Makalah
Auditing II
Menyelesaikan Pengujian dalam Siklus Penjualan dan Penerimaan
Kas : Piutang Usaha
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Naneu Kania Nurjanah 011304040
Novianty Lariska 011304041
Septi Maulida Rahma
Vivi Syifa Fauziah
Yusi Hermawati
Daftar Isi
Daftar Isi... 2
Kata Pengantar... 2
Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo...3
Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo...5
Konfirmasi Piutang Usaha...7
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung, 06 Oktober 2016
Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian
Saldo
Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo piutang,
berhubungan dengan kertas kerja perencanaan bukti untuk tujuan
materialitas dan risiko, pengujian pengendalian substantive atas
transaksi serta pengujian atas rincian saldo.
Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang, harus
memenuhi delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang
secara khusus untuk piutang disebut sebagai tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo piutang usaha disebut sebagai tujuan audit
berkaitan saldo piutang usaha. Delapan tujuan audit tersebut antara
lain :
1.
detail tie-in (hubungan)
2.
keberadaan
3.
kelengkapan
4.
keakuratan
5.
klasifikasi
6.
pisah batas
7.
nilai realisasi
8.
hak
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha tersebut
1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk
terkait, dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta
sama dengan buku besar umum (Detail tie-in)
2. Piutang usaha yang dicatat ada (Keberadaan)
4. Piutang usaha yang sudah akurat (Keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (Pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (Nilai Realiasasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (Hak)
Metodologi penting karena secara keseluruhan untuk merancang
pengujian atas rincian saldo akun terkait dalam hal ini adalah piutang
usaha. Berikut adalah metodologi untuk merancang pengujian atas
rincian saldo :
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang
usaha (tahap 1): dilakukan dengan mempelajari industri bisnis klien
dan lingkungan eksternal karena dapat berdampak pada risiko bisnis
klien.
2. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi (tahap 1): auditor
memutuskan tingkat materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan, kemudian mengalokasikan jumlah petimbangan (akun
piutang usaha) atau penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
Ketika menilai risiko inhern auditor mengidentifikasi secara formal
risiko kecurangan tertentu menyangkut pengakuan pendapatan.
3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan
(tahap 1): pengendalian internal sangat penting dalam menentukan
risiko audit, terdapat tiga hal yang perlu diperhatian oleh auditor
terkait aspek pengendalian internal yaitu
a. pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
b. pengendalian terhadap pisah batas
c. pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak
tertagih.
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analistis (tahap3): prosedur
analistis seringkali dilakukan selama tiga tahap audit.
a. Perencanaan mengenai perencanaa prosedur analitis dan
prosedur substantive ketika melakukan pengajuan.
b. Pengujian terinci yaitu tahap pengujian dilakukan secara rinci
dan tepat, mengidentifikasi jumlah piutang yang tidak biasa
dan kemungkinan salah saji termasuk dampak yang tersaji
dalam laporan keuangan.
c. Penyelesaian audit, jika telah selesai dilaksanakan kesimpulan
auditor mengenai prosedur analisis substantive untuk penjualan
dan penagihan dicantumkan dalam kertas kerja perencanaan
bukti.
6. Merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo piutang
usaha
Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo
Ketika membahas pengujian atas rincian saldo piutang usaha , kita akan berfokus pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kita juga akan mengasumsikan dua hal :
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti
2. Auditor telah memeutuskan resiko deteksi yang direncanakan untuk pengujian atas rincian saldo bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
pada Aged Trial Balanced kecuali mengandalkan pada sifat menyeimbangkan sendiri file induk piutang usaha.
Salah saji pisah batas (cutoff misstatement) terjadi apabila transaksi periode berjalan dicatat dalm periode selanjutnya atau sebaliknya. Tujuannya adalah untuk memverifikasi apakah transaksi yang mendekati akhir periode telah dicata pada periode yang tepat. Salah saji pisah batas dapat terjadi untuk penjualan , retur dan pengurangan penjualan dan penerimaan kas. Bagi masing – masing pos tersebut , auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk menentukan keltakan pisah batas :
1. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat
2. Menegvaluasi apakah klien memeiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan untuk memastikan kelayakan pisah abtas.
