• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. senantiasa memperhatikan pertimbangan antara risikio dan keuntungan atas semua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. senantiasa memperhatikan pertimbangan antara risikio dan keuntungan atas semua"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Investasi adalah cara penanaman modal baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan tertentu dari hasil penanaman modal tersebut (Fabozzi, 1995:2), dengan harapan nilai di waktu mendatang lebih tinggi dari pada nilai yang ditemui hari ini. Investor harus senantiasa memperhatikan pertimbangan antara risikio dan keuntungan atas semua aset atau sekuritas yang akan dimiliki atau dijadikan sarana investasinya

Ada dua faktor yang akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Jika seseorang sudah memutuskan untuk berinvestasi, maka secara otomatis yang bersangkutan tidak hanya berharap untuk memperoleh keuntungan semata, tetapi juga harus harus siap menanggung segala kemungkinan akibat dari keputusan tersebut. Keuntungan yang diharapkan oleh investor, sebutan bagi individu atau institusi yang melakukan aktivitas investasi, dapat berbentuk keuntungan modal (capital again) investor mendapat kemungkinan memperoleh dividen (Gumanti, 2011: 21).

Dalam mempelajari investasi, hal pertama dan penting untuk diperhatikan adalah memahami lingkungan untuk investasi. Faktor-faktor yang dimaksud bisa jadi berupa faktor makro (yang dalam hal ini dapat berupa kondisi perekonomian, politik dan keamanan), industri ( perkembangan sektor industri dan kerentanan terhadap gejolak perekonomian makro), dan faktor mikro kondisi internal

(2)

perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan atau kebijakan-kebijakan khusus manajemen. Proses investasi menunjukan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam suatu sekuritas. Yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, berapa banyak investasi, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan (Husnan, 2005:47). Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Tujuan Investasi

Dalam tahap ini pemodal perlu menetukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Ada dua hal yang perlu

dipertimbangkan, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan

2. Melakukan Analisis Sekuritas

Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas/efek yang salah harga (mispriced), yakni apakah harga terlalu tinggi atau terlalu rendah. untuk itu ada dua pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan fundamental dan pendekatan teknikal .

Pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas faktor mispriced. Tetapi didasarkan atas prefrensi risiko para pemodal (pemodal yang bersedia menanggung risiko tinggi akan menerima saham yang berisiko), pola kebutuhan kas (pemodal yang menginginkan penghasilan yang tinggi akan memilih saham yang membagikan dividen stabil)

(3)

3. Melakukan Pembentukan

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Pada tahap ini dilakukan indentifikasi terhadap sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.

4. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio

Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap efek yang membentuk portofolio tersebut, jika dirasa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi misalnya rate of return lebih rendah dari yang diisyaratkan.

5. Melakukan Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap tingkat risiko yang ditanggung. Rasionalitas investor diukur dari sejauh mana investor melakukan prosedur pemilihan saham dan penetuan portofolio optimal dari data historis pada saham-saham yang listed di Bursa Efek.

Kinerja portofolio ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan, pertama dengan melakukan perhitungan untuk memilih saham dan menentukan portofolio optimal dengan model indeks tunggal, kedua dengan pola perilaku investor di bursa yang tercemin dari aktivitasnya melakukan transaksi jual beli saham pada saham-saham yang diikutkan dalam portofolio (Sartono dan Zulaihati : 1998) 2.1.2 Return

Return adalah measure the financial performance of an investment (Brigham, 1999:192). Investasi diartikan sebagai pemilikan (pembelian) suatu

(4)

mengetahui rate of return hal yang harus dilihat adalah nilai awal investasi modal dan pendapatan dari investasi bersih dari nilai awal investasi. Pendapatan (proceeds) tersebut dapat berupa keuntungan (profit) atau kerugian (loss). Secara matematis, tingkat pengembalian dapat dijabarkan dalam rumus tingkat pengembalian,

Tingkat pengembalian (r) = Penerimaan Tunai+Keuntungan (Kerugian) Modal Investasi Awal

