lesitin dan asam nukleat dan membebaskan fosfor sebagai fosfat. Kalium (K

di akhir proses dekomposisi. Posfor berada dalam dua bentuk, yaitu inorganik dan organik seperti asam nukleat, phitin dan lesitin (Sarief, 200).

2

Standar mutu pupuk organik cair atau pasta adalah pH 4-8, kadar total N,P dan K< 2,00 %, secara umum pupuk organik mengandung unsur N, P dan K yang dibutuhkan oleh tanaman dengan sejumlah nutrisi yang terdiri atas 1-7% N,

(7)

12% P, dan 0 - 10% K dan nisbah C:N:P yang ideal untuk bahan organik tanah adalah 100:10:1 (Peraturan Menteri Pertanian, 2009).

Kalium

Kalium (K) berperan dalam menbantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan (Marsono et al. 2001). Kalium tidak disentesis menjadi senyawa oleh tumbuhan, sehingga unsur hara ini tetap sebagai ion didalam tumbuhan. kalium berperan sebagai antivator dari sebagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fhotosintesis dan respirasi, serta enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati.

Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur posisi osmotis sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur turgor sel ini, peran yang penting dalam proses membuka dan penutupnya stomata. (Lakitan, 2004).

Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada kedelai. (Leiwakabessy et al.,1998)

(8)

Urin Kambing

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisal. Produksi urin kambing - domba mencapai 0,6- 2,5 liter/hari dengan kandungan nitrogen 0,51 – 0,71%. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk organik (Sialalahi et al., 2004)

Pupuk organik cair larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik

yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (feses dan urin), dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Urin adalah zat-zat yang

disekresikan melalui ginjal, zat-zat yang didapat didalamnya zat-zat makanan

yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh

kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urine. Urin mempunyai zat

pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman

(Said et al., 2006)

(9)

pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan pengaplikasian, bentuk, dan kandungan unsur haranya. (Simanungkalit, 2006).

Pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat pupuk cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman yang mudah larut, kelebihan pupuk cair adalah mampu memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu pemberiannya dapat merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk anorganik berasal dari bahan mineral dan telah diubah melalui proses produksi di pabrik sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman, pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula (Fadludin, 2013).

Kandungan unsur hara urin kambing lebih baik dibanding dengan kandungan unsur hara pada fecesnya. Kandungan N, P dan K pada urin kambing berturut turut sebesar 1.35%, 0.05% dan 2.10%, sedangkan unsur hara pada feces sebesar 0.75%, 0.50% dan 0.45%. Apabila dibandingkan dengan urin ternak lainnya, seperti urin sapi, urin domba menunjukkan kualitas yang lebih baik, dimana kandunagn N, P dan K didalam urin sapi lebih rendah dibanding urin domba, yaitu berturut turut sebesar 1.0%, 0.5% dan 0.5%. (Santoso, 2013).

Pemanfaatan limbah urin ternak ruminansia pada umumya sebagai salah

satu pupuk organik memberikan hasil yang cukup menjanjikan, sehingga peternak

(10)

diolah dan menjadi pupuk cair, berkisar antara Rp 10.000 - Rp 15.000/liter.

Penggunaan urin ini sangat berpotensi, sehingga perlu memberdayakan peternak

agar semua produk dari ternak bisa digunakan untuk mendatangkan keuntungan

secara ekonomis, meski awalnya perlu ada pendampingan terhadap peternak,

terutama soal teknik atau cara menampung urin hingga proses pembuatan menjadi

pupuk cair (Parnata et al., 2004)

Potensi dalam bidang peternakan, maka perlu melihat peluang-peluang

dari produk-produk peternakan yang dapat digunakan. Salah satu peluang, yang

dapat digunakan yaitu kotoron dan limbah urine sebagai bahan baku pembuatan

pupuk cair organik. Saat ini penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan

dengan kemajuan teknologi dan tuntutan zaman saat ini keragaman jenis pupuk organik semakin bertambah ramah lingkungan dengan berkembangnya pertanian di indonesia. Dengan sentuhan inovasi teknologi, limbah urin kambing dapat

diproses (fermentasi) menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan

limbah urin (biourine) sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu

pendapatan bagi peternak peteni pada umumya di indonesia (Musnawar, 2003).

