MAKALAH LOGOPEDI
SISTEM NEUROMUSKULAR YANG BERPERAN PADA FUNGSI
FONETIK
Oleh : Ariyanti Rezeki 1406581080
Pembimbing : drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K)
Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
Departemen Prostodontia
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
Percakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung. Untuk menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman fonetik bukan hal yang perlu untuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.
Otot-otot yang mengatur organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan produksi suara diatur oleh kontrol pusat di bagian rostral otak.
BAB 2 ISI
Sistem Saraf Pusat
Secara konvensional terdapat empat area bahasa pada manusia, yang pada sebagian besar manusia terdapat pada hemisfer serebri kiri. Dua area bahasa adalah reseptif dan dua lainnya adalah eksekutif yang menghasilkan bahasa. Dua area reseptif berhubungan erat dengan dengan zona bahasa sentral. Area reseptif,untuk mengatur persepsi bahasa yang diucapkan yaitu area 22 posterior yang disebut area Wernicke dan girus Heschls (area 41 dan 42). Kedua, yang mengatur persepsi bahasa tulisan yang menempati girus angulus (area 39) pada lobus parietal inferior, anterior terhadap area reseptif visual. Girus supra marginal yang terletak di antara pusat bahasa auditori dan visual dan area temporal inferior yang terletak di anterior korteks asosiasi visual kemungkinan adalah bagian dari zona bahasa sentral juga. Area- area ini terletak pada pusat integrasi untuk fungsi bahasa visual dan auditori.
Bagian eksekutif utama terletak di area Broadman, area 44 dan 45 disebut area Broca dan bertanggung jawab untuk aspek motorik bicara. Secara visual kata-kata yang diterima kemudian diekspresikan dalam benruk tulisan melalui area tulisan Exner. Area sensori dan motor terhubungkan satu dengan yang lain melalui fasikulus arkuatum yang melewati ismus lobus temporal kemudian memutari ujung posterior fisura silvii, sambungan lainnya melalui kapsula eksterna nukleus lentikular.
Organisasi Otak
Tiga fungsi dasar otak adalah fungsi pengaturan, proses dan formulasi. Fungsi pengaturan bertanggungjawab untuk tingkat energi dan tonus korteks secara keseluruhan. Fungsi proses berlokasi pada belakang korteks, mengontrol analisa informasi, pengkodean dan penyimpanan. Korteks yang lebih tinggi bertanggung jawab untuk memproses rangsangan sensori seperti rangsangan optik, akustik dan olfaktori. Data dari tiap sumber digabungkan dengan sumber sensori lainnya untuk dianalisa dan pembentukan. Proses formulasi berlokasi pada lobus frontal, bertanggungjawab untuk formasi intensi dan perilaku. Fungsi utamanya adalah untuk mengaktifkan otak untuk pegaturan atensi dan konsentrasi.
Dominasi Serebri
Meskipun hemisfer kiri dan kanan simetris untuk proses motorik dan sensoris, terdapat asimetris juga untuk fungsi khusus tertentu seperti bahasa. Namun demikian, meskipun fungsinya berbeda, kedua hemisfer saling berintegrasi dan informasi yang melalui keduanya melalui korpus kalosum dan subkortikal lainnya. Dua Fungsi yang menonjol dari hemisfer serebri kiri merupakan fungsi dasar untuk bahasa. Teori yang paling umum adalah traktus kortikospinal berasal dari hemisfer kiri yang berisi lebih banyak serat dan menyilang lebih tinggi dibanding hemifer kanan. Belajar juga merupakan suatu faktor, terjadi banyak pergeseran dari kiri ke kanan (shifted sinistral). Pada sebagian anak terjadi pergeseran ke kanan hemisfer di usia muda, dan menjadi bertangan kidal.
PROSES FISIOLOGIS BICARA
Terdapat dua hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara. Di dalam otak terdapat tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Struktur Fungsional Organ Pengucapan, Suara, dan Bicara
A. Organ Respirasi
Terdiri dari trakea, bronkus, dan paru-paru. Aliran udara respirasi merupakan sumber kekuatan yang diperlukan untuk mencetuskan suara dan diatur tekanannya mulai dari paru-paru.
