• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di SD

Gusti Yarmi*)

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

ulisan ini beraw al dari berbagai masalah yang dihadapi guru dalam membelajarkan sisw anya sehingga memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Secara khusus dibahas pendekatan W hole Languange dan strategi pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, menulis serta apresiasi seni. Pendekatan dan strategi ini diharapkan dapat membantu guru membelajarkan sisw anya khususnya di SD.

Kata kunci: Pendekatan W hole Language, kemampuan berbahasa, strategi pembelajaran, keterbacaan.

A s many teachers face some problems in teaching languange skills to the students, this article offers W hole Language approach and instructional strategies in teaching languange to the students of early grades in primary school. Havingconducted a through study, the writer believes that the approach and strategies discuccced in this article will help the teachers to solve the problems ini languange teaching.

Abstrak

T

Pendahuluan

Penyelenggaraan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) secara realitas dapat dikategorikan kedalam dua kelompok kelas, yaitu kelas-kelas aw al dan kelas-kelas lanjutan/ tinggi. Secara hukum berd asarkan ketentuan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, yang dimaksudkan dengan kelas aw al/ rendah adalah kelas 1 dan 2, sedangkan kelas tinggi adalah kelas 3 sampai kelas 6. Pengelompokan kelas tersebut, memiliki im p likasi y ang luas baik d alam tataran pertimbangan usia, muatan materi, maupun pendekatan pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan muatan materi yang ada hubungannya dengan w acana,kecerdasan ada tiga “ R” yaitu

Reading, W riting, dan A rithmetics (Baca, Tulis, Hitung) yang merupakan tujuan utama kelas 1 dan 2 yang perlu dikuasai oleh peserta didik.

Sesuai dengan judul, tulisan ini bertujuan untuk, membahas secara lebih mendalam dua m o d el p end ekatan p em belajaran bahasa Ind o nesia yang biasanya d ip ergunakan d i kelas-kelas awal SD yaitu, pertama, pendekatan

W hole Language dan lima strategi pada kelas-kelas aw al di SD.

Pembahasan

Sebelum d iuraikan lebih lanjut tentang pendekatan W hole Language itu, ada baiknya dipelajari terlebih dahulu pengertian pendekatan itu sendiri. Pendekatan dalam bahasa Inggris disebut approach . Anthony (1965:5) menyatakan bahw a “ ... an approach is a set of correlative assumptions dealing with the nature of language and the nature of the language teaching and learning” .

(2)

tingkat asumsi atau pendirian mengenai bahasa atau pembelajaran bahasa. Sifat suatu pende-katan adalah aksiomatik, yakni bersifat pasti tak perlu diragukan atau diuji lagi kebenarannya. Pendekatan menunjukkan suatu pandangan, suatu filsafat yang dipercayai, tetapi tidak selalu bisa dibuktikan. Bisa tidaknya suatu pendekatan disanggah hanya dapat dilakukan berdasarkan meto d e yang tumbuh d ari pend ekatan itu. Berikut ini adalah beberapa pendekatan yang dikenal dalam pembelajaran bahasa.

Pendekatan dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia di SD

Pendekatan W hole Language

W hole Language adalah cara berpikir mengenai bagaimana sisw a belajar bahasa, baik lisan maupun bahasa tulis. W hole Language adalah dua kata yang telah mejadi simbol munculnya sebuah gebrakan yang mamp u mengubah kurikulum seantero dunia. Dua kata yang telah memunculkan berbagai definisi dan juga reaksi yang hebat. Dua kata yang memiliki segudang makna (Watson, 1989). Bukan hanya para guru atau pendidik saja yang memperbincangkannya, para administrator dan para peneliti pun tiada henti mendiskusikannya, melakukan berbagai penelitian, dan menulis berbagai artikel untuk merumuskan ko nsep W hole Language. Oleh karena itu, w ajarlah jika terd apat berbagai variasi pendapat tentang konsep W hole Language

yang dicetuskan oleh para ahli selaras dengan bid ang ny a m asing -m asing . N am un d ari berbagai variasi tentang konsep W hole Language

tersebut pada dasarnya adalah ada beberapa karakteristik pokok yang mendasari pengem-bang an ko nsep W hole Language, sep erti d ikem ukakan o leh Go o d m an (1986) d an Newman (1985) berikut.

a. W ho le Language adalah seb uah pandangan positif tentang siswa

Ko nsep W hole Language beranjak d ari pernyataan Dew ey tentang hakikat sisw a. Para penganut W hole Language berpendapat bahw a sisw a m em iliki kekuatan, kesanggupan, dan keinginan untuk belajar. Sisw a adalah pribadi yang kreatif, mampu menyusun, menciptakan dan menemukan pemecahan terhadap berbagai persoalan secara aktif jika mereka diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas tersebut selaras dengan kemampuannya. Piaget dan kawan-kaw anny a telah m em buktikan d alam

sebuah penelitannya bahw a anak-anak terlibat secara aktif d alam memahami dunianya dan berusaha mencoba menjawab berbagai pertanyaan d an memecahkan berbag ai p erso alan y ang d ihad ap iny a (Go o d man, 1989). Lebih lanjut Piag et m enjelaskan bag aim ana anak-anak memahami suatu konsep, ide, dan moral. Seorang anak tidak menunggu seseorang untuk m eny alurkan p eng etahuanny a kep ad a mereka, tetap i mereka belajar melalui aktivitas dan keterlibatan mereka dengan o bjek-o bjek di luar dirinya dan menyusun katego ri-katego ri pemikiran m ereka send iri sem entara m ereka mengorganisasikan dunianya. Anak-anak berusaha untuk mengembangkan konsep-konsep mereka sendiri, yang kadangkala terlihat aneh menurut jalan pikiran orang dewasa.

Para p eng anut W hole Language jug a mengakui ad anya perbed aan d i antara siswa, dilihat dari segi budaya, sistem nilai, p eng alam an, kebutuhan, m inat, d an bahasa. Perbed aan-p erbed aan tersebut bersifat p erso nal sebagai refleksi d ari keberagaman manusia, juga bisa bersifat sosial sebagai refleksi dari suku, budaya, dan sistem budaya dari kelompok sosial di mana sisw a berada. Oleh karena itu, guru di kelas-kelas W hole Language menghargai perbedaan di antara sisw a. Di kelas-kelas

W hole Language sisw a diberi kew enangan untuk bertanggung jaw ab terhadap apa y ang m ereka p elajari d an m end ap at dukungan penuh dalam mengembangkan dan mencapai tujuan pembelajarannya.

b. W hole Language memberikan penegasan tentang peran guru dalam proses pembelajaran

(3)

macam teknologi untuk disajikan kepada sisw a (Goodman, et. al, 1988). Meskipun para guru di kelas-kelas W hole Language

adalah fasilitator yang bertanggung jaw ab terhadap pertumbuhan para sisw a, namun mereka tetap memiliki kew enangan dalam merencanakan mengo rganisasikan d an memilih sumber-sumber belajar y ang diperlukan oleh sisw a.

