MENINGKATKAN EFISIENSI
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ,
JARINGAN dan KELEMBAGAAN
IPTEK PUSAT & DAERAH
Disampaikan pada acara
Workshop DRN-‐DRD, Jakarta 4
Desember 2013
Oleh
BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI DAERAH dan
DEWAN RISET DAERAH Provinsi Sumatera Selatan
1. RBE (Resource Based Economy) oleh kita semua. 2. KBE (Knowledge Based Economy) oleh IPTEK pemicu nilai tambah 3. MBE (DomesGc Market Based Economy) oleh kemitraan pa-‐ sar domesBk & antar-‐pulau
Maka ANDA Cuma dapet Upah Nyangkul: Inilah awal Budaya Maling & Kepalsuan
RODA BESAR PEREKONOMIAN RODA KECIL
PEREKONOM
IAN Ayo Perkuat Iptek sbg Refleksi Kekuatan Imtaq
(F. Sjarkowi, 2013)
SDA –habis /punah Income rendah
Bencana datang
Sindiran Allah SWT seGap Kitab Suci [Qs. 54 Qs.21:40 Qs.30:41]
Bencana alam ala Kaum
‘Aad, Luth, Saba’, Nuh, Fir’aun
EMPAT STRATEGI PERKUATAN EKONOMIAN FUNDAMENTAL DARI RODA KECIL KE RODA BESAR BERCIRI RBE, KBE & MBE
(4) Ayo Gerakkan Ristek InovaWf (1) (3) Ayo Berbudaya ProdukGf Bukan Rent Seeker (2) Ayo Bersatu Berklaster & Melembaga
RBE (Resources Based Econ) CARA EKSPLOITATIF & EKSTENSIF
Kondisi Ekosistem & Potensi SDA-‐ nya EGka Lingkungan Prinsip Lingkungan Komitmen Beriat &Sadar Lingkungan (1) Kealpaan vs Kepiawaian Manusia Pembangunan (4) Kesewenangn vs Kepedulian Manusia Pembangunan (2) Kemiskinan vs Keberdayaan Man-‐ Pembangunan Instrumen Iptek Tepat Guna & Tpt-‐Lingkungan Kebijakan Pacu Produk-‐ Gvitas Lestari Kebijakan Pacu Nilai-‐ tambah Hemat & SubsGtusi Laju panen <Laju reprod Tangkap dg Tek Jangan cemari *Kategori SDA-‐ teludesi *Kategori SDA-‐ hayaG *Kategori SDA-‐ maliri *Kategori SDA-‐ segari KESERASIAN MANUSIA & LINGKUNGAN KEBERLAN-‐ JUTAN PROGRAM PEMB’AN KESEJAHTE-‐ RAAN L/B MEMBAIK
AKAR PERSOALAN KEMAKMURAN BANGSA TERKAIT PANEN SUMBERDAYA
F. Sjarkowi, 2008/2013
(3) Kesrakahan vs
Kearifan Manusia Pembangunan
EMPAT KONDISI AKSESIBILITAS RAKYAT TERHADAP SDA & SDIptek DALAM
Beberapa Kendala
•
SINERGI UNSUR AKADEMISI/PENELITI, DUNIA USAHA,
PEMERINTAH DAN MASYARAKAT sudah dilakukan namun
belum opGmal, masih bersifat insidenGl.
•
SINERGI PUSAT DAN DAERAH telah dirinGs sejak 2012
seiring terbitnya PERBER Menrintek dan Mendagri,
namun belum masuk dalam sistem perencanaan dan
penganggaran. Masih insidenGl dan sporadis.
•
KERJA SAMA INTERNATIONAL telah banyak dilakukan
namun belum terasa daya ungkitnya karena belum
mengacu pada satu tujuan utama.
Kondisi Eksisting
1)
Hubungan dalam perencanaan lebih bersifat normaGf
(RPJMD mengacu pada RPJMP, dst) namun Gdak pernah
duduk bersama secara fokus dan serius.
2)
Belum ada ikatan yang jelas antara pusat dan daerah,
menuju satu Goal besar dan Road Map yang harus diikuG
secara konsisten.
3)
Kerjasama bersifat parsial dan insidenGl tanpa tujuan
besar sekalipun berjangka menengah ataupun bahkan
jangka panjang.
4)
LPNK/LPK masih memposisikan pemerintah daerah
sebagai obyek/lokus kegiatan riset, bukan sebagai subyek
pelaku riset bersama-‐sama.
