• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERPUSTAKAAN SEKOLAH Sebuah elemen penti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERPUSTAKAAN SEKOLAH Sebuah elemen penti"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERPUSTAKAAN SEKOLAH:

Sebuah elemen penting dalam keberhasilan pendidikan dan pembelajaran di sekolah1

oleh Arif Surachman, S.IP.2 Abstrak

Sekolah pada tingkatan dasar dan menengah merupakan pondasi bagi pembentukan karakter dan keberhasilan generasi muda di masa yang akan datang. Berbagai strategi dan fasilitas untuk meraih keberhasilan dalam proses pendidikan dan pendidikan menjadi penting bagi sekolah. Perpustakaan, adalah salah satu elemen penting sebagai bagian dari strategi dan fasilitas yang terkadang luput dari perhatian para pengambil kebijakan di sekolah.

Masalah prioritas kebijakan dan pengambil kebijakan, sumber daya manusia, tempat/ruang, sumber daya koleksi, dan manajemen adalah hal-hal klasik yang perlu segera mendapat perhatian dari berbagai pihak. Tak kurang organisasi dunia maupun pemerintahpun mengeluarkan kebijakan dan landasan hukum yang diharapkan mampu mengurai masalah-masalah tersebut. Manifesto tentang perpustakaan sekolah oleh UNESCO/IFLA, UU Perpustakaan, Permendiknas tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah, dan Standar Nasional Indonesia tentang Perpustakaan sekolah adalah produk-produk yang diharapkan menjadi pedoman dan panduan bagi adanya perpustakaan dan pengelolaan perpustakaan sekolah yang lebih baik. Sehingga ke depan, perpustakaan sekolah dapat benar-benar menjadi elemen penting bagi keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah atau pendidikan tingkat dasar dan menengah.

Tulisan ini mencoba memotret, mengurai dan menjelaskan bagaimana seharusnya perpustakaan sekolah dikelola agar fungsinya yang mendukung keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dapat tercapai.

Kata kunci: Perpustakaan Sekolah, Standar Perpustakaan Sekolah, Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah, Pendidikan Dasar dan Menengah

Latar Belakang

Pendidikan Dasar dan Menengah adalah merupakan elemen penting bagi pembentukan karakter dan keberhasilan generasi muda pembangun bangsa di masa yang akan datang. Pendidikan dan pembelajaran di level ini akan sangat menentukan bagaimana ke depan seseorang mampu berperan dan mempunyai daya saing dalam pembangunan bangsa dan negara. Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah adalah tempat dimana tanggungjawab penting ini disandarkan. Individu dan institusi di dalamnya harus mampu membuat strategi jitu guna menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam rangka pembentukan karakter dan keberhasilan dalam pencerdasan kehidupan bangsa.

Salah satu elemen penting dalam strategi pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang sering ‘dilupakan’ oleh para pemangku dan pengelola sekolah adalah perpustakaan. Sudah menjadi ‘rahasia’ umum bahwa masih banyak sekolah yang menganggap bahwa

1

(2)

perpustakaan ‘bukan elemen’ prioritas bagi proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sering kali sulit ditemukan keberadaannya di sekolah, atau kalaupun ada ditempatkan pada ruang yang sempit seperti ruang UKS, gudang atau pojok-pojok gedung sekolah yang ‘pengap’ dan hampir tidak ‘terjamah’. Bahkan untuk mengelolanyapun hanya mengandalkan ‘sisa-sisa energi’ dari sumber daya yang ada di sekolah. Intinya, perpustakaan masih dianggap bukan bagian penting dalam proses akademik di sekolah.

Kondisi-kondisi tentu tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, mengingat tanggungjawab yang besar disandarkan pada institusi pendidikan dasar dan menengah ini. Masyarakat dan berbagai organisasi mulai ‘gerah’ terhadap kondisi-kondisi yang terjadi. Sehingga mulai ada ‘tuntutan’ agar perpustakaan benar-benar ‘dimasukkan’ dalam elemen pengembangan pendidikan dan pembelajaran. Bahkan pada tahun 2000, UNESCO dan IFLA telah mengeluarkan manifesto tentang Perpustakaan Sekolah yang menyebutkan:

Governments, through their ministries responsible for education, are urged to develop strategies, policies and plans that implement the principles of this Manifesto”

Manifesto itu menegaskan bahwa Pemerintah melalui menteri-menterinya yang bertanggungjawab atas pendidikan, diwajibkan mengembangkan strategi, kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana yang mampu mengimplementasikan prinsip-prinsip manifesto ini. Selain itu dalam misinya, manifesto ini ingin menegaskan bahwa perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan gagasan yang menjadi dasar untuk membentuk masyarakat saat ini yang berbasis informasi dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan juga harus mampu membekali siswa dengan kemampuan pembelajaran sepanjang hayat dan mengembangkan imajinasinya, sehingga membekali mereka menjadi warga negara yang bertanggungjawab.

