BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah organ pusat dari suatu perguruan
tinggi. Sebagai suatu sumberdaya perpustakaan memperoleh tempat utama sentral
universitas yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Untuk
menjalankan fungsi tersebut, perpustakaan menyediakan pelayanan yang bersifat
fundamental dan mutlak. Pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi
keseluruhan program perguruan tinggi.
Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 4), “Perpustakaan perguruan tinggi
adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan
tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas,
perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi”.
Perpustakaan sangat penting pada setiap institusi pendidikan tinggi,
sehingga semestinya setiap lembaga tersebut memiliki perpustakaan yang lengkap
dan berfungsi dengan baik, serta dimanfaatkan secara maksimal. Noerhayati
(1987, 1), menyatakan bahwa:
Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan melaksanakan Tri Dharma nya.
Keberadaan, tugas, dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi tersebut
adalah dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, meliputi
Sedangkan dalam Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Perguruan Tinggi
(SNP 010, 2011), “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah Perpustakaan yang
bertujuan memenuhi kebutuhan informasi pengajar dan mahasiswa di perguruan
tinggi dan perpustakaan perguruan tinggi dapat juga terbuka untuk publik”.
Perpustakaan merupakan tempat berbagai sumber informasi. Dilihat dari
pennyelenggaraannya perpustakaan perguruan tinggi dilakukan oleh lembaga
pendidikan tinggi yang bersangkutan. Pemustaka dari perpustakaan perguruan
tinggi terdiri atas para staf pengajar (dosen), mahasiswa, peneliti, dan mereka
yang terlibat di dalam kegiatan akademik (sivitas akademika).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Perpustakaan
Perguruan Tinggi adalah Perpustakaan yang berada di lingkungan lembaga
perguruan tinggi yang memiliki tujuan dalam memenuhi kebutuhan informasi
sivitas akademika serta membantu perguruan tinggi menjalankan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
2.1.1 Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi sangat berperan penting dalam
penyelenggaraan pendidikan karena dengan adanya perpustakaan yang dikelola
dengan baik, perpustakaan tersebut dapat menyumbang sumber informasi yang
lengkap bagi pemustakanya. Perkembangan pendidikan yang semakin maju
membuat peran perpustakaan perguruan tinggi harus dapat memenuhi kebutuhan
Menurut Saleh (2011, 12), “Peran perpustakaan adalah sebagai
penghubung (liason) antara pakar teknologi tepat guna dengan masyarakat
pemustaka yang membutuhkan bimbingan teknis”.
Perpustakaan merupakan salah satu sarana dalam mendukung proses
pembelajaran di perguruan tinggi. Perpustakaan berperan aktif memenuhi
kebutuhan informasi mahasiswa dalam menjalankan proses pembelajaran.
Menurut Nagata, Toda dan Kytömäki (2004, 2), “Perpustakaan
dimanfaatkan salah satu unsur pendukung bagi mahasiswa dalam mencapai output
akademis yang mereka inginkan”.
Sedangkan menurut Brophy (2000, 47), “Dimana perpustakaan saat ini
tidak hanya berperan dalam menyimpan dan mendistribusikan informasi secara
fisik, namun juga berperan dalam penyediaan akses terhadap sumber informasi
yang ada di perpustakaan”.
Sifat dari perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan akses
informasi secara bebas bagi sivitas akademika. Perpustakaan perguruan tinggi
pada masa ini telah dilengkapi dengan bahan-bahan koleksi audiovisual, koleksi
khusus, pelayanan informasi dan referensi, serta pelayanan penelusuran informasi
melalui indeks dan abstrak, bahkan menggunakan sistem online dalam
pelayanannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa perpustakaan sebagai
penyedia akses terhadap sumber informasi yang ada di perpustakaan dan
2.1.2 Peran Perpustakaan dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi
Perpustakaan mempunyai tugas menghimpun, mengolah, dan
menyebarluaskan informasi untuk kepentingan masyarakat luas. Informasi
tersebut harus berfungsi edukatif, informatif, rekreatif, bahkan dapat digunakan
untuk kepentingan penelitian. Perpustakaan juga mempunyai peran untuk
meningkatkan pengetahuan akan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perpustakaan perguruan tinggi dibentuk atas dasar untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan akan informasi yang sesuai dengan kepentingan sivitas
akademika.