(11)

apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel menjadi lambat maka perkembangan sel tanaman menjadi lambat. Unsur Nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan sel vegetatig, meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun serta meningkatkan mikroorganisme dalam tanah.

Fermentasi Urin dengan Mikroorganisme Lokal

Fermentasi adalah segala macam proses metabolis dengan bantuan dari enzim mikrobia (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu. Fermentasi merupakan proses biokimia yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut Proses fermentasi terjadi, bermacam- macam perubahan komposisi kimia seperti: kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim– enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana (Sastrosupardi et al., 2004)

(12)

murah dan produksi meningkat dibandingkan dengan pupuk kimia fermentasi urine kambing dapat diaplikasikan melalui daun (Guntoro et al., 2006)

Pupuk organik cair sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian, urin kambing sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu. Pada proses fermentasi menggunakan bantuan bakteri dekomposer atau bioaktivator seperti EM dari limbah buah-buahan, sayuran, tanaman dari pertanian dan EM4 (Effective Microorganism) sudah banyak beredar di toko pertanian (Rahayu et al., 2005)

EM4 sama saja dengan MOL, dari aroma sudah sama

Urin ternak kambing dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri pengurai. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4 yang telah beredar toko-toko pertanian ataupun yang bisa dibuat sendiri dari produk limbah masyarakat pertanian seperti limbah buah-buahan yang telah busuk, seperti pisang, pepaya, mangga, jeruk, rebung, batang pisang, tulang ikan keong dan urie ternak dll, sebagai energi yang digunakan oleh bakteri. EM merupakan Effective Microorganisme yang berguna untuk mempercepat proses penguraian ataupun pada pembuatan pupuk cair. EM mengandung sekitar 80 macam genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima golongan yang paling pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL), Streptomyces sp, ragi

(13)

(yeast) dan Actinomycetes. Proses pembuatan pupuk cair dari urin kambing dapat berlangsung secara cepat sekitar empat sampai tujuh hari. Proses pengolahan yang baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit serta tidak membahayakan pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Sundari et al., 2012)

Fermentasi urin bertujuan menghasilkan pupuk cair dengan bahan dasar urin dengan komposisi yang dihasilkan menjadi lebih baik, dengan sentuhan inovasi tekhnologi, limbah urine sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu pendapatan bagi setiap peternak. salah satu pupuk organik memberikan hasil yang cukup menjanjikan selain sebagai dekomposer. Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah (Yuniwati et al., 2012)

Pengaruh Urin Kambing terhadap Produksi Hijauan

(14)

(N, P dan K) tidak memberikan respon sebaik pupuk kandang secara tunggal. Bahkan dilaporkan kombinasi pupuk kandang dengan unsur anorganik menunjukkan penurunan produksi hijauan Pennisetum purpureum (Prawiradiputra, 1982).

Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman hijauan adalah 10-20 ton/ha atau 1-2 kg/m2

Hasil penelitian Yaacob et al. (2013) dilahan pertanian menunjukkan bahwa pemberian urien kerbau fermentasi EM4 dengan dosis Perlakuan 15 ml + 20 ml air berpengaruh sangat nyata terhadap produksi jumlah anakan, berat segar dan produksi berat kering rumput gajah pada setiap pemotongan dengan produksi jumlah tunas 39.35, tinggi tanaman 142.045 cm. Produksi berat basah 13.16 Kg.

. menyatakan produktivitas tanaman hijauan berkisar 20-50 ton/ha. Pemberian pupuk kandang 20 ton/ha, pupuk organik urin ternak kambing dan padat yang sudah difermentasi dengan mikroorganisme juga dapat memenuhi kebutuhan hara hijauan, sayuran yang dibudidayakan secara organik. (Suhardi, 2013).