Kondisi Eksis@ng
(K3) KENDALA MEKANISME HUBUNGAN PUSAT & DAERAH
dalam mencapai Visi Pembangunan Bidang IptekPasal 3
(1) Gubernur sebagai wakil Pemerintah (pusat) memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan melipuB:
a. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan instansi verWkal, dan antar instansi verWkal di wilayah provinsi yang bersangkutan;
b. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi bersangkutan; c. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antar pemerintahan daerah
kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan;
d. Koordinasi dalam penyusunan, pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi dalam rangka sinkronisasi RPJPD,RPJMD, dan RKPD kabupaten dan kota agar mengacu pada RPJPD,RPJMD, dan RKPD provinsi serta RPJPN,RPJMN, dan RKP serta kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah;
e. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota;
(K4) PERAN GUBERNUR SENYATANYA SESUAI PESAN UU
BELUM DIOPTIMALKAN OLEH PEMERINTAH
Isyarat Ideal
1)
Lembaga koordinator kegiatan litbang di pusat adalah Kemen-‐Ristek dan
di daerah seyogianya adalah Badan PeneliGan dan Pengembangan (BPP)
daerah Gngkat Provinsi.
2)
Badan Litbang Daerah harus menjadi perpanjangan KemenRistek
(fungsional & administraGf) yang dapat mengawal kegiatan riset di
daerah agar mengacu dan berbasis Master Plan dan Road Map.
3)
Masa otonomi, seharusnya Gdak ada lagi lembaga unit kerja verGkal ada
didaerah kecuali bidang hankam, agama, yusGsi dan keuangan, sesuai
Undang-‐Undang.
4)
Unit LPK atau LPNK yang ada di daerah seharusnya merger bergabung
dengan SKPD (Dinas/Badan) yang mempunyai tupoksi kelitbangan agar
lebih efekGf dan efisien menggarap unggulan daerah.
5)
SDM peneliG LPK dan LPNK yang ada di daerah menjadi pegawai daerah
tersebut.
6)
Semua Kanwil (kecuali 4 urusan pusat) sudah bergabung dgn Dinas
namun Balai litbang Kementerian di daerah masih tetap verGkal.
(ini rada ANEH ???)
(S1) Membina Ristek-‐InovaGp & Kemakmuran Bangsa
• Tak-‐boleh Asal-‐asalan (harus strategis; menata pendekatan sektoral &menjadikannya intersektoral, terkait koridor ekonomi MP3EI).
• Tak-‐boleh Dangkal (harus punya Metodologi yang menyinggung gerakan Indag
berbasis Ristek terkait MP3EI, SINas, SIDa & ARN, Kinerja KIN)
• Tak-‐boleh Marjinal (harus memperhaGkan fakta ekonomi RI masih didominasi
Rent-‐Seeking Economy; dan ekonomi daerah sangat bervariasi)
•
Bahwa sedikitnya ada 4-‐Strategi Ristek InovaGp Daerah untuk NKRI;
(1) Ristek
-‐Inp= f
(SIDa;
PUI, STP
) bila Ristek berpola
Supply-‐pushed
InnovaBon atau Money follows FuncBon. Di sini inisiaBf &dedikasi PTN/S,
LPNK, LPK akan terpacu.
(2) Ristek
-‐Inp= f
(SIDa;
Prukab
,
SisDag-‐AntarPulau
) bila Ristek berpola
Demand-‐pulled InnovaBon atau FuncBon follows Money. Di sini dana R&D
dunia usaha terpacu.
(3) Ristek
-‐Inp=
f
(
InsenWf Pot-‐pajak & Perizinan
).
Ini agar Ristek-‐informal
di kalangan Dunia Usaha jadi Ristek-‐formal yang harmoni dg program
Pemerintah.
(4)
Ristek
-‐Inp= f
(
InsenWf HKI, Beasiswa
,
Bea-‐sabaWkal
). Ini agar Ristek-‐
sporadik di kalangan Perguruan Tinggi jadi Ristek bertema & berstruktur
memacu inovasi.
PIRAMIDA SIDa NUSANTARA
(Dari SIDa KE SINas Akan Memperkokoh NKRI)
SIDA
KOMODITI-‐n KOMODITI-‐SIDA o
SIDA KOMODITI-‐
m
Balitbangda Prov, Kab/Kota
SINAS KomodiG Strategis-‐1
Litbang Dept.Sektoral-‐A ?
SIDA
KOMODITI-‐q KOMODITI-‐SIDA r
SIDA KOMODITI-‐
p
Balitbangda Prov, Kab/Kota
SINAS KomodiG Strategis-‐2
Litbang Dept.Sektoral-‐B ?