Menurut Siregar (1998), “Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi,
perpustakaan secara tradisional berfungsi menyediakan berbagai sumber informasi
untuk memenuhi kebutuhan pemustakanya.”
Perpustakaan perguruan tinggi berupaya menyediakan informasi dan
sumber-sumber informasi guna dimanfaatkan seluas mungkin oleh seluruh sivitas
akademika yang membutuhkannya. Sumber-sumber informasi tersebut harus
tersedia di tempat yang sangat memerlukannya, seperti lembaga-lembaga
pendidikan, penelitian, pusat-pusat informasi, dan perpustakaan.
Yusuf (2009, 346), menyatakan bahwa “Perpustakaan merupakan salah
satu contoh bentuk lembaga pelayanan karena fungsi dan tujuannya adalah untuk
melayani kebutuhan informasi bagi masyarakat secara luas”.
Agar memenuhi tujuannya untuk melayani kebutuhan informasi bagi
sumber-sumber informasi yang multi-tujuan, memadai dan bervariasi dalam hal koleksi
bahan pustaka, baik dalam isi, format, maupun ukurannya.
Perpustakaan yang sebagai pusat sumber informasi, dapat dikelompokkan
ke dalam beberapa jenis berdasarkan pemustakanya antara lain untuk melayani
kebutuhan informasi masyarakat, kebutuhan informasi peneliti, dan kebutuhan
informasi di perguruan tinggi. Siregar (1998), menyatakan bahwa:
Perpustakaan universitas biasanya membedakan pemustaka berdasarkan tingkat kebutuhan informasinya, yaitu: mahasiswa undergraduate (S0 dan S1), postgraduate (S2 dan S3), dan dosen. Kebutuhan kelompok pertama terutama adalah untuk mendukung kurikulum yang sebagian besar sumber informasinya berbentuk buku teks. Kelompok kedua dan ketiga, karena tugasnya antara lain harus melakukan penelitian, kebutuhan informasinya sifatnya lebih spesifik, mendalam, dan mutakhir. Kelompok ini kebutuhannya terutama adalah artikel jurnal, disamping bahan-bahan lainnya seperti monografi riset, proceedings, disertasi, dan informasi tentang penelitian yang telah, sedang dan akan dilakukan.
Untuk menjalankan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan informasi
pemustaka, perpustakaan melakukan kegiatan antara lain mengindentifikasi,
memilih, mengadakan, mengatalog, dan memproses sumber-sumber informasi
sehingga tersedia dan dapat ditemu-balik dan digunakan secara efisien. Dalam hal
ini pustakawan sangat diperlukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Sedangkan Sutarno (2006, 12), menyatakan bahwa:
Pustakawan adalah orang yang bergerak, berkarya dibidang perpustakaan, ahli perpustakaan. Dalam pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pustakawan adalah orang yang bekerja, memiliki kemampuan, pengalaman, dan keahlian untuk mengelola dan menyelenggarakan pekerjaan perpustakaan.
Pustakawan harus bekerja secara profesional dalam melayani pemustaka
perpustakaan. Peran pustakawan semakin bergeser dari melayani secara pasif
berkembang di perpustakaan. Dengan kata lain, pustakawan adalah
konsultan-konsultan informasi, tugasnya adalah untuk membantu pemustaka dalam hal
pencarian informasi spesifik yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka
perpustakaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan sebagai
lembaga yang menyediakan dan memberikan pelayanan berbagai sumber
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi berdasarkan pemustakanya yaitu
antara lain kebutuhan informasi masyarakat, kebutuhan informasi peneliti, dan
kebutuhan informasi perguruan tinggi.
2.2 Kebutuhan Informasi
Informasi menjadi media komunikasi ide, bahan sumber penelitian, dan
pengembangan bidang-bidang yang memberikan kemudahan bagi manusia. Maka
dengan itu, muncul adanya kebutuhan akan informasi yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
Seiring dengan perkembangan informasi yang semakin luas maka
informasi sudah menjadi kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari diri
seseorang. Dengan informasi seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
2.2.1 Informasi
Informasi memang menjadi kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap orang
dalam skala yang sangat luas. Tujuan utama pemerolehan informasi adalah untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dan konsisten dari aspek-aspek kegiatannya
Menurut Estabrook (1997) yang dikutip oleh Yusuf (2009, 11),
“Informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati atau bisa juga berupa
putusan yang dibuat seseorang”.