Return realisasi portofolio ( portofoliorealizad return) merupakan rata-rata tertimbang dari return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Secara sistematis, return realisasi portofolio dapat ditulis sebagai berikut (Jogiyanto, 2013:206)

E( rp) =∑ E(rj) Notasi :

E (Rp) = return ekspetasi dari portofolio

xj = porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas portofolio, E(rj) = return ekspetasi dari sekuritas i,

n = jumlah dari sekuritas tunggal. 2.1.3 Risiko

Risiko ( risk ) adalah kemungkinan terjadinya kerugian yang akan dialami investor atau ketidakpastian atas return yang akan diterima di masa mendatang. Risiko secara definisi memiliki dua dimensi yaitu ketidakpastian tentang hasil yang diperoleh di masa mendatang dan kemungkinan akan diperolehnya kegagalan yang tinggi- hasil yang jelek ( Emery dan Finnerty, 1996).

(5)

Definisi risiko harus mengandung unsur pengukiran terhadap variabilitas dan pengukuran terhadap kemungkian hasil yang negatif. Artinya, sampai sejauh mana suatu keluaran (output) akan menyimpang dari yang diharapkan dan penyimpangan tersebut mengarah pada sisi negatif (merugi). Dalam melihat risiko sangat penting membedakan antara risiko aset tunggal dan aset dalam portofolio, karena adanya perbedaan return yang diterima oleh pemilik portofolio. Untuk mengurangi risiko investasi, investor harus mengenal jenis risiko investasi.

Jenis risiko investasi dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu risiko sistematis atau disebut system risk atau undiversifiable risk dan risiko tidak sistematis atau disebut unsystematic risk atau specific risk atau diversifiable risk. Risiko dapat dibedakan menjadi dua (Megginson, 1997:103)

1. Risiko sistematis

Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor yang secara serentak mempengaruhi harga saham di pasar modal, misalnya perubahan dalam kondisi perekonomian, iklim politik, peraturan perpajakan, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.

2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk)

Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Misalnya faktor struktur modal, sturktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan lain sebagainya. Risiko tidak sistematis diukur dengan varian residu atau abnormal

(6)

return (ei). Nilai realisasi merupakan nilai yang sudah pasti tidak mengandung kesalahan pengukuran sebaliknya nilai ekspetasi merupakan harapan yang belumterjadi yang masih mengandung ketidakpastian.

Perbedaan nilai ekspetasi dengan nilai realisasi yang merupakan kesalahan residu (ei). Berdasarkan kesediaan dalam menanggung risiko investasi, investor dikenal ada tiga yaitu berani mengambil risiko (risk taker), sikap netral terhadap risiko (risk neutral) dan yang tidak berani mengambil risiko (risk averse).

Risk taker menurut Weston dan Thomas (1995:427) adalah sikap seorang yang memili taruhan yang fair sedangkan risk neutral adalah seseorang bersikap indifference terhadap taruhan yang fair, dan risk averse adalah investor akan menolak taruhan yang fair. Masing-masing ini menyebabkan investor mempunyai preferensi yang berbeda dalam melihat suatu portofolio. Tidak hanya itu, preferensi dari investor akan risiko dari suatu portofolio berbeda juga satu sama lainnya.

Weber (1998) mendefenisikan risiko sebagai penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Risiko dari suatu portofolio saham bergantung kepada proporsi dari saham-saham individu, varians, dan covarians dari saham-saham tersebut. Perubahan yang terjadi pada variabel-variabel tersebut akan merubah risiko dari portofolio. Masih berkaitan dengan hal itu, sudah merupakan kebenaran umum bahwa bila saham-sahamyang dipilih secara acak dan digabungkan ke dalam suatu portofolio, maka risiko portofolio akan menurun sesuai dengan banyaknya saham yang berbeda ditambahkan.

(7)

Markowits di tahun 1950an dalam (Jogiyanto:2003) menunjukan bahwa secara umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio. Persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko di dalam portofolio ialah return untuk masing-masing sekuritastidak berkolerasi secara positif dan sempurna.