D i kelas-kelas W hole Language, g uru mengajar dengan dan dari sisw a. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada sisw a tetapi juga bersama-sama d eng an sisw a m em ecahkan berbag ai persoalan dan mencari jaw aban terhadap pertanyaan-pertanyaan. Para guru penga-nut W hole Language menolak model-model pengajaran efektif yang bersifat membatasi karena m ereka m em and ang bahw a m eng ajar jauh lebih ko m p leks d an komprehensif dari sekedar menerapkan model-model tertentu.

b. W ho le Language memandang bahasa sebagai pusat pembelajaran

Keberadaan bahasa disebabkan oleh dua alasan. Pertama, karena manusia sanggup berpikir secara simbolik, mereka mempre-sentasikan sesuai dengan sesuatu yang lain, mereka mampu menciptakan sistem-sistem semiotik. Kedua, karena manusia adalah makhluk sosial yang menggunakan bahasa sebagai sarana komunkasi dalam kehidup-annya. Ko muikasi so sial antar manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan dua alasan tersebut, jelaslah bahwa bahasa bagi manusia ad alah pusat ko munikasi d an berpikir. Belajar bahasa sebagai “ belajar bag aim ana m em aknai” karena d alam proses belajar bahasa, manusia mempelajari makna sosial bahasa yang dihadirkannya (Halliday 1973).

Selain itu, Halliday menambahkan bahw a baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, bahasa lisan maupun tulis akan lebih baik dan lebih mudah dipelajari dalam aktivitas berbahasa yang otentik dan dalam peristiw a berbahasa sesuai dengan fungsi bahasa yang sesungguhnya. Dengan alan ini maka W hole Language program menolak pandangan bahw a perkembangan bahasa berawal dari bagian ke keseluruhan. Hal ini berlaku juga untuk aktivitas membaca dan

menulis permulaan.dalam W hole Language

program, pemgajaran membaca, menulis, berbicara, dan menyimak tidak terpisah tetapi terpadu.

c. W hole Language menerapkan kurikulum ganda

Hallid ay (1973) menyimp ulkan bahw a sesung g uhny a belajar melalui bahasa sementara kita belajar bahasa. Kesimpulan inilah y ang m end asari p eny usunan kurikulum W hole Language, yaitu kurikulum ganda, setiap aktivitas, pengalaman, atau unit m em iliki kesem p atan d alam pengembangan linguistik dan sekaligus kognitif. Bahasa dan pikiran berkembang, namun pada saat bersamaan pengetahuan d an ko nsep d ikembangkan d an skema dibangun.

Para guru penganut W hole Language meng-gunakan unit tematik untuk menerapkan penggunaan kurikulum gand a. Mereka bertindak sebagai “ pengamat anak-anak” , memonitor perkembangan bahasa anak-anak p ad a saat anak-anak-anak-anak atau sisw a memecahkan perso alan atau menjaw ab berbagai pertanyaan. Sebenarnya ini bukan hal baru dalam dunia pendidikan karena

W hole Language hanya menegaskan kembali ko nsep “ belajar sambil bekerja” y ang d ikemukakan o leh Dew ey d an Meto d e Proyek yang dikembangkan oleh William Heard Kilpatrick (dalam Goodman, 1991). Namun, para penganut W hole Language

memp erbaruinya d engan keo tentikan, pilihan sisw a, dan kolaborasi merupakan hal-hal yang sangat mendasar. Dan istilah

W hole Language itu sendiri memiliki dua makna, yakni tidak dapat dibagi/ tidak terpisah, dan terpadu.

d. Perb edaan Pemb elajaran Bahasa

denganW hole Language

(4)

kebebasan berbuat salah dan belajar dari kesalahan

Karena W hole Language guru mengerti bagaimana sisw a belajar bahasa.

Elemen-elemen dalam penerapan W hole Language adalah sebagai berikut.

a. Sisw a-sisw a di kelas W hole Language

1. M aju m elalui p eng em bang an lang kah-lang kah y ang sesuai dengan perkembangan.

2. Dilibatkan dalam interaksi sosial sehari-hari.

3. Berbagai respo n untuk pembel-ajaran mereka

4. Merasa nyaman “ menco ba” d an mempraktekkan bacaan dan tulisan. 5. Menilai kemajuan mereka sebagai bagian alami dari semua pengala-man belajar.

b. Guru–guru di kelas W hole Language

memand ang sisw a berkemampuan: Guru menjadi pengamat, pembelajar dan bekerja sama selama mereka (guru-guru) berinteraksi dengan sisw a; guru mendemo ntrasikan mo del membaca dan menulis; guru melayani sebagai fasilitator untuk belajarnya sisw a lain; dan guru memberikan sisw a rincian, dan umpan balik positif.

c. Intruksi di kelas W hole Language: Guru membaca dan menulis melalui peng-alaman baca dan tulis yang o tentik; guru berasumsi bahw a isi dan proses belajar sama pentingnya; guru mene-rapkan kegiatan kelas sebagai pusat pembelajaran yang menyenangkan; g uru m eny ed iakan bahan bacaan berkualitas untuk mendorong pengem-bangan literature; dan guru memiliki kekuasaan terhadap keberhasilan siswa melalui hak milik dan pilihan

d. Kegiatan bahasa yang dilakukan dapat merupakan kegiatan lisan (menyimak dan berbicara) dan kegiatan tertulis (membaca dan menulis).

e. PembelajaranW hole Language

Keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosa kata disajikan secara utuh dan bermakna. Pendekatan W hole Language didasari oleh paham constructivism yang menya-takan bahw a anak/ sisw a membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh dan terpadu. Fungsi guru dalam kelas W hole

Language berubah d ari desiminator

informasi menjadi fasilitator. f. KomponenW hole Language

Menurut Routman (1991) dan Frosse (1991) ada 8 komponen W hole Language

yaitu:

1. Reading Aloud

Reading A loud ad alah keg iatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk sisw any a. Guru d ap at menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainny a d an m em bacakanny a d engan suara keras d an into nasi yang baik sehingga setiap sisw a dapat mendengarkan dan menik-mati cerita. M anfaatny a ad alah mening katkan minat baca p ad a anak.

2. Journal W riting

Bag i g uru y ang m enerap kan pendekatan W hole Language menulis jurnal ad alah ko m p o nen y ang mudah diterapkan. Jurnal merupaka sarana yang aman bagi sisw a untuk mengungkapkan perasaannya.

3. Sustained Silent Reading

Sustained Silent Reading ad alah kegiatan membaca dalam hati yang d ilakukan o leh sisw a. D alam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya. Biar-kan sisw a untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyele-saikan membaca bacaan tersebut.