Dalam hal ini informasi lahir dari suatu peristiwa. Informasi yang hanya
diceritakan secara lisan tidak dikembangkan di dunia ilmu informasi,
kepustakaan, dan perpustakaan. Sedangkan informasi yang terekam dapat diolah
oleh lembaga-lembaga pengelolaan informasi, termasuk perpustakaan,
dokumentasi, dan arsip.
Sebelum menjadi sebuah informasi, data yang telah di pilih kemudian
diolah melalui suatu model untuk menghasilkan informasi. Model yang digunakan
untuk mengolah data tersebut disebut model pengolahan data atau dikenal dengan
siklus pengolahan data (siklus informasi). Menurut Jhon Feather (2003, 244),
“informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih
berarti dan bermanfaat bagi pengunanya. Data menggambarkan kenyataan suatu
kejadian dan kesatuan yang nyata”. (Tawaf 2012, 50).
Informasi harus bermakna bagi seseorang, meskipun tidak nyata adanya,
namun masih berguna bagi orang-orang tertentu yang membutuhkannya.
Sedangkan Yusuf (1995, 1) menyatakan bahwa:
Informasi bermakna segala jenis data, fakta, ataupun keterangan yang banyak berhubungan dengan tugas-tugas akademik pelajar yang bersangkutan sebagai orang yang sedang melakukan proses kehidupannya, bersekolah (belajar).
Perpustakaan perguruan tinggi umumnya lebih banyak dikunjungi oleh
mahasiswa, baik dari perguruan tinggi yang bersangkutan maupun dari perguruan
sebagai bahan pendukung tugas-tugasnya. Tugas-tugas akademik ini berdasarkan
kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan, yang juga mengacu kepada Tri
Dharma perguruan tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa informasi adalah data
atau peristiwa yang diperoleh dan diolah menjadi bentuk yang berarti dan
berguna bagi pemustakanya sebagai penunjang kegiatan, dan untuk memenuhi
kebutuhan informasinya.
2.2.2 Sumber-Sumber Informasi
Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan secara tradisional berfungsi
menyediakan berbagai sumber-sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan
pemustakanya. Sumber-sumber informasi dari berbagai jenis dan bentuknya itu
tersebar dan dikelola oleh perpustakaan sehingga tersedia dan dapat ditemu-balik
serta dapat digunakan secara efisien. Sumber-sumber informasi menurut Satriana
(2010, 17), ada tiga sumber informasi yaitu:
a. Sumber pertama (Primary Sources)
Memuat informasi yang berupa karangan asli yang ditulis secara lengkap. Kepustakaan ini biasanya berupa hasil penelitian orisinil, yaitu penelitian tentang teori baru maupun aplikasinya, atau penjelasan suatu ide atau gagasan dalam disiplin ilmu tertentu.
b. Sumber Kedua (Second Sources)
Merupakan sumber rujukan yang menunjukkan keberadaan kepustakaan primer yang berisi informasi yang disajikan secara singkat yaitu: 1. Bibliografi, 2. Majalah indeks, 3. Majalah sari karangan, seperti majalah indeks. 4. Review, 5. Risalah (treates), 6. Ensiklopedi, 7. Kamus, 8. Buku panduan/handbook.
c. Sumber Ketiga (Tertiary Sources)
Meliputi: 1. Buku ajar (buku teks), 2. Direktori, 3. Panduan literatur.
1. Print Resources (sumber-sumber tercetak) a. Buku/Monograf
3) Buku Referensi
Berikut ini jenis-jenis koleksi perpustakaan yang termasuk bahan referensi (rujukan):
