• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perpustakaan Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Mahasiswa Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Senior Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Perpustakaan Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Mahasiswa Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Senior Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah organ pusat dari suatu perguruan

tinggi. Sebagai suatu sumberdaya perpustakaan memperoleh tempat utama sentral

universitas yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Untuk

menjalankan fungsi tersebut, perpustakaan menyediakan pelayanan yang bersifat

fundamental dan mutlak. Pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi

keseluruhan program perguruan tinggi.

Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 4), “Perpustakaan perguruan tinggi

adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan

tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas,

perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi”.

Perpustakaan sangat penting pada setiap institusi pendidikan tinggi,

sehingga semestinya setiap lembaga tersebut memiliki perpustakaan yang lengkap

dan berfungsi dengan baik, serta dimanfaatkan secara maksimal. Noerhayati

(1987, 1), menyatakan bahwa:

Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan melaksanakan Tri Dharma nya.

Keberadaan, tugas, dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi tersebut

adalah dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, meliputi

(2)

Sedangkan dalam Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Perguruan Tinggi

(SNP 010, 2011), “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah Perpustakaan yang

bertujuan memenuhi kebutuhan informasi pengajar dan mahasiswa di perguruan

tinggi dan perpustakaan perguruan tinggi dapat juga terbuka untuk publik”.

Perpustakaan merupakan tempat berbagai sumber informasi. Dilihat dari

pennyelenggaraannya perpustakaan perguruan tinggi dilakukan oleh lembaga

pendidikan tinggi yang bersangkutan. Pemustaka dari perpustakaan perguruan

tinggi terdiri atas para staf pengajar (dosen), mahasiswa, peneliti, dan mereka

yang terlibat di dalam kegiatan akademik (sivitas akademika).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Perpustakaan

Perguruan Tinggi adalah Perpustakaan yang berada di lingkungan lembaga

perguruan tinggi yang memiliki tujuan dalam memenuhi kebutuhan informasi

sivitas akademika serta membantu perguruan tinggi menjalankan Tri Dharma

Perguruan Tinggi.

2.1.1 Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi sangat berperan penting dalam

penyelenggaraan pendidikan karena dengan adanya perpustakaan yang dikelola

dengan baik, perpustakaan tersebut dapat menyumbang sumber informasi yang

lengkap bagi pemustakanya. Perkembangan pendidikan yang semakin maju

membuat peran perpustakaan perguruan tinggi harus dapat memenuhi kebutuhan

(3)

Menurut Saleh (2011, 12), “Peran perpustakaan adalah sebagai

penghubung (liason) antara pakar teknologi tepat guna dengan masyarakat

pemustaka yang membutuhkan bimbingan teknis”.

Perpustakaan merupakan salah satu sarana dalam mendukung proses

pembelajaran di perguruan tinggi. Perpustakaan berperan aktif memenuhi

kebutuhan informasi mahasiswa dalam menjalankan proses pembelajaran.

Menurut Nagata, Toda dan Kytömäki (2004, 2), “Perpustakaan

dimanfaatkan salah satu unsur pendukung bagi mahasiswa dalam mencapai output

akademis yang mereka inginkan”.

Sedangkan menurut Brophy (2000, 47), “Dimana perpustakaan saat ini

tidak hanya berperan dalam menyimpan dan mendistribusikan informasi secara

fisik, namun juga berperan dalam penyediaan akses terhadap sumber informasi

yang ada di perpustakaan”.