4. Shared Reading

Shared Reading ini adalah kegiatan bersama antara guru d an sisw a, dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini yaitu :1) Guru membaca d an sisw a mengikutinya. (untuk kelas rend ah); 2) Guru membaca d an sisw a menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku; 3) Sisw a membaca bergiliran.

5. Guided Reading

(5)

lebih membaca dalam pemahaman. Dalam pembelajaran melalui Guided Reading semua sisw a membaca dan mendiskusikan buku yang sama. 6. Guided W riting

G uided W riting y aitu m enulis terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator, membantu sisw a mene-mukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis dan menarik. 7. Independent Reading

Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa bekesempatan untuk menentukan sendiri materi yang akan dibacanya. Siswa bertanggung jaw ab terhad ap bacaan y ang d ipilihnya sehingga peran guru berubah dari pemrakarsa, model d an p emberi tuntunan menjad i seorang pengamat, fasilitator dan pemberi respon.

8. Independent W riting

Yaitu menulis bebas bertujuan un-tuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemam-puan berfikir kritis dalam menulis bebas. 9. Ciri-ciri kelas W hole Language

A da tujuh ciri yang menandakan kelas W hole Language yaitu : Kelas p enuh d eng an cetakan. Barang tersebut terg antung d i dinding.

Sisw a belajar melalui model atau contoh.

Sisw a bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya Sisw a berbag i tang g ung jaw ab dalam pembelajaran

Sisw a terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna

Siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen

Sisw a m end ap at um p an balik p o sitif baik d ari g uru maup un temannya.

Strategi Pembelajaran

Menyimak di SD

Tujuan Pembelajararan M enyimak di SD

Menyimak merupakan keterampilan berbahasa y ang p ertama kali d ikuasai o leh manusia

sebelum menguasai keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. A hli perkembangan anak menyatakan bahwa ketika anak baru lahir, komunikasi pertama yang dikuasainya adalah m end eng arkan. A nak m end eng ar ibuny a mend end ang kan lag u, mend eng ar ibuny a menimang-nimangnya, juga mendengar ibunya berbicara dengan ayahnya atau dengan orang lain. Setelah itu anak mulai menirukan ucapan-ucapan yang biasa diucapkan orang dew asa di sekitarnya.

M eny im ak m erup akan keteram p ilam berbahasa lisan. Kemampuan berbahasa lisan anak akan terus berkembang d an berlanjut sampai dia masuk sekolah, bahkan sampai dia dew asa. Perkembangan sangat ditentukan oleh lingkungannya. Di Indonesia sebagian besar bahasa lisan yang d igunakan anak ad alah bahasa daerah. Anak berkembang dalam bahasa d aerah, sehingga kekayaan ko sa kata d an p eng etahuan tentang aturan bahasa y ang diperolehnya adalah dalam bahasa daerah.

Ketika anak mulai bersekolah di sekolah d asar, mereka harus menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Bahkan belajar membaca d an menulis d ilakukan d eng an menggunakan bahasa Indo nesia. Sementara kosa kota yang dikuasai mereka adalah bahasa d aerah. Oleh karena itu, sejak anak masuk sekolah dasar, guru mulai membiasakan sisw a mend engarkan d an bercakap -cakap d alam bahasa Indonesia, sehingga pengayaan kosa kata d an p eng enalan aturan berbahasa Indonesia cepat dapat dilakukan.

M eny im ak sebag ai salah satu asp ek keterampilan berbahasa memiliki tujuan untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh pembicara melalui ujaran. Tujuan p em belajaran m eny im ak ialah memperkaya kosa kata anak sehingga membantu sisw a ketika belajar membaca dan menulis.

Pelajaran menyimak o leh kebanyakkan guru dianggap tidak perlu diajarkan karena sud ah imp lisit ke d alam ketiga ko mp o nen keteramp ilan bahasa y ang lain. A d a jug a berang g ap an bahw a “ m end eng ar” atau “ menyimak” adalah suatu yang bersifat refleksif seperti hanya dengan “ bernafas” . Jadi menyimak adalah sesuatu yang sudah dengan sendirinya berjalan, bergerak, dan tidak perlu diajarkan.

(6)

mungkin di peroleh keterampilan yang lain. Menyimak pada dasarnya adalah keterampilan dasar yang mendasari keterampilan yang lain (membaca, menulis, berbicara).

Peranan G uru dalam M eningkatkan Kemampuan Bahasa Lisan

Sejalan dengan tuntutan pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada sisw a dalam pembelajaran menyimak, guru dituntut untuk m em beri p eluang kep ad a sisw a untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya. Fenomena selama ini, pembelajaran cenderung d id o minasi o leh guru. Guru lebih banyak berbicara dan anak lebih banyak mendengarkan baik dalam kegiatan klasikal maupun kelompok. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk saling menyampaikan pendapatnya secara lisan dalam bentuk diskusi sangat besar artinya. Kesempatan ini juga dapat merupakan latihan untuk sisw a m eng em ukakan kritik y ang ko ntsruktif. Kritik yang ko nstruktif, yang mengandung suatu pemecahan masalah harus d isampaikan secara so pan. Yang menerima kritik p erlu bersikap terbuka ag ar d ap at memanfaatkan kritik yang konstruktif tersebut. Suasana d em ikian ini d iharap kan d ap at menimbulkan sikap tenggang rasa dan saling menghormati.

Keberhasilan suatu pembelajaran menyimak bergantung pada adanya dua kondisi. Pertama, guru memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif dan menggunakan strategi yang efektif pula. Kedua, setiap sisw a yang berpartisipasi dalam diskusi m em iliki info rm asi tertentu y ang akan disampaikan kepada teman-temannya. Saling memberikan dan menerima informasi, pendapat, atau gagasan merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan dalam diskusi. Sisw a juga perlu memberikan dan menerima saran.

M ateri Pembelajaran M enyimak

A gar anak mudah memperoleh kemampuan berbicara dan mendengarkan dalam bahasa Indonesia, sebaiknya kegiatan pembelajaran diurutkan sesuai dengan kemampuan anak, yaitu dari yang sangat sederhana sampai dengan yang agak sulit.

Berikut ini urutan kemampuan berbicara d an mend engarkan beserta d engan co nto h pembelajaran yang dapat dilatihkan guru di kelas melalui kegiatan informal dan melalui permainan.

Sebag ai salah satu co nto h p eng ajaran menyimak di sekolah dasar diarahkan pada materi dan bentuk pengajaran sebagai berikut. 1. Membiarkan/ menyuruh sisw a menutup

mata lalu menundukkan kepalanya di atas meja, kemudian mereka disuruh membe-dakan bunyi (meraut pensil, mendorong kursi, membuka pintu, membalik buku, dan lain-lain).