1. Kamus 2. Ensiklopedi
3. Buku Tahunan (yearbook) 4. Buku Panduan (handbook) 5. Direktori
6. Almanak
7. Buku Tahunan berisi statistika dan informasi lain kadang-kadang terbatas pada sebuah bidang saja.
8. Bibliografi 9. Indeks 10.Abstrak 11.Atlas
12.Dokumen Pemerintah 13.Laporan Hasil Penelitian b. Serial
c. Grey Literature
2. Non Print Resource (Sumber-sumber Non-Tercetak)
a. Microform
b. CD-ROM
c. Online Katalog (OPAC)
d. Electronic Publishing e. Online Information Services
Sedangkan menurut Sanjaya (2012, 447), perpustakaan disebut berfungsi
sebagai pusat sumber informasi karena memenuhi ciri-ciri:
(1) Tempat dihimpunnya berbagai jenis sumber informasi; (2) tempat diolahnya berbagai macam sumber informasi; (3) tempat penyebaran informasi kepada masyarakat; (4) perpustakaan sebagai tempat lahirnya informasi, misalnya informasi tentang pengembangan perpustakaan; (5) tempat pemeliharaan dan pelestarian segala jenis informasi; dan (6) perpustakaan sebagai tempat pewarisan budaya bangsa.
Perpustakaan bertugas menyebarluaskan segala macam informasi dan
sumber-sumber informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas tanpa
Yusuf (1995, 14), menyatakan bahwa:
Memfokuskan sumber informasi yaitu hanya kepada segala macam informasi yang secara khusus bisa diawasi, dikendalikan, diolah dan dikelola untuk kepentingan umat manusia, yakni informasi terekam yang bisa diperoleh di perpustakaan-perpustakaan dan segala jenisnya, baik informasi yang bersifat ilmiah (bisa dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan) maupun informasi yang bersifat nonilmiah seperti informasi tentang keluarga, berita kematian dan iklan komersial.
Segala informasi dan sumber-sumber informasi yang dimiliki
perpustakaan secara terus-menerus bertambah jumlah koleksinya sejalan dengan
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, haruslah
dimanfaatkan secara lebih optimal oleh masyarakat yang membutuhkannya
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sumber-sumber
informasi adalah segala bentuk informasi yang diolah dan dikelola oleh
perpustakaan untuk dimanfaatkan pemustaka dalam memenuhi kebutuhan
informasinya.
2.2.3 Kebutuhan Informasi
Informasi menjadi kebutuhan pokok bagi pemustaka tertentu, sehingga
jika kebutuhan informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi
pemustaka. Informasi dibutuhkan pemustaka bertujuan untuk menambah
pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan yang pada akhirnya dapat merubah
sikap dan perilakunya.
Kebutuhan informasi bagi setiap pemustaka berbeda-beda antara
pemustaka yang satu dengan lainnya. Kebutuhan informasi bagi pemustaka dapat
Menurut Krikelas (1983, 5), definisi dari kebutuhan informasi adalah :
Kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Dalam kehidupan yang sempurna, kebutuhan informasi (information
needs) sama dengan keinginan informasi (information wants), namun
umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan, biaya, faktor fisik dan faktor individu lainnya, yang menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi (information demands).
Tawaf (2012, 51), menyatakan bahwa “Kebutuhan informasi timbul
ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan,
sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi”.
Menurut Devadson (1996, 3), menjelaskan pendapat Crowford tentang
kebutuhan informasi seseorang bergantung kepada 10 (sepuluh) hal yang
berkenaan dengan individu selengkapnya Devadson menjelaskan sebagai berikut :
1. Work activity (aktivitas pekerja)
2. Discipline/ Field / Area of interest (Disiplin/lapangan/area ketertarikan)
3. Availability of facilities (Ketersediaan fasilitas)
4. Hierarchical position of individuals (Posisi hirarki seorang individu) 5. Motivation factors for information needs (faktor motivasi terhadap
kebutuhan informasi)
6. Need to take a decision (kebutuhan untuk membuat keputusan)
7. Need to seek new ideas (kebutuhan dalam mencari ide baru)
8. Need to validate the correct ones (kebutuhan untuk mempalidasikan agar sesuatu menjadi benar)
9. Need to make professional contributions (kebutuhan untuk membuat
kontribusi yang professional)
10. Need to establish priority for discovery etc (kebutuhan untuk
Menurut Eastabrook (1977) yang dikutip oleh Yusuf (2009, 356) “Dalam
langkah pengambilan keputusan, kehadiran informasi dapat menciptakan
pilihan-pilihan dan dapat menetapkan langkah pengambilan suatu keputusan yang
berarti”.
