• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Hubungan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan dengan Toke di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbahas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Hubungan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan dengan Toke di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbahas"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik rakyat, dengan jenis tanaman kayu-kayuan, yang pengelolaannya dilakukan oleh pemiliknya yakni mayarakat adat atau oleh suatu badan usaha (Awang dan Kolega, 2001). Proses terjadinya hutan rakyat bisa dibuat oleh manusia, bisa juga terjadi adakalanya berawal dari upaya untuk merehabilitasi tanah-tanah kritis. Jadi hutan rakyat adalah semua hutan yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, namun dimiliki oleh rakyat.

(2)

di Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Pakpak Barat (Antoko dan Kolega,2013).

Salah satu daerah yang memiliki potensi kemenyan di Sumatera Utara adalah Kabupaten Humbang Hasundutan.Kabupaten ini kaya dengan kemenyan dengan luas lahan 4.884 ha dan menghasilkan 859,31 ton per tahun (BPS Kabupaten Humbahas 2013). Luas lahan kemenyan di daerah ini mencapai 23,16% dari luas dataran, sehingga mayoritas masyarakat setempat berprofesi sebagai petani kemenyan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Kemenyan-kemenyan yang dihasilkan masyarakat di daerah ini kemudian dipasarkan di sentra perdagangan kemenyan baik di desa mereka, kecamatan, kabupaten dan juga dikirim ke berbagai daerah Indonesia maupun luar negeri.

(3)

Kebun kemenyan itu sendiri dibudidayakan dan diusahakan oleh petani yang mendapat bagian lahan hutan sesuai dengan kelompok marga-marga mereka sehingga disebut sebagai hutan adat. Hutan ini bukan milik pihak luar seperti pemerintah atau negara, melainkan hutan milik masyarakat adat yang berasal dari satu nenek moyang yang sama, atau juga sebagai pihak yang pertama kali ke daerah itu ataupun pembuka desa tersebut. Hutan adat ini memiliki aturan yang mengatur pemanfaatan lahan hutan untuk menjadi usaha budidaya kemenyan. Selain itu aturan adat juga mengatur pembagian wilayah tambak kemenyan untuk dapat dikelola, sehingga tidak sembarang orang atau petani yang boleh mengusahakan budidaya kemenyan.

Dalam proses produksi kemenyan itu sendiri mulai dari pengelolaan sampai kepada penjualan tidak lepas dari beberapa pihak yang berkepentingan di dalamnya, salah satunya adalah toke kemenyan. Pada Desa Pandumaan ini yang disebut sebagai toke adalah penduduk setempat atau penduduk dari desa tetangga yang memiliki lahan perkebunan dan mampu untuk mengelola kemenyan secara baik serta bekerja sebagai pengumpul kemenyan. Mereka yang tidak memiliki lahan pertanian dan melakukan pekerjaan alternatif sebagai pengumpul dari hasil perkebunan tersebut juga dapat disebut sebagai toke. Dari definisi tersebut dapat ditemukan bahwa ada dua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan kemenyan tersebut. Petani sebagai pengelola sedangkan toke sebagai pengumpul maupun sebagai pemilik lahan. Munculnya dua peran yang berbeda tersebut menciptakan hubungan sosial-ekonomi diantara mereka.

(4)

seperti patron klien, eksploitasi dan mutualisme. Dalam hubungan antara petani dan toke padaumumnyaakan terdapat hubungan ekonomi timbal balik dengan ikatan yang saling menguntungkan diantara mereka. Petani secara tidak langsung mulai merasa nyaman dan tergantung dengan keberadaan toke sementara toke membutuhkan hasil perkebunan (kemenyan)dari petani. Pola hubungan ini sering disebut dengan simbiosis mutualisme. Pola hubungan mutualisme ini bersifat dinamis, artinya petani tidak terikat oleh toke tetapi bebas memilih atau menjual hasil produksi mereka kepada toke-toke yang menawarkan harga hasil perkebunan yang tinggi dan berada di suatuwilayahtertentu (Hariyanto, 2014).

(5)

satu pihak ke pihak lain. Sedangkan bagi pihak klien, mereka merasa harus memberikan loyalitas mereka kepada patron sebagai rasa balas budi (resiprositas) terhadap perlindungan dan perlakuan patron kepadanya. Semua itu dilakukan demi terjaganya hubungan diantara keduanya.

Dari terjalinnya hubungan patron klien tersebut apabila petani membutuhkan uang untuk membiayai berbagai keperluan sehari-hari maupun biaya sekolah, petani kemudian meminjam uang kepada toke, dengan konsekuensi hasil panen mereka hanya dijual kepada toke yang memberinya pinjaman, bukan kepada toke yang lainnya. Bagi toke sendiri, hal ini juga menguntungkan karena dia sudah mendapatkan kepastian pasokan kemenyan dari petani tersebut. Tanpa mengikat petani tersebut dengan pinjaman uang, ia akan kesulitan untuk mendapatkan barang dagangannya karena harus bersaing dengan toke lainnya. Sebagai toke, dia harus selalu punya persediaan barang dagangan agar tidak mengecewakan pelanggan-pelanggannya dan tentu saja juga untuk kelancaran usahanya sendiri.