Manifesto itu menurut Natajumena (2008) sesuai dengan misi UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggungjawab.

(3)

148 ribu SD yang ada di Indonesia, ada 50 ribu SD yang sudah memiliki perpustakaan, dan Kemendiknas menargetkan setiap tahunnya akan ada tambahan 20 ribu SD yang memiliki perpustakaan (Media Indonesia, 3 juli 2010). Tentu ini sebuah kabar baik juga bagi sekolah-sekolah yang saat ini belum memiliki fasilitas perpustakaan. Hal ini juga menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mewujudkan fasilitas pendidikan dan pembelajaran yang memadai bagi generasi muda di Indonesia.

Pengertian-pengertian

Sebelum kita berbicara bagaimana seharusnya perpustakaan sekolah dikelola dalam rangka mendukung proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, maka ada baiknya kita coba cermati terlebih dahulu pengertian dan perpustakaan. Pengertian perpustakaan berkembang dari waktu ke waktu. Pada abad ke-19 perpustakaan didefinisikan sebagai “suatu gedung,ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yanng dipelihara dengan baik,dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu. Kemudian ALA (The American Library Association) menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian “ pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujukan “. Sedangkan menurut Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa “ perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.

Adapun pengertian perpustakaan sekolah, menurut Sulistyo-Basuki (1994) adalah perpustakaan yang berada di sekolah dengan fungsi utama membantu tercapainya tujuan sekolah serta dikelola oleh sekolah yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia untuk Perpustakaan Sekolah (SNI 7329-2009), pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.

(4)

Landasan Hukum

Saat ini peran, fungsi, dan bagaimana seharusnya perpustakaan sekolah dikelola telah mempunyai banyak landasan hukum. Sebagai contoh adalah payung hukum yang secara global mengatur tentang perpustakaan sudah dikeluarkan oleh pemerintah melalui Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Perpustakaan Sekolah juga tidak luput dari diatur dalam UU tersebut yakni pada pasal 23 ayat 1-6 dimana diantaranya disebutkan bahwa setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan, mengembangkan koleksi yang mendukung kurikulum pendidikan, dan sekolah/madrasah mengalokasikan paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah.

Untuk menjamin pelaksanaan UU tersebut bahkan dalam pasal 52 diatur tentang sanksi administratif yang akan dikenakan kepada lembaga penyelenggara perpustakaan (sekolah/madrasah) yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23.

Sedangkan untuk tenaga perpustakaan atau pustakawan sekolah/madrasah sudah ada landasan hukumnya yang diatur melalui Permendiknas RI nomor 25 tahun 2008 tentang standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.

Landasan-landasan hukum ini tentu sangat penting agar ke depan perpustakaan benar-benar menjadi elemen penting yang diperhatikan pengelola lembaga pendidikan dasar dan menengah dalam menjalankan fungsinya terkait pendidikan dan pembelajaran. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Sekolah

Menurut Standar Perpustakaan Sekolah (SNI 7329-2009), perpustakaan sekolah bertujuan menyediakan pusat sumber belajar sehingga dapat membantu pengembangan dan peningkatan minat baca, literasi informasi, bakat serta kemampuan peserta didik. Seperti dalam Surachman (2007), apabila kita lebur tujuan tersebut ke dalam fungsi-fungsi yang terdapat dalam perpustakaan, maka fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai: a. Pusat kegiatan belajar-mengajar yang terintegrasi dengan kurikulum di sekolah

b. Pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas, bakat dan imajinasinya.