2. Mengajarkan kep ad a sisw a bagaimana menerima pesan telepon secara singkat. 3. Membacakan paragraf pendek tentang ilmu

pengetahuan. Kemudian ajukan pertanya-an-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa, dan bagaimana.

4. Pada pelajaran bahasa Indonesia anak usia jenjang sekolah ini perlu mendapat latihan m eng ucap kan buny i-buny i v o kal d an konsonan, seperti ucapan :

a + i = ai pan - tai se - lai te - ra - tai la - lai

ke - de - lai se - ru - nai a + u = au ka - lau pu - lau me - ran - tau

si - lau ge - mi - lau ha - ri – mau

Vokal-vokal tersebut harus diucapkan jelas dengan membuka mulut dan membentuk mulut sebaik-baiknya, sesuai dengan bunyi yang keluar dari artikulator secara w ajar. Guru, sebagai model penutur harus mampu membuat tutur yang jelas dan betul. 5. Pelajaran dikte sangat memerlukan ucapan,

pelafalan yang jelas, pelan, berulang-ulang (tiga kali ucapkan sud ah cukup, untuk melatih terampil dan tertib) kemudian ditulis kata, kelompok kata atau kalimat tersebut. 6. Guru bercerita, sisw a m end eng arkan

dengan sungguh-sungguh. Kemudian guru menanyakan hal-hal yang benar-benar menarik minat sisw a dalam isi cerita. 7. Berm ain berbisik. Pelajaran ini ing in

meningkatkan kemampuan mend engar siswa. Kegiatan mendengarkan memerlukan konsentrasi dan pemahaman yang tinggi. Sisw a dapat diatur dalam sesuatu deretan atau bebas untuk duduk dengan memper-hatikan giliran yang sudah diatur sebe-lumnya. Permainan ini dapat berupa sebuah kompetisi berhadiah nilai atau pujian yang berupa motivasi intrinsik.

(7)

M etode dan Teknik dalam Pembelajaran M enyimak

Sebenarnya masih dapat dibuat variasi perta-nyaan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sisw a. Lain d arip ad a itu g uru p erlu p ula m em p erhatikan lang kah-lang kah d alam pelajaran menyimak sebagai berikut.

1. Menentukan makna

H al ini p enting karena tanp a ad any a penjelasan guru, mungkin siswa tidak akan menang kap d an memahami ap a y ang didengarnya.

2. Memperagakan ekspresi

Setelah guru menentukan makna, maka diulang beberapa kali. Pertama guru berada di depan kelas, dan selanjutnya bergerak ke kiri dan ke kanan agar semua sisw a dapat melihatnya.

3. Menyuruh mengulangi

Siswa menirukan apa yang disebutkan oleh guru sambil melakukan suatu gerak atau menunjuk suatu gambar.

4. Memberikan latihan ekstensif

Guru dapat menggunakan berbagai cara misalnya, dengan drill (mengulangi kata dan ekspresi yang telah diajarkan dalam situasi yang terbatas, dan dengan kata serta struktur yang terbatas).

M edia dan Bahan Pembelajaran M enyimak

Media memegang peran penting dalam proses pembelajaran. A da dua fungsi utama media dalam pembelajaran. Pertama, media berfungsi untuk memudahkan penyampaian konsep atau materi. Terutama bagi sisw a kelas aw al yang dari segi perkembangan kognitif manurut Piaget masih berad a p ad a tahap p ra o p erasio nal ko nkret sang at memerlukan med ia d alam p embelajaran. Dengan med ia, sisw a d ap at memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret. Kedua, dengan penggunaan media proses pembelajaran lebih menarik bagi sisw a.

A p alag i kalau sisw a d iberi kesem p atan memanipulasi atau mengeksplo rasi med ia. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena kemampuan berpikir d an kreativitas sisw a berkembang. Dengan demikian dominasi guru d alam p ro ses p embelajaran d ap at d imini-malisasi, sehingga pembelajaran yang berpusat pada anak dapat diujudkan.

Jenis media atau alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa terma-suk menyimak beraneka ragam. Alat peraga atau m ed ia untuk m ata p elajaran lain d ap at digunakan dalam pembelajaran bahasa. Oleh karena kegiatan menyimak melibatkan alat aud ito ri sisw a, alat y ang d ip ilih harus disesuaikan.

Strategi Pembelajaran

Membaca di SD

Pada skema di baw ah terlihat, di kelas I dan II pelajaran membaca ditekankan pada meka-nisme, artinya mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi atau suara-suara yang bermakna, sedangkan di kelas III sampai kelas VI pelajaran membaca lebih ditekankan pada kegiatan membaca lanjut mulai dari teknik membaca, membaca dalam hati, membaca cepat, membaca bahasa dan membaca indah.

Berikut dijelaskan satu persatu dari jenis-jenis membaca yang diajarkan di Sekolah Dasar.

M embaca Teknik

Membaca teknik pada prinsipnya sama dengan membaca nyaring. Dikatakan membaca nyaring karena kegiatan membaca ini dilakukan dengan vokalisasi. Banyak para ahli menyatakan akan pentingnya membaca nyaring. Seperti dikemuka-kan oleh Cox (1999) bahw a membaca nyaring untuk sisw a y ang d ilakukan setiap hari merupakan sesuatu yang penting untuk meng-ajar mereka menyimak, berbicara atau menulis.

I. Membaca

Permulaan

(Kelas I,II )

II Membaca Lanjut

(Kelas I,II ) Membaca di SD

- Membaca Teknik (Nyaring)

(8)

Orang tua yang membacakan cerita untuk anak-anaknya ternyata anak-anak-anaknya memperoleh p erkem bang an bahasa y ang baik m elalui perkembangan kosa kata, semangat membaca yang tinggi, dan akhirnya berhasil membaca p ermulaan ketika mereka telah memasuki sekolah. Membaca teknik ini merupakan kegitan membaca yang menekankan pada penguasaan berikut.

1. Penguasaan lafal, yang baik dan benar. 2. Pengusaan jeda, lagu, dan intonasi yang

tepat.

3. Pengusaan tanda-tanda baca.

4. Pengusaan mengelompokkan kata/ frase ke dalam satuan-satuan ide.

5. Peng usaan m eng g erakan m ata d an memelihara kontak mata.

6. Penguasaan berekspresi.

A d a beberapa perbed aan po ko k antara membaca teknik dan membaca dalam hati. 1. Membaca teknik sudah bisa dimulai saat

siswa masih duduk di kelas satu, sedangkan membaca dalam hati baru bisa diberikan guru pada anak kelas tiga.

2. Membaca teknik lebih banyak diberikan kepada sisw a yang masih duduk dalam taraf belajar membaca, sedangkan membaca dalam hati disiapkan untuk orang-orang dewasa.

