• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN POLONIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN POLONIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN POLONIA

(The Disposal Effect of The Waste Water of Tofu Factory to Water Quality Of The Babura River Medan Polonia District)

Sharah Dina(1), Ternala Alexander Barus (2), Maragunung Dalimunthe (3) 1

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

2

Staff Pengajar Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara

3

Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Email: dina_sharah@yahoo.com

ABSTRACT

Babura River is one of the three river in Medan.Where this river is already contaminated which is caused by the plastic product disposal, disposal of household waste that flowed trough the trenches, and also the disposal of the waste water of the tofu industry. The purpose of this research is to know more regarding how far the effect of the disposal of the waste water of the tofu industry to the quality of Babura River. This research was conducted in August until September 2013 with determining 3 stations. Which every stations divided into three point for water sampling which is taken 100 m from every station. The physic and chemical parameter that is taken for observed are temperature, brightness of the water, Colour, Turbidity, TSS,TDS,DO, BOD, COD, Nitrate, Phosphate and pH.

Based on the result of the research using the storet methode we got total score of the each stations in the amount of -29 in the station 1, -22 in the station 2 and -30 in the stations 3 based on the result we can conclude that the contaminations level from the three stations is categorized as c class contaminations which is contaminated with score -11 up to -30.

Keywords: Babura river, Storet methods, waste water from tofu industry PENDAHULUAN

Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain (Effendi, 2003).

Sungai merupakan sumber air permukaan yang memberikan manfaat kepada kehidupan manusia. Dari mata air sebagai awal mengalirnya air, melintasi bagian-bagian alur sungai hingga kebagian hilir yang terjadi secara dinamis. (Sukadi, 1999).

Hidup manusia sangat bergantung pada sumber daya alam yang ada

disekitarnya sebagai pemenuh kebutuhannya. Selama hidupnya pula manusia membuang kotoran yang tidak diperlukannya kembali ke lingkungan. Pada saat limbah yang dihasilkan masih sedikit, alam masih mampu membersihkan dirinya dari segala macam buangan/kotoran dengan mekanisme yang berada di alam (ekosistem), yang dikenal sebagai self purification process. Pada akhirnya, buangan yang bertambah banyak dan seringkali tidak bersifat alamiah, membuat lingkungan tidak mampu membersihkan dirinya. Peningkatan keanekaragaman buangan baik buangan industri dan domestik dalam bentuk padat maupun cair akan membuat konsentasi

(2)

buangan akan semakin tinggi sehingga akan meningkatkan potensi terjadinya keracunan dan wabah penyakit (Husni dan Esmiralda, 2011).

Industri tahu merupakan usaha yang didirikan dalam rangka pengembangan kegiatan dibidang pangan yang mempunyai dampak positif dan negatif bagi lingkungan. Dampak positif berupa pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sumber pangan sedangkan dampak negatif dari industri tahu berupa limbah buangan yang menimbulkan masalah pencemaran sehingga merusak lingkungan. Pencemaran lingkungan tersebut berupa hasil pembuangan limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai (Fachrurozi, 2010).

Limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi (Husni dan Esmiralda, 2011).

Limbah cair industri tahu yang dibuang keperairan akan memberikan dampak terhadap parameter fisika dan kimia perairan. Karena limbah tersebut perlu diadakan pengujian parameter kualitas air dengan menggunakan metode storet yaitu membandingkan hasil pengukuran parameter kualitas air dengan baku mutu air PP No. 82 Tahun 2001. Metode ini berfungsi untuk menentukan tingkan pencemaran yang terdapat pada Sungai Babura.

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan

Bahan utama yang digunakan adalah sampel air sungai Babura Kecamatan Medan Polonia, KOH-KI, MnSO4, H2SO4,

Amilum, es dan Na2S2O3. Alat yang digunakan adalah alat uji parameter (BOD dan COD) botol alkohol, ember plastik, kertas label, alat tulis, kamera, gelas ukur, beaker glass, botol winkler, turbidimeter, termometer, pHmeter, icebox dan secchi disk (keping secchi), refraktometer.

Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan di Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Metode yang dilakukan adalah Purposive

Random Sampling sebanyak 3 (tiga)

stasiun dan setiap stasiun dibagi menjadi tiga titik. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan. Sampel air diambil dengan menggunakan ember yang kemudian dimasukkan ke dalam botol alkohol dengan merendamkan botol alkohol kedalam air sampai tidak ada gelembung dalam botol alkohol tersebut. Analisis parameter fisika dilakukan langsung pada setiap stasiun sedangkan Parameter Kimia dapat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PUSLIT SDAL) Universitas Sumatera Utara.

Analisis Data

Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet

Secara prinsip metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Penentuan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “United Stated - Enviromental

Protection Agency (US-EPA)” dengan

mengklasifikasikan mutu air dalam 4 kelas yaitu :

1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 → memenuhi baku mutu 2. Kelas B : baik, skor = - 1 s/d – 10 →

tercemar ringan

3. Kelas C : sedang, skor = - 11 s/d – 30 → tercemar sedang

(3)

4. Kelas D : buruk, skor = ≥ - 31 → tercemar berat

Prosedur Perhitungan Skor :

1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air yang dilakukan dengan pengulangan pengambilan sampel sebanyak 3 kali pengulangan di setiap stasiun.

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi skor. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Penentuan Sistem Nilai untuk

Menentukan Status Mutu Air (Fitra,2008) Jumlah parameter Nilai Parameter Fisika Kimia < 10 Maksimum -1 -2 Minimum -1 -2 Rata-rata -3 -6 ≥ 10 Maksimum -2 -4 Minimum -2 -4 Rata-rata -6 -12 5. Jumlah negatif dari seluruh parameter

dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang di dapat dengan menggunakan sistem nilai (Fitra,2008)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika-kimia kualitas air yang dilakukan selama penelitian rata-rata nilai suhu yang tertinggi terdapat pada stasiun 3 sedangkan untuk parameter fisika yang lain rata-rata nilai tertinggi terdapat pada stasiun 2. Nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun 1 adanya perbedaan hasil pengukuran parameter fisika dan kimia yang dilakukan tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu signifikan antara setiap stasiun dan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Nilai Parameter Fisika-Kimia

No Parameter Satuan Stasiun Baku mutu (PP No 82/2001) Fisika I II III 1 Suhu ⁰C 27 27.5 27,5 Deviasi 3 2 Kecerahan Cm 23,5 25,9 22 - 3 Kekeruhan NTU 30,52 31,59 34,83 - 4 TDS mg/l 294 308,6 321,2 1000 5 TSS mg/l 33,85 33,98 34,80 50 Kimia 1 DO mg/l 5,141 5,047 5 >4 2 BOD5 mg/l 1,613 2,054 1,704 3 3 COD mg/l 25,11 26,84 25,98 25 4 Nitrat mg/l 1,445 1,604 1,579 10 5 Fosfat mg/l 0,248 0,269 0,254 0,2 6 Ph - 9,18 9 9,45 6-9 Keterangan :

Stasiun 1 : Daerah sebelum pembuangan limbah cair industri tahu 3032’43.71”N dan 98039’45,01” E

Stasiun 2 : Daerah pembuangan limbah cair industri tahu 3032’44.29”N dan 98039’44.96” E

Stasiun 3 : Daerah Setelah pembuangan limbah cair industri tahu 3032’44.73” N dan 98039’44.53” E

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode storet didapatkan skor 28 pada stasiun 1, skor

(4)

-22 pada stasiun 2 dan skor -30 pada stasiun 3 yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9-10.

Pembahasan Parameter Fisika Suhu

Berdasarkan nilai rata-rata parameter fisika. Rata – rata nilai suhu pada stasiun 1 27 oC pada stasiun 2 sebesar 27,5 oC dan pada stasiun 3 sebesar 27,5 oC. Perbedaan nilai rata-rata pada setiap stasiun tidak menunjukkan perbedaan hasil yang terlalu signifikan. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan dan sinar matahari pada saat pengukuran sampel. Rata-rata nilai suhu pada setiap stasiun masih berada pada batas ambang normal yaitu sebesar 27,25-27,5oC.