(5)

d. Pusat Belajar Mandiri dan meningkatkan kemampuan literasi informasi bagi siswa

Tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah di atas menegaskan bahwa perpustakaan sekolah harus dapat menjadi bagian integral dalam proses pengembangan pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Hal ini ke depan akan memberikan jaminan terbentuknya generasi yang terampil belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikir agar mereka dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

Permasalahan-permasalahan saat ini

Ada satu ungkapan bahwa pengalaman adalah pelajaran terbaik yang bisa kita petik untuk perubahan ke depan yang lebih baik. Demikian halnya dengan perpustakaan sekolah, kondisi ‘kelam’ yang pernah ada diharapkan akan memberikan sebuah pelajaran bagi perubahan ke depan yang lebih baik.

Berdasarkan pengamatan dan juga brainstorming yang pernah dilakukan penulis selama melakukan interaksi dengan para staf perpustakaan/pustakawan, guru dan kepala sekolah baik di DIY maupun daerah lain di Indonesia, setidaknya ada beberapa kondisi kurang baik atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan perpustakaan sekolah saat ini yakni:

1. Prioritas kebijakan dan pengambil kebijakan

(6)

2. SDM

Permasalahan lain yang sering menjadi hambatan bagi pengembangan perpustakaan sekolah adalah tidak adanya SDM yang mengelola perpustakaan, atau minimnya tenaga perpustakaan. Banyak perpustakaan yang ‘hanya’ dikelola sebagai ‘sambilan’ oleh beberapa staf pendidik atau tenaga kependidikan. Hal ini bukannya buruk sama sekali, akan tetapi sering kali menjadikan perpustakaan tidak dapat berkembang dan kehilangan fungsinya sehingga akhirnya tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan . Apalagi jika SDM yang mengelola tidak mempunyai kompetensi dalam pengelolaan perpustakaan. Hal ini akan semakin menghambat perkembangan perpustakaan sekolah. Mengingat pentingnya perpustakaan sekolah, sudah semestinya bahwa SDM ini harus menjadi perhatian apalagi jika merujuk pada permendiknas nomor 25 tahun 2008 yang mengatur masalah standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah. Dimana didalamnya diatur syarat-syarat minimal bagi SDM yang mengelola perpustakaan. Sehingga SDM yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai standar adalah menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi apabila sekolah ingin mengembangkan perpustakaan sekolah dengan lebih baik.

3. Tempat/Ruang

Permasalahan klasik yang selalu ditemui ketika penulis melakukan brainstorming adalah ketidaktersediaan ruang/tempat atau minimnya tempat/ruang yang dipergunakan untuk perpustakaan. Beberapa kasus yang ditemui memperlihatkan bahwa buku-buku yang berasal dari pemerintah maupun bantuan lembaga tertentu seringkali tidak tersentuh dan hanya dibiarkan menumpuk di sudut gudang sekolah atau ruang guru atau ruang kepala sekolah. Ketiadaan ruang perpustakaan menjadi salah satu alasannya.

Kasus lain adalah ruang perpustakaan yang ‘hanya’ ditempatkan di sudut sekolah, di ruang UKS, atau di sudut2 pengap yang kadang tidak tersentuh atau terjamah oleh siswa dan pendidik. Sehingga walaupun keberadaannya terlihat tapi kebermanfaatannya menjadi seringkali ‘tidak ada’.

(7)

pengembangan infrastruktur pendidikan di sekolah. Artinya apa, setiap pengembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah harus diikuti dengan pengembangan perpustakaan. Sekolah harus mampu memberikan jaminan ketersediaan tempat atau media bagi siswa untuk mendapatkan informasi yang akan memperkaya pengetahuan dan imajinasinya, serta memberikan dukungan bagi pembelajaran sepanjang hayat.

4. Sumber Daya Koleksi

Merujuk pada Standar Perpustakaan Sekolah dimana perpustakaan bertujuan menyediakan pusat sumber belajar, maka koleksi atau sumber daya koleksi merupakan ‘nyawa’ dari keberadaan perpustakaan sekolah. Koleksi perpustakaan merupakan bagian yang menjadi ‘elemen’ keberhasilan fungsi dan tujuan perpustakaan sekolah. Banyak kasus ditemui perpustakaan menjadi tidak ‘laku’ karena koleksinya yang sedikit, tidak lengkap dan kurang menarik. Hal ini juga menjadi permasalahan yang ditemui di banyak perpustakaan sekolah di Indonesia. Koleksi yang kurang beragam dan ‘hanya’ mengandalkan buku teks bantuan dari pemerintah merupakan hal yang lazim ditemui di perpustakaan-perpustakaan sekolah, yang bahkan tidak mengalami ‘pembaharuan’ selama bertahun-tahun. Tak jarang tampilan bukupun menjadi tidak menarik bagi siswa untuk ‘menyentuhnya’. Tentu ini menjadi masalah serius, karena salah satu ciri keberhasilan sebuah perpustakaan adalah ketersediaan dan keterpakaian koleksinya. Pada level masalah ini maka perlu adanya kebijakan dan perencanaan dalam sistem pengembangan koleksi perpustakaan.