Dengan menggunakan informasi yang sesuai untuk mengambil sebuah
keputusan, dengan hal ini akan diharapkan yang paling bermanfaat dan paling
baik yang pada akhirnya akan dipilih. Informasi untuk pengambilan keputusan
juga dibatasi oleh waktu. Informasi yang datang terlambat kepada pencari
informasi menyebabkan kurang berguna dan tentu tidak dibutuhkan lagi.
Sedangkan menurut Belkin (1978, 55) “Kebutuhan informasi terjadi ketika
seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang
situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi
adalah permintaan terhadap informasi atau situasi dimana seseorang
membutuhkan informasi untuk memenuhi pengetahuannya tentang topik tertentu.
2.2.4 Jenis-jenis Kebutuhan Informasi
Dalam kaitannya dengan lingkungan yang mendorong timbulnya
kebutuhan, khususnya yang berkaitan dengan seseorang yang dihadapkan pada
berbagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi), maka Jenis
kebutuhan informasi menurut Haas yang di kutip oleh Yusuf (1995, 3), terdapat
tiga jenis kebutuhan yaitu:
(a) Kebutuhan kognitif;
seseorang untuh memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keinginantahuan dan penyelidikan seseorang.
(b) Kebutuhan afektif;
kebutuhan afektif, dikaitkan dengan penguatan mengenai keindahan, menyangkut apresiasi keindahan, mempunyai nilai keindahan (estetis), hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman menyentuh perasaan (emosional). Contoh membaca buku-buku bacaan ringan dengan tujuan untuk mencari hiburan.
(c) Kebutuhan integrasi personal (Personal Integrative Needs)
Kebutuhan integrasi personal, dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.
(d) Kebutuhan integrasi sosial (Social Integrative Needs)
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini di dasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. (e) Kebutuhan berkhayal (Escapist Needs);
Kebutuhan berkhayal, Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion). Kebutuhan informasi berkhayal dapat disimpulkan sebagai kebutuhan informasi pemustaka sebagai tempat melarikan diri dari ketegangan atau hiburan yang berupa bahan cetak seperti novel, komik, dan noncetak seperti audiovisual atau film yang merupakan hiburan tersendiri.
Menurut Prawati (2003, 27), Kebutuhan informasi dapat dilakukan
dengan:
a) current approach, yaitu memperhatikan kebutuhan pemustaka akan
informasi mutakhir, b) everyday approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi yang diperlukan sehari-hari, c) exhaustive approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi secara menyeluruh, dan d) catchingup approach, yaitu kebutuhan pemustaka akan informasi yang cepat dan singkat.
Menurut Krikelas yang dikutip oleh Tawaf (2012, 52), Seseorang individu
membutuhkan informasi karena tiga macam kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan untuk menyelesaikan suatu penelitian ilmiah yang sedang dilakukan.
3. Kebutuhan informasi yang relevan dengan suatu subyek tertentu yang menjadi perhatian seseorang.
Sedangkan menurut Diao yang di kutip oleh Prahatmaja (2006, 5),
membagi kebutuhan informasi manusia menjadi 3 macam kebutuhan informasi,
yaitu:
1. Kebutuhan informasi yang obyektif, yaitu kebutuhan yang seharusnya ada kalau seseorang mau mencapai tujuannya dengan sukses. Kebutuhan informasi obyektif ini menentukan ruang lingkup informasi potensial obyektif.
2. Kebutuhan informasi subyektif, yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang sebagai persyaratan untuk suksesnya pencapaian tujuan. Kebutuhan jenis ini menentukan ruang lingkup informasi potensial subyektif. Namum yang sering menjadi permasalahan adalah kebutuhan informasi yang disadari pun kerap kali tidak selalu mudah untuk merumuskannya.
3. Kebutuhan informasi yang terpenuhi. Yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang dan terpenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis kebutuhan
informasi adalah kebutuhan informasi atas dasar keperluan atau kebutuhan
pemustaka untuk memenuhi kebutuhan informasinya.
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi
Menurut Sulistyo-Basuki (2004, 396), kebutuhan informasi ditentukan
oleh:
1. Kisaran informasi yang tersedia;
2. Pemustakaan informasi yang akan digunakan;
3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masing-masing pemakai;
4. Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada; dan 5. Konsekuensi pemustakaan informasi.