Rendahnya suhu pada stasiun 2 yang hanya sebesar 27,25 oC disebabkan karena pada stasiun 2 terdapat tumbuhan bambu yang menutupi aliran sungai dan pengaruh dari cuaca yang tidak baik sehingga aliran sungai pada stasiun tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung. Tingginya suhu hasil pembuangan limbah cair tahu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan suhu pada stasiun 2 hal ini diduga karena pipa pembuangan dari limbah cair tahu berada agak jauh dari permukaan Sungai Babura sehingga pada saat limbah cair industri tahu tersebut dibuang ke sungai sudah mengalami pendinginan sehingga pada saat masuk ke badan air Sungai Babura sudah tidak berada pada suhu yang tinggi. Tingginya suhu pada stasiun 1 diduga karena pada stasiun 1 merupakan stasiun sebelum pembuangan limbah dengan kondisi pada stasiun tidak terdapat adanya tumbuhan yang menutupi aliran sungai sehingga sinar matahari dapat langsung mengenai perairan. Tinggi rendahnya suhu dalam suatu perairan dapat berpengaruh terhadap pemanfaatan oksigen dalam air hal ini sesuai literatur Asdak (2002) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya suhu

akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pemanfaatan oksigen dalam air. Menurut Barus (2003) Hubungan antara suhu dan oksigen dalam biasanya berkorelasi negatif semakin meningkatnya suhu dalam air akan menyebabkan konsumsi oksigen dalam air meningkat sedangkan dilain pihak naiknya suhu akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air berkurang

Kecerahan

Berdasarkan nilai rata-rata kecerahan yang terdapat setiap stasiun. Pada stasiun 1 sebesar 23,5 cm, stasiun 2 sebesar 25,9 cm dan stasiun 3 sebesar 22 cm. Berdasarkan nilai rata- rata tingkat kecerahan pada stasiun 1 dan 2 . Tingginya tingkat kecerahan paada stasiun 1 dan 2 disebabkan karena pada stasiun 1 dan 2 cahaya matahari pada kedua stasiun tersebut dapat masuk keperairan dengan optimal. Hal ini disebabkan substrat dasar perairan yang terdapat pada stasiun 1 dan terbawa dan mengendap di stasiun 3. Rendahnya kecerahan pada stasiun 3 disebabkan karena pada stasiun 3 terdapat aktivitas pembuangan sampah oleh masyarakat sehingga menyebabkan terjadi pengendapan pada dasar perairan yang menyebabkan pendangkalan pada dasar perairan. Selain pengukuran dari kecerahan air yang juga dipengaruhi keadaan cuaca pada saat melakukan pengukuran dimana pada saat melangsungkan pengamatan tingkat kecerahan dengan menggunakan keping sechi kondisi cuaca berada pada kondisi cuaca yang tidak baik sehingga cahaya matahari yang mengenai dasar perairan tidak optimal. Kecerahan dalam suatu perairan berhubungan dengan jumlah masuknya cahaya matahari dalam suatu perairan sehingga menyebabkan proses fotosisntesis dalam suatu perairan dapat berjalan dengan baik Hal ini sesuai dengan literatur Siagian (2009) yang menyatakan bahwa jika intensitas cahaya matahari menurun maka akan mempengaruhi proses

(5)

fotosintesis dalam suatu perairan maka akan menyebabkan penurunan populasi plankton yang dapat mengakibatkan kandungan nutrisi dalam air menjadi terbatas.

Menurut Gusrina (2008) menyatakan bahwa tingkat kecerahan dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari di dalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/ tanaman di dalam air. Oleh karena itu, daya tembus cahaya ke dalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air.

Kekeruhan

Berdasarkan rata-rata tingkat kekeruhan nilai rata-rata pada stasiun 1 sebesar 30,52 NTU, stasiun 2 sebesar 31,59 NTU dan stasiun 3 sebesar 34,83 NTU. Perbedaan rata-rata tingkat kekeruhan pada setiap stasiun tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu signifikan hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari gerakan arus sungai sehingga partikel dan substrat dari stasiun 1 terbawa ke stasiun 2 dan akhirnya terbawa ke stasiun 3. Tingginya tingkat kekeruhan pada stasiun 3 disebabkan karena adanya pengaruh pergerakan aliran air yang kuat pada saat hujan sehingga menyebabkkan partikel-partikel yang terdapat pada stasiun 1 dan 2 terbawa dan mengendap pada stasiun 3.Tinggi rendahnya tingkat kekeruhan dalam suatu perairan dapat mempengaruhi proses fotosintesis dalam air hal ini berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat cahaya matahari yang masuk kedalam air hal ini sesuai dengan pernyataan dari Asdak (2002) yang menyatakan bahwa semakin kecil atau rendah tingkat kekeruhan dalam maka semakin dalam cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam badan air menyebabkan semakin besar kesempatan bagi vegetasi untuk melakukan proses fotosintesis sehingga menyebabkan

persediaan oksigen dalam air semakin besar.

