Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
SPACE-OCCUPYING LESION
(SOL)
• Anita Welhelmina
• Chandri Bunga
• Destiana
Puspasari
• Dewi Purnamasari
• Dewi Retno S
• Dita Nur Hidayah
K
E
L
O
M
P
O
K
2
DEFINISI
Space-occupying lesion (SOL)
merupakan adanya temuan jaringan
abnormal biasanya disebabkan oleh
penyakit atau trauma. SOL
biasanya kerap disebut malignansi
atau tumor, namun bisa juga
dikarenakan oleh sebab patologi
lain seperti abses atau hematom.
Efek dari tumor ini mungkin saja
hanya bersifat lokal
Lesi yang besar pada beberapa
region intrakranial, seperti
lobus frontal mungkin akan
mengakibatkan kebisuan sesaat,
lesi pada hemisfer dominan akan
PENYEBAB
Malignansi (95%
metastase, glioma,
meningioma, adema
pituitary, dan neuroma
akustik)
Hematoma sebagai
akibat injuri kepala (usia
tua & antikoagulan)
Hidrocefalus
Abses serebral
Kista pada otak
(subarachnoid, kista
koloid, kista dermoid, dan
kista epidermoid)
Cerebral amoebiasis
(jarang terjadi)
Infeksi HIV
Granuloma dan
tuberkuloma
Stroke
Trauma kepala
Vaskulitis, termasuk
lupus, sipilis, poliarteritis
nodosa, dan arteritis sel
Multipel sklerosis
Ensefalitis, dll.
TANDA DAN GEJALA
Sakit kepala (saat pagi hari,
saat membungkuk, atau saat
melakukan valsava maneuver)
Muntah tidak disertai mual
Perubahan perilaku dan status
mental (ataksia atau gangguan
gaya berjalan
Penurunan kemampuan
berbicara atau penglihatan
Kemungkinan terjadi kejang
Kebingungan
Edema Lokal Hiperemi Infiltrasi leukosit Melunaknya jaringan parenkim Sepsis
Abses otak Kista berisi pus Ruptur Infeksi meluas Proliferasi/ pertumbuhan sel
abnormal dgn cepat pd CNS Tumor
Peningkatan massa dalam tengkorak Obstruksi vena edema hidrosefalus Peningkatan TIK Herniasi serebelum Tekanan tonsil ke bawah mll foramen magnum Kompresi medulla oblongata Herniasi inkus serebral Hilang/ penurunan kesadaran Bradikardi progresif Hipertensi sistemik
Penurunan suplai darah
Nekrosis jaringan otak Gangguan suplai
darah Gangguan fungsi
otak
Disorientasi
Resiko tinggi cidera Perubahan proses pikir
Hipoksia jaringan Gangguan perfusi jaringan serebral Bicara terganggu , afasia Gangguan komunikasi verbal Kerusakan lap.meningen meningitis
Invasi jaringan otak
Kerusakan jaringan neuron
Kejang Gangguan neurologis Aspirasi sekresi Obstruksi jalan napas Dispnea pola napas tidak efektif Henti napas
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan X-ray
CT scan atau MRI
Biopsi lesi
Foto toraks atau mamografi
(mengenali tumor primer
PENANGANAN
Tujuannya adalah mengangkat dan
memusnahkan semua tumor atau
penyebab lain agar tidak menimbulkan
komplikasi yang serius, misalkan
penurunan neurologik (paralisis,
kebutaan).
Pembedahan (craniotomy)
kemoterapi
Stereotaktik
Perawatan dan penanganan terhadap
penyebab lesi
Pencegahan tekanan intracranial
Pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi (seperti, kolaborasi
pemberian anti konvulsan)
Kolaborasi pemberian terapi medikasi
terhadap terjadinya gejala simtomatik,
seperti sakit kepala, mual, muntah, dan
S
UMBER
:
Glanmarco, R.,
Edmeads. J., & Dodick, D. (1998).