Devadson yang dikutip oleh Tawaf (2012, 55) juga menyatakan bahwa:
motivasi, kepentingan profesional, dan karakteristik lain yang dimiliki pemakai, d) sosial, politik, ekonomi, hukum dan sistem yang berkaitan dengan pemakai, dan e) konsekuensi dari pemustakaan informasi.
Sementara itu, Pannen (1990), menyatakan bahwa faktor yang paling umum
mempengaruhi kebutuhan informasi adalah “pekerjaan, termasuk kegiatan profesi,
disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan”.
Hal senada juga dinyatakan Wilson (1981), bahwa “kebutuhan informasi
berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi, kesenjangan atau ketidak berdayaan
seseorang dalam mendapatkan sumber informasi”.
Wilson (1981), juga menguraikan faktor yang secara bertingkat
mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti pada gambar.
Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Sumber: Wilson, 1981.
Pada gambar di atas tersebut tiga faktor utama yang mempengaruhi
kebutuhan informasi, yaitu:
(affective needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung menghubungkan kebutuhan informasi. 2. Peran sosial (social rate) Peran sosial meliputi peran kerja (work rule)
dan tingkat kinerja (performance level), akan menghubungkan faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.
3. Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial budaya (social-culture environment), lingkungan politik ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) menghubungkan faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi hubungan bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi (Di kutip oleh Ishak, 2006).
Sedangkan menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006, 93)
menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi
pemakai, yaitu :
a. Jenis pekerjaan.
b. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian sacara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega, dan atasan.
c. Waktu.
d. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)
e. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk informasi.
Dari teori diatas dapat di artikan sebagai:
Nicholas (2000, 108), Faktor-faktor kebutuhan informasi adalah:
1. Jenis Tugas
Seseorang sering menemukan diri mereka membutuhkan informasi untuk mengatasi berbagai pekerjaan. Meskipun sumber informasi yang bervariasi untuk pekerjaan yang berbeda-beda.
2. Personalitas
Kepribadian adalah karakteristik yang menunjukkan diri secara konsisten dalam perilaku idividu dalam berbagai situasi dan konteks, perbedaan kepribadian dapat menyebabkan perbedaan gaya dalam pencarian informasi. Ciri-ciri kepribadian berperan dalam membentuk perilaku informasi.
3. Waktu
daripada lamanya waktu yang diberikan untuk mencapai usaha tersebut, termasuk pencarian informasi yang dibutuhkan. Hal itu tergantung pada tenggat waktu yang telah diberikan.
4. Akses
Penelusuran informasi dapat dilakukan secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (diluar oeganisasi).
5. Sumber Teknologi yang digunakan
Sumber teknologi mampu mengatasi semua hambatan teknis dalam mengakses informasi. Namun, teknologi tidak akan pernah mengatasi psikososial seseorang. Teknologi dianggap lebih prioritas dibandingkan dengan fasilitas konvensial yang sudah ada. Hal itu diamnfaatkan untuk meningkatkan akses terhadap informasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat di ketahui bahwa faktor-fakor yang
mempengaruhi kebutuhan informasi seseorang antara lain jenis tugas, Personalitas
(kepribadian), waktu, Akses informasi, dan sumber daya teknologi yang
digunakan untuk mengakses informasi.
2.3 Kebutuhan Informasi Kesehatan
2.3.1 Informasi Kesehatan
Informasi kesehatan dalam Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2014
tentang sistem informasi kesehatan adalah “data kesehatan yang telah diolah atau
diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk
meningkatkan pengetahuan dalam mendukung pembangunan kesehatan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa informasi kesehatan
adalah data kesehatan diolah menjadi bentuk yang berbeda dan bertujuan dalam
meningkatkan pengetahuan dan pembangunan kesehatan.
2.3.2 Sumber-Sumber Informasi Kesehatan
Untuk memenuhi kebutuhan informasi diperlukan sumber-sumber
bersumber dari manusia maupun media. Alat bantu media membantu dalam
melakukan penyuluhan agar sumber kesehatan dapat disampaikan dengan baik
dan jelas.
Menurut Domalango (2013), Sumber-sumber informasi kesehatan antara
lain:
1. Website Ilmiah
a. Daftar website gratis (tidak berbayar) tentang jurnal kesehatan, artikel-artikel, dan buku elektronik online.
b. Daftar website interaktif untuk tampilan 3D dan 2D peta anatomi tubuh manusia.
c. Peta online 3D anatomi tubuh manusia
d. Publisher Medline (PubMed)
2. Jurnal Ilmiah
a. Medical Journal of Indonesia (MJI) pada website http://www.mji.ac.id/
b. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) pada website http://ismki.org/
c. Jurnal Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia (BIMKES) pada website http://www.bimkes.org/
d. Majalah Kedokteran Indonesia (MKI) pada website http://www.mki.idionline.org/
e. Jurnal Kesehatan Andalas (AKA) pada website http://jurnal.fk.unand.ac.id/
f. Jurnal Pustaha Kesehatan pada website
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK
g. Jurnal Kebidanan pada website
h. Jurnal NEJM pada website
i. AHA Journals pada website
j. BMJ Journals pada website
k. PubMed pada website
l. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS) pada website
m. Health Science Journals pada website
n. Universitas Indonesia Journals pada website
o. Free Medical Journals pada website
3. Buku
a. Penuntun Hidup Sehat.2010. Ed. 4. Diproduksi oleh UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP, UNAIDS, WFP, the World Bank dan Kementerian Kesehatan.
b. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional ke-48.2012.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
c. Buku Saku Posyandu : Ayo ke POSYANDU setiap bulan. 2012.Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
d. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. 2011. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
e. Buku Informasi Jaminan Persalinan (Jampersal). 2011.Jakarta:Suplemen.
4. Sumber informasi kesehatan juga dapat diperoleh melalui sistem registrasi penduduk, surveilens umum, laporan laboraturium, dan penyelidikan KLB.
Menurut Notoadmojo (2007), Sumber-sumber informasi kesehatan terdiri
atas:
1. Media cetak
Media cetak sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang sangat bervariasi antara lain booklet, leaflet, flayer, flif chart, rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, dan foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2. Media elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan terdiri dari beberapa jenis antara lain televisi, radio, video, slide, dan flim scrip.
3. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan antara lain dokter, bidan, perawat, tenaga kesehatan. 4. Non kesehatan (lingkungan)
Non kesehatan (lingkungan) antara lain keluarga, teman, tetangga, dan lain-lain.
Sedangkan sumber informasi kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 46
Tahun 2014 Pasal 15 tentang sistem informasi kesehatan adalah “Data dan
Informasi Kesehatan yang bersumber dari masyarakat yang diperoleh melalui
kegiatan sensus dan survei, penelitian, pelaporan, dan/atau cara lain dilaksanakan
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sumber-sumber informasi
kesehatan adalah segala bentuk bahan tercetak maupun non-tercetak serta
informasi yang didapat dari aktivitas-aktivitas kesehatan untuk dijadikan sebagai
referensi untuk memenuhi kebutuhan informasi kesehatan.
Perpustakaan perguruan tinggi bertugas dalam melayani
kebutuhan-kebutuhan akan informasi bagi anggota masyarakat perguruan tinggi serta
masyarakat yang ada disekitar perguruan tinggi. Kebutuhan informasi bagi setiap
pemustaka berbeda-beda antara pemustaka yang satu dengan lainnya. Kebutuhan
informasi bagi pemustaka dapat diketahui dengan cara melakukan identifikasi
kebutuhan mereka.
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1962, 99), menyatakan bahwa lebih
jauh menjelaskan karena adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial maka seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan bagaimana caranya
dapat memecahkan masalah tersebut (dikutip oleh Yusuf, 2009). Salah satu cara
untuk itu adalah mencari tambahan pengetahuan melalui membaca berbagai media
massa dan sumber-sumber informasi yang banyak disediakan oleh perpustakaan.
Karena kondisinya yang demikian maka perlu dilengkapi dengan sejumlah
informasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Kebutuhan informasi berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi,
kesenjangan, atau ketidakberdayaan seseorang dalam mendapatkan sumber
informasi. Jadi, kebutuhan informasi merupakan keinginan dari seseorang untuk
mencari informasi ketika pengetahuan atau informasi yang ia miliki kurang dari
indikator faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu meliputi
aspek: (1) jenis tugas, (2) personalitas, (3) waktu, (4) Akses, (5) Sumber daya