Total Dissolved Solid (TDS)

Berdasarkan hasil pengukuran nilai rata-rata kandungan TDS yang dilakukan selama penelitian didapatkan hasil nilai rata-rata kandungan TDS pada stasiun 1 sebesar 293,9 pada stasiun 2 sebesar 308,6 dan pada stasiun 3 sebesar 321,2. Tingginya kandungan TDS pada stasiun 3 diduga disebabkan oleh adanya pengaruh bahan-bahan tersuspensi dalam perairan yang berasal buangan limbah industri tahu yang masuk keperairan. Dimana hasil buangan limbah cair tahu mengandung bahan organik dan anorganik sehingga apabila masuk keperairan dapat menyebabakan tingkat kekeruhan yang dan tinggi dan mengganggu proses fotosintesis dalam air.

Berdasarkan ambang batas baku mutu PP No 82 Tahun 2001 kandungan TDS pada setiap stasiun masih berada dibatas normal karena belum melebihi ambang batas normal TDS sebesar 1000 mg/l.

Tinggi rendahnya kandungan TDS dalam air berhubungan dengan tingkat kekeruhan dalam air semakin tingkat kekeruhan dalam air maka semakin tinggi tingkat TDS dalam air. hal ini sesuai dengan pernyataan dari literatur Nurhasanah (2002) yang menyatakan bahwa nilai TDS yang tinggi dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi cahaya matahari dan akhirnya berpengaruh terhadap fotosintesis dalam air.

Total Suspended Solid (TSS)

Berdasarkan nilai rata-rata TSS diperoleh nilai rata-rata kandungan TSS pada stasiun 1 sebesar 33,85 stasiun 2 sebesar 33,98 dan pada stasiun 3 sebesar 34,80 tingginya rata-rata kandungan TSS pada setiap karena adanya pengaruh erosi

(6)

tanah pada pinggir stasiun yang terbawa ke aliran air deras dan juga karena pengaruh dari hujan sehingga menyebabkan tanah-tanah disekitar sungai menjadi terkikis dan terbawa ke badan air. Pada stasiun 3 yang memiliki tingkat TSS paling tinggi disebabkan karena adanya pengaruh aliran sungai yang membawa partikel dari stasiun 1 dan 2. Kandungan TSS dalam perairan Sungai Babura masih berada diambang normal hal ini didasarkan pada Baku Mutu Menurut PP. No 82 Tahun 2001 dimana ambang batas normal dari kandungan TSS dalam perairan tidak lebih dari 50 mg/l. Namun jika dibiarkan dalam waktu yang lama kandungan TSS dapat melebihi ambang batas baku mutu yang sudah ditetapkan jika hal ini terjadi maka dapat berpengaruh terhadap organisma dalam air seperti penyumbatan insang pada ikan sehingga menyebabkan spesies ikan dalam perairan menjadi berkurang. Selain itu tingginya kandungan TSS selain berakibat pada kesehatan ikan juga mengakibatkan organisme dalam air tidak dapat mencari makan dan berlindung.

Menurut Effendi (2003) padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter < 1 µm ) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa badan air.

Parameter Kimia Oksigen Terlarut (DO)

Berdasarkan nilai rata-rata kandungan oksigen terlarut (DO) yang diperoleh nilai rata-rata pada stasiun 1 sebesar 5,141 mg/l, stasiun 2 sebesar 5,047 mg/l dan stasiun 3 sebesar 5 mg/l. Nilai rata-rata kandungan oksigen pada setiap stasiun masih dapat ditolerir makhluk hidup. Nilai kandungan DO yang terendah terdapat pada stasiun 3 hal ini disebabkan karena pada stasiun 3 tidak terdapat tumbuhan untuk menyumbangkan oksigen

dalam proses fotosintesis dan juga terdapat pengaruh dari adanya pembuangan limbah. Menurut Siagian (2009) menyatakan bahwa rendahnya nilai oksigen terlarut menunjukkan bahwa terdapat senyawa organik serta senyawa kimia yang masuk kedalam perairan, dimana kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme yang dilakukan secara aerob.

