• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN SEDERHANA PENERAPAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN SEDERHANA PENERAPAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN UU

(2)
(3)

PENERAPAN UU KETERBUKAAN

INFORMASI PUBLIK

Disusun oleh Yayasan SET

atas Dukungan USAID/DRSP

Tim Penyusun:

Agus Sudibyo Bejo Untung Henri Subagiyo

(4)

Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat. Telp. (021) 5738679 Faks (021) 57974104.

email: setfoundation@indo.net.id Bekerjasama dengan:

USAID-Democratic Reform Support Program (DRSP)

Indonesia Stock Exchange Building Tower II, 20th floor, suite 2002 Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Telp. 021-5152541 Fax. 021-5152542

http://www.drsp-usaid.org

Desain sampul & lay out: Agus Riyanto

(5)

PENGANTAR

HAK ATAS INFORMASI

Sebagai manusia kita mempunyai hak mendasar yang disebut dengan hak asasi. Hak asasi adalah hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia seba-gai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan se-tiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Selain hak asasi, sebagai warga Negara kita juga mempunyai HAK ATAS INFORMASI. Se-bagaimana hak asasi, hak atas informasi juga melekat pada setiap diri warga Negara.

Hak atas informasi ini dijamin oleh Konstitusi atau UUD 1945. Pada pasal 28F dinyatakan: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyim-pan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

(6)

UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Untuk menguatkan ketentuan dalam UUD 1945 tersebut, maka disusunlah Undang-Undang No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). UU KIP mem-berikan jaminan kepada SETIAP WARGA NEGARA un-tuk memperoleh informasi yang dikuasai oleh BADAN PUBLIK. UU KIP memberikan acuan yang sangat jelas kepada warga negara tentang tata cara MEMPEROLEH INFORMASI dari badan publik. UU KIP juga mengatur tentang apa yang harus dilakukan oleh warga negara (pemohon informasi publik) jika niatnya untuk mem-peroleh informasi dari badan publik dihambat oleh pe-jabat di dalam publik tersebut. Penyelesaian sengketa permintaan informasi tersebut akan diselesaikan oleh

KOMISI INFORMASI.

Melalui UU KIP masyarakat dapat memantau setiap ke-bijakan, aktivitas maupun anggaran badan-badan publik berkaitan dengan penyelenggaraan negara maupun yang berkaitan dengan kepentingan publik lainnya.

OBJEK-OBJEK POKOK DALAM UU KIP

PEMOHON INFORMASI PUBLIK adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan per-mintaan informasi publik.

(7)

PENGGUNA adalah orang yang menggunakan informasi publik.

INFORMASI adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkemban-gan teknologi informasi dan komunikasi secara elektron-ik ataupun non-elektronelektron-ik.

INFORMASI PUBLIK adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan gara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyeleng-gara dan penyelengpenyeleng-garaan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

BADAN PUBLIK adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas po-koknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari angga-ran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaangga-ran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi

(8)

nonpe-merintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya ber-sumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

(9)

DAFTAR ISI

PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

BAGIAN 1

Tujuan dan Asas UU KIP, serta Hak

dan Kewajiban dalam UU KIP ... 1

BAGIAN 2

Tata Cara Memperoleh Informasi Publik ... 9

BAGIAN 3

Sengketa Informasi dan Cara Penyelesaian ... 15

BAGIAN 4

Jenis dan Klasifikasi Informasi ... 25

BAGIAN 5

Komisi Informasi ... 39

(10)
(11)
(12)
(13)

BAGIAN 1

Tujuan dan Asas UU KIP,

serta Hak dan Kewajiban

dalam UU KIP

TUJUAN

Secara lebih lengkap, tujuan disahkannya UU KIP adalah untuk:

• menjamin hak warga negara mengetahui rencana pem-buatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta ala-san pengambilan suatu keputuala-san publik;

• mendorong partisipasi masyarakat dalam proses peng-ambilan kebijakan publik;

• meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengam-bilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;

• mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;

(14)

mempenga-ruhi hajat hidup orang banyak;

• mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdas-kan kehidupan bangsa; dan

• meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informa-si di lingkungan badan publik untuk menghainforma-silkan layanan informasi yang berkualitas.

ASAS

Asas atau prinsip dasar yang dijadikan landasan UU KIP adalah sebagai berikut:

• Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik. • Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan

terbatas.

• Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.

• Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-Undang, kepatutan, dan ke-pentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertim-bangkan dengan saksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih be-sar daripada membukanya atau sebaliknya.

(15)

HAK DAN KEWAJIBAN DALAM UU KIP

Setiap orang mempunyai hak untuk:

• memperoleh Informasi Publik sesuai dengan keten-tuan Undang-Undang ini.

• melihat dan mengetahui Informasi Publik;

• menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik;

• mendapatkan salinan Informasi Publik melalui per-mohonan sesuai dengan Undang-Undang ini; • menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan

per-aturan perundang-undangan.

• mengajukan permintaan Informasi Publik disertai alasan permintaan.

• mengajukan gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan ketentuan Undang-Un-dang ini.

Pengguna informasi publik mempunyai kewajiban un-tuk:

• menggunakan Informasi Publik sesuai dengan keten-tuan peraturan perundang-undangan;

• mencantumkan sumber dari mana kita memperoleh In-formasi Publik, baik yang digunakan untuk kepenting-an sendiri maupun untuk keperlukepenting-an publikasi sesuai

(16)

dengan peraturan perundang-undangan. Hak badan publik adalah:

• menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un-dangan.

• menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un-dangan.

• Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, adalah:

1. informasi yang dapat membahayakan negara; 2. informasi yang berkaitan dengan kepentingan

perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat;

3. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi; 4. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan;

dan/atau

5. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.

Kewajiban badan publik adalah:

• menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan In-formasi Publik yang berada dibawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi

(17)

yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.

• menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan. Untuk itu Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses den-gan mudah.

• membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebi-jakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas Informasi Publik. Pertimbangan sebagaimana dimaksud di sini antara lain memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahan-an dpertahan-an keampertahan-anpertahan-an negara.

(18)
(19)
(20)
(21)

BAGIAN 2

Tata Cara Memperoleh

Informasi Publik

Sebagaimana disebutkan pada Bagian Pengantar bahwa UU KIP memberikan jaminan hukum kepada warga neg-ara untuk mendapatkan informasi publik. Dalam rangka mendapatkan informasi publik tersebut, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh pemohon informasi. Langkah-langkah dalam memperoleh informasi sebagaima-na diatur dalam UU KIP (lihat infografis di halaman 9). Paling lambat 10 hari setelah permintaan informasi di-catat, badan publik akan memberikan tanggapan. Tanggap-an disampaikTanggap-an dalam bentuk tertulis yTanggap-ang Tanggap-antara lain akan memberitahukan beberapa hal sebagai berikut: • Ada atau tidaknya informasi yang diminta. Apabila

informasi yang diminta ternyata tidak ada, maka badan publik yang bersangkutan akan meminta kepa-da bakepa-dan publik lain yang diperkirakan memilikinya.

(22)

• Informasi yang diminta termasuk yang terbuka atau dikecualikan.

• Materi informasi yang akan diberikan secara kese-luruhan atau sebagian. Jika suatu dokumen materi yang dikecualikan, maka informasi yang dikecualikan tersebut dihitamkan dengan disertai alasan.

• Alat penyampai informasi yang akan digunakan; • Biaya yang dikenakan atas pemenuhan informasi

yang diminta.

Jika dalam waktu 10 hari itu belum juga ada tanggapan sebagaimana dimaksud di atas, dalam waktu 7 hari beri-kutnya badan publik akan memberikan pemberitahuan tertulis.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara permintaan informasi ini akan diatur kemudian oleh Komisi Infor-masi. (Tentang Komisi Informasi, lihat Bagian 5)

(23)

Langkah 1. Pemohon informasi publik mengajukan permintaan informasi ke-pada badan publik, baik langsung se-cara lisan, maupun melalui surat atau surat elektronik (email). Permintaan juga dapat dilakukan melalui telepon.

Langkah 2. Pemohon informasi harus menyebutkan nama, alamat, subjek/je-nis informasi yang diminta, bentuk in-formasi yang diminta dan cara penyam-paian informasi yang diinginkan.

Langkah 3. Pejabat Pengelola In-formasi dan Dokumentasi (PPID) pada badan publik mencatat semua yang disebutkan oleh pemohon in-formasi pada Langkah 2.

Langkah 4. Pemohon informasi harus meminta tanda bukti kepada PPID di badan publik bahwa telah melakukan permintaan informasi, serta nomor pendaftaran permintaan.

(24)
(25)
(26)
(27)

BAGIAN 3

Sengketa Informasi

dan Cara Penyelesaian

Permintaan informasi sebagaimana digambarkan pada Bagian 2, ada kemungkinan tidak dilayani oleh PPID sebagaimana mestinya. Kemungkinan inilah yang kemu-dian akan memunculkan terjadinya sengketa informasi. UU KIP mengatur bagaimana menyelesaikan kemungki-nan sengketa yang terjadi.

Sengketa informasi adalah persengketaan yang terjadi antara pemohon informasi dengan badan publik. Pemo-hon informasi dapat mengajukan sengketa jika terjadi hal-hal sebagai berikut:

• permintaan informasi ditolak berdasarkan alasan pengecualian;

• tidak disediakannya informasi berkala sebagaimana diatur dalam UU KIP;

Keterangan:

(28)

diu-mumkan oleh badan publik secara berkala, meskipun tanpa permintaan. (Tentang jenis dan klasifikasi In-formasi Publik, lebih lanjut lihat Bagian 4).

• tidak ditanggapinya permintaan informasi;

• permintaan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang diminta;

• tidak dipenuhinya permintaan informasi; • pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau

• penyampaian informasi yang melebihi waktu yang diatur dalam UU KIP

Jika menghadapi satu atau beberapa kondisi tersebut di atas, maka pemohon informasi dapat mengajukan seng-keta melalui beberapa tahapan.

(29)

P e n g a j u a n sengketa ke Komisi Informa-si selambat-lam-batnya dilakukan 14 hari kerja sejak diteri-manya keputusan/tanggapan ter-tulis dari atasan PPID.

Tahap 1. Pengajuan sengketa kepada internal badan publik yang bersangkutan, dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Langkah 1.

Keberatan diajukan ke-pada atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

PPID

Langkah 2. Atasan PPID harus memberikan keputusan/tangga-pan atas pengajuan keberatan tersebut paling lambat 30 hari kerja setelah diterimanya ke-beratan secara tertulis. Apabila atasan PPID menguatkan putu-san bawahannya maka alaputu-san tertulis disertakan bersama keputusan/tanggapan tersebut. Jika pengaju

seng-keta puas atas pu-tusan atasan PPID, sengketa selesai.

SELESAI

Jika pengaju sengketa tidak puas atas putusan atasan PPID, sengketa dapat dilanjutkan me-lalui Komisi Informasi.

(30)

Tahap 2. Pengajuan sengketa kepada Komisi Informasi, yang lang-kah-langkahnya digambarkan berikut ini:

Komisi Informasi Langkah 1. Pengajuan sengketa ke Komisi selambat-lambatnya dilakukan 14 hari kerja sejak diterimanya keputu-san/tanggapan tertu-lis dari atasan PPID.

Jika pada tahap mediasi dihasilkan kesepakatan, maka hasil kesepakatan tersebut ditetapkan oleh Putusan Komisi Informasi.

SELESAI.

Putusan Komisi Informasi berdasar kesepakatan para pihak bersifat final dan mengikat

Langkah 2. Dalam waktu 14 hari kerja sejak diterimanya permo-honan penyelesaian sengketa, Komisi Informasi harus mulai melakukan proses penyelesaian sengketa melalui mediasi dan/ atau adjudikasi.

Proses penyelesaian sengketa informasi yang dilakukan oleh Komisi Informasi melalui medi-asi dan/atau adjudikmedi-asi tersebut diselesaikan paling lambat 100 hari kerja.

(31)

Jika pemohon informasi puas atas keputusan adjudikasi Komisi Infor-masi, sengketa selesai.

Jika pemohon informasi tidak menerima/tidak puas dengan Putusan Komisi Informasi, maka dapat men-gajukan gugatan ke pengadilan dalam waktu 14 hari kerja sejak diterimanya putusan tersebut, dan me-nyatakan secara tertulis bahwa tidak menerima/tidak puas dengan Putusan Adjudikasi Komisi Informasi.

SELESAI

Jika pada tahap mediasi tidak dihasilkan kes-epakatan atau terjadi penarikan diri dari salah satu pihak atau para pihak, maka Komisi Infor-masi melanjutkan proses penyelesaian sengketa melalui adjudikasi.

(32)

Tahap 3. Penyelesaian sengketa informasi melalui pengadilan, yang langkah-langkahnya digambarkan sebagai berikut:

Jika tidak menerima putusan pengadilan, penggugat meng-ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung Gugatan dan pernya-taan tertulis hasil adju-dikasi Komisi Informasi diajukan ke pengadi-lan selambat-lambat-nya 14 hari kerja sejak diterimanya putusan Komisi Informasi.

Pengajuan gugatan dilakukan ke Penga-dilan Tata Usaha Ne-gara apabila yang digugat (tergugat) adalah Badan Pub-lik Negara.*

Pengajuan gugatan dilakukan ke Pen-gadilan Negeri apa-bila yang digugat (tergugat) adalah Badan Publik selain Negara.** Penggugat menerima putusan pengadilan Pengajuan kasasi dilakukan selambat-lambatnya 14 hari sejak diterimanya putusan Pengadilan Negeri atau Pen-gadilan Tata Usaha Negara.

(33)

* Yang dimaksud Badan Publik Negara adalah lembaga ekse-kutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

** Yang dimaksud Badan Publik selain Negara adalah or-ganisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau se-luruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/ atau luar negeri.

(34)
(35)
(36)
(37)

BAGIAN 4

Jenis dan Klasifikasi Informasi

UU KIP mengatur jenis dan klasifikasi informasi publik. Berdasarkan klasifikasinya, informasi publik dibagi men-jadi sebagai berikut:

• Informasi yang wajib diumumkan secara berkala/reguler • Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta • Informasi yang wajib tersedia setiap saat

• Informasi BUMN/BUMD dan badan usaha lain yang dimiliki oleh negara.

• Informasi tentang partai politik.

• Informasi tentang organisasi non-pemerintah • Informasi yang dikecualikan.

Sedangkan jenis-jenis informasi dari klasifikasi informasi tersebut di atas adalah sebagai berikut:

• Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala yaitu:

a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik; b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan

(38)

Publik terkait;

c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau d. informasi lain yang diatur dalam peraturan

perun-dang-undangan.

Informasi ini wajib diumumkan paling lambat 6 bu-lan sekali.

Informasi yang wajib diumumkan secara serta mer-ta. Informasi yang masuk dalam kategori ini adalah informasi yang berkaitan dengan kebutuhan mendesak bagi hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum. Misalnya informasi tentang kemungkinan akan datang-nya bencana alam dan penyebaran suatu pedatang-nyakit ber-bahaya seperti flu burung, SARS, demam berdarah, dan sebagainya.

Informasi yang wajib tersedia setiap saat. Terma-suk dalam kategori informasi ini adalah:

a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya;

b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangan-nya;

c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pen-dukungnya;

(39)

perki-raan pengeluaran tahunan Badan Publik; e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga; f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat

Publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum; g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang

berkai-tan dengan pelayanan masyarakat; dan/atau h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

• Informasi Publik yang wajib disediakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan/atau badan usaha lainnya yang dimiliki oleh negara dalam Undang-Undang ini adalah:

a. nama dan tempat kedudukan, maksud dan tu-juan serta jenis kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan, sebagaimana tercan-tum dalam Anggaran Dasar;

b. nama lengkap pemegang saham, anggota direksi, dan anggota dwan komisaris perseroan;

c. laporan tahunan, laporan keuangan, neraca lapor-an laba rugi, dlapor-an laporlapor-an tlapor-anggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit;

d. hasil penilaian oleh auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat lainnya;

(40)

e. sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisa-ris/dewan pengawas dan direksi;

f. mekanisme penetapan direksi dan komisaris/dewan pengawas;

g. kasus hukum yang berdasarkan Undang-Undang ter-buka sebagai Informasi Publik;

h. pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran; i. pengumuman penerbitan efek yang bersifat utang; j. penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan; k. perubahan tahun fiskal perusahaan;

l. kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi;

m. mekanisme pengadaan barang dan jasa; dan/atau informasi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah.

• Informasi Publik yang wajib disediakan oleh par-tai politik dalam Undang-Undang ini adalah: a. asas dan tujuan;

b. program umum dan kegiatan partai politik; c. nama alamat dan susunan kepengurusan dan

(41)

d. pengelolaan dan penggunaan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/ atau anggaran pendapatan dan belanja daerah; e. mekanisme pengambilan keputusan partai; f. keputusan partai: hasil

muktamar/kongres/mu-nas/ dan keputusan lainnya yang menurut ang-garan dasar dan angang-garan rumah tangga partai terbuka untuk umum; dan/atau

g. informasi lain yang ditetapkan oleh Undang-Un-dang yang berkaitan dengan partai politik.

• Informasi Publik yang wajib disediakan oleh orga-nisasi nonpemerintah dalam Undang-Undang ini adalah:

a. asas dan tujuan;

b. program dan kegiatan organisasi;

c. nama, alamat, susunan kepengurusan, dan pe-rubahannya;

d. pengelolaan dan penggunaan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/ atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sum-bangan masyarakat, dan/atau sumber luar negeri; e. mekanisme pengambilan keputusan organisasi; f. keputusan-keputusan organisasi; dan/atau

(42)

perun-dang-undangan.

Semua informasi tersebut di atas dapat kita minta! Yang tidak dapat kita minta adalah informasi yang dike-cualikan, karena ada kemungkinan ditolak oleh badan publik.

Termasuk ke dalam informasi yang dikecualikan adalah sebagai berikut:

• Informasi publik yang dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat:

1. menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;

2. mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi, dan/atau korban yang mengetahui adanya tindak pidana;

3. mengungkapkan data intelijen kriminal dan ren-cana-rencana yang berhubungan dengan pence-gahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional;

4. membahayakan keselamatan dan kehidupan pene-gak hukum dan/atau keluarganya; dan/atau 5. membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/

(43)

Tidak termasuk informasi yang dikecualikan dalam kategori ini adalah:

1. putusan badan peradilan;

2. ketetapan, keputusan, peraturan, surat edaran, ataupun bentuk kebijakan lain, baik yang tidak berlaku mengikat maupun mengikat ke dalam ataupun ke luar serta pertimbangan lembaga penegak hukum;

3. surat perintah penghentian penyidikan atau penuntutan;

4. rencana pengeluaran tahunan lembaga penegak hukum;

5. laporan keuangan tahunan lembaga penegak hukum;

6. laporan hasil pengembalian uang hasil korupsi; dan/atau

7. informasi lain yang telah sah dinyatakan ter-buka pengadilan maupun Komisi Informasi. Artinya, informasi ini dapat kita minta.

• Informasi publik yang dapat mengganggu kepentin-gan perlindunkepentin-gan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.

(44)

• Informasi yang dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, yaitu:

1. informasi tentang strategi, intelijen, operasi, tak-tik dan teknik yang berkaitan dengan penyeleng-garaan sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri;

2. dokumen yang memuat tentang strategi, intelejen, operasi, teknik dan taktik yang berkaitan

d

engan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keama-naan negara yang meliputi tahap perencakeama-naan, pelaksan

aan dan pengakhiran

atau

evaluasi

; 3. jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi

kekuatan dan kemampuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencana pengembangannya;

4. gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan/atau instalasi militer;

5. data perkiraan kemampuan militer dan pertah-anan negara lain terbatas pada segala tindakan dan/atau indikasi negara tersebut yang dapat membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Re-publik Indonesia dan/atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam

(45)

perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia;

6. sistem persandian negara; dan/atau 7. sistem intelijen negara.

• Informasi publik yang dapat mengungkapkan kekaya-an alam Indonesia;

• Informasi yang dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional:

1. rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau asing, saham dan aset vital milik negara;

2. rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, model operasi institusi keuangan;

3. rencana awal perubahan suku bunga bank, pin-jaman pemerintah, perubahan pajak, tarif, atau pendapatan negara/daerah lainnya;

4. rencana awal penjualan atau pembelian tanah atau properti;

5. rencana awal investasi asing;

6. proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau lembaga keuangan lainnya; dan/atau 7. hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan

(46)

• Informasi yang dapat merugikan kepentingan hubu-ngan luar negeri:

1. posisi, daya tawar dan strategi yang akan dan telah diambil oleh negara dalam hubungannya dengan negosiasi internasional;

2. korespondensi diplomatik antarnegara;

3. sistem komunikasi dan persandian yang dipergu-nakan dalam menjalankan hubungan internasion-al; dan/atau

4. perlindungan dan pengamanan infrastruktur strate-gis Indonesia di luar negeri.

• Informasi yang dapat mengungkapkan isi akta oten-tik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir atau-pun wasiat seseorang;

Informasi ini dapat dibuka jika:

a. pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan tertulis; dan/atau

b. pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang dalam jabatan-jabatan publik.

• Informasi yang dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu:

(47)

2. riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kese-hatan fisik, dan psikis seseorang;

3. kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;

4. hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabili-tas, intelektualikapabili-tas, dan rekomendasi kemampuan seseorang; dan/atau

5. catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan for-mal dan satuan pendidikan nonforfor-mal.

Informasi ini dapat dibuka jika:

a. pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan tertulis; dan/atau

b. pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang dalam jabatan-jabatan publik.

• Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut sifatnya dira-hasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan;

• Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.

(48)

Informasi yang dikecualikan ini tidak bersi-fat permanen, tetapi dapat dibuka dalam batas waktu tertentu, yang akan diatur kemudian oleh Peraturan Pemerintah.

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi dengan saksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap orang.

(49)
(50)
(51)

BAGIAN 5

Komisi Informasi

Pada Bagian 3 telah dijelaskan, jika pemohon informasi mengalami hambatan saat melakukan permintaan in-formasi kepada badan publik, maka dapat mengajukan sengketa kepada Komisi Informasi. Pada bagian ini akan dijabarkan apa itu Komisi Informasi.

Komisi Informasi dibentuk di tingkat Pusat dan di tingkat Provinsi. Komisi Informasi juga dapat dibentuk di tingkat Kabupaten/Kota jika masyarakat menganggap diperlukan. Pembiayaan Komisi Informasi berasal dari dana APBN untuk Komisi Informasi Pusat dan APBD un-tuk Komisi Informasi Provinsi, Kabupaten/Kota. Komisi Informasi merupakan lembaga negara yang independen, bertanggungjawab kepada DPR atau DPRD.

FUNGSI

Selain menyelesaikan sengketa informasi baik me-lalui mediasi maupun ajudikasi, Komisi Informasi juga mempunyai fungsi menjalankan UU KIP dan peraturan

(52)

pelaksananya serta menetapkan petunjuk teknis stan-dar layanan informasi. Stanstan-dar layanan yang dimaksud adalah standar pelayanan informasi yang harus dipenuhi oleh badan publik, dan lebih lanjut Komisi Informasi akan mengatur tentang tatacara mendapatkan informasi publik.

KEANGGOTAAN

Komisi Informasi Pusat terdiri dari 7 orang anggota dan Komisi Informasi tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota ter-diri 5 orang anggota. Ketua Komisi Informasi ditentukan oleh anggota Komisi. Anggota Komisi Informasi Pusat dipilih oleh DPR dan anggota Komisi Informasi Provinsi, Kabupaten/Kota dipilih oleh DPRD. Sebelumnya, calon anggota Komisi Informasi diseleksi oleh Pemerintah Pu-sat untuk Komisi Informasi PuPu-sat, Pemerintah Provinsi untuk Komisi Informasi Provinsi dan Pemerintah Kabu-paten/Kota untuk Komisi Informasi KabuKabu-paten/Kota. Dalam melakukan proses seleksi terhadap calon anggota Komisi Informasi, Pemerintah harus bersikap terbuka, jujur dan objektif.

Setiap anggota masyarakat mempunyai hak untuk mendaftar menjadi calon anggota Komisi Informasi jika memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut:

(53)

a. warga negara Indonesia;

b. memiliki integritas dan tidak tercela;

c. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana 5 (lima) tahun atau lebih;

d. memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang keterbukaan Informasi Publik sebagai bagian dari hak asasi manusia dan kebijakan publik;

e. memiliki pengalaman dalam aktivitas Badan Publik; f. bersedia melepaskan keanggotaan dan jabatannya

dalam Badan Publik apabila diangkat menjadi ang-gota Komisi Informasi;

g. bersedia bekerja penuh waktu;

h. berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima) ta-hun; dan

i. sehat jiwa dan raga. * * *

(54)
(55)

PENUTUP

Banyak sekali kebijakan badan publik (terutama Pemerin-tah) yang kurang disosialisasikan dengan baik. Padahal kebijakan-kebijakan tersebut kebanyakan sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Dengan UU KIP ini Pemerintah tidak bisa berkelit lagi untuk menutup-nutupi informasi. Tetapi yang lebih penting lagi, masyarakat juga mesti aktif melakukan permintaan informasi. Tidak perlu ragu ataupun takut, karena apa yang kita lakukan itu telah dijamin oleh UU yaitu UU KIP.

Panduan ini diharapkan dapat dipahami sehingga ma-syarakat akan semakin mudah untuk menerapkan UU KIP. Jangan lupa, informasikan kepada yang lain jika Anda adalah orang yang terlebih dahulu mendapatkan panduan ini.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Jembrana disusun sesuai dengan pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi hasil pengujian saringan, kadar lumpur, berat jenis, dan penyerapan air pasir Sungai

Terlepas dari itu semua, kehadiran kelompok Islam radikal dan militan di Indonesia pasca Orde Baru, seperti gerakan Tarbiyah dan Hizbut Tahrīr Indonesia (HTI) merupakan

Tahun1988, Indahwati meninggal dunia, 2 (dua) tahun kemudian Mardianto kawin lagi dengan seorang janda bernama Sartika dengan membawa 2 (dua) orang anak yaitu Dessy dan Aryo..

Aplikasi analisa dan perancangan sistem informasi pinjaman pada Credit Union Keling Kumang ini bertujuan untuk menyediakan informasi dan pencatatan kepadamanajemen

Nurul Aini Amalia, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah & Hukum, UIN Analisis Fatwa DSN MUI No.77/DSN- MUI/V/2010/ terhadap Trading Komoditi Emas

Yang dimaksud dengan informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan

BAB II Pola asuh orang tua dan kecerdasan spiritual. Kecerdasaan spiritual meliputi pengertian kecerdasaan spiritual, ciri-ciri kecerdasaan spiritual, fungsi