B. Organ Fonasi
Laring dengan otot-otot instrinsik dan ekstrinsiknya dan pita suara yang merupakan bagian terpenting laring. Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didesain untuk memproduksi suara (fonasi).
Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago yang berpasangan, dan 3 yang tidak berpasangan. Organ ini terletak pada midline di depan servikal vertebra ke 3 sampai 6.
Organ ini dibagi ke dalam 3 regio: a. Vestibule
b. Ventricle c. Infraglotitic
Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada regio ventricle.
Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension) dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar laring, dimana fungsi otot-otot tersebut adalah:
M. Cricothyroideus menegangkan pita suara
suara yang sudah diresonansi ini masih bukan merupakan suara bicara. Ciri-ciri resonansi sangat bervariasi pada setiap orang dan merupakan aspek yang sangat penting bagi efektivitas bicara. D. Organ Artikulasi
Tersusun atas:
a) Bibir : berfungsi untuk membendung udara pada pembentukan suara letup.
b) Palatum mole-durum merupakan permukaan sensitif bagi lidah untuk mengawasi proses artikulasi, menghalangi dan membentukaliran udara turbulen dan sebagai kompas bagi lidah bahwa suara terbaik sudah dihasilkan.
c) Lidah : membentuk suara dengan mengangkat, menarik, menyempit, menipis, melengkung, menonjol, atau mendatar
d) Pipi : membendung udara di bagian bukal.
e) Gigi : berfungsi menahan aliran udara dalam membentuk konsonan labio-dental dan apiko-alveolar.
f) Mandibula : membuka dan menutup waktu bicara
2.1 Reseptor Sensorik
Organ reseptor umum (eksteroreseptif, interoreseptif, propioreseptif) dan organ reseptor khusus (penglihatan, pendengaran, keseimbangan, penghidu, pengecap) menerima rangsang.
2.1.1 Saraf Aferen
Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, yaitu: aspek sensorik (input bahasa), melibatkan telinga dan mata, dan kedua, aspek motorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.
2.1.4 Aspek Sensorik Komunikasi
Pada korteks bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual, bila mengalami kerusakan, maka dapat menimbulkan ketidakmampuan dalam mengerti kata-kata yang diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-turut disebut sebagai afasia reseptif auditorik dan afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan buta kata-kata (disleksia). Studi dari afasia ini mempunyai peran penting pada pemahaman neural basis dari bahasa. Penyebab paling sering ialah trauma kepala (head trauma). Penyebab selanjutnya ialah stroke: 40% major vascular events pada hemisfer cerebral yang mengakibatkan language disorders.
2.1.5 Aspek Motorik Komunikasi
Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental:
1. Membentuk buah pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akan digunakan
2. Mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri
Gambar 2.1. Reseptor Bicara
2.2 Otot Otot yang Berkaitan Dengan Bicara
Berikut adalah sistem saraf dan otot otot yang terlibat saat terjadinya proses bicara, 2.2.1 Otot Wajah
1. Musculus Occipitofrontalis
Bertanggung jawab pada pembentukan ekspresi wajah, mengerutkan dahi, menaikkan alis
2. Musculus Temporoparietalis
Bertanggung jawab atas pergerakan kulit kepala.
3. Musculus Auricularis Anterior
Berfungsi sebagai penggerak daun telinga ke depan dan keatas.
4. Musculus Auricularis Superior
Berfungsi untuk menggerakkan daun telinga ke belakang dan ke atas.
5. Musculus Auricularis Posterior
Memiliki fungsi sebagai penggerak daun telinga kearah belakang.
6. Musculus Orbicularis Oculi
Berfungsi untuk menutup kelopak mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.
7. Musculus Depressor Supercili
Berfungsi untuk menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas pangkal hidung.
8. Musculus Corrugator Supercili
Berfungsi untuk menggerakan kulit dahi dan alis mata ke arah pangkal hidung, menciptakan kerut vertikal tepat di atas pangkal hidung.
9. Musculus Procerus
Berfungsi untuk menarik turun kulit dahi dan alis mata.
