BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggaraan negara dan atau penyelenggaraan badan publik lainnya yang
sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi yang berkaitan dengan
kepentingan publik. Informasi publik merupakan hal yang mutlak diketahui oleh
suatu masyarakat dalam suatu negara karena hal ini menyangkut apa yang
dilakukan negara terhadap mereka.
Keterbukaan informasi publik merupakan wacana penting dalam tata kelola
pemerintahan dewasa ini. Bahkan, wacana keterbukaan ini dimensinya meluas
meluas hampir semua sektor kehidupan; seperti sosial, politik, ekonomi dan
lainnya. Keterbukaan informasi publik telah menjadi isu sentral dalam
pembahasan mengenai pembangunan nasional. Dimana transparansi atau
keterbukaan informasi publik menjadi syarat bagi terwujudnya tata pemerintahan
yang baik1
1
Idi Dimayanti,Transparansi Informasi Publik Dan Percepatan Pembangunan Di Daerah, Jurnal Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011,hal 224.
. Dengan adanya keterbukaan informasi publik tentang kinerja
pemerintah dalam melaksanakan penyelengaraan negara atau
setiap langkah dan kebijakan yang diambil pemerintah. Sehingga
penyelenggaraan pemerintah dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Pada dasarnya tujuan utama keterbukaan informasi publik di setiap negara
adalah memastikan bahwa lembaga publik akan lebih akuntabel dan kredibel
dengan menyediakan informasi dan dokumen sesuai permintaan publik. Prinsip
keterbukaan informasi publik merupakan suatu komponen dalam mewujudkan
tata pemerintahan yang baik (good goverment). Dalam pengaturan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dijelaskan penyelenggaraan pemerintah
berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang terdiri dari: a.
kepastian hukum; b. tertib penyelenggara negara; c. kepentingan umum; d.
keterbukaan; e. proporsionalitas; f. profesionalitas; g. akuntabilitas; h. efisiensi; i.
efektivitas; dan j. keadilan.2
Untuk menjamin kepastian hukum, serta jaminan pelaksanaan hak rakyat
untuk mendapatkan informasi publik khususnya terhadap kinerja pemerintah
dalam penyelenggaraan negara atau pemerintahannya, maka peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang Keterbukaan Informasi Publik yakni Undang-.
Namun dalam Undang-Undang tentang pemerintahan daerah tersebut
khususnya terkait dengan asas keterbukaan tidak mengatur perihal bagaimana
pelaksanaannya, standar layanan keterbukaan, pengawas dan pengawasannya serta
sanksi manakala ketentuan yang juga merupakan asas-asas dalam suatu
pemerintahan tersebut dilaksanakan atau ditaati.
2
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik yang diundangkan pada tahun 30 April Tahun 2008 dan berlaku
2 tahun sejak tanggal diundangkan, berarti tanggal mulai berlakunya adalah 30
April 2010.
Lahirnya rancangan Undang-Undang Kebebasan Informasi Publik itu
sendiri dilatar belakangi oleh beberapa pertimbangan yang mengarah pada
terbentuknya masyarakat informasi. Pertama, informasi merupakan kebutuhan
pokok setiap orang bagi pengembangan pribadidan lingkungan sosialnya, serta
merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional. Kedua,hak alam memperoleh
informasi merupaka hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik
merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Ketiga,
kebebasan memperoleh informasi publik merupakan sarana dalam
mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan
publik lainnya dan segala sesuatu.