3. Menguji apakah pisah batas sudah benar.
• Pisah batas penjualan, sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengirimna barang. Akan tetapi, beberapa perusahaan mencatat faktur pada saat hak atas barang beralih, yang dapat terjadi sebelum pengiriman, pada saat pengiriman dan setelah pengiriman.
Pisah batas retur dan pengurangan penjualan , prisip – prisip akuntansi yang diterima umum memngharuskan bahwa retur dan pengurangan penjualan ditandingkan dengan penjualan yang terkait.
• Pisah batas penerimaan kas, untuk sebagian besar audit , pisah batas atas penerimaan kas yang benar begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan atau retur pengurangan penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha bukan laba.
Konfirmasi Piutang Usaha
independen yang baik. Hal ini dikarenakan konfirmasi akan meminta keterangan dari pihak ketiga berkaitan dengan transaksi dengan klien.
Semakin tinggi resiko pengendalian dan resiko bawaan dari entitas klien membuat auditor harus memiliki bukti audit yang cukup untuk meyakinkan asersi pada laporan keuangan. Auditor harus memperdalam pengujian subtantif atas laporan keuangan dengan menemukan lebih banyak bukti yang dapat menunjukan asersi laporan keuangan. Melalui konfirmasi, auditor akan memperoleh bukti yang independen yang dapat meyakinkan atas asersi yang melekat pada laporan keuangan.
Tujuan Konfirmasi Piutang
Tujuan dari konfirmasi adalah untuk mengumpulkan bukti audit sebagai dasar menyatakan pendapat. Jika pada proses konfirmasi ternyata tidak cukup untuk menekan resiko audit, maka auditor wajib melakukan prosedur tambahan. Sebagai contoh jika pada proses konfirmasi akun piutang, auditor merasa belum memiliki cukup bukti untuk meyakinkan asersi suatu laporan keuangan. Auditor dapat melakukan prosedur tambahan dengan melakukan prosedur subsequent pelunasan piutang. Jadi auditor akan melakukan pembuktian saldo piutang per tanggal laporan keuangan dengan mengecek pelunasan piutang tersebut setelah tanggal pelaporan.
Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi yang akan digunakan:
1. Konfirmasipositif (positive confirmation) adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah. Konfirmasi positif biasa dilakukan untuk jumlah sampel kecil dengan saldo yang besar. Bentuk konfirmasi positif, biasanya menyebutkan informasi yang dibutuhkan auditor dan responden menjawab setuju atau tidak. Namun, terkadang pada konfirmasi positif auditor mengkosongkan informasi yang hendak ditanyakan dan pihak respondenlah yang mengisikan informasi tersebut. Konfirmasi positif dapat dijadikan sebagai bukti audit jika responden membalas konfirmasi yang diberikan.
2. Konfirmasi negative (negative confirmation) juga ditunjukkan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Konfirmasi negatif biasa dilakukan untuk sampel dalam jumlah besar dengan saldo kecil. Bentuk konfirmasi ini juga mencantumka ninformasi yang hendak ditanyakan kepada pihak responden. Namun, pada konfirmasi negatif dapat dijadikan alat bukti audit meski tidak mendapatkan jawaban. Hal ini dikarenakan, pada konfirmasi negatif, responden tidak perlu menjawabjikan informasi yang tercantum sudah sesuai. Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang akan digunakan, dan hal ini sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negative dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi.
Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil.
Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah. Kombinasi risiko tidak dapat dikatakan rendah jika pengendalian internal tidak efektif atau terdapat kemungkinan salah saji. Jika audit tahun sebelumnya mengindikasikan bahwa piutang dagang sering tidak akurat, maka konfirmasi negative tidak tepat untuk dilakukan. Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi
Biasanya, jika konfirmasi negative dilakukan, maka auditor akan memberikan penekanan pada efektifitas pengendalian internal, pengujian substantive dan prosedur analitis sebagai bukti kewajaran piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi akan membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi.
Konfirmasi negative biasanya digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan industry lain yang piutang dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum. Kombinasi konfirmasi negative dan konfirmasi positif juga biasa dilakukan dengan mengirimkan konfirmasi positif kepada debitur dengan saldo besar dan menggunakan konfirmasi negative kepada debitur bersaldo kecil.
