• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Tentang Peralihan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan Akibatnya Jika Subjeknya WNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Tentang Peralihan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan Akibatnya Jika Subjeknya WNA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pertumbuhan bngunan bertingkat untuk hunian atau usaha akan semakin

bertambah pesat, seiring semakin pesatnya pertumbuhan penduduk perkotaan yang

semakin meningkat pendapatan per kapitanya

Tujuan dibentuknya Undang Undang Rumah Susun dilatarbelakangi bahwa

pembangunan rumah susun adalah :6

1. Untuk memenuhi pemerataan kebutuhan perumahan rakyat, khususnya yng

berpenghasilan rendah

Pasal 5 UURS menegaskan keberpihakan untuk mengutamakan pembangunan

rumah susun bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. A.P. Parlindungan

menyayangkan ketentuan Pasal 5 UURS ini oleh karena pada waktu ini juga

sudah berkembang rumah – rumah flat yang akan dihuni oleh penduduk golongan

ekonomi menengah ke atas dengan fasilitas yang lebih baik. A. P. Parlindungan

berpendapat pembangunan rumah – rumah flat tersebut perlu juga diatur dalam

suatu peraturan sendiri.

Sebaliknya, Boedi Harsono mengatakan bahwa walaupun tujuan utama

disusunnya UURS adalah untuk memberikan landasan hukum bagi pembangunan

ggedung bertingkat dengan bagian – bagiannya untuk dihuni, terutama bagi

6

Oloan Sitorus dan Balans Sebayang, Kondominium dan Permasalahannya,

(2)

golongan masyarakat berpenghasilan rendah, namun ketentuan – ketentuannya,

dengan penyesuain – penyesuaian seperlunya, menurut Pasal 24 UURS dapat

diberlakukan juga untuk bangunan – bangunan bagi keperluan lain, seperti

perkantoran dan pertokoan, dan lain sebagainya. Demikian pun ketentuan –

ketentuan UURS tersebut dapat diberlakukan juga bagi pembangunan rumah

susun yang terdiri atas satuan rumah susun – satuan rumah susun mewah

2. Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pembangunan perumahan serta

lebih meningkatkan lingkungan pemukiman di daerah – daerah yang berpenduduk

padat, tetapi hanya tersedia luas tanah yang terbatas. Kedua hal itu mengharuskan

dilaksanakan dan ditingkatkannya pembangunan rumah susun.

A. PENGERTIAN RUMAH SUSUN

Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman aspek ketersediaan tanah

merupakan hal penting, sepanjang tersedia tanah yang cukup untuk membangun

rumah pada pemukiman tertentu, maka tidak ada permasalahan membangun rumah

dengan konstruksi sesuai dengan yang dikehendaki pemilik maupun pengembang,

baik dalam bentuk horizontal maupun vertikal.7

Namun seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pembangunan

yang secara otomatis membutuhkan tanah yang luas, sementara ketersediaan tanah

relative tidak bertambah terutama di perkotaan, maka diluncurkanlah model

7Prof. DR. H.Muhammad Yamin Lubis, SH., MS., CN. dan Abdul Rahim Lubis, SH., M.Kn.,

(3)

pembangunan rumah dengan konstruksi vertikal yang disebut rumah susun, sehingga

meminimalisir penggunaan tanah.

Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan rumah susun tersebut, maka

diterbitkanlah UU No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun yang berlaku pada

tanggal 31 Desember 1985.

Menteri Negara Agraria menyatakan bahwa “rumah susun “ merupakan

terjemahan dari kata – kata condominium, flat, atau apartment. Kondominium berasal

dari kata condominium. Jika dipenggal, co berarti bersama – sama, dominium berarti

pemilikan. Istilah yang dipakai berbeda menurut system hukum yng bersangkutan,

misalnya di Inggris disebut joint property, di Amerika menggunakan istilah

condominium, sedangkan di Singpura dan Australia menggunakan istilah strata title

yang lebih memungkinkan adanya pemilikan secara bersama secara horizontal,

disamping pemilikan secara vertikal 8

Soni Harsono mengatakan bahwa inti kondominium adalah pengaturan

kepemilikan bersama atas sebidang tanah dengan bangunan fisik di atasnya, karena

itu pemecahan masalahnya selalu dikaitkan dengan hukum yang mengatur tanah. Walaupun di negara Indonesia dipergunakan istilah seperti : rumah susun,

apartemen, flat, kondomonium, namun dalam bahasa hukum semuanya disebut rumah

susun, karena mengacu pada UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.