Hingga saat ini sudah 6 tahun Undang-Undang Keterbukaan Informasi
Publik dijalankan, tetapi hal ini tampak tidak memberi dampak yang berarti bagi
masyarakat karena masih banyak instansi pemerintah yang tidak bersedia untuk
membuka informasi yang menjadi hak masyarakat. Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Komisi Informasi Pusat keterbukaan informasi yang
instansi3
Pejabat PPID yang ditunjuk di delapan kabupaten/kota di Sumut juga belum
optimal. Hasil survey ICW (Indonesia Corruption Watch) di sejumlah badan
publik di Sumut menyebutkan, PPID yang jabatannya terkait dengan pelayanan
informasi ternyata hanya 23 persen, sedangkan 77 persen responden (pejabat . Data ini lagi-lagi membukakan mata kita betapa minimnya keterbukaan
informasi yang yang dilakukan oleh pemerintah. FITRA yang didukung USAID
meluncurkan Indeks Keterbukaan Informasi Anggaran. Dalam Laporannya,
FITRA mencatat skor rata-rata indeks keterbukaan informasi anggaran pemerintah
Kabupaten/Kota hanya 14,1 dari skor ideal 100. 10 Kota Paling Terbuka yaitu a.
Kota Semarang dengan skor 45,53, b. Kota Pontianak dengan skor 41,66, c. Kota
Salatiga dengan skor 38,52, d. Kota Banda Aceh dengan skor 31,97 e. Kota
Surakarta dengan skor 25,58, f. Kota Sabang dengan skor 24,44 g. Kota Madina
dengan skor 23,89, h. Kota Pekalongan dengan skor 21,35, i. Kota Singkawang
dengan skor 19,73 dan terakhir Kota Binjai dengan skor 17,66.
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dengan keterbukaan
informasi yang rendah. Terlihat dari masih banyaknya kabupaten atau kota yang
belum membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Data
hingga akhir Desember 2012, baru delapan badan dan lembaga di kabupaten/kota
di Sumatera Utara yang membentuk PPID.Yakni Pemko Medan, Siantar, Tobasa,
Langkat, Karo, Dairi, Sergei dan Pemko Kota Gunung Sitoli.Sisanya 25
kabupaten/kota belum menunjuk PPID.
3
PPID) mengaku hanya mendapat tugas tambahan. (wil. Survey badan publik di
Sumut, Medan, dan Binjai.Jumlah responden 300 orang).
Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten yang telah membentuk
pejabat pengelola informasi dan dokumentasi pada 18 Juli tahun 2014 dan
menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Tata Kerja Pejabat
Pengelola Informasi Dan Dokumentasi Di Pemerintah Kabupaten Dairi. Dilihat
dari tahun pembentukan PPID Kabupaten Dairi mengalami keterlambatan empat
tahun.
Dalam perjalanannya banyak masalah yang dididapati peneliti di lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi, diantaranya yaitu kurangnya pemahaman
aparat pemerintah daerah tentang tugas dan fungsi PPID itu sendiri. Peneliti juga
melihat kurangnya penyampaian informasi publik termasuk informasi yang wajib
tersedia setiap saat, terlihat dari tidak updatenya situs resmi Pemerintah
Kabupaten Dairi Dan Papan Informasi Yang Berada Di Sekita Sekretariat Daerah
Kabupaten Dairi.
Masalah diatas menjadi acuan penelitian saya sehingga judul penelitian saya
adalah “Implementasi Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik Di Kabupaten Dairi.
B. Perumusan Masalah
Sebagai upaya untuk membuat masalah penelitian dalam penelitian ini lebih
sistematis, maka perlu adanya batasan-batasan masalah agar masalah yang akan
mengindentifikasi perihal apa yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian.
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana
Implementasi Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik Di Kabupaten Dairi.
C. Tujuan Penelitian
Dalam sebuah kegiatan yang dilaksanakan memiliki tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memahami bagaimana proses dari implementasi Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik di Kabupaten
Dairi.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait. Adapun
yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara subyektif, bermanfaat bagi peneliti dalam melatih dan
mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, dan sistematis dalam
mengembangkan kemampuan penulis dalam karya ilmiah.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang
berguna bagi instansi terkait.
3. Secara akademis, peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kebijakan Publik
Menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan defenisi kebijakan publik
merupakan suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu,
nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu.4
“kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari
peluang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.”