Menurut Siagian (2009) biota pada perairan tropis memerlukan oksigen terlarut minimal 5 mg/l, sedang biota beriklim sedang memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Kandungan oksigen yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan biota lain yang memerlukan oksigen akan mati.

Menurut PP No. 82 Tahun 2001 Kandungan DO dalam perairan dengan angka batas minimum 4 maka berdasarkan hal tersebut kandungan DO dalam setiap stasiun masih berada pada ambang batas normal.

Biochemical Oxygen Demand (BOD5)

Nilai rata-rata kandungan BOD5 pada setiap stasiun yaitu berkisar 1,613 mg/l pada stasiun 1 sebesar 2,054 mg/l pada stasiun 2 sebesar dan 1,704 mg/l pada stasiun 3. Nilai BOD5 yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 hal ini disebabkan karena jumlah kandungan bahan organik yang masuk pada stasiun 2 lebih besar, jumlah kandungan bahan organik pada stasiun 2 hal ini dikarenaka tingginay kandungan protein yang merupakan bahan organik sehingga memerlukan oksigen untuk mengoksidasi bahan organik . Semakin banyak limbah yang masuk keperairan maka semakin banyak pula oksigen yang diperlukan mikrorganisme untuk mengoksidasi limbah tersebut hal ini dapat mengganggu kelangsungan hidup organisma dalam air hal ini sesuai dengan literatur Manurung (2009) yang menyatakan tingginya kandungan bahan

(7)

organik pada limbah menyebabkan kandungan oksigen didalam air semakin berkurang hal ini dapat menyebabkan terganggunya aktivitas organisme dalam air.

Menurut Sukadi (1999) menyatakan bahwa semakin besar kandungan BOD5 maka semakin berkurang kandungan DO dalam air hal ini disebabkan karena semakin besar kandungan BOD5 maka akan semakin banyak pula kandungan DO yang digunakan sehingga menyebabkan kandungan DO dalam air semakin berkurang.

Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 batas normal kandungan BOD5 adalah sebesar 3 berdasarkan hal itu maka kandungan BOD5 pada setiap masih berada dibatas normal karena belum melebihi standar baku mutu kualitas air.

Chemical Oxygen Demand (COD)

Nilai rata-rata kandungan COD (Tabel 3) yang terdapat pada stasiun 1 sebesar 25,11 mg/l, stasiun 2 sebesar 26,84 mg/l, stasiun 3 sebesar 25,98 mg/l. Kandungan COD yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 1.Tingginya kandungan COD pada stasiun 2 disebabkan karena pada stasiun 2 merupakan lokasi pembuangan limbah cair tahu dimana pada limbah cair tahu mengandung senyawa organik yang susah untuk diuraikan mikroorganisme. Menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa COD merupakan jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegrasi menjadi CO2 dan H2O. Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik. Baik yang dapat di dekomposisi secara organik maupun yang tidak.

Menurut PP No. 82 Tahun 2001 kandungan COD dalam setiap stasiun sudah melewati batas baku dimana batas baku mutu COD menurut PP No. 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 25 mg/l sehingga Sungai Babura dapat dikatakan tercemar.

Nitrat

Berdasarkan nilai rata-rata kandungan nitrat nilai rata-rata nitrat pada stasiun 1 sebesar 1,445 mg/l, pada stasiun 2 sebesar 1,604 mg/l sedangkan pada stasiun 3 sebesar 1,579. Tingginya kandungan nitrat pada stasiun 2 karena terdapat aktivitas pembuangan limbah cair tahu adanya aktivitas dari pembuangan limbah cair tahu menyebabkan munculnya kandungan nitrogen dalam air karena nitrat merupakan sumber utama nitrogen dalam air. Kadar nitrat ini selain berasal dari limbah juga dapat berasal dari air hujan dan air tanah dan juga dari limpasan tanah pertanian yang banyak mengandung pupuk. Menurut Effendi (2003) kandungan nitrat dalam air tidak bersifat toksik pada organisme akuatik namun memberikan efek yang tidak baik bagi manusia jika mengkonsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi dapat menurunkan kapasitas darah untuk menikat oksigen yang dikenal dengan penyakit biru atau

blue baby disease pada bayi yang berumur

dibawah lima tahun. Sedangkan rendahnya kandungan nitrat pada stasiun 1 disebabkan karena lokasinya berada jauh dengan tempat pembuangan limbah.