Sifat dari perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan akses

informasi secara bebas bagi sivitas akademika. Perpustakaan perguruan tinggi

pada masa ini telah dilengkapi dengan bahan-bahan koleksi audiovisual, koleksi

khusus, pelayanan informasi dan referensi, serta pelayanan penelusuran informasi

melalui indeks dan abstrak, bahkan menggunakan sistem online dalam

pelayanannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa perpustakaan sebagai

penyedia akses terhadap sumber informasi yang ada di perpustakaan dan

(4)

2.1.2 Peran Perpustakaan dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi

Perpustakaan mempunyai tugas menghimpun, mengolah, dan

menyebarluaskan informasi untuk kepentingan masyarakat luas. Informasi

tersebut harus berfungsi edukatif, informatif, rekreatif, bahkan dapat digunakan

untuk kepentingan penelitian. Perpustakaan juga mempunyai peran untuk

meningkatkan pengetahuan akan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perpustakaan perguruan tinggi dibentuk atas dasar untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan akan informasi yang sesuai dengan kepentingan sivitas

akademika.

Menurut Siregar (1998), “Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi,

perpustakaan secara tradisional berfungsi menyediakan berbagai sumber informasi

untuk memenuhi kebutuhan pemustakanya.”

Perpustakaan perguruan tinggi berupaya menyediakan informasi dan

sumber-sumber informasi guna dimanfaatkan seluas mungkin oleh seluruh sivitas

akademika yang membutuhkannya. Sumber-sumber informasi tersebut harus

tersedia di tempat yang sangat memerlukannya, seperti lembaga-lembaga

pendidikan, penelitian, pusat-pusat informasi, dan perpustakaan.

Yusuf (2009, 346), menyatakan bahwa “Perpustakaan merupakan salah

satu contoh bentuk lembaga pelayanan karena fungsi dan tujuannya adalah untuk

melayani kebutuhan informasi bagi masyarakat secara luas”.

Agar memenuhi tujuannya untuk melayani kebutuhan informasi bagi

(5)

sumber-sumber informasi yang multi-tujuan, memadai dan bervariasi dalam hal koleksi

bahan pustaka, baik dalam isi, format, maupun ukurannya.

Perpustakaan yang sebagai pusat sumber informasi, dapat dikelompokkan

ke dalam beberapa jenis berdasarkan pemustakanya antara lain untuk melayani

kebutuhan informasi masyarakat, kebutuhan informasi peneliti, dan kebutuhan

informasi di perguruan tinggi. Siregar (1998), menyatakan bahwa:

Perpustakaan universitas biasanya membedakan pemustaka berdasarkan tingkat kebutuhan informasinya, yaitu: mahasiswa undergraduate (S0 dan S1), postgraduate (S2 dan S3), dan dosen. Kebutuhan kelompok pertama terutama adalah untuk mendukung kurikulum yang sebagian besar sumber informasinya berbentuk buku teks. Kelompok kedua dan ketiga, karena tugasnya antara lain harus melakukan penelitian, kebutuhan informasinya sifatnya lebih spesifik, mendalam, dan mutakhir. Kelompok ini kebutuhannya terutama adalah artikel jurnal, disamping bahan-bahan lainnya seperti monografi riset, proceedings, disertasi, dan informasi tentang penelitian yang telah, sedang dan akan dilakukan.

Untuk menjalankan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan informasi

pemustaka, perpustakaan melakukan kegiatan antara lain mengindentifikasi,

memilih, mengadakan, mengatalog, dan memproses sumber-sumber informasi

sehingga tersedia dan dapat ditemu-balik dan digunakan secara efisien. Dalam hal

ini pustakawan sangat diperlukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Sedangkan Sutarno (2006, 12), menyatakan bahwa:

Pustakawan adalah orang yang bergerak, berkarya dibidang perpustakaan, ahli perpustakaan. Dalam pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pustakawan adalah orang yang bekerja, memiliki kemampuan, pengalaman, dan keahlian untuk mengelola dan menyelenggarakan pekerjaan perpustakaan.

Pustakawan harus bekerja secara profesional dalam melayani pemustaka

perpustakaan. Peran pustakawan semakin bergeser dari melayani secara pasif

(6)

berkembang di perpustakaan. Dengan kata lain, pustakawan adalah

konsultan-konsultan informasi, tugasnya adalah untuk membantu pemustaka dalam hal

pencarian informasi spesifik yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka

perpustakaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan sebagai

lembaga yang menyediakan dan memberikan pelayanan berbagai sumber

informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi berdasarkan pemustakanya yaitu

antara lain kebutuhan informasi masyarakat, kebutuhan informasi peneliti, dan

kebutuhan informasi perguruan tinggi.