Menurut Carl Friedrich yang
dikutip dalam Wahab bahwa:
5
Kebijakan secara umum menurut Said Zainal Abidin dapat dibedakan
dalam tiga tingkatan:
Setelah memaparkan makna kebijakan, maka secara sederhana kebijakan
publik digambarkan sebagai suatu keputusan berdasarkan hubungan kegiatan yang
dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan mendapat hasil
berdasarkan pertimbangan situasi tertentu. Pangan merupakan suatu yang vital
bagi kelangsungan Negara terutama sebagai bahan makanan kelangsungan hidup
rakyat. Oleh karena pentingnya pangan, dan agar terciptanya keterediaan pangan
maka harus dibuat kebijakan yang mengatur tentang pangan.
4
Riant Nugroho,Public Policy,(Jakarta: PT Elex Media Computindo,2012),hal.119
5
1. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk
pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang
meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.
2. Kebijakan pelaksanaan, adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum.
Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu
undang-undang.
3. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan
pelaksanaan.
Anderson memberikan defenisi kebijakan publik sebagai
kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan penjabat-penjabat pemerintah,
dimana implikasi dari kebijakan itu adalah:
1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.
3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar di lakukan oleh
pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan.
4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan
negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan
sesuatu.
Analisis Kebijakan diartikan William Dunn sebagai serangkaian aktifitas
intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktifitas
politik itu Nampak pada serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan
agenda, formulasi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.
Maka dapat dikatakan bahwa dalam pembuatan kebijakan terdapat terdapat empat
rangkaian kesatuan penting didalam analisis kebijakan publik yang perlu
dipahami, yaitu penyusunan agenda (agenda setting), formulasi kebijakan (policy
formulation), implementasi kebijakan (policy implementation).6
1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Proses kebijakan publik diawali dengan penyusunan agenda
(agenda setting ) yaitu sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Dalam proses ini memiliki ruang untuk memaknai suatu
masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu
berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas
dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya
publik yang lebih daripada isu lain. Dalam agenda setting juga sangat penting
untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda
pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah
kebijakan (policy problem). Isu kebijakan lazimnya muncul karena telah terjadi
6
silang pendapat antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan
ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan itu
sendiri.
2. Formulasi Kebijakan (policy formulation)
Langkah kedua dalam proses kebijakan setelah agenda setting adalah
formulasi kebijakan. Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan
kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah yang masuk
diidentifikasi untuk kemudian di cari pemecahan masalah yang terbaik.
Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan
yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam
agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif
bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan
masalah. Formulasi kebijakan memiliki aktivitas yang sangat penting dalam
kerangka peramalan. Formulasi kebijakan akan memberi gambaran mengenai
konsekuansi di masa mendatang dari diterapkannya kebijakan tersebut.
3. Implementasi Kebijakan (policy implementation) dan Evaluasi Kebijakan
Berhasil tidaknya suatu kebijakan pada akhirnya ditentukan pada tataran
implementasinya. Sering dijumpai bahwa proses perencanaan kebijakan yang baik
sekalipun tidak dapat menjamin keberhasilan dalam implementasinya.
ditetapkan dalam suatu keputusan, tindakan ini berusaha untuk mengubah
keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha
mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah
diputuskan sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga upaya pemahaman
apa yang seharusnya terjadi setelah sebuah program dilaksanakan. Implementasi
kebijakan tidak hanya melibatkan instansi yang bertanggungjawab untuk
pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan
politik, ekonomi, dan sosial. Tahap paling akhir dalam proses kebijakan adalah
penilaian kebijakan. Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai
kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup
substansi implementasi dan dampak.
Menurut Ripley bahwa tahapan kebijakan publik terdiri dari (1) Penyusunan
agenda kebijakan, (2) Formulasi dan legitimasi kebijakan, (3) Implementasi
kebijakan dan (4) Evaluasi terhadap implementasi, kinerja, & dampak kebijakan7
a. Membangun persepsi di kalangan stake holder bahwa sebuah fenomena
benar-benar dianggap masalah
.