Menurut Siagian (2009) konsentrasi nitrat akan semakin bertambah bila berada dekat dengan titik pembuangan dan akan semakin berkurang jika berada jauh dari titik pembuangan yang disebabkan aktivitas mikroorganisme. Fosfat

Berdasarkan nilai rata-rata kandungan fosfat pada stasiun 1 sebesar 0,248, stasiun 2 sebesar 0,269 dan stasiun 3 sebesar 0,254 dimana kandungan fosfat

(8)

yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 0,269 dan kandungan fosfat yang terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,248.

Tingginya kadar fosfat pada stasiun 2 disebabkan oleh masuknya limbah-limbah ke badan air sehingga meningkatkan kadar kandungan fosfat pada badan air. Menurut Alaerts (1987) dalam Siagian (2009) menyatakan bahwa terjadinya penambahan kandungan fosfat dalam badan perairan dipengaruhi oleh adanya masukan limbah-limbah industri, pertanian, dan aktivitas masyarakat. Fosfor terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terinfiltrasi kedalam air tanah dan akhirnya masuk kedalam perairan terbuka. Selain itu fosfor juga dapat berasal dari atmosfer dan bersama dengan curah hujan yang masuk kedalam perairan. Dengan demikian peningkatan unsur fosfor dalam perairan dapat mengakibatkan peningkatan populasi alga secara massal sehingga dapat menimbulkan eutrofikasi dalam perairan (Barus, 2004).

pH

Berdasarkan nilai rata-rata pH pada stasiun 1 sebesar 9,18 stasiun 2 sebesar 9 dan stasiun 3 sebesar 9,45. Nilai pH pada ke 3 stasiun tidak memiliki perbedaan yang terlalu besar namun berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 nilai rata-rata pH dalam suatu perairan berkisar 6-9 hal ini menunjukkan bahwa kandungan pH pada stasiun 1 dan 3 sudah melewati batas normal.

Tingginya kandungan pH pada limbah industri disebabkan karena limbah cair tahu cenderung asam hal ini dapat menyebabkan limbah cair dari industri tahu ini mengeluarkan bau yang tidak sedap hal ini sesuai dengan Husin (2008).

Menurut Barus (2004) nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai

8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan memyebabkan terjadinyan gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam terutama ion aluminium yang bersifat toksik. Jika kandungan senyawa logam semakin tinggi tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisma. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH diatas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisma dalam air.

Menurut Effendi (2003) pH juga mempengaruhi toksisitas senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik (innocuos). Namun, pada suasana alkalis (pH tinggi) lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi (unionized) dan bersifat toksik. Amonia yang tidak terionisasi ini lebih mudah terserap kedalam tubuh organisme akuatik dibandingkan amonium.

Penilaian Mutu Kualitas dengan Metode Storet

Berdasarkan skor mutu kualitas air dengan metode Storet didapatkan hasil nilai skor pada stasiun 1 dengan skor -28 pada stasiun 2 dengan skor -22 dan pada stasiun 3 dengan skor -30 maka dapat ditentukan bahwa stasiun 1-3 termasuk kedalam kategori tercemar sedang dengan kelas c hal ini sesuai dengan indikator metode storet yang menyatakan tercemar sedang dengan rata-rata skor -11 s/d -30. Dari ketiga stasiun diatas terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu yaitu COD, fosfat dan pH. Tingginya total skor pada stasiun 3 dikarenakan pada stasiun 3 merupakan daerah setelah pembuangan limbah cair tahu yang dimana

(9)

terdapat aktivitas masyarakat seperti pembuangan sampah-sampah dan juga pembuangan limbah rumah tangga melalui parit yang mengalir pada stasiun 3 serta pengaruh cuaca sehingga mempengaruhi parameter fisika-kimia pada saat pengambilan sampel.