9

8

Oloan Sitorus dan Balans Sebayang, Op. Cit , hlm 7

9

Soni Harsono, Aspek Pertanahan dalam Pembangunan Rumah Susun, Jakarta, 1991, hlm.

(4)

Ada beberapa pengertian mengenai Rumah Susun yaitu Pasal 1 angka 1 UU

Rumah Susun adalah sebagai berikut:

Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional,

baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat

hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Berdasarkan pengertian Pasal 1 angka 1 dapat disimpulkan bahwa system

rumah susun / apartemen ( condominium ) memilik 2 pola yang khas, antara lain :

1. Pemilikan individual

Menurut Undang – Undang Rumah Susun ( UURS ) pemilikan secara individual

dinamakan “ satuan rumah susun / apartemen”, yaitu rumah susun / apartemen

yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat

hunian yang mempunyai sarana penghubung ke jalan umum ( UURS Pasal 1 ayat

2 )

Sarana penghubung ke jalan umum tersebut tidak boleh mengganggu dan tidak

boleh melalui satuan rumah susun kepunyaan orang lain

2. Pemilikan / hak bersama

(5)

a. “Bagian bersama” adalah bagian rumah susun / apartemen yang dimiliki secara

tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan

satuan rumah susun / apartemen.

b. “Benda bersama” adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun,

tetapi yang dimiliki bersama secara terpisah untuk pemakaian bersama.

c. “Tanah bersama” adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak

bersama secara tidak terpisah, yang diatasnya berdiri rumah susun / apartemen

dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin bangunan.

Semua poin di atas merupakan satu kesatuan hak yang secara fungsional tidak

terpisahkan. Hak atas bagian bersama, benda bersama, dan hak atas tanah bersama

didasarkan atas luas atau nilai satuan rumah susun yang bersangkutan pada waktu

satuan tersebut diperoleh pemiliknya yang pertama

Selain satuan – satuan yang penggunaannya terpisah atas bagian bersama dari

bangunan tersebut serta benda bersama dan tanah bersama yang sifat dan fungsinya

harus digunakan dan dimiliki bersama dan tidak dapat dimiliki secara perseorangan.10

Satuan rumah susun merupakan milik perseorangan dikelola sendiri oleh

pemiliknya, sedangkan yang merupakan hak bersama harus digunakan dan dikelola

secara bersama, karena menyangkut kepentingan dan kehidupan orang banyak11

10Hj. Chadidjah Dalimunthe, SH.M.Hum, Politik Hukum Agraria Nasional Terhadap Hak –

(6)

Jika rumusan rumah susun menurut Pasal 1 angka 1 dan penjelasannya itu

dicermati, diperoleh pemahaman sebagai berikut :

1. Rumah Susun merupakan terminologi hukum Indonesia untuk mengekspresikan

bangunan gedung bertingkat yang mengandung pemilikan perseorangan dan hak

bersama. Dalam pengertian inilah, maka rumah susun merupakan terjemahan dari

kata – kata condominium, flat, atau apartment ( Menteri Negara Agraria / Kepala

BPN, 1994 : 6)