3. Membaca teknik memerlukan mulut sebagai sarana penghasil suara di samping mata dan ingatan, sedangkan membaca dalam hati yang aktif bekerja hanya mata dan ingatan.

4. Frekuensi p emberian membaca teknik: Semakin tinggi frekuensi membaca dalam hati sisw a akan semakin banyak menerima dikala dia menduduki kelas semakin tinggi. 5. Membaca teknik dapat dilakukan untuk kepentingan orang lain, sedang membaca dalam hati hanya untuk kepentingan si pembaca sendiri.

6. Pero lehan m em baca d alam hati lebih banyak dibandingkan dengan membaca teknik.

M embaca dalam Hati

Membaca dalam hati adalah sejenis membaca yang dilakukan tanpa menyuarakan apa yang dibaca. Membaca dalam hati termasuk materi pelajaran membaca tingkat lanjut. Artinya materi membaca dalam hati mulai diberikan di kelas III Sekolah Dasar, meski prakteknya diberikan di kelas II catur w ulan III. Materi membaca dalam

hati d i seko lah d asar bertujuan untuk mend ap atkan info rmasi d ari suatu bacaan dengan memahami isi bacaan secara tepat dan cermat.

Untuk mencapai sasaran membaca dalam hati, sisw a sekolah dasar hendaknya memper-hatikan hal-hal berikut.

a. Membaca d ilakukan tanp a ad a suara, gerakan-gerakan bibir dan tanpa berisik. b. Membaca dilakukan tanpa ada

gerakan-gerakan kepala baik mengangguk, meng-geleng karena kepuasan terhad ap apa yang dibacanya atau menggerak-gerakan jari mengikuti bacaan yang dibacanya. c. Pada saat membaca jangan sampai berhenti

pada bacaan yang sulit dimengerti oleh p em baca, sehing a p em baca hany a termenung d engan bacaan yang sulit tersebut yang semua ini akan menyebab-kan kegagalan kegiatan membaca dalam hati.

d. Pembaca mampu berkonsentrasi baik fisik maupun mentalnya.

Untuk melatih keteramp ilan membaca dalam hati, guru dapat memberikan latihan atau kegiatan membaca dengan memberikan bahan berupa majalah, koran, atau buku-buku yang belum pernah dibaca oleh siswa. Hal yang lebih penting diperhatikan guru adalah hendaknya materi bacaan tersebut d isesuaikan d engan tingkat usia sisw a.

M embaca cepat

Membaca cepat adalah kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan secara tepat cepat dan cermat dalam w aktu yang relatif singkat. Pelajaran membaca cepat di sekolah dasar materinya hendaknya dibebaskan dari ad any a kata-kata y ang sukar, ung kap an-ungkapan baru, ataupun frase atau kalimat yang cukup kompleks. Jika terpaksa dalam bacaan tersebut ad a kata-kata sukar, ung kap an-ungkapan baru atau frase atau kalimat yang ko mp leks, g uru hend akny a menerang kan terlebih dahulu kepada sisw a sehingga sisw a terbebas dari kesulitan bahasa.

Untuk mengukur kecepatan membaca siswa dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

1. Membatasi / menentukan w aktu (tempo) membaca.

Sebelum kegiatan membaca dimulai guru m em p ersiap akan p encatat w aktu (

(9)

dimulainya kegiatan membaca tersebut, dan setelah waktu selesai guru memberikan aba-aba kepada anak untuk berhenti. Kemudian setiap sisw a m eng hitung kecep atan membacanya dengan perhitungan sebagai berikut.

Untuk menghitung kecepatan membaca efektif sisw a, g uru p erlu meng etahui pemahaman isi bacaan sisiw a melalui tes isi bacaan. Sebagai co nto h, anak yang berhasil membaca kurang lebih 800 kata d alam temp o d ua menit d an berhasil menjaw ab enam dari 10 soal yang tersedia maka kecepatan membaca anak teersebut adalah 400 x 60%=240 kpm ( kata/ menit ) 2. Membatasi / menentukan jumlah bacaan Cara yang kedua ini berbeda dengan cara

yang pertama. Jika pada cara yang pertama yang dibatasi adalah jumlah w aktunya, sed ang cara yang ked ua yang d ibatasi adalah jumlah bacaannya. Seluruh sisw a diberi bahan bacaan yang jumlahnya sama. Mereka bebas membaca sesuai d engan kecep atanny a masing -masing . Setelah selesai membaca, maka kecepatan membaca dihitung dengan cara perhitungan seperti yang telah dijelaskan di atas. Kelemahan cara ini terletak pada pengajaran klasikal yang mana jumlah anak lebih dari 10 sisw a karena menyulitkan dalam pengaw asan/ pengontrolan w aktu tempuh baca anak.

M embaca bahasa

Membaca bahasa memiliki tujuan agar para sisw a seko lah d asar sem akin bertam bah pengetahuannya tentang seluk-beluk bahasa Indonesia. Sasaran utama pelajaran membaca bahasa bukan pad a pemahaman isi bacaan tetap i p ad a ketep atan p enggunaan bahasa dalam bahan bacaan.

Tujuan membaca bahasa menurut Imam Rejana dalam Farida (2006) adalah agar sisw a bertambah w aw asan-nya tentang :

1. Pengetahuan kosa kata bahasa Indonesia, kosa kata adalah perbendaharaan kata atau kata-kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Kata-kata y ang d iajarkan p ad a sisw a mencakup kosa kata yang baru, kosa kata yang sering dipakai oleh pemakai bahasa

Indonesia, juga kosa kata yang sudah jarang dipakai.

2. Pengetahuan yang menyangkut bentukan kata (morfologi) baik bentuk, fungsi atau pun artinya. Sebagai misal, anak menguasai imbuhan me-, d i-, akhiran -an d alam pemakaian kalimat.

3. Pengetahuan yang menyangkut tata kalimat bahasa Indonesia (sintaksis).

4. Pengetahuan yang menyangkut masalah tata tulis bahasa Indonesia.

5. Pengetahuan tentang menganalisis infor-masi yang tersusun dalam beberapa kalimat kemudian membentuk satu wacana. Untuk menunjang kegiatan membaca

baha-sa ini guru dapat mengambil bahan dari berbagai sumber yang bersifat baru.

M embaca Indah

Membaca indah sering disebut dengan membaca em o sio nal. D ikatakan d em ikian karena menyangkut pada hal-hal yang berhubungan dengan keindahan atau estetika yang dapat menimbulkan emosi atau perasaan pembaca dan pendengar. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran ini adalah sisw a dapat memperoleh suatu keindahan yang sumbernya bahasa atau keindahan yang bersumber bacaan.