5. Manajemen

Pengalaman menunjukkan bahwa solusi terhadap keempat permasalahan di atas kurang ‘berarti’ apabila kemampuan pengelolaan oleh staf pengelola juga tidak diperhatikan. Beberapa kasus yang ditemui memperlihatkan adanya sekolah yang punya ruang perpustakaan memadai, punya koleksi yang memadai, ada SDM yang menangani, hanya sayang pengelolaannya kurang bagus. Perpustakaan ‘hanya’ dijalankan layaknya ‘penyewaan buku’ tidak terintegrasi dengan sistem pendidikan yang ada. Atau dengan kata lain perpustakaan dijalankan ‘hanya’ apa adanya tanpa adanya perencanaan dan pengawasan yang baik. Perpustakaan hanya dipahami sebagai ‘gudang buku’, bukan merupakan pusat informasi dan pembelajaran mandiri bagi siswa didik.

(8)

Sekolah, perpustakaan harus masuk dalam struktur organisasi sekolah sehingga akan memudahkan dalam menentukan arah pengelolaan yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Bagaimana seharusnya Perpustakaan dikelola?

Kegiatan mengelola atau manajemen dalam perpustakaan sekolah bukan sekedar kegiatan menempatkan buku-buku di rak, akan tetapi lebih dari itu, sangat kompleks, berkelanjutan, dan selalu berubah. Jadi manajemen merupakan sebuah proses yang memfokuskan pada memperhatikan kegiatan dari hari ke hari, menghadapi permasalahan isi dan integrasi dengan tujuan-tujuan sekolah. Kegiatan manajemen adalah kegiatan yang mencerminkan adanya sebuah sistem, terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau faktor untuk mendukungnya. Surachman (2007) dalam makalahnya, memperlihatkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat ditemui dalam sebuah proses pengelolaan perpustakaan diantaranya adalah kebijakan dan prosedur ; manajemen koleksi ; pendanaan atau anggaran; manajemen fasilitas; sumber daya manusia; dan perencanaan.

1. Prosedur dan Kebijakan

Prosedur dimaksud adalah merupakan cara atau bagaimana kegiatan dan pekerjaan harus dilakukan terkait dengan upaya implementasi dari sebuah rencana spesifik atau menjalankan sebuah kebijakan. Sedangkan kebijakan sendiri memfokuskan pada prinsip-prinsip apa yang dipegang oleh organisasi dalam hal ini adalah sekolah/perpustakaan dan mengapa hal itu perlu dilakukan. Kadang kala sebuah kebijakan terhadap perpustakaan sekolah sangat dipengaruhi oleh kondisi kebijakan di lingkungannya, baik dari sekolah atau pemilik sekolah, dinas pendidikan, pemerintah atau mungkin departemen pendidikan.

(9)

Jadi selain memperjuangkan sebuah kebijakan yang terkait nasib perpustakaan, maka pengelola perpustakaan harus paham apa visi dan misi sekolahnya, bagaimana sekolah melakukan perancangan anggaran, dimana posisi perpustakaan secara struktural, apa saja yang menjadi wewenang dan kewajiban perpustakaan di sekolah. Bahkan terkait kebijakan yang akan diambil secara internal di perpustakaan itu sendiri, pengelola perpustakaan harus mampu:

• melihat kembali sumber-sumber yang dimiliki dan mendefinisikannya sesuai kebutuhan dan perkembangan kebijakan sekolah

• melihat, memperhatikan dan memperbaharui prosedur-prosedur lokal – sirkulasi, pemesanan pustaka, dll

• membuat sebuah pernyataan visi dari perpustakaan sekolah yang sesuai dengan kebijakan yang ada

• membuat perencanaan strategis dalam menentukan prosedur dan kebijakan dari perpustakaan itu sendiri.