2. Rumah susun merupakan bangunan gedung bertingkat “yang distrukturkan secara

fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal “

Ahmad Chairudin menyatakan bahwa bangunan gedung bertingkat pada

system ruko ( rumah toko ) dan rukan ( rumah kantor ) bagian – bagiannya terbagi

dalam bagian – bagian yang distrukturkan dalam arah horizontal saja, tidak dalam

arah vertikal. 12

Menteri Negara Agraria / Kepala BPN menyatakan bahwa sebagai akibat

pesatnya kemajuan sector ekonomi yang ditunjang kemajuan teknologi dalam

pembangunan perumahan dan pemukiman serta lahirnya bentuk sertifikat baru yang

berupa Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun, maka seharusnya bentuk

kepemilikan rumah dan toko ( ruko ) atau town house dapat menggunakn Sertifikat

Hak Milik atas Satuan Rumah Susun sebagai alat untuk kepemilikannya. Hal ini

mengingat bahwa bentuk bangunan dan penataan lingkungannya sesuai dengan

11

Prof. Dr. AP.Parlindungan,SH.,” Undang – Undang Bagi Hasil di Indonesia ( Suatu Studi Komparatif)”, Bandung, 1992,hal 48-49

(7)

ketentuan yang ada pada rumah susun yang bangunannya berupoa bangunan yang

tersusun secara horizontal dan memiliki jenis kepemilikan perseorangan dan

pemilikan bersama.

B. KLASIFIKASI RUMAH SUSUN

Mengenai jenis rumah susun sebagaimana diatur dalam Pasal 1 dan Pasal 13

ayat ( 2 ) meliputi :

1. Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi

kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah

2. Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang

pelaksanaan tugas pejabat dan / atau pegawai negeri

3. Rumah susun khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi

kebutuhan khusus

4. Rumah susun komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk

mendapatkan keuntungan.

Pembagian jenis rumah susun tersebut merupakan hal baru dalam undang –

undang ini karena dalam UU No. 16 Tahun 1985, hanya dikenal rumah susun hunian

dan rumah susun non hunian dengan aturan yang sama untuk kedua jenis rumah

(8)

Daerah, Koperasi dan badan usaha milik swasta yang bergerak di bidang itu, serta

swadaya masyarakat.13

1. Rumah Susun Sederhana ( Rusuna ), yang pada umumnya dihuni oleh

golongan kurang mampu. Biasanya dijual atau disewakan oleh Perumnas

( BUMN)

Rumah Susun di Indonesia, dikenal 3 ( tiga ) macam dibagi sebagai berikut :

2. Rumah Susun Menengah ( Apartemen ), biasanya dijual atau disewakan oleh

Perumnas / Pengembang swasta kepada masyarakat konsumen menengah ke

bawah

3. Rumah Susun Mewah ( Kondominium ), selain dijual kepada masyarakat

menengah ke atas juga kepada orang asing atau expatriate oleh pengembang

swasta 14

C. ASAS, TUJUAN, DAN SYARAT PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

1. Asas Pembangunan Rumah Susun

Asas tentang rumah susun diatur dalam Pasal 2 UURS dan penjelasannya

menyatakan bahwa asas pembangunan rumah susun adalah sebagai berikut.15

a. Asas kesejahteraan umum

Asas ini digunakan sebagai landasan pembangunan rumah susun dengan

maksud untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin seluruh rakyat Indonesia

13 Prof. DR. H.Muhammad Yamin Lubis, SH., MS., CN. dan Abdul Rahim Lubis, SH.,

M.Kn., Op. Cit. , hal 59

14

M. Rizal Alif, Analisis Kepemilikan Hak Atas Tanah Satuan Rumah Susun di Dalam Kerangka Hukum Benda, CV Nuansa Aulia, Bandung, 2009, hal 71

(9)

secara adil dan merata berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 melalui pemenuhan

kebutuhan perumahan sebagai kebutuhan dasar bagi setiap warga negara

Indonesia dan keluarganya

b. Asas keadilan dan pemerataan

Asas ini memberi landasan agar pembangunan rumh susun dapat

dinikmati secara merata dan tiap – tiap warga negara dapat menikmati hasil –

hasil pembangunan perumahan yang layak

c. Asas keserasian dan keseimbangan dalam perikehidupan

Asas ini mewajibkan adanya keserasian dan keseimbangan antara

kepentingan – kepentingan dalam pemanfaatan rumah susun, untuk mencegah

timbulny kesenjangan sosial.