Jogiyanto (2003) juga menyebutkan bahwa salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar atau varian yang merupakan kuadrat dar deviasi standar. Risiko yang diukur dengan ukuran ini mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item yang menyimpang dari rata-ratanya. Risiko portofolio juga dapat diukur dengan besarnya deviasi standar atau varian dari nilai-nilai return sekuritas tunggal yang ada di dalamnya.

2.1.4 Portofolio

Portofolio menurut (Jones, 2002:3) adalah: “portofolio is the securities held by an investor taken at an unit. Pada intinya portofolio adalah suatu kegiatan investasi yang dilakukan pada lebih dari satu asset, dimana gabungan dari berbagai asset tersebut bertujuan mengurangi resiko dari investasi, tanpa mengurangi hasil atau keuntungan.

Jumlah sekuritas dalam portofolio harus lebih besar dari satu yang memungkinkan investor bisa mendapatkan return harapan tertinggi pada tingkat risiko tertentu atau riskio terendah pada tingkat return harapan tertentu. Untuk menghindari risiko pada suatu investasi antara lain dilakukan melalui diversifikasi saham dengan membentuk portofolio.

(8)

Menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur portofolio. Salah satu teknik analisis portofolio optimal yang dilakukan oleh Elton dan gruber (1995) adalah menggunakan indeks tunggal.

Analisis atas sekuritas dilakuka dengan membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut-off-rate-nya (Ci) dari masing-masing saham. Saham yang memiliki ERB lebih besar dari Ci dijadikan kandidat portofolio, dan sebaliknya apabila Ci lebih besar dari ERB tidak diikutkan dalam portofolio.

2.1.4.1 Portofolio Efisien

Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk averse). Investor penghindar risiko adalah investor yang dihadapkan pada dua investasi dengan pendapatan diharapkan yang sama risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah (Fabozzi, 2001).

Seorang investor memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya. Portofolio yang efisien dapat diartikan sebagai portofolio yang memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan pada tingkat optimal dengan suatu tingkat resiko tertentu, atau portofolio yang memberikan suatu tingkat resiko minimal, pada tingkat pengembalian yang diharapkan (Jones, 2002:512). Investor dapat memilih

(9)

Seluruh aset yang memberikan kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva-aktiva yang tersedia disebut dengan opportunity set atau attainable set. Semua titik di attainable set menyediakan semua kemungkinna portofolio baik yang efisien maupun yag tidak efisien yang dapat dipilih oleh investor (Jones, 2002:513).

2.1.4.2 Portofolio Optimal

Portofolio yang optimal adalah portofolio yang dipilih dan disukai oleh investor karena memberikan manfaat tertinggi, jadi dari berbagai portofolio yang efisien namun hanya ada satu portofolio yang optimal (Fabozzi, 1995:60). Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model Markowitz atau dengan model indeks tunggal.

Menentukan portofolio yang optimal dengan model-model ini, yang pertama kali dibutuhkan adalah menetukan portofolio yang efisien, semua portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien. Investor yang lebih banyak menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return yang tinggi dengan membayar risiko yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan investor yang kurang menyukai risiko.

2.1.5 Portofolio Optimal Bedasarkan Model Indeks Tunggal

Terdapat banyak model untuk pengambilan keputusan investasi sekuritas. Ketika memilih investasi sekuritas dalam bentuk saham, obligasi, reksa dana atau indeks pasar, investor selalu mempertimbangkan dua variabel utama, yaitu return dan risiko. Single Factor Model adalah suatu cara untuk memprediksi harga atau return saham dengan menggunakan satu faktor sebagai prediktor yang dianggap

(10)

berpengaruh terhadap suatu sekuritas (Jogiyanto, 2010:339). Salah satu prosedur penentuan portofolio optimal adalah metode indeks tunggal.