(15)

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisal, komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Bakteri yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui analisis. Seperti urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk organik dengan adanya fermentasi, maka zat - zat kompleks dalam urin tersebut akan dipecah oleh mikroorganisme akan mengalami perubahan bentuk senyawa yang lebih sederhana atau dengan kata lain proses fermentasi akan mengubah senyawa kimia kesubstrat organik. Perubahan sifat senyawa dalam urin tersebut akan memperkaya kandungan bahan kimia yang berguna bagi tanaman hijauan sehingga lebih mudah dicerna oleh tanaman selain dengan cara disiramkan pupuk jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanama (Marsono, 2007).

Pemupukan

(16)

pertumbuhan karena pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan unsur karbohidrat, apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel menjadi lambat maka perkembangan sel tanaman menjadi lambat. Unsur nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan sel meningkatkan pertumbuhan tanaman yang mudah dapat siserap oleh tanaman serta meningkatkan mikroorganisme dalam tanah. (Rica et al., 2012)

Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksidan hasil mutu tanaman (Greenhalga, 1973).

Menurut Chandra et al. (1993) Mengemukakan bahwa hal- hal yang perlu diperhatikan pada setiap usaha pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah, jenis pupuk, dosis, waktu pemupukan dan cara pemupukan yang tepat agar sebagian besar dari pupuk yang diberikan dapat diserap akar tanaman.

Pemupukan dapat dilakukan dalam bentuk pupuk organik maupun anorganik. Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa- sisa pakan dan alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saja, tetapi karena mengandung hampir semua unsur hara makro (unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fosfat (P2O5), Kalium (K2O) dan

(17)

(Mn), dan Boron (Bo) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah (Purbayanti et al., 2000)

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urin), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatanternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya (Soepardi, 1983). Pupuk kandang (termasuk urin) biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2

Hijauan Makanan Ternak

O (Yodohusodo, 2005).

(18)

harus diusahakan agar ternak sebanyak mungkin mengkonsumsi makanan untuk mencukupi kebutuhannya akan zat - zat makanan (Hsieh, 1995).

Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, termasuk Indonesia karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontin uitasnya masih sangat terbatas (Reksohadiprodjo, 1985).

Pertumbuhan Hijauan Makanan ternak

Peningkatan populasi ternak masih tergantung pada kemampuan suatu wilayah (carrying capacity) untuk menyediakan tanaman hijauan pakan ternak ruminansia. Hilangnya areal padang penggembalaan serta pengurangan lahan untuk peruntukan non pertanian dan ekstensifikasi pertanian mengakibatkan luas areal sumber tanaman pakan ternak semakin berkurang. Dengan demikian ketersediaan pakan hijauan, khususnya pada akhir musim kemarau sampai dengan awal musim hujan sering menjadi kendala utama bagi peternak di Indonesia.

(19)

dengan pengembangan biofuel, seperti jagung, gandum, ubi kayu dan bahan pangan lainnya. (Suriadikarta et al., 2006)

Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan semua bahan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun daunan. Kelompok hijauan makanan ternak meliputi famili rumput (gramineae

(20)

unsur hara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Rumput Gajah Mini Pennisetum purpureum schumach

Rumput gajah (schumach) kerdil dikenal juga sebagai rumput Napier, berasal dari daerah Afrika yang kemudian menyebar dan diperkenalkan di daerah-daerah tropika, rumput gajah mini tumbuh alami seluruh asia tenggara (Reksohadiprojo, 2000).