10. Musculus Nasalis
11. Musculus Depressor Septi Nasi
Fungsinya menggerakkan cuping hidung dan hidung.
12. Musculus Orbicularis Oris
Fungsinya menutup bibir, sehingga juga menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu.
13. Musculus Buccinator
Memiliki fungsi untuk mengencangkan bibir, meningkatkan tekanan intraoral ketika meniup dan mengunyah.
14. M. Levatoor Labii Superioris
Berfungsi untuk menarik bibir atas ke arah lateral dan superior.
15. M. Depressor Labii Inferioris
Berfungsi untuk menarik bibir bawah ke lateral dan inferior.
16. Musculus Mentalis
Fungsinya menarik sudut mulut ke inferior.
19. Musculus Risorius
Fungsinya menarik sudut mulut ke lateral dan superior, membentuk lesung pipi.
20. Musculus Levator Anguli Oris
21. Musculus Zygomaticus Major
Fungsinya menarik sudut mulut ke arah lateral dan superior.
22. Musculus Zygomaticus Minor
Fungsinya menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulkus nasolabialis.
23. Musculus Levator Labii Superioris Alae Nasi
Fungsinya menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu.
Nervus yang bertanggung jawab terhadap pergerakan otot-otot wajah diatas adalah :
Nervus Facialis (N. 7)
Saraf motorik muka, otot mata, otot pipi, yang digunaakn untuk fungsi mastikasi dan bicara.
2.2.2 Otot Lidah
Otot-otot Internal Lidah
1. Musculus Longitudinalis Superior
Fungsinya adalah retraksi dan melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah, menurunkan ujung lidah, apex linguae.
2. Musculus Longitudinalis Inferior
Fungsinya adalah retraksi dan melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah, menurunkan ujung lidah, apex linguae.
3. MusculusTransversus Linguae
Berfungsi untuk menyempitkan lidah, melebarkan lidah (flatten and broaden) bersama-sama dengan M. verticalis linguae.
4. Musculus Verticalis Linguae
Berfungsi untuk menyempitkan lidah, melebarkan lidah (flatten and broaden). Otot-otot Eksternal Lidah
1. Musculus Genioglossus
Fungsinya untuk menjulurkan lidah.
2. Musculus Hyoglossus
Fungsinya menarik lidah.
3. Musculus Chondroglossus (pembentukan bervariasi)
Berfungsi untuk retraksi lidah dan menekan pangkal dan badan lidah. 4. Musculus Styloglossus
Fungsinya retraksi dan mengangkat lidah.
Nervus atau persarafan yang bertanggung jawab terhadap pergerakan otot-otot lidah diatas adalah:
Saraf ini berfungsi mengatur pergerakan lidah yang diperlukan saat bicara, manipulasi makanan (pembentukan bolus makanan) dan menelan.
Gambar 2.4. Brain human normal inferior view
2.2.3 Otot Palatum
1. Musculus Levator Veli Palatini
Berfungsi untuk menegangkan dan mengangkat palatum molle, melebarkan lumen tuba auditiva.
Persarafan : Rr pharingeales dari N. glossopharyngeus (IX) 2. Musculus Tensor Veli Palatini
Berfungsi untuk menegangkan dan mengangkat palatum molle, melebarkan lumen tuba auditiva.
Persarafan : N. musculi tensoris veli palatini dari N. mandibularis (V/3) 3. Musculus Palatoglossus
Memiliki fungsi untuk menurunkan palatum molle, mengangkat pangkal lidah untuk menyempitkan pharynx.
Persarafan: Nervus Glossopharyngeus (IX) 4. Musculus Uvulae
Berfungsi untuk menebalkan dan memendekan uvula.
Persarafan : Rr. Pharyngealis dari N. glossopharyngeus (IX) dan N. vagus (X). 5. Musculus Palatopharyngeus
Berfungsi sebagai depresor atau menurunkan palatum molle, kontraksi fausial isthmus
dan membantu elfasi laring.
2.2.4 Otot Faring
Gambar 2.6. Otot Faring
1. Musculus Pharynges Superior
Memiliki fungsi untuk kontraksi faring, memisahkan Epifaring dari Mesofaring dan memperlancar jalannya makanan ke dalam esofagus dengan kontraksi menyerupai gelombang.