Metode indeks tunggal menjelaskan hubungan antara return dari setiap sekuritas individual dengan return pasar. Bawasir dan Sitanggang (1994) mengatakan bahwa metode indeks tunggal dapat digunakan dalam penetuan portofolio optimal dengan cara membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut-off-rate (Ci).

Konsep perhitungan excess return to beta (ERB) dengan cut-off-rate (Ci) didasarkan pada model perhitungan Elton dan Gruber (1995) yaitu dengan cara menentukan ranking (urutan) saham-saham yang memiliki ERB yang lebih rendah. Pemeringkatan bertujuan untuk mengetahui return saham terhadap return bebas risiko per unit risiko. Saham-saham yang mempunyai Excess Return to Beta (ERB) sama dengan atau lebih besar dari cut-of-rate (Ci) merupakan kandidat dalam pembentukan portofolio.

Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Adapun dasar penetuan portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal yaitu dengan membandingkan antara Excess Return to Beta (ERB) dengan tingkat pembatas saham tertentu atau Cut-of Point (C*).

Jogiyanto (2003) mengatakan bahwa model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Hal ini menyebabkan bahwa return dari sekuritas mungkin

(11)

berkolerasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan nilai pasar. Dengan dasar ini, return dari suatu sekuritas dan return dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan:

Ri =αi + βi . Rm + Notasi :

αi = Nilai ekspetasi dari return sekuritas yang independen terhadap retrun pasar βi = Sensitivitas return saham suatu sekuritas terhadap return dari pasar

= Kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai ekspektasinya sama dengan nol atau E (ei) = 0

Model indeks tunggal membagi return dari suatu sekuritas kedalam dua komponen, yaitu sebagai berikut :

1. Komponen return yang unik diwakili oleh αi yang indenpenden terhadap return pasar

2. Komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili oleh βi . Rm.

Model indeks tunggal dapat juga dinyatakan dalam bentuk return ekspektasi sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:342)

E (Ri) = αi +βi. E(Rm)

Model indeks tunggal menggunakan asumsi yang merupakan karakteristik model ini sehingga menjadi berbeda dengan model lainnya. Asumsi utama dari model indeks tunggal adalah kesalahan residu dari sekuritas ke- i tidak berkovari dengan kesalahan residu sekuritas ke-j atau ei tidak berkovari (berkolerasi)

(12)

Cov(ei,ej) = 0

Asumsi-asumsi dari model indeks tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek di luar pasar ( misalnya efek dari industrial atau perusahaan-perusahaan itu sendiri), melainkan karena mempunyai hubungan yang umum terhadap indeks pasar.

Jogiyanto (2003) menambahkan bahwa selain hasil dari model indeks tunggal dapat digunakan sebagai input analisis portofolio, model indeks tunggal dapat juga digunakan secara langsung untuk analisis portofolio. Analisis portofolio menyangkut perhitungan return ekspektasi portofolio dan risiko portofolio. Return ekspektasi dari suatu portofolio selalu merupakan rata-rata tertimbang dari return ekspektasi individual sekuritas, maka return ekspektasi portofolio dinyatakan sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:357)

E (Rp) = αp +βp . E (Rm) dengan : Βp =∑ 1 wi. βi , dan

αp = ∑ . αi

Dalam model indeks tunggal ini varian dari portofolio dihitung dengan rumus sebagai berikut:

. + ∑ wi . σei

Untuk portofolio yang di diversifikasikan dengan baik jumlah n yang banyak, risiko tidak sistematik akan hilang dan hanya risiko sistematik yang masih tertinggal. Akibatnya, risiko portofolio yang terdiversifikasikan dengan

(13)

= .

2.1.6 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki lima macam indeks harga saham, yaitu :

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks

2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham termasuk dalam masing-masing sektor

3. Indeks LQ45 menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa macam seleksi

4. Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang likuid

5. Indeks individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya

Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) atau composite stock price index pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 april 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa, baik saham biasa maupun saham preferen. IHSG biasanya digunakan sebagai proksi dalam pengukuran risiko pasar dalam model analisi harga saham. IHSG mencerminkan pergerakan perubahan harga saham harian seluruh saham yang tercatat di bursa saham indonesia.