2.2 Kebutuhan Informasi

Informasi menjadi media komunikasi ide, bahan sumber penelitian, dan

pengembangan bidang-bidang yang memberikan kemudahan bagi manusia. Maka

dengan itu, muncul adanya kebutuhan akan informasi yang efektif untuk

memenuhi kebutuhan mereka.

Seiring dengan perkembangan informasi yang semakin luas maka

informasi sudah menjadi kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari diri

seseorang. Dengan informasi seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu.

2.2.1 Informasi

Informasi memang menjadi kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap orang

dalam skala yang sangat luas. Tujuan utama pemerolehan informasi adalah untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik dan konsisten dari aspek-aspek kegiatannya

(7)

Menurut Estabrook (1997) yang dikutip oleh Yusuf (2009, 11),

“Informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau bisa juga berupa

putusan yang dibuat seseorang”.

Dalam hal ini informasi lahir dari suatu peristiwa. Informasi yang hanya

diceritakan secara lisan tidak dikembangkan di dunia ilmu informasi,

kepustakaan, dan perpustakaan. Sedangkan informasi yang terekam dapat diolah

oleh lembaga-lembaga pengelolaan informasi, termasuk perpustakaan,

dokumentasi, dan arsip.

Sebelum menjadi sebuah informasi, data yang telah di pilih kemudian

diolah melalui suatu model untuk menghasilkan informasi. Model yang digunakan

untuk mengolah data tersebut disebut model pengolahan data atau dikenal dengan

siklus pengolahan data (siklus informasi). Menurut Jhon Feather (2003, 244),

“informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih

berarti dan bermanfaat bagi pengunanya. Data menggambarkan kenyataan suatu

kejadian dan kesatuan yang nyata”. (Tawaf 2012, 50).

Informasi harus bermakna bagi seseorang, meskipun tidak nyata adanya,

namun masih berguna bagi orang-orang tertentu yang membutuhkannya.

Sedangkan Yusuf (1995, 1) menyatakan bahwa:

Informasi bermakna segala jenis data, fakta, ataupun keterangan yang banyak berhubungan dengan tugas-tugas akademik pelajar yang bersangkutan sebagai orang yang sedang melakukan proses kehidupannya, bersekolah (belajar).

Perpustakaan perguruan tinggi umumnya lebih banyak dikunjungi oleh

mahasiswa, baik dari perguruan tinggi yang bersangkutan maupun dari perguruan

(8)

sebagai bahan pendukung tugas-tugasnya. Tugas-tugas akademik ini berdasarkan

kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan, yang juga mengacu kepada Tri

Dharma perguruan tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa informasi adalah data

atau peristiwa yang diperoleh dan diolah menjadi bentuk yang berarti dan

berguna bagi pemustakanya sebagai penunjang kegiatan, dan untuk memenuhi

kebutuhan informasinya.

2.2.2 Sumber-Sumber Informasi

Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan secara tradisional berfungsi

menyediakan berbagai sumber-sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan

pemustakanya. Sumber-sumber informasi dari berbagai jenis dan bentuknya itu

tersebar dan dikelola oleh perpustakaan sehingga tersedia dan dapat ditemu-balik

serta dapat digunakan secara efisien. Sumber-sumber informasi menurut Satriana

(2010, 17), ada tiga sumber informasi yaitu:

a. Sumber pertama (Primary Sources)

Memuat informasi yang berupa karangan asli yang ditulis secara lengkap. Kepustakaan ini biasanya berupa hasil penelitian orisinil, yaitu penelitian tentang teori baru maupun aplikasinya, atau penjelasan suatu ide atau gagasan dalam disiplin ilmu tertentu.