Taksonomi rumput gajah schumach sebagai berikut: Filum: Spermatophyta,

Sub filum: Angiospermae, Kelas: Monocotyledanae, Ordo: Glumiflora, Famili:

Gramenae, Sub family: anicoldea, Tribus: Pariceae, Genus : Pennisetum, Spesies:

(21)

Akar rumput gajah berakar serabut dengan akar cabang yang tumbuh tegak lurus pada serabut tersebut. Akar ini menyerap unsur hara dalam tanah, sampai kedalaman 50 – 100. Selain menyerap unsur hara dari dalam tanah juga menyerap air dari sistim perakaran yang cukup kuat dan kokoh sehingga mampu juga menyerap air dari dalam tanah dengan kedalaman 50 – 100 cm dengan adanya akar ini daerah penyerapan unsur hara lebih luas dan tumbuh baik dan berproduksi tinggi apabila faktor iklim yang mempengaruhinya sesuai dengan ketinggian tempat suhu berkisar 10 – 35 0

Rumput gajah (Pennisetum purpureum schamach) sebagai pakan ternak yang merupakan hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas dan nilai gizinya. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ha/ tahun (Soegiri et al., 1982)

C (Novizan, 2002).

Rumput Setaria spachelata

Rumput Setaria berasal dari Afrika, yang mempunyai nama-nama spesifik diwilayahnya, dalam bahasa latin Setaria dikenal dengan nama Setaria sphacelata

(22)

Taksonomi rumput setaria spachelata sebagai Phylum: Spermatophyta Sub phylum: Angiospermae, Class: Monocotyl, Ordo: Glumiflora, Family: Graminae,

Sub Family: Panicoldea, Genus: Setaria, Spesies: Spachelata rumput ini memiliki rizoma yang pendek serta stolon. Akar rumput setaria majemuk dan juga berserabut dengan tumbuh di permukaan tanah, juga tumbuh dengan rhizom dan stolon yang sangat pendek dengan buku-buku yang rapat, pangkal batang biasanya bewarna kemerahan dan banyak menghasilkan anakan tenggara. (Aganga et al., 2004)

Daun lebar agak berbulu pada permukaan atas takstur daun halus dan sangat lunak, bunga berbentuk tandan warna coklat keemasan kandungan protein 6-7% tergantung kultivar dengan produksi berat segar mencapai 100-110 ton/ha/tahun tergantung varietas tinggi dapat mencapai 2 m, klasifikasi rumput setaria (Spachelata) mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah huja 750-1000 mm/tahun, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah produksi hijauan rumput setaria (Sphacelata) dapat mencapai 100 ton rumput segar/ hektar/ tahun, pemotongan dapat dilakukan pada 35 – 40 hari (musim hujan) dan 60 hari musim kemarau. (Putri et al., 2008)

Tanaman berumpun ini sangat bervariabel dan setiap jenis mempunyai ke intimewaan, beberapa dari yang ada berada dalam satu varietas, ada yang pendek, berdaun lebar, berakar kuat dan cepat tumbuh kembali setelah dilakukan pemotongan (Chheda, 1982).

(23)

cara hey dan dengan silage. Beradaptasi baik dengan tanah asam dengan kesuburan rendah tahan terhadap kekeringan. Mudah dikembangkan pertumbuhan cepat sehabis pemanenan. (Nasution et al., 1986)

Untuk mendapatkan produksi optimal, jarak tanam yang digunakan 70 x 90 cm. Dapat ditanam bersama leguminose seperti Siratro, Stylosanthes gracillis, Desmodium intorium. Pendangiran dilakukan pada saat tanaman masih muda atau setiap kali abis panen. pemupukan dengan menggunakan pupuk organik padat atau cair. Pemotongan atau penen dilakukan pada saat tinggi tanaman sekitar 90 cm atau tanaman berumur 30 hari. Sebaiknya panen dilakukan pada massa pertumbuhan vegetatif atau sebelum berbunga. Produksi hujauan segar pada berbagai umur dengan pemotongan 2-5 cm berkisar antar 160-170 ton/ha/thn. Kandungan zat dalam bahan kering dengan frekuensi pemotongan 30 hari terdiri atas PK 13,09 % SK 13,15 % Lemak 2,82 % BETN 44,94 % (Ginting et al., 2005)

Rumput Brachiaria brizanth)

(24)

Taksonomi rumput Brachiaria brizantha sebagai berikut: Filum: Spermatophyta Sub filum: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo: Poales,