(14)

2.1.7 IDX30

IDX 30 adalah indeks yang terdiri dari 30 saham yang konstituennya indeks LQ45. IDX 30 diresmikan oleh Otoritas Bursa Efek Indonesia pada tangal 23 April 2012 . Konstituennya indeks LQ45 dipilih karena saat ini indeks LQ45 sudah dapat menggambarkan kinerja saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar bebas. Hanya saja, beberapa fund manager merasa jumlah 45 saham tersebut terlalu besar.

Jumlah konstituen indeks IDX30 yang terdiri dari 30 saham memiliki keunggulan lebih mudah dilakukan replika sebagai acuan portofolio. Selain itu menurut teori portofolio, jumlah 30 merupakan jumlah diversifikasi aset yang ideal dalam sebuah portofolio. Dasar pertimbangan pemilihan konstituen indeks IDX30 adalah faktor kuantitatif yang terkait dengan nilai, frekuensi dan hari transaksi serta kapitalisasi pasar.

Selain faktor yang bersifat kuantitaf tersebut, BEI juga mempertimbangkan informasi kelangsungan usaha, laporan keuangan, dan pertimbangan lain, misalnya sedang diberlakukan suspensi atau tidak. Secara berkala, konstituen indeks IDX30 akan dikaji ulang setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap akhir bulan januari dan juli. Hasilnya akan diumumkan pada awal bulan berikutnya.

Berikut adalah keriteria yang harus dipenuhi oleh calon perusahaan yang masuk IDX30

1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)

(15)

2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir)

3. Telah tecatat di BEJ selama paling sedikit 3 (tiga) bulan

4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan frekuensi, dan jumlah hari transaksi di pasar reguler tertinggi dibandingkan dengan perusahan-perusahaan lain

Hasil dari evaluasi tersebut akhirnya memunculkan 30 perusahaan yang membentuk IDX30 dan dijadikan sebagai dasar untuk perhitungan IDX30 selama enam bulan ke depan. Bursa efek indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan IDX30. Setiap tiga bulan dilakukan kajian pergerakan ranking saham yang masuk dalam perhitungan IDX30.

Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi IDX30, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Hal ini akan terus dilakukan sehingga konsistensi terpenuhinya kriteria untuk masuk ke dalam IDX30 dapat terjaga.

2.2 Penelitian Terdahulu

Seperti telah dituliskan pada bagian pendahuluan ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai penentuan portofolio. Widanarto (2005) menggunakan model indeks tunggal dalam memilih saham untuk membentuk portofolio. Penelitian ini memfokuskan pada pengujian terhadap

(16)

apakah saham yang temasuk ILQ45 sudah tergolong pada saham yang optimal. Dari hasil penelitian tersebut Widanarto menarik kesimpulan bahwa tidak semua perusahaan-perusahaan yang masuk dalam LQ45 termasuk dalam portofolio yang optimal. Dengan demikian investor yang rasional perlu jeli dalam menganalisis perusahaan-perusahaan yang go public.

Riska (2010) meneliti rasional investor dalam memilih portofolio saham syariah yang dilihat pada jakarta islamic indeks. Riska membandingkan pembentukan portofolio dengan menggunakan indeks tunggal dan pembentukan portofolio dengan metode Constant Correlation.

Pada penelitiannya riska menyimpulkan bahwa menganalisis portofolio dengan metode indeks tunggal lebih akurat dibandingkan metode constant correlation. Hal ini dilihat dari penelitian bahwa dari keseluruhan 7 periode, model indeks tunggal menghasilkan potensi keuntungan yang lebih tinggi, penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian Umanto (2008) bahwa risiko individual dapat diperkecil dengan membentuk portofolio yang merupakan akibat adanya diversifikasi.