b. Sumber Kedua (Second Sources)

Merupakan sumber rujukan yang menunjukkan keberadaan kepustakaan primer yang berisi informasi yang disajikan secara singkat yaitu: 1. Bibliografi, 2. Majalah indeks, 3. Majalah sari karangan, seperti majalah indeks. 4. Review, 5. Risalah (treates), 6. Ensiklopedi, 7. Kamus, 8. Buku panduan/handbook.

c. Sumber Ketiga (Tertiary Sources)

Meliputi: 1. Buku ajar (buku teks), 2. Direktori, 3. Panduan literatur.

1. Print Resources (sumber-sumber tercetak) a. Buku/Monograf

(9)

3) Buku Referensi

Berikut ini jenis-jenis koleksi perpustakaan yang termasuk bahan referensi (rujukan):

1. Kamus 2. Ensiklopedi

3. Buku Tahunan (yearbook) 4. Buku Panduan (handbook) 5. Direktori

6. Almanak

7. Buku Tahunan berisi statistika dan informasi lain kadang-kadang terbatas pada sebuah bidang saja.

8. Bibliografi 9. Indeks 10.Abstrak 11.Atlas

12.Dokumen Pemerintah 13.Laporan Hasil Penelitian b. Serial

c. Grey Literature

2. Non Print Resource (Sumber-sumber Non-Tercetak)

a. Microform

b. CD-ROM

c. Online Katalog (OPAC)

d. Electronic Publishing e. Online Information Services

Sedangkan menurut Sanjaya (2012, 447), perpustakaan disebut berfungsi

sebagai pusat sumber informasi karena memenuhi ciri-ciri:

(1) Tempat dihimpunnya berbagai jenis sumber informasi; (2) tempat diolahnya berbagai macam sumber informasi; (3) tempat penyebaran informasi kepada masyarakat; (4) perpustakaan sebagai tempat lahirnya informasi, misalnya informasi tentang pengembangan perpustakaan; (5) tempat pemeliharaan dan pelestarian segala jenis informasi; dan (6) perpustakaan sebagai tempat pewarisan budaya bangsa.

Perpustakaan bertugas menyebarluaskan segala macam informasi dan

sumber-sumber informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas tanpa

(10)

Yusuf (1995, 14), menyatakan bahwa:

Memfokuskan sumber informasi yaitu hanya kepada segala macam informasi yang secara khusus bisa diawasi, dikendalikan, diolah dan dikelola untuk kepentingan umat manusia, yakni informasi terekam yang bisa diperoleh di perpustakaan-perpustakaan dan segala jenisnya, baik informasi yang bersifat ilmiah (bisa dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan) maupun informasi yang bersifat nonilmiah seperti informasi tentang keluarga, berita kematian dan iklan komersial.

Segala informasi dan sumber-sumber informasi yang dimiliki

perpustakaan secara terus-menerus bertambah jumlah koleksinya sejalan dengan

perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, haruslah

dimanfaatkan secara lebih optimal oleh masyarakat yang membutuhkannya

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sumber-sumber

informasi adalah segala bentuk informasi yang diolah dan dikelola oleh

perpustakaan untuk dimanfaatkan pemustaka dalam memenuhi kebutuhan

informasinya.

2.2.3 Kebutuhan Informasi

Informasi menjadi kebutuhan pokok bagi pemustaka tertentu, sehingga

jika kebutuhan informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi

pemustaka. Informasi dibutuhkan pemustaka bertujuan untuk menambah

pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan yang pada akhirnya dapat merubah

sikap dan perilakunya.

Kebutuhan informasi bagi setiap pemustaka berbeda-beda antara

pemustaka yang satu dengan lainnya. Kebutuhan informasi bagi pemustaka dapat

(11)

Menurut Krikelas (1983, 5), definisi dari kebutuhan informasi adalah :

Kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Dalam kehidupan yang sempurna, kebutuhan informasi (information

needs) sama dengan keinginan informasi (information wants), namun

umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan, biaya, faktor fisik dan faktor individu lainnya, yang menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi (information demands).