Critical Decision in Headache Management
. India:
Jaypee Brothers Medical Publisher.
http://books.google.co.id/books?id=Q8TtBhx-x6QC&pg=PA101&dq=space+occupying+lesion&hl=en&
sa=X&ei=ZWxjUsfkOsiOrgf3qoH4Dg&redir_esc=y#v=on
epage&q&f=true
. Diakses pada tanggal 20 Oktober
2013 Pukul 12.00 WIB
Space-occupting Lesions of the Brain.
http://www.patient.co.uk/doctor/space-occupying-lesions-of-the-brain
Diakses pada tanggal 20 Oktober
2013 Pukul 12.00 WIB
NANDA, International. (2011).
Diagnosis keperawatan: definisi
dan klasifikasi 2009-2011
. Jakarta : EGC.
Smelzer, S.C., Bare B.G. (2002).
Buku ajar keperawatan medical
bedah Brunner & Suddart
, Edisi 8. Vol.2. Jakarta : EGC
Pengkajian Sistem
Neuroligis
1. Tingkat
kesadaran
2. Fungsi
serebral
3. Saraf
kranial
4.Sistem
motorik
5.Sistem
sensorik
6.Respons
reflex
1. T
INGKAT
KESADARAN
Menguji Tingkat kesadaran secara kualitatif:
Compos Mentis, yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis, yaitu kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang,
tempat, waktu) memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal
Somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal
Stupor (Soporo Koma), yaitu keadaan
seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri
Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak
ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya)
Tingkat kesadaran secara kuantitatif, yaitu
menggunakan GCS
(Glasgow Coma Scale):
Setelah dilakukan scoring, maka dapat
diambil kesimpulan:
Compos mentis : GCS 15-14
Apatis
: GCS 13-12
Somnolen
: GCS 11-10
Delirium
: GCS 9-7
Soporo coma
: GCS 6-4
Coma
: GCS 3
2. Fungsi serebral
Pemeriksaan fungsi
serebral secara
ringkas meliputi
pemeriksaan status
mental, fungsi
intelektual, daya pikir,
status emosional,
kemampuan bahasa
dan tanda
rangsangan otak
(Kernig’s sign dan
Brudzinksi ).
4.S
ISTEM
MOTORIK
Inspeksi: Gaya berjalan dan tingkah laku, Simetri tubuh dan
ekstremitas, Kelumpuhan badan dan anggota gerak
Gerakan: Anterofleksi dan dorsofleksi kepala, Elevasi dan
abduksi dari scapula, Ekstensi di sendi siku, Fleksi di sendi
siku, Depresi dan adduksi dari scapula, Fleksi di sendi
pergelangan dll
5.Sistem sensorik
Menguji sensasi nyeri
Menguji sensasi panas dan dingin
Sentuhan ringan
6.R
ESPONS
REFLEX
Refleks fisiologis
Refleks bisep
Refleks Triceps
Refleks Brachiradialis
Refleks Patella
Refleks Achiles
Reflek Patologis
Reflek Babinski
Reflek Chaddok
Reflek Schaeffer
Reflek Oppenheim
Reflek Gordon
Reflek Gonda
G
AMBAR
PEMERIKSAAN
R
EFLEK
Reflek bisep
Reflek trisep
Reflek Patella
K
ASUS
Klien bernama Ny. DK berumur 58 tahun masuk ke ruang
IGD RSF pada tanggal 30 Oktober 2013 dalam keadaan
tidak sadarkan diri dengan keluhan tiba-tiba terjatuh saat
menjemur pakaian. Saat ini klien telah dipindahkan di
ruang HCU lt.IV dengan diagnosa medis SOL lobus frontal
temporal. Saat ini klien mengalami afasia, penurunan
kesadaran dan tirah baring di tempat tidur. Klien terpasang
DC, NGT serta nasal kanul.
A
NALISA
D
ATA
No
Data fokus
Masalah
keperawatan
1
DS: -
DO:
Kesadaran klien somnolen, keadaan klien seperti tertidur lelap, namun ada respon terhadap
nyeri
Hasil pengukuran
Glasgow Coma Scale
(GCS) yaitu E2M3V1
Ukuran pupil kanan dan kiri tidak sama (anisokor)
Pupil kiri tidak beraksi terhadap cahaya sedangkan pupil kanan bereaksi kuat terhadap
cahaya.
Refleks bisep, trisep, patella baik
Refleks babinski, chaddok tidak ditemukan pada ekstremitas klien.