Berdasarkan hasil pengukuran skor dengan metode storet dapat dilihat bahwa pengaruh pembuangan dari limbah cair industri tahu tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan pada aliran Sungai Babura pada stasiun 1 sampai stasiun 3 sudah mengalami pencemaran yang ditandai dengan nilai skor dari metode storet yang menyatakan bahwa ketiga stasiun yang sudah termasuk kedalam kelas C yang berarti tercemar sedang hal disebabkan karena pada stasiun 1 dan 3 sudah mengalami pencemaran yang berasal dari pembuangan limbah rumah tangga yang dialirkan melalui parit-parit ke Sungai Babura dan pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Sungai Babura.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penelitian status mutu air dengan metode storet total skor stasiun 1 adalah -28, stasiun 2 adalah -22 dan stasiun adalah -30. Hal ini berarti nilai yang diperoleh dari ketiga stasiun termasuk kedalam kelas c yaitu tercemar sedang dengan maksud pengaruh pembuangan dari limbah cair tahu ini tidak menimbulkan dampak yang terlalu terhadap Sunai Babura hal ini diduga karena adanya pengaruh pembuangan dari sampah dan limbah rumah tangga oleh masyarakat disekitar sungai babura

Saran

Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membuang limbah

dan sampah ke saluran atau langsung ke Sungai Babura untuk menjaga kebersihan dan kualitas air dari Sungai Babura serta memberikan penyuluhan kepada para pelaku industri untuk melakukan pemrosesan terlebih dahulu sebelum membuang limbah ke sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Kasus Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press.Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.Kanisius, Yogyakarta.

Fitra, E. 2008. Analisa Kualitas Air dan

Hubungannya dengan

Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perapat Danau Toba. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. http:// reporsitory.usu.ac.id (diakses 16 April 2014)

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. PT Macanan jaya cemerlang. Jakarta. Husin, A. 2008. Pengolahan Limbah Cair

Industri Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob dan Reaktor Fixed-Bed. Tesis. Universitas Sumatera Utara. http://reporsitory.usu.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Husni,H. Esmiralda, M.T. 2011. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Mas Studi Kasus Limbah Cair Industri Tahu”SUPER”. Padang. Jurnal. Universitas Andalas

(10)

Manurung, J. 2009. Studi Efek Jenis dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD dan BOD pada Pengolahan Air Dengan Cara Koagulasi. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. http:// reporsitory.usu.ac.id (diakses 16 April 2014)

Fachrurozi, M, Utami, L.B. 1978. Pengaruh Biomassa Pistia Stratiotes L. Terhadap Penurunan Kadar BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Tahu Di Dusun Klero Sleman, Yogyakarta. Jurnal KES MAS UAD Vol. 4(1). Jakarta.

Nurhasanah, N. 2002. Kualitas Air Di Saluran Tarum Barat yang Melintasi Daerah Bekasi, Selama Periode 1998-2000. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. http://reporsitory.ipb.ac.id

(diakses 09 Desember 2013). Peraturan Pemerintah No. 82. Tahun 2001.

Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Siagian, C. 2009. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sukadi, 1999. Pencemaran Sungai Akibat

Buangan Limbah dan

Pengaruhnya terhadap BOD dan DO. Makalah. ITB

Gambar

Tabel  2.    Penentuan  Sistem  Nilai  untuk

Referensi

Dokumen terkait

Bagi seseorang yang memiliki kemampuan dalam menghadapi tantangan, maka seseorang tersebut dapat merespon atau menyelesaikan segala sesuatu dari masalah yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi urea pada subtrat terhadap perubahan kandungan nutrisi dan kecernaaan in vitro serbuk gergaji

Setelah berdiskusi dengan kelompok pengajaian Al-Hidayah ini maka para ibu menerima usulan tim untuk memberikan pelatihan yang difokuskan pada pemahaman dan penggunaan

Tabel 5.1 (lampiran) Aktivitas antioksidan pada sampel biskuit berbasis labu siam Hasil analisis aktivitas antioksidan pada biskuit berbasis labu siam menggunakan

Sediaan tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak dibuat, karena tablet mempunyai banyak keuntungan antara lain : ketepatan pembagian takaran, ketahanan si-

Niaga Nusa Abadi Depo Sukabumi sebagimana hasil analisa mempengaruhi penjualan produk khususnya produk rokok clasmild, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan di

Lingkup pembahasan adalah hubungan hukum dalam penerbitan obligasi, bentuk perlindungan hukum dan upaya perlindungan yang dapat dilakukan oleh pemegang obligasi

a) Pada tahap think , peserta didik diarahkan untuk membaca LKPD secara individu, namun masih ada peserta didik dalam kelompok yang tidak serius dalam membaca LKPD. Hal ini