SIDA
KOMODITI-‐y KOMODITISIDA -‐z
SIDA KOMODITI-‐
x
Balitbangda Prov, Kab/Kota
DEWAN RISET NASIONAL (DRN)
DEWAN RISET DAERAH (DRD)
SDA -‐ ANDALAN PEREKNOMIAN NASIONAL
SAR -‐ PRAS BASIS PEREKONOMIAN NASIONAL
F.Sjarkowi, 2013
*Komodi@ m, p & x seyogianya berupa barang industri skunder (1/2 jadi) atau tersier (finished product) di @ngkat Provinsi; Sehingga kehadiran komodi@ olahan khas daerah akan memacu perdagangan antar pulau yg menguatkan NKRI
Sistem Kini Sistem Temuan Lo np atan te kn ol og is & /P er ge se ran te kn is
Fase Waktu utk Litbang Invensi
Batas Kemampuan dasar produkGf
‘ D ema nd -‐pull ’ inovasi D PIN ‘ SP IN Supply push ’ In ov as i’ Indipidu UM-‐KM yg tak luwes Inkubator Teknologi Balitbngda Asosiasi Usaha di Kadinda Skala Ekonomi Klaster-‐12 A B C D E F Skala Ekonomi Klaster-‐6 A= Din-‐KopPMD B= Din-‐Pertan/keb C= Balitbangsid(a) D= Din-‐Diknas E= Din-‐Indag F= Balitbangsid(a)
Proses Invensi Iptek (isyarat Ali Imran Qs3:190)
Lapker Banyak, ProdukWvitas Naik & Ekonomi Bangsa Membaik, Rakyat Makmur
Catatan: (1) Berorientasi Ekonomi Kerakyatan; (2) Berciri Dua-‐Pola Inovasi; (3) Berkinerja Sistemik Lintas Lembaga: Oleh kotak di antara 2-‐panah besar (via program PUI & STP); dan Oleh kotak-‐kotak SKPD-‐Pemda (via program Prukab
& Perdagangan ‘antar pulau’); Catatan: PUI= Pusat Unggulan Inovasi; STP= Science Techno-‐Park
(4b) SIDa SEBAGAI UNSUR KEBIJAKAN FUNGSIONAL
(Pola Pikir DRD-‐Sumsel Guna Memacu 2 Jalur inovasi pada Rakernas DRN 2011)
LANGKAH PRAGMATIK PEMBINAAN SIDa :
A. Pola Tarik-‐Pinta Teknologi (Demand Pull InovaGon DPIN)
(1) Paparkan peluang usaha yang mendapat tantangan pasar setempat (2) Pertanyakan kpd komunitas usaha terkait apa kebutuhan Iptek-‐nya (3) Polakan mata rantai komodiG & jaringan usaha yg patut jadi klaster (4) Petakan paket teknologi yg diperlukan & ada di Balai & Lembaga (5) PasGkan paket teknologi selaras dg komodiG andalan daerah/warga (6) Perankan klinik bisnis/ inkubator inovasi bagi pelaku usaha baru (7) Pacu keterpaduan usaha sbg pasar bagi pelaku usaha hulunya
B. Pola Dorong-‐Pasok Teknologi (Supply Push InovaGon SPIN)
(1) Tetapkan komodiG unggul yang hendak dipacu nilai-‐tambahnya
(2) Tentukan teknologi tepat-‐ komodiG,tepat-‐guna & tepat-‐lingkungan pemacunya (3) Targetkan unsur warga & dunia usaha yang patut jadi pemanfaat (2)
(4) Tempa calon pengguna & paket teknologi dalam inkubator usaha (5) Tempatkan para pelaku usaha binaan sbg Sentra/ Klaster Usaha (6) TiGpkan komodiG yg dihasilkan kepada pelaku usaha hilirnya
(7) Tampung kriGk & aspirasi pasar dlm rangka pembinaan selanjutnya
F.Sjarkowi, 2011
*Disini manajemen kerjasama atas kepenBngan bersama utk mengangkat kesejahteraan rakyat
AWALI DENGAN SIASAT
PERENCANAAN
1. Disusun Master Plan (makro) sebagai basic plan
seluruh kegiatan riset di Indonesia.
2. Disusun Road Map (meso) teknologi yang berbasis
pohon teknologi untuk seGap Goal yang diinginkan.
3. Disusun Rencana Aksi Riset (mikro) Riset berbasis
pohon riset sebagai panduan kegiatan.
4. Dibahas di meja saat Musrenbang untuk menentukan
peran pusat dan Daerah
5. Ditetapkan sumber pembiayaannya.
CATATAN KESIMPULAN
1. Sesungguhnya keterjangkauan (aksesibilitas) kerakyatan ter-‐ hadap aneka SDA & SDI adalah suatu keharusan yang dapat direkayasa dalam rangka penguatan ekonomi funda-‐mental bangsa, bisa digerakkan dari atas ke bawah (top-‐down) oleh Pemda maupun dari bawah ke atas (bottom-‐up); asalkan wahana SINas & SIDa digerakkan secara nasional.
2. Sesungguhnya terdapat kondisi dinamis yang menjadi kendala keterjangkauan itu, ada yang bersifat struktural, fungsional, maupun kultural. Jika pola top-‐down maka kendala kultural akan cukup merepotkan Pemda; jika berpola bottom-‐up maka kendala fungsional (sponsor dana) akan lebih merepotkan penyelenggara dan pembina.
3. Sesungguhnya pendekatan bottom-‐up maupun top-‐down sangat membutuhkan kemauan politik yang kuat untuk sedikitnya 5-‐Menteri (Men-‐Indag; Men-‐Ristek; Men-‐Tan /Men-‐ESDM; Men-‐Kop; Men-‐Hub bisa berbuat atas dasar SKB memacu ekonomi fundamental berbasis Ristek-‐Inovatip lewat perdagangan antar pulau bagi sekitar 250juta jiwa kekuatan pasar domestik.