Tawaf (2012, 51), menyatakan bahwa “Kebutuhan informasi timbul

ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan,

sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi”.

Menurut Devadson (1996, 3), menjelaskan pendapat Crowford tentang

kebutuhan informasi seseorang bergantung kepada 10 (sepuluh) hal yang

berkenaan dengan individu selengkapnya Devadson menjelaskan sebagai berikut :

1. Work activity (aktivitas pekerja)

2. Discipline/ Field / Area of interest (Disiplin/lapangan/area ketertarikan)

3. Availability of facilities (Ketersediaan fasilitas)

4. Hierarchical position of individuals (Posisi hirarki seorang individu) 5. Motivation factors for information needs (faktor motivasi terhadap

kebutuhan informasi)

6. Need to take a decision (kebutuhan untuk membuat keputusan)

7. Need to seek new ideas (kebutuhan dalam mencari ide baru)

8. Need to validate the correct ones (kebutuhan untuk mempalidasikan agar sesuatu menjadi benar)

9. Need to make professional contributions (kebutuhan untuk membuat

kontribusi yang professional)

10. Need to establish priority for discovery etc (kebutuhan untuk

(12)

Menurut Eastabrook (1977) yang dikutip oleh Yusuf (2009, 356) “Dalam

langkah pengambilan keputusan, kehadiran informasi dapat menciptakan

pilihan-pilihan dan dapat menetapkan langkah pengambilan suatu keputusan yang

berarti”.

Dengan menggunakan informasi yang sesuai untuk mengambil sebuah

keputusan, dengan hal ini akan diharapkan yang paling bermanfaat dan paling

baik yang pada akhirnya akan dipilih. Informasi untuk pengambilan keputusan

juga dibatasi oleh waktu. Informasi yang datang terlambat kepada pencari

informasi menyebabkan kurang berguna dan tentu tidak dibutuhkan lagi.

Sedangkan menurut Belkin (1978, 55) “Kebutuhan informasi terjadi ketika

seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang

situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi

adalah permintaan terhadap informasi atau situasi dimana seseorang

membutuhkan informasi untuk memenuhi pengetahuannya tentang topik tertentu.

2.2.4 Jenis-jenis Kebutuhan Informasi

Dalam kaitannya dengan lingkungan yang mendorong timbulnya

kebutuhan, khususnya yang berkaitan dengan seseorang yang dihadapkan pada

berbagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi), maka Jenis

kebutuhan informasi menurut Haas yang di kutip oleh Yusuf (1995, 3), terdapat

tiga jenis kebutuhan yaitu:

(a) Kebutuhan kognitif;

(13)

seseorang untuh memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keinginantahuan dan penyelidikan seseorang.

(b) Kebutuhan afektif;

kebutuhan afektif, dikaitkan dengan penguatan mengenai keindahan, menyangkut apresiasi keindahan, mempunyai nilai keindahan (estetis), hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman menyentuh perasaan (emosional). Contoh membaca buku-buku bacaan ringan dengan tujuan untuk mencari hiburan.

(c) Kebutuhan integrasi personal (Personal Integrative Needs)

Kebutuhan integrasi personal, dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

(d) Kebutuhan integrasi sosial (Social Integrative Needs)

Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini di dasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. (e) Kebutuhan berkhayal (Escapist Needs);

Kebutuhan berkhayal, Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion). Kebutuhan informasi berkhayal dapat disimpulkan sebagai kebutuhan informasi pemustaka sebagai tempat melarikan diri dari ketegangan atau hiburan yang berupa bahan cetak seperti novel, komik, dan noncetak seperti audiovisual atau film yang merupakan hiburan tersendiri.