Dalam tahap penyusunan agenda kebijakan, menurut Ripley dalam menyatakan
bahwa terdapat tiga kegiatan yang perlu dilakukan yaitu:
b. Membuat batasan masalah dan
7
c. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut bisa masuk dalam agenda
pemerintah. 8
Pada tahap formulasi dan legitimasi kebijakan, Ripley mengatakan bahwa :
“analisis kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisa informasi yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun dukungan dan melakukan negosiasi, sehingga sampai pada sebuah
kebijakan yang dipilih” .9
8
Ibid., h. 11. 9
Ibid., h.12.
Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Ripley mengatakan :
“Pada tahap ini diperlukan dukungan sumber daya dan penusunan organisasi pelaksanaan kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik”
Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, dan
proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja dan dampak
kebijakan. Menurut Riplye bahwa “hasil evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan
kebijakan baru di masa yang akan datang”. Tahapan kebijakan publik menurut
Gambar 1. Tahapan Kebijakan Publik menurut Ripley
2. Implementasi Kebijakan Publik
Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara
individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.10
Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses
kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat
kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan.Implementasi kebijakan merupakan
aktivitas yang terlihat setelah adanya pengarahan yang sah dari suatu kebijakan
10
yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan implementasi baru akan
dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan
telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah
disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan.
Kebijakan yang didalam nya terkandung suatu program untuk mencapai
tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Apabila
program atau kebijakan sudah dibuat maka program tersebut harus dilakukan oleh
para mobiliastor atau para aparat yang berkepentingan. Suatu Kebijakan yang
telah dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin
dicapai. Pencapaian target baru akan terealisasi jika kebijakan tersebut telah
diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi
kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat. Proses
menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk
proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan
kebijakan yang diinginkan.
Sedangkan menurut Mazmadian:
“implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-Undang atau bentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif. ”11
Menurut Lane, implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua
bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output, Outcome). Sesuai
11
definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan
tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi
merupakan persamaan fungsi dari implementation = F (Policy, Formator,
Implementor, Initiator, Time). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada
kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh
implementor dalam kurun waktu tertentu.
3. Model Implementasi Kebijakan
Menurut teori George C. Edwards III,12
1. Komunikasi
Implementasi Kebijakan
dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:
Keberhasilan Implementasi Kebijakan mensyaratkan agar implementator
mengetahui apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran
kebijakan harus ditranmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga
akan mengurangi distorsi implementasi
2. Sumber Daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,
tetapi apabila implementator kekurangan sumber daya untuk melaksanakan,
implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut akan berwujud
sumber daya manusia, yakni kompetensi implementator, dan sumber daya
finansial.
3. Disposisi
12
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator,
seperti komitmen, kejujuran, sifat demokrasi. Apabila implementator memiliki
disposisisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.
4. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Struktur
organisasi yang telah panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan
menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks.
Gambar 2. Model Implementasi Menurut G. C. Edward III
Komunikasi
Struktur Birokrasi
Sumber Daya
Sikap
G. Shabir Cheema dan Dennis A. Rondinelli 13
1. Kondisi lingkungan yang terdiri dari : Tipe system Pol ; Struktur
kebijakan ; karakteristik struktur politik lokal; kendala sumberdaya; sosial
cultural; Derajad keterlibatan para penerima program; Tersedianya
infrastruktur fisik yg cukup.