Tanda-tanda vital:
TD: 139/93 mmHg
HR: 90x/menit
RR: 23x/menit
Suhu: 37,2
oC
Hasil CT scan kepala menunjukkan:
Sol pada lobus frontal temporal
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Berhubungan
dengan:
penghentian aliran
darah oleh SOL
(Space-Occupying
Lession)
dibuktikan
dengan perubahan
tingkat kesadaran,
kehilangan memori,
perubaan respon
motorik / sensori,
gelisah dan
perubahan tanda vital
2
DS: -
DO:
Klien mengalami penurunan kesadaran kesadaran klien somnolen, keadaan klien seperti
tertidur lelap, namun ada respon terhadap nyeri
Klien terlihat lemah dan takipnea, dengan RR mencapai 32 namun setelah diberikan inhalasi
turun menjadi 24
Klien terlihat kesulitan bernapas saat masker oksigen diganti dengan masker inhalasi (selang
waktu pergantian masker)
Klien mengalami kehilangan kontrol dan kekuatan otot karena penurunan kesadaran
Klien mengalami diaphoresis
Kuku dan konjungtiva klien sedikit pucat
Pola napas tidak
efektif
Berhubungn dengan
ketidakseimbangan
perfusi, infeksi
bakteri pneumonia
dibuktikan dengan
suara napas ronchi,
kuku dan konjungtiva
sedikit pucat,
C
ONT
..
No
Data fokus
Masalah keperawatan
1
DS:-
Do :
Klien nampak lemas, bedrest
Tubuh klien tampak kurang bersih, tercium bau badan
Terdapat karies dan plak hitam pada gigi
Daun telinga kotor, terdapat serumen
Rambut tampak kusam dan kurang rapi, beberapa bagian kulit
kering
Klien menggunakan kateter dan underpad.
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
kelemahan
PENGKAJIAN TERFOKUS NEUROLOGIS
I.
Tingkat Kesadaran: Somnolen, dengan nilai GCS E3M4V1
II. Fungsi Serebral:
a) Status mental: Pasien terlihat tenang dan lemah
b) Fungsi intelektual: Tidak terkaji (pasien afasia), namun klien
sedikit mengerti perintah dan berespon menggunakan
kedipan mata
c) Daya pikir: Tidak terkaji
d) Status emosional: Pasien tenang, mata terlihat menerawang /
tidak fokus, kemampuan bahasa: Afasia, ekspresif
e) Tanda rangsangan otak:
Kaku kuduk (-)
Mual, muntah (-)
Kernig’s Sign (-)
Brudzinski (-)
III. Fungsi Saraf Kranial
Optikus dan Okulomotorius (II dan III): Pupil anisokor, ka: refleks cahaya, ki:
midriasis
Throclearis (IV): Strabismus (-), gerak bola mata lemah
Thrigeminus (V): Tidak terkaji
Abdusen (VI): Gerakan bola mata lateral lemah
Fasialis (VII): mimik wajah pasien datar, hanya sedikit mengerutkan wajah jika nyeri,
Auditorius (VIII): Lemah (harus dipanggil dengan suara sedikit keras)
Glossopharingeal dan vagus (IX dan X): Terpasang NGT, reflek menelan minimal,
lidah tidak bergerak, mulut membuka lemah
Accesorius (XI): Tidak terkaji
IV. Fungsi motorik: Ekstremitas terlihat lemah dan
terkadang bergerak-gerak sendiri selama
beberapa menit
V: Fungsi Sensorik: Pasien merasakan sensasi nyeri
dan sensasi sentuhan saat dikaji reflek babinski
dan chaddok
VI. Pemeriksaan Reflek:
a)
Reflek Bisep: (+)
b)
Reflek Trisep: (+)
c)
Reflek Patella (+)
d)
Reflek Babinski (-)
e)
Reflek Chaddock (-)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1:
Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL
(Space-Occupying Lession)
dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon motorik / sensori,
gelisah dan perubahan tanda vital
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan selama 5x8 jam, pasien akan dapat:
Meningkatkan status kesadaran dari stupor menjadi somnolen atau bahkan compos mentis.
Pasien akan menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi dan fungsi motorik dan atau sensorik
Penurunan frekuensi gelisah
Tanda-tanda vital stabil
Tidak ada tanda-tanda terjadi peningkatan intrakranial
Intervensi
Kaji penyebab penurunan perfusi jaringan
Pantau status neurologis menggunakan GCS secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar GCS
sebelumnya.