Bahan y ang bisa d ig unakan untuk mengajarkan membaca indah ini dapat berupa : puisi, prosa, mau pun drama. Ada beberapa hal yang perlu d iperhatikan guru sehubungan dengan pemilihan materi kesusasteraan untuk membaca indah ini antara lainadalah sebagai berikut.

Bahan itu hendaknya mengandung nilai-nilai p end id ikan, m isalny a, kep ahlaw an, kemanuasiaan, dan sebagainya. Kalimat-kalimat atau kata-kata yang dipakai oleh pengarangnya bermakna d eno tatif d an bukan bermakna konotatif. Hal seperti ini perlu diperhatikan guru, sebab anak-anak seusia sekolah dasar rata-rata baru d ap at m enang kap isi kalim at y ang disimpulkan bahasa denotatif pada karya sastra

Strategi Pembelajaran

Berbicara di SD

Hakikat Berbicara di Sekolah Dasar

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pengertian berbicara ini ada yang menyamakan d eng an bercakap -cakap . Berbicara d ap at

Jumlah kata yang dibaca

(10)

dilakukan sendiri sedang bercakap-cakap selalu dilakukan oleh lebih dari seorang.

Tujuan berbicara adalah untuk berkomu-nikasi, agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif. Oleh karena itu sebaiknya : (a) pembicara memahami segala sesuatu yang ingin dikomu-nikasikan; (b) pembicara mampu mengevaluasi efek komunitasnya terhadap pendengar ; (c) pembicara mampu mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala pembicaraan.

A d a beberap a p rinsip um um y ang mendasari segala kegiatan berbicara. Berikut ini adalah prinsip prinsip umum tersebut yakni : 1. Membutuhkan paling sedikit dua orang. 2. Mempergunakan suatu sand i linguistik

yang dipahami bersama-sama.

3. Menemui atau mengakui suatu d aerah referensi umum. Daerah ini mungkin tidak selalu mudah dikenal/ ditentukan, namun p embicaraan menerima kecend rung an untuk menemukan satu di antaranya. 4. Merupakan suatu penukaran antara

parti-sipasi. Kedua partisipasi yang memberi dan menerima pembicaraan saling bertukar sebagai pembicara dan penyimak.

5. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya, dan kepada lingkungannya d eng an seg era. Perilaku lisan sang p embicara selalu berhubungan d engan responsi yang nyata atau yang dihadapkan dari penyimak, dan sebaliknya. Hubungan ini bersifat timbal balik dan dua arah. 6. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. 7. Hany a melibatkan p erleng kap an y ang berhubungan dengan suara/ bunyi bahasa dan pendengaran.

Untuk mendapatkan hasil pembicaraan y ang baik, ad a beberap a hal y ang p erlu diperhatikan oleh pembicara, antara lain sebagai berikut.

1. Pem ilihan kata-kata y ang tep at d an mengena.

2. Pemikiran yang sehat dan urutan gagasan yang nalar.

3. Struktur kalimat yang baik, jelas dan betul. 4. Suara yang baik, mud ah d id engar d an

dimengerti.

Pelaksanaan Pemb elajaran Berb icara di Sekolah Dasar

Ada beberapa teknik pembelajaran berbicara di sekolah dasar :

1. Anak-anak yang masih muda dalam berpi-kir d an berp eng alam an d ap at d iberi p erlajaran berbicara melalui g

ambar-gambar yang d isiap kan guru. Gambar tematik (bertema : ad a ceritanya) lebih mudah mendo ro ng anak-anak menceri-takan apa yang ia lihat pada gambar. Tema gambar hendaknya disesuaikan dengan minat dan kebutuhan psikis siswa maupun kehidupan binatang. Di kelas 3, 4, 5, dan 6 sisw a sud ah d ap at m eng em bang kan fantasinya (daya khayalnya). Oleh karena itu, gambar tematik dapat dibuat penuh khayal. Justru unsur khayal inilah dapat membuat pikiran sisw a hid up. Med ia gambar inilah yang paling efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara di sekolah-sekolah.

2. M emberi salam sebelum d an sesud ah p elajaran kep ad a g uru ad alah latihan terp ad u antara belajar berbahasa d an meningkatkan perilaku yang baik.

3. Bermain sosiodrama, meningkatkan sikap so sial d an berani berko munikasi lisan d engan sesama teman (sebagai co nto h untuk kelas 1, 2, 3 bermain jual beli di pasar atau di toko, bermain guru-murid di kelas, dan sebagainya).

4. Berny any i bersam a atau p ero rang an merupakan salah satu teknik pengajaran berbicara berirama.

5. Meng hafalkan p uisi, berd eklamasi, d i depan kelas merupakan latihan keperi-badian dan sekaligus latihan berbicara.

Strategi Pembelajaran Menulis di SD

Hakikat M enulis di Sekolah Dasar.

Sebelum melangkah untuk memahami d an mengerti tentang batasan menulis ada baiknya ditinjau terlebih dahulu pendapat Yarmi (2006) d alam “ M eng arang ” tentang menulis d an mengarang. Ia mengemukakan bahwa sebaiknya antara penulis d an mengarang tid ak bo leh d ibed akan, m eng ing at tujuan p eng ajaran pengarang yang tersusun secara sintaksi. Dalam GBPP pun tidak dipisahkan antara menulis dan mengarang, akan tetapi menyatu dalam pokok bahasan menulis. Setelah diketahui bahwasanya menulis indentik dengan mengarang, maka selanjutnya akan dicari batasan atau pengertian menulis atau mengarang secara umum.

(11)

menyitir pendapat Lado mengemukakan bahwa menulis adalah menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain d ap at m em baca lam bang -lam bang g rafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut (1985).

Menyimpulkan pendapat dari empat ahli bahasa tersebut dapat dikemukakan bahw a menulis adalah mengorganasisasikan ide atau pesan secara tertulis sehingga orang lain dapat memahami isinya.

Peng ajaran m enulis d i seko lah d asar berdasarkan kurikulum bahasa Indonesia 1994 meliputi : menulis permulaan, menulis prosa, menulis surat, menulis puisi, menulis fiksi, menulis d rama, menulis lap o ran, menulis pengumuman, menulis pidato, menulis drama.

M enulis Prosa

A da lima jenis prosa yang akan dibicarakan pada bagian ini : prosa deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi dan persuasi.

1. Deskripsi

D eskrip si ad alah lukisan y ang m em -bangkitkan kesan atau impresi seseorang m elalui uraian atau lukisan tertentu. Umumnya diskripsi menceritakan tentang seketsa perwatakan, pemandangan suasana ruang, dan sebagainya. Berikut ini adalah angkah-langkah yang harus d ilakukan untuk menyusun prosa deskripsi, yaitu: a. Rumuskan dahulu tujuan yang hendak

dicapai penulis;

b. Amatilah dengan seksama objek yang d ijad ikan to p ik d alam p enulisan tersebut;

c. Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh p enulis m eng enai o bjek tersebut, terutama yang berhubungan dengan tujuan penulisan;

d. Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.