2. Tujuan Pembangunan Rumah Susun

Tujuan pembangunan rumah susun / apartemen, antara lain :

1. Untuk pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dalam lingkungan sehat

2. Untuk mewujudkan pemukiman yang serasi, selaras dan seimbang.

3. Untuk meremajakan daerah – daerah kumuh

4. Untuk mengoptimalkan sumber daya tanah perkotaan

5. Untuk mendorong pemukiman yang berkepadatan penduduk

Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2011 diatur tentang tujuan pembangunan rumah

susun adalah sebagai berikut :16

(10)

a. menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan

permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan

budaya;

b. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta

menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan

kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang dengan

memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

c. mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh;

d. mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien,

dan produktif;

e. memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni

dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan

perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi MBR;

f. memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah

susun;

g. menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau,

terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan

berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang

terpadu; dan

h. memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan

(11)

Penyelenggaraan rumah susun berasaskan pada: 17

• kesejahteraan;

• keadilan dan pemerataan;

• kenasionalan;

• keterjangkauan dan kemudahan;

• keefisienan dan kemanfaatan;

• kemandirian dan kebersamaan;

• kemitraan;

• keserasian dan keseimbangan;

• keterpaduan;

• kesehatan;

• kelestarian dan berkelanjutan;

• keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan; dan

• keamanan, ketertiban, dan keteraturan.

3. Syarat pembangunan rumah susun

Pasal 6 ayat 1 UURS menyatakan bahwa pembangunan rumah susun harus

memenuhi persyaratan teknis dan administratif.Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal

6 ayat 1 UURS diterangkan bahwa persyaratan teknis dan administrative yang

(12)

dimaksudkan adalah persyaratan yang diatur dengan peraturan perundang – undangan

yang berlaku sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan.18

1. Persyaratan teknis

Persyaratan teknis adalah antara lain mengenai struktur bangunan,

keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan lain – lain yang

berhubungan dengan rancang bangun, termasuk kelengkapan prasarana dan

fasilitas lingkungan.

Lebih lanjut Pasal 11 – 29 Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988

merinci hal – hal yang disebut sebagai persyaratan teknis, yaitu meliputi

pengaturan mengenai :

a. Ruang

b. Struktur, komponen dan bahan bangunan

c. Kelengkapan rumah susun

d. Satuan rumah susun

e. Bagian bersama dan benda bersama

f. Kepadatan dan tata letak bangunan

g. Prasarana lingkungan

h. Fasilitas lingkungan

Persyaratan teknis pembangunan rumah susun lebih berat daripada

pembangunan gedung biasa, oleh karena mengenai bangunan gedung bertingkat

(13)

yang dihuni banyak orang sehingga perlu dijamin keamanan dan keselamatan

serta kenikmatan dalam penghuniannya.

2. Persyaratan administratif

Persyaratan administratif yang dimaksud dalam Penjelasan Pasal 6 ayat 1

UURS antara lain mengenai perizinan usaha dari perusahaan pembangunan

perumahan, izin lokasi dan/atau peruntukannya serta perizinan mendirikan

bangunan ( IMB ) yang pada umumnya diberikan izinnya oleh Pemerintah.

Pasal 30 – 37 PP No. 4 Tahun 1988 merinci persyaratan administratif

pembangunan rumah susun yaitu mengenai :

a. Izin mendirikan bangunan ( IMB )

b. Kewajiban meminta pengesahan pertelaan

c. Izin perubahan rencana peruntukan dan pemanfaatan rumah susun

d. Izin layak hun i

Bahkan menurut ketentuan Pasal 18 ayat 1 Undang – undang Rumah Susun

disebutkan bahwa satuan rumah susun yang telah dibangun baru dapat dijual untuk

dihuni setelah mendapat izin kelayakan untuk dihuni dari Pemerintah Daerah yang

bersangkutan.19

Persyaratan mengenai rumah susun pada umumnya hanya mencakup dua

persyaratan yakni teknis dan administratif namun berdasarkan UU No. 24 tahun 2011

19

(14)

persyaratan pembangunan rumah susun ditambah syarat ekologis dimana maksud dari

persyaratan ekologis adalah persyaratan yang memenuhi analisis dampak lingkungan

dalam hal pembangunan rumah susun.