Artinya dapat disimpulkan bahwa pengelola perpustakaan harus mampu memahami kebijakan dan prosedur yang ada di sekolah dan lingkungannya, selain tentu saja membuat dan melaksanakan kebijakan dan prosedur internal yang harus dijalankan di perpustakaan. Hal lain yang cukup penting adalah setiap membuat sebuah kebijakan atau prosedur harus selalu mempertimbangkan visi, kebutuhan, dan keadaan dari sekolah atau lembaga induknya. Karena pada prinsipnya perpustakaan sekolah harus dapat mencerminkan visi dan misi sebuah lembaga pendidikan sekolah.

2. Manajemen Koleksi

Di atas sudah disinggung bahwa salah satu permasalahan di perpustakaan sekolah adalah masalah sumber daya koleksi. Namun sebenarnya selain ketersediaan sumber daya koleksi, manajemen koleksi adalah hal yang harus menjadi perhatian bagi pengelola perpustakaan. Manajemen koleksi merupakan area kunci dari tangungjawab seorang pengelola perpustakaan.

(10)

perpustakaan sekolah. Karena tanpa dikelola dengan baik, maka koleksi akan tetap menjadi kumpulan atau tumpukan buku yang tidak bermakna.

Salah satu karakteristik dari sebuah koleksi perpustakaan sekolah adalah beragamnya jenis sumber atau bahan pustaka tergantung pada kebutuhan pengajar/staf pendidik, ukuran atau jumlah koleksi, bagaimana cara mengaksesnya dan keterbaruan.

Banyak hal sebetulnya yang dapat dilakukan untuk mengelola koleksi, mulai dari pengadaan, pengolahan teknis (seperti inventarisasi, klasifikasi, pelabelan, penempatan, pemilihan), dan memang tentunya itu membutuhkan perhatian yang serius dari pengelola perpustakaan. Dalam manajemen koleksi sebetulnya jumlah bukan suatu hal yang menjadi sangat prinsip, akan tetapi lebih penting bagaimana koleksi itu dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak.

"It does not matter how many books you may have, but whether they are good or not." - Lucius Annaeus Seneca (3 B.C.-65 A.D.), Epistolae Morale

Jadi prinsip-prinsip kebermanfaatan harus menjadi dasar bagi pengelola perpustakaan untuk mengeluarkan kebijakan terkait dengan bagaimana mengelola koleksi yang ada. Pengelola harus mampu memetakan mana koleksi yang menjadi pendukung utama pembelajaran, mana koleksi yang bersifat hiburan, mana koleksi yang dibutuhkan siswa didik untuk mengembangkan bakat dan ketrampilan, sehingga akan memudahkan siswa didik dan staf pendidik memanfaatkannya. Manajemen koleksi termasuk didalamnya pengembangan koleksi merupakan area penting yang mestinya selalu diperhatikan oleh para pengelola perpustakaan di sekolah.

3. Pendanaan atau Anggaran

(11)

Seperti sudah tercantum dalam Undang-Undang Perpustakaan dan juga Standar Perpustakaan Sekolah, sekolah harus menjamin tersedianya anggaran perpustakaan setiap tahun sekurang-kurangnya 5% dari total anggaran sekolah di luar belanja pegawai dan pemeliharaan serta perawatan gedung. Jadi mau tidak mau, seharusnya rencana pendanaan perpustakaan sekolah harus menjadi bagian ‘integral’ dari pendanaan rutin sekolah.

Langkah terakhir yang harus dilakukan pengelola terkait pendanaan atau anggaran adalah merancang dan mengawal penggunaan dana yang sudah diajukan. Hal ini harus dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan prosedur yang sudah dirancang sebelumnya. Pengelola harus paham bagaimana dan kapan dana atau anggaran itu dapat dikeluarkan untuk keperluan pengembangan dan kegiatan perpustakaan sekolah. Apalah artinya apabila anggaran atau dana sudah disetujui tetapi pengelola perpustakaan sendiri tidak dapat merealisasikan apa yang sudah direncanakan dan disetujui oleh pengambil kebijakan di sekolah. Hal ini tentu akan membawa dampak pada kebijakan terhadap perpustakaan sekolah di kemudian hari.