2. Eksposisi

Eksp o sisi ad alah tulisan y ang berup a p ap aran y ang berisi kup asan, uraian ataupun tuturan yagn bersifat penyuluhan tanp a m eng and ung p aksaan kep ad a pembaca.

Langkah-langkah penyusun prosa eksposisi ini adalah sebagai berikut.

a. Menentukan topik yang akan disajikan; b. Menentukan tujuan eksposisi;

c. Membuat kerangka yang lengkap dan sistematis

d. M eng em bang kan eksp o sisi sesuai dengan kerangka karangan.

3. A rgumentasi

Argumentasi adalah paparan yang terdiri dari alasan atau penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimp ulan. A rgumentasi d igunakan penulis untuk meyakinkan kebenaran pendapat, gagasan atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan feno m ena-feno m ena keilm uan y ang d ikemukakan. Sehubungan d engan hal tersebut maka dalam menulis argumentasi penggunaan contoh dan bukti kuat dan keyakinan sangat perlu diperhatikan. Lang kah-lang kah d alam p eny usunan argumentasi adalah sebagai berikut. a. Menetapkan tujuan yang akan dicapai; b. Mengumpulakan bahan, fakta ataupun

konsep kelimuan;

c. M enarik kesim p ulan baik secara deduktif maupun secara induktif; d. Penutup yang berisi himbauan kepada

pembaca agar mau mengakui kebena-ran argumentasi penulis

3. Narasi

Narasi adalah suatu penceritaan dari suatu peristiw a atau serangkaian peristiw a yang disusun sedemikian rupa agar menimbul-kan pengertian-pengertian yang mereflek-sikan p enulisny a. Lang kah-lang kah p enyusunan narasi ini ad alah sebagai berikut.

a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai b. Menetapkan tema

c. Mengembangkan tema menjadi cerita

4. Persuasi

(12)

untuk mengklasifikasikan termasuk jenis prosa yang mana tulisan itu bisa dilihat dari jenis prosa mana yang mendominasi dalam tulisan tersebut. Dengan demikian kita dapat melihat bahw a sebuah karangan mungkin terd ap at unsur eksposisi, persuasi atau argumentasi tetapi kita bisa menyebut karangan itu jenis argumentasi, misalnya karena memang unsur argumentasi dari karangan itu yang paling menonjol.

Pembelajaran Apresiasi Sastra di SD

Pembahasan tentang pembelajaran apresiasi sastra di SD meliputi (1) hakikat sastra sisw a, yang mencakup pengertian sastra anak, jenis sastra untuk anak, karakteristik sastra untuk anak, (2) hakikat apresiasi sastra oleh sisw a, yang mencakup manfaat apresiasi sastra bagi sisw a, dan tingkat apresiasi sastra oleh sisw a. (3) strategi pembelajaran apresiasi sastra sisw a di SD, yang mencakup pemilihan bahan ajar, penerapan metode pembelajaran, penilaian hasil kegiatan apresiasi sastra di SD.

Dengan pembahasan topik-topik di atas, diharapkan calon-calon guru SD memiliki bekal yang cukup dalam melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra di SD.

Hakikat Sastra Siswa

Sebutan “ sastra anak” merupakan gabungan dari kata “ sastra” dan “ anak” , karena itu istilah “ sastra anak” tidak ada keterangan maknanya d alam Kamus Istilah Sastra karya Sujiman. Dalam Kamus Besar Bahasa Indo nesia kata “ anak” bermakna “ manusia yang masih kecil” , dan kata “ sastra” didefinisikan sebagai “ Karya seni imajinatif yang bermediakan bahasa” . Dari kedua keterangan makna itu dapatlah disimpul-kan bahw a yang dimaksud “ sastra anak” ialah karya seni imajinatif yang bermediakan bahasa yang dapat dipahami oleh manusia yang masih kecil. Dalam konteks ini, “ manusia yang masih kecil” merujuk pada usia 6-13 tahun.

Sebag ai sebuah kary a seni y ang dikonsumsi oleh anak, sastra anak memiliki karakteristik tersend iri. Huck, Hepler, d an Hicman d alam A khad iah menjelaskan bah-w a,” Isi sastra untuk anak d ibatasi o leh pengalaman dan pemahaman anak.” Ketiganya juga menjelaskan bahw a sastra untuk anak mengandung dua nilai: personal dan edukatif.

Strategi Pembelajaran A presiasi Sastra Siswa

Guru diharapkan memiliki kompetensi meran-cang dan melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra di SD secara reseptif dan produktif. Untuk mencapai kompetensi tersebut guru ikut serta secara aktif d alam kajian tentang strateg i pembelajaran puisi, prosa, dan drama di SD.

Kriteria Pemilihan Bahan Pengajaran Apresiasi Prosa Indonesi

Setiap guru tentunya mengharapkan agar proses pembelajaran dapat berlangsung menarik, di sam p ing tercap ainy a efektiv itas tujuan pembelajaran. Kedua hal tersebut merupakan persyaratan untuk dapat terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, karena dengan terpenuhinya persyaratan tersebut, para sisw a akan belajar tanp a merasa terp aksa. Mereka belajar karena meeka membutuhkan, menyenangi dan menikmati pelajaran yang dipelajari. Hal ini dapat dicapai seandainya guru mampu menyajikan materi secara menarik. A pabila hal tersebut telah dicapai, maka diasumsikan bahw a tujuan pembelajaran pun akan tercapai sesuai dengan w aktu dan target sebagaimana yang telah ditentukan di dalam program pembelajaran apresiasi bahasa dan sastra Indonesia.

Salah satu cara agar guru dapat mencapai pengajaran secara menarik efektif adalah guru d ap at m eny ed iakan bahan. Guru p erlu mengetahui bahan yang baik dan yang tidak baik. Dalam hal ini terdapat dua macam kriteria yang dapat dijadikan patokan dalam pemilihan bahan pembelajaran apresiasi prosa Indonesia, yaitu, kriteria tingkat keterbacaan, dan kriteria tingkat kesesuaian.

Keterbacaan dapat dijadikan kriteria dalam memilih bahan bacaan. Tingkat keterbacaan ialah mud ah-tid aknya suatu bahan bacaan (prosa) untuk dicerna, dihayati, dipahami, dan dinikmati oleh sisw a. Untuk dapat memenuhi kriteria tingkat keterbacaan ini, prosa yang akan d ijad ikan m ateri p eng ajaran ap resiasi hend aknya memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1) Kejelasan Bahasa

(13)

memudahkan sisw a menangkap isinya. Kata-kata yang dipergunakan adalah kata-kata yang bermakna lugas. Dengan memper-hatikan bahasa prosa yang akan diajarkan, maka satu tahap dalam tingkat keterbacaan sud ah tercapai, yaitu kejelasan bahasa. Dengan kejelasan bahasa, maka unsur-unsur prosa akan mudah ditemukan anak-anak.