Pilihan konfirmasi oleh auditor dipengaruhi oleh materialitas dari total piutang dagang, jumlah dan ukuran setiap akun, risiko pengendalian, risiko yang tak terhindarkan, efektifitas dari konfirmasi sebagai bukti audit, dan ketersediaan bukti audit lain.
Proses Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, auditor sebaiknya melihatbpengalamanbtahunblalu. Hal ini untuk memanajemen waktu yang digunakan dalam proses audit. Jika berdasarkan pengalaman tahun lalu, respon yang diterima dari proses konfirmasi tidak cukup untukmenjadi bukti audit. Auditor dapat memilih untuk tidak melakukan proses konfirmasi dan langsung menggunakan prosedur lainnya. Proses konfirmasi piutang usaha diperkenankan tidak dilakukan jika terdapat kondisi sebagai berikut:
a) Piutang usaha merupakan jumlah yang tidak material dalam laporan keuangan.
b) Penggunaan konfirmasi akan tidak efektif.
audit ketingkat yang cukup rendah bagi asersi laporan keuangan yang bersangkutan.
Penetepan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan tanggal neraca. Dengan ini auditor dapat secara langsung menguji saldo piutang dagang dari laporan keuangan tanpa perlu memperhatikan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Selain itu, untuk melakukan audit berbasis ketepatan waktu, biasanya diperlukan konfirmasi akun-akun selama tanggal intermin.
Jika auditor memutuskan untuk mengkonfirmasi piutang dagang sebelum akhir tahun, maka auditor tersebut biasanya menyiapkan skedul ke depan untuk merekonsiliasi saldo piutang dagang pada tanggal neraca.
Keputusan Pengambilan Sampel
1.
Jumlah sampelFactor utama yang mempengaruhi jumlah sampel dalam melakukan konfirmasi piutang dagang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
o Salah saji yang dapat diterima.
o Risiko yang tak terhindarkan (ukuran relative dari total piutang dagang, jumlah akun, hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspektasi salah saji).
o Risiko pengendalian.
o Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantive lainnya (perluasan dan hasil dari pengujian substantive atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian detail lainnya).
o Tipe konfirmasi (konfirmasi negative biasanya membutuhkan sampel lebih banyak).
2.
Pemilihan Sampel Pengujiansampel seluruh akun diatas jumlah nominal tertentu dan memilih sampel acak atas sisanya.
3.
Menjalankan PengendalianSetelah sampel konfirmasi ditentukan, auditor perlu melakukan pengendalian konfirmasi hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu menyiapkan konfirmasi, seperti memasukkan surat konfirmasi ke dalam amplop tertutup, atau melekatkan cap pada amplop, auditor harus melakukan pengawasan ketat.
4.
Tindak Lanjut Bila Tidak Ada TanggapanSurat konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak dapat dianggap sebagai bukti audit. Misalnya, tidak ada tanggapan atas konfirmasi positif bukan berarti merupakan bukti audit. Sama halnya dengan konfirmasi negative, jika tidak ada respon maka auditor tidak boleh menyimpulkan bahwa pelanggan menerima permintaan konfirmasi dan membenarkan permintaan informasi.
Jika menggunakan konfirmasi positif, PS 07 mensyaratkan prosedur tindak lanjut bila terdapat konfirmasi yang tidak diatnggapi. Biasanya, tindak lanjut dilakukan dengan mengirimkan permintaan konfirmasi kedua atau bahkan ketiga. Jika pelanggan tetap tidak mengembalikan surat konfoirmasi, maka perlu dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alternative. Tujuan dari prosedur alternative adalah menentukan, tanpa konfirmasi, apakah akun yang tidak dijawab memang benar ada, dan disajikan dengan benar pada tanggal konfirmasi. Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumen untuk menguji keberadaan dan akurasi transaksi penjualan individu yang tercantum dalam saldo akhir piutang dagang.