Famili: Poaceae, Genus: Brachiaria, Spesies : Brachiaria brizantha. Rumput ini dapat tumbuh pada curah hujan 1000 mm/tahun dengan pH 6-7. Rumput ini juga tahan terhadap kekeringan selama 6 bulan, cuaca dingin dan penggembalaan, dapat dikembangkan dengan stek, pols atau pun biji. Rumput ini dapat diperbanyak dengan pols, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan dapat mencapai 30 – 45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapi tinggi 1 m. Memiliki rhizoma yang pendek dan tinggi batang sekitar 30-200 cm, bentuk daun linear biasanya berukuran 10-100 cm x 3-20 mm, berbulu berwarna hijau gelap, bunga terdiri dari 2-16 tandan (Manullang, 2012).

(25)

Defoliasi dan Interval Pemotongan

Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun renggutan hewan waktu ternak itu digembalakan. Untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal, sehat dan kandungan gizi tinggi, defoliasi harus dilakukan pada periode tertentu (Kusumo, 1992).

Interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies. Frekuensi pemotongan berlaku pada batas tertentu, frekuensi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif oleh pemotongan yang lebih sering (Widjajanto et al., 1982)

Semakin lama umur pemotongan pada tanaman akan meningkatkan kandungan serat kasarnya. Kandungan serat kasar erat hubungannya dengan umur tanaman. Semakin tua umur tanaman semakin meningkat kandungan serat kasarnya (Williamson, 1993).

(26)

awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia 2 bulan (Hardjowigono, 1989).

Berdasarkan penelitian Dartius, (1995). Bahwa hasil analisis nilai gizi tanaman rumput pada gajah bahwa perlakuan interval pemotongan 4 minggu dianggap lebih baik, dengan menghasilkan komposisi kadar air dan kadar protein kasar yang lebih tinggi sebesar (82,79 %) dan (8,86 %) serta lemak kasar dan serat kasar yang lebih rendah sebesar (4,46 %) dan (33,20 %).

Pengaruh Interval pemotongan adalah selang waktu antara suatu saat pemotongam sampai saat pemotongan berikutnya. yang utama dari interval pemotongan 8 minggu dan 10 minggu dianggap tanaman tersebut agak terlalu tua dalam hubungannya dengan beberapa analisis nilai gizi. Hal ini sesuai pendapat Lubis (1992), bahwa nilai gizi tanaman Pennisetum purpureum yang dipotong setiap 2 sampai 4 minggu menghasilkan komposisi kadar air dan protein kasar sebesar (85,50 %) dan (11,50 %) serta lemak kasar dan serat kasar sebesar (3,20 %) dan (29,3 %).

Pertumbuhan Tinggi Tanaman

(27)

salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali ialah adanya persediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam akar dan tunggal yang ditanggalkan setelah defoliasi. Karbohidrat ini dihasilkan oleh proses asimilasi. Segera setalah defoliasikarbohidrat ini dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi untuk pertumbuhan kembali (Novizan, 2005).

Lingga (2000). Menyatakan bahwa untuk memproleh pertumbuhan dan dan produksi yang optimum maka unsur hara dalam tanah harus tersedia bagi tanaman, bentuk larutan dalam air, dalam jumlah yang cukup dan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam bentuk dan dapat diserap oleh sistem perakaran.

Jumlah Anakan

Rumput gajah Pennisetum purpureum schumach, rumput setaria

spachelata, dan rumput Brachiaria brizanta merupakan rumput jenis unggul yang mampu tumbuh dan berproduksi baik sepanjang tahun di daerah tropis. keunggulan salah satunya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki tunas yang banyak, daun lebih luas, produksinya lebih tinggi dan memiliki batang yang kadar seratnya lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang lebih akhir. Rumput ini juga memiliki perakaran yang kuat sehingga dapat berfungsi sebagai penahan erosi di tanah-tanah yang miring dan perbukitan (Reksohadiprodjo, 1994).