2) Kejelasan Tema

Tema p ro sa untuk materi p eng ajaran ap resiasi d i Seko lah Dasar hend aknya terbuka, artinya tema itu bisa langsung ditemukan anak-anak. Di samping itu, tema tersebut tidak disajikan secara terselubung. 3) Kesederhanaan Plot

Cerita rekaan yang akan disajikan dalam p engajaran ap resiasi d i Seko lah Dasar hendaknya merupakan cerita yang berplot maju. Berplot maju, maksudnya rangkaian cerita berjalan kronologis dari aw al hingga akhir. Hendaknya tidak dipilih plot yag mempunyai sorot balik (flash back) yang rumit, dikarenakan adanya kemungkinan sisw a mengalami kesulitan dalam meng-ikuti jalan certita secara utuh.

4) Kejelasan Perw atakan

Perwatakan dalam cerita rekaan yang akan dijadikan materi pengajaran hendaknya d ipilih d ari cerita-cerita yang d isajikan secara sederhana. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat dengan mudah menang-kap so so k to ko h-to ko h cerita tersebut. Demikian pula pesan-pesan yang terdapat dalam cerita tersebut dengan mudah dapat ditangkap oleh para sisw a.

5) Kesederhanaan Latar

Cerita rekaan y ang akan d iajarkan hend aknya d ip ertimbangkan latarnya. Latar d alam cerita tid ak berbed a jauh dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Dengan demikian mereka merasa akrab dengan suasana dalam cerita tersebut. Hal ini membantu mempermudah pemahaman terhadap cerita tersebut. Hal ini membantu mempermudah pemahaman terhadap cerita, d isebabkan mereka telah merasa kenal dengan latar seperti itu. Suasana latar yang akrab dengan lingkungan mereka

sehari-hari, tidak berarti persis sama. Misalnya suasananya yang sama sehingga d apat menjembatani imajinasi anak-anak. Tidak pula diartikan “ tidak bo leh memperke-nalkan latar yang berbeda” dengan ling-kungan anak. Hal ini diperkenalkan agar anak mengenal lingkungan baru, mempu-nyai pengetahuan baru, namun perlu dijem-batani dengan suasana yang telah mereka kenal.

6) Kejelasan Pusat Pengisahan

Pilihlah cerita rekaan y ang p usat pengisahannya konsisten. A rtinya tidak banyak berganti fokus. Persoalannya, jika terlalu banyak berganti fokus, hal ini akan menyulitkan anak-anak mengikuti jalan cerita. Cerita yang ber-aku yang seolah-olah pengarang yang menjadi tokoh utama, ada kecenderungan yang lebih besar bagi anak-anak untuk m eny enang iny a. H al itu disebabkan mereka merasa sedang meng-ikuti pengalaman teman sebayanya. Dalam hal ini d ap at jug a d ip ilih cerita y ang “ d ip ap arkan p eng arang ” (p eng arang berada diluar cerita). Dengan gaya ini anak-anak merasa sedang didongengi seseorang

Penutup

Uraian sebelumnya telah menggambarkan dua pendekatan dalam pembelajaran bahasa yaitu pendekatan Communicative dan W hole Language.

Walaupun berbeda, kedua pendekatan tersebut bermaksud untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berbahasa. Pada umumnya guru sudah mengenal dan mempraktekkan pende-katan Communicative, tetapi mungkin belum terbiasa dengan pendekatan W hole Language.

yang melihat bahasa sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh dan utuh.

Diharapkan, melalui tulisan ini, guru SD dapat memahami, merancang p embelajaran d an melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dan sastera dengan menerapkan pendekatan

Communicative dan pendekatan W hole Languge,

(14)

Daftar Pustaka

A lw asilah, A . Chaed ar d an Furqanul A ziz. (1994). Pengajaran bahasa komunikatif, teori dan praktek.Band ung : Remaja Ro sd a Karya

Akhadiah, Sabarti. Pembelajaran terpadu di SD. M akalah d isajikan d alam sem inar nasional di Universitas Padang

Bromley, KD. (1992). Language arts: exploring connection (2nd ed). Bo sto n: A llyn and

Bavon

Co x Caro le. (1999). Teaching language arts. California State University

Chaer, Abdul. (2002). Psikolinguisti, kajian teoretik. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati. (1998). Pendidikan bahasa Indonesia kelas tinggi. Jakarta: Depdikbud

Goodman. (1991). Organizing for whole language.

Purtsmouth NH Heinemann

Farid a, Rahim. (2006). Strategi pembelajaran membaca di SD. Jakarta: BumiAksara

Dardjo w idjo jo , So enjo no . (2000). Echa, kisah pemerolehan bahasa anak Indonesia. Jakarta: Grasindo

Hallid ay, M.A .K,. (1973). Ex ploration in the functions of language. Lo nd o n: Ed w ar Arnold

Depdiknas. Kurikulum SD 2004. (2004). Jakarta: Puskur

Eisele, Bev erly. (1991). M anaging the whole language classroom. Creativ e teaching

Press,Inc., Cypress

Morrow, L.M. (1999). Literacy development in early years (Helping children read and write).

Rutger: The State University

Nababan, SUS. (1993). M etodologi pengajaran Bahasa.Jakarta: Gramedia

Sumardi. (2000). Buku pelajaran bahasa Indonesia

SD. Jakarta: Grasindo

Tarigan. (1992). Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud

Referensi

Dokumen terkait

Setelah kulit ikan benar-benar kering, lalu goreng kulit ikan di dalam minyak goreng tidak terlalu panas selama 25 detik dan angkat, lalu goreng kembali di

Kegunaan teoritis yang diharapkan dari penelitan ini adalah dapat menambah pengetahuan tentang pengembangan media pembelajaran audio visual yang bermanfaat dalam

perkembangan yang tidak normal, dari hasil penelitian menunjukkan pada perkembangan motorik kasar gagal 100%, motorik halus gagal 80%, personal sosial gagal 100% dan bahasa

Subang akan melaksanakan Pelelangan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi untuk Paket Pekerjaan Jasa Konstruksi secara elektronik sebagai berikut :3. Pendaftaren

Dalam Penulisan Ilmiah ini, penulis berharap jika mendisain tiket konser musik dengan menggunakan Adobe Photoshop versi 5.5 dengan bagus dan menarik nantinya akan dapat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Asep Dedy Sutrisno 2014

Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti dalam Pembuatan Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa

Perpustakaan secara tradisional memang lebih mudah untuk dikelola, dan memerlukan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan perpustakaan yang berbasiskan komputer, akan