Analisis Perbedaan
o Pembayaran yang dilakukan Perbedaanbiasanya terjadi ketika pelanggan sudah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembyaran saat pencatatan sebelum tanggal konfirmasi. Hal ini perlu diselidiki dengan saksama dengan seksama untuk mengetahui kemungkinan salah saji akibat pisah batas penerimaan kas, penggelapan dengan mengguhkan pencatatan penerimaan kas (lapping), atau pencurian kas.
o Barang Belum diterima Perbedaan ini biasanya timbul karena klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman dan pelanggan mencatat pembelian pada saat barang diterima. Waktu ketika barang dalam masa pengiriman menyebabkan perbedaan pelaporan tanggal penerimaan barang atau salah saji akibat pisah batas pada catatan pelanggan.
o Pengembalian Barang Kesalahan klien dalam mencatat memo kredit dapat terjadi karena beda waktu atau kesalahan pencatatan retur dan cadangan penjualan. Sama halnya dengan perbedaan lain, hal ini perlu diselidiki.
o Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Dipertentangkan Perbedaan yang terjadi dalam laporan pencatatan klien biasanya terjadi ketika pelanggan menyatakan terjadinya kesalahanatas harga barang, kerusakan barang, jumlah barang yang tidak diterima, dan lain-lain. Perbedaan ini perlu diselidiki untuk menentukan apakah klien melakukan kesalahan dan berapa jumlah keslahan yang terjadi.Dalam banyak kasus, auditor akan meminta klien merekonsiliasi perebdaan tersebut, dan jika perlu, akan mengkomunikasikan dengan pelanggan untuk menyelesaikan perbedaan tersebut. Auditor perlu berhati-hati dalam melakukan verifikasi kesimpulan klien untuk setiap perbedaan yang signifikan.
o Pengambilan Kesimpulan
Auditor pada perusahaan publik harus juga mempertimbangkan implikasi dari audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Selain itu, perlu dipastikan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi dengan benar. Meskipun jumlah salah saji dalam sampel tidak signifikan dalam mempengaruhi laporan keuangan, auditor perlu mempertimbangkan jika salah saji itu menjadi material dalam populasi. Generalisasi hasil sampel ke populasi dapat dialakukan melalui teknik pengambilan sampel sacara statistik atau non statistik.
Auditor harus selalu mengevaluasi kondisi kualitatif dan salah saji yang ditemukan dalam sampel, tampa memperhatikan nominal salah saji populasi yang diestimasi. Bahkan, jika salah saji yang diestimasi lebih kecil dari salah saji yang dapat diterima untuk piutang dagang, salah saji yang ditemukan dalam sampel bisa saja merupakan gejala dari masalah yang lebih serius.
Keputusan akhir tentang piutang dagang dan penjualan adalah mengenai apakah bukti memadai telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi , prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian subtantif lain untuk menguatkan pengambilan keputusan mengenai kebenaran saldo yang disajikan.
Mengembangkan Program Rincian Audit Yang Terinci
Program Audit pengujian atas Rincian saldo – Siklus Penjualan dan Penagihan :
1. Mereview neraca saldo piutang usaha untuk piutang yang berjumlah besar dan tidak biasaHP
2. Menghitung prosedur analitis yang ditunjukkan dalam skedul audit yang dikompensasi ke depan.
3. Mereview piutang yang tercantum pada Aged Trial Balance menyangkut wewel dan piutang dengan pihak terkait
4. Menayai manajemen apakah ada pihak terkait , wesel atau piutang jangka panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo.
5. Mereview notulen rapat dewan direksi dan menyai manajeman untuk menentukan apakah ada piutang yang digadaikan
6. Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke file indul piutang usaha untuk melihat umur piutang dan saldonya
9. Menelusuri lima piutang dari file induk piutang usaha ke aged trial balanced
10.Mengkonfirmasi piutang usaha
11.Melakukan prosedur alternatifuntuk semua konfirmasi yang tidak dikembaliakan
12.Membahas dengan manager kredit tentang kemungkinana penagihan piutang yanag sudah lama
13.Mengevaluasi apakah peyisihan apakah sudah memadai setelah melakukan prosedur audit
14.Memilih 20 transakasi penjualan ddari jurnal penjualan tahun berjalan 15.Mereview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan
setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah telah dicatat dalam periode yang benar.
Daftar Pustaka
https://feriyanto16.wordpress.com/2013/10/30/kerangka-konseptual-akuntansi-
sektor- http://novemberfiles.blogspot.co.id/2014/11/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor.html
https://riswanarifin.wordpress.com/2012/09/12/penganggaran-sektor-publik/
http://makalahpublik.blogspot.co.id/2014/10/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor.html