(28)

memberikan respons yang sangat baik terhadap produksi hijauan seperti: pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah tunas produksi berat segar dan berat kerin, jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik ataupun kombinasi pupuk kandang dengan pupuk anorganik. Respon produksi hijauan terhadap rumput gajah mini Pennisetum purpureum schumach dua kali (184 ton/ha/tahun) lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi Pennisetum purpureum schumach yang tidak mendapat perlakuan pemupukan (kontrol). Pemberian pupuk anorganik N, P dan K baik secara terpisah maupun gabungan dari ketiga unsur tersebut tidak memberikan respon sebaik pemberian pupuk kandang.

Bahan Segar dan Bahan kering

Produksi bahan segar dan bahan kering dipengaruhi oleh interval pemotongan dan adanya kencenderungan perubahan produksi segar dan kering seiring dengan lama interval pemotongan karena proporsi bahan kering yang dikandung oleh rumput yang berubah seiring dengan umur tanaman. Makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding selnya lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel (Beever et al., 2000)

Pada rerumputan konsentrasi nitrogen pada hijauan akan menurun ditandai dengan meningkatnya umur tanaman yang disebabkan meningkatnya bagian dinding sel dan menurunnya bagian silitol (Karsinah et al., 2008).

(29)

Havlin, et al. (1999) menyatakan bahwa pemupukan dengan nitrogen akan dapat meningkatkan jumlah daun dan memperluas helai daun menyebabkan peningkatan proses fotosintesis sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, anakan, batang bertambah sehingga produksi berat kering total tanaman juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada hasil penelitin dengan semakin meningkatnya dosis pupuk akan di ikuti oleh peningkatan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.

Untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaaan pupuk organik. Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospor (P), dan kalium (K) Disamping upaya penyediaan unsur hara perlu juga dilakukan pemilihan jenis hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap pemu (Amilia, 20011).

Syofiani (1998) menyatakan bahwa produksi selalu disebabkan adanya pertumbuhan dari rumput seperti tinggi tanaman bertambah dan jumlah anakan juga bertambah.

(30)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Juli sampai dengan 6 November 2016 di lahan percobaan SMK Negeri 4 Simpang Semadam Kecamatan Semadam Kabupaten Aceh Tenggara dengan ketinggian tempat ± 1000 m di atas permukaan laut, dengan kelembaban udara 35% - 80% (pH) tanah 7,0 jenis tanah Regosol dan tekstur tanah lempung berpasir.

Bahan dan Alat Bahan

Urin kambing fermentasi mikroorganisme lokal seperti buah (pepaya, pisang, dan nenas), mikroorganisme lokal sebagai stater pengurai pada saat fermentasi molases sebagai sumber karbohidrat dan nitrogen bagi mikroorganisme saat fermentasi, Pastura yang terdiri dari tiga jenis yang pertama rumput gajah mini Pennisetum purpureum schumach, kedua rumput Setaria spachelata) dan ketiga rumput Brachiaria brizantha. Sebagai objek yang akan diteliti. Lahan terdiri dari 36 plot, dimana 1 plot berukuran 3 x 3 m, dengan jumlah 12 tanaman per plot. urin kambing fermentasi dengan mikroorganisme lokal buah (pepaya, pisang dan nenas) sebagai pupuk organik cair dan zat hara tanaman dari ketiga jenis hijauan yang akan diterapkan dalam penelitian.

(31)

Alat

Peralatan yang digunakan meliputi: blender untuk menghaluskan media pembuatan mikroorganiasme lokal, cangkul digunakan untuk membersihkan dan membalikkan lapisan topsoil tanah, gembor untuk menyiran tanaman apabila terjadi kekeringan, parang, gunting dan arit untuk memotong rumput, meteran sebagai alat untuk mengukur tinggi tanaman, kertas dan karung sebagai alas tempat hijaun saat pemotongan, timbangan sebagai alat penimbang bahan segar dan bahan kering dan oven sebagai alat pengeringan bahan segar hijuan sehingga diperoleh bahan kering.