2. Musculus Contrictor Pharryngis Medialis
Berfungsi untuk kontraksi faring dari arah posterior dan memperlancar jalannya makanan ke dalam esofagus.
3. Musculus Constrictor Pharynges Inferior
Untuk kontraksi atau penyempitan faring.
4. Musculus Salphingopharyngeus
5. Musculus Stylopharyngeus
Fungsinya untuk elevasi faring dan laring. Persarafan yang berperan : Nervus Glosofaring (N. 9)
1. Menerima serat sensoris umum (ventral trigeminothalamic tract) dari tonsils, faring, telinga tengah and bagian 1/3 posterior dari lidah, carotid bodies, carotid sinus.
2. Memberikan serat parasimpatetis kepada kelenjar parotid melalui otic ganglion.
3. Berperan pada pharyngeal plexus.
4. Saraf faring juga berfungsi untuk mengangkat dan memperbesar laring. 5.
2.2.5 Otot Laring
Gambar 2.6. Otot Laring Otot Suprahyoid
1. Musculus Digastricus
Memiliki fungsi untuk elevasi dan depresi hyoid bone.
2. Musculus Digrastikus Posterior
3. Musculus Geniohyoideus
Fungsinya adalah untuk elevasi lidah, elevasi dan protrusi hyoid bone.
4. Musculus Mylohyoideus
Memiliki fungsi untuk elevasi hyoid bone dan menunjang dasar mulut.
5. Musculus Stylohyoideus
Fungsinya untuk elevasi dan retraksi hyoid bone. Otot Infrahyoid
1. Musculus Omohyodeus Anterior
Fungsinya adalah depresi dan retraksi hyoid bone.
2. Musculus Omohyoideus Posterior
Untuk depresi hyoid bone.
3. Musculusus Sternohyoideus
Berfungsi untuk depresi hyoid bone.
4. Musculus Sternohyrdeus
Berfungsi untuk depresi laring.
5. Musculus Thyrohyoideus
Memiliki fungsi untuk mendekatkan cartilage thyroid dengan hyoid bone. Persarafan yang berperan :
Nervus Vagus (N. 10)
2.2.6 Otot Rahang
Gambar 2.7. Otot Rahang
1. Musculus Temporalis
Memiliki fungsi untuk elevasi dan oklusi mandibula.
2. Musculus Massetter
Berfungsi untuk elevasi dan oklusi mandibula.
3. Musculus Pterygoideus Lateralis External
Fungsinya untuk depresi dan gerakan ke arah lateral dan arah anterior pada mandibula.
4. Musculus Pterygoideus Medialis Internal
Berfungsi untuk elevasi dan protrusi mandibula. Persarafan yang berperan :
2.2.7 Otot Pernafasan
Otot Hasil Kontraksi Waktu
Kontraksi Otot-otot Inspirasi
Diafragma Bergerak turun, memperbesar dimensi
vertical rongga toraksl
pertama, memperbesar rongga toraks Inspirasi paksa
Otot-otot ekspirasi
Otot-otot abdomen Meningkatkan tekanan intraabdomen,
BAB 3 RINGKASAN
Otak terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan, yang dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus temporalis.
Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan seseorang akan menjadi mononton, tak ada lagu kalimat, tanpa menampakkan adanya emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa
Teori Lateralisasi adalah suatu teori yang dapat ditarik secara jelas bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan, pemahaman dan produksi bahasa.
Teori lokalisasi atau yang lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan Wernicke
DAFTAR PUSTAKA
1. Fox SI. 2003. Human Physiology. 8th ed. The McGraw-Hill Company Inc, USA.
2. Ganong WF. 2010. Review of Medical Physiology. 23rd ed. The McGraw-Hill Company Inc, USA.
3. Goodman BE. 2001. Pulmonary and renal pressure-flow relationships: what should be thought? Adv Physiol Educ 25:15-28.
4. Guyton AC and Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier Inc, Philadelphia.
5. Jolley CJ and Moxham J. 2006. Respiratory muscles, chest wall, diaphragm, and other. Encyclopedia of Respiratory Medicine:632-43.