Pantau Tanda-tanda vital
Kaji adanya reflek (batuk, menelan, dll)
Auskultasi suara napas, perhatikan adanya perubahan dalam pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, atau suara
tambahan yang abnormal)
Kolaborasi analisa gas darah
Kolaborasi pemberian medikasi sesuai indikasi, misalnya; diuretik, antikonvulsan, steroid, dll
Kolaborasi pemberian terapi oksigenasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 2:
Pola napas tidak efektif b.d ketidakseimbangan perfusi, infeksi bakteri
pneumonia dibuktikan dengan suara napas ronchi, kuku dan
konjunctiva sedikit pucat, diaforesis
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan selama 5x8 jam, pasien akan mengalami:
Irama dan frekuensi napas normal
TD normal
Kulit tidak terlihat pucat
Suara napas normal
Intervensi
Posisikan klien dengan posisi semifowler
Kolaborasi pemberian terapi oksigen
Observasi tanda-tanda vital secara rutin
Diagnosa 3
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 8 jam klien bersih dan nyaman,
diharapkan:
1. Keluarga mampu menjelaskan kembali perawatan diri yang benar
2. Klien tidak menolak perawatan diri yang dilakukan saat diruangan
3. Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
4. Badan klien bersih, gigi klien bersih,telinga bersih, kulit lembab
Intervensi:
1.
Jelaskan pada klien dan keluarga perawatan diri yang benar.
2.
Tingkatkan harga diri klien dan penentuan diri klien.
3.
Hilangkan dan bersihkan bau, kurangi kekeringan serta sel yang
mati denagn cara perawatan kulit.
4.
Rangsang sirkulasi darah, kendorkan otot, buat rasa nyaman
dengan cara mandikan klien.
5.
Kurangi nyeri dapat dilakukan dengan cara rawat gigi dan mulut
secara teratur apabila pasien mengalami nyeri pada gigi.
6.
Cegah infeksi daerah kepala dengan cara perawatan rambut
seperti mencuci, menyisir atau mencukur rambut
7.
Cegah terjadi infeksi dan pertahankan kebersihan daerah vulva
C
ATATAN
P
ERKEMBANGAN
22 O
KTOBER2013
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL
(Space-Occupying Lession)
dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon motorik / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital
a) Memantau GCS
b) Mengobservasi TTV tiap jam
S: - (Klien mengalami afasia) O:
Klien terlihat mengalami penurunan kesadaran dengan nilai GCS: E2M3V1
Klien tampak lemah dan hanya memberikan respon melalui kedipan mata
Klien kesulitan menjalankan perintah dan hanya mampu melakukan perintah sederhana dan telah diulang-ulang
Tanda-tanda vital Klien: TD: 139/93 mmHg HR: 90x/menit RR: 23x/menit S: 37, 2C A:
Masalah belum teratasi ditandai dengan nilai GCS klien yang rendah
P:
Memberikan posisi elevasi kepala 30-60
Memantau lembar observasi tiap jam dan catat adanya perubahan (TTV, GCS, I/O, pupil, dll)
Membantu klien memenuhi nutrisi melalui NGT
C
ATATAN
P
ERKEMBAGAN
23 O
KTOBER2013
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Pola napas tidak
efektif b.d
ketidakseimbangan
perfusi, infeksi
bakteri pneumonia
dibuktikan dengan
suara napas ronchi,
kuku dan
konjunctiva sedikit
pucat, diaforesis
a) Memberikan terapi
oksigen pada klien
menggunakan
Rebreathing Mask
b) Memberikan terapi
inhalasi kepada klien
c) Memberikan posisi
semifowler
d) Memantau lembar
observasi tiap jam
S: -
O:
Klien terlihat pasrah saat diberikan positioning, terapi
oksigen dan inhalasi
Klien terlihat kesulitan bernapas saat masker oksigen
diganti dengan masker inhalasi
Klien terlihat lemah dan takipnea
Namun seteah diberikan terapi inhalasi TTV klien beragsur
normal
TD: 150 mmHg