menyatakan bahwa ada empat
variabel yang dapat mempengaruhi kinerja dampak suatu program, yaitu :
2). Hubungan antar organisasi terdiri dari : Kejelasan & konsistensi sasaran
program; Pembagian fungsi antar instansi yg pantas; Standardisasi prosedur
perencanaan, anggaran,; implementasi & evaluasi; Ketepatan, konsistensi &
kualitas komunikasi antar instansi; Efektivitas jejaring untuk mendukung
program
3). Sumberdaya organisasi untuk implementasi program; control terhadap
sumber dana; keseimbangan antara pembagian anggaran & kegiatan
program; Ketepatan alokasi anggaran; pendapatan yg cukup utk
pengeluaran; Dukungan pemimpin politik pusat dukungan pemimpinpolitik
lokal; komitmen birokrasi
4). Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana antara lain : Ketrampilan
teknis, manajerial & politis petugas; Kemampuan untuk mengkoordinasi,
mengontrol & mengintegrasikn kepututsan.; Dukungan & sumberdaya
instansi; Sifat komisi internal; Hubungan yang baik antara instansi dengan
kelompok sasaran; Hubungan instansi dengan pihak diluar pemerintah &
13
NGO; Kualitas pemimpin instansi yg bersangkutan; komitmen petugas
terhadap program kedudukan instansi dalam hirarki sistem administrasi.
Proses implementasi program dari G. Shabir Cheema dan Dennis A.
Rondinelli sebagaimana gambar berikut :
Gambar 3.
Proses Implementasi Program menurut G. Shabir Cheema dan Dennis A. Rondinelli
Hub. Antar Organisasi 1. Kejelasan & konsistensi
sasaran program 2. Pembagian fungsi antar
instansi yg pantas 5. Efektivitas jejaring utk
mendukung program Karakteristik & Kapabilitas Instansi Pelaksana : 1. Ketrampilan teknis, 4. 4. Sifat kom internal
5. Hub yg baik antara instansi dg kel sasaran 6. Hub instansi dg pihak
diluar pemt & NGO 7. Kualitas pemimpin 9. kedudukan instansi dlm
hirarki sistem adm Sumberdaya Organisasi
1. control terhadap sumber dana.
2. keseimbangan antara pembagian anggaran &
kegiatan program 3. Ketepatan alokasi angg
4. pendapatan yg cukup utk pengeluaran 1. Tingkat sejauh mana
program dpt mencapai sasaran 2. adanya perubahan kemampuan adm pd
orgs lokal 3. Berbagai keluaran &
Adapun Van Metter dan Van Horn14
Model Implementasi Kebijakan Van Matter dan Van Horn
menyebutkan ada lima variabel yang
mempengaruhi kinerja implemantasi, yaitu :
a. Standar dan sasaran kebijakan;
b. Sumberdaya;
c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas;
d. Karakteristik agen pelaksana;
e. Kondisi-kondisi sosial, ekonomi, dan politik
Model implementasi kebijakan dari Van Matter dan Van Horn dapat dilihat
dalam gambar berikut:
Gambar 4.
14
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. Hal 42
4. Defenisi Informasi Publik
Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang
dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan
format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara
elektronik ataupun non elektronik.15
Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini
serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.16
Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala
sebagaimana dimaksud meliputi:
5. Informasi Yang Wajib Disediakan Dan Diumumkan
17
15
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, bab I, pasal 1 ayat 1, hal. 2.
16 Ibid. 17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.Ibid, bab IV, pasal 9 ayat 2, hal. 5. a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;
b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;
d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Informasi yang wajib disediakan informasi yang wajib diumumkan secara
serta-merta, yaitu:18
Informasi yang wajib tersedia setiap saat, yaitu:
1. Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta suatu informasi yang
dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.
2. Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan
dalam bahasa yang mudah dipahami.
19
18
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.Ibid, bab IV, pasal 10 ayat 1, hal. 6
19 Ibid.
a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak
termasuk informasi yang
dikecualikan;
b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;
c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan
Badan Publik;
f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan
yang terbuka untuk umum;
g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan
masyarakat; dan/atau
h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
6. Defenisi, Hak Dan Kewajiban Badan Publik
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain
yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non
pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.20Kewajiban yang dimiliki
badan publik, yaitu:21
20
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.Ibid, bab I, pasal 1 ayat 3, hal. 12.