Mengenai persyaratan teknis tersebut lebih rinci diatur dalam pasal – pasal di

bawah ini :

a. Pasal 28

Menentukan bahwa dalam melakukan pembangunan rumah susun, pelaku

pembangunan harus memenuhi ketentuan administrative yang meliputi : status

hak atas tanah dan Izin Mendirikan Bangunan ( IMB )

b. Pasal 29

Mengatur pelaku pembangunan harus membangun rumah susun dan

lingkungannya sesuai dengan rencana fungsi dan pemanfaatannya yang telah

mendapatkan izin dari bupati / walikota . Permohonan izin yang diajukan oleh

pelaku pembangunan harus melampirkan :

1. Sertifikat hak atas tanah

2. Surat keterangan rencana kabupaten / kota

3. Gambar rencana tapak

4. Gambar rencana arsitektur yang memuat denah, tapak, dan potongan rumah

susun yang menunjukkan dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal

dari sarusun

(15)

6. Gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas bagian bersama, benda

bersama dan tanah bersama

7. Gambar rencana utilitas umum dan instalasi beserta perlengkapannya

Dalam hal rumah susun dibangun di atas tanah sewa, pelaku

pembangunan harus melampirkan perjanjian tertulis pemanfaatan dan

pendayagunaan tanah yang dibuat di hadapan pejabat yang berwenang yang

dicatatkan pada Kantor Pertanahan

c. Pasal 30

Pelaku pembangunan setelah mendapatkan izin tersebut wajib meminta

pengesahan dari pemerintah daerah tentang pertelaan yang menunjukkan batas

yang jelas dari setiap sarusun, bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama

beserta uraian NPP

d. Pasal 31

Pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah susun tersebut harus

mendapatkan izin dari bupati / walikota. Pengubahan rencana fungsi dan

pemanfaatan rumah susun tersebut tidak mengurangi fungsi bagian bersama,

benda bersama dan fungsi hunian, namun apabila mengakibatkan pengubahan

NPP, pertelaannya harus mendapatkan pengesahan kembali dari bupati / walikota.

Untuk mendapatkan izin pengubahan dimaksud, pelaku pembangunan

harus mengajukan alasan dan usulan pengubahan serta membayar retribusi,

(16)

1. Gambar rencana tapak beserta pengubahannya

2. Gambar rencana arsitektur beserta pengubahannya

3. Gambar rencana struktur dan penghitungannya beserta pengubahannya

4. Gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas bagian bersama, benda

bersama, dan tanah bersama beserta pengubahannya

5. Gambar rencana utilitas umum dan instalasi serta perlengkapannya beserta

pengubahannya

e. Pasal 32 dan 33

Pedoman permohonan izin rencana fungsi dan pemanfaatan serta

pengubahannya diatur dengan Peraturan Menteri, dan ketentuan lebih lanjut

mengenai permohonan izin rencana fungsi dan pemanfaatan serta permohonan

izin pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan diatur dengan peraturan daerah.

f. Pasal 34

Menentukan pembangunan rumah susun dilaksanakan berdasarkan

perhitungan dan penetapan koefisien lantai bangunan dan koefisien dasar

bangunan yang disesuaikan dengan kapasitas daya dukung dan daya tamping

lingkungan yang mengacu pada rencana tata ruang wilayah, kecuali dalam hal

terdapat pembatasan ketinggian bangunan yang berhubungan dengan ketentuan

dan keselamatan operasional penerbangan dan/ atau kearifan lokal.

(17)

1. Tata bangunan yang meliputi persyaratan peruntukan lokasi serta intensitas dan

arsitektur bangunan

2. Keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan,

kenyamanan dan kemudahan

Sementara untuk persyaratan Ekologis, menurut Pasal 37 mencakup

keserasian dan keseimbangan fungsi lingkungan.Pasal 38 menggariskan bahwa

Pembangunan rumah susun yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan

harus dilengkapi persyaratan analisis dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang – undangan.