Dwi (2000) menganalisis beta saham menggunakan model indeks tunggal perbandingan antara periode perekonomian normal dan krisis moneter. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa beta saham menunjukan kepekaan return saham terhadap perubahan ekonomi makro atau return portofolio. Secara ringkas penelitian-penelitian diatas dapat dilihat pada Tabel 2.1

(17)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Alat Analisis Hasil

S Widanarto P, (2013) Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol. IV No,2- Tahun 2005 Hal. 14-37 Memilih saham portofolio optimal LQ45 Model Indeks Tunggal

Tidak semua saham yang masuk ke dalam ILQ45 membentuk

portofolio optimal sehingga investor harus lebih cermat melihat perusahaan yang go public Riska Rosdiana, (2010) Jurnal manajemen Universitas Diponegoro

Vol. 9 No.1 April 2014

Rasional investor dalam memilih portofolio saham syariah (studi kasus pada Jakarta Islamic Indeks)

Metode Constant Corelation dan Model Indeks Tunggal

Dalam penelitian ini riska menarik kesimpulan bahwa penggunaan analisis dengan menggunakan Model Indeks Tunggal lebih akurat dibandingkan Metode Constant Corelation yang terlihat dalam 12 kali pengamatan nya pada ILQ45 Metode Indeks Tunggal selama 7 periode menunjukkan hasil portofolio yang optimal pada perusahaan yang termasuk ILQ45 Sukarno, 2007 Jurnal Magister Manajemen Universitas Diponegoro Vol 15 No.3 Hlm 178-187 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Saham Menggunakan Metode Single Index di Bursa Efek Jakarta

Model Indeks Tunggal

Terdapat hubungan positif antara beta dengan return saham. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa terdapat kolerasi positif antara excess return to beta

saham di masa mendatang

(18)

Peneliti Judul Alat Analisis Hasil Jurnal Manajemen Universitas Diponegoro Vol 3 No.3 (2012) model indeks tunggal perbandingan anatar periode perekonomian normal dan krisis moneter

kepekaan return saham terhadap perubahaan

ekonomi makro atau return portofolio Dwi Haroyah, (2000) Jurnal Manajemen Universitas Diponegoro Vol 3 No.3 (2012)

Analisis beta saham menggunakan model indeks tunggal perbandingan anatar periode perekonomian normal dan krisis moneter Model Indeks Tunggal Beta saham menunjukkan kepekaan return saham terhadap perubahaan

ekonomi makro atau return portofolio Sigit Triharjono, (2011) Jurnal Magister Manajemen Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia Vol.04, No. 01 Maret 2013

Single Index Model sebagai alat analisis optimalisasi

portofolio investasi saham (Studi kasus saham LQ45 )

Single Index Besarnya koefisien beta antara periode pengamatan selalu tidak stabil. Selain itu juga diketahui bahwa melalui aplikasi metode

single index model

basis triwulan dapat digunakan sebagai prediksi untuk portofolio tahunan Umanto, (2008) Jurnal Ilmu Administratsi FISIP Universitas Indonesia Vol 15, No.3, hlm.178-187 Analisis investasi portofolio optimal pada saham LQ45 Model Indeks Tunggal

Nilai beta dengan frekuensi keaktifan saham tidak menunjukkan hubungan searah (negatif). Hal ini berarti nilai beta yang besar tidak selalu menunjukkan frekuensi

perdagangan saham tersebut tinggi atau sebaliknya

Desak Putu Rahayu Lestari, 2008

Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Undaya Vol 3 No.3 (2014) Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi LQ45 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal Model Indeks Tunggal Tidak adanya perbedaan antara risiko portofolio dan return portofolio antara IHSG dan IDX30

(19)

Peneliti Judul Alat Analisis Hasil R. Agus Sartono

dan Arie Andika Setiawan, (2006) Jurnal Manajemen Universitas Diponegoro Vol 11 No.1 hlm 37-50 VAR portofolio optimal: perbandingan antara Metode Markowitz dan Mean Absolute Deviation Metode Mean Absolute Deviation dan Mean Variance