21
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.Ibid, bab III, pasal 7 ayat 1, hal. 5.
1. Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi
Publik yang berada dibawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik,
2. Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan
tidak menyesatkan.
3. Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi
untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses
dengan mudah.
4. Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan
yang diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.
5.Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat
pertimbangan politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.
6. Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media
elektronik dan non elektronik.
Hak-hak yang dimiliki badan publik terdiri dari:22
2. Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
22
3. Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. informasi yang dapat membahayakan negara;
b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari
persaingan usaha tidak sehat;
c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;
d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau
e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.
F. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi
perhatian ilmu sosial.23
1. Menurut Van Metter dan Van Horn Implementasi kebijakan adalah
Tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam Selain itu, tujuan adanya konsep adalah untuk
mendapatkan batasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti. Maka untuk
mendapatkan batasan yang jelas, defenisi konsep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
23
keputusan kebijaksanaan. Tindakan tindakan yang dimaksud mencakup
usaha usaha untuk mengubah keputusan keputusan menjadi tindakan
tindakan operasional Pelaksanaan kebijakan atau keputusan tersebut oleh
instansi pelaksana;
1. Ada 6 variabel, menurut Van Metter dan Van Horn, yang mempengaruhi
implementasi publik yaitu :
a. Standar dan sasaran kebijakan yaitu setiap kebijakan public
harus mempunyai standard an suatu sasaran kebijakan jelas
dan terukur. Dengan ketentuan tersebut tujuannya dapat
terwujudkan. Dalam standard an sasaran kebijakan tidak jelas,
sehingga tidak bias terjadi multi-interpretasi dan mudah
menimbulkan kesalah-pahaman dan konflik di antara para agen
implementasi.
b. Sumberdaya yaitu dalam suatu implementasi kebijakan perlu
dukungan sumberdaya, baik sumberdaya manusia (human
resources) maupun sumber daya materi (matrial resources) nsumberdaya metoda (method resources).
c. Hubungan antar organisasi yaitu dalam banyak program
implementasi kebijakan, sebagai realitas dari program
kebijakan perlu hubungan yang baik antar instansi yang terkait,
yaitu dukungan komunikasi dan koordinasi. Untuk itu,
keberhasilan suatu program tersebut. Komunikasi dan
koordinasi merupakan salah satu urat nadi dari sebuah
organisasi agar program-programnya tersebut dapat
direalisasikan dengan tujuan serta sasarannya.
d. Karakteristik agen pelaksana yaitu dalam suatu implementasi
kebijakan agar mencapai keberhasilan maksimal harus
diidentifikasikan dan diketahui karakteristik agen pelaksana
yang mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semua itu akan
mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang
telah ditentukan.
e. Disposisi implementor yaitu dalam implementasi kebijakan sikap atau disposisi implementor ini dibedakan menjadi tiga
hal, yaitu; (a) respons implementor terhadap kebijakan, yang
terkait dengan kemauan implementor untuk melaksanakan
kebijakan publik; (b) kondisi, yakni pemahaman terhadap
kebijakan yang telah ditetapkan; dan (c) intens disposisi
implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki tersebut.
f. Kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi dalam variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana
implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni
mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang
ada di lingkungan dan apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
2. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatubadan publik yang berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan
publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang
berkaitan dengan kepentingan publik.
3. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain
yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non
pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri
4. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang bertanggung
jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab Ini Terdiri Dari Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kerangka Teori, Definisi Konsep dan Sistematika Penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi
serta struktur organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat memuat hasil pengumpulan data di lapangan.
Dalam bab ini akan dicantumkan semua data yang diperoleh dari
lapangan atau dari lokasi penelitian selama proses penelitian.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisis data - data yang diperoleh saat penelitian
dilakukan dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang
diteliti.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang