• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab antara keluarga,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab antara keluarga,"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tangung jawab sekolah. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membina kepribadian agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyarakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan perbuatan sosial yang mendasar untuk pertumbuhan dan perkembangan kedewasaan dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Oleh karena itu peran orang tua disini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak baik dari segi positif maupun negatif, karena bersama orang tuanyalah anak banyak menghabiskan waktunya dan bersama orang tualah anak akan mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

Peran ayah dan ibu sangat penting dalam pendidikan keluarga, karena mereka adalah figur yang dicontoh oleh anak. Namun sering kali pendidikan di dalam keluarga dianggap tidak penting. Etika yang benar harus diajarkan kepada anak sejak kecil, sehingga ketika ia dewasa maka ia akan berperilaku baik. Dalam mendidik anak berperilaku baik, tentu saja

(2)

orang tua harus memberi teladan yang baik pula kepada anaknya. Jika semenjak kecil anak diajarkan yang baik dan benar maka keluarga tersebut akan harmonis.1

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang amat efektif. Orang tua dapat melaksanakan proses pendidikan dalam keluarga dengan aman dan nyaman. Bagi semua anak, pendidikan dalam keluarga lebih mungkin dilakukan dalam situasi yang kurang kondusif. Akan tetapi jika kondisi telah memungkinkan maka anak-anak juga belajar diluar rumah.

Keluarga memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dan strategi dalam propes pembinaan dan pendidikan anak meliputi pendidikan jasmani, rohani, pembinaan moral dan intelektual, memperkuat spiritual anak. Oleh karena itu, tidak heran jika Islam mengisyaratkan baik buruknya suatu negara sangat tergantung pada kebersihan keluarga dalam mendidik anaknya.2

Pola asuh orang tua adalah cara orang tua mengasuh anak yang merupakan kegiatan dalam usaha memelihara, membimbing dan melindungi anak untuk kelangsungan hidup, perkembangan dan pertumbuhan yang selaras dan seimbang, baik secara fisik maupun secara mental dan tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Anak merupakan titipan Allah yang harus dijaga baik-baik. Orang tua harus mampu bertanggung jawab atas anaknya. Mereka harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan sampai dengan kebutuhan jiwa dan sosial yang perlu 1 Istighfarotur Rahmaniyah, Pendidikan Etika (Malang: UIN Maliki Press, 2010) hlm. 1. 2 Mahmud, Heri Gunawan, dan Yuyun Yulianingsih, Pendidikan Agama dalam Keluarga (Jakarta: Akademia Permata, 2013), hlm. 149

(3)

dalam hidup. Maka perlakuan yang baik, haruslah menjamin agar kebutuhan-kebutuhan anak terpenuhi semuanya. Kebutuhan jiwa seperti: kasih sayang, rasa aman, harga diri, kebebasan dan lainya harus betul-betul diperhatikan.3

Anak merupakan amanah Allah SWT. Yang harus dijaga dan dibina, hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memeliharanya dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik. Keluarga sebagai institusi atau lembaga pendidikan (non formal), tempat pendidikan paling awal dan yang memberikan warna dominan pada anak. Maka kedua orang tualah yang memiliki peran besar untuk mendidik anak agar tetap dalam jalan yang sehat dan benar.

Orang tua wajib memberikan yang terbaik bagi anak, agar anak selalu dalam jalurnya, apabila anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, orang tua perlu bertindak dengan kecerdasan emosiaonal dan kecerdasan spiritual. Orang tua harus belajar menyimbangkan emosi dan logika diri sendiri untuk keadaan situasi anak yang dihadapi.

Dalam keluarga, orang tua harus mampu menciptakan hubungan keluarga yang harmonis dan agamis. Karena sebagian besar waktu anak digunakan dalam lingkungan keluarga, maka hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikap anak dalam kehidupan sosial. Pergaulan anak dalam keluarga inilah yang akan membentuk sikap dari kepribadian anak.

3 Fahmilah Hidayah, Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kesehatan mental anak, (pekalongan: Perpustakaan STAIN,2007). Hlm 7-8

(4)

Hubungan orang tua yang efektif, penuh kemesraan dan tanggung jawab yang didasari oleh kasih sayang yang tulus. Sehingga anak-anak akan mampu mengembangkan aspek- aspek kepribadiannya yang bersifat individu, sosial dan keagamaan.

Jadi peran orang tua melalui pola asuh yang benar dan sesuai tingkat perkembangan anak akan memberikan dampak kepada nilai-nilai perilaku keagamaan anak, semakin orang tua memberikan perhatian kepada anak, maka perilaku keagamaan anak menjadi lebih baik dibandingkan perilaku keagamaan anak yang orang tuanya disibukkan dengan pekerjaan di luar rumah.

Kecerdasan spiritual itu sangat penting dalam kehidupan terutama dalam dunia pendidikan. Namun bila sekarang ini orang tua kurang memperhatikan mengenai kecerdasan spiritual anak, sehingga bila dilihat kenyataan yang terjadi pada saat sekarang ini banyak anak-anak yang sukses tetapi dia tidak mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan batin. Kecerdasaan spiritual lebih merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas kehidupan spiritualnya.

Kecerdasaan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid, serta berprinsip “hanya karena Allah”.4 4 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual Esq, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001, cet.1, hlm.57.

(5)

Kecerdasan spiritual ini sangat penting dalam kehidupan manusia, karena ia akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membedakan benar dan salah, baik dan buruk, memberi manusia rasa moral dan memberi manusia kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan aturan-aturan baru yang ada di lingkungannya. Orang tua sangat berpengaruh sekali dalam mendidik anaknya terutama sekali di dalam pendidikan agama Islam. Anak merupakan bagian dari masyarakat yang dipundaknya terpikul beban pembangunan di masa yang akan datang, dan juga sebagai generasi penerus bangsa, maka dari itu orang tua harus lebih memperhatikan dan selalu membimbing dan mendidik anak dengan baik, sehingga tercapailah baginya kebahagian dunia dan kebahagiaan akhirat.

Orang tua dirumah menjadi pelajaran yang berharga bagi anak, dari merekalah anak dapat melipat gandakan kecerdasaan spiritual. Selain disekolah dirumah pun senantiasa terjadi peristiwa yang merupakan proses pembentukan kecerdasaan spiritual. Kecerdasaan spiritual anak kuncinya pada orang tua.

Berangkat dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dengan mengambil judul “Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Di Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan,”

(6)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasaan spiritual anak-anak di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Pekalongan Pekalongan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasaan spiritual anak di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kecerdasan spiritual anak serta cara orang tua untuk mendidik anak dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.

1. Untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasaan spiritual anak-anak di Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasaan spiritual anak di Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain : 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yaitu menambah khazanah pustaka dalam bidang pendidikan dan dapat menambah wawasan ilmu terkait pendidikan agama Islam anak.

(7)

2. Kegunaan praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan diantaranya:

a. Sebagai bahan masukan bagi orang tua untuk menambah pengetahuan tentang pendidikan agama Islam bagi anak, sebagai orang tua diharapkan lebih memperhatikan kecerdasan spiritual terhadap anak-anaknya.

b. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak-anaknya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Teori dan Penelitian Terdahulu

Dibutuhkan banyak referensi di dalam suatu penelitian guna menghasilkan sebuah karya ilmiyah yang baik, antara lain:

Pendidikan keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalkan kepada anak atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal sosial pertama-tama didalam lingkungan keluarga.5 Kecerdasaan berasal dari kata cerdas yaitu sempurna perkembangan akal budi untuk berfikir dan mengerti.6

5 Abu Ahmadi, Sosilogi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, Cet. I, 1991), Hlm. 90 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), Cet.2, Hlm 186.

(8)

Spiritual berasal dari kata spirit yang berasal dari bahasa latin yaitu spiritus yang berarti nafas. Dalam istilah modern mengacu kepada energi batin yang non jasmani yang meliputi emosi karakter.7 Berarti kecerdasan spiritual ialah kemampuan akal dalam menyempurnakan perkembangan jiwa.

Menurut Marsha sinetar, dalam bukunya Monty P. Satiadrama Pribadi yang memiliki kecerdeasaan spiritual (SQ) mempunyai kesadaran yang mendalam, intuisi dan kekuatan “keakuan” atau “otoritas” tinggi, kecenderungan merasakan “pengalaman puncak” dan bakat-bakat estetis”8 disini dapat dilihat bahwa kecerdasan spiritual berbeda dengan kecerdasaan emosiaonal, dalam melihat dan menyadari diri. Pada kecerdasaan emosional, manusia dilihat dan dianalisis dalam batas-batas psikologis sosial, sementara pada kecerdasan spiritual, manusia diinterpretasikan dan dipandang eksistensinya sampai pada daratan noumenal (fitriyah) dan universal.

Manusia yang memiliki spiritual yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, sehingga akan berdampak pula

7 Toni Buzan, Kekuatan Esq: 10 Lanmgkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual, (Indonesia: PT. Pustaka Delaptosa, 2003), Cet.1, Hlm.6.

8 Monty P. Satiadrama & Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), Cet. 1, Hlm. 46.

(9)

kepada kepandaian dia dalam berinteraksi dengan manusia, karena di bantu oleh Allah yaitu hati manusia dijadikan cenderung Kepada-Nya.

Sedangkan pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan keluarga selanjutnya. Hasil pendidikan keluarga inilah yang nantinya akan menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik disekolahan maupun dimasyarakat karena orang tua dalam keluarga merupakan pusat pendidikan yang penting dan paling utama, dimana di dalamnya merupakan tempat penanaman dasar pembentukan watak-watak, terutama watak spiritualnya.

Kecerdasaan spiritual disebut juga dengan kecerdasaan jiwa atau kecerdasaan rohaniah. Apabila manusia tidak memiliki kecerdasan ruh ini akan mengakibatkan hilangnya ketenangan batin dan pada akhirnya akan mangakibatkan hilangnya kebahagian pada diri manusia.

Moch. Shochib mengemukakan bahwa penataan lingkungan pendidikan internal yang dilakukan oleh orang tua yaitu menyingkap upaya terhadap anak-anak untuk memilki nilai moral dasar, sosial, ekonomi, dan nilai moral kebersihan dan keteraturan, sedangkan penataan lingkungan pendidikan anak secara eksternal menyingkap upaya terhadap anak memiliki nilai moral dasar dan nilai ilmiah.9 9 Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak dalam Menegmbangkan Disiplin Diri, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Hlm. 1-3

(10)

Selain analisi melalui buku-buku yang relevan dengan penelitian tersebut penulis melakukan telaah penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:

Skripsi yang ditulis oleh Abdul syukur (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, STAIN Pekalongan), 2012 yang berjudul “Peranan Orang Tua Dalam Membina

Kecerdasan Spiritual Anak Dalam Keluarga Di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan”.

Penelitiannya menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada hakekatnya keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling utama dari pada pendidikan formal, karena dalam keluarga mula-mula anak memperoleh bimbingan dan pendidikan dari orang tua serta dalam lingkungan keluarga itulah seorang anak dan remaja menghabiskan waktunya dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan seorang anak sering kali dianggap perkara biasa, anggapan ini merupakan anggapan yang salah karena sopan santun merupakan dasar untuk menjadikan umat beradab, sangat perlu diajarkan sejak anak usia dini.

Skripsi lain yang berjudul “Pengembangan Kecerdasan

Spiritual (Spiritual Quotient) Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain (Sebuah Kajian Teori) yang disusun oleh Chadziqoh

(11)

dengan membawa banyak potensi, termasuk potensi kecerdasan spiritual yang dapat berkembang dengan baik apabila diiringi dengan bimbingan dan latihan dari orang tua melalui penanaman dasar-dasar aqidah, ibadah dan akhlak.

Untuk penelitian mengenai pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak, sebelumnya belum ada yang mengkaji. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Penelitian pertama subjeknya peranan orang tua, penelitian kedua subjeknya kecerdasan spiritual pada anak usia dini. Untuk penelitian ini mengambil subjek pola asuh orang tua dan objeknya kecerdasan spiritual. Dan persamaan penelitian ini dengan penelitian pertama subjeknya sama yaitu pola asuh orang tua dan persamaan ini dengan penelitian yang kedua sama-sama membahas tentang kecerdasan spiritual.

Berdasarkan pemaparan analisis teori diatas, maka objek yang akan dijadikan fokus penelitian dalam hal ini adalah pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasaan spiritual anak.

2. Kerangka berpikir

Kerangka suatu teori merupakan penjelasan sementara dari gejala yang menjadi objek yang diteliti dan kriteria teori itu dapat menyakinkan sesama peneliti atau ilmuan lain dengan pola pikir logis. Hal ini berhubungan dengan teori hasil telaah pustaka.10

10 Kholid Marbuko Dkk, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Hlm. 60-61

(12)

Kecerdasaan spiritual disebut juga dengan kecerdasaan jiwa atau kecerdasaan rohaniah. Apabila manusia tidak memiliki kecerdasan ruh ini akan mengakibatkan hilangnya ketenangan batin dan pada akhirnya akan mengakibatkan hilangnya kebahagian pada diri manusia.

Adapun pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak itu sangat penting. Mendidik agar anak mampu mengembangkan dan menciptakan nilai-nilai spiritualitas yang ada pada dirinya dengan maksimal tentunya membutuhkan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah-langkah tersebut diantaranya yakni dengan menjalani latihan yang bersifat intelektual seperti logika dan meta logis, hal ini sangat penting dalam membentuk kecerdasan spiritual karena latihan tersebut bisa mempertajam dan menguatkan analisis atas ide-ide atau inspirasi yang timbul. Kemudian langkah selanjutnya yaitu dengan menjalani kehidupan secara spiritual, seperti ketekunan ibadah, menjalankan hal-hal yang disunnahkan agar anak meniru sifat baik orang tua tersebut.

F. Metode Penelitian 1. Desain penelitian

a. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif adalah suatu

(13)

pendekatan yang dari hasil analisisnya disajikan dalam bentuk deskripsi naratif. Metode ini digunakan karena lebih mudah mengadakan penyesuaian secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek penelitian, memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.11

Peneliti mengumpulkan data yang berupa tulisan ataupun hasil wawancara dari orang-orang yang terkait untuk mendapatkan data tentang pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasaan spiritual di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan

b. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan ditempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.12 Dengan turun ke lapangan, peneliti akan dapat menentukan, mengumpulkan data dan mengumpulkan informasi tentang pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan

11 Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan,(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), Hlm. 95.

12 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metode Penelitian : Pendekatan Praktis Dalam Penelitian, Cet. Ke 19 (Yogyakarta: Andi Offiset, 2010), Hlm.28

(14)

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Adapun yang menjadi sumber data adalah responden, yaitu orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik tertulis maupun lisan.13 Sumber data penelitian dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah informasi yang memuat data-data yang berkaitan dengan pokok pembahasan.14 Sumber data primer dala penelitian ini diperoleh dari masyarakat desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan dan teknik pengambilan data melalui interview atau obervasi.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua yang digunakan untuk menunjang sumber data primer, yang meliputi buku-buku referensi yang berkaitan dengan rumusan masalah atau sumber lain yang menunjang dan daoat memberikan informasi.15 Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, dokumentasi, artikel dari media masa, dan sumber lain yang mendukung.

13Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 114.

14 Ibid., Hlm. 171

(15)

3. Metode pengumpulan data a. Metode observasi

Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti.16 Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran umum yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual di Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

b. Metode wawancara

Metode wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 17 wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada interview telah ditetapkan terlebih dahulu. 18 dimana yang menjadi subyek penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak antara usia 3-12 tahun

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang pola asuh orang tua yang memiliki anak di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

16 Ibid., Hlm. 172

17 Amirul Hadi dan Handoyo, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet ke-10 ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2005 ), Hlm 97

(16)

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.19

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, batas-batas wilayah, keadaan penduduk serta arsip lain yang berisi catatan penting untuk kelengkapan data yang dibutuhkan dari penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Maksud menganalisis data adalah untuk membuat data itu dapat dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain.

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga tahap analisis yaitu: a) Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

(17)

b) Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya.

c) Kesimpulan / Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil akhir yang disimpulkan berdasarkan pemikiran menganalisis dan merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan dilapangan.20

Sehubung jenis penelitian yang digunakan penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, maka jenis data yang dihasilkan adalah data lunak, yang berupa kata-kata, baik yang diperoleh dengan wawancara, observasi dan analisis dokumen, maka dalam menganalisis menggunakan metode deskriptif analitik yaitu upaya pengakajian secara analisis dengan pemahaman yang tepat sehingga akan diperoleh deskripsi yang objektif dan sistematis. Analisisnya dilakukan secara terus menerus, bolak balik dengan pengumpulan data sebagai langkah awal.

20Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm. 335.

(18)

G. Sistematika Penulisan

Di dalam penulisan, penulis membagi sistematika penulisan yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pertama, bagian isi dan bagian penutup.

Bagian pertama berisi halaman pernyataan, halaman nota pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman persembahan, Halaman Motto, Halaman Kata Pengantar, Halaman Abstrak, Halaman Daftar isi, dan Halaman Daftar Tabel.

Bagian isi terdiri atas:

BAB I Pendahulaun yang berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Pola asuh orang tua dan kecerdasan spiritual. Pola asuh orang tua meliputi pengertian pola asuh orang tua, dasar dan fungsi pengasuhan anak, bentuk-bentuk pola asuh orang tua. Kecerdasaan spiritual meliputi pengertian kecerdasaan spiritual, ciri-ciri kecerdasaan spiritual, fungsi kecerdasaan spiritual anak.

BAB III Pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. gambaran umum Desa Rowokembu Kecamatan Wonpringgo Kabupaten Pekalongan meliputi: keadaan geografis, struktur organisasi, program kerja, keadaan perangkat desa, kegiatan masyarakat. Pola asuh orang tua di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten

(19)

Pekalongan, Pola asuh orang tua dalam meningkatkan kecerdasaan spiritual anak di desa Rowokembu Wonopringgo Pekalongan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di desa Rowokembu kecamatan Wonopringo Kabupaten Pekalongan.

BAB IV Analisis pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasaan spiritual anak di Desa Rowokembu Wonopringgo Pekalongan meliputi: 1) analisis pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, 2) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak di desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah data yang dikirim oleh GSM/GPS shield melalui jaringan GPRS menuju database server. Supaya database server dapat melakukan penerimaan data yang dikirim oleh

dua kategori umum iaitu kandungan berbentuk fakta atau pengetahuan akademik dan kandungan bertujuan untuk pembentukan sahsiah atau peribadi pembaca. Penemuan ini

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran video animasi berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA anak tunalaras kelas IV di SLB E

 Secara kelompok, diskusi tentang penanggulangan terjadinya erosi di DAS (contoh di Jawa Tengah : Bengawan Solo) Indonesia  Mengklasifikasikan jenis tanah

Demikian media massa memenuhi tugasnya sebagai pendidik seperti dikutip dari Nurudin (2014 : 103) “Ketika media massa dengan informasi dan analisisnya memberikan

tentang pendapatan daerah provinsi dari pajak kendaraan bermotor untuk memperolah informasi data Kode wilayah; Nama wilayah administrasi, Luas wilayah adminsitrasi;

dapat menyusun Skripsi yang berjudul “ Hubungan Budaya Kerja Perawat Dengan Ketepatan Identifikasi Pasien Di Rumah Sakit Islam Purwokerto ” dengan baik. Skripsi ini dapat tersusun

Dari hasil pengamatan terhadap mood sebelumnya penggunaan itensitas cahaya dan kontras yang tinggi antara key light dan fill light dapat menghasilkan mood negative high energy