(6)

berpotensi untuk dieksploitasi karena posisinya lemah dengan aset produksi terbatas. Namun, selama kehidupan ekonomi dan subsistensi petambak penyakap belum terancam dan masih diperhatikan oleh ponggawanya, eksploitasi yang terjadi belum dianggap sebagai suatu bentuk ketidakadilan, melainkan masih dimaknai bersifat resiprositas (timbal-balik).

Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat ada beberapa petani yang melakukan hubungan perdagangan kemenyan dengan satu toke dan terlihat begitu akrab dan mengarah pada pola patron klien. Sementara itu terlihat juga diantara petani kemenyan yang lain melakukan transaksi perdagangan kemenyan bukan hanya pada satu toke tetapi lebih dari dua bahkan tiga toke yang mengarah pada hubungan mutualisme. Dari berbagai interaksi dan pola hubungan sosial ekonomi yang telah dijelaskan diatas menjadi alasan dari peneliti untuk melihat dan meneliti bagaimana pola hubungan sosial ekonomi yang sesungguhnya terjadi pada petani kemenyan dan pengumpul (toke) di Desa Pandumaan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pola hubungan sosial ekonomi yang terjadi diantara petani kemenyan dan toke?

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis dan mengintepretasikan pola hubungan sosial ekonomi yang terjadi antara petani kemenyan dengan toke di Desa Pandumaan

b. Untuk melihat dan menjelaskan faktor terbentuknya pola hubungan sosial ekonomi yang terjadi antara petani kemenyan dengan toke di Desa Pandumaan

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian mampu memberikan manfaat, baik itu untuk diri sendiri, orang lain, maupun ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitiaan ini diharapkan agar dapat menambah wawasan kajian illmiah dan referensi penelitian ilmiah selanjutnya khususnya bagi mahasiswa departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Untuk memberikan sumbangan pengetahuan mengenai sosiologi ekonomi dan sosiologi lingkungan terkait dengan pola hubungan sosial antara petani dengan toke.

1.4.2 Manfaat Praktis

(8)

b. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap pemerintah daerah dan pusat dalam menetapkan kebijakan harga pasar dan mempercepat penerapan kebijakan tersebut agar kesejahteraan petani lebih meningkat.

c. Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang membutuhkannya terutama petani dan toke supaya memiliki organisasi atau kelompok tani yang bisa menjadi wadah penghubung untuk menghilangkan kesenjangan antara pengumpul (toke) dengan petani serta memajukan kesejahteraan diantara keduanya.

1.5 Definisi Konsep

Konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuksan penelitian. Konsep merupakan rangkaian pengertian logis yang dipakai untuk menentukan jalan pemikiran dalam penelitian untuk memperoleh permasalahan yang tepat. Dengan kata lain konsep adalah istilah-istilah yang mewakili atau menyatakan suatu pengertian tertentu.

Adapun konsep-konsep dalam penelitian ini adalah :

(9)

klien (petani kemenyan) merasa bertanggung jawab untuk membalas perbuatan toke. 2) Eksploitasi dalam penelitian ini adalah tindakan toke yang secara tidak adil atau secara tidak wajar menarik keuntungan dari petani kemenyan. 3) Mutualisme dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk hubungan yang dilakukan oleh dua orang yang mengutamakan keuntungan masing-masing dan dinilai setimpal atas apa yang dikerjakan.

b. Toke kemenyan dalam penelitian adalah orang yang menjalankan perniagaan sebagai pembeli kemenyan dari petani dan sebagai agen pemasaran kemenyan secara tunai maupun hutang.

c. Petani kemenyan dalam penelitian ini adalah orang yang melakukan kegiatan budidaya pohon kemenyan (marhaminjon) di areal sekitar hutan adat.

d. Resiprositas yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kewajiban atau utang balas budi atas apa yang pernah diberikan sebelumnya oleh patron (toke) terhadap petani ketika mengalami musibah atau kesulitan keuangan dengan menunjukkan loyalitasnya kepada toke (patron).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

melaksanakan proses pengunduhan dokumen penawaran dan dekripsi dokumen penawaran serta pembukaan dokumen penawaran, yang dimulai dari tanggal 02 Agustus 2012 pukul 16:01 (waktu

70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti Proses pemilihan penyedia untuk pekerjaan Pengerasan/Paving Blok Jalan dan Halaman Pos

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep rancangan combination tool yang merupakan alat bantu pembuatan produk menggunakan bahan dasar lembaran pelat

[r]

14/2017 - Objeto: Registro de Preço para futura e eventual contratação de pessoa jurídica para elaboração de projeto de Eficiência Energética consolidado e também para o

Memahami sifat- sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar serta penggunaannya dalam. pemecahan masalah