Selanjutnya dalam Pasal 25 UU No. 20 Tahun 2011 ditentukan sebagai

berikut :

1. Dalam membangun rumah susun, pelaku pembangunan wajib memisahkan rumah

susun atas sarusun, bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama

2. Benda bersama menjadi bagian bersama jika dibangun sebagai bagian bangunan

rumah susun

3. Pemisahan memberikan kejelasan atas :

a. Batas sarusun yang dapat digunakan secara terpisah untuk setiap pemilik

b. Batas dan uraian atas bagian bersama dan benda bersama yang menjadi hak

tiap sarusun

c. Batas dan uraian tanah bersama dan besarnya bagian yang menjadi hak setiap

(18)

D. PENYELENGGARA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

Pembangunan rumah susun dapat diselenggarakan oleh :20

1. BUMN / BUMD ;

2. Koperasi;

3. Badan Usaha Milik Swasta;

4. Swadaya masyarakat ;

5. Kerja sama antara badan badan tersebut sebagai penyelenggara;

Yang dimaksud dengan BUMN/BUMD adalah badan hukum yang modalnya seluruh

atau sebagian milik negara, yaitu Pemerintah Pusat / Pemerintah Daerah ( Pemda )

antara lain Perusahaan Daerah, Perusahaan Umum, Persero. Sebaliknya yang

dimaksud dengan Badan Umum Milik Swasta adalah Badan Umum Milik Swasta

yang modalnya modak nasional, BUM Swasta yang modalnya campuran asing dan

nasional dan BUM Swasta yang seluruh modalnya modal asing.21

20

Undang Undang No 16 Tahun 1985

21 M. Rizal Alif,SH, MH,” Analisis Kepemilikan Hak Atas Tanah Satuan Rumah Susun di

Dalam Kerangka Hukum Benda”, Bandung, 2009, hal 75-76

Dalam membangunan rumah susun penyelenggara harus mengetahui pada tanah apa

sajakah rumah susun dapat dibangun. Berdasarkan Pasal 7 disebutkan bahwa rumah

(19)

E. KELENGKAPAN RUMAH SUSUN

Pembangunan Rumah Susun harus dilengkapi dengan :22

a. Jaringan air bersih

b. Jaringan listrik

c. Jaringan gas

d. Saluran pembuangan air hujan

e. Saluran pembungan air limbah

f. Saluran dan atau pembuangan sampah

g. Tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat

komunikasi lainnya

h. Alat transportasi seperti tangga, lift atau escalator

i. Pintu dan tangga darurat kebakaran

j. Penangkal petir

k. Alat/ sistem alarm

l. Pintu kedap asap pada jarak – jarak tertentu

m. Generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift

22

Referensi

Dokumen terkait

The GHG-CCI data products and related documentation are freely available via the GHG-CCI website and yearly updates generated with improved retrieval algorithms and covering

Kewajiban Bruto Pemberi Kerja merupakan kewajiban Perseroan yang berasal dari pekerjaan kontrak konstruksi yang dilakukan namun pekerjaan yang dilakukan masih dalam

Fundamentalmente, como veremos adelante, el proceso de mejoramiento requerirá de implementar ac- ciones de formación y educación del personal involucrado en el manejo del cultivo,

Untuk mendukung pencapaian Visi Misi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dimaksud, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Pesisir Selatan sesuai tugas

Dalam penulisan ilmiah ini penulis menjelaskan mengenai bentuk umum dari polinom Interpolasi langrange, dan bagaimana cara menghitung nilai interpolasi langrange dengan

Pilihan yaitu Urusan Pertanian. Pencapaian Kinerja Pelayanan.. Renstra Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan

Pada aplikasi Electric Guitar Workshop disajikan materi-materi berbasis multimedia yang memperlihatkan hal-hal tentang gitar elektrik seperti guitar explanation, guitars equipment

Kedisiplinan aparatur dalam berpakaian dinas Kedisiplinan aparatur dalam berpakaian dinas Kedisiplinan aparatur dalam berpakaian dinas Kedisiplinan aparatur dalam