Menurut Prawati (2003, 27), Kebutuhan informasi dapat dilakukan

dengan:

a) current approach, yaitu memperhatikan kebutuhan pemustaka akan

informasi mutakhir, b) everyday approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi yang diperlukan sehari-hari, c) exhaustive approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi secara menyeluruh, dan d) catchingup approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi yang cepat dan singkat.

Menurut Krikelas yang dikutip oleh Tawaf (2012, 52), Seseorang individu

membutuhkan informasi karena tiga macam kebutuhan, yaitu :

1. Kebutuhan untuk menyelesaikan suatu penelitian ilmiah yang sedang dilakukan.

(14)

3. Kebutuhan informasi yang relevan dengan suatu subyek tertentu yang menjadi perhatian seseorang.

Sedangkan menurut Diao yang di kutip oleh Prahatmaja (2006, 5),

membagi kebutuhan informasi manusia menjadi 3 macam kebutuhan informasi,

yaitu:

1. Kebutuhan informasi yang obyektif, yaitu kebutuhan yang seharusnya ada kalau seseorang mau mencapai tujuannya dengan sukses. Kebutuhan informasi obyektif ini menentukan ruang lingkup informasi potensial obyektif.

2. Kebutuhan informasi subyektif, yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang sebagai persyaratan untuk suksesnya pencapaian tujuan. Kebutuhan jenis ini menentukan ruang lingkup informasi potensial subyektif. Namum yang sering menjadi permasalahan adalah kebutuhan informasi yang disadari pun kerap kali tidak selalu mudah untuk merumuskannya.

3. Kebutuhan informasi yang terpenuhi. Yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang dan terpenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis kebutuhan

informasi adalah kebutuhan informasi atas dasar keperluan atau kebutuhan

pemustaka untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi

Menurut Sulistyo-Basuki (2004, 396), kebutuhan informasi ditentukan

oleh:

1. Kisaran informasi yang tersedia;

2. Pemustakaan informasi yang akan digunakan;

3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masing-masing pemakai;

4. Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada; dan 5. Konsekuensi pemustakaan informasi.

Devadson yang dikutip oleh Tawaf (2012, 55) juga menyatakan bahwa:

(15)

motivasi, kepentingan profesional, dan karakteristik lain yang dimiliki pemakai, d) sosial, politik, ekonomi, hukum dan sistem yang berkaitan dengan pemakai, dan e) konsekuensi dari pemustakaan informasi.

Sementara itu, Pannen (1990), menyatakan bahwa faktor yang paling umum

mempengaruhi kebutuhan informasi adalah “pekerjaan, termasuk kegiatan profesi,

disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan”.

Hal senada juga dinyatakan Wilson (1981), bahwa “kebutuhan informasi

berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi, kesenjangan atau ketidak berdayaan

seseorang dalam mendapatkan sumber informasi”.

Wilson (1981), juga menguraikan faktor yang secara bertingkat

mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti pada gambar.

Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Sumber: Wilson, 1981.

Pada gambar di atas tersebut tiga faktor utama yang mempengaruhi

kebutuhan informasi, yaitu:

(16)

(affective needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung menghubungkan kebutuhan informasi. 2. Peran sosial (social rate) Peran sosial meliputi peran kerja (work rule)

dan tingkat kinerja (performance level), akan menghubungkan faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.

3. Lingkungan (environment)

Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial budaya (social-culture environment), lingkungan politik ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) menghubungkan faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi hubungan bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi (Di kutip oleh Ishak, 2006).

Sedangkan menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006, 93)

menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi

pemakai, yaitu :

a. Jenis pekerjaan.

b. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian sacara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega, dan atasan.

c. Waktu.

d. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)

e. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk informasi.

Dari teori diatas dapat di artikan sebagai:

Nicholas (2000, 108), Faktor-faktor kebutuhan informasi adalah:

1. Jenis Tugas

Seseorang sering menemukan diri mereka membutuhkan informasi untuk mengatasi berbagai pekerjaan. Meskipun sumber informasi yang bervariasi untuk pekerjaan yang berbeda-beda.