4. Fasilitas

Fasilitas perpustakaan menjadi sisi lain yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan perpustakaan. Seringkali yang terjadi masalah perpustakaan adalah masalah ‘ketiadaan’ atau ‘ketidakberdayaan’ fasilitas. Mulai dari ketiadaan tempat, ketiadaan koleksi, ketiadaan sarana pendukung, dan sarana prasarana lainnya. Biasanya tiap level sekolah mempunyai karakteristik masing-masing dalam perencanan fasilitas. Namun yang penting dalam pengelolaan fasilitas harus diperhatikan 3 hal yakni:

- Nyaman (Comfort)

- Terbuka (Welcome)

- User-friendly

Ketika kita merancang sebuah fasilitas untuk perpustakaan sekolah, setidaknya ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi:

• Tata letak harus dapat menunjukkan bahwa perpustakaan dapat difungsikan dengan baik.

• Desain harus memperhatikan aspek estetika dan ergonomis.

(12)

• Harus diperhatikan masalah arus ‘lalu-lintas’ pengguna, keselamatan dan keamanan.

• Ruangan sedapat mungkin mengakomodir kebutuhan pengguna, juga tentunya untuk keperluan penyimpanan dan pengolahan.

Selain itu ada baiknya dalam menentukan fasilitas perpustakaan juga diperhatikan standar yang sudah ditetapkan dalam standar nasional perpustakaan sekolah yakni:

• Perpustakaan harus menyediakan ruang yang cukup untuk koleksi, staf dan penggunaannya.

• Perpustakaan harus menyediakan ruang dengan luas sekurang-kurangnya untuk SD/MI 56 m2, SMP/MTS 126 m2, SMA, MA, SMK, MAK 168m2.

• Pembagian Area: 45% untuk area koleksi, 25% untuk area baca, 15% untuk area staf, 15% untuk area lain.

• Perpustakaan harus menyediakan sekurang-kurangnya rak buku, lemari catalog, meja dan kursi baca, meja dan kursi kerja, meja sirkulasi, mesin tik/perangkat computer, dan papan pengumuman/pameran.

• Perpustakaan harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk keperluan pengguna

5. Manajemen SDM

Seperti halnya sudah dibahas pada paragraph sebelumnya, bahwa masalah sumber daya manusia merupakan hal yang sering ditemui dalam pengelolaan perpustakaan. Untuk itu kiranya perlu juga diperhatikan bagaimana manajemen sumber daya manusia atau pengelola perpustakaan ini dilakukan. Pengambil kebijakan di sekolah dalam hal ini kepala sekolah atau pemilik sekolah harus memahami bahwa SDM Perpustakaan adalah SDM Profesional. Sehingga tidak lagi dapat dengan sembarang menempatkan orang atau staf di perpustakaan. Perlu ada pertimbangan-pertimbangan kompetensi di bidang perpustakaaan.

(13)

Berdasarkan standar nasional perpustakaan, setidaknya SDM di perpustakaan sekolah terdiri dari:

Kepala Perpustakaan: seseorang yang bertanggungjawab kepada kepala sekolah, memiliki kualifikasi pendidikan minimal diploma dua (D2) bidang ilmu perpustakaan dan informasi, atau diploma dua (D2) bidang lain yang sudah memperoleh sertifikat pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi dari lembaga pendidikan yang terakreditasi.

Tenaga Perpustakaan Sekolah: seorang yang merupakan tenaga teknis perpustakaan dengan klasifikasi minimal pendidikan sekolah menengah serta memperoleh pelatihan kepustakawanan dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi.

Kedua SDM tersebut yang akan bekerjasama dalam melaksanakan pengelolaan perpustakaan. Kepala perpustakaan merupakan orang yang bertanggungjawab secara penuh terhadap perpustakaan. Sudah seharusnya kepala perpustakaan ini mempunyai kemampuan untuk mengelola perpustakaan, memahami visi dan misi sekolah, dan juga memahami kurikulum yang diterapkan di perpustakaan. Sedangkan tenaga perpustakaan harus mempunyai kemampuan teknis dalam bidang perpustakaan karena akan membantu kepala perpustakaan dalam mengelola perpustakaan dalam keseharian.

Selain itu sebenarnya kita dapat memanfaatkan siswa didik untuk membantu pelayanan di perpustakaan sekolah. Hal ini juga merupakan bagian dari proses pembelajaran bagi siswa didik untuk menyukai perpustakaan. Ini dapat dilakukan apabila sekolah mempunyai keterbatasan SDM. Siswa didik dapat diberi pelatihan singkat yang terkait bagaimana melakukan pelayanan perpustakaan.