HR: 100x/menit
RR: 24x/menit
S: 37,5
C
A:
Masalah teratasi sebagian ditandai dengan penurunan RR
P:
Memantau GCS dan TTV tiap jam
Ajak klien berkomunikasi sambil berusaha menanyakan
keluhan klien
Kolaborasi pemantauan AGD (jika perlu)
Pertahankan kondisi monitoring agar tetap bekerja dengan
baik
Pertahankan posisi semifowler pada klien
Pertahankan keadekuatan
terapi oksigen Berikan terapi inhalasiC
ATATAN
P
ERKEMBANGAN
24 O
KTOBER
2013
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Gangguan perfusi
jaringan serebral b.d
penghentian aliran
darah oleh SOL
(Space-Occupying
Lession)
dibuktikan
dengan perubahan
tingkat kesadaran,
kehilangan memori,
perubaan respon
motorik / sensori,
gelisah dan perubahan
tanda vital
a)
Pantau Lembar observasi tiap jam
b)
Terus usahakan mengajak komunikasi
dengan klien untuk mempertahankan
status kesadaran dan menghindari
penurunan GCS
c)
Latih ROM
d)
Berikan positioning pada pasien tirah
baring. Selain pemberian posisi
elevasi kepala, dilakukan pula
positioning pada badan pasien,
awalnya klien diposisikan miring ke
kiri dengan kaki menekuk dan di beri
bantal di pertemuan kaki dan diberi
bantal pula di bagian belakang
punggung. Setelah kurang lebih 2
jam, posisi klien diubah menjadi
supine dengan kaki dialasi dengan
bantal.
e)
Kolaborasi pemberian medikasi
antibiotik
S: -
O:
Klien tidak merasa kesulitan bernapas
lagi saat sebelum pemberian inhalasi
karena dengan penggunaan nasal
kanul, maka waktu selang penggantian
oksigen-inhalasi tidak terlalu lama
TTV klien terlihat baik, dengan rincian:
TD: 140 mmHg
HR: 100x /menit
RR: 27x/menit
S: 37,2 C
A: Masalah teratasi sebagian ditandai
dengan TTV yang baik
C
ATATAN
P
ERKEMBANGAN
25 O
KTOBER
2013
Diagnosa keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL
(Space-Occupying Lession)
dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon motorik / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital
a) Memberikan posisi elevasi kepala untuk mengurangi kemungkinan terjadi peningkatan intrakranial b) Memantau lembar observasi tiap
jam dan catat adanya perubahan (TTV, GCS, I/O, pupil, dll)
c) Mencoba mengajak berkomunikasi dengan klien untuk
mempertahankan status kesadaran
d) Memandikan klien di tempat tidur e) Melakukan perineal hygine
sekaligus memantau hasil ekskresi klien (Urine dan feses) serta menginspeksi kondisi area genital klien
f) Membantu klien memberikan makanan melalui selang NGT. Makanan klien berupa blender protein sebanyak 250 cc
S: - O:
Klien mengalami perubahan GCS dalam 8 jam, dengan GCS terakhir E3M4V1
Klien tampak lemah dan pasrah ketika diberikan posisi maupun saat dimandikan dan bed making.
TTV klien tidak terlalu mengalami perubahan, hanya RR yang sdikit naik
TD: 145 mmHg HR: 88 x/menit RR: 36 x/menit S: 37,5 C
Saat klien diajak bicara, klien hanya membuka mata, berkedip dan menggerakkan tangan dan kaki namun terlihat tidak mengerti apa yang diucapkan oleh perawat.
Saat dimandikan, klien tercium bau kurang sedap akibat diaphoresis dan tubuh klien yang kotor
BAB klien jumlahnya lumayan banyak, warna kuning kecoklatan, sangat lembek, sedangkan urin klien hanya sedikit yaitu 200-300 cc
A:
Masalah teratasi sebagian ditandai dengan peningkatan nilai GCS, tidak terlihat adanya tanda-tanda gelisah dan TTV terakhir cukup normal
P:
Pantau Lembar observasi tiap jam
Terus usahakan mengajak komunikasi dengan klien untuk mempertahankan status kesadaran dan menghindari penurunan GCS
Latih ROM
Berikan positioning pada pasien tirah baring Kolaborasi pemberian medikasi