2. Personalitas

Kepribadian adalah karakteristik yang menunjukkan diri secara konsisten dalam perilaku idividu dalam berbagai situasi dan konteks, perbedaan kepribadian dapat menyebabkan perbedaan gaya dalam pencarian informasi. Ciri-ciri kepribadian berperan dalam membentuk perilaku informasi.

3. Waktu

(17)

daripada lamanya waktu yang diberikan untuk mencapai usaha tersebut, termasuk pencarian informasi yang dibutuhkan. Hal itu tergantung pada tenggat waktu yang telah diberikan.

4. Akses

Penelusuran informasi dapat dilakukan secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (diluar oeganisasi).

5. Sumber Teknologi yang digunakan

Sumber teknologi mampu mengatasi semua hambatan teknis dalam mengakses informasi. Namun, teknologi tidak akan pernah mengatasi psikososial seseorang. Teknologi dianggap lebih prioritas dibandingkan dengan fasilitas konvensial yang sudah ada. Hal itu diamnfaatkan untuk meningkatkan akses terhadap informasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat di ketahui bahwa faktor-fakor yang

mempengaruhi kebutuhan informasi seseorang antara lain jenis tugas, Personalitas

(kepribadian), waktu, Akses informasi, dan sumber daya teknologi yang

digunakan untuk mengakses informasi.

2.3 Kebutuhan Informasi Kesehatan

2.3.1 Informasi Kesehatan

Informasi kesehatan dalam Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2014

tentang sistem informasi kesehatan adalah “data kesehatan yang telah diolah atau

diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk

meningkatkan pengetahuan dalam mendukung pembangunan kesehatan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa informasi kesehatan

adalah data kesehatan diolah menjadi bentuk yang berbeda dan bertujuan dalam

meningkatkan pengetahuan dan pembangunan kesehatan.

2.3.2 Sumber-Sumber Informasi Kesehatan

Untuk memenuhi kebutuhan informasi diperlukan sumber-sumber

(18)

bersumber dari manusia maupun media. Alat bantu media membantu dalam

melakukan penyuluhan agar sumber kesehatan dapat disampaikan dengan baik

dan jelas.

Menurut Domalango (2013), Sumber-sumber informasi kesehatan antara

lain:

1. Website Ilmiah

a. Daftar website gratis (tidak berbayar) tentang jurnal kesehatan, artikel-artikel, dan buku elektronik online.

b. Daftar website interaktif untuk tampilan 3D dan 2D peta anatomi tubuh manusia.

c. Peta online 3D anatomi tubuh manusia

d. Publisher Medline (PubMed)

2. Jurnal Ilmiah

a. Medical Journal of Indonesia (MJI) pada website http://www.mji.ac.id/

b. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) pada website http://ismki.org/

c. Jurnal Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia (BIMKES) pada website http://www.bimkes.org/

d. Majalah Kedokteran Indonesia (MKI) pada website http://www.mki.idionline.org/

e. Jurnal Kesehatan Andalas (AKA) pada website http://jurnal.fk.unand.ac.id/

f. Jurnal Pustaha Kesehatan pada website

http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK

g. Jurnal Kebidanan pada website

h. Jurnal NEJM pada website

i. AHA Journals pada website

j. BMJ Journals pada website

k. PubMed pada website

l. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS) pada website

m. Health Science Journals pada website

n. Universitas Indonesia Journals pada website

o. Free Medical Journals pada website

(19)

3. Buku

a. Penuntun Hidup Sehat.2010. Ed. 4. Diproduksi oleh UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP, UNAIDS, WFP, the World Bank dan Kementerian Kesehatan.

b. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional ke-48.2012.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

c. Buku Saku Posyandu : Ayo ke POSYANDU setiap bulan. 2012.Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

d. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. 2011. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

e. Buku Informasi Jaminan Persalinan (Jampersal). 2011.Jakarta:Suplemen.