(14)

6. Perencanaan

Perencanaan akan selalu menjadi bagian penting dalam sebuah sistem manajemen, termasuk manajemen perpustakaan sekolah. Untuk itu sekolah dan pengelola perpustakaan sekolah harus mempunyai dokumen perencanaan yang akan menjadi panduan paling tidak setiap jangka waktu tertentu, misal satu tahun anggaran. Perencanaan disini menyangkut masalah perencanaan kebijakan strategis, perencanaan anggaran/pendanaan, perencanaan pengembangan fasilitas, perencanaan pengembangan koleksi, perencanaan program kerja perpustakaan sekolah, perencanaan pengembangan SDM, perencanaan kerjasama, dan juga perencanaan promosi perpustakaan.

Penting bagi pengelola perpustakaan untuk selalu memulai pekerjaan dan program kerjanya melalui sebuah perencanaan. Perencanaan akan menentukan sejauh mana perpustakaan sekolah dapat berjalan dengan baik dan mendukung proses pembelajaran yang inovatif di sekolah. Kepala perpustakaan beserta tenaga perpustakaan dapat bekerja sama dengan staf pendidik dan juga staf manajerial lain di sekolah guna menyusun perencanaan yang baik bagi keberlangsungan perpustakaan. Hal ini penting agar menjamin ketepatan arah dan sasaran program perpustakaan terutama dalam mendukung keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Tanpa adanya perencanaan maka perpustakaan akan berjalan tanpa arah dan tidak akan mencapai apa yang menjadi tujuan yang diharapkan.

Pelayanan dan Promosi Perpustakaan

(15)

1. Pelayanan Perpustakaan

Menurut standar nasional perpustakaan sekolah, layanan perpustakaan adalah kegiatan pendayagunaan materi perpustakaan kepada pengguna, yaitu sirkulasi, referensi, penelusuran, pendidikan pengguna, pinjam antarperpustakaan.

Sirkulasi atau layanan sirkulasi merupakan kegiatan meminjamkan koleksi perpustakaan kepada pengguna dalam hal ini siswa didik dan staf pendidik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk melancarkan kegiatan sirkulasi ini maka pengelola perpustakaan perlu menetapkan kebijakan layanan sirkulasi, aturan-aturan peminjaman, syarat keanggotaan, dan prosedur-prosedur yang harus dilakukan.

Referensi atau layanan referensi merupakan kegiatan perpustakaan dalam menjawab pertanyaan, menelusur dan menyediakan materi perpustakaan dan informasi sesuai dengan permintaan pengguna dengan mendayagunakan koleksi referensi. Pada kegiatan ini maka pengelola selain mempunyai kemampuan memahami sumber-sumber referensi juga harus mempunyai pengetahuan tentang literasi informasi. Yakni pengetahuan bagaimana mencari, menemukan, mendayagunakan dan mengevaluasi informasi yang ada.

Pendidikan pengguna atau pendidikan pemakai merupakan kegiatan perpustakaan yang bertujuan menjadikan pengguna mampu mendayagunakan koleksi perpustakaan secara mandiri sesuai dengan kebutuhannya. Artinya, pengguna atau pemakai dididik atau diajari bagaimana menemukan dan mendayagunakan koleksi perpustakaan sehingga mampu secara mandiri mencari dan memanfaatkan informasi dan pengetahuan yang terdapat di koleksi. Pelatihan literasi informasi adalah salah satu hal yang juga harus diajarkan kepada para pengguna atau pemakai di perpustakaan sekolah.

Kegiatan pinjam antarperpustakaan dapat dilakukan oleh perpustakaan guna meningkatkan pelayanan di perpustakaan sekolah. Kegiatan ini merupakan kegiatan peminjaman koleksi di perpustakaan lain melalui kerjasama perpustakaan yang sudah disepakati bersama. Ini dapat dilakukan apabila perpustakaan satu dengan perpustakaan lain mempunyai kerjasama dan kesepakatan pinjam antarperpustakaan.

2. Promosi Perpustakaan

(16)

perpustakaan, termasuk di dalamnya koleksi-koleksinya, sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku individu, kelompok atau organisasi masyarakat untuk memanfaatkan perpustakaan. Promosi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh perpustakaan, sehingga dalam penyusunannya perlu melibatkan manajemen sekolah dan staf pendidik. Dokumen yang merinci berbagai sasaran dan strategi harus ada secara tertulis. Hal ini agar perpustakaan sekolah dapat melakukan kegiatan promosi sesuai dan selaras dengan apa yang menjadi visi dan misi sekolah.