Metode Penelitian Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial faktor pertama dosis pupuk cair urin kambing terfermentasi (P) terdiri dari:

P0

Faktor kedua jenis rumput hijuan (R) yang terdiri dari: R1

R

= rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach

2

R

= rumput Setaria spachelata

(32)

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali, sistem aplikasi pemupukan disiramkan pada pangkal batang. Ketiga varietas rumput objek yang diteliti dengan masing – masing dosis yang diterapkan, pemupukan pertama dilakuakan 10 hari susudah masa tanam, sedangkan yang ke dua 10 hari sesudah pemotongan pertama dan begitu juga yang ketiga. Hasil pengamatan dari setiap data yang diperoleh dianalisis secara statistik. Metode matematika Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + βi + Rk + Pj + (R.P) Jk + Ɛijk

Dimana :

Yijk : pengaruh pupuk cair hasil pengamatan dari perlakuan ulangan ke i, pada taraf ke j dan rumput pada ke k.

µ : Nilai tengah umum

βi

Rk : Jenis Rumput (R) pada taraf ke-j : Efek block ke i

Pj : pengaruh dosis (P) pada taraf ke-k

(P.R)jk : Jumalah Dosis (P) pada taraf ke-j dan Rumput (R) pada taraf ke-k

Ɛijk : Efek pengaruh dari galat percobaan dari perlakuan ulangan ke i, dosis (P) pada taraf ke - j dan jenis rumput (R) pada taraf ke - k. Persiapan Bibit dan Pupuk Cair Fermentasi

(33)

1. Pembuatan POC Fermentasi mikroorganisme lokal buah yaitu (pepaya, nenas dan pisang) sebayak 10 Kg. ditambahkan 2 kg. Gula merah dicairkan dan 10 liter air buah kelapa 4 buah ragi tempe. Dengan cara pembuatan sebagai berikut buah-buahan dihaluskan, dimasukkan ke dalam tong plastik, campurkan dengan air buah kelapa, masukkan gula merah yang telah dicairkan dan ragi tape, ditutup dengan rapat beri lubang udara dengan cara memasukkan selang plastik yang dihubungkan dengan botol yang sudah terisi air dan di biarkan selama 10 – 15 hari.

2. Perbandingan mikroorganisme lokal dengan urin kambing 1: 10 difermentasi dimasukkan kantong plastik sebayak 10 liter, ditambahkan mikroorganisme lokal buah (pepaya, nenas dan pisang) 1 liter diaduk secara arah jam guna mendapatkan kondisi homogen dan ditutup rapat agar mendapatkan kondisi anaerob didiamkan selama 14 hari, setelah 14 hari pupuk cair dapat digunakan.

Persiapan Lahan

(34)

Penanaman

Penanaman dilakukan pada rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach, dengan menggunakan stek dimana satu buku berada didalam tanah sedangkan dua buku berada di atas permukaan tanah sedangkan rumput Setaria Spachelata dan rumput Brachiaria brizantha. Penanaman dengan menggunakan sobekan per rumpun sehingga terdapat 16 tanaman per plot dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm, dan ketiga jenis bibit hijauan yang ditanam.

Pemupukan

pemupukan pertama dilakukan 10 hari sesudah masa tanam, sedangkan yang kedua 10 hari sesudah pemotongan pertama dan begitu juga dengan yang ketiga. Pemupukan dilakukan diwaktu pagi hari mulai pukul 07.00 hingga selesai dengan cara menyiramkan pada sekeliling pangkal batang tanaman percobaan, pengaplikasian pupuk organik cair urin kambing fermentasi mikroorganisme dengan perbandingan dengan air 1:5 artinya 1 liter pupuk cair urin kambing fermentasi mikroorganisme, 5 liter air bersih dengan dosis konsentrasi pemberian P0 tanpa pemberian pemupukan, P1 (10 liter/plot/ha),P2 (15 liter/plot/ha) dan P3

(20 liter/plot/ ha).