4. Sumber informasi kesehatan juga dapat diperoleh melalui sistem registrasi penduduk, surveilens umum, laporan laboraturium, dan penyelidikan KLB.

Menurut Notoadmojo (2007), Sumber-sumber informasi kesehatan terdiri

atas:

1. Media cetak

Media cetak sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang sangat bervariasi antara lain booklet, leaflet, flayer, flif chart, rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, dan foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2. Media elektronik

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan terdiri dari beberapa jenis antara lain televisi, radio, video, slide, dan flim scrip.

3. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan antara lain dokter, bidan, perawat, tenaga kesehatan. 4. Non kesehatan (lingkungan)

Non kesehatan (lingkungan) antara lain keluarga, teman, tetangga, dan lain-lain.

Sedangkan sumber informasi kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 46

Tahun 2014 Pasal 15 tentang sistem informasi kesehatan adalah “Data dan

Informasi Kesehatan yang bersumber dari masyarakat yang diperoleh melalui

kegiatan sensus dan survei, penelitian, pelaporan, dan/atau cara lain dilaksanakan

(20)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sumber-sumber informasi

kesehatan adalah segala bentuk bahan tercetak maupun non-tercetak serta

informasi yang didapat dari aktivitas-aktivitas kesehatan untuk dijadikan sebagai

referensi untuk memenuhi kebutuhan informasi kesehatan.

Perpustakaan perguruan tinggi bertugas dalam melayani

kebutuhan-kebutuhan akan informasi bagi anggota masyarakat perguruan tinggi serta

masyarakat yang ada disekitar perguruan tinggi. Kebutuhan informasi bagi setiap

pemustaka berbeda-beda antara pemustaka yang satu dengan lainnya. Kebutuhan

informasi bagi pemustaka dapat diketahui dengan cara melakukan identifikasi

kebutuhan mereka.

Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1962, 99), menyatakan bahwa lebih

jauh menjelaskan karena adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah

sosial maka seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan bagaimana caranya

dapat memecahkan masalah tersebut (dikutip oleh Yusuf, 2009). Salah satu cara

untuk itu adalah mencari tambahan pengetahuan melalui membaca berbagai media

massa dan sumber-sumber informasi yang banyak disediakan oleh perpustakaan.

Karena kondisinya yang demikian maka perlu dilengkapi dengan sejumlah

informasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

Kebutuhan informasi berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi,

kesenjangan, atau ketidakberdayaan seseorang dalam mendapatkan sumber

informasi. Jadi, kebutuhan informasi merupakan keinginan dari seseorang untuk

mencari informasi ketika pengetahuan atau informasi yang ia miliki kurang dari

(21)

indikator faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu meliputi

aspek: (1) jenis tugas, (2) personalitas, (3) waktu, (4) Akses, (5) Sumber daya

Gambar

Gambar 2.1  Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Referensi

Dokumen terkait

6) Laporan yang telah ditandatangani oleh dosen pembimbing, komisi KL dan ketua jurusan diperbanyak 5 eksemplar ( untuk dosen pembimbing, jurusan, fakultas, lembaga tempat KL, dan

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI ANAK DAN KOSAKATA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Data analisis awal tanah Ultisol Desa Kampung Dalam Kecamatan Silangkitan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara... Contoh tanah Ultisol dimasukkan

[r]

Untuk mengatasi masalah tersebut bengkel mobil harus memiliki sistem komputerisasi yang efesien dan efektif yaitu dengan merancang sistem informasi yang khusus

Pengaruh zakat sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Jumlah Penduduk Miskin (studi Kasus:Kota Banda Aceh, Kota sabang,

Berdirinya Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara merupakan atas Jawatan Kebudayaan Sumatera Utara sebagai tempat penyimpanan benda– benda peninggalan sejarah dan purbakala di

9 Buku Petunjuk Museum Sumatera Utara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Sumatera Utara, 1984, Medan, hlm.2.