Dalam pedoman perpustakaan sekolah yang dikeluarkan UNESCO/IFLA yang diterjemahkan oleh Perpusnas RI (2006), kegiatan atau kebijakan promosi dapat tercermin dengan:

• Memulai dan menhoperasikan situs web perpustakaan sekolah guna mempromosikan jasa perpustakaan sekolah

• Menyelenggarakan berbagai pameran

• Membuat terbitan berisi informasi mengenai jam buka, jasa dan koleksi perpustakaan

• Menyediakan daftar sumber informasi dan pamphlet yang berkaitan dengan kurikulum

• Memberikan informasi perpustakaan pada pertemuan murid baru dan orang tua mereka

• Membentuk kelompok sahabat perpustakaan bagi para orang tua murid dan lainnya

(17)

Penutup

Penjelasan dan uraian panjang diatas menunjukkan bahwa dalam pengelolaan perpustakaan sekolah sebetulnya ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Bahkan berbagai aturan dan landasan hokum juga telah dikeluarkan oleh berbagai pihak yang berkompeten untuk menjamin keberlangsungan perpustakaan sekolah dalam mendukung proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Satu poin penting yang perlu diperhatikan adalah pengelola perpustakaan harus dapat mensinergikan program-program perpustakaan dengan visi-misi sekolah serta kebutuhan kurikulum yang diterapkan. Proses pengelolaan perpustakaan sekolah adalah sebuah proses kreatif dan inovatif yang mestinya menjadi bagian penting dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah, bukan elemen yang terpisah.

Daftar Pustaka

Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI). 2009. Standar Nasional Indonesia: Perpustakaan Sekolah (SNI 7329:2009). Jakarta: BSNI.

Indonesia. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Indonesia. 2007. Undang-Undang RI Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta

Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI (Permendiknas RI) Nomor 25 tahun 2008 tentang standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah. Jakarta: Depdiknas RI Perpustakaan Nasional RI dan Departemen Pendidikan Nasional RI. 2006. Pedoman

Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO. Terjemahan dari School Library Guideliness IFLA/UNESCO. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Media Indonesia. 03 Juli 2010. Seluruh SD Miliki Perpustakaan pada 2015. Diakses melalui website Media Indonesia

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/07/07/153222/88/14/Seluruh-SD-Miliki-Perpustakaan-pada-2015 pada tanggal 8 Desember 2010.

Natajumena, Rachmat. 2008. Perpustakaan Sekolah Lahan Tidur Pustakawan. Dalam Kumpulan Naskah Orasi Ilmiah Pengukuhan Pustakawan Utama 1995-2007, Blasius Sudarsono dan Titiek Kismiyati (editor), Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

SULISTYO-Basuki. 1994. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surachman, Arif. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Makalah disampaikan dalam Workshop untuk Kepala Sekolah, Guru dan Komite Sekolah di Ambarawa, Jawa Tengah. Diakses melalui http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/manpersek.pdf Surachman, Arif. 2006. Modul Pengelolaan Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Modul dalam

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan motivasi Perilaku mengemis sebagian masyarakat Desa Pageralang Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas dapat terjadi karena adanya: pertama :

Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka (Library research) di mana peneliti ini berusaha utuk mengumpulkan berbagai informasi, dengan cara membaca, menelaah buku-buku

Dilihat dari hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan pengembangan buku saku berbasis android dengan mengubah materi pembelajaran yang akan digunakan selain

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya adalah dapat diketahui

dirancang dengan cara yang memungkinkannya diatur ulang oleh perangkat lunak yang berjalan pada komputer yang terhubung.. Bila baris ini dinyatakan (diambil rendah),

Limbah gas atau pencemaran udara yang dihasilkan dari aktivitas boiler sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas bahan bakar, dipengaruhi oleh penggunaan tungku

analisis sidik ragam atau ANOVA (Lampiran 8) menggunakan program SAS V 9.1.3 (Statistical Analysis System) menunjukkan bahwa perlakuan pengukusan dan pembebanan pada kayu karet

hitung = 1.9494 lebih bsar dari t tabel 5% = 1.729. Metode mengajar bagian berulang memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada metode mengajar bagian progresif