Pemeliharaan

(35)

Pemotongan

Pada saat setelah penanaman dilakukan penyeragaman tanaman dilakukan tiga kali pada umur 30 hari kedua pada umur 70 hari dan ketiga pada umur 110 hari sebelum pemanenan. Selanjutnya pengambilan data pengamatan dilakukan tiga (3) kali pemotongan pertama, kedua dan ketiga. Pemotongan dilakukan pada umur 40 hari, 80 hari dan 120 hari

Peubah Amatan

Pengamatan pengambilan data dilakukan empat (4) tanaman per plot/sampel, yang diamati sebagai berikut jumlah anakan, tinggi tanaman, produksi berat basah berat kering dan kandungan bobot kering tajuk dengan tiga kali masa pemotongan, pada pemotongan pertama pada umur 40 hari setelah masa tanam pemotongan kedua pada umur 60 hari dari bekas pemotongan pertama dan ketiga pada umur 120 hari dari bekas pemotongan ke dua setelah masa tanam. Sedangkan kandungan bobot kering tajuk diperoleh dari pemotongan ketiga pada akhir penelitian di analisis kandungan fosfor dan kalsium pada masing-masing dari ke 36 sampel.

Jumlah Anakan

(36)

mempunyai daun artinya daun telah membuka dengan sempurna. Jumlah anakan dihitung pada pagi hari sebelum pemotongan pertama dijadikan sampel, dan begitu juga pada ulangan kedua dan ketiga.

Tinggi Tanaman

Pengambilan data tinggi tanaman dilakukan tiga (3) kali pengambilan data pertama dilakukan pada umur 40, 80 dan 120 hari yang diamati empat (4) tanaman per plot/sampel, dari ke 36 sampel. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi dengan cara menegakkan seluruh daun keatas sampai tegak lurus, kemudian dilakukan pengukuran secara vertikal pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah sebelum pemotongan pertama, pengukuran kedua selanjutnya dari bekas pemotongan pertama, dan begitu juga dengan pengukuran ketiga.

Produksi Berat Segar

Pengambilan data berat segar dilakukan tiga (3) kali pengambilan data pertama dilakukan pada umur 40, 80 dan 120 hari dilakukan pemanenan dengan jarak pemotongan 15 cm dari permukaan tanah. Kemudian rumput di timbang per rumpun dalam setiap petak perlakuan sebagai nilai produksi bahan segar (kg) tanaman per plot/dari ke 36 sampel.

Produksi Berat Kering

(37)

masing-masing berat kering rumput tersebut. Untuk menentukan persentase bahan kering dapat di gunakan rumus.

BK = Berat setelah pengeringan Berat segar

x 100 %

Kandungan Fosfor dan Kalium Tajuk

Referensi

Dokumen terkait

ayam, yang merupakan bahan baku yang sangat tepat digunakan sebagai bahan.. baku pengganti

Hasil uji statistik perbedaan rerata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi menunjukan terdapat perbedaan rerata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi

Terwujudnya aplikasi media pembelajaran seni kaligrafi yang mempunyai keunggulan dalam animasi yaitu dapat menampilkan cara pembuatan huruf-huruf dalam khat

Adanya produk semacam ini dapat membantu konsumen dalam menemukan alternatif cemilan sehat dalam produk baru yaitu mayonaise dan diselingi dengan

laki sebanyak 6 orang. Lama menjalani hemodialisis dari rentang 4 bulan sampai 10 tahun dan mayoritas lebih dari 1 tahun. Mayoritas partisipan beragama islam dan bersuku

Yohanes Paulus II dan Benedictus XVI masih berkisar pada Vatikan II, sedangkan Fransiskus meski masih sumir untuk diduga arah sikapnya, namun dari sejumlah pernyataanya secara

Data yang dibutuhkan dalam metode ini adalah alternatif keputusan, kriteria penilaian dan bobot keputusan yang mempengaruhi dalam pendukung keputusan untuk

KEMENKES PRODUSEN OBAT &amp; EKSPEDISI LKPP LELANG HARGA OBAT KONTRAK PAYUNG SK KEMENKES PENETAPAN HARGA OBAT DINAS/RS/ PUSKESMAS E- PURCHASING RENCANA KEBUTUHA N