Ada kolerasi positif antara standar deviasi dan return portofolio, baik pada portofolio yang dihasilkan metode mean variance maupun metode mean absolute deviation. Namun secara statistik, korelasi ini tidak cukup kuat. Dapat disimpulkan bahwa standar deviasi tidak cukup baik sebagai tolak ukur risiko suatu portofolio

Perbedaan peneliti sekarang dengan peneliti terdahulu adalah pada penelitian sekarang memilih objek yaitu saham-saham periode pengamatan Februari 2013- Juli 2016 dan pada penilitian yang sekarang ini dilakukan pengamatan saham melalui IDX30 dan menganalisis Proporsi Saham antara IDX30 dan IHSG

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi, seseorang investor harus mempertimbangkan saham-saham mana yang harus diplih. Saham yang dipilih otomatis yang memberikan return maksimal dengan risiko tertentu, atau return tertentu dengan risiko minimal. Untuk dapat mengetahui saham-saham mana saja yang dipilih, bisa dilakukan dengan melakukan klasifikasi saham dengan cara pembentukan portofolio saham.

Pembentukan portofolio saham pada penelitian ini menggunakan model indeks tunggal dengan kriteria Excess Return to Beta (ERB) lebih besar dari

(20)

Cut-off ratenya (Ci) dengan cara membandingkan apakah terdapat perbedaan return portofolio, risiko portofolio, dan proporsi saham antara IDX30 dan IHSG. Investor yang rasional akan memilih saham-saham yang masuk kandidat portofolio (ERB>Ci). Setelah itu investor dapat melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio baik pada aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.

Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian teoritis, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

PORTOFOLIO OPTIMAL IDX30& IHSG

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Keterangan :

Pemilihan portofolio optimal tergantung kepada preferensi investor terhadap return dan risiko yang diharapkan :

PORTOFOLIO OPTIMAL MODEL INDEKS TUNGGAL Pembentukan Portofolio Optimal IDX30 Pembentukan Portofolio Optimal IHSG

(21)

1. Investor penghindar risiko jika dihadapkan pada dua investasi dengan pendapatan diharapkan yang sama dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebeih rendah (Fabozzi, 2001) 2. Investor yang lebih menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return

yang tinggi dengan membayar risiko yang juga lebih tinggi ( Jogiyanto,2003). 2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual pada Gambar 2.1, maka hipotesisnya sebagai berikut:

Ha : Terdapat perbedaan pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan IDX30 dan IHSG melalui pendekatan Model Indeks Tunggal.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

1 Memiliki sumber daya manusia yang berpengalaman.. Tabel Competitive Profile Matrix Faktor penentu keberhasilan Bobot CV. Rejeki Mapan Lestari CV. Cahaya Mutiara CV.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin sesuai benih padi IPB 3S dengan kondisi lahan dan kebutuhan petani serta sesuai dengan sosial, norma dan adat di lingkungan masyarakat maka

Ketepeng merupakan tanaman perdu dan memiliki kandungan kimia seperti alkaloid, flavonoid, steroid dan tanin. Ketepeng memiliki daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli

Dengan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah agar penulis mengetahui majas perbandingan apa saja yang terdapat dalam puisi Rock

Berdasarkan hasil pengamatan pengembang, potensi yang ada disekolah tersebut mengenai proses pembelajaran terhadap peserta didik dalam penggunaan media pembelajaran

Apakah bayi pernah mengalami diare yang berkepanjangan, berulang, yang kadang dapat disertai darah, muntah, nyeri perut (rewel) dimana tidak disertai demam atau

Mencermati pola gerakan dan aksi ISIS dapat diyakini bahwa ISIS adalah gerakkan radikalisme atau juga disebut dengan istilah garis keras yang berbahaya untuk umat Islam, tak

ODNL GDQ • FP XQWXN SHUHPSXDQ Pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang dilakukan sebanyak tiga kali oleh petugas yang sudah terlatih dan diambil rata-ratanya. Data yang